bab iii metodelogi penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media...
TRANSCRIPT
34
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Melalui penelitian manusia dapat
menggunakan hasilnya, karena setiap penelitian mempunyai tujuan dan
kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian yaitu bersifat penemuan,
pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari
penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah
diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk
membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan
tertentu, dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan
yang telah ada.
Data yang telah diperolah dari penelitian dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti
memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya
menjadi tahu, memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah,
dan mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi.
Jadi, metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan,
dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam
bidang pendidikan.
35
A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Penelitian Tindak Kelas atau
class room action research yaitu penelitian secara langsung. Karena Penelitian
Tindakan Kelas atau class room action research merupakan kegiatan lebih
diarahkan pada pemecahan masalah pembelajaran melalui penerapan langsung di
kelas, walaupun istilah “kelas” perlu dipahami lebih luas lagi, yaitu tidak hanya
di ruang kelas, tetapi ditempat mana saja guru melaksanakan tugas-tugas
pembelajaran.
Adapun istilah PTK dapat diartikan bermacam-macam, di bawah ini akan
dipaparkan pengertian PTK menurut para ahli.
1. Hopkins (1993), Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan-tindakan dalam melaksanakan tugas dan
memperoleh pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.
2. Rochman Natawijaya (1977), PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan
praktis yang bersifat situsional dan kontekstual, yang ditujukan untuk
menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang
dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.
3. Rapopart (1970) dalam Hopkins (1993), mengartikan Penelitian Tindakan
Kelas untuk membantu seseorang dalam mangatasi secara praktis persoalan
yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu
sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.
36
4. Suyanto (1997), PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.
5. Tim PGSM (1999), Penelitian Tindakan Kelas sebagai suatu bentuk kajian
yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana pembelajaran tersebut
dilakukan.
6. Kemmis (1983) menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah
bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi
social tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan
keadilan.
7. Ebbutt (1985), dalam Hopkins (1993) mengemukaan penelitian tindakan
adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek
pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan
dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari
tindakan-tindakan tersebut.
8. Elliot (1991), melihat penelitan tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi
sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi
sosial tersebut.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas
siswa kelas IV SD Salman Al Farisi Jln. Tubagus Ismail No. VIII, Kelurahan
37
Coblong Kecamatan Sekeloa Kota Bandung dengan menggunakan tata rias
fantasi. Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu menggunakan PTK atau
classroom action research. Menurut Isaac (1971) Penelitian Tindakan Kelas ini
didesain untuk memecahkan masalah-masalah yang diaplikasikan secara
langsung di dalam kelas atau dunia kerja. Dalam penelitian ini, masalah yang
dimaksud adalah rendahnya kemampuan daya kreativitas siswa kelas IV SD
Salman Al Farisi Jln. Tubagus Ismail No. VIII, Kelurahan Coblong Kecamatan
Sekeloa Kota Bandung Alternatif pemecahan dengan menggunakan tata rias
fantasi sebagai media pembelajaran. Peneliti menggunakan rias fantasi sebagai
media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas
IV Sekolah Dasar. Penggunaan tata rias fantasi dimaksudkan untuk
meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran seni budaya (seni tari) siswa kelas
IV SD Salman Al Farisi Jln. Tubagus Ismail No. VIII, Kelurahan Coblong
Kecamatan Sekeloa Kota Bandung berdasarkan afektif, motorik dan psikomotor.
Penelitian Tindakan Kelas ini secara kolaboratif oleh peneliti dan guru sebagai
praktisi dengan mengambil latar belakang alamiah di kelas.
Penelitian tindak kelas ini memiliki tujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Pada sisi lain Penelitian
Tindakan Kelas akan mendorong para guru untuk memikirkan apa yang mereka
lakukan sehari-hari dalam menjalankan tugasnya. Mereka akan kritis terhadap
apa yang mereka lakukan tanpa tergantung pada teori-teori yang muluk-muluk
dan bersifat universal yang ditemukan oleh para pakar peneliti yang sering kali
tidak cocok dengan situasi dan kondisi kelas. Bahkan, keterlibatan mereka dalam
38
Penelitian Tindakan Kelas sendiri akan menjadikan dirinya menjadi pakar
peneliti di kelasnya, tanpa bergantung pada para pakar peneliti lain yang tidak
tahu mengenai permasalahan kelasnya sehari-hari. Maka permasalahan yang
dihadapi secara langsung dialami oleh peneliti sendiri yang arahannya untuk
kepentingan peserta didik dalam memperoleh hasil belajar yang memuaskan
yang menawarkan sebuah rancangan solusi pembelajaran seni tari dengan
menerapkan tata rias fantasi di SD Salman Al Farisi dapat memecahkan masalah
pada pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kreativitas anak. Jadi dapat
diartikan Penelitian Tindakan Kelas adalah bagaimana guru dapat
mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaraan maereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan
dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif data diolah tidak
diukur dengan mempergunakan angka-angka, melainkan sesuai dengan
pengamatan manusia, hal tersebut dipertegas oleh Kark dan Miller dalam
Suksidin dkk (2002) dalam Pramukti (2006:61) mengemukakan sebagai berikut.
Pendekatan atau penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan dalam penelitian ilmu sosial yang secara fundamental bergantung kepada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.
Menurut Sugiyono (2009:13) metode kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan triangulasi
39
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generilasi. Filsafat postpositivisme
sering juga disebut sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang
memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang utuh, kompleks, dinamis, penuh
makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif. Penelitian dilakukan pada obyek
yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya,
tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu
mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif
instrumennya adalah orang atau human instrumen, yaitu peneliti itu sendiri.
Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan
wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan
mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi
pendidikan sosial yang diteliti, maka pengumpulan data bersifat triangulasi, yaitu
menggunakan berbagai teknik pengumpulan secara gabungan. Analisis data yang
bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan
kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Metode kualitatif
digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang
mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang
merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh sebab itu, dalam
penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih
menekankan pada makna.
40
Sesuai dengan pendapat tersebut di atas pendekatan kualitatif lebih
bersifat instuitif dan kreatif bagi peneliti itu sendiri yang berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan.
B. Definisi Operasional
Dalam menyamakan persepsi atas judul yang dipergunakan, peneliti
merasa perlu untuk memberikan definisi operasional yang dipergunakan.
Tata rias adalah suatu cara atau alat yang dipergunakan untuk
menstimulus imaginasi dan kretivitas siswa. Rias wajah fantasi adalah suatu seni
tata rias yang bertujuan untuk membentuk kesan wajah model menjadi wujud
khayalan yang diangan-angankan, tetapi segera dikenali oleh yang melihatnya.
Rias wajah fantasi dapat juga merupakan perwujudan khayalan seorang ahli
kecantikan yang ingin melukiskan angan-angan berupa, tokoh sejarah, pribadi,
bunga atau hewan, dengan merias wajah, melukis di badan, menata rambut
busana dan kelengkapannya. Misalnya wujud seorang ratu yang cantik, putri
bunga, putri dewi laut, putri duyung atau yang lainnya. (http://
stageandtheatermakeup.com).
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam konteks kependidikan, guru
mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaraan hingga
mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seorang pesera didik. Dan menurut Moch. Uzer Usman (1990:1)
41
pembelajaran seni tari, adalah suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu.
Kreativitas adalah ide atau penyempurna suatu rencana (Ted Pollek,
2002:2). Kreativitas di sini adalah siswa yang memiliki ide atau gagasan untuk
membuat rias wajah sendiri lalu membuat gerak sesuai rias wajah yang telah
mereka buat. Siswa adalah pribadi yang unik dan aktif menghadapi lingkungan
belajar (Saman, 1994:84). Pembelajaran seni tari dengan materi tata rias fantasi
akan meningkatkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran seni tari.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu meliputi variabel bebas
(variabel yang mempengaruhi), dan variabel terikat (variabel yang dipengaruhi).
Yang menjadi variabel bebas yaitu pembelajaran tata rias fantasi, sedangkan
variabel terikatnya adalah kreativitas siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
42
Pengumpulan data yang akan dilakukan ialah menggunakan pendekatan
kualitatif. Dalam memperoleh data tersebut dibantu dengan menggunakan
beberapa teknik, antara lain:
a. Studi Pustaka
Teknik pengumpulan data tahap pertama ini merupakan langkah kerja
yang akan ditentukan oleh peneliti. Tahap pengumpulan dari sumber-sumber
tertulis, berupa buku-buku, makalah, maupun hasil laporan yang relevan atau
berkaitan dengan objek penelitian, digunakan sebagai bahan data studi yang akan
melandasi penelitian ini.
b. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan
langsung ke lokasi penelitian yang meliputi mengunjungi, melihat dan mencatat
peristiwa yang terjadi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung di SD Salman
Al Farisi. Kegiatan observasi ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan, yang
mempunyai tujuan untuk mengetahui gambaran proses pembelajaran seni tari
dan menganalisis masalah yang terjadi pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung, sehingga peneliti dapat mencari solusi untuk masalah tersebut.
Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar dari semua
ilmu pengetahuan. Para ilmuan dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Marshall (1995)
menyatakan bahwa through observation, the researcher learn about behavior
and meaning attached to those behavior. Melalui observasi, peneliti belajar
tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
43
c. Wawancara
Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara atau interview sebagai
berikut:
“a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”.
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu. Dengan kata lain wawancara merupakan teknik
pengumpulan data melalui suatu proses interaksi dan komunikasi berupa tanya
jawab dengan responden untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan topik
penelitian. Menurut Denzin dalam Goetz dan Le Compte (1984) wawancara
merupakan pertanyan-pertanyan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang
yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang
dipandang perlu, sedangkan menurut Hopkins (1993:125) wawancara adalah
suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut
pandang yang lain.
Peneliti melakukan wawancara dengan pihak sekolah, diantaranya
wawancara kepada kepala sekolah untuk mengetahui seperti apa proses
pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran seni tari, kepada guru untuk
mengetahui metode pembelajaran seni tari apa yang guru berikan kepada siswa.
d. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2003:53) pengertian tes adalah ”alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
44
suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan”. Tes yang
dilakukan dalam penelitian ini berbentuk tes perbuatan dalam sebuah kegiatan
praktek untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
yang telah disampaikan, tes yang bersifat hafalan untuk melatih ingatan siswa
terhadap materi pembelajaran yang bersifat analisis secara teiritik, serta tugas
kelompok yang mengukur bagaimana proses kreativitas terjadi dalam
pembelajaran tersebut.
e. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, dan foto. Dokumentasi dapat diartikan juga berupa data-
data yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Peneliti
mendokumentasikan hasil penelitian berbentuk tulisan dan foto saat proses
penelitian berlangsung.
2. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial maupun alam. Karena pada umumnya meneliti adalah
melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam
penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah
suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang
45
diamati. Instrumen bisa berupa pertanyaan, benda ataupun manusia yang
digunakan pada saat penelitian dengan menggunakan metode penelitian.
Penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun
selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan
dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang dapat melengkapi data dan
membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan
wawancara.
Menurut Nasution (1988) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi
untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelaksanaan.
7. Dengan penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
46
Namun, selain manusia sebagai instrumen penelitian, penelitian ini juga
menggunakan beberapa instrumen lain yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu:
1. Lembar Panduan Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati selama proses
pembelajaran berlangsung, dari awal hingga akhir proses pembelajaran tentang
bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran seni tari.
2. Wawancara
Lembar wawancara digunakan untuk mendapatkan data dan informasi
yang kita perlukan. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Dengan kata lain Wawancara merupakan
teknik pengumpulan data melalui suatu proses interaksi dan komunikasi berupa
tanya jawab dengan responden untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan
topik penelitian. Adapun wawancara ini dilakukan yaitu dengan guru bidang
studi seni budaya yang akan menarik keterangan tentang metode yang sudah
pernah diterapkan selama ini dalam proses pembelajaran seni budaya (seni tari),
respon siswa pada saat metode itu diterapkan dalam pembelajaran seni budaya
(seni tari), metode pembelajaran yang telah diterapkan dapat menggali
kreativitas yang dimiliki oleh siswa, dan suasana dalam kelas pada saat proses
pembelajaran seni budaya (seni tari) di dalam kelas dan kepala sekolah SD
Salman Al Farisi. Adapun kepada kepala sekolah peniliti mewawancarainya
untuk mengambil keterangan muliputi hal-hal umum tentang aktivitas di sekolah
khususnya yang berkaitan tentang bidang seni, di antaranya fasilitas-fasilitas dan
47
kebijakan-kebijakan lembaga untuk kepentingan peningkatan kualitas
pendidikan seni di sekolah.
3. Teknik Penilaian
Untuk melihat adanya perubahan atau peningkatan kreativitas siswa kelas
IV SD Salman al Farisi pada pembelajaran seni tari peneliti menggunakan
penelitian perbuataan, dimana setiap peningkatan yang terjadi pada siswa
diberikan nilai berupa angka, kriteria nilai A atau dengan nilai 8-9 = baik sekali,
B 7-7,9 = baik, C 6-6,9 = cukup, D < 6 = kurang ataupun berupa data-data
pendeskripsian proses pembelajaran yang menyatakan adanya perkembangan
terhadap kreativitas siswa kelas IV SD pada setiap pertemuan selama proses
pembelajaran seni tari dengan tata rias fantasi.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh kemudian diolah untuk menjawab pertanyaan
penelitian. pengolahan data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan
menggunakan pendekatan kualitatif yang berupa deskriptif atau pemaparan dari
hasil penelitian di lapangan selama tindakan dan siklus berlangsung. Data
kualitatif yang berupa hasil perhitungan sebagai prosentasi data akhir dalam
meningkatkan kretivitas anak dalam pembelajaran seni budaya (seni tari) melalui
tata rias fantasi.
Berdasarkan hal di atas dapat diketahui berhasil atau tidaknya tindakan
perbaikan yang telah dilakukan. Sedangkan untuk penilaiannya menggunakan tes
perbuatan sebagai evaluasi dalam pembelajaran. Untuk mengetahui
48
prosentasinya (%) berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan rumus
sebagai berikut:
% = Jumlah skor siswa x 100% Banyak jumlah siswa
(Suharsimi Arikunto, 2008:31)
F. Prosedur Penelitian
1. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran seni budaya (seni tari).
Proses pelaksanaan tindakan dilaksanakan secara bertahap sampai penelitian ini
berhasil.
a. Perencanaan tindakan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Pengamatan serta evaluasi
d. Refleksi
2. Rincian Prosedur Penelitian
Konsep pembelajaran seni tari dengan menggunakan tata rias fantasi
yang disesuaikan dengan perkembangan umur siswa SD dimana siswa SD
memiliki daya imajinasi dan kreatif namun di dalam kelas mereka biasanya
kurang merespon intruksi yang diberikan guru. Berdasarkan hal tersebut peneliti
membuat konsep pembelajaran yang menerapkan tata rias fantasi sebagai
rangsang awal siswa untuk bergerak dalam proses ini terjadi 2 siklus, adalah
sebagai berikut.
49
Tabel 3.1 Siklus Pembelajaran
Siklus 1 Siklus 2
Pembelajaran seni tari dengan
rangsang imajinasi untuk
menganalisis rias fantasi.
Pembelajaran seni tari dengan
apresiasi rias fantas melalui audio
visual (VCD) untuk menganalis rias
fantasi.
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti dan guru secara kolaburatif mengadakan kegiatan
sebagai berikut:
1) Mengamati teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran
seni budaya (seni tari).
2) Mengidentifikasi faktor-faktor hambatan dan kemudahan guru dalam
pembelajaran seni budaya (seni tari) sebelumnya.
3) Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran
seni budaya (seni tari) sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkreativitas dalam pembelajaran seni budaya (seni tari).
4) Menyusun rancangan pelaksanan pembelajaran seni tari dengan tata rias
fantasi.
Rancangan pelaksanaan pembelajaran seni tari dengan tata rias fantasi ini
meliputi:
1) Rangsang imajinasi untuk memunculkan kreativitas siswa.
2) Apresiasi rias fantasi.
50
3) Pemilihan teori yang dapat membantu siswa memahami tata rias dan tata rias
fantasi.
4) Praktek tata rias fantasi agar apa yang telah mereka ciptakan melalui
imajinasi mereka bisa terealisasikan.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanan ini adalah
sebagai berikut:
1) Membuat skenario pembelajaran dengan stimulus rias fantasi, dan eksplorasi.
2) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas ketika latihan atau metode diaplikasikan.
3) Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui kesulitan siswa dalam
pembelajaran seni tari baik praktek maupun teori, serta untuk mengetahui
media yang digunakan dalam proses pembelajaran apakah sudah dapat
meningkatkan kemampuan siswa pada saat pembelajaran seni tari.
4) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka optimalisasi
kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari.
5) Mendesain alat evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
berkreasi. Alat evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
tes berupa tes perbuatan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini terdapat beberapa tahap pelaksanaan tindakan:
1) Merancang pelaksanaan pembelajaran seni tari dengan tata rias fantasi
sebagai stimulus siswa dalam berkreativitas.
51
2) Bekerja dengan praktisi dalam melaksanakan tindakan yang direncanakan.
3) Peneliti berperan sebagai guru aplika untuk memberi pengarahan,
motivasi,dan stimulus agar siswa lebih terarah.
Adapun pelaksanaan tindakan kelas ini adalah dengan materi tata rias
fantasi dalam pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kemampuan kreativitas
siswa kelas IV SD Salman Al Farisi. Dalam setiap tahap pembelajaran yang
diterapkan, masing-masing berisi langkah pembelajaran yang terdiri atas
eksplorasi (penggalian tema), invansi (pengenalan konsep), ekspansi, dan
evaluasi sebagai tambahan. Eksplorasi adalah tahap pembelajaran ketika guru
berusaha menggali konsep awal siswa melalui fenomena. Pada saat ini peneliti
sebagai guru aplikaan berinteraksi dengan siswa untuk mengetahui tema apa
yang dimiliki oleh siswa. Tahap selanjutnya adalah invansi tentang tema yang
dibahas berdasarkan hasil imajinasi siswa dan akhirnya siswa dapat menemukan
rias fantasi yang akan diimplementasikan pada saat pembelajaran. Setelah siswa
menemukan tema, maka tahap selanjutnya adalah ekspansi/penerapan tema. Pada
tahap ini peneliti mengajak siswa untuk menerapkan tema, yaitu penggunaan tata
rias fantasi sebagai media pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, guru
mengadakan evaluasi dengan tujuan untuk menguji apakah konsep yang diterima
oleh siswa itu benar.
Pelaksanaan penelitian ini mengikuti beberapa tahap-tahap penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari pengamatan, perencanaan, dan pelaksanaan
tindakan. Pelaksanaan tindakan terdiri atas beberapa siklus. Tahap-tahap
penelitian dalam masing-masing tindakan terjadi secara berulang yang akhirnya
52
menghasilkan beberapa tindakan dalam penelitian tindakan kelas. Tahap-tahap
tersebut membentuk spiral. Tindakan penelitian yang bersifat spiral itu dengan
jelas digambarkan oleh hopkins (1985) sebagai berikut.
Gambar 3.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins, 1992)
Keterangan:
Langkah pertama dalam model Penelitian Tindakan Kelas adalah
melakukan perencanaan (planning) tindakan, misalnya membuat skenario
pembelajaran, lembar observasi, dan lain-lain. Kemudian langkah selanjutnya
adalah melaksanakan tindakan. Pada tahap pelaksanaan tindakan di dalamnya
dilakukan pengamatan (observasi). Selanjutnya melakukan analisis dan refleksi.
Apabila metode yang digunakan telah berhasil maka dapat langsung ditarik
kesimpulan. Akan tetapi, apabila metode yang digunakan masih perlu perbaikan
maka dilakukan rencana selanjutnya, dan demikian terus secara berulang, sampai
metode yang digunakan benar-benar berhasil.
c. Pengamatan dan Evaluasi
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Mengulang rencana
53
Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan pengamatan dan evaluasi
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrumen pengumpulan
data yang teleh dibuat sehingga data pelaksanaan pembelajaran, kendala yang
dihadapi, serta kesempatan dan peluang yang diberkaitan dengan penggunan tata
rias fantasi sebagai media belajar pembelajaran. Data tersebut dijadikan sebagai
bahan untuk melakukan refleksi.
d. Refleksi
Yang dimaksud dengan refleksi adalah mengulas secara kritis, terutama
yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tindakan kelas, baik pada
diri siswa, suasana kelas, maupun pada diri guru. Melalui refleksi kita dapat
mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan perisis seperti yang telah
dicatat dalam observasi. Dalam bahasa indonesia refleksi adalah perbuatan
merenung atau memikirkan sesuatu.
Dalam hal ini refleksi dimaksudkan untuk melakukan perbaikan
pengajaran dan pembelajaran seni tari guna menggali kreativitas siswa kelas IV
SD dan nantinya dapat ditarik kesimpulan dalam laporan penelitian.
G. Lokasi, Populasi, dan Sampel
1. Lokasi
Lokasi penelitian dilaksanakan SD Salman Al Farisi Bandung, yang
beralamat Jln. Tubagus Ismail No. VIII, Kelurahan Coblong Kecamatan Sekeloa
Kota Bandung 40134. Dipilihnya lokasi ini karena SD Salman Al Farisi
Bandung merupakan sekolah unggulan yang berprestasi dan menerapkan
54
pembelajaran seni budaya khususnya seni tari, dan pihak sekolah respon
terhadap penelitian yang akan dilakukan.
2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV SD Salman Al
Farisi Bandung sebanyak 89 orang yang tersebar menjadi 3 kelas IV A, IV B dan
IV C kelas. Alasan penelitian jatuh pada siswa kelas IV, karena siswa usia rata-
rata sudah berumur 9 tahun dimana tahap kemampuan siswa berfikir, mengingat
dan berkomonikasi akan semakin baik karena siswa telah berfikir logis.
3. Sampel
Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah purposiv sampling
karena penelitian ini mengambil siswa kelas IV C yang didasari sesuai dengan
kebutuhan peneliti bahwa siswa kelas IV C memiliki karakteristik yang berbeda-
beda, yaitu siswa laki-laki cendrung tidak mau mengikuti pembelajaran seni tari,
sebaliknya siswa perempuan antusias. Hal itu menjadi dasar peneliti untuk
melekukan penelitian dengan materi rias fantasi yang memungkinkan dapat
diterima oleh siswa laki-laki yang berjumlah 16 orang dan siswi perempuan
berjumlah 13 orang dengan total jumlah 29 orang siswa.