bab iii metodelogi penelitiana-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media...

21
34 BAB III METODELOGI PENELITIAN Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya, karena setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian yaitu bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada. Data yang telah diperolah dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu, memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah, dan mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi. Jadi, metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Upload: others

Post on 26-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

34

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Melalui penelitian manusia dapat

menggunakan hasilnya, karena setiap penelitian mempunyai tujuan dan

kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian yaitu bersifat penemuan,

pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari

penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah

diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk

membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan

tertentu, dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan

yang telah ada.

Data yang telah diperolah dari penelitian dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti

memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya

menjadi tahu, memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah,

dan mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi.

Jadi, metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan,

dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat

digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam

bidang pendidikan.

Page 2: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

35

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Penelitian Tindak Kelas atau

class room action research yaitu penelitian secara langsung. Karena Penelitian

Tindakan Kelas atau class room action research merupakan kegiatan lebih

diarahkan pada pemecahan masalah pembelajaran melalui penerapan langsung di

kelas, walaupun istilah “kelas” perlu dipahami lebih luas lagi, yaitu tidak hanya

di ruang kelas, tetapi ditempat mana saja guru melaksanakan tugas-tugas

pembelajaran.

Adapun istilah PTK dapat diartikan bermacam-macam, di bawah ini akan

dipaparkan pengertian PTK menurut para ahli.

1. Hopkins (1993), Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk kajian yang

bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan-tindakan dalam melaksanakan tugas dan

memperoleh pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.

2. Rochman Natawijaya (1977), PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan

praktis yang bersifat situsional dan kontekstual, yang ditujukan untuk

menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang

dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.

3. Rapopart (1970) dalam Hopkins (1993), mengartikan Penelitian Tindakan

Kelas untuk membantu seseorang dalam mangatasi secara praktis persoalan

yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu

sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.

Page 3: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

36

4. Suyanto (1997), PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan

meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.

5. Tim PGSM (1999), Penelitian Tindakan Kelas sebagai suatu bentuk kajian

yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan

yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana pembelajaran tersebut

dilakukan.

6. Kemmis (1983) menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah

bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi

social tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan

keadilan.

7. Ebbutt (1985), dalam Hopkins (1993) mengemukaan penelitian tindakan

adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek

pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan

dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari

tindakan-tindakan tersebut.

8. Elliot (1991), melihat penelitan tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi

sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi

sosial tersebut.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas

siswa kelas IV SD Salman Al Farisi Jln. Tubagus Ismail No. VIII, Kelurahan

Page 4: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

37

Coblong Kecamatan Sekeloa Kota Bandung dengan menggunakan tata rias

fantasi. Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu menggunakan PTK atau

classroom action research. Menurut Isaac (1971) Penelitian Tindakan Kelas ini

didesain untuk memecahkan masalah-masalah yang diaplikasikan secara

langsung di dalam kelas atau dunia kerja. Dalam penelitian ini, masalah yang

dimaksud adalah rendahnya kemampuan daya kreativitas siswa kelas IV SD

Salman Al Farisi Jln. Tubagus Ismail No. VIII, Kelurahan Coblong Kecamatan

Sekeloa Kota Bandung Alternatif pemecahan dengan menggunakan tata rias

fantasi sebagai media pembelajaran. Peneliti menggunakan rias fantasi sebagai

media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas

IV Sekolah Dasar. Penggunaan tata rias fantasi dimaksudkan untuk

meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran seni budaya (seni tari) siswa kelas

IV SD Salman Al Farisi Jln. Tubagus Ismail No. VIII, Kelurahan Coblong

Kecamatan Sekeloa Kota Bandung berdasarkan afektif, motorik dan psikomotor.

Penelitian Tindakan Kelas ini secara kolaboratif oleh peneliti dan guru sebagai

praktisi dengan mengambil latar belakang alamiah di kelas.

Penelitian tindak kelas ini memiliki tujuan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Pada sisi lain Penelitian

Tindakan Kelas akan mendorong para guru untuk memikirkan apa yang mereka

lakukan sehari-hari dalam menjalankan tugasnya. Mereka akan kritis terhadap

apa yang mereka lakukan tanpa tergantung pada teori-teori yang muluk-muluk

dan bersifat universal yang ditemukan oleh para pakar peneliti yang sering kali

tidak cocok dengan situasi dan kondisi kelas. Bahkan, keterlibatan mereka dalam

Page 5: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

38

Penelitian Tindakan Kelas sendiri akan menjadikan dirinya menjadi pakar

peneliti di kelasnya, tanpa bergantung pada para pakar peneliti lain yang tidak

tahu mengenai permasalahan kelasnya sehari-hari. Maka permasalahan yang

dihadapi secara langsung dialami oleh peneliti sendiri yang arahannya untuk

kepentingan peserta didik dalam memperoleh hasil belajar yang memuaskan

yang menawarkan sebuah rancangan solusi pembelajaran seni tari dengan

menerapkan tata rias fantasi di SD Salman Al Farisi dapat memecahkan masalah

pada pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kreativitas anak. Jadi dapat

diartikan Penelitian Tindakan Kelas adalah bagaimana guru dapat

mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaraan maereka, dan belajar dari

pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan

dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif data diolah tidak

diukur dengan mempergunakan angka-angka, melainkan sesuai dengan

pengamatan manusia, hal tersebut dipertegas oleh Kark dan Miller dalam

Suksidin dkk (2002) dalam Pramukti (2006:61) mengemukakan sebagai berikut.

Pendekatan atau penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan dalam penelitian ilmu sosial yang secara fundamental bergantung kepada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.

Menurut Sugiyono (2009:13) metode kualitatif adalah metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan

secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan triangulasi

Page 6: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

39

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generilasi. Filsafat postpositivisme

sering juga disebut sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang

memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang utuh, kompleks, dinamis, penuh

makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif. Penelitian dilakukan pada obyek

yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya,

tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu

mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif

instrumennya adalah orang atau human instrumen, yaitu peneliti itu sendiri.

Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan

wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan

mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi

pendidikan sosial yang diteliti, maka pengumpulan data bersifat triangulasi, yaitu

menggunakan berbagai teknik pengumpulan secara gabungan. Analisis data yang

bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan

kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Metode kualitatif

digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang

mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang

merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh sebab itu, dalam

penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih

menekankan pada makna.

Page 7: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

40

Sesuai dengan pendapat tersebut di atas pendekatan kualitatif lebih

bersifat instuitif dan kreatif bagi peneliti itu sendiri yang berdasarkan hasil

pengamatan yang telah dilakukan.

B. Definisi Operasional

Dalam menyamakan persepsi atas judul yang dipergunakan, peneliti

merasa perlu untuk memberikan definisi operasional yang dipergunakan.

Tata rias adalah suatu cara atau alat yang dipergunakan untuk

menstimulus imaginasi dan kretivitas siswa. Rias wajah fantasi adalah suatu seni

tata rias yang bertujuan untuk membentuk kesan wajah model menjadi wujud

khayalan yang diangan-angankan, tetapi segera dikenali oleh yang melihatnya.

Rias wajah fantasi dapat juga merupakan perwujudan khayalan seorang ahli

kecantikan yang ingin melukiskan angan-angan berupa, tokoh sejarah, pribadi,

bunga atau hewan, dengan merias wajah, melukis di badan, menata rambut

busana dan kelengkapannya. Misalnya wujud seorang ratu yang cantik, putri

bunga, putri dewi laut, putri duyung atau yang lainnya. (http://

stageandtheatermakeup.com).

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam konteks kependidikan, guru

mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaraan hingga

mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat

mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek

psikomotor) seorang pesera didik. Dan menurut Moch. Uzer Usman (1990:1)

Page 8: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

41

pembelajaran seni tari, adalah suatu proses yang mengandung serangkaian

perbuatan guru dan siswa yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu.

Kreativitas adalah ide atau penyempurna suatu rencana (Ted Pollek,

2002:2). Kreativitas di sini adalah siswa yang memiliki ide atau gagasan untuk

membuat rias wajah sendiri lalu membuat gerak sesuai rias wajah yang telah

mereka buat. Siswa adalah pribadi yang unik dan aktif menghadapi lingkungan

belajar (Saman, 1994:84). Pembelajaran seni tari dengan materi tata rias fantasi

akan meningkatkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran seni tari.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu meliputi variabel bebas

(variabel yang mempengaruhi), dan variabel terikat (variabel yang dipengaruhi).

Yang menjadi variabel bebas yaitu pembelajaran tata rias fantasi, sedangkan

variabel terikatnya adalah kreativitas siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Page 9: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

42

Pengumpulan data yang akan dilakukan ialah menggunakan pendekatan

kualitatif. Dalam memperoleh data tersebut dibantu dengan menggunakan

beberapa teknik, antara lain:

a. Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data tahap pertama ini merupakan langkah kerja

yang akan ditentukan oleh peneliti. Tahap pengumpulan dari sumber-sumber

tertulis, berupa buku-buku, makalah, maupun hasil laporan yang relevan atau

berkaitan dengan objek penelitian, digunakan sebagai bahan data studi yang akan

melandasi penelitian ini.

b. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan

langsung ke lokasi penelitian yang meliputi mengunjungi, melihat dan mencatat

peristiwa yang terjadi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung di SD Salman

Al Farisi. Kegiatan observasi ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan, yang

mempunyai tujuan untuk mengetahui gambaran proses pembelajaran seni tari

dan menganalisis masalah yang terjadi pada saat kegiatan belajar mengajar

berlangsung, sehingga peneliti dapat mencari solusi untuk masalah tersebut.

Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar dari semua

ilmu pengetahuan. Para ilmuan dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta

mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Marshall (1995)

menyatakan bahwa through observation, the researcher learn about behavior

and meaning attached to those behavior. Melalui observasi, peneliti belajar

tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Page 10: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

43

c. Wawancara

Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara atau interview sebagai

berikut:

“a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”.

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu. Dengan kata lain wawancara merupakan teknik

pengumpulan data melalui suatu proses interaksi dan komunikasi berupa tanya

jawab dengan responden untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan topik

penelitian. Menurut Denzin dalam Goetz dan Le Compte (1984) wawancara

merupakan pertanyan-pertanyan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang

yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang

dipandang perlu, sedangkan menurut Hopkins (1993:125) wawancara adalah

suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut

pandang yang lain.

Peneliti melakukan wawancara dengan pihak sekolah, diantaranya

wawancara kepada kepala sekolah untuk mengetahui seperti apa proses

pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran seni tari, kepada guru untuk

mengetahui metode pembelajaran seni tari apa yang guru berikan kepada siswa.

d. Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2003:53) pengertian tes adalah ”alat atau

prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam

Page 11: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

44

suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan”. Tes yang

dilakukan dalam penelitian ini berbentuk tes perbuatan dalam sebuah kegiatan

praktek untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran

yang telah disampaikan, tes yang bersifat hafalan untuk melatih ingatan siswa

terhadap materi pembelajaran yang bersifat analisis secara teiritik, serta tugas

kelompok yang mengukur bagaimana proses kreativitas terjadi dalam

pembelajaran tersebut.

e. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, dan foto. Dokumentasi dapat diartikan juga berupa data-

data yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Peneliti

mendokumentasikan hasil penelitian berbentuk tulisan dan foto saat proses

penelitian berlangsung.

2. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap

fenomena sosial maupun alam. Karena pada umumnya meneliti adalah

melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam

penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah

suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang

Page 12: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

45

diamati. Instrumen bisa berupa pertanyaan, benda ataupun manusia yang

digunakan pada saat penelitian dengan menggunakan metode penelitian.

Penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun

selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan

dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang dapat melengkapi data dan

membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan

wawancara.

Menurut Nasution (1988) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi

untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelaksanaan.

7. Dengan penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Page 13: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

46

Namun, selain manusia sebagai instrumen penelitian, penelitian ini juga

menggunakan beberapa instrumen lain yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu:

1. Lembar Panduan Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati selama proses

pembelajaran berlangsung, dari awal hingga akhir proses pembelajaran tentang

bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran seni tari.

2. Wawancara

Lembar wawancara digunakan untuk mendapatkan data dan informasi

yang kita perlukan. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu. Dengan kata lain Wawancara merupakan

teknik pengumpulan data melalui suatu proses interaksi dan komunikasi berupa

tanya jawab dengan responden untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan

topik penelitian. Adapun wawancara ini dilakukan yaitu dengan guru bidang

studi seni budaya yang akan menarik keterangan tentang metode yang sudah

pernah diterapkan selama ini dalam proses pembelajaran seni budaya (seni tari),

respon siswa pada saat metode itu diterapkan dalam pembelajaran seni budaya

(seni tari), metode pembelajaran yang telah diterapkan dapat menggali

kreativitas yang dimiliki oleh siswa, dan suasana dalam kelas pada saat proses

pembelajaran seni budaya (seni tari) di dalam kelas dan kepala sekolah SD

Salman Al Farisi. Adapun kepada kepala sekolah peniliti mewawancarainya

untuk mengambil keterangan muliputi hal-hal umum tentang aktivitas di sekolah

khususnya yang berkaitan tentang bidang seni, di antaranya fasilitas-fasilitas dan

Page 14: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

47

kebijakan-kebijakan lembaga untuk kepentingan peningkatan kualitas

pendidikan seni di sekolah.

3. Teknik Penilaian

Untuk melihat adanya perubahan atau peningkatan kreativitas siswa kelas

IV SD Salman al Farisi pada pembelajaran seni tari peneliti menggunakan

penelitian perbuataan, dimana setiap peningkatan yang terjadi pada siswa

diberikan nilai berupa angka, kriteria nilai A atau dengan nilai 8-9 = baik sekali,

B 7-7,9 = baik, C 6-6,9 = cukup, D < 6 = kurang ataupun berupa data-data

pendeskripsian proses pembelajaran yang menyatakan adanya perkembangan

terhadap kreativitas siswa kelas IV SD pada setiap pertemuan selama proses

pembelajaran seni tari dengan tata rias fantasi.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diolah untuk menjawab pertanyaan

penelitian. pengolahan data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan

menggunakan pendekatan kualitatif yang berupa deskriptif atau pemaparan dari

hasil penelitian di lapangan selama tindakan dan siklus berlangsung. Data

kualitatif yang berupa hasil perhitungan sebagai prosentasi data akhir dalam

meningkatkan kretivitas anak dalam pembelajaran seni budaya (seni tari) melalui

tata rias fantasi.

Berdasarkan hal di atas dapat diketahui berhasil atau tidaknya tindakan

perbaikan yang telah dilakukan. Sedangkan untuk penilaiannya menggunakan tes

perbuatan sebagai evaluasi dalam pembelajaran. Untuk mengetahui

Page 15: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

48

prosentasinya (%) berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan rumus

sebagai berikut:

% = Jumlah skor siswa x 100% Banyak jumlah siswa

(Suharsimi Arikunto, 2008:31)

F. Prosedur Penelitian

1. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran seni budaya (seni tari).

Proses pelaksanaan tindakan dilaksanakan secara bertahap sampai penelitian ini

berhasil.

a. Perencanaan tindakan

b. Pelaksanaan tindakan

c. Pengamatan serta evaluasi

d. Refleksi

2. Rincian Prosedur Penelitian

Konsep pembelajaran seni tari dengan menggunakan tata rias fantasi

yang disesuaikan dengan perkembangan umur siswa SD dimana siswa SD

memiliki daya imajinasi dan kreatif namun di dalam kelas mereka biasanya

kurang merespon intruksi yang diberikan guru. Berdasarkan hal tersebut peneliti

membuat konsep pembelajaran yang menerapkan tata rias fantasi sebagai

rangsang awal siswa untuk bergerak dalam proses ini terjadi 2 siklus, adalah

sebagai berikut.

Page 16: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

49

Tabel 3.1 Siklus Pembelajaran

Siklus 1 Siklus 2

Pembelajaran seni tari dengan

rangsang imajinasi untuk

menganalisis rias fantasi.

Pembelajaran seni tari dengan

apresiasi rias fantas melalui audio

visual (VCD) untuk menganalis rias

fantasi.

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti dan guru secara kolaburatif mengadakan kegiatan

sebagai berikut:

1) Mengamati teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran

seni budaya (seni tari).

2) Mengidentifikasi faktor-faktor hambatan dan kemudahan guru dalam

pembelajaran seni budaya (seni tari) sebelumnya.

3) Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran

seni budaya (seni tari) sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam berkreativitas dalam pembelajaran seni budaya (seni tari).

4) Menyusun rancangan pelaksanan pembelajaran seni tari dengan tata rias

fantasi.

Rancangan pelaksanaan pembelajaran seni tari dengan tata rias fantasi ini

meliputi:

1) Rangsang imajinasi untuk memunculkan kreativitas siswa.

2) Apresiasi rias fantasi.

Page 17: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

50

3) Pemilihan teori yang dapat membantu siswa memahami tata rias dan tata rias

fantasi.

4) Praktek tata rias fantasi agar apa yang telah mereka ciptakan melalui

imajinasi mereka bisa terealisasikan.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanan ini adalah

sebagai berikut:

1) Membuat skenario pembelajaran dengan stimulus rias fantasi, dan eksplorasi.

2) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar

mengajar di kelas ketika latihan atau metode diaplikasikan.

3) Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui kesulitan siswa dalam

pembelajaran seni tari baik praktek maupun teori, serta untuk mengetahui

media yang digunakan dalam proses pembelajaran apakah sudah dapat

meningkatkan kemampuan siswa pada saat pembelajaran seni tari.

4) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka optimalisasi

kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari.

5) Mendesain alat evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

berkreasi. Alat evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

tes berupa tes perbuatan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini terdapat beberapa tahap pelaksanaan tindakan:

1) Merancang pelaksanaan pembelajaran seni tari dengan tata rias fantasi

sebagai stimulus siswa dalam berkreativitas.

Page 18: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

51

2) Bekerja dengan praktisi dalam melaksanakan tindakan yang direncanakan.

3) Peneliti berperan sebagai guru aplika untuk memberi pengarahan,

motivasi,dan stimulus agar siswa lebih terarah.

Adapun pelaksanaan tindakan kelas ini adalah dengan materi tata rias

fantasi dalam pembelajaran seni tari untuk meningkatkan kemampuan kreativitas

siswa kelas IV SD Salman Al Farisi. Dalam setiap tahap pembelajaran yang

diterapkan, masing-masing berisi langkah pembelajaran yang terdiri atas

eksplorasi (penggalian tema), invansi (pengenalan konsep), ekspansi, dan

evaluasi sebagai tambahan. Eksplorasi adalah tahap pembelajaran ketika guru

berusaha menggali konsep awal siswa melalui fenomena. Pada saat ini peneliti

sebagai guru aplikaan berinteraksi dengan siswa untuk mengetahui tema apa

yang dimiliki oleh siswa. Tahap selanjutnya adalah invansi tentang tema yang

dibahas berdasarkan hasil imajinasi siswa dan akhirnya siswa dapat menemukan

rias fantasi yang akan diimplementasikan pada saat pembelajaran. Setelah siswa

menemukan tema, maka tahap selanjutnya adalah ekspansi/penerapan tema. Pada

tahap ini peneliti mengajak siswa untuk menerapkan tema, yaitu penggunaan tata

rias fantasi sebagai media pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, guru

mengadakan evaluasi dengan tujuan untuk menguji apakah konsep yang diterima

oleh siswa itu benar.

Pelaksanaan penelitian ini mengikuti beberapa tahap-tahap penelitian

tindakan kelas yang terdiri dari pengamatan, perencanaan, dan pelaksanaan

tindakan. Pelaksanaan tindakan terdiri atas beberapa siklus. Tahap-tahap

penelitian dalam masing-masing tindakan terjadi secara berulang yang akhirnya

Page 19: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

52

menghasilkan beberapa tindakan dalam penelitian tindakan kelas. Tahap-tahap

tersebut membentuk spiral. Tindakan penelitian yang bersifat spiral itu dengan

jelas digambarkan oleh hopkins (1985) sebagai berikut.

Gambar 3.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins, 1992)

Keterangan:

Langkah pertama dalam model Penelitian Tindakan Kelas adalah

melakukan perencanaan (planning) tindakan, misalnya membuat skenario

pembelajaran, lembar observasi, dan lain-lain. Kemudian langkah selanjutnya

adalah melaksanakan tindakan. Pada tahap pelaksanaan tindakan di dalamnya

dilakukan pengamatan (observasi). Selanjutnya melakukan analisis dan refleksi.

Apabila metode yang digunakan telah berhasil maka dapat langsung ditarik

kesimpulan. Akan tetapi, apabila metode yang digunakan masih perlu perbaikan

maka dilakukan rencana selanjutnya, dan demikian terus secara berulang, sampai

metode yang digunakan benar-benar berhasil.

c. Pengamatan dan Evaluasi

Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

Mengulang rencana

Page 20: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

53

Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan pengamatan dan evaluasi

terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrumen pengumpulan

data yang teleh dibuat sehingga data pelaksanaan pembelajaran, kendala yang

dihadapi, serta kesempatan dan peluang yang diberkaitan dengan penggunan tata

rias fantasi sebagai media belajar pembelajaran. Data tersebut dijadikan sebagai

bahan untuk melakukan refleksi.

d. Refleksi

Yang dimaksud dengan refleksi adalah mengulas secara kritis, terutama

yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tindakan kelas, baik pada

diri siswa, suasana kelas, maupun pada diri guru. Melalui refleksi kita dapat

mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan perisis seperti yang telah

dicatat dalam observasi. Dalam bahasa indonesia refleksi adalah perbuatan

merenung atau memikirkan sesuatu.

Dalam hal ini refleksi dimaksudkan untuk melakukan perbaikan

pengajaran dan pembelajaran seni tari guna menggali kreativitas siswa kelas IV

SD dan nantinya dapat ditarik kesimpulan dalam laporan penelitian.

G. Lokasi, Populasi, dan Sampel

1. Lokasi

Lokasi penelitian dilaksanakan SD Salman Al Farisi Bandung, yang

beralamat Jln. Tubagus Ismail No. VIII, Kelurahan Coblong Kecamatan Sekeloa

Kota Bandung 40134. Dipilihnya lokasi ini karena SD Salman Al Farisi

Bandung merupakan sekolah unggulan yang berprestasi dan menerapkan

Page 21: BAB III METODELOGI PENELITIANa-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_045753_chapter3.pdf · media pembelajaran pada pembelajaran seni budaya (seni tari) untuk siswa kelas IV Sekolah

54

pembelajaran seni budaya khususnya seni tari, dan pihak sekolah respon

terhadap penelitian yang akan dilakukan.

2. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV SD Salman Al

Farisi Bandung sebanyak 89 orang yang tersebar menjadi 3 kelas IV A, IV B dan

IV C kelas. Alasan penelitian jatuh pada siswa kelas IV, karena siswa usia rata-

rata sudah berumur 9 tahun dimana tahap kemampuan siswa berfikir, mengingat

dan berkomonikasi akan semakin baik karena siswa telah berfikir logis.

3. Sampel

Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah purposiv sampling

karena penelitian ini mengambil siswa kelas IV C yang didasari sesuai dengan

kebutuhan peneliti bahwa siswa kelas IV C memiliki karakteristik yang berbeda-

beda, yaitu siswa laki-laki cendrung tidak mau mengikuti pembelajaran seni tari,

sebaliknya siswa perempuan antusias. Hal itu menjadi dasar peneliti untuk

melekukan penelitian dengan materi rias fantasi yang memungkinkan dapat

diterima oleh siswa laki-laki yang berjumlah 16 orang dan siswi perempuan

berjumlah 13 orang dengan total jumlah 29 orang siswa.