bab iii metode penelitian tabel 3. variable penelitian doxiadis (1969) jayadinata (1999) dalam...

13
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian Perkembangan Kualitas Permukiman ini dilakukan di Kampung Bratan, Kota Surakarta. Kampung Bratan terdiri dari dua RW, yaitu RW 01 dan RW 02. Kampung ini merupakan kampung ikonik di Kota Surakarta karena sejak dulu terkenal sebagai kampung industri rumahan. Pada tahun 2015, terdapat 46 unit industri rumahtangga yang berada di kampung Bratan, kuranglebih 10 % dari total keluarga di Kampung Bratan merupakan pelaku industri rumahtangga. Angka ini belum termasuk keluarga non-industri namun memiliki mata pencaharian utama terkait industri rumahtangga. Keberadaan industri rumahtangga yang terus beraktivitas merupakan isu lingkungan tersendiri, mengingat aktivitas industri rumahtangga menghasilkan limbah yang seringkali tidak diolah sebelum dibuang. Oleh karenanya, kualitas lingkungan permukiman di Kampung Bratan menjadi penting dan menarik untuk diteliti. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dimulai dari penyusunan proposal penelitian hingga penyusunan laporan penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan selama bulan Juli 2015 yang merekam persepsi pemukim di Kampung Bratan pada dua titik waktu, yaitu tahun 2010 dan tahun 2015 (saat kuesioner diedarkan). Secara lengkap, jadwal penelitian dapat dilihat di bawah ini. Jadwal Penelitian No Kegiatan Waktu Bulan Tahun 2015 dan 2016 Nopember Desember Januari Pebruari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Penyusunan Proposal Penelitian 2. Seminar Proposal Penelitian 3. Revisi Proposal Penelitian 4. Pelaksanaan Penelitian 5. Pengolahan Data dan Penyusunan Hasil 6. Seminar Hasil Penelitian 7. Revisi Hasil Penelitian 13

Upload: lamphuc

Post on 08-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

13

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian Perkembangan Kualitas Permukiman ini dilakukan di

Kampung Bratan, Kota Surakarta. Kampung Bratan terdiri dari dua RW, yaitu

RW 01 dan RW 02. Kampung ini merupakan kampung ikonik di Kota Surakarta

karena sejak dulu terkenal sebagai kampung industri rumahan. Pada tahun 2015,

terdapat 46 unit industri rumahtangga yang berada di kampung Bratan,

kuranglebih 10 % dari total keluarga di Kampung Bratan merupakan pelaku

industri rumahtangga. Angka ini belum termasuk keluarga non-industri namun

memiliki mata pencaharian utama terkait industri rumahtangga. Keberadaan

industri rumahtangga yang terus beraktivitas merupakan isu lingkungan

tersendiri, mengingat aktivitas industri rumahtangga menghasilkan limbah yang

seringkali tidak diolah sebelum dibuang. Oleh karenanya, kualitas lingkungan

permukiman di Kampung Bratan menjadi penting dan menarik untuk diteliti.

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dimulai dari penyusunan

proposal penelitian hingga penyusunan laporan penelitian. Pengumpulan data

primer dilakukan selama bulan Juli 2015 yang merekam persepsi pemukim di

Kampung Bratan pada dua titik waktu, yaitu tahun 2010 dan tahun 2015 (saat

kuesioner diedarkan). Secara lengkap, jadwal penelitian dapat dilihat di bawah

ini.

Jadwal Penelitian

No Kegiatan Waktu Bulan – Tahun 2015 dan 2016 Nopember Desember Januari Pebruari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Penyusunan Proposal

Penelitian

2. Seminar Proposal

Penelitian

3. Revisi Proposal

Penelitian

4. Pelaksanaan

Penelitian

5. Pengolahan Data dan

Penyusunan Hasil

6. Seminar Hasil

Penelitian

7. Revisi Hasil

Penelitian

13

14

B. Tata Laksana Penelitian

1. Jenis dan perancangan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menitikberatkan

pada penggunakan data numerik untuk menjelaskan fenomena kualitas

lingkungan permukiman di Kampung Bratan, Surakarta. Selain itu,

penelitian ini juga menggunakan teknik kuantitatif untuk menarik nilai

generik dari fenomena yang terekam pada data yang dikumpulkan.

Perancangan penelitian perubahan kualitas lingkungan permukiman di

Kampung Bratan, Surakarta ini menggunakan pendekatan komparatif yang

menggunakan alat analisis statistik untuk menunjukkan perbedaan data pada

variabel yang diteliti. Perbedaan yang diteliti pada penelitian ini adalah

perbedaan kualitas lingkungan permukiman pada dua titik tahun yang

berbeda, yaitu tahun 2010 dan tahun 2015. Variabel-variabel yang

digunakan untuk mendeskripsikan kualitas lingkungan permukiman pada

dua titik tahun tersebut adalah sama sehingga dapat diperbandingkan satu ke

satu (head to head) secara langsung.

2. Populasi dan Sampel

Kualitas lingkungan pada penelitian ini didekati dari persepsi

masyarakat yang bermukim di Kampung Bratan, Surakarta. Masyarakat

Kampung Bratan secara administratif adalah responden untuk masyarakat

dihitung berdasarkan rumus sampel Frank Lynch dan data 2013 yang

menghasilkan 114 responden. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah

sebesar 95 % yang berarti pada setiap 100 sampel, kesalahan yang

ditoleransi adalah 5 %. Dalam penarikan jumlah sampel, tidak dibedakan

antara rumah tangga industri dan rumah tangga non industri, hal ini

dikarenakan penelitian ini terfokus pada kualitas lingkungan permukiman

yang dapat dinilai oleh keseluruhan populasi.

3. Variabel Penelitian

Berdasarkan kajian literatur yang telah disusun pada Bab II, tiga

literatur menggunakan variabel yang berbeda-beda untuk mengukur kualitas

15

lingkungan permukiman. Variabel dalam penelitian ini menggunakan

kombinasi dari variabel-variabel yang dikemukakan dalam ketiga literatur

sebelumnya. Penelitian ini menggunakan kelompok variabel yang berasal

dari Doxiadis (1969) yang menyatakan bahwa elemen lingkungan terdiri

dari lingkungan alami (nature) dan lingkungan buatan (shell dan network),

namun dengan mengkombinasikan literatur yang lain untuk mendapatkan

variabel yang operasional.

Lingkungan alami kemudian diperjelas dengan literatur dari

Kemenenterian PU dan Perumahan Rakyat (2014) yang menyatakan bahwa

variabel yang diukur adalah kualitas sungai dan kualitas udara. kialitas

sungai diukur dari warna air sungai dan keberadaan sampah yang memenuhi

aliran sungai. Kualitas udara diukur dengan keberadaan polusi udara (bau

dan asap) yang dirasakan oleh masyarakat dan bersumber dari kegiatan

industri kecil yang berada pada Kampung Bratan.

Sementara itu, pada elemen lingkungan buatan, pengertian shell

sebagai hunian tidak digunakan sebagai variabel. Penggunaan variabel

hunian untuk mengukur kualitas lingkungan penelitian tidak relevan

mengingat hunian bersifat personal, sedangkan lingkungan yang ingin

diteliti dalam penelitian ini adalah lingkungan permukiman yang bersifat

makro.

Shell yang berarti wadah berkegiatan dapat pula diartikan sebagai

sarana yang mendukung aktivitas manusia seperti sarana pendidikan,

perkantoran, perdagangan, dan olahraga menurut Jayadinata (1999, dalam

Hidayati 2014). Namun, penggunaan sarana publik yang hanya dapat

disediakan pada skala pelayanan kota juga tidak relevan dengan penelitian

ini. Hal ini mengingat lokasi penelitian yang merupakan kawasan industri

kecil sehingga tidak dapat dilkukan intervensi terhadap penyediaan sarana

pada skala pelayanan kota. Selain itu, keberadaan sarana-sarana dengan

skala pelayanan besar tidak berdampak langsung pada kualitas lingkungan

kawasan.

Kemenenterian PU dan Perumahan Rakyat (2014) memberikan

alternatif indikator penilaian shell yang lebih relevan untuk penelitian ini,

16

yaitu ruang terbuka hijau. Variabel ini dinilai relevan mengingat ruang

terbuka hijau merupakan sarana publik yang sediaannya dapat berada pada

skala kawasan permukiman. Selain itu, keberadaan ruang terbuka publik

juga dapat diintervensi oleh masyarakat pemukim di Kampung Bratan

sendiri.

Untuk elemen terakhir dari lingkungan buatan, yaitu network,

Jayadinata (1999, dalam Hidayati, 2014) menyatakan bahwa kualitas

lingkungan pada elemen jaringan ini dapaat dilihat dari jaringan listrik,

jairngan air bersih dan jaringan drainase. Jaringan air bersih dan drainase

digunakan dalam penelitian ini, sementara untuk jaringan listrik,

keseluruhan wilayah Kampung Bratan telah memiliki akses terhadap

jaringan listrik perkotaan. Kemenenterian PU dan Perumahan Rakyat (2014)

memiliki kumpulan variabel yang berbeda, yaitu air bersih, drainase,

sanitasi, persampahan dan jairngan jalan lingkungan. Jaringan jalan

lingkungan dianggap tidak relevan untuk dijadikan variabel dalam penelitian

ini karena jaringan jalan tidak mengalami perubahan dalam kurun waktu

yang menjadi waktu penelitian.

Dalam penelitian ini variabel yang sudah ditentukan tidak diberi

bobot karena merupakan variabel bebas, setara, tidak ada yang lebih unggul

satu dari yang lain. Hal tersebut disebabkan penelitian ini tidak menyasar

pada tujuan tertentu dengan pemrograman dan sasaran tertentu (outcome

dan output).

Keseluruhan variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel

dibawah ini.

17

Tabel 3. Variable penelitian

Doxiadis (1969) Jayadinata

(1999) dalam

Kementrian PU dan

Perumahan Rakyat Variabel yang

digunakan Hidayati (2014) (2014)

Nature Sungai Sungai

Udara Udara

Shell Hunian

Pusat Kota

Tempat Kerja

Pusat Pendidikan

Pusat Olahraga

Ruang Terbuka Ruang Terbuka Hijau Hijau

Network Jaringan Listrik

Jaringan Air Bersih Air Minum Air bersih

Jaringan Drainase Drainase Drainase

Jairngan Sanitasi Sanitasi Sanitasi

Persampahan Persampahan

Jalan Lingkungan

Sumber : Berbagai sumber diolah

4. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental

Sampling dengan mempertimbangkan pengetahuan populasi terhadap

pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Sifat variabel yang

menggunakan persepsi sebagai dasar pengukuran kondisi menyebabkan

karakteristik populasi bersifat homogen terhadap variabel penelitian. Oleh

karena sifat populasi yang homogen, serta untuk menjalankan pengumpulan

data dengan efisien, maka teknik Accidental Sampling cocok untuk

digunakan.

Pada teknisnya, Accidental Sampling mengambil sampel pada

keluarga yang bersedia mengisi kuesioner pada saat pengumpulan data di

lapangan dilakukan. Pengambilan sampel berhenti saat jumlah sampel

minimal (117 responden) telah tercapai.

5. Teknik Analisis Data

Untuk melakukan penilaian kualitas lingkungan, terlebih dahulu

didefinisikasi kualitas lingkungan permukiman. Kualitas lingkungan

permukiman merupakan pencapaian terhadap kondisi ideal lingkungan

permukiman seperti yang telah ada di Bab II, seperti kualitas udara yang

18

baik adalah tidak berdebu dan tidak berbau, kualitas drainase yang baik

adalah jaringan yang tersedia dan berfungsi dengan baik. Setiap variabel

kemudian didefinisikan seperti apa kondisi idealnya.

Setelah kondisi ideal didefinisikan, indikator setiap variabel

kemudian disusun berdasarkan tingkat pencapaian kondisi ideal kualitas

lingkungan permukiman. Indikator tersebut menandai tiga tingkatan, yaitu

(1) Buruk, (2) Sedang dan (3) Baik. Indikator untuk setiap variabel dapat

dilihat pada Tabel di bawah ini.

19

Tabel 4. Indikator-indikator dari Variabel Penelitian

Elemen Variabel Sub Variabel Indikator Skor

Lingkungan Kualitas Warna Air dan Penuh dengan sampah dan 1

alami Sungai Sampah berwarna hitam pekat

Terdapat sedikit sampah dan 2

air berwarna coklat keruh

Tidak terdapat sampah dan 3

air berwarna coklat bening

Kualitas Udara Keberadaan asap Selalu terdapat polusi asap 1

dari industri dari industri rumahtangga

Kadang-kadang terdapat 2

polusi asap dari industri

rumahtangga

Tidak pernah terdapat polusi 3

asap dari industri

rumahtangga

Lingkungan Ruang Keberadaan Tidak tersedia jalur hijau atau 1

Buatan Terbuka Hijau RTH taman lingkungan

Tersedia jalur hijau atau 2

taman lingkungan

Tersedia jalur hijau dan 3

taman lingkungan

Kualitas Air Sumber Air Membeli air bersih 1

Minum Bersih

Sumur 2

PDAM 3

Kualitas

Jaringan

Saluran Drainase Tidak ada saluran drainase 1

(got)

Drainase Saluran drainase dibangun 2

sendiri

Saluran drainase dibangun 3

pemerintah

Fungsi Saluran Tersumbat sampah dan 1

sedimen

Terkadang terdapat sampah 2

dan sedimen

Air dapat mengalir lancar 3

Genangan Setiap kali hujan 1

Kadang-kadang 2

Tidak pernah 3

Kualitas

Jaringan

Sistem Sanitasi WC dan KM umum tanpa 1

septik tank

Sanitasi WC dan KM umum dengan 2

septic tank

WC dan KM rumah 3

Kualitas

Jaringan

Cara

Pembuangan

Tidak ada TPS yang 1

terjangkau

Persampahan Sampah

Ada TPS 2

Sumber : Analisis Peneliti 2015

Ada sistem pengambilan 3

sampah ke rumah

20

Pengumpulan data yang menggunakan kuesioner telah memberikan

ruang untuk responden memilih kondisi mana yang paling tepat

menggambarkan kondisi lingkungan permukiman menurut persepsi

responden.

Setelah data diperoleh, terdapat tiga tahapan analisis yang dilakukan

untuk mengidentifikasi perkembangan kualitas lingkungan permukiman

Kampung Bratan, yaitu (1) Analisis Skoring Kualitas Lingkungan Kampung

Bratan pada tahun 2010, (2) Analisis Skoring Kualitas Lingkungan

Kampung Bratan pda tahun 2015, (3) Analisis Perkembangan Kualitas

Lingkungan Kampung Bratan tahun 2010-2015. Masing-masing tahapan

analisis dijelaskan seperti di bawah ini.

a. Analisis Skoring Kualitas Lingkungan Kampung Bratan tahun 2010

Analisis ini pada dasarnya melabeli pilihan responden pada

kuesioner dengan skor yang telah ditetapkan seperti dapat dilihat pada

Tabel di atas. Perhitungan skor dilakukan pada 3 bagian, yaitu

perhitungan skor kualitas pada setiap variabel, perhitungan skor kualitas

pada elemen lingkungan (lingkungan alami dan lingkungan buatan),

serta perhitungan skor kualitas lingkungan secara keseluruhan.

Perhitungan skor kualitas pada keseluruhan variabel

menggunakan cara yang sama, kecuali untuk skor pada variabel Kualitas

Jaringan Drainase. Skor yang diperoleh untuk setiap responden

kemudian dihitung secara total untuk 117 responden. Perhitungan

tersebut kemudian dicocokkan pad tiga kriteria kualitas, yaitu Baik,

Sedang, Buruk. Penetapan tiga kriteria tersebut menggunakan

pembagian kelas berdasarkan nilai tertinggi dan nilai terendah yang

mungkin diperoleh dari skoring kuesioner. Perhitungannya sebagai

berikut :

Nilai terendah = 1 (skor terendah) x 117 (total responden) = 117

Nilai tertinggi = 3 (skor terendah) x 117 (total responden) = 351

Perhitungan kelas kriteria

Range kelas =

Nilai tertinggi - Nilai terendah

3

21

Range kelas = (351-117)/3 = 234/3 = 78

Berdasarkan range kelas tersebut, dapat diketahui skor untuk masing-

masing kriteria, seperti dapat dilihat pada Tabel berikut

Tabel 5. Nilai Skor untuk Penilaian Kriteria per Variabel

No Kriteria Skor

1 Baik 274 – 351

2 Sedang 195 – 273

3 Buruk 117 – 194

Sumber : Analisis Peneliti 2015

Khusus untuk variabel kualitas jaringan drainase yang terdiri dari

3 sub variabel, perhitungan skor untuk penentuan kriteria kualitas adalah

sebagai berikut.

Nilai terendah = 1 (skor terendah) x 3 (jumlah sub variabel) x 117 (total

responden) = 351

Nilai tertinggi = 3 (skor tertinggi) x 3 (jumalah subvariavel) x 117 (total

responden) = 1.053

Range kelas kriteria = (1.053 – 351)/3 = 234

Berdasarkan range kelas tersebut, dapat diketahui skor untuk masing-

masing kriteria khusus untuk variabel Kualitas Jaringan Drainase,

seperti dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 6. Nilai Skor untuk Penilaian Jaringan Drainage

No Kriteria Skor

1 Baik 820 – 1.053

2 Sedang 586 – 819

3 Buruk 351 – 585

Sumber : Analisis Peneliti 2015

22

Untuk skoring bagian kedua, yaitu skoring untuk masing-masing

elemen, perhitungan skoring dilakukan dengan menjumlahkan skor pada

variabel-variabel yang terdiri dari kelompok elemen yang sama.

Perhitungan nilai terendah dan tertinggi untuk masing-masing elemen

kualitas lingkungan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 7. Interval Nilai Variabel

No Elemen Variabel Nilai Nilai Range

Terendah Tertinggi Kelas

1 Kualitas Kualitas 117 351 Lingkungan Sungai

Alami

Kualitas

117 351

Udara

Nilai Elemen 234 702 156

2 Kualitas Kualitas 117 351

Lingkungan Ruang Buatan Terbuka

Kualitas Air 117 351

Minum

Kualitas

Jaringan

351 1053

Drainase

Kualitas

Jaringan

117 351

Sanitasi

Kualitas

Jaringan

117 351

Persampahan

Nilai Elemen 819 2.457 546

Sumber : Analisis peneliti 2015

Berdasarkan nilai range pada tabel di atas, maka dapat disusun

skor setiap kelas kriteria pada setiap elemen, seperti yang dapat dilihat

pada Tabel di bawah ini.

Tabel 8. Nilai masing-masing kriteria

No Elemen Kriteria Skor 1 Lingkungan Alami Baik 547 – 702

Sedang 391 – 546

Buruk 234 – 390 2 Lingkungan Buatan Baik 1.913 – 2.547

Sedang 1.366 – 1.912

Buruk 819 – 1.365 Sumber : Analisis Peneliti 2015

23

Pada bagian terakhir dari perhitungan skoring kualitas

lingkungan, dilakukan penilaian terhadap kualitas lingkungan secara

menyeluruh. Penilaian terhadap kualitas lingkungan ini dihiutng

berdasarkan total nilai yang diperoleh dari keseluruhan variabel pada

keseluruhan responden. Nilai terendah pada perhitungan ini adalah 1.053

(total nilai terendah elemen lingkungan alami dan lingkungan buatan),

sementara nilai tertinggi adalah 3.249. Berdasarkan nilai tersebut, range

untuk setiap kelas kriteria adalah 732. Dengan demikian, penilaian

terhadap kualitas lingkungan permukiman kampung Bratan secara

keseluruhan untuk masing-masing kriteria dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini.

Tabel 9. Nilai Kualitas Lingkungan

No Kriteria Skor

1 Baik 2.518 – 3.249

2 Sedang 1.786 – 2.517

3 Buruk 1.053 – 1.785

Sumber : Analisis peneliti 2015

b. Analisis Skoring Kualitas Lingkungan Kampung Bratan tahun 2015

Analisis ini merupakan analisis yang sama yang dilakukan pada

data yang diperoleh dari kuesioner pada data tahun 2015. Perhitungan

skor kualitas juga dilakukan pada 3 bagian, yaitu skor pada kualitas

setiap variabel, skor kualitas elemen lingkungan, serta perhitungan skor

kualitas lingkungan secara keseluruhan. Mekanisme perhitungan skoring

untuk analisis ini sama dengan mekanisme analisis pada bagian Analisis

Skoring Kualitas Lingkungan Kampung Bratan tahun 2015.

c. Analisis Perubahan Kualitas Lingkungan Kampung Bratan tahun 2010-

2015

Analisis perubahan kualitas lingkungan kampung Bratan

dilakukan dengan menggunakan data kualitas lingkungan tahun 2010

dan 2015. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis

24

kuantitatif dengan jenis analisis inferensi yang pada dasarnya

menggunakan proses statistik untuk menarik sari dari data yang banyak.

Alat analisis yang digunakan adalah T-test dengan paired samples.

Sampel berpasangan yang digunakan adalah responden pada penelitian

ini (berjumlah 117) dan berpasangan antara tahun 2010 dan 2015

(dengan variabel pengamatan yang sama).

Analisis T-test akan mengeluarkan dua nilai indikator, yaitu Sig.

yang berarti Signifikansi perbedaan, dan T-hitung yang menandakan

besaran perbedaan. Perbedaan dinilai signifikan jika nilai Sig. lebih kecil

dari 0.05.

Pada analisis ini, dihitung perkembangan kualitas lingkungan,

baik per variabel (kualitas sungai hingga kualitas jaringan

persampahan), per elemen (kualitas lingkungan alami dan kualitas

lingkungan buatan), dan secara keseluruhan.

Analisis Statistikal yang digunakan bersifat non parametrik

disebabkan data yang bersifat perseptif dengan kuesioner yang mudah

dipahami oleh masyarakat setempat. Data yang diperoleh berskala

nominal ordinal tanpa interval sehingga analisis lebih mudah dilakukan.

Keseluruhan proses analisis pada penelitian ini dapat dilihat pada

skema berikut ini.

Data Karakteristik Lingkungan Kampung Bratan

Analisis Skoring

Kualitas Lingkungan Alami 2010

Kualitas Lingkungan Buatan 2010

Data Karakteristik Lingkungan Kampung Bratan

Analisis Skoring

Kualitas Lingkungan Alami 2015

Kualitas Lingkungan Buatan 2015

Kualitas Lingkungan 2010

Kualitas Lingkungan 2015

Analisis Paired Sample T test

Perkembangan Kualitas

Lingkungan Permukiman Kp Bratan 2010-2015

INPUT ANALISIS OUTPUT

25