bab iii metode penelitian dan dukungan teman sebaya....
TRANSCRIPT
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif,
perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan
instrumen seperti apa yang akan digunakan. Oleh karena itu, dalam bab ini,
peneliti akan menguraikan skala yang digunakan dalam mengukur subjective
well-being, school connectedness dan dukungan teman sebaya. Bersamaan
dengan itu, akan diuraikan pula populasi dan sampel, serta teknik analisa
data yang akan digunakan.
1.1. VARIABEL PENELITIAN
1.1.1. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini, yaitu :
1) Variabel tergantung : Subjective well-being siswa
2) Variabel bebas : School connectedness dan,
Dukungan sosial teman sebaya
1.1.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1) Subjective Well-Being adalah evaluasi subjektif individu akan
pengalaman emosi yang menyenangkan (perasaan positif), level
rendah dari suasanan hati yang negatif (perasaan negatif), dan
tingginya kepuasan hidup. Meliputi komponen kognitif, berkaitan
dengan aspek kepuasan hidup individu dan komponen emosi yang
terdiri dari perasaan positif dan perasaan negatif (Diener, 2008).
a. Kepuasan hidup, digambarkan sebagai penilaian kognitif
individu mengenai hidupnya dalam domain keluarga,
teman, sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan pada diri
sendiri.
b. Komponen emosi meliputi perasaan positif (tertarik,
waspada, penuh perhatian, bergairah, antusias,
terinspirasi, bangga, teguh pendirian, kuat, dan aktif),
perasaan negatif (tertekan, bingung, perasaan bersalah,
malu, bermusuhan, lekas marah, gugup, gelisah, takut,
dan khawatir) (Watson, Clark dan Tellegen dalam
Ayyash-Abdo & Alammudin, 2007).
Untuk mengetahui subjective well-being remaja, digunakan dua
alat ukur. Pertama untuk mengukur kepuasan hidup dan yang kedua
untuk mengukur affective well-being.
Kepuasan hidup dinilai dengan menggunakan skala kepuasan
hidup yang diadaptasi dari Huebner (2001) yang telah mengalami
modifikasi oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian, yang disusun
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Diener (2008). Kepuasan
hidup dikalkulasikan dengan menghitung penilaian siswa atas 35
pernyataan yang ada. 10 pernyataan yang ada dijumlahkan secara
berkebalikan (reverse scored) dari 25 pernyataan yang lain. Jumlah
respon aitem yang dihasilkan, menunjukkan total skor secara
keseluruhan.
Affective well-being diukur dengan menggunakan 20 kata sifat
mengenai suasana hati (mood) dari positive and negative affect
schedule (PANAS; Watson Clark & Tellegen dalam Ayyash-Abdo &
Alammudin, 2007). Pernyataan PANAS menggambarkan emosi dan
perasaan yang berbeda-beda dan bisa dikelompokkan menjadi skala
positive affect dan skala negative affect. Kalkulasi secara keseluruhan
skor PANAS dilakukan melalui penjumlahan total nilai dari 10 kata
sifat yang menggambarkan emosi positif (PA): penuh perhatian,
tertarik, waspada, bergairah, antusias, terinspirasi, bangga, teguh
pendirian, kuat, dan aktif, dan 10 kata sifat yang menggambarkan
emosi negatif (NA): tertekan, bingung, memiliki perasaan bermusuhan,
lekas marah, takut, khawatir, malu, bersalah, gugup, dan gelisah.
2) School Connectedness
School connectedness merupakan persepsi siswa mengenai penerimaan
dirinya di sekolah oleh guru di sekolah dan pengidentifikasian serta
keterlibatan aktif dirinya sebagai bagian dari sekolah. Aspek-aspek dari
school connectedness, antara lain:
a. Social support, khususnya dukungan guru, didasarkan
pada sejauh mana siswa merasa dekat dan bernilai oleh
guru di sekolah. Biasanya diukur melalui laporan siswa
mengenai apakah gurunya menyukai dirinya atau tidak,
kepedulian mereka terhadap guru, kenyamanan ketika
berbicara dengan guru, seberapa sering guru memuji
mereka (Resnick dkk., 1997)
b. Belonging, didefinisikan sebagai rasa yang dimiliki oleh
siswa mengenai dirinya sebagai bagian dari sekolah.
Mengukur belongingness ini sering meliputi tingkat di
mana siswa merasa dihormati di sekolahnya, menjadi
bagian dari sekolahnya, merasa orang-orang yang ada di
sekolah peduli dengannya, dan memiliki teman di sekolah
(Voelkl, 1996).
c. Engagement, merefleksikan resiprokasi siswa atas rasa
memiliki (belonging) dan dukungan yang didapat melalui
kepedulian yang aktif dan keterlibatan di dalam
bagiannya (Karcher 2003).
Skala school connectedness diadaptasi dan dimodifikasi dari
Resnick, dkk. (Resnick, dkk. dalam Libbey, 2004) dan Simmons-
Morton dan Crump (2003).
3) Dukungan Sosial Teman Sebaya
Dukungan sosial teman sebaya merupakan persepsi remaja terhadap
tingkat dukungan yang diberikan oleh temannya, meliputi dimensi
dukungan emosional, instrumental, penilaian, dan informasi.
a. Dukungan emosional, keberadaan seseorang atau lebih
yang bisa mendengarkan secara simpati ketika seorang
individu mengalami masalah dan bisa menyediakan
indikasi kepedulian dan penerimaan.
b. Dukungan penilaian, meliputi ketersediaan informasi
yang berguna dalam rangka evaluasi diri – dengan kata
lain, memberikan umpan balik dan penguatan atau
penegasan.
c. Dukungan informasi, meliputi ketersediaan pengetahuan
yang berguna dalam menyelesaikan masalah, seperti
menyediakan informasi mengenai sumber-sumber dan
layanan komunitas atau menyediakan nasehat dan
tuntunan mengenai suatu aksi atau hal-hal tertentu untuk
menyelesaikan masalah.
d. Dukungan instrumental, melibatkan bantuan nyata atau
praktis yang secara langsung dapat membantu seseorang
yang membutuhkan.
Untuk menilai persepsi dukungan emosi, penilaian, informasi
dan instrumental yang diterima dari teman sebaya, skala diadaptasi dari
Malecki & Demaray (2002), yang telah mengalami modifikasi oleh
penulis sesuai dengan tujuan penelitian, yang disusun berdasarkan
empat aspek tersebut. Semakin tinggi skor menunjukkan semakin
tinggi dukungan sosial yang diterima.
1.2. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X, XI dan XII SMU
Negeri 1 Ambon yang berjumlah 738 siswa. Sampel penelitian diambil dari
populasi dengan teknik random sampling, dan yang dirandom adalah
kelas/kelompoknya. Langkah-langkah dalam menentukan sampel:
1. Menghitung jumlah kelas dan jumlah siswa dari tiap tingkatan
2. Menyusun sampling frame berdasarkan kelas, dalam hal ini ada 21
kelas
3. Menentukan jumlah kelas (5 kelas) yang akan dirandom.
4. Kelas yang terpilih dari hasil random yakni, kelas X-1, X-5, XI
IPA-3, XI IPS-2, dan XII IPA-3 yang berjumlah 176 siswa, dengan
perincian sebagai berikut:
Kelas X-1 : 34 siswa
Kelas X-5 : 34 siswa
Kelas XI-IPA3 : 38 siswa
Kelas XI-IPS2 : 34 siswa
Kelas XII-IPA3 : 36 siswa
1.3. INSTRUMEN PENELITIAN
Data tentang variabel-variabel dalam penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan instrumen berupa skala yang harus diisi oleh siswa.
Ada empat jenis skala yang digunakan, yaitu:
1). Untuk menguji komponen evaluasi terhadap kepuasan hidup,
digunakan skala kepuasan hidup siswa yang diadaptasi dari
Huebner (2001), sedangkan untuk komponen menguji
komponen evaluasi terhadap afek, digunakan Positive and
Negative Affect Schedule (Clark & Tellegan dalam Ayyash-
Abdo & Alammudin, 2007) yang telah dimodifikasi oleh
peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Tabel distribusi aitem
bisa dilihat pada halaman berikutnya.
Tabel 3.1
Distribusi aitem SWB sebelum uji coba
Komponen Indikator No. Pernyataan Jumlah
F UF
1. Evaluasi
terhadap
kepuasan
hidup
1. Kepuasan
pada
keluarga
2. Kepuasan
pada teman
3. Kepuasan
pada
sekolah
4. Kepuasan
pada
lingkungan
tempat
tinggal
5. Kepuasan
pada diri
sendiri
6,7,15,16,18
,24,26
10,25,34
5,17,21,22
13,27,32,33
1,4,9,12,
14,29,31
3,19,20
2,8,11
23,28,30,
35
7
6
7
8
7
2. Evaluasi
terhadap
afek
1. Perasaan
positif
(Positive
affect)
2. Perasaan
negatif
(Negative
affect)
1, 12, 17, 3,
9, 14, 10,
16, 5, 19
2, 4, 6, 13,
18, 11, 15,
18, 7, 20
10
10
Jumlah 35 20 55
Data skala komponen kognitif (evaluasi terhadap kepuasan
hidup siswa) menggunakan empat tingkat penilaian (skala Likert)
yaitu nilai 1 sampai 4, yang pernyataannya disusun dalam bentuk
favourable dan unfaourable. Respon-respon subyek untuk
pernyataan favourable diberikan bobot masing-masing nilai 4 untuk
jawaban sangat sesuai, nilai 3 untuk jawaban sesuai, nilai 2 untuk
jawaban tidak sesuai, nilai 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai.
Sebaliknya pernyataan unfavourable diberi bobot 1 untuk jawaban
sangat sesuai, nilai 2 untuk jawaban sesuai, nilai 3 untuk jawaban
tidak sesuai, nilai 4 untuk jawaban sangat tidak sesuai. Jumlah total
skor yang dihasilkan menunjukkan kepuasan hidup secara
keseluruhan. Skala untuk komponen emosi terdiri dari 20 kata yang
melambangkan perasaan, yang juga menggunakan empat tingkat
penilaian yaitu nilai 1 sampai 4, yang perasaannya terdiri dari
perasaan-perasaan positif dan perasaan-perasaan negatif. Respon-
respon subyek untuk setiap kata yang mewakili perasaan positif
diberikan bobot masing-masing nilai 4 untuk jawaban sangat sering,
nilai 3 untuk jawaban sering, nilai 2 untuk jawaban tidak sering, dan
nilai 1 untuk jawaban sangat tidak sering atau sangat jarang.
Sebaliknya untuk perasaan negatif diberikan nilai 1 untuk jawaban
sangat sering, nilai 2 untuk jawaban sering, nilai 3 untuk jawaban
tidak sering, dan nilai 4 untuk jawaban sangat tidak sering atau
jarang sekali. Total skor afektif diperoleh dengan menjumlahkan
skor PA (Positive Affect) dan skor NA (Negative Affect).
2). Skala School connectedness diadaptasi dari Resnick, dkk. (Resnick
dkk. dalam Libbey, 2004) dan Simmons-Morton dan Crump (2003),
kemudian dimodifikasi oleh peneliti sesuai tujuan penelitian.
Tabel 3.2.
Distribusi aitem school connectedness scale sebelum uji coba.
Aspek Indikator
No.
Pernyataan
Jumlah
F
1. Social support 1. Relasi dengan guru
2. Sikap guru terhadap
siswa
4, 10
6, 12
2
2
2. Belonging 1. Perasaan positif
siswa terhadap
sekolah
2. Rasa menjadi bagian
dari sekolah
3, 14, 5, 15
1,. 2, 13
4
3
3. Engagement 1. Sikap positif di
sekolah
2. Komitmen terhadap
sekolah
7, 8
9, 11
2
2
Jumlah 15 15
Skala school connectedness menggunakan empat tingkat
penilaian (skala Likert) yaitu nilai 1 sampai 4, yang
pernyataannya disusun dalam bentuk pernyataan favourable.
Respon-respon subyek untuk setiap pernyataan diberikan bobot
masing-masing nilai 4 untuk jawaban sangat sesuai, nilai 3 untuk
jawaban sesuai, nilai 2 untuk jawaban tidak sesuai, dan nilai 1
untuk jawaban sangat tidak sesuai. Total skor didapatkan dengan
menjumlahkan nilai-nilai dari semua pernyataan. Makin tinggi
total skor yang diperoleh menunjukkan tingginya level school
connectedness ataupun sebaliknya.
3). Skala dukungan sosial teman sebaya diadaptasi dan
dimodifikasi oleh peneliti dari Malecki & Demaray (2002).
Tabel 3.3.
Distribusi aitem skala dukungan sosial teman sebaya sebelum uji coba.
Aspek Indikator
No.
Pernyataan Jumlah
F
1. Dukungan
emosi
1. Penerimaan
2. Perhatian/kepedulian
1, 6, 7
12, 20, 11
3
3
2. Dukungan
penilaian
1. Pemberian umpan
balik
2. Pemberian penguatan
8, 2
9, 10
2
2
3. Dukungan
informasi
1. Memberikan
penjelasan mengenai
suatu hal tertentu
2. Memberikan
nasehat/tuntunan
5, 19
18,16
2
2
4. Dukungan
instrumental
1. Menghabiskan waktu
bersama
2. Memberikan bantuan
13, 3, 15
4, 17, 14
3
3
Jumlah 20 20
Skala dukungan sosial teman sebaya menggunakan empat
tingkat penilaian (skala Likert) yaitu nilai 1 sampai 4, yang
pernyataannya disusun dalam bentuk favourable. Respon-respon
subyek untuk pernyataan diberikan bobot masing-masing 4 untuk
jawaban sangat sesuai, nilai 3 untuk jawaban sesuai, nilai 2 untuk
jawaban tidak sesuai, dan nilai 1 untuk jawaban sangat tidak
sesuai. Skor total didapatkan dengan menjumlahkan nilai-nilai
dari semua pernyataan. Semakin tinggi skor total yang diperoleh,
menunjukkan tingkat dukungan yang makin tinggi, dan makin
rendah skor total yang diperoleh menunjukkan tingkat dukungan
yang rendah.
3.4. TEKNIK ANALISIS DATA
3.4.1. Analisis uji instrumen
Untuk mengetahui validitas dan relialitas instrumen penelitian,
dilakukan uji coba. Dalam penelitian ini akan digunakan validitas isi, seleksi
aitem dan reliabilitas.
Validitas isi dilakukan melalui pendapat dosen pembimbing dalam
proses telaah soal dengan menggunakan spesifikasi alat ukur yang telah ada,
kemudian skala juga disebarkan pada 10 siswa dari SMU Negeri 3 Salatiga
untuk melihat kejelasan struktur bahasa yang digunakan dalam skala
tersebut. Pengujian seleksi aitem dilakukan melalui diskriminasi daya beda
aitem (corrected item-total correlation) dan berdasarkan hasil korelasi itu
ditentukan butir-butir yang valid dan gugur. Dalam uji coba, penulis
menggunakan angka korelasi ≥ 0.30 sebagai batas validitas butir (Azwar,
2008). Dengan demikian apabila korelasi antar skor aitem pernyataan dengan
skor total aitem berada di bawah 0.30 maka aitem dinyatakan gugur.
Sesudah proses validitas, dilakukan analisa reliabilitas terhadap butir-
butir yang valid dengan teknik alpha Cronbach.
Selanjutnya perhitungan daya beda aitem dan reliabilitas akan
menggunakan program SPSS versi 18 (PASW Statistic 18). Kategori
tingkatan reliabilitas dengan koefisien alpha yang dikutip dari Sugiyono
(2005) dan akan menjadi pedoman penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 3.4
Pedoman penilaian reliabilitas skala
Alpha Kriteria
0,00 – 0, 199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan
menggunakan skala psikologi diperoleh hasil penelitian seperti tertera pada
halaman berikut:
a. Skala SWB (Kepuasan hidup dan PANAS)
Tabel 3.5
Hasil uji coba skala SWB
Komponen Indikator No. Pernyataan Jumlah
F UF
*aitem gugur
Hasil uji validitas pada skala kepuasan hidup menunjukkan
bahwa ada beberapa aitem yang gugur yakni aitem nomor 1, 4, 5, 8,
9, 14, 17, 19, 20, 23, 25, 29, 30, 31, 34. Dari proses pembuangan
ini, tersisa 20 aitem yang valid. Adapun nilai r (corrected item-total
correlation) bergerak dari 0.300 – 0.600 dengan koefisien alpha
cronbach 0.848 yang termasuk dalam kategori SANGAT KUAT.
Hasil uji validitas positive and negative affect scale
menunjukkan bahwa ada 2 aitem yang gugur yakni aitem nomor 5 dan
1. Evaluasi
terhadap
kepuasan
hidup
1 Kepuasan
pada keluarga
2 Kepuasan
pada teman
3 Kepuasan
pada sekolah
4 Kepuasan
pada
lingkungan
tempat
tinggal
5 Kepuasan
pada diri
sendiri
6,7,15,16,18,
24,26
10,25*,34*
5*,17*,21,22
13,27,32, 33
1*,4*,9*,12,
14*,29*,31*
3,19*,20*
2,8*,11
23*,28,30*,
35
7
6
7
8
7
2. Evaluasi
terhdadap
afek
1. Perasaan
positif
2. Perasaan
negatif
1, 12, 17, 3,
9, 14*, 10,
16, 5*, 19
2, 4, 6, 13,
8, 11, 15,
18, 7, 20
10
10
Jumlah 35 20 55
14, sehingga tersisa 18 aitem yang valid. Adapun nilai r (corrected
item total-correlation) bergerak dari 0.310 – 0.707 dengan koefisien
alpha cronbach 0.865 yang termasuk dalam kategori SANGAT
KUAT.
b. Skala school connectedness
Tabel 3.6
Hasil uji coba skala school connectedness
Aspek Indikator No.
Pernyataan
Jumlah
F
1. Social
support
1 Relasi dengan guru
2 Sikap guru terhadap
siswa
4, 10
6, 12
2
2
2 Belonging 1. Perasaan positif
siswa terhadap
sekolah
2. Rasa menjadi bagian
dari sekolah
3, 14, 5, 15
1,2, 13*
4
3
3. Engagement 1. Sikap positif di
sekolah
2. Komitmen terhadap
sekolah
7, 8
9, 11
2
2
Jumlah 15 15
*aitem gugur
Hasil uji validitas pada skala school connectedness
menunjukkan bahwa terdapat 1 aitem yang gugur yakni aitem
nomor 13, sehingga tersisa 14 aitem yang valid. Nilai r (corrected
item-total correlation) bergerak dari 0.350 – 0.615 dengan koefisien
alpha cronbach 0.820 termasuk dalam kategori SANGAT KUAT.
c. Skala dukungan sosial teman sebaya
Tabel 3.7
Hasil uji coba skala dukungan sosial teman sebaya
Aspek Indikator No.
Pernyataan
Jumlah
F
1. Dukungan
emosi
1 Penerimaan
2 Perhatian/
kepedulian
1, 6, 7
12, 20, 11
3
3
2. Dukungan
penilaian
1. Pemberian umpan
balik
2. Pemberian
penguatan
8, 2
9, 10
2
2
3. Dukungan
informasi
1 Memberikan
penjelasan
mengenai suatu
hal tertentu
2 Memberikan
nasehat/tuntunan
5, 19
18*,16
2
2
3 Dukungan
instrumental
1 Menghabiskan
waktu bersama
2 Memberikan
bantuan
13, 3, 15
4, 17, 14*
3
3
Jumlah 20 20
*aitem gugur
Hasil uji validitas pada skala dukungan sosial teman sebaya
menunjukkan bahwa terdapat 2 aitem yang gugur yaitu aitem nomor 14
dan 18. Nilai r (corrected item-total correlation) bergerak dari 0.300 –
0.586 dengan koefisien alpha cronbach 0.851 termasuk dalam kategori
SANGAT KUAT.
Penelitian ini menggunakan data uji coba terpakai yang artinya
hasil uji coba (try out) tersebut juga sekaligus digunakan sebagai data
penelitian di mana aitem skala yang dinyatakan gugur tidak digunakan
dalam penelitian.
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
1). Uji normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa
data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dalam
penelitian ini pengujian normalitas dilakukan dengan melihat gambar
grafik normal P-P Plot. Normalitas di deteksi dengan melihat titik-
titik yang mengikuti garis linear yang bergerak dari kiri bawah ke
kanan atas. Bila titik-titik tersebut mengikuti garis diagonal atau
berada searah sekitar garis diagonal, berarti data terdistribusi secara
normal dan analisis dapat dilanjutkan. Normalitas juga dilihat melalui
uji model regresi dan Kolmogrov-Smirnov untuk melihat apakah
residual terdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal
jika nilai signifikansi lebih dari 0.05. (Santoso, 2010).
2). Uji linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui
signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Jika
penyimpangan tersebut tidak signifikan ( > 0.05), dan signifikansi
linearitas signifikan ( < 0.05), maka hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat adalah linear (Hadi, 2000).
3). Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independent variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel bebas, karena jika hal tersebut
terjadi maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi
kemiripan. Untuk mendeteksi apakah terjadi problem
multikolinearitas dapat diketahui dengan Variance Inflation Factor
(VIF) dan Tolerance. Pedoman suatu model regresi yang bebas
multikolinearitas menurut Santoso (2010) adalah sebagai berikut:
a.) Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1
b.) Mempunyai angka tolerance mendekati 1
4). Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui goodness
of fit (kesesuaian model). Uji ini dilakukan untuk melihat hasil grafik
scatterplot, hasil perhitungan menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y serta tidak membentuk pola yang jelas atau tertentu,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000).
3.4.3. Uji Hipotesa
Teknik analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi berganda. Analisis ini bermaksud untuk
meramalkan bagaimana keadaan variabel dependen, bila dua atau lebih
variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (Sugiyono,
2005). Analisis regresi berganda dilakukan bila jumlah variabel
independennya minimal dua.