bab iii metode penelitian a. metode dan desain...
TRANSCRIPT
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode pre-eksperimen digunakan untuk melihat pengaruh penerapan
pembelajaran berbasis masalah terhadap profil study approach fisika dan
kemampuan berpikir kreatif. Penelitian ini menggunakan metode pre-
eksperimen karena metode ini dianggap sesuai untuk mengumpulkan
informasi atau data yang dipakai guna menentukan pengaruh dari suatu
perlakuan yang diberikan secara sengaja dalam penelitian. Metode ini
dikatakan pre-eksperimen karena desain ini belum merupakan eksperimen
sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh
terhadap terbentuknya variabel terikat. Jadi hasil eksperimen yang merupakan
variabel terikat bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel bebas. Hal ini
dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih
secara acak (Sugiyono, 2009, hlm. 109).
Secara khusus penelitian ini menggunakan metode korelasi. Menurut
Rahmat (2013, hlm. 34) “penelitian korelasi menentukan apakah terdapat
hubungan (asosiasi) antara dua variabel atau lebih, serta seberapa jauh korelasi
yang ada di antara variabel yang diteliti”. Metode korelasi ini digunakan untuk
menentukan hubungan antara study approach dan kemampuan berpikir kreatif.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
one-group pretest-posttest, dimana dilakukan dua kali pengambilan data, yaitu
sebelum (pre-test) dan setelah sampel mendapatkan perlakuan (post-test).
Desain ini digambarkan sebagai berikut.
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Pre-test Treatment Post-test
29
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
O1 X O2
( Sugiyono, 2009)
Keterangan :
O1 = Tes awal (pre-test) dilakukan sebelum siswa diberikan perlakuan
dengan model pembelajaran berbasis masalah.
O2 = Tes akhir (post-test) dilakukan setelah siswa diberikan perlakuan
dengan model pembelajaran berbasis masalah
X = Perlakuan (treatment) dengan menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah
B. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian adalah pola pikir yang menunjukkan hubungan
antar variabel yang akan diteliti (Rahmat, 2013, hlm. 63). Paradigma
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma ganda
dengan dua variabel terikat. Pola hubungan antara ketiga variable dapat dilihat
dalam gambar di bawah ini.
Gambar 3.1. Pola Paradigma Ganda Dengan Dua Variabel Terikat
Keterangan :
Y = Pembelajaran Berbasis Masalah
X1 = Profil Study Approach
X2 = Kemampuan Berpikir Kreatif
rxy = Koefisien korelasi
C. Subjek Penelitian
30
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannnya (Sugiyono,
2009. hlm. 117). Pada penelitian ini, populasi target adalah seluruh siswa di
suatu SMP Negeri di Kota Bandung, sedangkan populasi terjangkau adalah
siswa kelas VIII di suatu SMP Negeri di Kota Bandung.
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa salah satu
kelas VIII suatu SMP Negeri di Kota Bandung dengan jumlah 31 orang siswa
yang terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan. Menurut Rahmat (2013,
hlm. 114), sampel adalah sub dari seperangkat elemen yang dipilih untuk
dipelajari. Teknik penarikan sampel yang dilakukan adalah purposive
sampling. Teknik purposive sampling dilakukan dengan cara memilih sampel
dari suatu populasi berdasarkan informasi yang tersedia serta sesuai dengan
penelitian yang sedang berjalan, sehingga perwakilannya terhadap populasi
dapat dipertanggungjawabkan (Rahmat, 2013. hlm. 128).
D. Definisi Operasional
1. Study Approach
Study approach atau pendekatan belajar adalah cara yang
dilakukan oleh siswa untuk merespon pembelajaran dan belajar, baik
selama proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran. Pada
penelitian ini ada dua macam study approach yang diteliti, yaitu deep
approach dan surface approach, dengan empat kriteria surface approach
(lack of purpose, unrelated memorising, syllabus-boundness, fear of
failure) dan empat kriteria deep approach (seeking meaning, relating ideas,
use of evidence, dan interest in ideas). Study approach ini diukur dengan
menggunakan 32 butir instrumen yang diambil dari instrumen yang
bernama Approach to Study Skills Inventory for Students (ASSIST).
Instrumen tersebut berbentuk kalimat pernyataan, nomor ganjil merupakan
31
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pernyataan untuk deep approach dan nomor genap untuk surface
approach. Profil study approach dapat diketahui dengan cara
membandingkan dan menganalisis hasil skor pre-test dengan hasil skor
post-test dari deep approach dan surface approach.
2. Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan
bermacam-macam kemungkinan jawaban ketika merespon permasalahan
yang diberikan. Berpikir kreatif ini memiliki beberapa indikator,
diantaranya adalah keaslian (originality), keluwesan (flexibility),
kelancaran (fluency), dan penguraian (elaboration). Kemampuan berpikir
kreatif diukur dengan menggunakan instrumen tes uraian terbuka yang
berjumlah 12 soal yang aktivitasnya mengacu pada tes The Torrance Test
of Creative Thinking (TTCT) yang terdiri atas 5 kegiatan verbal, yaitu : (1)
membuat pertanyaan (asking); (2) menebak sebab akibat; (3) menebak
akibat dari peristiwa; (4) mengembangkan manfaat suatu benda;dan (5)
membuat tebakan.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang
mengarahkan siswa memahami konsep dan materi melalui proses
pemecahan masalah, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: (1)
Orientasi siswa pada masalah; (2) Mengorganisasi siswa untuk belajar; (3)
Membimbing pengalaman individual/kelompok; (4) Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya; dan (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Keterlaksanaan model pembelajaran berbasis
masalah diukur dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan
aktivitas guru dan siswa yang mengacu pada langkah-langkah model
pembelajaran berbasis masalah.
32
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di suatu SMP Negeri di Kota Bandung.
Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun
2014/2015 dengan tiga tahapan pelaksanaan, yaitu :
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Studi literatur untuk memperoleh konsep dan teori yang sesuai dengan
permasalahan yang akan dikaji.
b. Studi pendahuluan untuk memperoleh gambaran awal tentang proses
pembelajaran di kelas, respon siswa terhadap pembelajaran fisika,cara
siswa belajar, prestasi siswa dan minat siswa terhadap mata pelajaran
fisika.
c. Telaah Kurikulum 2013 untuk menentukan kompetensi dasar yang
hendak dicapai.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Skenario
Pembelajaran sesuai dengan Pembelajaran Berbasis Masalah.
e. Menyusun instrumen penelitian.
f. Melakukan uji coba instrumen dengan membagikan instrumen tes
berpikir kreatif dan Approach and Study Skills Inventory for Students
kepada siswa untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrument
yang akan digunakan dalam penelitian.
g. Melakukan analisis uji coba instrumen dan revisi instrumen penelitian
yang belum atau kurang sesuai.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Memberikan tes awal (pre-test) untuk mengetahui profil study
approach dan kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum diberi
perlakuan (treatment).
b. Mengolah data hasil pre-test.
33
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c. Menerapkan pembelajaran berbasis masalah pada proses belajar
mengajar di kelas dalam jangka waktu tiga kali pertemuan (8x40
menit).
d. Memberikan tes akhir (post-test) untuk mengetahui profil study
approach dan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah diberi
perlakuan.
e. Mengolah data hasil post-test.
f. Melakukan analisis terhadap hasil pre-test dan post-tes, kemudian
membandingkan keduanya untuk mendapatkan gambaran tentang ada
atau tidaknya perubahan study approach dan peningkatan kemampuan
berpikir kreatif setelah diberikan perlakuan.
3. Tahap Akhir Penelitian
a. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap persiapan, pelaksanaan , dan
hasil penelitian.
b. Melakukan penulisan laporan penelitian dalam bentuk skripsi.
Secara garis besar, alur penelitian dapat digambarkan seperti berikut.
34
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 3.2. Bagan Alur Penelitian
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua macam instrumen utama yang berupa tes
dan non tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir
35
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kreatif sedangkan instrumen non tes digunakan untuk mengukur study
approach dan keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah.
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai
pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau
dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik
(Arifin, 2009, hlm 118). Tes tertulis atau sering disebut paper and pencil test
adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk tertulis.
Berikut penjelasan mengenai instrumen penelitian yang digunakan :
1. Kemampuan Berpikir Kreatif
Tes kemampuan berpikir kreatif yang digunakan adalah tes uraian
terbuka yang aktivitasnya mengacu pada The Torrance Test of Creative
Thinking (TTCT) yang disusun oleh Paul Torrance. TTCT terdiri atas dua
jenis tes, yaitu tes verbal dan tes gambar. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini berupa tes verbal yang berjumlah 12 soal uraian terbuka
dengan skor maskimum tiga untuk setiap soal, dan skor maksimum 36
untuk semua soal. Tes verbal terdiri atas 7 jenis kegiatan, yaitu:
(1). Membuat pertanyaan (asking)
(2). Menebak sebab akibat
(3). Menebak akibat dari peristiwa
(4). Mengembangkan manfaat suatu benda
(5). Menggunakan sesuatu dengan cara-cara yang luar biasa
(6). Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang luar biasa
(7). Membuat tebakan
Dari ketujuh jenis kegiatan tersebut, hanya lima jenis kegiatan
yang digunakan dalam penyusunan tes kemampuan berpikir kreatif.
Indikator kemampuan berpikir kreatif yang diukur dalam penelitian ini
adalah fluency, originality, flexibility, dan elaboration dengan kisi-kisi
soal tes yang terdapat pada tabel 3.2 berikut.
36
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.2. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
No Aspek Jenis Kegiatan Indikator No
Soal
1 Fluency
Menebak sebab-
sebab
Siswa mampu mengemukakan
penyebab dari munculnya
permasalahan yang diberikan
secara lancar
3A
Membuat
pertanyaan
Siswa mampu membuat
pertanyaan sebanyak mungkin
mengenai permasalahan yang
diberikan secara lancar
6
Menebak sebab-
sebab
Siswa mampu mengemukakan
penyebab dari munculnya
permasalahan yang diberikan
secara lancar
9
2 Flexibility
Menebak akibat
dari peristiwa
Siswa mampu mengemukakan
akibat yang muncul dari
permasalahan yang diberikan
sebanyak mungkin dari sudut
pandang yang berbeda
3B
Membuat
pertanyaan
Siswa mampu membuat
pertanyaan sebanyak mungkin
dari sudut pandang yang
berbeda dalam menghadapi
suatu masalah
7
Menebak sebab-
sebab
Siswa mampu mengemukakan
penyebab dari munculnya
permasalahan yang diberikan
sebanyak mungkin dari sudut
pandang yang berbeda
10
3 Originality
Mengembangkan
manfaat suatu
benda
Siswa mampu mengembangkan
manfaat suatu benda yang
berupa gagasan baru dan unik
serta berbeda dari yang lain
4
Mengembangkan
manfaat suatu
benda
Siswa mampu mengembangkan
manfaat suatu benda yang
berupa gagasan baru dan unik
serta berbeda dari yang lain
5
Mengembangkan
manfaat suatu
benda
Siswa mampu mengembangkan
manfaat suatu benda yang
berupa gagasan baru dan unik
serta berbeda dari yang lain
11
37
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4 Elaboration
Membuat tebakan
Siswa mampu membuat tebakan
secara terperinci 1
Menebak akibat
dari peristiwa
Siswa mampu mengemukakan
penyebab dari timbulnya
permasalahan yang diberikan
secara terperinci
2
Menebak sebab-
sebab
Siswa mampu mengemukakan
penyebab dari munculnya
permasalahan yang diberikan
secara terperinci
8
Untuk mengetahui kelayakan instrumen tes untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif, dilakukan pengujian instrumen sebagai
berikut :
a) Penilaian Ahli
Penilaian ahli dilakukan sebelum pelaksanaan uji coba
instrumen. Hasil penilaian instrumen tersebut dapat dilihat pada
lampiran A. 4.
b) Validitas Butir Soal
Pengujian validitas instrument tes berpikir kreatif dilakukan
dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment, Arifin
(2009) yaitu:
∑ (∑ )
√* ∑ (∑ )+* ∑ (∑ )+ ( )
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
n = banyaknya data
∑X = jumlah variabel X
∑Y = jumlah variabel Y
∑X2 = jumlah variabel X kuadrat
∑Y2
= jumlah variabel Y kuadrat
38
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kriteria yang digunakan untuk uji validitas butir tes instrument
dianggap memenuhi syarat kesahihan, jika mempunyai koefisien
korelasi rhitung lebih besar dari rtabel pada taraf nyata α = 0,05.
Berikut adalah tabel interpretasi nilai validitas yang digunakan
untuk menentukan kriteria validitas soal yang diujikan.
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Validitas
Nilai Validitas Kriteria Validitas
0,800 - 1,000 Sangat Tinggi
0,600 - 0,800 Tinggi
0,400 - 0,600 Cukup
0,200 - 0,400 Rendah
0,000 - 0,200 Sangat Rendah
(Arikunto, 2010)
Pada penelitian ini, dilakukan uji coba terhadap 20 butir soal
dengan hasil validitas ditunjukan pada tabel 3.4. Butir soal yang
selanjutnya digunakan pada pre-test dan post-test adalah butir soal
dengan kriteria validitas cukup dan tinggi.
Tabel 3.4. Klasifikasi Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif
Kriteria Validitas Nomor Butir Soal
Tinggi 12, 13, 15
Cukup 1A, 3, 4, 5, 7, 8A, 9, 10A, 10B, 11, 14
Rendah 1B, 2, 6, 8B, 10C
Sangat Rendah 16
c) Reliabilitas
39
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tes kemampuan berpikir kreatif merupakan soal dengan bentuk
uraian, karenanya untuk mengukur realiabilitas instrumen ini
digunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu :
(
) (
∑
) ( )
Keterangan:
r11 = reliabilitas intrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau soal
∑
Untuk memperoleh jumlah varians butir, terlebih dahulu dicari
varians setiap butir, kemudian dijumlahkan.
( )
( )
( )
( )
Keterangan:
Berikut adalah tabel interpretasi nilai reliabilitas yang
digunakan untuk menentukan kriteria reliabilitas soal yang diujikan.
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Reliabilitas
Nilai Reliabilitas Kriteria Reliabilitas
0,81 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
40
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
0,61 < r ≤ 0,80 Tinggi
0,41 < r ≤ 0,60 Cukup
0,21 < r ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r ≤ 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2010)
Dari hasil uji reliabilitas instrumen tes kemampuan berpikir
kreatif yang terdapat pada lampiran A.5, didapatkan nilai reliabilitas
instrumen sebesar 0,736 dengan kriteria reliabilitas tinggi.
d) Tingkat Kesukaran Butir Soal
Cara menghitung tingkat kesukaran untuk soal bentuk uraian
adalah menghitung berapa persen peserta didik yang gagal menjawab
benar atau ada di bawah batas lulus (passing grade) untuk tiap-tiap
soal (Arifin, 2009, hlm 273). Untuk menafsirkan tingkat kesukaran
soalnya dapat digunakan kriteria sebagai berikut:
1) Jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27%, termasuk
mudah.
2) Jika jumlah peserta didik yang gagal antara 28% sampai dengan
72%, termasuk sedang.
3) Jika jumlah peserta didik yang gagal 72% ke atas, termasuk sukar.
Tabel 3.6 di bawah ini merupakan klasifikasi data hasil uji coba
tingkat kesukaran butir soal instrumen tes kemampuan berpikir kreatif.
Tabel 3.6. Klasifikasi Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif
Klasifikasi Tingkat
Kesukaran Butir Soal Nomor Butir Soal
Mudah 1A
Sedang 1B, 2, 3, 4, 6, 7, 8B
Sukar 5, 8A, 9, 10A, 10B, 10C, 11, 12, 13, 14, 15, 16
41
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
e) Daya Pembeda
Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal
bentuk uraian adalah menghitung perbedaan dua rata-rata (mean),
yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata dari
kelompok bawah untuk tiap-tiap soal dengan menggunakan persamaan
berikut (Arifin, 2009, hlm 277).
( )
√(
( ))
( )
Keterangan:
= rata-rata dari kelompok atas
= rata-rata dari kelompok bawah
= jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
= jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
= 27% x N (baik untuk kelopok atas maupun kelompok bawah)
Berikut adalah tabel interpretasi nilai daya pembeda yang
digunakan untuk menentukan kriteria daya pembeda soal yang diujikan.
Tabel 3.7. Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
0,40 - 1,00 Sangat Baik
0,30 - 0,39 Baik
0,20 - 0,29 Cukup
0,00 - 0,19 Buruk
(Arifin, 2009)
Tabel 3.8 di bawah ini menunjukkan klasifikasi data hasil uji
coba daya pembeda butir soal instrumen tes kemampuan berpikir
kreatif. Butir soal yang selanjutnya digunakan pada pre-test dan post-
42
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
test adalah butir soal dengan kriteria daya pembeda cukup, baik, dan
sangat baik.
Tabel 3.8. Klasifikasi Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif
Klasifikasi Daya Pembeda Nomor Butir Soal
Sangat Baik 1A, 7, 8A, 13
Baik 3, 4, 8B
Cukup 6, 9, 10A, 10B, 10C, 11, 12, 14, 15
Buruk 1B, 2, 5, 16
Setelah dilakukan pengolahan data dan analisis, dari 20 butir soal
yang diujikan hanya 12 butir soal yang selanjutnya digunakan pada pre-
test dan post-test kemampuan berpikir kreatif. Hasil rekapitulasi uji
instrumen secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran A.5.
2. Study Approach
Untuk mengukur study approach digunakan instrument non tes
jenis angket yang bernama Approach and Study Skills Inventory for
Students (ASSIST) yang dikembangkan oleh Entwistle dan Ramsed,
dengan kisi-kisi instrumen sebagai berikut.
Tabel 3.9. Kisi-kisi Instrumen Deep Approach
No Aspek Deep Approach Nomor Butir Soal
1 Seeking Meaning 1, 3, 5, 7
2 Relating ideas 9, 11, 13, 15
3 Use of Evidence 17, 19, 21, 23
4 Interest in Idea 25, 27, 29, 31
Tabel 3.10. Kisi-kisi Instrumen Surface Approach
No Aspek Surface Approach Nomor Butir Soal
1 Lack of purpose 2, 4, 6, 8
43
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2 Unrelated memorising 10, 12, 14, 16
3 Syllabus-boundness 18, 20, 22, 24
4 Fear of failure 26, 28, 30, 32
Instrumen study approach merupakan instrumen berbahasa Inggris,
dan berbentuk kalimat pernyataan dengan lima pilihan respon, yaitu:
Setuju; Sedikit Setuju; Tidak Yakin; Sedikit Tidak Setuju; dan Tidak
Setuju. Agar dapat digunakan dalam penelitian ini, instrumen tersebut
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia serta dilakukan penyesuaian
konten agar sesuai dengan tujuan penelitian, dan penyesuaian bahasa agar
kalimat dalam angket mudah dipahami oleh subjek penelitian.
3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Selain kedua instrumen tersebut, digunakan pula lembar observasi
keterlaksanaan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam model
pembelajaran berbasis masalah, untuk mengukur keterlaksanaan model
pembelajaran berbasis masalah (dapat dilihat pada lampiran C.3).
G. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan instrument tes dan non tes.
Dalam penelitian ini terdapat dua instrument pokok yang digunakan yaitu :
a. Variabel profil study Approach (X1) dengan mengambil data penilaian
hasil Approach and Study Skills Inventory for Students
b. Variabel kemampuan berpikir kreatif (X2) melalui tes berpikir kreatif
yang mengacu pada empat sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir
kreatif yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian
(originality), dan penguaraian (elaboration).
H. Teknik Pengolahan Data
1. Kemampuan Berpikir Kreatif
44
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Setelah dilakukan uji coba instrumen terhadap 20 butir soal,
diambilah 12 soal dari 20 soal tersebut yang dinilai sesuai dan dapat
dijadikan sebagai alat ukur kemampuan berpikir kreatif. Tes dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu sebelum (pre-test) dan setelah (post-test)
perlakuan. Ada atau tidaknya peningkatan kemampuan berpikir kreatif
siswa dapat ditentukan dari besar Gainnya ( selisih antara skor post test
dan pre test). N-gain adalah gain yang dinormalisasi, N-gain dihitung
sebagai berikut :
|
|
Hasil perhitungan N-gain tersebut kemudian dikategorikan ke
dalam tiga kategori, yakni :
Tabel 3.11. Interpretasi Nilai N-gain
Nilai N-gain Kriteria
N-gain > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ N-gain ≤ 0,7 Sedang
N-gain < 0,3 Rendah
(Hake, 1998) dalam Chaerunisa (2013)
Selain mengukur peningkatan kemampuan berpikir kreatif secara
keseluruhan, dilakukan pula pengukuran peningkatan untuk setiap aspek
kemampuan berpikir kreatif (kelancaran, keluwesan, keaslian, dan
elaborasi) untuk mengetahui aspek mana yang paling tinggi
peningkatannya.
2. Study Approach
Sama halnya dengan tes kemampuan berpikir kreatif, instrumen
study approach yang berbentuk angketpun diberikan sebelum dan setelah
perlakuan, hal tersebut bertujuan untuk melihat profil study approach
siswa sebelum dan setelah perlakuan.
45
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Angket study approach terdiri dari 32 pernyataan yang merupakan
gabungan dari aspek deep approach dan aspek surface approach. Pada
aspek deep approach skor masing-masing pernyataan dikelompokan
sesuai aspeknya dan kemudian di jumlahkan (skor aspek Seeking Meaning
= skor P1 + skor P3+ skor P5 + skor P7) , untuk mendapatkan skor deep
approach, dilakukan penjumlahan masing-masing skor dari aspek deep
approach (DA = SM+RI+UE+II) penskoran untuk aspek surface
Approach dilakukan sama seperti penskoran pada aspek depp approach.
Setelah mendapatkan skor rata-rata aspek deep approach dan aspek
surface approach pada pre-test dan post-test, langkah selanjutnya adalah
membandingkan kedua skor pre-test dan post-test test tersebut. Jika skor
post-test untuk aspek deep approach lebih besar dari skor pre-testnya dan
skor post-test lebih kecil dari skor pre-testnya, maka study approach siswa
setelah perlakuan mengarah ke deep approach. Jika yang terjadi adalah
sebaliknya, maka setelah perlakuan study approach siswa mengarah ke
surface approach.
3. Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
Data yang diolah merupakan data yang diambil dari lembar
observasi keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah. Lembar
observasi tersebut terdiri dari dua aktivitas, yaitu aktivitas guru dan
aktivitas siswa. Format observasi ini berbentuk checklist dengan pilihan
“ya” dan “tidak” pada kolom keterlaksanaan. Data dari ketiga observer
kemudian digabungkan dalam satu tabel (dapat dilihat pada lampiran D.3).
Jika dua observer menyatakan kegiatan terlaksana, dan satu observer
menyatakan tidak terlaksana, maka kegiatan tersebut disimpulkan
terlaksana, dan jika dua observer menyatakan kegiatan tidak terlaksana,
dan satu observer menyatakan terlaksana, maka kegiatan tersebut
disimpulkan tidak terlaksana. Setelah mengambil kesimpulan dari tiga
46
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
penilaian observer tersebut, data yang diperoleh diubah ke dalam bentuk
persentase dengan menggunakan persamaan :
( )
Berikut adalah tabel 3.12 yang menunjukan persentase keterlaksanaan
pembelajaran yang digunakan untuk menentukan kategori keterlaksanaan
pembelajaran.
Tabel 3.12. Interpretasi Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan Pembelajaran (%) Kategori
0 - 33 Kurang
34 - 67 Cukup
68 - 100 Baik
(Mundilarto, 2012) dalam Sonia (2014)
4. Korelasi antara Study Approach dengan Kemampuan Berpikir Kreatif
Korelasi berfungsi untuk menguji hubungan linier antara satu
variabel dengan variabel lainnya. Korelasi positif menunjukan bahwa
perubahan satu variabel diikuti dengan perubahan variabel lainnya dengan
arah perubahan yang sama, sebaliknya korelasi negatif menunjukan bahwa
perubahan satu variabel diikuti dengan perubahan variabel lain dengan
arah yang berlawanan (Suliyanto, 2012, hlm. 160).
Koefisien korelasi antara dua variabel dihitung dengan terlebih
dahulu melalukan uji normalitas data. Uji normalitas data yang digunakan
adalah uji normalitas Kolmogorov Smirnov, pengujian data tersebut dipilih
karena data yang diuji merupakan data yang tidak terdistribusi atau tidak
bergolong. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah
dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya
dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang
telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal
(Hidayat, 2012).
47
Nida Uddini Amatulloh,2014 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan mengetahui profil study approach fisika siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Jika kedua data terdistribusi normal maka dilanjutkna dengan
melakukan uji Kelinieran Regresi, dan kemudian setelah dilakukan uji
Kelinier Regresi menunjukan persamaan garis linier, maka teknik korelasi
Product Moment dengan angka simpangan dapat digunakan untuk
menghitung koefisien korelasinya.
√( )( ) ( )
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
Σxy = jumlah produk x dan y
Σx2 = jumlah produk x kuadrat
Σy2 = jumlah produk y kuadrat
Untuk menentukan kriteria dari korelasi tersebut, maka dapat
diinterpretasikan kedalam tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.13 Interpretasi Nilai Korelasi
Nilai r Kriteria
0,81 - 1,00 Sangat Tinggi
0,61 - 0,80 Tinggi
0,41 - 0,60 Cukup
0,21 - 0,40 Rendah
0,00 - 0,20 Sangat Rendah
(Arifin, 2009)