bab iii metode penelitian a. metode dan desain...

26
64 Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MOD EL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan desain Randomized The Static Group Pretest-Postest Design yang merupakan bagian dari Pre Experimental atau Weak Experimental Designs. Sebagai gambaran, penulis sajikan bentuk desain penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 The static Group Pretest-Postest Design Sumber : Fraenkel & Wallen (1993: 248) Keterangan: O1 :Tes awal kecerdasan emosional pada kelompok pendekatan belajar Cooperative Learning tipe TGT dan Peer Teaching sebelum perlakuan O2 :Tes akhir kecerdasan emosional pada kelompok pendekatan belajar Cooperative Learning tipe TGT dan Peer Teaching setelah perlakuan X1 :Perlakuan (Treatment ) pendekatan belajar Cooperative Learning tipe TGT X2 :Perlakuan (Treatment) pendekatan belajar Peer Teaching ----- :Subjek dipilih secara acak Sehubungan dengan masalah yang penulis ungkapkan dalam penelitian ini, yaitu perbedaan pengaruh model Cooperative Learning tipe TGT dan Peer Teaching dalam permainan bola besar terhadap pengembangan kecerdasan emosional siswa, maka R O1 X1 O2 ------------------------------------------ R O1 X2 O2

Upload: nguyenduong

Post on 19-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

64

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan desain

Randomized The Static Group Pretest-Postest Design yang merupakan bagian dari

Pre Experimental atau Weak Experimental Designs. Sebagai gambaran, penulis

sajikan bentuk desain penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1

The static Group Pretest-Postest Design Sumber : Fraenkel & Wallen (1993: 248)

Keterangan:

O1 :Tes awal kecerdasan emosional pada kelompok pendekatan belajar

Cooperative Learning tipe TGT dan Peer Teaching sebelum perlakuan

O2 :Tes akhir kecerdasan emosional pada kelompok pendekatan belajar

Cooperative Learning tipe TGT dan Peer Teaching setelah perlakuan

X1 :Perlakuan (Treatment) pendekatan belajar Cooperative Learning tipe

TGT

X2 :Perlakuan (Treatment) pendekatan belajar Peer Teaching

----- :Subjek dipilih secara acak

Sehubungan dengan masalah yang penulis ungkapkan dalam penelitian ini, yaitu

perbedaan pengaruh model Cooperative Learning tipe TGT dan Peer Teaching dalam

permainan bola besar terhadap pengembangan kecerdasan emosional siswa, maka

R O1 X1 O2

------------------------------------------

R O1 X2 O2

65

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian eksperimen. Pendapat Sugiyono (2012: 107) “Metode eksperimen dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Adapun

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

pendekatan mengajar pendidikan jasmani yaitu pendekatan belajar Cooperative

Learning tipe TGT dan Peer Teaching dalam permainan bola besar terhadap

pengembangan kecerdasan emosional siswa SMP.

Dalam konteks penelitian ini variabel yang menjadi penyebab atau

mempengaruhi (independent variabel) adalah model dalam mengajar pendidikan

jasmani (model Cooperative Learning tipe TGT dan Peer Teaching). Sedangkan

variabel yang dipengaruhi (dependent variabel) atau yang mendapat akibat dari

perlakuan variabel penyebab yaitu kecerdasan emosional.

B. Populasi dan Sampel Penelitian.

1 Populasi

Suharsimi Arikunto (2002: 108), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dengan jumlah

5 kelas yang ada di SMP Negeri 1 Minas tahun ajaran 2013/2014. Adapun yang

menjadi populasi dalam penelitian ini berjumlah 140 siswa. Alasan pemilihan

populasi penelitian di SMP Negeri 1 Minas adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan kecerdasan emosional siswa Sekolah Menengah Pertama di

kabupaten Siak , selama ini belum pernah mendapatkan perhatian khusus dari

pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Siak.

b. Sekolah ini juga memungkinkan untuk dilakukan pengujian model pembelajaran

yang baru, karena memang dalam praktek di lapangan masih banyak guru yang

menggunakan model pembelajaran langsung sehingga siswa mudah bosan dalam

belajar.

66

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Sekolah ini berada pada wilayah di sekitar tempat tinggal sehingga

memungkinkan peneliti untuk dapat berkomunikasi lebih baik dengan responden

penelitian.

d. Saya merupakan salah seorang guru di sekolah tersebut sehingga sangat

memahami keadaan sekolah

2 Sampel

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2012: 73), “sampel adalah bagian dari

jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Responden pada penelitian

ini terdiri dari 2 rombel kelas VII yang diundi dari 5 rombel kelas VII. Penulis

mengambil jumlah 2 rombel kelas sebagai responden, disesuaikan tujuan dengan

penelitian yakni 1 kelas diberi perlakuan model pembelajaran yakni Cooperative

Learning tipe TGT, 1 kelas diberi perlakuan Peer Teaching. Adapun untuk teknik

sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling.

Cluster Random Sampling adalah tekhnik memilih sebuah sampel dari

kelompok-kelompok unit yang kecil. “Dalam Cluster Random Sampling, yang dipilih

bukan individu, melainkan kelompok atau area yang kemudian disebut Cluster.

Misalnya; propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan sebagainya. Bisa juga dalam

bentuk kelas dan sekolah.”, Maksun (2012: 57).

Alasan mengapa responden yang diambil adalah kelas VII SMP karena pada usia

masa remaja yang memasuki jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (12-15

tahun) membutuhkan bimbingan dalam hal kemandirian. Seperti yang dikatakan oleh

Otto Rank (Sarwono, 2003: 33), pada masa remaja terjadi perubahan drastis dari will,

yaitu keadaan tergantung pada orang lain (dependence) dan masa kanak-kanak

menuju keadaan mandiri (independent) pada masa dewasa. Hurlock (2002: 206)

mendefinisikan masa remaja adalah:

Usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan kepada tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah

hak integrasi dalam masyarakat mempunyai banyak aspek afektif, kurang

67

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga perbedaan intelektual

yang mencolok.

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil responden kelas VII siswa

SMP karena diyakini pada masa inilah kecerdasan emosional sudah mulai diperlukan

kaitannya dengan siswa yang sudah mulai mengalami pubertas, dalam hal belajar

mandiri, pergaulan, dan aspek sosial lainnya.

Langkah-langkah penemuan responden adalah sebagai berikut. Pada tahap

pertama, diambil dua kelas secara random dari lima kelas VII pada siswa SMP Negeri

1 Minas. Pada tahap kedua, dua kelas yang sudah diundi akan di random lagi dengan

maksud untuk penentuan eksperimental, dengan cara di random untuk menentukan

kelompok yang akan mendapatkan perlakuan (treatment) dengan model Cooperative

Learning tipe TGT dan kelompok yang akan mendapatkan perlakuan (treatment)

model Peer Teaching.

C. Definisi Operasional

Sebagai upaya untuk memfokuskan penelitian dan menghindarkan munculnya

kesimpangsiuran dalam memahami judul tesis ini, diperlukan adanya rumusan

definisi operasional yang jelas. Nazir (2005: 126) menyatakan:

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan

ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas, definisi operasional merupakan definisi yang

dibuat oleh peneliti terhadap variabel yang akan diteliti guna memberikan batasan

yang tegas dan menjadi panduan atau kriteria untuk mengukur variabel tersebut.

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Model Cooperative Learning tipe TGT

Pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah pembelajaran

kooperatif yang dilanjutkan dengan satu langkah lagi, yaitu ”turnamen

68

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akademik”. Dalam turnamen ini setiap siswa bersaing mewakili timnya masing-

masing. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran

kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat

belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja

sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

2. Model Peer Teaching

Model Peer Teaching adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa

secara aktif. Jadi di sini satu siswa akan mengajari siswa lain yang mengalami

kesulitan dalam memahami materi yang diberikan.

3. Kecerdasan Emosional

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah

kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam kesadaran diri, pengendalian

diri, memotivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

4. Permainan Bola Besar

Permainan bola besar adalah permainan secara beregu dengan menggunakan

bola besar yang dimainkan secara kompetitif.

D. Instrumen Penelitian

1. Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk mengungkap kecerdasan emosional adalah

instrumen kecerdasan emosional yang dikembangkan oleh Goleman (Yusuf dan

Nurihsan, 2000: 240-241). Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk

memperoleh data dalam penelitian. Instrumen atau alat ukur tentunya harus relevan

dengan apa yang hendak diukur. Oleh karena itu, peneliti terlebih dahulu harus

mengetahui secara pasti apa yang hendak diukur atau diperoleh dalam penelitiannya,

sehingga alat yang digunakan untuk memperoleh data juga harus sesuai

peruntukannya.

69

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sesuai dengan permasalahan yang hendak diungkap dalam penelitian, penulis

menggunakan dua jenis instrumen penelitian yaitu angket kecerdasan emosional dan

lembar observasi.

a. Angket Kecerdasan Emosional

Riduwan (2008: 99) mengemukakan bahwa “Angket adalah daftar pertanyaan

yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons (responden)

sesuai dengan permintaan pengguna”. Selanjutnya Arikunto (2002: 125)

mengemukakan bahwa “Angket berupa sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden berkenaan dengan pribadinya atau hal-hal yang

diketahui.”

Dari pernyataan tersebut maka angket merupakan instrumen yang sesuai untuk

memperoleh informasi yang lengkap dan mendalam mengenai suatu masalah atau

keadaan pribadi responden. Angket yang dikembangkan penulis dalam penelitian ini

mengacu dengan instrumen kecerdasan emosional yang dikembangkan oleh

Goleman, (2000: 403-405). Langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen

kecerdasan emosional terlebih dahulu menentukan konsep teoritis tentang kecerdasan

emosional, membuat kisi-kisi, kisi-kisi tersebut dikembangkan menjadi pertanyaan

atau pernyataan untuk mengungkap kecerdasan emosional. Mengenai penyusunan

instrumen, Surakhmad (1989: 184) menjabarkan:

a. Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya. b. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh

responden, pernyataan mana yang menimbulkan kesan agresif.

c. Sifat pernyataan harus bersifat netral dan objektif d. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh

dari sumber lain. Skala pengukuran yang digunakan dalam penyekoran angket penelitian, penulis

mengacu pada skala Likert. Mengenai skala Likert ini, Sudjana dan Ibrahim

(2001:107) mengemukakan:

Skala Likert dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak, melalui rentangan

nilai tertentu. Oleh sebab itu pernyataan ada dua kategori, yakni pernyataan

70

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan

dalam penelitian pendidikan adalah skala Likert.

Berdasarkan alternatif jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan terdiri

dari empat alternatif jawaban, dari mulai yang positif sampai yang negatif. Gradasi

jawaban instrumen ini, Sugiyono (2012: 93) mengemukakan bahwa, “ Jawaban setiap

item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat

positif sampai sangat negatif….” Adapun alternatif jawaban yang penulis sediakan

untuk setiap item pernyataan dimulai dari Selalu (SS), Sering (SR), Jarang (JR),

Tidak Pernah (TP).

Penulis dalam hal alternatif jawaban tidak menyediakan jawaban “kadang-

kadang (KD)” dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Alternatif jawaban kadang-kadang (KD) akan menimbulkan bias dalam

pengelolaan data. Kemungkinan bias karena siswa tidak memahami arti

pernyataan sehingga mereka mengambil jalan tengah, yang dapat diartikan

sebagai kadang-kadang (KD).

2. Alternatif jawaban dengan empat kategori tidak mengurangi validitas pengujian

data dalam penelitian ini, dan dapat dipakai untuk melihat kecenderungan

emosional siswa secara lebih jelas.

Tabel 3.1

Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor pernyataan

Positif Negatif

Selalu (SS) 4 1

Sering (SR) 3 2

Jarang (JR) 2 3

Tidak Pernah (TP) 1 4

Kisi-kisi angket kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian dapat

dilihat dalam Tabel 3.2

71

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional

Sumber: Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, (2008: 240-241)

Variabel

Aspek Indikator

KECERDASAN

EMOSIONAL

Definisi operasionalnya:

adalah kemampuan

mengenali perasaan

sendiri dan perasaan orang

lain, kemampuan

memotivasi diri sendiri,

dan kemampuan

mengelola emosi dengan

baik pada diri sendiri dan

dalam hubungan dengan

orang lain.

1. Kesadaran diri

Definisi operasional:

Kemampuan mengenali perasaan

sewaktu perasaan itu terjadi

1.1 Siswa mampu mengenal dan merasakan emosi sendiri

1.2 Siswa mampu memahami faktor penyebab perasaan yang timbul

1.3 Siswa mampu mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan

2. Pengendalian diri

Definisi operasional:

Kemampuan menangani perasaan

agar perasaan dapat terungkap

dengan tepat

2.1 Siswa mampu bersikap toleran terhadap frustrasi

2.2 Siswa mampu mengendalikan marah secara lebih baik

2.3 Siswa mampu mengendalikan perilaku agresif yang merusak diri

sendiri dan orang lain

2.4 Siswa mampu memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri

dan orang lain

2.5 Siswa mampu untuk mengatasi stres

2.6 Siswa mampu mengurangi perasaan kesepian dan cemas

3. Motivasi diri

Definisi operasional:

Kemampuan menata emosi

sebagai alat untuk mencapai

tujuan

3.1 Siswa mampu memiliki rasa tanggung jawab

3.2 Siswa mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan

3.3 Siswa mampu tidak bersikap impulsive (lebih menguasai diri)

4. Empati

Definisi operasional:

4.1 Siswa mampu menerima sudut pandang orang lain

4.2 Siswa mampu memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain

72

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel

Aspek Indikator

Kemampuan menangkap isyarat-

isyarat sosial yang tersembunyi

yang menunjukkan apa yang

dibutuhkan atau yang diinginkan

orang lain.

4.3 Siswa mampu mendengarkan orang lain

5. Membina hubungan

Definisi operasional:

Kemampuan menangani emosi

dengan baik ketika berhubungan

dengan orang lain dan dengan

cermat membaca situasi dan

jaringan sosial.

5.1 Siswa mampu memahami pentingnya membina hubungan dengan

orang lain

5.2 Siswa mampu menyelesaikan konflik dengan orang lain

5.3 Siswa memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang

lain

5.4 Siswa mampu memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul

dengan orang lain

5.5 Siswa mampu memiliki sikap tenggang rasa

5.6 Siswa mampu memiliki perhatian terhadap kepentingan orang lain

5.7 Siswa mampu dapat hidup selaras dengan kelompok

5.8 Siswa mampu bersikap senang berbagi rasa dan bekerja sama

5.9 Siswa mampu bersikap demokratis

74

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Lembar Observasi

Observasi atau pengamatan/penilaian dilakukan peneliti setiap kali kegiatan

pembelajaran dilaksanakan. Observasi dilakukan dengan cara mengamati gejala-

gejala yang tampak dari aspek-aspek yang hendak diteliti. Sutrisno Hadi

(Sugiyono,2012: 203) mengemukakan bahwa, “observasi merupakan suatu proses

yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan

psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan”.

Memperhatikan uraian di atas dapat dipahami bahwa teknik observasi sangat

memperhatikan aspek kejelian pengamatan dan ingatan peneliti. Observasi yang di

lakukan mengacu pada dua fungsi, yaitu:

Observasi sebagai triangulasi. Dari data yang berhasil dikumpulkan, didiskusikan

dengan guru untuk menguji kebenaran dan keabsahan data. Observasi dilakukan

dengan pedoman penilaian berupa daftar cek yang terdiri atas sejumlah pernyataan

singkat yang menggambarkan ciri-ciri kecerdasan emosional. Observasi dilakukan

oleh peneliti, kemudian menyesuaikan data temuan peneliti dengan pengamatan guru.

Observasi digunakan untuk mengamati kecerdasan emosional siswa sebagai

tahapan dalam action research. Observasi dilakukan dengan cara deskriptif,

Observasi yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung, sikap, proses kegiatan

serta kemampuan dan hasil yang diperoleh dari kegiatan, Observasi partisipan juga

digunakan peneliti untuk melihat perilaku yang tampak pada siswa selama proses

pembelajaran pendidikan jasmani.

Kisi-kisi pedoman observasi kecerdasan emosional yang digunakan dalam

penelitian dapat dilihat dalam Tabel 3.3

75

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Kisi-kisi Pedoman Observasi

Sumber: Euis Nani Mulyanti (2012: 115-120)

NO ASPEK INDIKATOR MASALAH YANG DIOBSERVASI KENYATAAN

CAT YA TIDAK

1. MENGENAL EMOSI

(Kesadaran Diri)

1.1 Menahan amarah 1. Menyakiti diri sendiri bila marah

2. Marah bila menginginkan sesuatu

3. Mereaksi marah bila ada hal-hal yang baru

4. Reaksi marah pada saat-saat tertentu

1.2 Menahan

keinginan

5. Sering keluar dari kelas atau ruangan

6. Makan tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan

7. Belajar tidak sesuai dengan jadwal

8. Merusak benda bila keinginannya tertunda

1.3 Menahan rasa

sedih

9. Menyatakan rasa kasihan bila temannya kesakitan/sakit

10. Merespons dan mendekati temannya yang sedang

kesakitan/menangis

11. Mengeluh bila diganggu teman

12. Diam saja bila barang miliknya diganggu

13. Diam saja bila diganggu/disakiti temannya

2. MENGELOLA

EMOSI (Pengendalian

Diri)

2.1 Semangat dalam

belajar/bermain

14. Menyiapkan alat belajar dengan cepat

15. Gembira saat belajar

16. Tidak menunggu pujian bila mengerjakan tugas-tugas

pelajaran

17. Aktif bertanya pada guru

2.2 Tidak mudah

mengeluh

18. Selalu mengeluh bila diberi tugas walau ringan

19. Mengeluh bila telah melakukan sesuatu walau hanya sebentar

20. Sering mengadu kepada guru

2.3 Tekun 21. Mengerjakan tugas sampai selesai

22. Tidak mudah beralih perhatian walaupun diajak bicara oleh

76

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

NO ASPEK INDIKATOR MASALAH YANG DIOBSERVASI KENYATAAN

CAT YA TIDAK

temannya

23. Tidak melamun saat melakukan tugas

24. Tidak bermain-main saat bekerja/belajar

2.4 Tanggung Jawab 25. Menyampaikan pesan dengan tepat

26. Melaksanakan perintah dengan baik

2.5 Sikap Percaya Diri 27. Cenderung mengerjakan sesuatu dengan cepat dan

mengatakan “bisa”

28. Mengatakan “tidak bisa” meskipun belum mencoba

mengerjakan sesuatu

2.6 Tidak mudah

mengeluh

29. Selalu mengeluh bila diberi tugas walau ringan

30. Mengeluh bila telah melakukan sesuatu walau hanya sebentar

31. Sering mengadu kepada guru

2.7 Tidak Mudah Putus

Asa

32. Tidak lekas minta tolong bila sedang mengerjakan suatu tugas

33. Berusaha tetap bekerja meskipun mengalami kesulitan

34. Menghentikan pekerjaan meskipun belum selesai

3. MOTIVASI DIRI

(Memanfaatkan Emosi

Secara Tepat)

3.1 Tidak cepat puas

dengan hasil yang

dicapai

35. Berusaha lebih baik meskipun telah mendapat pujian

36. Membandingkan hasil yang dicapai dirinya dengan hasil

teman/orang lain

3.2 Semangat Belajar 37. Menyimak pelajaran dengan sungguh-sungguh

38. Banyak bertanya mengenai hal-hal yang baru

39. Mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru dengan

bersemangat

3.3 Dorongan untuk

berusaha

40. Tetap belajar meskipun merasa kesulitan

41. Mau bertanya bila mengalami kesulitan

42. Banyak bertanya dan selalu ingin tahu

3.4 Percaya Diri 43. Sering berdiam diri di pojok ruangan/di belakang

44. Berdiam diri saja dalam jangka waktu lama

3.5 Tidak Pemalu 45. Cepat akrab dengan orang yang baru dikenalnya

77

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

NO ASPEK INDIKATOR MASALAH YANG DIOBSERVASI KENYATAAN

CAT YA TIDAK

46. Melakukan tugas/perintah tanpa harus dibujuk

3.6 Kejujuran 47. Berkata yang sebenarnya

48. Memberi alasan yang tepat bila menginginkan sesuatu

4 EMPATI

(Membaca Emosi

Orang)

4.1 Masuk ke dalam

perasaan orang lain

49. Mendekati dan menghibur temannya yang sedang sakit

50. Ikut menangis bila ada temannya yang menangis

51. Membantu bila temannya kesakitan

4.2 Kepedulian 52. Melapor pada guru bila ada temannya yang sakit

53. Melapor pada guru bila temannya diganggu oleh teman yang

lain

54. Mau berbagi dengan teman

4.3 Meringankan

beban orang lain

55. Mau meminjamkan benda miliknya bila teman membutuhkan

56. Membantu pekerjaan teman yang mengalami kesulitan

4.4 Keakraban 57. Tersenyum pada orang yang dikenalnya

58. Mau bermain/bergaul dengan siapa saja

5 KETERAMPILAN

SOSIAL (Membina

Hubungan)

5.1 Menyesuaikan diri 59. Cepat mengikuti kegiatan bersama teman sekelasnya

60. Memberi salam ketika masuk ruangan

5.2 Menghormati guru 61. Memberi salam bila bertemu guru, melalui perkataan atau

gerakan badan

62. Meminta izin guru bila ingin keluar kelas

63. Bersikap sopan ketika mendengarkan guru sedang bicara

5.3 Menghormati

aturan

64. Masuk kelas sesuai bel masuk

65. Istirahat sesuai bel istirahat

66. Memakai seragam yang tepat dan rapi

5.4 Tidak mendendam 67. Tidak melayani bila temannya mengganggu

68. Langsung membalas bila diganggu teman

69. Menurut bila dilerai guru

78

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

NO ASPEK INDIKATOR MASALAH YANG DIOBSERVASI KENYATAAN

CAT YA TIDAK

5.5 Tidak iri hati 70. Merusak sesuatu untuk menarik perhatian guru

71. Merebut/merusak benda milik temannya

80

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Uji Validitas

Menurut Azwar (2007: 5-6), “validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”. Suatu instrumen

pengukur dapat dikatakan validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi

ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran tersebut.

Uji validitas instrumen penelitian dilakukan terhadap responden, yaitu para siswa

yang menjadi responden dalam penelitian. Uji validitas dilakukan berkenaan dengan

ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur agar benar-benar mengukur apa

yang harus diukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-

bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir

alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk

menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson. Product Moment, yaitu:

(∑ (∑ ) (∑ ))

√{ ∑ (∑ ) }{ ∑ (∑ ) }

Keterangan :

r hitung = koefisien korelasi

∑ Jumlah Skor Item

∑ Jumlah Skor Total (seluruh item)

n = Jumlah responden

Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen, nilai rhitung korelasi ditafsirkan

dengan tabel interpretasi korelasi product moment. Interpretasi terhadap koefisien

korelasi menurut Masrun (Sugiyono 2012: 188) menyatakan “item yang mempunyai

korelasi positif dengan kriteria (skor total) serta korelasinya yang tinggi,

menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula”.

81

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kriteria penafsiran koefisien korelasi menurut Guilford, J. P (Erman, 2003:112)

dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini :

Tabel 3.4

Klasifikasi Interpretasi Koefisien Korelasi

Nilai rxy Interpretasi

0,90 ≤ rxy ˂ 1,00 Sangat tinggi

0,70 ≤ rxy ˂ 0,90 Tinggi

0,40 ≤ rxy ˂ 0,70 Sedang

0,20 ≤ rxy ˂ 0,40 Rendah

rxy ˂ 0,20 Sangat Rendah

Kriteria pengujiannya adalah dikatakan butir pernyataan valid jika thitung ˃ ttabel

dan pernyataan dikatakan tidak valid jika thitung ≤ ttabel. Harga ttabel diperoleh dari tabel

distribusi t dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2)

Uji validitas instrumen dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan

software Microsoft Excel 2007. Untuk validitas butir item pernyataan digunakan

korelasi product moment dari Karl Pearson, yaitu korelasi setiap butir item

pernyataan dengan skor total. Apabila nilai signifikansi korelasi kurang dari α = 0,05

maka item pernyataan dikatakan valid.

Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan, dari 86 pernyataan yang diujikan,

diketahui bahwa terdapat dua puluh enam yang tidak valid dalam instrumen

penelitian tentang pengembangan kecerdasan emosional. Kedua puluh enam item

tersebut yakni nomor; 1, 4, 5, 7, 11, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 27, 31, 38, 49, 50, 51, 59,

62, 63, 64, 65, 71, 72, 81, 85. Dengan demikian, maka kedua puluh enam tersebut

dibuang dan tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya. Hal ini berarti instrumen

penelitian tentang pengembangan kecerdasan emosional hanya terdiri dari 60 item

saja.

82

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil

pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan

pengukuran terhadap sekelompok subjek yang sama, akan tetapi diperoleh hasil yang

relatif sama, Azwar (2007: 4).

Reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan program software SPSS

version 19.0 for Windows, dengan rumus Alpha Cronbach, Ruseffendi (1991: 193)

sebagai berikut:

(

) (

)

variansi skor soal ke -i

∑ jumlah variansi skor seluruh soal, i=1,2,3,...

Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi

menurut Goilford (Budi Sasetyo, 2010: 118) yang disajikan pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien

Tingkat Hubungan

0,00 – 0,20

0,21 – 0,40

0,41 – 0,70

0,71 – 0,90

0,91 – 1,00

Tidak ada korelasi

Rendah atau kurang

Cukup

Tinggi

Sangat tinggi (Sempurna)

83

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan bantuan program software SPSS version 19.0 for Windows diperoleh

hasil uji reliabilitas instrumen penelitian pengembangan kecerdasan emosional

sebagaimana yang ditunjukkan dalam Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

Hasil Reliabilitas Instrumen Penelitian

rhitung rtabel Kriteria Keterangan

0,930 0,296 Reliabel Sangat tinggi

Keterangan: rtabel (α = 0,05) = dengan (dk= n-2) = (32-2=30) = 0,296

Berdasarkan Tabel 3.7 diketahui bahwa rhitung sebesar 0,930 lebih besar dari rtabel

sebesar 0,296. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini reliable dengan tingkat reliabilitas termasuk pada

kategori sangat tinggi sehingga layak untuk dijadikan alat ukur penelitian.

E. Pengelolaan dan Analisis Data.

Jenis data pada pengembangan kecerdasan emosional adalah data interval dengan

skala interval. Sugiyono (2012: 209) menegaskan bahwa “....bila peneliti ingin

membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi, maka teknik yang digunakan

adalah statistic inferensial.

Adapun tahapan data skor skala Kecerdasan Emosional diperoleh dan diolah

melalui tahap-tahap berikut:

a. Hasil jawaban untuk setiap pertanyaan dihitung frekuensi setiap pilihan jawaban

b. Frekuensi yang diperoleh setiap pertanyaan dihitung proporsi setiap pilihan

jawaban

c. Berdasarkan proporsi untuk setiap pertanyaan tersebut, dihitung proporsi

kumulatif untuk setiap pertanyaan

d. Kemudian ditentukan nilai bebas untuk Z bagi setiap pilihan jawaban dan setiap

pertanyaan

e. Berdasarkan nilai Z, tentukan nilai densitas (kepadatan)

84

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Hitung nilai skala/scale value/SV untuk setiap pilihan jawaban dengan

persamaan sebagai berikut:

( )

( )

g. Langkah selanjutnya yaitu tentukan nilai k (nilai transformasi), dengan rumus:

k = 1 + | |

Langkah terakhir yaitu transformasikan masing-masing nilai pada SV dengan

rumus: SV + k

(Untuk langkah nomor 1-7 digunakan untuk mengubah data ordinal menjadi data

interval)

h. Membuat tabel skor pre-test dan post-test siswa masing-masing kelas eksperimen

i. Uji Asumsi

Menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas

j. Uji Hipotesis

Uji hipotesis menggunakan uji kesamaan dua rata-rata melalui uji statistik

parametrik atau non parametrik.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menempuh beberapa tahap prosedur sebagai

berikut:

1. Penyusunan Proposal Penelitian

Sebelum proposal penelitian ini dibuat terlebih dahulu ditentukan permasalahan

yang akan diteliti, selanjutnya permasalahan itu diajukan kepada dewan tesis untuk

diseminarkan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan masukan dan koreksi

mengenai fokus permasalahan yang akan diteliti. Penyusunan proposal penelitian ini

merupakan langkah awal dari proses penelitian yang akan dilakukan.

Lingkup bahasan dari proposal ini mencakup: latar belakang masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, urgensi penelitian,

85

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode penelitian, kajian pustaka, dan agenda penelitian. Proposal tersebut kemudian

diseminarkan dan dikonsultasikan untuk memperoleh rekomendasi pembimbing

kemudian dosen pembimbing yang akan membantu memberikan bimbingan

berkenaan dengan fokus permasalahan yang hendak diteliti.

2. Persiapan Penelitian

a. Persiapan Sejumlah Teori yang Mendukung

Penelusuran beragam empirik dan teoritik sebagai landasan kerangka berpikir

berkaitan dengan masalah penelitian (Review of related literature)

b. Persiapan Lokasi

Tahap ini dimulai dengan mengadakan observasi untuk mendapatkan data-data

awal berkaitan dengan SMP Negeri 1 Minas. Terutama data-data yang berkaitan

dengan populasi penelitian. Setelah itu dilanjutkan dengan dengan pengurusan izin

penelitian kepada pihak terkait serta menjalin komunikasi dengan guru pendidikan

jasmani dan guru-guru yang berkaitan dengan proses penelitian yang akan

dilaksanakan.

3. Pengumpulan Data

Tahap ini adalah pengumpulan data awal lapangan sebagai bahan untuk need

assessment yang berkaitan dengan data kecerdasan emosional yang ditampakkan

oleh siswa meliputi aspek-aspek kecerdasan emosional. Pada tahap ini juga peneliti

mengumpulkan data yang mengenai upaya dan pelaksanaan pembelajaran pendidikan

jasmani. Data tentang kecerdasan emosional siswa dikumpulkan dengan mengadakan

kuesioner (angket) sedangkan data tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan

jasmani yang ada diperoleh melalui observasi.

Dalam pengumpulan data peneliti melakukan serangkaian langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Langkah pertama yang diambil peneliti adalah menyusun instrumen kuesioner

tentang kecerdasan emosional.

b. Langkah kedua membuat indikator dari setiap aspek dan mengembangkan

pernyataan-pernyataan. Berkaitan dengan butir-butir pernyataan dalam penelitian ini

86

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dinilai (judgement) oleh dosen pembimbing. Hasil akhir dari judgement tersebut

dilanjutkan dengan dilakukan uji coba keterbacaan dengan () orang siswa kelas VIII

dari sekolah yang berbeda.

c. Langkah ketiga melakukan uji coba instrumen, yaitu instrumen yang telah

disusun diuji cobakan kepada siswa kelas VII SMP Negeri di Bandung yang

mempunyai tingkat homogenitas yang sama dengan siswa yang dijadikan sampel

dalam penelitian.. Dengan item yang diuji cobakan ini akan memilih dan memilah

item yang valid dan reliable.

4. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data awal, maka data tersebut

harus diolah. Untuk mempermudah pengolahan data ini, dilakukan prosedur

pengolahan data. Berikut ini adalah pengolahan data awal penelitian sebagai tindak

lanjut untuk mengembangkan kecerdasan emosional sebagai berikut:

a. Verifikasi Data

Verifikasi data dimaksudkan untuk penyeleksian data, dengan cara memeriksa

kelengkapan jumlah kuesioner (angket) kecerdasan emosional, kelengkapan dan

kesesuaian jawaban respons dengan petunjuk pengisian kuesioner kecerdasan

emosional. Jawaban responden yang dapat diolah adalah jawaban yang lengkap

sesuai dengan petunjuk pengisian kuesioner kecerdasan emosional.

b. Penyekoran Data

Setelah melakukan verifikasi terhadap data yang terkumpul, selanjutnya

dilakukan penyekoran terhadap setiap lembar jawaban melalui tahapan sebagai

berikut:

1) Menjumlahkan setiap item

2) Menyajikan data-data penelitian ke dalam tabel data serta mengelompokkannya.

3) Pengelompokan Data

Pengelompokan data dilakukan guna memperoleh gambaran mengenai

kecerdasan emosional, dilakukan dengan cara mengelompokkan ke dalam kelompok

kecerdasan emosional. Setelah semua kegiatan pengolahan data itu dilakukan, maka

87

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan selanjutnya adalah menguji dampak pembelajaran pendidikan jasmani

untuk mengembangkan kecerdasan emosional.

c. Uji Asumsi

1) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pre-test, post-

test kecerdasan emosional menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Adapun

rumusan hipotesisnya adalah:

= Data distribusi normal

= Data tidak berdistribusi normal

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig.(p-value) < α (α = 0.05), maka ditolak

Jika nilai Sig.(p-value) ≥ α (α = 0.05), maka diterima.

Tetapi jika data tidak berdistribusi normal maka dilakukan uji statistik non

parametrik yaitu Uji Mann-Whitney karena untuk menguji dua kelompok

independen.

2) Menguji homogenitas varians skor pre-test, post-test kecerdasan emosional

dengan menggunakan uji Levene. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah :

= kedua data bervariansi homogen

= kedua data tidak bervariansi homogen

dengan kriteria uji sebagai berikut:

jika nilai Sig.(p-value) < α (α = 0.05), maka ditolak

jika nilai Sig.(p-value) ≥ α (α = 0.05), maka diterima.

Jika data berdistribusi normal tetapi tidak bervariansi homogen maka dilakukan uji

statistik parametrik yaitu Uji t’. Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen,

selanjutnya dilakukan uji-t yaitu Independent sample t-test

d. Uji Hipotesis

88

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hipotesis 1

Terdapat pengaruh yang signifikan model Cooperative Learning tipe TGT

dalam permainan bola besar terhadap pengembangan kecerdasan emosional

siswa.

Untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan di atas, dirumuskan hipotesis

statistik sebagai berikut.

H0 :

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan model Cooperative Learning tipe TGT

dalam permainan bola besar terhadap pengembangan kecerdasan emosional

siswa

Ha :

Terdapat pengaruh yang signifikan model Cooperative Learning tipe TGT

dalam permainan bola besar terhadap pengembangan kecerdasan emosional

siswa .

Hipotesi 2

Terdapat pengaruh yang signifikan model Peer Teaching dalam permainan bola

besar terhadap pengembangan kecerdasan emosional siswa

Untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan di atas, dirumuskan hipotesis

statistik sebagai berikut.

H0 :

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan model Peer Teaching dalam permainan

bola besar terhadap pengembangan kecerdasan emosional siswa.

Ha :

Terdapat pengaruh yang signifikan model Peer Teaching dalam permainan bola

besar terhadap pengembangan kecerdasan emosional siswa.

89

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hipotesi 3

Kecerdasan emosional siswa pada permainan bola besar melalui model

Cooperative Learning tipe TGT lebih berpengaruh secara signifikan

dibandingkan dengan Peer Teaching

Untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan di atas, dirumuskan hipotesis

statistik sebagai berikut. Adapun H0 dan Ha nya adalah

H0 :

Skor postes kecerdasan emosional siswa pada permainan bola besar melalui

model Cooperative Learning tipe TGT tidak lebih baik daripada siswa dengan

model Peer Teaching.

Ha :

Skor postes kecerdasan emosional siswa pada permainan bola besar melalui

model Cooperative Learning tipe TGT lebih lebih baik daripada siswa dengan

model Peer Teaching.

G Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014 semester genap di

tempat penulis bekerja yakni SMP Negeri 1 Kecamatan Minas Kabupaten Siak

Propinsi Riau. Penentuan lokasi ini diharapkan mampu memberi kemudahan

khususnya menyangkut pengenalan lingkungan yang berhubungan dengan siswa

sebagai responden penelitian atau menyangkut personel yang akan membantu

kelancaran dalam kegiatan penelitian ini.

Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei tahun

2014, serta penelitian dilaksanakan 3 kali pertemuan dalam seminggu. Adapun untuk

pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen model Cooperative Learning tipe

TGT dilakukan setiap hari Senin, Rabu dan Jumat. Sedangkan untuk kelas

eksperimen model Peer Teaching dilaksanakan setiap hari selasa, Jumat dan Sabtu.

Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan, dasar yang

penulis jadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini adalah pendapat dari

90

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Goleman (1999: 439-440), bahwa “kecakapan emosi tidak dapat ditingkatkan hanya

dalam semalam, karena bagian otak emosi memerlukan waktu berminggu-minggu

bahkan berbulan-bulan untuk mengubah kebiasaan, tidak dalam ukuran jam dan

hari”. Dari pendapat inilah penulis berkeyakinan bahwa orang yang mempelajari

keterampilan yang baru secara lebih efektif jika mereka mempunyai kesempatan

berulang-ulang untuk mempraktekkannya selama jangka waktu yang cukup panjang.

Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Groves, et al. (Nicola S.

Schutte, 2013: 59) yang mengatakan bahwa “Program pelatihan untuk karyawan

sebanyak 11 Minggu yang menyediakan informasi mengenai kecerdasan emosional

dan mencontoh keterampilan kecerdasan emosional ditemukan adanya peningkatan

secara signifikan setelah pelatihan dibandingkan kelompok kontrol”. Hal ini

diperkuat lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Crombie et al. (Nicola S.

Schutte, 2013: 60) bahwa “Dalam studi ilmu olahraga dengan pemain kriket, telah

menemukan bahwa pelatihan interaktif kecerdasan emosional terhadap atlet secara

acak melalui 10 lokakarya selama tiga jam, mencetak secara signifikan lebih tinggi

pada ukuran kinerja tes kecerdasan emosional atlet dibandingkan kelompok kontrol”.

Berikutnya dalam penelitian, penulis melakukan pembelajaran pendidikan

jasmani sebanyak 3 kali pertemuan dalam seminggu. Hal ini mengacu pada pendapat

beberapa ahli, di antaranya yang disampaikan oleh Harsono (1988: 194), bahwa

“Weight training sebaiknya dilakukan tiga kali dalam seminggu, misalnya Senin,

Rabu, Jumat, dan diselingi dengan satu hari istirahat untuk memberikan kesempatan

bagi otot untuk berkembang dan mengadaptasikan diri pada hari istirahat tersebut”.

Kemudian pendapat Tarigan (2012: 18) yang menyatakan bahwa “Agar pendidikan

jasmani dan olahraga memberikan dampak yang positif pada anak sekolah dapat

menggunakan rumusan FITT yang berarti: F= Frekuensi latihan 3-5 kali/perminggu;

I= Intensitas; T= Time, Type= Tipe yaitu jenis olahraga yang dilakukan.

Dari uraian beberapa pendapat ahli di atas dapat menjadi pendukung bagi peneliti

dalam menentukan frekuensi dan intensitas tatap muka dalam proses pembelajaran

91

Cokro Wibowo, 2014 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT DAN PEER TEACHING DALAM PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan jasmani selama penelitian berlangsung, sekaligus menjadi landasan

teoritis atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam penelitian.

Berikutnya pada saat penelitian di lapangan, penulis mempunyai kendala dalam

waktu pembelajaran yang tadinya hanya satu kali pertemuan dalam seminggu akan

tetapi berkenaan kepentingan penelitian harus 3 kali dalam seminggu, maka upaya

dari peneliti adalah meminta izin kepada kepala sekolah dan guru bidang studi. Hal

ini disiasati dengan cara pendistribusian waktu pembelajaran tanpa mengganggu mata

pelajaran yang lain karena hanya menggeser jadwal mata pelajaran yang terpakai oleh

pelajaran pendidikan jasmani.