penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tgt

205
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (Teams Games Tournament) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TLOMPAKAN III KECAMATAN TUNTANG TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh ERNY YUNIKA PUTRI K7107030 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: doankhanh

Post on 11-Dec-2016

241 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TGT (Teams Games Tournament) UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN

PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TLOMPAKAN III

KECAMATAN TUNTANG TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh

ERNY YUNIKA PUTRI

K7107030

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

(Teams Games Tournament) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS IV

SD NEGERI TLOMPAKAN III KECAMATAN TUNTANG TAHUN

AJARAN 2010/2011

OLEH

ERNY YUNIKA PUTRI

NIM K7107030

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program S1 PGSD

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Erny Yunika Putri, NIM K7107030. PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (Teams Games Tournament)

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL

CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI

TLOMPAKAN III KECAMATAN TUNTANG TAHUN AJARAN

2010/2011. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk: (1) Meningkatkan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri

Tlompakan III, (2) Memaparkan cara penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan, (3) Memaparkan cara mengatasi kendala yang

terjadi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan.

Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas IV SD Negeri

Tlompakan III. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari

tiga siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,

observasi, dan refleksi.Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,

pencatatan arsip, dan tes. Teknik analisis data menggunakan model deskriptif

komparatif dan analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu

reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV

SD Negeri Tlompakan III, yaitu ditandai dengan: Siswa kelas IV sebanyak 18

anak mengalami peningkatan hasil belajar yaitu sebelum tindakan 39%, siklus I

(KKM 60) 50%, siklus II (KKM 65) 94%, dan siklus III (KKM 70) 100% siswa

belajar tuntas., (2) Cara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournament) merupakan perwujudan lima langkah penerapan

pembelajaran tipe TGT (Teams Games Tournament) yaitu presentasi kelas, kerja

tim/kelompok, permainan, turnamen, dan rekognisi tim/kelompok. (3) Cara

mengatasi kendala yang terjadi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournament) ini adalah: (a) Pembentukan tim/kelompok

belajar dilakukan oleh guru berdasarkan urutan nomor absen untuk mengatasi

kebingungan siswa saat membentuk kelompok. (b) Pemilihan ketua tim/kelompok

belajar oleh guru yang bertanggung jawab pada kegiatan kerja kelompok untuk

mengatasi kurangnya kerja sama diantara anggota kelompok.

Berdasarkan simpulan yang dibuat, dapat diajukan suatu rekomendasi

bahwa pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe

TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III

tahun ajaran 2010/2011.

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Erny Yunika Putri, NIM K7107030. APPLICATION OF COOPERATIVE

LEARNING MODEL TYPE TGT (Teams Games Tournament) TO

INCREASE THE STUDENT’S ABILITY OF STORY FRACTION

PROBLEM SOLVING IN IV GRADE SD NEGERI TLOMPAKAN III SUB

DISTRICT OF TUNTANG, 2010/2011. Minithesis, Surakarta, Teacher

Training and Education Faculty. Sebelas Maret University of Surakarta,

April 2011.

The aim of this classroom action research are (1) to increase the

student’s ability of story fraction problem solving in IV Grade SD Negeri

Tlompakan III, (2) describing about cooperative learning model application type

TGT (Teams Games Tournament) to increase their ability in story fraction

problem solving, (3) describing about strategies to counter the obstacles in

cooperative learning model application type TGT (Teams Games Tournament) to

increase the student’s ability in story fraction problem solving.

Subjects of this research are students of IV Grade SD Negeri Tlompakan

III. Type of research is class action research includes three cyclic, every cyclic

includes four stages: they are planning, acting, observing, and reflecting. Data

collecting technique used in this research is observation, recording the

documentation, and test. Analysis data used in this research is descriptive

comparative and interactive analysis includes three components, they are data

reduction, data display, and drawn the conclusion or verification.

Based on research results, it concluded that (1) cooperative learning

model application type TGT (Teams Games Tournament) is able to increase

student’s ability in story fraction problem solving in IV Grade SD Negeri

Tlompakan III, it indicated with as much as 18 Fourth Grade students experience

the increasing of their learning achievement, that is, before class action 39%

Cyclic I (KKM 60) 50%, Cyclic II (KKM 65) 94%, and Cyclic III (KKM 70)

100% of students are mastered their learning, (2) the way of cooperative learning

application type TGT (Teams Games Tournament) is a manifestation of five

stages learning model application of TGT model, they are class presentation, team

working, games, tournament, and team/group recognition, (3) strategies to counter

the obstacles in cooperative learning model application type TGT (Teams Games

Tournament) are (a) making the team/group learning by teacher based on

presentation student number to avoids the student complication in making group,

(b) choosing the chief of learning group/team by teacher who responsible in

teamwork activities to counter less teamwork between the members of group.

Based on the conclusion it may be proposed about recommendation that

mathematic learning through cooperative learning model type TGT (Teams

Games Tournament) is able to increase the student’s ability in story fraction

problem solving of IV Grade Students SD Negeri Tlompakan III, 2010/2011.

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

“Mengajari orang bagaimana belajar tumbuh secara mandiri mungkin

merupakan pelayanan terbesar yang kita berikan bagi orang lain.”

(Oliver Wendell Holmes)

“Nilai seseorang itu ditentukan dari keberaniannya memikul tanggung jawab,

mencintai hidup dan pekerjaannya.”

(Kahlil Gibran)

“Menjalani kehidupan dengan ketulusan dan kerelaan hati, akan membuahkan

hasil yang manis.”

“Cita-cita, usaha, dan doa yang tulus akan menuntun kita menuju kesuksesan.”

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

~ Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian,

dukungan, dan doa restu ~

~ Kakak terkasih yang telah membantuku ~

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena atas karunia-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.

Skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan pada Siswa Kelas IV SD Negeri

Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011” ini diajukan

untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan

berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah

berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan

hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya

kepada semua pihak, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. R. Indianto, M. Pd. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M. Pd. Selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Siti Kamsiyati, M. Pd. Selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan

membimbing dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.

5. Drs. Hartono, M. Hum. Selaku Pembimbing II yang mengarahkan dan

membimbing dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.

6. Tanjiatun, S. Pd. Selaku Kepala Sekolah SD Negeri Tlompakan III Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang.

7. Orangtua penulis yang telah memberikan doa restu dan dukungan.

8. Kakakku terkasih yang selalu meluangkan waktu untuk membantu penulis

dalam pembuatan skripsi ini.

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

9. Teman-teman di PGSD sebagai teman seperjuangan dalam pembuatan skripsi

ini.

10. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu, saran dan

kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga

skripsi ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca

umumnya.

Surakarta, April 2011

Penulis

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………... i

HALAMAN PENGAJUAN ……………………………………………… ii

HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………… iii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iv

HALAMAN ABSTRAK …………………………………………………. v

HALAMAN MOTTO ……………………………………………………. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. vii

KATA PENGANTAR …………………………………………………… viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………... xi

DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xiv

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xv

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………... 1

B. Perumusan Masalah ……………………………………………. 4

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 5

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ……………………………………………….. 7

1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams

Games Tournament) ……………………………………….. 7

a. Pengertian Model Pembelajaran ……………………….. 7

b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran ……………………….. 8

c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif …………… 10

d. Tipe-Tipe Model Pembelajaran Kooperatif ……………. 13

e. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

(Teams Games Tournament) …………………………… 14

f. Langkah-Langkah Pembelajaran TGT (Teams

Games Tournament) ……………………………………. 15

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

g. Kelebihan dan Kelemahan TGT (Teams Games

Tournament) …………………………………………… 17

h. Jenis Skor dan Nilai pada Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT (Teams Games Tournament)………………... 17

2. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan ... 18

a. Pengertian Matematika …………………………………. 18

b. Pengertian Pembelajaran Matematika ………………….. 20

c. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD ………………. 21

d. Pengertian Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita …... 22

e. Tinjauan Mengenai Soal Cerita ………………………… 22

f. Pengertian Pecahan …………………………………….. 24

g. Konsep Pecahan di SD …………………………………. 26

h. Macam-Macam Pecahan ……………………………….. 30

i. Materi Pembelajaran …………………………………… 31

j. Langkah-Langkah Pembelajaran Menyelesaikan Soal

Cerita Pecahan dengan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT (Teams Games Tournament) ……………………. 36

B. Penelitian yang Relevan ………………………………………... 42

C. Kerangka Berpikir ……………………………………………… 43

D. Hipotesis Tindakan …………………………………………….. 45

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….. 46

B. Subjek Penelitian ……………………………………………….. 46

C. Bentuk dan Strategi Penelitian …………………………………. 46

D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………... 48

E. Validitas Data …………………………………………………... 50

F. Teknik Analisis Data …………………………………………… 51

G. Indikator Kinerja ……………………………………………….. 53

H. Prosedur Penelitian …………………………………………….. 53

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Deskripsi Tempat Penelitian …………………………….. 62

B. Deskripsi Data Awal …………………………………………… 63

C. Deskripsi Data Tindakan ……………………………………….. 66

D. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………... 85

E. Pembahasan Perumusan Masalah ……………………………… 93

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan ……………………………………………………….. 100

B. Implikasi ………………………………………………………... 102

C. Saran …………………………………………………………… 103

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 105

LAMPIRAN ……………………………………………………………… 108

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Frekuensi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan ……………...64

Tabel 2 Hasil Tes Awal …………………………………………………...65

Tabel 3 Hasil Tes Siklus I ………………………………………………... 73

Tabel 4 Hasil Tes Siklus II ………………………………………………..80

Tabel 5 Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus I ………………………… 87

Tabel 6 Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah

Diberikan Tindakan Siklus I …………………………………….. 87

Tabel 7 Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus II ……………………….. 89

Tabel 8 Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa pada Tindakan Siklus I

dan Siklus II ……………………………………………………... 89

Tabel 9 Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus III ………………………. 91

Tabel 10 Perbandingan Hasil Tes Awal Sebelum Dilaksanakan Tindakan

dan Tes Akhir Setelah Dilaksanakan Tindakan ………………… 92

Tabel 11 Nilai Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan ……………………... 95

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alur Kerangka Berpikir ……………………………………… 44

Gambar 2 Bagan Siklus PTK Suharsimi Arikunto ……………………... 47

Gambar 3 Model Analisis Interaktif ……………………………………. 51

Gambar 4 Grafik Data Nilai Sebelum Tindakan ………………………... 65

Gambar 5 Grafik Tes Siklus I …………………………………………... 73

Gambar 6 Grafik Tes Siklus II ………………………………………….. 80

Gambar 7 Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus I ………………………... 87

Gambar 8 Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum

dan Setelah Diberikan Tindakan Siklus I ……………………. 88

Gambar 9 Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus II ……………………….. 89

Gambar 10 Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I

dan Siklus II …………………………………………………. 90

Gambar 11 Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus III ………………………. 91

Gambar 12 Grafik Perbandingan Hasil Tes Awal Sebelum Dilaksanakan

Tindakan dan Tes Akhir Setelah Dilaksanakan Tindakan ….. 92

Gambar 13 Grafik Nilai Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan …………… 95

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian …………………………………… 108

Lampiran 2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ……………………... 113

Lampiran 3 Indikator Pecahan …………………………………………. 114

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……………… 115

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II …………….. 122

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ……………. 129

Lampiran 7 Lembar Kerja Kelompok Siklus I ………………………… 133

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa Siklus I ……………………………… 136

Lampiran 9 Lembar Kerja Kelompok Siklus II ………………………... 139

Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa Siklus II ……………………………... 142

Lampiran 11 Lembar Kerja Kelompok Siklus III ……………………….. 145

Lampiran 12 Lembar Kerja Siswa Siklus III ……………………………. 148

Lampiran 13 Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I ……………... 153

Lampiran 14 Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus I ………………….. 156

Lampiran 15 Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus I …………… 159

Lampiran 16 Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus II ……………. 161

Lampiran 17 Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus II …………………. 164

Lampiran 18 Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus II …………... 167

Lampiran 19 Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus III ……………. 169

Lampiran 20 Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus III ………………… 172

Lampiran 21 Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus III ………….. 175

Lampiran 22 Frekuensi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan ………. 177

Lampiran 23 Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus I ………………….. 178

Lampiran 24 Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus II …………………. 179

Lampiran 25 Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus III ………………… 180

Lampiran 26 Nilai Tes Sebelum Tindakan ……………………………… 181

Lampiran 27 Tabel Data Nilai pada Siklus I …………………………….. 182

Lampiran 28 Tabel Data Nilai pada Siklus II …………………………… 183

Lampiran 29 Tabel Data Nilai pada Siklus III …………………………... 184

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Lampiran 30 Lembar Kisi-Kisi Soal Siklus I …………………………… 185

Lampiran 31 Lembar Kisi-Kisi Soal Siklus II …………………………… 186

Lampiran 32 Lembar Kisi-Kisi Soal Siklus III ………………………….. 187

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kemajuan

suatu bangsa. Pendidikan membantu manusia dalam pengembangan potensi

dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan yang terjadi, sebagaimana

tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

yaitu:

Pendidikan membuat watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Selaras dengan sistem pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No.

20 Tahun 2003, pelaksanaan pendidikan tentunya perlu mendapat proporsi yang

cukup agar diperoleh out put yang unggul. Penanaman pendidikan ini tentunya

harus mengacu pada arah perbaikan, khhususnya adalah peningkatan kemampuan

akademis. Salah satu langkah yang bisa ditempuh adalah dengan memaksimalkan

kegiatan pembelajaran di sekolah.

Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik apabila

ada komunikasi positif antara guru dengan siswa, guru dengan guru, dan antara

siswa dengan siswa. Oleh karena itu, komunikasi positif harus diciptakan agar

pesan yang ingin disampaikan, khususnya materi pembelajaran dapat diterima

dengan baik oleh siswa. Guru diharapkan mampu membimbing aktivitas dan

potensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran yang sesuai. Hal ini perlu dilaksanakan agar kualitas pembelajaran

pada mata pelajaran apapun menjadi optimal. Salah satu mata pelajaran yang

perlu mendapat perhatian lebih adalah Matematika.

Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar abstrak yang dapat

berupa fakta, konsep, operasi dan prinsip. Dari objek dasar itu berkembang

menjadi objek-objek lain, misalnya pola pikir deduktif dan konsisten, struktur-

Page 19: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

struktur dalam Matematika yang ada dewasa ini, juga tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Terbukti dengan banyaknya

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan

Matematika. Pelajaran Matematika diberikan pada semua jenjang pendidikan

dimulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi.

Matematika sebagai ilmu dasar begitu cepat mengalami perkembangan,

hal itu terbukti dengan makin banyaknya kegiatan Matematika dalam kehidupan

sehari-hari. Disamping itu juga sangat diperlukan siswa dalam mempelajari dan

memahami mata pelajaran lain. Akan tetapi pada kenyatannya banyak siswa

merasa takut, enggan dan kurang tertarik terhadap mata pelajaran Matematika.

Banyak siswa yang kurang tertantang untuk mempelajari dan menyelesaikan soal-

soal Matematika.

Soal yang paling rumit dalam Matematika adalah soal cerita dan biasanya

nilai siswa akan rendah pada soal dengan tipe seperti ini (soal cerita Matematika),

karena untuk dapat menyelesaikan soal cerita Matematika dengan benar seorang

siswa perlu memahami apa yang diketahui serta apa yang ditanyakan. Memahami

apa yang diketahui berarti memahami informasi yang tersurat maupun yang

tersirat di dalamnya. Sedangkan memahami apa yang ditanyakan berarti mengerti

tentang istilah atau konsep-konsep yang berkaitan dengan yang ditanyakan.

Setelah itu dilanjutkan dengan langkah atau proses penyelesaian (www.

Pontianakpost. com, diakses 14 Januari 2011).

Faktor penyebab rendahnya nilai Matematika pokok bahasan soal cerita

pecahan adalah kurangnya variasi pembelajaran yang digunakan guru. Selama

pembelajaran Matematika berlangsung, guru hanya menggunakan metode

ceramah saja. Hal ini menyebabkan kejenuhan pada siswa dan tidak munculnya

keaktifan dari diri siswa. Oleh sebab itu perlu dipilih model pembelajaran yang

tepat. Untuk memilih suatu model pembelajaran perlu memperhatikan beberapa

hal seperti materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang

tersedia, kondisi siswa dan hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

Apabila dalam pemilihan model pembelajaran kurang tepat dapat mempengaruhi

kemampuan siswa. Kemampuan siswa tidak terlepas dari bagaimana siswa

Page 20: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

mengalami proses belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat

diharapkan siswa mampu dengan mudah menerima informasi yang diberikan oleh

guru. Model-model yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran antara lain

model konvensional, kuantum, kontekstual, kooperatif dan sebagainya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti

terhadap guru kelas, diketahui bahwa kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III masih rendah. Nilai siswa kelas

IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011 setelah

diadakan tes awal, diketahui bahwa dari 18 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-

laki dan 10 siswa perempuan diperoleh rata-rata kelas 55,6. Siswa yang mendapat

nilai di atas nilai ≥ 60 adalah 7 siswa dan 11 siswa memperoleh nilai ≤ 59.

Bertolak dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di SD Negeri

Tlompakan III Kecamatan Tuntang, pada mata pelajaran Matematika KKM yang

harus dicapai siswa kelas IV adalah 60. Hasil yang diperoleh dari tes awal

tersebut, yang memperoleh nilai di atas KKM ada 7 siswa, sedangkan yang lain

masih di bawah KKM. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada materi

pecahan yaitu menyelesaikan soal cerita, hasil yang diperoleh memang masih

rendah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu alternatif

pemecahan agar dapat memberi perubahan yang lebih baik dalam menguasai

materi operasi pecahan.

Berkaitan dengan keadaan tersebut, akan digunakan suatu model

pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). TGT merupakan

suatu tipe pembelajaran yang menekankan siswa belajar dalam kelompok

heterogen yang beranggotakan 3 sampai 5 orang. Kelompok heterogen meliputi

tingkat kemampuan akademik, jenis kelamin, suku (ras), dan status sosial.

TGT adalah suatu tipe dalam model pembelajaran kooperatif. TGT

mendorong siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya, menerapkan dan

mempunyai keberanian untuk menyampaikan ide pengetahuannya, belajar

memecahkan masalah, dan mendiskusikan masalah pelajaran. Selain itu waktu

Page 21: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

kegiatan pembelajaran lebih singkat dan keaktifan siswa lebih optimal karena

dalam TGT proses pembelajarannya bervariasi yaitu ada tahap presentasi kelas,

diskusi tim, permainan (games), turnamen, dan rekognisi tim.

Alasan pemilihan TGT adalah karena pelaksanaan TGT dibagi menjadi

lima tahap pembelajaran yaitu tahap presentasi kelas, diskusi tim, permainan

(games), turnamen, dan rekognisi tim. Dalam tiap tahapan kegiatan dilakukan

untuk saling bekerja sama dalam setiap tim. Selain itu pembelajaran akan lebih

bervariasi dan menyenangkan karena disertai dengan permainan-permainan

akademik. Dengan penerapan TGT, diharapkan siswa kelas IV SD Negeri

Tlompakan III dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat

bagi siswa, guru, dan pihak sekolah dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis mengambil judul

penelitian: “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TGT (Teams Games Tournament) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD

NEGERI TLOMPAKAN III KECAMATAN TUNTANG TAHUN AJARAN

2010/2011”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)

dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada

siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran

2010/2011?

2. Bagaimana langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournament) dalam rangka meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan

III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011?

Page 22: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

3. Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran

2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada

siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran

2010/2011.

2. Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) dalam rangka meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan

Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011.

3. Mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk meningkatkan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD

Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT akan merangsang keaktifan dan

kreatifitas siswa, sehingga siswa akan mempunyai kesempatan dalam

meningkatkan kemampuan masing-masing.

b. Pembelajaran kooperatif tipe TGT mendorong siswa untuk aktif

mengkonstruksi pengetahuannya dan bekerja sama mendiskusikan

Page 23: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

masalah yang dihadapi sehingga dapat mempermudah siswa dalam

mempelajari Matematika khususnya soal cerita pokok bahasan pecahan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, menambah pengalaman mengajar.

b. Bagi peneliti, bermanfaat untuk menemukan solusi dalam kemampuan

menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan pada mata pelajaran

Matematika siswa kelas IV SD.

c. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan.

d. Bagi sekolah, dapat memberikan masukan kepala sekolah dalam usaha

perbaikan proses pembelajaran para guru dalam menggunakan sarana dan

prasarana sehingga hasil belajar siswa lebih baik dan mutu sekolah dapat

meningkat.

Page 24: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)

a. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Aunurrahman (2009:75), model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan

dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Atau dapat diartikan sebagai perangkat

rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan

pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-

tempat lain yang melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Agus Suprijono (2009:46) mengemukakan bahwa “model pembelajaran

adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

di kelas maupun tutorial”.

Akhmad Sudrajat (2010) menjelaskan model pembelajaran pada dasarnya

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran

merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan

teknik pembelajaran.

(http:/akhmadsudrajat.wordpress.com/pengertian-pendekatan-strategi-metode-

teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/ diakses 3 Januari 2011)

Arends dalam Trianto (2007:5) menyatakan “The term teaching model

refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax,

environment, and management system”. Istilah model pembelajaran mengarah

pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya,

lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.

Menurut Dahlan dalam Isjoni (2009:72) menguraikan bahwa “model

mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam

Page 25: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk

kepada pengajar di kelas”.

Joice dan Weil (1992) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah

suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum

(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran,

dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

(http:/zaifbio.wordpress.com/model-model-pembelajaran/ diakses 6 Januari 2011)

Adapun Soekamto dalam Trianto (2007:5) mengemukakan maksud dari

model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah pola mengajar yang dilakukan oleh guru selama proses

pembelajaran di kelas.

b. Jenis- Jenis Model Pembelajaran

Banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli.

Pengembangan model tersebut didasarkan pada konsep teori yang selama ini

dikembangkan. Mengingat banyaknya model pembelajaran yang telah

dikembangkan, Bruce Joyce et.al (2000) mengelompokkan menjadi empat

rumpun yaitu: model pemrosesan informasi (processing informatioan model),

model pribadi (personal model), model interaksi sosial (social model), dan model

perilaku (behavior model).

(http:/blog.bukukita.com/users/putrid/?1102 diakses 3 Januari 2011)

Model pembelajaran pemrosesan informasi terdiri dari model

pembelajaran yang menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon

terhadap stimulus yang datang dari lingkungan. Dalam prosesnya ditempuh

langkah-langkah seperti mengorganisasi data, memformulasikan masalah,

membangun konsep, dan rencana pemecahan masalah, serta penggunaan simbol

verbal dan nonverbal. Banyak model pembelajaran yang tergolong pada kelompok

Page 26: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

model ini, yaitu: Inductive Thinking (Classification-Oriented), Concept

Attainment, Scientific Inquiry, dan Inquiry Training.

Model pribadi berorientasi pada perkembangan diri individu.

Pelaksanaannya lebih menekankan pada upaya membantu individu dalam

membentuk dan mengorganisasikan realita yang unik serta lebih memperhatikan

kehidupan emosional siswa. Upaya pembelajaran lebih diarahkan pada menolong

siswa untuk dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengembangkan

hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Yang tergolong pada kelompok

model pembelajaran ini adalah: Nondirective teaching dan Enhancing self esteem.

Model interaksi sosial mengutamakan pada hubungan individu dengan

masyarakat atau orang lain, dan memusatkan perhatiannya pada proses dimana

realita yang ada dipandang sebagai negosiasi sosial. Prioritas utama diletakkan

pada kecakapan individu dalam berhubungan dengan orang lain. Yang tergolong

pada kelompok model pembelajaran ini diantaranya : Partner in learning,

Structured inquiry, Group Investigation, dan Role Playing.

Model pembelajaran perilaku dibangun atas dasar teori yang umum, yaitu

kerangka teori perilaku. Salah satu cirinya adalah kecenderungan memecahkan

tugas belajar kepada sejumlah perilaku yang kecil-kecil dan berurutan serta dapat

terukur. Belajar dipandang sebagai sesuatu yang tidak menyeluruh, tetapi

diuraikan dalam langkah-langkah yang konkrit dan dapat diamati. Mengajar

berarti mengusahakan terjadinya perbuatan dalam perilaku siswa, dan perubahan

tersebut haruslah teramati. Termasuk dalam model perilaku ini adalah: Mastery

learning, Direct Instruction, Simulation, Social learning, dan Programmed

Schedule.

Stalling dalam Aunurrahman (2009:76) membagi model pembelajaran

menjadi lima kelompok, yaitu:

1) The Exploratory Model, model ini bertujuan untuk mengembangkan

kreativitas dan independensi siswa.

2) The Group Process Model, model ini diarahkan untuk

mengembangkan kesadaran diri, rasa tanggung jawab, dan kemampuan

bekerja sama antara siswa.

3) The Developmental Cognitive Model, yang menitikberatkan untuk

mengembangkan keterampilan-keterampilan kognitif.

Page 27: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

4) The Programmed Model, yang dititikberatkan untuk mengembangkan

keterampilan-keterampilan melalui modifikasi tingkah laku.

5) The Fundamental Model, yang dititikberatkan untuk mengembangkan

keterampilan-keterampilan dasar melalui pengetahuan faktual.

Joyce dan Weil (1992) menjelaskan model pembelajaran menjadi empat

kelompok, yaitu: model interaksi sosial, model pemrosesan informasi, model

personal, dan model modifikasi tingkah laku.

(http:/zaifbio.wordpress.com/model-model-pembelajaran/ diakses 6 Januari 2011)

Lapp dkk dalam Aunurrahman (2009:76) berpendapat model

pembelajaran dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:

1) The Classical Model, guru lebih menitikberatkan peranannya dalam

pemberian informasi melalui mata pelajaran dan materi pelajaran yang

disajikannya.

2) The Tecnological Model, yang lebih menitikberatkan peranan

pendidikan sebagai transisi informasi, lebih dititikberatkan untuk

mencapai kompetensi individual siswa.

3) The Personalized Model, proses pembelajaran dikembangkan dengan

mmperhatikan minat, pengalaman, dan perkembangan siswa untuk

mengaktualisasi potensi-potensi individualitasnya.

4) The Interaction Model, dengan menitikberatkan pola interdepensi

antara guru dan siswa sehingga tercipta komunikasi dialogis di dalam

proses pembelajaran.

Abdul Azis Wahab (2007:56) mengemukakan jenis-jenis model

pembelajaran adalah a) interaksi sosial, b) pemrosesan informasi, c) personal, dan

d) modifikasi perilaku.

Berpijak dari uraian tersebut di atas, maka jenis-jenis model

pembelajaran adalah interaksi sosial, informasi, personal, dan perilaku.

c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Eggen and Kauchak dalam Trianto (2007:42) mengemukakan bahwa

“pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang

melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”.

Robert E. Slavin (2009:8) mengemukakan bahwa dalam model

pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang

beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.

Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2009:58) mengatakan

bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.

Page 28: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran

kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: (1) positive

interdependence (saling ketergantungan positif), (2) personal responsibility

(tanggung jawab perseorangan), (3) face to face promotive interaction (interaksi

promotif), (4) interpersonal skill (komunikasi antaranggota), dan (5) group

processing (pemrosesan kelompok).

Isjoni dan Mohd. Arif Ismail (2008:134) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan

sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai

satu kelompok atau satu tim.

David W. Johnson, Roger T. Johnson, dan Mary Beth Stanne (2000)

menyatakan bahwa “Cooperative learning is one of the most widespread and

fruitful areas of theory, research, and practice in education”. Yang berarti

pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memiliki banyak

keberhasilan dalam riset maupun dalam pendidikan.

(http:/www.cooperation.org/pages/cl-methods.html diakses 3 Januari 2011)

Richard M. Felder dan Rebecca Brent (2007) berpendapat “Cooperative

learning is an approach to groupwork that minimizes the occurrence of those

unpleasant situations and maximizes the learning and satisfaction that result from

working on a high-performance team”. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu

pendekatan yang dibentuk kelompok kerja yang memperkecil kesalahan individu

dan memaksimalkan pelajaran serta kepuasan karena keaktivan kerja kelompok.

(http:/www4.ncsu.edu/unity/lockers/users/f/felder/public/papers/CLChapter.pdf

diakses 3 Januari 2011)

Agus Suprijono (2009:54) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif

adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk

bentuk-bentuknya yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”.

Anita Lie (2008:28) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah

“pembelajaran gotong royong”, yaitu sistem pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-

tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah

Page 29: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara

terarah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2008:31) menyatakan bahwa

tidak semua kerja kelompok dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai

hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus

ditetapkan. Kelima unsur tersebut yaitu:

1) Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun

tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus

menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan

mereka. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa

bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa

berhasil.

2) Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika

tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur Model Pembelajaran

Kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk

melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan model pembelajaran kerja

kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.

3) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar

untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil

pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari

satu kepala saja. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,

memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Jadi,

para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal

dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi

pribadi.

Page 30: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

4) Komunikasi antaranggota

Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan

proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi

komunikator yang handal dalam waktu sekejap. Proses ini sangat

bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar

dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5) Evaluasi proses kelompok

Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif, waktu evaluasi tidak

perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan

selang beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran

kooperatif.

Berpijak dari berbagai pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berbasis

kelompok dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas dirinya sendiri

dan orang lain dalam memahami suatu materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

d. Tipe-Tipe Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2009:73) dalam pembelajaran kooperatif terdapat

beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu: 1) Student Team

Achievement Division (STAD), 2) Jigsaw, 3) Teams Games Tournament, 4) Group

Investifation, 5) Rotating Trio Excghange, dan 6) Group Resume.

Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh

Arends (2001), yaitu: (1) Student Team Achievement Division (STAD), (2) Group

Investigation, (3) Jigsaw, dan (4) Structural Approach. Sedangkan dua

pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah (1) Cooperatif

Integrated Reading and Compositio (CIRC) digunakan pada pembelajaran

membaca dan menulis pada tingkat 2-8 tahun (setingkat TK sampai SD), dan

Team Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran Matematika

untuk tingkat 3-6 (setingkat TK).

Page 31: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

(http://ayobelajarfisika.blogdetik.com/metode-pembelajaran-kooperatif/ diakses 3

Januari 2011)

Robert E. Slavin (2009:10) menyebut beberapa tipe pembelajaran

kooperatif antara lain Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Teams

Games Tournaments, Cooperatif Integrated Reading and Compositio (CIRC), dan

Team Accelerated Instruction (TAI).

Bertolak dari berbagai pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa tipe-tipe model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah Student Team

Achievement Division (STAD), Jigsaw, Teams Games Tournaments, Group

Investifation(GI), Rotating Trio Excghange, Group Resume, Cooperatif Integrated

Reading and Compositio (CIRC), dan Team Accelerated Instruction (TAI).

e. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games

Tournament)

Isjoni (2009:83) berpendapat bahwa “TGT adalah suatu tipe

pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok

belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,

jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda”.

Robert E. Slavin (2009:163) menyatakan Teams Games Tournament

(TGT) artinya adalah bentuk pembelajaran yang terdapat dalam pembelajaran

kooperatif yang paling tua dan paling banyak digunakan dalam penelitian

pendidikan, termasuk juga dalam penyampaian materi di kelas. Dalam TGT

menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor

kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka

dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.

Fengfeng Ke dan Barbara Grabowski (2007) dalam British Journal of

Educational Technology: “TGT cooperation is more effective than interpersonal

competition in facilitating positive maths attitudes, but not in promotting maths

performance”. Pembelajaran kooperatif TGT sangat efektif untuk bersaing

antarindividu dan juga untuk memudahkan siswa berpikir positif dalam

matematika, tetapi tidak dapat memelihara pekerjaannya dalam pembelajaran

matematika.

Page 32: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Berdasarkan berbagai pendapat para ahli di atas, model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah model pembelajaran

kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok yang berbeda kemampuan

yang menggunakan sistem turnamen akademik yang diikuti oleh seluruh siswa

dan efektif untuk memudahkan siswa berpikir positif dalam matematika.

f. Langkah-Langkah Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)

Langkah-langkah pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)

menurut Robert E. Slavin (2009:143) meliputi 5 tahap yaitu: 1) Presentasi kelas,

2) Kerja tim atau kelompok, 3) Permainan atau games, 4) Turnamen, dan 5)

Rekognisi tim.

1) Presentasi Kelas

Tahap awal yang dilakukan dalam pembelajaran TGT (Teams Games

Tournament) yaitu presentasi kelas. Pada tahap ini guru memberikan

penjelasan kepada para siswa tentang materi yang akan dipelajari.

Kegiatan ini bisa divariasi oleh guru dengan mengadakan tanya jawab

dengan siswa atau menugaskan siswa untuk mengerjakan soal di papan

tulis.

2) Kerja Tim/Kelompok

Tahap berikutnya setelah presentasi kelas yaitu kerja tim/kelompok.

Pada tahap ini yang harus dilakukan pertama kali adalah pembentukan

tim/kelompok. Siswa satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang

berbeda jenis kelamin, ras/suku, agama, dan berbeda kemampuan. Tetapi

pada dasarnya semua siswa mempunyai kemampuan yang setara

sewaktu diadakan pembelajaran dengan menerapkan TGT (Teams

Games Tournament). Setelah tim/kelompok terbentuk, guru memberikan

tugas yang harus dikerjakan oleh semua anggota tim/kelompok. Hal

yang paling penting pada tahap ini adalah kerja sama oleh semua

anggota tim/kelompok. Jika ada anggota tim/kelompok yang belum

menguasai materi pembelajaran, tugas anggota yang lain adalah

membantu agar anggota yang belum bisa tersebut mampu menguasai

materi pembelajaran.

Page 33: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

3) Permainan

Tahap selanjutnya yaitu permainan. Sebelum dilakukan permainan harus

dibentuk kelompok bermain yang anggotanya berbeda dari

tim/kelompok saat kerja tim/kelompok. Permainan yang dilakukan

adalah permainan akademik yang menggunakan kartu soal yang masing-

masing kartu mempunyai skor yang berbeda tergantung pada tingkat

kesukaran soal yang tertera pada kartu soal.

Langkah-langkah permainan yang dilakukan yaitu:

a) Siswa menempatkan diri pada kelompok bermainnya.

b) Siswa menyiapkan alat tulis.

c) Salah satu siswa pada kelompok bermain mengacak kartu soal

yang sudah disediakan guru.

d) Tiap siswa dalam kelompok bermain dibagikan sebuah kartu

olaeh siswa yang telah mengacak kartu.

e) Siswa boleh menukar kartu soal yang didapatkan dengan siswa

lain dalam satu anggota. Pnukaran kartu soal berdasarkan

kesepakatan dari kedua belah pihak.

f) Siswa mulai menjawab/mengerjakan kartu soal yang telah

didapatkan.

g) Siswa boleh mengambil kartu soal yang berikutnya asal sudah

selesai menjawab kartu soal yang sebelumnya.

h) Kelompok bermain menyudahi permainan jika kartu soalnya

sudah habis.

i) Tiap siswa mempunyai skor bermain yang berbeda. Skor didapat

jika jawaban kartu soal benar.

j) Skor bermain digunakan untuk menentukan siswa yang akan

maju ke turnamen pada akhir unit.

4) Turnamen

Tahap selanjutnya yaitu turnamen. Turnamen dilakukan pada akhir unit

yang dipimpin oleh guru. Turnamen diikuti oleh perwakilan satu orang

Page 34: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

siswa dari tim/kelompok kerja yang memperoleh skor bermain tertinggi.

Pada tahap ini akan terpilih satu kelompok terbaik.

5) Rekognisi Tim

Pada turnamen sudah terpilih satu tim/kelompok belajar yang terbaik.

Kelompok yang terbaik akan mendapatkan penghargaan dari guru

berupa pujian dan hadiah dari guru. Hal ini dilakukan untuk memacu

kelompok lain agar terus giat belajar.

g. Kelebihan dan Kelemahan TGT (Teams Games Tournament)

1) Kelebihan TGT (Teams Games Tournament)

Kelebihan TGT antara lain: (a) Mudah divariasikan dengan berbagai media

pembelajaran seperti komik, VCD, teka-teki silang, roda impian, kartu bridge,

scrabble, dan kartu soal. (b) Meningkatkan rasa percaya diri pada siswa. (c)

Meningkatkan kekompakan antaranggota kelompok. (d) Mengeratkan

hubungan antaranggota kelompok. (e) Waktu pembelajaran lebih singkat. (f)

Keterlibatan siswa lebih optimal.

2) Kelemahan TGT (Teams Games Tournament)

Kelemahan TGT (Teams Games Tournament) menurut Slavin (2009:7) yaitu:

(a) Memerlukan persiapan yang rumit dalam pelaksanaannya. (b) Bila terjadi

persaingan yang negative maka hasilnya akan buruk. (c) Bila ada siswa yang

malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok maka pembelajaran tidak

akan berjalan dengan semestinya. (d) Adanya siswa yang tidak memanfaatkan

waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar akan dapat mengganggu

berjalannya proses pembelajaran.

h. Jenis Skor dan Nilai pada Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams

Games Tournament)

Jenis skor dan nilai yang ada pada pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournament) adalah:

1) Skor permainan

Skor permainan didapat dari tahap permainan yang dilakukan siswa.

Siswa yang mengerjakan kartu soal dengan benar, cepat, dan jumlahnya

banyak akan memperoleh skor yang tinggi.Skor permainan digunakan

Page 35: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

untuk menentukan siswa yang akan maju mewakili tim/kelompoknya

mengikuti turnamen.

2) Skor turnamen

Skor turnamen diperoleh siswa saat mengikuti turnamen. Skor yang

didapat merupakan hasil usaha dari individu siswa tetapi atas nama

kelompok. Skor turnamen digunakan untuk menetukan kelompok terbaik

dalam pembelajaran menggunakan TGT (Teams Games Tournament).

3) Nilai kelompok

Nilai kelompok diambil dari Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang

diberikan guru untuk dikerjakan secara kelompok. Pengambilan nilai

kelompok dilakukan pada saat kerja tim/kelompok. Nilai kelompok yang

diperoleh akan membantu siswa dalam perolehan nilai akhir karena nilai

akhir diambil dari rata-rata nilai kelompok dan nilai individu.

4) Nilai individu

Nilai individu didapat dari Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikerjakan

siswa setelah tahap permainan atau setelah turnamen. Nilai individu

merupakan nilai yang mengukur kemampuan tiap individu dalam

penguasaan materi pembelajaran yang dipelajari.

5) Nilai akhir

Nilai akhir merupakan nilai dari hasil rata-rata nilai kelompok dan nilai

individu.

2. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

a. Pengertian Matematika

Mata pelajaran Matematika adalah kumpulan bahan kajian dan pelajaran

tentang bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan

satu sama lain, sehingga dapat meningkatkan ketajaman penalaran siswa untuk

menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan

berkomunikasi dengan mnggunakan bilangan dan simbol-simbol serta lebih

Page 36: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

mengembangkan sikap logis, kritis, cermat, disiplin, dan menghargai kegunaan

Matematika. Di bawah ini dikemukakan pendapat tentang Matematika.

Istilah Matematika seperti yang dikutip Andi Hakim Nasution dalam

Karso (1998:1.33) berasal dari bahasa Yunani methein atau manthenein yang

artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat hubungannya dengan kata

Sanskerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi.

Ruseefendi dalam Karso (1998:1.33) menyatakan bahwa Matematika itu

terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi,

aksioma-aksioma dan dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara

umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of

Education in Science and Technology: Mathematics is pervanding every study

and technique in our modern world. Bringing ever more sharpy into focus the

responsibilities laid upon those whose task it is to teach it. Most prominent among

these is the difficulty of presenting an interdisciplinary approach so that one

professional group may benefit from the experience of others. Matematika

mencakup setiap pelajaran dan teknik di dunia modern ini. Matematika

memfokuskan pada teknik pengerjaan tugas-tugasnya. Hal yang sangat mencolok

yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan interdisciplinary

(antarcabang ilmu pengetahuan, oleh karena itu para pakar bisa memperoleh

pengetahuan dari cabang ilmu lain.

(www.tandf.co.uk/../0020739x.asp diakses 6 Januari 2011)

Menurut Kline dalam Karso (1998:1.34) menyatakan bahwa Matematika

itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat disempurnakan karena dirinya

sendiri, tetapi keberadaannya itu terutama untuk membantu manusia dalam

memahami dan menguasai permasalahan sosial ekonomi dan alam.

Johnson dan Myklebust yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:252)

menyatakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis dan praktis untuk

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan

fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir.

Page 37: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Menurut Lerner dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:252) Matematika

disamping sebagai bahan simbolis juga merupakan bahasa universal yang

memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide

mengenai elemen dan kualitas.

Sutawijaya sebagaimana dikutip Nyimas Aisyah dkk (2007:11),

menyatakan bahwa Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang

disusun menggunakan lambang dan penalaran deduktif.

Sedangkan menurut Gail A. William (1983:3) menyatakan Matematics is

beautiful and useful creation of the human mind and spirit. Matematika adalah

sebuah kreasi yang indah dan berguna dalam pikiran dan jiwa manusia.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2007

menyatakan bahwa Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika

adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda abstrak, disusun dengan

menggunakan bahasa simbol untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan

keruangan yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memajukan daya

pikir manusia serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-

hari.

b. Pengertian Pembelajaran Matematika

Menurut Nyimas Aisyah (2007:1.4), pembelajaran Matematika adalah

proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana

lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar

matematika di sekolah.

Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah (2007:21.5), pembelajaran

Matematika adalah pembelajaran mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur

matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan

konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.

Depdikbud dalam http://pembelajaran matematika.htm diakses 6 Januari

2011 menyebutkan bahwa pembelajaran Matematika mempunyai ciri-ciri, yaitu:

Page 38: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

1) memiliki obyek yang abstrak, 2) memiliki pola pikir yang deduktif dan

konsisten, 3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

Matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan

suasana yang memungkinkan siswa mempelajari hubungan antara konsep-konsep

dan struktur-struktur Matematika yang bersifat deduktif, konsisten, dan tidak

dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

c. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD

Tujuan mata pelajaran Matematika di SD menurut KTSP (2007:42)

adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep,

dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran dalam pola dan sifat, melakukan manipulasi

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan Matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

Tujuan umum dan khusus yang ada dalam KTSP SD/MI merupakan

pelajaran Matematika di sekolah yang memberikan gambaran belajar tidak hanya

di bidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang psikomotor dan afektif.

Pembelajaran Matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan

pembentukan kemampuan berpikir yang bersandar pada hakikat Matematika, ini

Page 39: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

berarti hakikat Matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran

Matematika. Oleh karenanya hasil-hasil pembelajaran Matematika menampakkan

kemampuan menggunakan Matematika sebagai bahasa dan alat dalam

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain

yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh.

d. Pengertian Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Robbins (1996:50) menyatakan kemampuan (ability) merujuk ke suatu

kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.

(http://www.scribd.com/doc/Proposal-Penelitian-Pengaruh-Kemampuan-Dan-

Motivasi-Kerja-Kepala-Sekolah-Terhadap-Kualitas-Penerapan-Manajemen-

Berbasis-Sekolah diakses 14 Januari 2011)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:801), menyelesaikan

adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan dsb, menyempurnakan (kalimat

dsb); (2) menjadikan berakhir; menamatkan. Jadi menyelesaikan merupakan suatu

tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyudahi atau mengakhiri suatu

pekerjaan yang telah dimulainya.

Soal cerita adalah persoalan dalam Matematika yang biasanya

diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi suatu

persoalan atau permasalahan.

Kemampuan menyelesaikan soal cerita merupakan suatu kapasitas yang

dimiliki seseorang untuk menyudahi atau mengakhiri persoalan dalam

Matematika yang tersembunyi di dalam suatu kalimat dengan segala pengetahuan

dan pengalaman yang dimilikinya terdahulu atau sebelumnya.

e. Tinjauan Mengenai Soal Cerita

Soal cerita merupakan salah satu bentuk dari soal tes uraian dimana tes

uraian ini akan berfungsi untuk mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa.

Permasalahan Matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya

dituangkan melalui soal-soal berbentuk cerita (verbal).

Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009:2), soal cerita adalah soal

yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat

merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Bobot masalah

Page 40: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita tersebut. Makin

besar bobot masalah yang diungkapkan, memungkinkan semakin panjang cerita

yang disajikan. Sementara itu, menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009:2),

soal yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang

Matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan cerita/soal hitungan. Dalam hal

ini, soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal hitungan yang berkaitan

dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Soal cerita yang dimaksudkan

dalam penelitian ini adalah soal Matematika yang berbentuk cerita yang terkait

dengan pokok bahasan yang diajarkan pada mata pelajaran Matematika.

Dalam soal cerita, siswa dituntut kemampuannya untuk mengorganisir

jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus dilakukan sehingga soal

cerita dapat digunakan sebagai indikator ketidakmampuan/kesulitan yang dialami

siswa dalam menyelesaikan seperangkat tes soal cerita.

Haji dalam Marsudi Raharjo (2009:2) mengungkapkan bahwa untuk

menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan awal, yaitu

kemampuan untuk:

a. menentukan hal yang diketahui dalam soal,

b. menentukan hal yang ditanyakan,

c. membuat model matematikanya,

d. melakukan perhitungan,

e. menginterpretasikan jawaban model permasalahan semula.

Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita sebagaimana

yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika Sekolah Dasar dalam

Marsudi Raharjo (2009:2), yaitu:

a. membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang ada

dalam soal,

b. menuliskan kalimat matematika,

c. menyelesaikan kalimat matematika, dan

d. menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan.

Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama dalam

menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu masalah

Page 41: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang ditanyakan. Hudoyo

dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009:3) memberikan petunjuk:

a. baca dan bacalah ulang masalah tersebut; pahami kata demi kata, kalimat dmi

kalimat,

b. identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut,

c. identifikasikan apa yang dicari,

d. abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan, dan

e. jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya menjadi

berbeda dengan masalah yang dihadapi.

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi dalam

Marsudi Raharjo (2009:3), bahwa untuk menyelesaikan soal Matematika

umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-langkah:

a. membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat,

b. memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal, apa yang

diminta/ditanyakan dalam soal, operasi apa yang diperlukan,

c. membuat model matematika dari soal,

d. menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga mendapat

jawaban dari model tersebut, dan

e. menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk bisa menyelesaikan

soal cerita dengan benar, siswa harus mampu memahami soal, membedakan apa

yang diketahui dan ditanyakan, membuat model matematikanya, menyelesaikan

model matematika tersebut, dan menuliskan jawaban akhir sesuai permintaan soal.

f. Pengertian Pecahan

Cholis Sa’dijah (2003:73) mengemukakan bahwa pecahan merupakan

bilangan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan cacah a dan b,

ditulis b

a dengan syarat b ≠ 0. Dengan demikian secara simbolik pecahan dapat

dinyatakan sebagai salah satu: (1) pecahan biasa, (2) pecahan desimal, (3) pecahan

persen, dan (4) pecahan campuran.

Page 42: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Menurut Muchtar A. Karim (1998:6.4) pecahan adalah perbandingan

bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu benda atau himpunan bagian

yang sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan terhadap himpunan semula.

Maksud dari “perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu

benda” adalah apabila suatu benda dibagi menjadi beberapa bagian yang sama,

maka setiap perbandingan itu dengan kseluruhan bendanya menciptakan lambang

dasar suatu pecahan. Sedangkan maksud dari “himpunan bagian yang sama

terhadap keseluruhan dari suatu himpunan terhadap himpunan semula” yaitu suatu

himpunan dibagi atas himpunan bagian yang sama, maka perbandingan setiap

himpunan bagian yang sama itu terhadap keseluruhan himpunan semula akan

menciptakan lambang dasar suatu pecahan.

Menurut Heruman (2008:43), pecahan diartikan sebagai bagian dari

sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian

yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang

dinamakan dengan pembilang. Adapun yang utuh adalah bagian yang dianggap

sebagai satuan dan dinamakan penyebut.

Pecahan (Roy Hollands dalam www.wikipedia.org.wiki/pecahan.com

diakses 3 Januari 2011) terdiri dari pembilang dan penyebut. Pecahan adalah suatu

bentuk bilangan, dengan a, b bilangan bulat dan b tidak sama dengan 0. a disebut

pembilang dan b disebut penyebut.

Soewito, dkk (1993:152) menyatakan pecahan adalah bilangan yang

lambangnya terdiri dari pasangan berurutan bilangan bulat a dan b (dengan b≠0)

yang merupakan penyelesaian persamaan bx = a, ditulis b

a atau a : b.

Menurut Kamus Matematika, pecahan adalah 1) hasil dari pembagian; 2)

suatu perbandingan. Suatu pecahan dapat ditulis dengan b

a dimana a dan b adalah

yang dibandingkan dengan 1.

Pecahan yang dipelajari anak Sekolah Dasar merupakan bagian dari

bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk b

a, dengan a dan b merupakan

Page 43: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

bilangan bulat dan tidak sama dengan nol. Secara simbolik pecahan dapat

dinyatakan sebagai salah satu dari: (1) pecahan biasa, (2) pecahan desimal, (3)

pecahan persen, dan (4) pecahan campuran.

Bertolak dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

pecahan adalah suatu bentuk bilangan perbandingan yang ditulis dalam bentuk b

a,

dengan a dan b bilangan bulat dan b ≠ 0.

g. Konsep Pecahan di SD

Menurut Bell di dalam bukunya “A Riview of Research in Mathematical

Educational Part A” dalam Siti Kamsiyati (2006:342) mengemukakan bahwa

konsep pecahan di SD terdiri atas 7 subkonsep yang diurutkan menurut tingkat

kesulitan yaitu:

1) Bagi suatu himpunan, bagian-bagiannya kongruen (Part group

congruent part). Siswa mengasosiasikan pecahan dengan

memperhatikan “a” objek himpunan tersebut.

Contoh:

4

3 objek yang diberi bayangan atau yang diarsir.

2) Bagian dari suatu daerah, bagian-bagiannya kongruen (Part whole

congruent part). Siswa mengasosiasikan pecahan a/b dengan daerah

geometris yang dibagi ke dalam b bagian yang kongruen dan

memperhatikan a bagian.

Contoh:

4

3 gambar yang diberi bayangan atau yang diarsir.

3) Bagian suatu himpunan, bagian-bagiannya tidak kongruen (Part group

noncongruent part). Siswa mengasosiasikan pecahan a/b dengan suatu

Page 44: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

himpunan yang terdiri dari b objek yang tidak kongruen dan

memperhatikan a objek dalam himpunan tersebut.

Contoh:

4

3 objek yang diberi bayangan atau yang diarsir.

4) Bagian dari suatu himpunan, perbandingan (Part group comparison).

Siswa mengasosiasikan himpunan a/b dengan perbandingan relatif dua

himpunan A dan B. dalam hal ini banyaknya objek pada himpunan A

adalah a dan himpunan B adalah semua objek kongruen.

Contoh:

HIMPUNAN A

HIMPUNAN B

Himpunan A adalah 4

3 himpunan B.

5) Garis bilangan

Contoh:

0 X 1

Titik pada garis bilangan yang diberi tanda X mengatakan 4

3.

6) Bagian suatu daerah perbandingan (Parts whole comparison). Siswa

mengasosiasikan pecahan a/b dengan perbandingan relative dua

geometri A dan B. Jumlah bagian yang kongruen dalam gambar A

adalah a, sedang dalam gambar B adalah b semua gambar A dan B

kongruen.

Contoh:

A B

Gambar A adalah 4

3 gambar B.

Page 45: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

7) Bagian suatu daerah, bagian-bagiannya tidak kongruen (Parts whole

noncongruent part). Siswa mengasosiasikan pecahan a/b dengan

daerah geometri yang sudah dibagi ke dalam b bagian yang sama

dalam luas, tetapi tidak kongruen dan memperhatikan a bagian.

Contoh:

4

3 bagian yang diberi bayangan atau diarsir.

Dengan demikian tujuh subkonsep tadi dapat dikelompokkan menjadi

tiga model, yaitu:

a) Model bagian suatu himpunan (Parts group model), terdiri dari

subkonsep 1, 3 dan 4.

b) Model bagian suatu daerah luasan atau geometri (Parts whole

model), terdiri dari subkonsep 2, 6 dan 7.

c) Model garis bilangan (Number ine model), terdiri atas subkonsep 5.

Sedangkan menurut Purwoto (2003:44), cara menanamkan konsep

pecahan diperlukan alat peraga yang tepat dan sesuai dengan kondisi anak,

misalnya beberapa gambar bangun-bangun datar dari karton yang telah dipotong-

potong menjadi bagian yang lebih kecil dan saling kongruen atau bilah dari

bambu/kayu pipah (triplek) yang diberi warna perbagian. Alat-alat peraga di atas

sangat berguna untuk memperluas pemahaman siswa terhadap bilangan pecahan.

Contoh 1:

Siswa disuruh menggambar bangun berbentuk lingkaran, persegi, dan

persegi panjang (masing-masing mnyatakan satu). Kemudian siswa disuruh

membuat garis yang membagi bangun-bangun di atasnya menjadi dua bagian

yang sama besarnya dalam berbagai cara misalnya untuk bentuk persegi menjadi:

Setiap bagian diberi tabel 2

1. Siswa harus menentukan dalam beberapa

cara mereka dapat membentuk sebuah daerah persegi menjadi dua sama besar

Page 46: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

(pada gambar di atas ada 6 cara, atau jika dilanjutkan dapat lebih dari 6 cara).

Cara di atas dapat diteruskan untuk membentuk daerah tertentu menjadi bagian 3

1

dan 3

2 atau pecahan-pecahan yang lain.

Contoh 2:

Siswa disuruh menggambar daerah yang dibagi-bagi menjadi bagian-

bagian yang kongruen. Mereka disuruh mengarsir bagian sejumlah bangun seperti

gambar di bawah ini.

Dengan memandang keseluruhan bagian satu, mereka menggunakan

pecahan untuk memberi nama bagian yang diarsir. Siswa menjawab pertanyaan-

pertanyaan berikut untuk setiap daerah.

Misalnya:

- Menjadi berapa bagian kongruen daerah yang dipisah-pisahkan?

- Berapa bagiankah daerah yang diarsir?

- Apa nama pecahan bagi daerah yang diarsir?

- Apa nama pecahan bagi daerah yang tidak diarsir?

Untuk menemukan nama-nama lain bagi bilangan pecah yang sama dapat

dilakukan pembelajaran sebagai berikut:

(1) Kepada siswa dibagikan kertas yang bergambar seperti:

1

1/4

1/2

1/4

1/4

1/4

1/2

1/3

1/3

1/3

1/6 1/6

1/6

1/6

1/6

1/6

Page 47: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

(2) Siswa disuruh menggunting daerah-daerah persegi panjang dan

bagian-bagiannya. Dengan menempelkan guntingan daerah yang

sesuai antara yang satu dengan yang lainnya, mereka mengisi titik-

titik yang kosong berikut sehingga pernyataan matematikanya

menjadi benar.

2

1=

4

... ;

3

1=

6

... dst

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konsep

bilangan pecahan di Sekolah Dasar sangatlah diperlukan, hal ini bertujuan agar

siswa mudah dalam memahami pengertian pecahan. Untuk itu dalam

menanamkan konsep pecahan diperlukan alat peraga yang tepat dan sesuai dengan

kondisi anak.

h. Macam-Macam Pecahan

Menurut Purwoto (2003:44) macam-macam pecahan meliputi:

1) Pecahan sederhana, yaitu pecahan yang pembilang dan penyebutnya

merupakan bilangan-bilangan bulat yang koprim. (FPB dari

pembilang dan penyebut adalah 1).

Contoh: 5

2,

9

4,

15

14, dst

2) Pecahan murni, yaitu pecahan yang pembilangnya lebih kecil dari

penyebut.

Contoh: 2

1,

3

2,

4

3, dst

3) Pecahan tidak murni, yaitu pecahan yang pembilangnya lebih besar

dari penyebut.

Contoh: 3

4,

5

6,

7

8, dst

4) Pecahan Mesir, yaitu pecahan dengan pembilang 1.

Contoh: 2

1,

3

1,

4

1, dst

Page 48: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

5) Pecahan campuran, yaitu suatu bilangan yang terbentuk atas bilangan

cacah dan pecahan biasa.

Contoh: 43

1, 2

3

2, 6

9

4, dst

i. Materi Pembelajaran

Cara terbaik untuk menjelaskan pecahan adalah dengan membagi

makanan, buah, kertas, atau benda-benda lain menjadi dua, tiga, empat, atau lima

bagian yang sama. Dalam pembelajaran ini peneliti menggunakan kertas lipat dan

alat peraga lainnya untuk media pembelajaran.

1) Pecahan 2

1 dan

4

1

a) Mengenal Pecahan 2

1 dan

4

1

.Daerah yang diarsir adalah 1 bagian dari keseluruhan (2 bagian). Artinya

2

1 dari keseluruhan.

Daerah yang diarsir adalah 1 bagian dari kseluruhan (4 bagian). Artinya

4

1 dari keseluruhan.

b) Menuliskan Nilai Pecahan secara Visual atau Melalui Gambar

Nilai pecahan 2

1 dapat digambarkan dengan

Nilai pecahan 3

1 dapat digambarkan dengan

Page 49: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

c) Penjumlahan Pecahan

(1) Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama

Silvi telah menyelesaikan 5

1 pekerjaan, sedangkan Robi telah

menyelesaikan 5

2 bagian. Berapa bagian pekerjaan yang telah

diselesaikan oleh mereka berdua?

Diketahui : Pekerjaan Silvi 5

1 dan pekerjaan Robi

5

2.

Ditanyakan : Jumlah pekerjaan mereka berdua?

Jawab :

Dalam peragaan berikut, kita akan menunjukkan hasil penjumlahan

5

1+

5

2=…

dipotong dan ditempelkan pada kertas yang satunya

5

1

5

1 +

5

2=

5

21 =

5

3

Ada hal yang harus diperhatikan dalam penulisan proses

penjumlahan ini, terutama dalam penulisan penyebut, karena

penyebut tidak dijumlahkan. Adapun penulisan penyebut menjadi

satu penyebut harus dilakukan agar terbntuk dalam pemikiran siswa

bahwa bilangan penyebut harus sama dan tidak dijumlahkan.

Jadi, pekerjaan yang telah mereka selesaikan adalah 5

3.

Page 50: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

(2) Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Tidak Sama

Budi mempunyai kue 2

1 bagian. Kemudian diberi ibu

4

1 bagian.

Berapa jumlah kue Budi sekarang?

Diketahui : Kue Budi 2

1 bagian. Diberi ibu

4

1 bagian.

Ditanyakan : Jumlah kue Budi?

Jawab :

Melalui peragaan akan ditunjukkan penjumlahan pecahan yang

berpenyebut tidak sama, dalam soal ini 2

1 +

4

1 = …. Kata kunci

“penjumlahan” dalam peragaan pecahan dapat diganti dengan kata

“penggabungan”.

satu bagian dipotong lalu digabungkan

2

1 +

4

1 =

4

3

Dari peragaan tampak 2

1 +

4

1 =

4

3 (Biarkan dulu sementara jika

siswa mengalami kebingungan). Biarkan siswa menganalisis sendiri

permasalahan ini. Sangat diharapkan agar siswa secara sendiri atau

berkelompok dengan bimbingan guru dan dibantu dengan media

peraga, dapat menentukan pecahan senilai dari 2

1 =

4

2sehingga

dapat mengubah penjumlahan dari pecahan berpenyebut tidak sama

menjadi penjumlahan pecahan berpenyebut sama. Pada akhirnya,

jika sudah terbentuk dalam pemikiran siswa bahwa dalam

Page 51: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama ini penyebut harus

disamakan terlebih dahulu, dan dua penyebut diganti dengan satu

penyebut, sehingga dapat ditulis:

2

1 +

4

1 =

4

2 +

4

1 =

4

12 =

4

3

Jadi, jumlah kue Budi ada 4

3 bagian.

(3) Pengurangan Pecahan Berpenyebut Sama

Ani mempunyai kue 3

2 bagian. Kemudian ia memakannya

3

1

bagian. Berapa kue Ani yang tersisa?

Diketahui : Kue Ani 3

2 bagian. Dimakan

3

1 bagian.

Ditanyakan : Sisa kue?

Jawab :

Dengan peragaan kita akan menunjukkan pengurangan 3

2 -

3

1 = …

Satu bagian yang diarsir dihapus 3

2 -

3

1 =

3

12 =

3

1

Penulisan dua penyebut menjadi satu penyebut harus dilakukan agar

terbentuk dalam pemikiran siswa bahwa bilangan penyebut harus

sama dan tidak dikurangkan.

Jadi, sisa kue Ani ada 3

1 bagian.

(4) Pengurangan Pecahan Berpenyebut Tidak Sama

Ibu mempunyai kue 2

1 bagian, kemudian dimakan adik

4

1 bagian.

Berapa sisa kue ibu sekarang?

Page 52: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Diketahui : Kue ibu 2

1 bagian. Dimakan adik

4

1 bagian.

Ditanyakan : Sisa kue ibu?

Jawab :

Akan diperagakan pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak

sama, yaitu 2

1-

4

1 = …. Dalam peragaan, kata “pengurangan” dapat

diganti dengan “diambil”.

2

1 dilipat menjadi

4

2

sisa = 4

1 diambil

4

1 bagian

Dari peragaan tampak 2

1 -

4

1 =

4

1 (sementara ini biarkan siswa

kebingungan). Gugahlah siswa untuk menganalisisnya, baik secara

sendiri atau berkelompok Biarkan siswa menganalisis sendiri

permasalahan ini. Sangat diharapkan agar siswa secara sendiri atau

berkelompok dengan bimbingan guru dan dibantu dengan media

peraga, dapat menentukan pecahan senilai dari 2

1 =

4

2 sehingga

dapat mengubah pengurangan dari pecahan berpenyebut tidak sama

menjadi pengurangan pecahan berpenyebut sama. Pada akhirnya,

jika sudah terbentuk dalam pemikiran siswa bahwa dalam

pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama ini penyebut harus

Page 53: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

disamakan terlebih dahulu, dan dua penyebut diganti dengan satu

penyebut, sehingga dapat ditulis:

2

1 -

4

1 =

4

2 -

4

1 =

4

1

Jadi, sisa kue ibu sekarang 4

1 bagian.

j. Langkah-Langkah Pembelajaran Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games

Tournament)

Pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) membutuhkan

persiapan yang matang. Persiapan yang perlu dilakukan oleh guru meliputi:

1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di

dalamnya memuat Standar Kompetensi, Komptensi Dasar, Indikator,

tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan aspek lain yang

dibutuhkan dalam pembelajaran.

2) Membuat media, kartu soal, Lembar Kerja Kelompok (LKK),

Lembar Kerja Siswa (LKS), Lembar Penilaian Kelompok, Lembar

Penilaian Individu, dan Lembar Observasi.

Setelah persiapan yang dilakukan selesai, langkah-langkah pembelajaran

menyelesaikan soal cerita pecahan menggunakan tipe TGT (Teams Games

Tournament) yaitu:

1) Presentasi Kelas

Guru menjelaskan materi pembelajaran penjumlahan, pengurangan,

dan soal cerita pecahan dengan menggunakan media gambar

pecahan.

a) Penjumlahan pecahan berpenyebut sama

Page 54: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Persegi 1 Persegi 2 Persegi 3

4

2 +

4

1 =

4

3

b) Penjumlahan berpenyebut tidak sama

Kue Kue Kue

Mirna Wayan Mirna dan Wayan

2

1 +

4

1 =

4

3

Untuk menyamakan penyebutnya, carilah KPK dari 2 dan 4. KPK dari 2

dan 4 adalah 4.

2

1 =

22

21

x

x =

4

2 sehingga

2

1 +

4

1 =

4

2 +

4

1 =

4

3

c) Pengurangan berpenyebut sama

Persegi I Persegi II Persegi III

4

3 -

4

2 =

4

1

Page 55: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

d) Pengurangan soal cerita pecahan berpenyebut tidak sama

Bu Mia mempunyai pita yang panjangnya 8

7 m. Diberikan kepada Devi

4

1 m. Berapa meter pita Bu Mia sekarang? Untuk menentukan panjang

pita Bu Mia setelah dipotong, kita harus mengurangkan panjang pita

mula-mula dengan panjang pita yang diberikan kepada Devi, yaitu 8

7 -

4

1.

Diketahui : Pita Bu Mia 8

7m, diberikan Devi

4

1 m

Ditanya : Sisa pita Bu Mia

Jawab : 8

7 -

4

1 = ...

Untuk mengurangkan kedua pecahan berpenyebut tidak sama, kita harus

menyamakan penyebut kedua pecahan tersebut. Setelah penyebutnya

sama, kita tinggal mengurangkan kedua pembilang dari pecahan-pecahan

tersebut, sedangkan penyebutnya tetap.

Agar lebih jelas, perhatikan uraian berikut.

8

7 -

4

1 =

18

17

x

x -

24

21

x

x =

8

7 -

8

2 =

8

27 =

8

5 (KPK dari 8 dan 4 adalah

8)

Jadi, panjang pita Bu Mia sekarang adalah 8

5 m.

Page 56: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

2) Kerja Tim/Kelompok

Pemberian tugas kelompok dan Lembar Kerja Kelompok (LKK) tentang

soal cerita penjumlahan dan pengurangan pecahan baik yang berpenyebut sama

dan yang tidak sama.

Contoh tugas kelompok:

a) Selesaikan penjumlahan di bawah ini dengan menggunakan kertas

lipat! Berikan kesimpulan!

5

1 +

5

2 = …

Hasil pekerjaan:

dipotong dan ditempelkan pada kertas yang satunya

5

1

5

1 +

5

2=

5

21 =

5

3

Kesimpulan: Penjumlahan berpenyebut sama, yang dijumlahkan

hanya pembilangnya saja. Penyebutnya tetap/sama.

b) Selesaikan penjumlahan di bawah ini dengan menggunakan kertas

lipat! Berikan kesimpulan!

2

1 +

4

1 = …

satu bagian dipotong lalu digabungkan

2

1 +

4

1 =

4

3

Page 57: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Kesimpulan: Penjumlahan yang berpenyebut tidak sama, penyebut

harus disamakan terlebih dahulu, dan dua penyebut diganti dengan

satu penyebut, sehingga dapat ditulis:

2

1 +

4

1 =

4

2 +

4

1 =

4

12 =

4

3 (mencari KPK penyebut)

c) Selesaikan pengurangan di bawah ini dengan menggunakan kertas

lipat! Berikan kesimpulan!

3

2 -

3

1 = …

Satu bagian yang diarsir dihapus 3

2 -

3

1 =

3

12 =

3

1

Kesimpulan: Pengurangan berpenyebut sama yang dikurangkan hanya

pembilangnya saja sedangkan penyebutnya tetap.

d) Selesaikan pengurangan di bawah ini dengan menggunakan kertas

lipat! Berikan kesimpulan!

2

1-

4

1 = …

2

1 dilipat menjadi

4

2

sisa = 4

1 diambil

4

1 bagian

Page 58: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Kesimpulan: Menyamakan penyebut dulu dengan mencari KPK

penyebut.

2

1 -

4

1 =

4

2 -

4

1 =

4

1

3) Permainan

Permainan dengan kartu soal yang berisi soal-soal tentang penjumlahan

pecahan, pengurangan pecahan, dan soal cerita tentang penjumlahan dan

pengurangan pecahan. Tiap kartu soal mempunyai skor tergantung pada tingkat

kesulitan soal. Soal tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut

sama mempunyai skor 10 tiap satu nomor soal dijawab benar. Soal tentang

penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama mempunyai skor

30. Dan soal yang berisi tentang soal cerita penjumlahan dan pengurangan

pecahan mempunyai skor 50 tiap nomor yang dijawab benar.

Contoh kartu soal:

4) Turnamen

Turnamen dilaksanakan pada akhir unit untuk memilih kelompok

terbaik. Turnamen berisi kuis-kuis tentang soal-soal cerita penjumlahan dan

pengurangan pecahan yang harus dijawab peserta turnamen secara lisan.

5) Rekognisi Tim/Kelompok

Kelompok terbaik mendapatkan penghargaan dari guru berupa hadiah

dan pujian untuk menambah semangat dalam belajar. Khususnya dalam

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan.

Kartu Soal

Penjumlahan

Pecahan

18

5 +

18

4 = ...

Skor: 10

Kartu Soal

Pengurangan

Pecahan

7

6 -

14

1 = ...

Skor: 30

Kartu Soal Cerita Pecahan

Adik membeli kue 2 bagian.

Kemudian diberikan

temannya

3

1bagian. Berapa

sisa kue adik?

Skor: 50

Page 59: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

B. Penelitian yang Relevan

Sumarni (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Usaha Peningkatan

Keterampilan Berbicara dengan Pembelajaran Kooperatif Model Teams Games

Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas IV SDN Pilangsari I Kecamatan Ngrampal

Kabupaten Sragen” menyimpulkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif model

TGT keterampilan berbicara siswa tiap siklusnya mengalami perubahan secara

signifikan. Secara berturut-turut (Siklus I dan II) ketrampilan berbicara siswa

kelas IV SD Negeri Pilangsari 1 adalah 60,5 pada prasiklus, 64,3 pada siklus I,

siklus II sebesar 65,8 untuk turnamen dan 69 siklus I, 74 siklus II untuk afektif.

Untuk psikomotor adalah 67 siklus I, 75 siklus II dimana data tersebut didapat

melalui pengamatan.

Penelitian Sumarni tersebut di atas, relevan dengan penelitian ini.

Persamaan dengan penelitian ini yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournament). Selain memiliki persamaan, kedua

penelitian ini memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Sumarni untuk

meningkatkan ketrampilan berbicara pada siswa kelas IV SDN Pilangsari I

Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen, sedangkan penelitian ini untuk

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV

SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011.

Roiatul Amri (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan

Kemampuan Memahami Peristiwa Proklamasi Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pada Siswa Kelas V SDN Grajegan 01

Tawangsari, Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010” menyimpulkan bahwa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V SDN

Grajegan 01 Tawangsari, Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010 yaitu adanya

peningkatan kemampuan memahami peristiwa proklamasi pada tes awal 48,93,

pada siklus pertama 68,92, kemudian pada siklus kedua 77,14. Adanya

peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa pada tes awal hanya 41,67%,

pada tes siklus pertama 71,43%, dan pada siklus kedua menjadi 100%.

Penelitian Roiatul Amri tersebut di atas, relevan dengan penelitian ini.

Persamaan dengan penelitian ini yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif

Page 60: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

tipe TGT (Teams Games Tournament). Selain memiliki persamaan, kedua

penelitian ini memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan Roiatul Amri

untuk meningkatkan kemampuan memahami peristiwa proklamasi pada siswa

kelas V SDN Grajegan 01 Tawangsari, Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010,

sedangkan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang

Tahun Ajaran 2010/2011.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran Matematika dikatakan berhasil apabila sebagian besar

siswa telah mendapat nilai di atas KKM yang telah ditetapkan. SD Negeri

Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011 menetapkan KKM

mata pelajaran Matematika adalah 60. Tapi pada kenyataannya kemampuan

menyelesaikan soal cerita siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III masih rendah

terbukti dengan diadakannya tes awal masih banyak siswa yang memperoleh nilai

di bawah KKM. Hal ini disebabkan pembelajaran guru yang kurang variatif. Guru

hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran Matematika,

khususnya dalam pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan. Hal ini

menyebabkan kejenuhan pada siswa dan tidak munculnya keaktifan pada diri

siswa.

Upaya agar siswa terdorong untuk aktif belajar, di antaranya adalah

penyajian materi yang menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan semangat

dan minat untuk belajar. Hal itu dapat dilakukan dengan mengubah model

pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan yaitu model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Dalam model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), siswa melakukan

pembelajaran secara berkelompok. Tipe TGT ini juga menyajikan materi

pelajaran dalam permainan-permainan akademik yang tentunya sangat menarik

minat siswa. Hal ini didasari atas sifat dasar anak yang senang bermain. Oleh

karena itu, pembelajaran tidak akan terkesan membosankan ataupun menakutkan

karena siswa sudah merasa tertarik dan tertantang dengan permainan-permainan

Page 61: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

akademik yang disajikan dalam rangkaian pembelajaran dengan menggunakan

tipe TGT ini. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT), siswa dapat belajar sambil bermain, dapat berlatih bahwa

ketergantungan dengan orang lain itu pasti ada, sehingga sikap saling

membutuhkan dan kerja sama dapat terbentuk.

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan

soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan

Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011.

Hubungan variabel penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournament (TGT) dengan kmampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

dapat dilihat pada gambar 1:

Gambar 1: Alur Kerangka Berpikir

Kondisi awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Masih menggunakan model

pembelajaran konvensional

(ceramah) saat

menyelesaikan soal cerita

pecahan

Penerapan model

pembelajaran kooperatif

tipe TGT saat

menyelesaikan soal cerita

pecahan

Dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif

tipe TGT dapat

meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita

pecahan

Kemampuan

menyelesaikan soal

cerita pecahan

masih rendah

Siklus I Penjumlahan

Berpenyebut sama

dan tidak sama

Siklus III

Menyelesaikan soal

cerita pecahan

Siklus II

Pengurangan

berpenyebut sama

dan tidak sama

Page 62: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan,

penelitian ini diharapkan dapat membawa perubahan ke arah perbaikan dan

peningkatan kualitas pembelajaran kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III. Sehingga dapat diajukan sebuah

hipotesis tindakan sebagai berikut:

“Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) maka kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada

siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran

2010/2011 akan meningkat”.

“Penerapan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) akan meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III

Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011”.

“Untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan tujuan

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV

SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011”.

Page 63: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1.Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tlompakan III Kecamatan

Tuntang siswa kelas IV. Tempat tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan.

Diantaranya waktu, biaya, dan keberadaan sample untuk memudahkan peneliti

memperoleh data. Di samping itu tempat lokasinya mudah dijangkau oleh

peneliti.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap 2010/2011 selama

kurang lebih 3 bulan, yaitu dimulai pada bulan Januari sampai Maret 2011. Tahap

perencanaan akan dilaksanakan pada bulan Januari, tahap pelaksanaan bulan

Maret.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SD Negeri Tlompakan III Kecamatan

Tuntang kelas IV. Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas IV

yang berjumlah 18 orang yaitu laki-laki 8 orang dan 10 orang perempuan dan

tidak ada anak yang berkebutuhan khusus.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini lebih

menekankan pada masalah proses. Sedangkan data yang akan diperoleh berupa

data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan, maka bentuk pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan jenis

penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research).

Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat

tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing),

dan refleksi (reflecting). Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat digambarkan

pada gambar 2 berikut :

Page 64: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Gambar 2: Bagan siklus penelitian tindakan kelas (Suharsimi Arikunto,

2006:12).

Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam

penelitian ini, sebagian besar berupa data kualitatif. Data atau informasi tersebut

meliputi :

1. Informan, yaitu siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan

Tuntang

2. Tempat dan Peristiwa

a. Tempat : Ruang Kelas IV

b. Peristiwa : Proses pembelajaran melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

SIKLUS II

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Tindak Lanjut

Page 65: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

3. Arsip dan Dokumen

a. Arsip : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran

Matematika

b. Dokumen : Daftar nilai digunakan untuk mendapatkan data nilai

siswa sebelum dilakukan tindakan

4. Hasil Tes

Untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan dalam

pembelajaran Matematika setelah dilakukan tindakan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber data yang

dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

1. Observasi

Menurut Yulius Slamet (2006:85), observasi adalah teknik pengumpulan

data yang bersifat nonverbal. Notoatmojo dalam Sandjaja (2006: 141)

mendefinisikan observasi sebagai perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian

untuk menyadari adanya rangsangan yang timbul yang telah menimbulkan

kesadaran untuk melaksanakan pengamatan.

Basrowi dan Suwandi (2008: 127) menyatakan bahwa observasi

bertujuan untuk mengamati kegiatan yang dilaksanakan guru dan siswa dalam

pembelajaran. Dengan dilaksanakannya observasi, diharapkan gejala kekeliruan

atau ketidakberhasilan dalam perencanaan tindakan dapat diketahui lebih awal

sehingga dapat dilakukan modifikasi rencana tindakan sebelum berjalan lebih

lanjut. Observasi yang dilakukan adalah adalah observasi langsung.

Observasi langsung (direct observation) adalah observasi yang dilakukan

tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti. Observasi

dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang

untuk mengetahui hasil belajar afktif dan psikomotorik selama proses

pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Teams Games Tournament (TGT). Selain itu juga dilakukan observasi

Page 66: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

terhadap guru yang mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournament (TGT). Yang menjadi pengamat (observer) adalah guru kelas

IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang.

2. Pencatatan Arsip

a. Arsip

1) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tentang ruang lingkup materi,

tujuan, kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, dan materi pokok kelas

IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang.

2) Silabus tentang alokasi waktu dan tema yang diajarkan.

b. Dokumen

Metode ini digunakan untuk memperoleh data berupa tindakan dan hasil

observasi proses pembelajaran. Menurut St. Y. Slamet dan Suwarto (2007:53)

dokumen merupakan bahan tertulis maupun film yang dapat digunakan sebagai

sumber data. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:158), metode dokumentasi dapat

dilaksanakan dengan pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau

kegiatan yang akan dicari datanya dan check-list yakni variabel yang akan

dikumpulkan datanya. Dokumen digunakan sebagai sumber data karena dapat

dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan dapat digunakan untuk

meramalkan.

Dokumentasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu dokumen

pribadi dan dokumen resmi. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data

dilaksanakan dengan menggunakan dokumen resmi. Dokumen resmi untuk

menjaring data awal yang berupa Daftar Nilai Matematika kelas IV SD Negeri

Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun 2010/2011 pada pokok bahasan

pecahan. Sedangkan untuk mengetahui perkembangan siswa dokumen yang

digunakan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran, foto proses pembelajaran,

dan hasil tes akhir siswa.

3. Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:138), tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur

ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

Page 67: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

individu atau kelompok. Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang

peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan. Dalam penelitian ini

menggunakan tes akhir bentuk uraian. Tes yang dilakukan ada dua macam dalam

tiap siklusnya. Tes yang pertama adalah dengan menggunakan Lembar Kerja

Kelompok (LKK) yang dikerjakan secara kelompok dan tes kedua dengan

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikerjakan secara individu.

E. Validitas Data

Informasi yang dikumpulkan oleh peneliti dari penelitian harus diperiksa

validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat

dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan. Beberapa cara yang

digunakan adalah menggunakan validitas isi dan trianggulasi data atau sumber.

1. Validitas Isi

Sebuah tes dikatakan memiliki isi apabila di dalamnya mengukur tujuan

khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan oleh

guru dalam pembelajaran. Pada penelitian ini data yang diukur menggunakan

validitas isi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan dengan materi yang diajarkan di kelas IV sd

Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun 2010/2011, maka pada

penyusunan dilakukan dengan cara memerinci kurikulum ataupun materi

pelajaran.

2. Triangulasi Data atau Sumber

Menurut Sugiyono (2008:125), triangulasi diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber.

Teknik ini dilaksanakan agar dapat memberikan informasi yang lebih

tepat sesuai keadaan siswa berkesulitan menyelesaikan soal cerita pecahan.

Dalam penelitian ini dengan melakukan pengecekan dari data hasil observasi

siswa, hasil pencatatan arsip, dan data hasil tes akhir siswa. Melalui cara ini data

sejenis bisa teruji kemantapan, kebenaran, dari sumber berbeda sehingga

diharapkan dapat memberi informasi yang lebih tepat sesuai keadaan sisi kelas IV

SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011.

Page 68: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

F. Teknik Analisis Data

Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi diklasifikasikan

sebagai data kualitatif. Data ini diinterpretasikan kemudian dihubungkan dengan

data kualitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan

pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan.

Data hasil tes dianalisis secara deskriptif komparatif, yakni dengan

membandingkan hasil tes antarsiklus. Yang dianalisis adalah perubahan hasil

belajar sebelum dan sesudah mengalami tindakan tergantung dari berapa banyak

siklusnya. Selanjutnya data hasil tes antarsiklus dibandingkan sehingga dapat

mencapai batas ketercapaian atau ketuntasan yang diharapkan.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif.

Menurut Sugiyono (2008:91), analisis data model interaktif terdiri dari tiga

komponen analisis yaitu (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan simpulan

atau verifikasi. Aktivitas ketiga komponen tersebut dilakukan dalam bentuk

interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai siklus.

Secara jelas langkah-langkah analisis data dapat dilihat pada gambar 3:

Gambar 3: Model Analisis Interaktif

Pengumpulan Data

(Data Collection)

Penyajian Data

(Data Display)

Reduksi Data

(Data Reduction) Kesimpulan-kesimpulan

Penarikan/Verifikasi

Page 69: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Gambar di atas menunjukkan langkah-langkah yang harus dilakukan

peneliti adalah:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.

Reduksi adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Dalam penelitian ini didapat data skor permainan, data skor

turnamen, data hasil belajar afektif, data hasil belajar psikomotorik, dan data hasil

tes akhir pada tiap siklusnya. Peneliti tidak memakai data skor permainan dan

data skor turnamen karena skor keduanya hanya digunakan penentuan turnamen

dan penentuan kelompok terbaik saja.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi langkah selanjutnya yaitu diadakan penyajian

data. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan

melihat penyajian data, maka akan dimengerti apa yang terjadi dan

memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain

berdasarkan penyajian data tersebut. Dalam pelaksanaan penelitian penyajian-

penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis

kualitatif yang valid. Untuk menampilkan data-data tersebut agar lebih menarik

maka diperlukan penyajian yang menarik pula. Dalam penelitian ini data

disajikan dengan menggunakan foto untuk kegiatan siswa kelas IV SD Negeri

Tlompakan III dengan pembelajaran TGT, serta tabel dan diagram batang untuk

sajian data hasil nilai tes akhir pada tiap siklusnya.

3. Penarikan Kesimpulan

Data-data dari hasil penelitian setelah direduksi dan disajikan, langkah

terakhir adalah penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil dari data-data yang telah

didapatkan dari laporan penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan.

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang

utuh sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil

Page 70: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

dari laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di

lapangan/kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari data

yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yaitu yang

merupakan validitasnya. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini berdasarkan

data yang telah terkumpul, yang didapat dari penelitian tindakan kelas pada siswa

kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011.

G. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan

atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Yang

menjadikan indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri

Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011 melalui model

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), indikator penelitian ini

bersumber dari silabus KTSP Matematika IV dan KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal). KKM pada siklus I adalah 60, dapat terpenuhi apabila ≥ 75% dari

jumlah siswa dapat menyelesaikan soal cerita pecahan dan mendapat nilai ≥ 60.

KKM pada siklus II adalah 65, dapat terpenuhi apabila ≥ 75% dari jumlah siswa

dapat menyelesaikan soal cerita pecahan dan mendapat nilai ≥ 65. Dan KKM

pada siklus III adalah 70, dapat terpenuhi apabila ≥ 75% dari jumlah siswa dapat

menyelesaikan soal cerita pecahan dan mendapat nilai ≥ 70. Tiap siklus diadakan

peningkatan KKM agar terjadi peningkatan kualitas pada kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III

Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus yang masing-

masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan

refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam

satu siklus ada dua kali tatap muka yang masing-masing 2x35 menit. Tiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain.

Page 71: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Pada prasiklus, dalam pembelajarannya peneliti hanya dengan menggunakan

metode ceramah dan pemberian tugas. Untuk meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III

Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011 diadakan observasi terhadap

kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Berdasarkan hasil temuan di kelas, maka peneliti berusaha meningkatkan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri

Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011 dengan model

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

Adapun prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini secara rinci diuraikan

sebagai berikut :

1. Siklus Pertama (Siklus I)

a. Tahap Perencanaan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika.

2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.

3) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.

4) Menyiapkan lembar penilaian.

5) Membuat lembar observasi.

b. Tahap Pelaksanan Tindakan

Peneliti melakukan proses pembelajaran sesuai dengan RPP mata

pelajaran Matematika dengan KD memecahkan masalah perhitungan termasuk

yang berhubungan dengan pecahan yang ditulis dalam model pembelajaran

kooperatif tipe TGT. Pembelajaran yang telah disusun ini akan dilaksanakan dua

kali pertemuan.

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan ini pembelajaran yang akan dilaksanakan tentang pecahan

yaitu dengan indikator proses dapat menggunakan media untuk menyelesaikan

soal operasi penjumlahan pecahan, indikator produk dapat menyelesaikan soal

operasi penjumlahan pecahan, dan indikator ketrampilan sosial dapat

Page 72: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat mengerjakan soal

operasi penjumlahan pecahan.

Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi:

a) Pembelajaran dimulai dengan doa dan presensi siswa.

b) Apersepsi oleh guru dengan cerita yang berkaitan dengan penjumlahan

pecahan.

c) Pembentukan kelompok belajar yang disesuaikan dengan urutan nomor

absen.

d) Penjelasan singkat materi yang akan dipelajari oleh guru.

e) Siswa menerima tugas kelompok dari guru yaitu menemukan bagaimana

cara menghitung penjumlahan pecahan dengan menggunakan alat peraga

berupa kertas lipat.

f) Mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK).

g) Mencocokkan hasil kerja kelompok.

h) Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran hari ini.

i) Siswa menulis pekerjaan rumah.

j) Pembelajaran ditutup dengan pemberian nasehat oleh guru agar siswa rajin

belajar.

2) Pertemuan Kedua

Langkah pembelajarannya adalah:

a) Pembelajaran dimulai dengan doa dan presensi siswa.

b) Apersepsi oleh guru tentang kegiatan yang akan dilakukan hari ini.

c) Mengulang pembelajaran pada pertemuan pertama secara singkat.

d) Pembentukan kelompok bermain yang diacak oleh guru.

e) Siswa mendengarkan aturan permainan yang dijelaskan oleh guru.

f) Pelaksanaan permainan kartu soal yang berisi soal-soal tentang

penjumlahan pecahan. Tiap kartu berisi satu soal dan masing-masing soal

memiliki skor tertentu sesuai dengan tingkat kesukaran soal.

g) Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara individu.

h) Pembelajaran ditutup dengan nasehat oleh guru.

Page 73: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

c. Tahap Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan

sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran Matematika dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Observasi juga dilakukan terhadap guru

yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran

penjumlahan pecahan. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas IV SD Negeri

Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011.

Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap

pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan

dalam indikator.

1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah:

a) Penampilan guru di depan kelas.

b) Cara menyampaikan materi pelajaran.

c) Cara pengelolaan kelas.

d) Cara penggunaan alat pelajaran.

e) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.

f) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.

g) Waktu yang diperlukan guru dalam mengajar.

2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah:

a) Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Matematika.

b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika.

c) Peningkatan kemampuan siswa berdiskusi.

d) Kemampuan memecahkan dan merumuskan masalah.

e) Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan soal.

f) Kerja sama dalam kelompok.

d. Tahap Analisis

Peneliti, guru dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil

pembelajaran. Hasil yang didapat dari pelaksanaan tindakan siklus I belum dapat

memenuhi target yang diinginkan pihak peneliti, guru, dan kepala sekolah karena

siswa belum tuntas belajar kurang dari 75%. Oleh karena itu peneliti akan

melanjutkan siklus II.

Page 74: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

2. Siklus Kedua (Siklus II)

a. Tahap Perencanaan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika.

2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.

3) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.

4) Menyiapkan lembar penilaian.

5) Membuat lembar observasi.

b. Tahap Pelaksanan Tindakan

Peneliti melakukan proses pembelajaran sesuai dengan RPP mata

pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar mengurangkan pecahan.

Adapun langkah pembelajarannya yaitu:

1) Pertemuan Pertama

a) Doa dan presensi.

b) Apersepsi tentang pembelajaran hari ini yaitu tentang pengurangan

pecahan.

c) Penjelasan materi oleh guru tentang pengurangan pecahan. Pada

prinsipnya cara pengerjaan pengurangan pecahan hampir sama dengan

penjumlahan pecahan.

d) Kelompok belajar mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK) sesuai

waktu yang ditentukan oleh guru.

e) Guru memberikan waktu agar siswa yang pandai membimbing siswa lain

dalam satu kelompok yang mengalami kesulitan.

f) Pemberian pekerjaan rumah.

g) Guru menutup pembelajaran dengan membuat kesimpulan bersama siswa

tentang pelajaran yang telah dilakukan.

2) Pertemuan Kedua

a) Doa dan Presensi.

b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa pada

pembelajaran kali ini.

c) Siswa bersama guru mencocokkan pekerjaan rumah.

Page 75: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

d) Pembentukan kelompok bermain.

e) Guru membacakan skor permainan pada saat permainan pertama.

f) Pelaksanaan permainan kartu soal dengan peraturan yang sama dengan

permainan pada pertemuan pertama.

g) Pembelajaran diselingi dengan gerak dan lagu “Di Sini Senang Di Sana

Senang”.

h) Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS).

i) Menutup pembelajaran dengan mmbuat kesimpulan pelajaran hari ini.

c. Tahap Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan

sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran Matematika dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Observasi juga dilakukan terhadap guru

yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran

pengurangan pecahan. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas IV SD Negeri

Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011.

Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap

pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan

dalam indikator.

1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah:

a) Penampilan guru di depan kelas.

b) Cara menyampaikan materi pelajaran.

c) Cara pengelolaan kelas.

d) Cara penggunaan alat pelajaran.

e) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.

f) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.

g) Waktu yang diperlukan guru dalam mengajar.

2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah:

a) Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Matematika.

b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika.

c) Peningkatan kemampuan siswa berdiskusi.

d) Kemampuan memecahkan dan merumuskan masalah.

Page 76: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

e) Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan soal.

f) Kerja sama dalam kelompok.

d. Tahap Analisis

Peneliti, guru dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil

pembelajaran. Hasil tindakan siklus II sudah mencapai target siswa tuntas belajar

lebih dari 75%. Tetapi berdasarkan hasil diskusi dengan guru dan kepala sekolah,

peneliti melanjutkan ke siklus III agar penelitian lebih maksimal.

3. Siklus Ketiga (Siklus III)

a. Tahap Perencanaan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika.

2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.

3) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.

4) Menyiapkan lembar penilaian.

5) Membuat lembar observasi.

b. Tahap Pelaksanan Tindakan

Peneliti melakukan proses pembelajaran sesuai dengan RPP mata

pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan pecahan.

Langkah-langkah pembelajarannya adalah:

1) Pertemuan Pertama

Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama siklus III adalah:

a) Doa dan Presensi.

b) Apersepsi materi pembelajaran dengan menggunakan cerita kehidupan

sehari-hari.

c) Guru menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari hari ini dengan

memberikan contoh secukupnya.

d) Pemberian tugas dan Lembar Kerja Kelompok (LKK) oleh guru pada

kelompok belajar.

e) Pelaksanaan permainan kartu soal oleh kelompok bermain.

Page 77: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

f) Pembacaan skor pada saat permainan kedua.

g) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.

2) Pertemuan Kedua

Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua siklus III adalah:

a) Doa dan Presensi.

b) Penyampaian kegiatan pembelajaran hari ini.

c) Pembacaan skor pada permainan ketiga.

d) Siswa menjumlahkan sendiri berapa total skor yang diperoleh. Satu orang

dari tiap kelompok belajar yang mendapat skor terbanyak berhak mewakili

kelompoknya untuk mengikuti turnamen.

e) Sebelum turnamen dimulai, semua siswa menyanyikan lagu “Suka-Suka”

untuk menambah semangat dan mengurangi ketegangan.

f) Pelaksanaan turnamen yang terdiri dari empat babak.

g) Setelah turnamen selesai, siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

untuk lebih memantapkan penguasaan materi pecahan.

h) Pemberian penghargaan kepada kelompok terbaik yang berhasil

memenangkan turnamen.

c. Tahap Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan

sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran Matematika dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Observasi juga dilakukan terhadap guru

yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pembelajaran

menyelesaikan soal cerita pecahan. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas IV SD

Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011.

Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap

pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan

dalam indikator.

1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah:

a) Penampilan guru di depan kelas.

b) Cara menyampaikan materi pelajaran.

c) Cara pengelolaan kelas.

Page 78: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

d) Cara penggunaan alat pelajaran.

e) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.

f) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.

g) Waktu yang diperlukan guru dalam mengajar.

2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah:

a) Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Matematika.

b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika.

c) Peningkatan kemampuan siswa berdiskusi.

d) Kemampuan memecahkan dan merumuskan masalah.

e) Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan soal.

f) Kerja sama dalam kelompok.

d. Tahap Analisis

Peneliti, guru dan kepala sekolah secara bersama-sama membahas hasil

pembelajaran. Dari hasil tindakan siklus III didapatkan hasil yang sangat

memuaskan karena 100% siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III tuntas belajar.

Dengan demikian tujuan penelitian dalam pembelajaran menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang dapat

tercapai secara maksimal. Peneliti, guru, dan kepala sekolah mengambil

kesepakatan bahwa penelitian tidak dilanjutkan lagi.

Page 79: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Deskripsi Tempat Penelitian

Lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat penelitian ini

adalah Sekolah Dasar Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang, Kabupaten

Semarang.

Sekolah Dasar Negeri Tlompakan III merupakan Sekolah Dasar yang

berkualitas menengah. Sekolah ini memiliki bangunan sekolah yang membentuk

huruf “L”. Halaman sekolah dan lapangan olah raganya sangat luas. Gedung

sekolah dikelilingi oleh kebun-kebun milik warga setempat yang banyak

ditumbuhi pepohonan. Hal ini menambah kesejukan sekolah.

Sekolah ini secara keseluruhan memiliki enam kelas, dengan jumlah

seluruh siswa-siswi yang terdaftar pada tahun ajaran 2010/ 2011 adalah sebanyak

130 siswa, yang terdiri dari kelas I sebanyak 25 siswa, kelas II sebanyak 25 siswa,

kelas III sebanyak 27 siswa, kelas IV sebanyak 18 siswa, kelas V sebanyak 18

siswa, dan kelas VI sebanyak 17 siswa.

SD Negeri Tlompakan III dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan

jumlah tenaga pengajar seluruhnya ada 11 orang yaitu 6 guru kelas, 1 guru Agama

Islam, 1 guru Agama Katholik, 2 guru wiyata bakti, dan 1 penjaga sekolah.

Pembelajaran Matematika yang dilaksanakan di SD Negeri Tlompakan

III kelas IV belum melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) khususnya untuk pembelajaran

menyelesaikan soal cerita pecahan, sehingga hasil belajar siswa belum mencapai

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 60. Untuk mengantisipasi hal tersebut,

peneliti mengadakan penelitian di kelas IV dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam

pembelajaran Matematika sehingga dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan.

Page 80: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

B. Deskripsi Data Awal

Proses pembelajaran yang baik didasari oleh adanya hubungan

interpersonal yang baik antara siswa-guru dan atau siswa-siswa serta penggunaan

model pembelajaran tepat dalam penyampaian materi pembelajaran. Penelitian

menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu

psikologis utama dalam mempengaruhi belajar akademis. Untuk mengoptimalkan

kondisi sosio emosional di kelas maka diperlukan adanya pengelolaan kelas yang

dinamis dan sesuai dengan apa yang menjadi kesenangan siswa. Begitupun juga

dalam pembelajaran Matematika, untuk meningkatkan kemampuan siswa

menyelesaikan soal cerita pecahan, hendaknya memperhatikan kondisi sosio

emosional di kelas, karena emosi positif dapat merangsang otak dapat bekerja

secara efektif dan efisien sehingga dalam kondisi ini siswa dapat mengoptimalkan

seluruh kemampuannya untuk berpikir kritis, fokus pada pembelajaran,

melakukan eksperimen, bertanya atau menjawab pertanyaan, bekerjasama dan

lain-lain. Sebaliknya keadaan stres dan rasa takut akan menghambat kerja otak

dan memperlambat proses berpikir dan mengingat.

Perlu disadari bahwa ketika proses pembelajaran berlangsung, seluruh

aspek kejiwaan siswa dan guru akan terlibat, bukan hanya fisik, pikiran, perasaan,

pengalaman dan bahasa tubuh, tapi emosi juga terlibat. Ini menunjukkan bahwa

pada setiap pembelajaran prosesnya tidak sederhana seperti yang kita bayangkan

selama ini. Wajar saja bila pada awal pembelajaran Matematika ketika guru

memasuki ruang belajar dengan wajah suram, maka proses pembelajaran

berlangsung dalam suasana menegangkan dan melelahkan. Siswa tidak berani

bertanya apalagi mengemukakan pendapat yang berbeda dengan guru. Suasana

demokrasipun lenyap. Selama proses pembelajaran berlangsung jiwa siswa berada

dalam ketidaknyamanan. Pembelajaran tidak menghasilkan hasil yang

memuaskan.

Berdasarkan hasil penelitian awal melalui observasi dan tes awal,

gambaran pembelajaran Matematika pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan

III Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tentang menyelesaikan soal cerita

pecahan adalah sebagai berikut:

Page 81: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

1. Guru kurang fokus saat mengajar.

2. Guru kurang ramah saat melaksanakan pembelajaran.

3. Guru kurang menghargai jawaban atau pendapat siswa.

4. Guru tidak dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif.

5. Guru kurang memunculkan keaktifan siswa.

6. Guru kurang memotivasi siswa.

Sedang permasalahan yang ditemui pada diri siswa yaitu:

1. Siswa tampak kurang nyaman saat pembelajaran, ini terlihat dari:

a. Siswa tidak ada yang berani mengajukan petanyaaan.

b. Tidak berani tampil di depan kelas.

c. Berwajah tegang dan sikap duduk terlihat sangat kaku.

d. Menunjukkan sikap jenuh yang ditunjukkan dengan siswa mengantuk.

2. Pembelajaran kurang meninggalkan kesan yang menarik dan bermanfaat bagi

diri siswa.

Rendahnya hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari tes awal tentang

pecahan yaitu:

Fakta hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa

mendapatkan nilai rendah. Dengan demikian hasil belajar siswa kelas IV SD

Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang perlu ditingkatkan. Perolehan nilai

siswa pada tes awal berdasarkan lampiran 26 ditunjukkan pada tabel 1:

Tabel 1. Frekuensi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan

No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase

1 29 - 40 7 39%

2 41 - 52 4 22%

3 53 - 64 2 11%

4 65 - 76 1 6%

5 77 - 88 3 16%

6 89 - 100 1 6%

Jumlah 18 100%

Page 82: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Berdasarkan Tabel 1 maka dapat dilihat pada gambar 4:

74

2 13

1

6%

16%

6%

11%

22%

39%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100

Rentang Nilai

Frekuensi

Prosentase

Gambar 4. Grafik Data Nilai Sebelum Tindakan

Tabel 2. Hasil Tes Awal

Keterangan Tes Awal

Nilai Terendah 30

Nilai Tertinggi 100

Rata-rata Nilai 55,6

Siswa belajar tuntas 39%

Berdasarkan data dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan,

siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III sebanyak 18 siswa hanya 7 siswa atau

39% yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal. Sebanyak 11

siswa atau 61% memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 60. Maka

peneliti mengadakan konsultasi dengan dewan guru untuk melaksanakan

pembelajaran melalui model pembelajaran koopratif tipe TGT (Teams Games

Tournament).

Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa diperoleh nilai rata-rata

kemampuan siswa menjawab soal dengan benar adalah 55,6 di mana hasil tersebut

masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan

sekolah yaitu sebesar 60. Sedangkan besarnya prosentase siswa tuntas pada materi

pecahan sebesar 39% saja, dari pihak sekolah ketuntasan siswa diharapkan

Page 83: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

mencapai lebih dari 85%. Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka dilakukan

tindak lanjut untuk meningkatkan pemahaman, prestasi belajar, aktivitas siswa

pada kegiatan pembelajaran, khususnya untuk materi pokok pecahan.

Dari hasil tes awal pada tabel di atas dapat disimpulkan sementara

bahwa penguasaan materi pecahan terutama penjumlahan dan pengurangan serta

menyelesaikan soal cerita pecahan oleh siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III

masih kurang. Adanya beberapa indikator yang masih memiliki porsi jawaban

yang kurang dari yang diharapkan memberikan indikasi bahwa siswa masih belum

begitu paham pada beberapa indikator belajar materi pokok pecahan. Untuk

mengupayakan penyelesaian dari permasalahan-permasalahan maka peneliti dan

wali kelas IV mengadakan kerjasama untuk mengadakan penelitian tindakan

kelas. Pada pelaksanaannya peneliti bertindak sebagai pengajar dan wali kelas IV

sebagai observer.

C. Deskripsi Data Tindakan

Deskripsi data tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari

diskripsi tindakan siklus I dan paparan tindakan siklus II dan siklus III.

1. Deskripsi Tindakan Siklus I

Deskripsi data tindakan siklus I terdiri dari paparan data perencanaan,

data tindakan, data observasi dan data refleksi.

a. Diskripsi Data Perencanaan

Berdasarkan deskripsi data awal sebagai upaya untuk mengatasi

permasalahan dalam pembelajaran matematika tentang pecahan maka peneliti

membuat perencanaan tindakan siklus I yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu

perencanaan persiapan, RPP siklus I, dan membuat pedoman observasi. Selain itu

guru juga menetapkan jadwal pelajaran matematika yaitu tanggal 2 dan 6 Maret

2011. Pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada

hari Selasa tanggal 2 Maret 2011 dan pertemuan kedua pada hari Sabtu tanggal 6

Maret 2011, sesuai dengan jadwal pelajaran matematika pada saat itu. Kegiatan

selanjutnya adalah melakukan penelaahan terhadap program pengajaran

berdasarkan kurikulum yang digunakan saat ini yaitu KTSP untuk mempersiapkan

Page 84: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

rencana pembelajaran matematika yang sesuai dengan materi yaitu tentang

pecahan.

1) Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai titik tolak pembelajaran untuk

mengkondisikan dan membuat komitmen atas peraturan dan konsekuensi yang

akan dilaksanakan pada pembelajaran matematika tentang pecahan. Adapun

langkah-langkah perencanaan persiapan guru adalah sebagai berikut:

Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Sabtu, 27

Februari 2011 di ruang guru SD Negeri Tlompakan III. Peneliti dan guru kelas IV

mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian

ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan

dalam 2 prtemuan (dengan alokasi waktu 2x35 menit) yaitu pada hari Selasa, 2

Maret 2011 dan Sabtu, 6 Maret 2011.

Dengan berpedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD 2006

kelas IV, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran materi

menjumlahkan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama menggunakan media

kertas lipat dan gambar pecahan.

Standar Kompetensi : Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar : Menjumlahkan pecahan

Indikator :

1. Proses

Menggunakan media untuk menyelesaikan soal operasi penjumlahan pecahan.

2. Produk

Menyelesaikan soal operasi penjumlahan pecahan.

3. Ketrampilan Sosial

Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat mengerjakan soal

operasi penjumlahan pecahan.

Alasan pemilihan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator

yaitu peneliti ingin meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD

Negeri Tlompakan III.

Page 85: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

a. Peneliti bersama guru merancang dan menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran dengan indikator siswa dapat menggunakan media untuk

menyelesaikan soal operasi penjumlahan pecahan (proses), menyelesaikan

soal operasi penjumlahan pecahan (produk), dan bekerjasama dan berinteraksi

dengan teman kelompok saat mengerjakan soal operasi penjumlahan pecahan

(ketrampilan social). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dilaksanakan dua

kali pertemuan masing-masing pertemuan dalam waktu 2 jam pelajaran.

b. Menyiapkan media kertas lipat, kartu soal, dan gambar pecahan yang akan

digunakan dalam pembelajaran.

c. Membuat lembar observasi siswa dan lembar observasi guru (Lampiran 13,

14, dan 15).

d. Menyiapkan Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

setelah dilaksanakan pembelajaran (Lampiran 7 dan 8).

e. Merancang setting kelas dengan menata tempat duduk sesuai dengan ruangan

kelas dan model pembelajaran yang akan dipakai.

f. Menyiapkan lembar penilaian.

2) Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran melalui model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) sesuai dengan

rencana pembelajaran yang telah disusun. Pembelajaran yang telah disusun pada

siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

Games Tournament) dengan media kertas lipat, permainan kartu soal, dan gambar

pecahan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun,

dilaksanakan dua kali pertemuan.

a) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan ini materi matematika yang diajarkan adalah mengenai

penjumlahan pecahan. Pembelajaran diawali dengan doa dan presensi. Kemudian

guru menjelaskan gambaran pembelajaran hari ini.

Kegiatan inti pembelajaran dimulai dengan tahap eksplorasi yaitu

pembagian siswa menjadi beberapa kelompok belajar. Pembagian kelompok

belajar dipimpin oleh guru dan anggota kelompok diurutkan sesuai dengan nomor

Page 86: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

absen kelas. Dalam satu kelas dibagi menjadi empat kelompok, yang masing-

masing kelompok beranggotakan empat atau lima orang. Setelah itu guru

memberikan sebuah cerita yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan.

Pada tahap elaborasi guru memberikan penjelasan singkat tentang

penjumlahan pecahan, kemudian berdasarkan cerita yang diberikan guru tiap-tiap

kelompok menggunakan media kertas lipat untuk menyelesaikan penjumlahan

pecahan.

Tahap selanjutnya yaitu konfirmasi. Pada tahap ini kelompok diberi

tugas untuk mendiskusikan Lembar Kerja Kelompok (LKK). Dalam diskusi ini

diharapkan semua anggota mampu menyelesaikan penjumlahan pecahan. Jika ada

anggota yang belum paham, tugas dari anggota yang lain adalah membimbing.

Setelah selesai perwakilan dari tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya di depan kelas. Siswa bersama-sama dengan guru menanggapi hasil

presentasi yang telah disampaikan. Nilai dari Lembar Kerja Kelompok ini akan

digabungkan dengan nilai dari Lembar Kerja Siswa pada pertemuan kedua nanti.

Kegiatan penutup guru melakukan tanya jawab untuk mengambil

kesimpulan pembelajaran hari ini. Kemudian guru memberikan pekerjaan rumah

agar siswa tetap belajar dan mengulang pelajaran hari ini.

b) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua siklus I ini, guru mengawali pembelajaran dengan

doa dan mengadakan presensi.

Tahap eksplorasi guru memulai dengan tanya jawab tentang pelajaran

pada pertemuan pertama. Hal ini untuk mengingatkan siswa agar tidak lupa pada

pelajaran yang lalu. Kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok bermain

yang berbeda dari kelompok sebelumnya.

Setelah kelompok bermain siap, guru membagikan kartu soal dan

menjelaskan aturan permainannya. Siswa harus menjawab soal dengan benar agar

dapat memperoleh skor. Tiap kartu soal mempunyai skor yang berbeda tergantung

pada tingkat kesulitan soal.

Tahap konfirmasi, siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa untuk

dikerjakan secara individu. Setelah semua siswa selesai mengerjakan, Lembar

Page 87: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Kerja Siswa dibahas guru bersama dengan siswa. Nilai dari pengerjaan Lembar

Kerja Siswa diambil sebagai data akhir seperti yang tertera pada lampiran 27.

Pembelajaran diakhiri dengan kesimpulan tentang pembelajaran yang

telah dilaksanakan dan guru memberikan nasehat agar siswa selalu rajin belajar.

3) Observasi

Peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa ketika

melakukan pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Di samping itu guru kelas IV

juga melakukan pengamatan ketika peneliti mengajar pembelajaran matematika

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament). Pengamatan ditujukan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan

III Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011. Di samping itu juga dilakukan

pengamatan pada peneliti yang melaksanakan pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) saat pembelajaran

menyelesaikan soal cerita pecahan.

a) Hasil observasi bagi guru

Dari data lampiran 13 pada akhir pertemuan siklus diperoleh hasil

observasi sebagai berikut:

(1) Penampilan guru di depan kelas sudah sangat baik.

(2) Guru sudah baik dalam menyampaikan materi pembelajaran.

(3) Guru sudah baik dalam menggunakan alat dan media pembelajaran.

(4) Guru sudah baik dalam mengelola kelas.

(5) Guru dalam merespon pertanyaan dan pendapat siswa sudah cukup baik.

(6) Guru sudah baik dalam memberi pujian dan merayakan keberhasilan siswa.

(7) Interaksi antara guru dengan siswa sudah baik.

(8) Guru sudah cukup baik dalam memberikan motivasi kepada siswa.

(9) Guru sudah baik dalam memberikan bimbingan pada individu dan kelompok

yang mengalami kesulitan saat melakukan diskusi.

(10) Guru sudah baik dalam pengelolaan waktu pembelajaran yang disesuaikan

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Page 88: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

b) Hasil observasi bagi siswa

Dari data lampiran 14 pada akhir pertemuan siklus I diperoleh data hasil

belajar afektif siswa sebagai berikut:

(1) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sudah baik.

(2) Perhatian siswa sudah baik dalam memperhatikan pelajaran yang disampaikan

oleh guru.

(3) Penghargaan siswa terhadap guru sudah baik.

(4) Kemauan siswa dalam menerapkan hasil pelajaran sudah baik.

(5) Siswa sudah baik dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat.

(6) Siswa sudah menunjukkan peningkatan semangat yang baik dalam

pembelajaran.

(7) Kemauan dalam berdiskusi dengan teman kelompok sudah baik.

(8) Keberanian siswa maju ke depan untuk mempresentasikan hasil tugas

kelompok sudah baik.

Dari data lampiran 15 pada akhir pertemuan siklus I diperoleh data hasil

belajar psikomotorik siswa sebagai berikut:

(1) Semangat siswa untuk segera memasuki kelas sudah baik.

(2) Keinginan untuk mencatat bahan pelajaran sudah cukup baik.

(3) Tingkat kesopanan, keramahan, dan rasa hormat siswa terhadap guru sudah

baik.

(4) Siswa cukup baik saat bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang

belum jelas.

(5) Keakraban dan komunikasi siswa dengan guru sudah cukup baik..

4) Analisis dan Refleksi

Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti mengulas masih ada 9 siswa

yang belum mencapai KKM. Maka peneliti melanjutkan siklus II untuk materi

pengurangan pecahan.

Dari hasil analisa data perkembangan kemampuan siswa pada tes siklus I

dapat disimpulkan bahwa prosentase hasil tes siswa yang tuntas naik 11% dengan

nilai batas tuntas 60 ke atas, siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebesar 50%,

yang semula pada tes awal hanya terdapat 39% siswa yang mencapai batas tuntas.

Page 89: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 30 dan

pada siklus I menjadi 32,5. Untuk nilai tertinggi pada tes awal dan siklus I sama

yaitu 100. Rata-rata kelas pada tes awal sebesar 55,6 naik pada tes siklus I sebesar

63,67. Nilai tersebut belum di atas rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak guru,

peneliti dan sekolah.

Dalam penelitian tindakan kelas siklus I masih banyak ditemukan

kekurangan-kekurangan, antara lain:

a) Bagi Guru

(1) Guru masih belum optimal dalam meningkatkan perhatian siswa pada saat

proses pembelajaran.

(2) Guru kurang optimal dalam membangkitkan keaktifan siswa.

(3) Guru hanya menunjuk siswa yang berani dan dianggap mampu

mengerjakan saja (belum menyeluruh).

(4) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang memperhatikan

pelajaran, dapat terlihat masih ada beberapa siswa yang ramai.

(5) Guru belum optimal memberikan pujian bagi siswa yang telah menjawab

pertanyaan dengan benar.

b) Bagi Siswa

(1) Masih ada beberapa siswa yang belum mampu menguasai materi

pembelajaran yang diberikan guru.

(2) Siswa sudah mulai aktif dalam kegiatan pembelajaran, namun masih perlu

ditingkatkan lagi agar hasil belajar lebih maksimal.

2. Deskripsi Data Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan dalam waktu satu minggu mulai tanggal

9 Maret 2011 sampai tanggal 13 Maret 2011. Perencanaan kegiatan dilaksanakan

dua kali pertemuan. Tiap pertemuan lamanya 2x35 menit. Penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari siklus-

siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Adapun tahapan yang dilaksanakan

meliputi:

Page 90: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus

I diketahui bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournament) belum menunjukkan adanya peningkatan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan yang cukup signifikan.

Hasil dari penelitian pada siklus I dapat dilihat pada tabel 3:

Tabel 3. Hasil Tes Siklus I

Keterangan Tes Siklus I

Nilai terendah 32,5

Nilai tertinggi 100

Rata-rata nilai 63,67

Siswa belajar tuntas 50%

Lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 5:

32.5

100

63.67

50%

0

20

40

60

80

100

Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata nilai Siswa belajar

tuntas

Tes Siklus I

Gambar 5. Grafik Tes Siklus I

Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa pada siklus I sebanyak

18 siswa hanya 9 siswa atau 50% yang memperoleh nilai di atas batas nilai

ketuntasan minimal. Sebanyak 9 siswa atau 50% memperoleh nilai di bawah batas

nilai ketuntasan minimal yaitu 60. Oleh karena itu peneliti menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran kembali melalui model pembelajaran kooperatif tipe

TGT (Teams Games Tournament) dengan indikator yang berbeda dan menaikkan

batas nilai minimal yang harus dicapai siswa.

Page 91: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Senin tanggal

8 Maret 2011 di ruang guru SD Negeri Tlompakan III. Peneliti dan guru kelas IV

mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian

ini. Disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua

kali pertemuan (dengan alokasi waktu 2x35 menit tiap pertemuannya) yaitu pada

hari Selasa, 9 Maret 2011 dan Sabtu, 13 Maret 2011.

Adapun indikator yang dibuat sebagai dasar penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut:

1. Proses

Menggunakan media untuk menyelesaikan soal operasi pengurangan pecahan.

2. Produk

Menyelesaikan soal operasi pengurangan pecahan.

3. Ketrampilan Sosial

Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat mengerjakan soal

operasi pengurangan pecahan.

Sebagai tindak lanjut untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa

melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)

serta meningkatkan dan mempertahankan pencapaian penguasaan materi yang

ditujukan untuk memantapkan dan memperluas pengetahuan siswa tentang

pengurangan pecahan. Jika pada siklus I siswa tlah mempelajari tentang

penjumlahan pecahan, dalam siklus II ini siswa mempelajari tentang pengurangan

pecahan sebagai rangkaian materi yang saling mempengaruhi. Pembelajaran ini

direncanakan dalam dua kali pertemuan yang setiap pertemuan alokasi waktunya

2 jam pelajaran.

Pertemuan pertama mengacu pada kegiatan penjelasan materi dan kerja

kelompok, sedangkan pertemuan kedua merupakan lanjutan dari pertemuan

pertama yaitu permainan dan tes individu.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun.

Page 92: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama kegiatan yang akan dilakukan adalah

penjelasan materi dan kegiatan kelompok oleh kelompok belajar. Pembelajaran

dimulai dengan berdoa dan dilanjutkan dengan presensi. Tidak lupa guru

menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini dan tujuan

pembelajaran yang harus dicapai siswa.

Kegiatan inti (eksplorasi) diawali dengan pembagian kelompok belajar.

Setelah semua siswa siap dengan kelompok belajarnya, dilanjutkan dengan sedikit

penjelasan dari guru tentang pengurangan pecahan.

Pada tahap elaborasi, siswa bersama kelompok belajarnya menggunakan

kertas lipat untuk menyelesaikan soal pengurangan pecahan. Langkah-langkah

kegiatannya yaitu:

a) Ambil kertas lipat secukupnya.

b) Ketua kelompok belajar membagi tugas masing-masing anggota.

c) Tiap siswa mengerjakan tugas masing-masing sesuai soal pengurangan

pecahan yang diberikan guru.

Contoh soal: 4

3 -

4

2= …

persegi 1 persegi 2 persegi 3

4

3 -

4

2 =

4

1

Jadi, 4

3 -

4

2 =

4

1

d) Perwakilan tiap kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan

kelas.

Pada tahap konfirmasi, masing-masing kelompok mengerjakan Lembar

Kerja Kelompok (LKK). Siswa bersama guru mencocokkan hasil diskusi

Page 93: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

kelompok, kemudian mengambil kesimpulan dari diskusi kelompok yang telah

dilaksanakan.

Pembelajaran ditutup dengan tanya jawab dan pemberian tugas rumah.

2) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah

permainan dan tes evaluasi secara individu. Pembelajaran dimulai dengan berdoa

dan dilanjutkan dengan presensi. Tidak lupa guru menyampaikan kegiatan yang

akan dilakukan pada hari ini dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.

Tahap eksplorasi, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

bermain. Guru menjelaskan aturan permainan yang masih sama seperti peraturan

pada permainan saat tindakan siklus I. Hal ini bertujuan agar siswa semakin jelas

dan memahami aturan permainan.

Setelah kelompok bermain siap, guru membagikan kartu soal dan

menjelaskan aturan permainannya. Siswa harus menjawab soal dengan benar agar

dapat memperoleh skor. Tiap kartu soal mempunyai skor yang berbeda tergantung

pada tingkat kesulitan soal.

Tahap konfirmasi, siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa untuk

dikerjakan secara individu. Setelah semua siswa selesai mengerjakan, Lembar

Kerja Siswa dibahas guru bersama dengan siswa. Lembar Kerja Siswa ini sebagai

tes akhir pada siklus II, yang hasilnya bisa dilihat pada lampiran 28.

Pembelajaran diakhiri dengan kesimpulan tentang pembelajaran yang

telah dilaksanakan dan guru memberikan nasehat agar siswa selalu rajin belajar.

c. Observasi

Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran

siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament). Observasi ini ditujukan pada kegiatan siswa dalam melaksanakan

pembelajaran, aktivitas atau partisipasi serta untuk mengetahui kemampuan siswa.

Kseluruhan data ynag diperoleh dalam kegiatan ini termasuk hasil lembar krja

siswa baik kelompok maupun individu. Sebagai bahan atau masukan untuk

menganalisis perkembangan kemampuan siswa menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Selain itu peneliti

Page 94: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

juga melakukan observasi terhadap sikap, perilaku siswa selama proses

pembelajaran serta ketrampilan guru dalam mengajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Observasi dilakukan oleh guru

kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang.

1) Hasil observasi guru

Dari data lampiran 16 pada akhir pertemuan siklus II dapat dilihat

aktivitas guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Penampilan guru di depan kelas sudah sangat baik.

b) Guru dalam menyampaikan materi sudah baik.

c) Guru dalam menggunakan alat dan media pelajaran sudah baik.

d) Guru sudah baik dalam mengelola kelas.

e) Guru sudah baik dalam merespon pertanyaan dan pendapat dari siswa.

f) Guru sudah baik dalam memberi pujian dan merayakan keberhasilan siswa

dalam menjawab pertanyaan dengan benar.

g) Guru sudah baik dalam berinteraksi dengan siswa.

h) Guru sudah cukup baik dalam memberi motivasi kepada siswa.

i) Guru sudah baik dalam membimbing siswa baik kelompok maupun individu.

j) Guru dapat mengelola waktu dengan baik.

2) Hasil observasi siswa

Dari data lampiran 17 pada akhir pertemuan siklus II diperoleh data hasil

belajar afektif siswa sebagai berikut:

a) Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru sudah sangat baik.

b) Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru sudah baik.

c) Penghargaan siswa terhadap guru sudah sangat baik.

d) Kemauan siswa untuk menerapkan hasil pelajaran sudah baik.

e) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sudah sangat baik.

f) Semangat siswa dalam pembelajaran sudah sangat baik.

g) Kemauan berdiskusi siswa dengan teman kelompok sudah baik.

h) Keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil sudah baik.

Dari data lampiran 18 pada akhir pertemuan siklus II diperoleh data hasil

belajar psikomotorik siswa sebagai berikut:

Page 95: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

a) Ketertiban siswa memasuki kelas pada saat guru datang sudah sangat baik..

b) Kemauan siswa mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan baik dan

sistematis sudah sangat baik.

c) Kesopanan, keramahan, dan rasa hormat siswa terhadap guru sudah baik.

d) Keberanian siswa bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang belum

jelas sudah baik.

e) Keakraban dan komunikasi siswa dengan guru saat pembelajaran sudah baik.

d. Analisis dan Refleksi

Setelah siklus II selesai dilakukan, hasil analisis data terhadap

pelaksanaan pembelajaran pengurangan pecahan berpenyebut sama dan tidak

sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) sudah menunjukkan hasil yang baik dan meningkat bila

dibandingkan dengan tindakan siklus I. Meskipun demikian, akan dilanjutkan

tindakan siklus III untuk memaksimalkan pencapaian hasil belajar siswa dengan

menaikkan batas nilai minimal yang dalam tindakan siklus I yaitu 65 menjadi 70

pada tindakan siklus III. Di samping itu, dalam pelaksanaan siklus II masih

terdapat I siswa yang belum tuntas.

Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada tes

siklus II dapat disimpulkan bahwa prosentase hasil tes siswa yang tuntas naik 44%

dengan nilai batas minimal 65 ke atas, siswa yang tuntas belajar pada siklus II

sebesar 94%, yang semula pada siklus I hanya terdapat 50% siswa yang mencapai

batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar

32,5 dan pada siklus II menjadi 63,5. Untuk nilai tertinggi, pada siklus I dan siklus

II sama yaitu 100. Untuk nilai rata-rata kelas ada kenaikan dari yang semula 63,67

pada siklus I menjadi 86,14 pada siklus II.

Dalam penelitian tindakan masih banyak ditemukan kekurangan-

kekurangan, antara lain:

a) Bagi Guru

(1) Guru masih belum optimal dalam meningkatkan perhatian siswa pada saat

proses pembelajaran.

(2) Guru kurang optimal dalam membangkitkan keaktifan siswa.

Page 96: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

(3) Guru hanya menunjuk siswa yang berani dan dianggap mampu

mengerjakan saja (belum menyeluruh).

(4) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang memperhatikan

pelajaran, dapat terlihat masih ada beberapa siswa yang ramai.

(5) Guru belum optimal mmberikan pujian bagi siswa yang telah menjawab

pertanyaan dengan benar.

b) Bagi Siswa

(1) Masih ada beberapa siswa yang belum mampu menguasai materi

pembelajaran yang diberikan guru.

(2) Siswa sudah mulai aktif dalam kegiatan pembelajaran, namun masih perlu

ditingkatkan lagi agar hasil belajar lebih maksimal.

3. Deskripsi Data Siklus III

Tindakan siklus III dilaksanakan dalam waktu satu minggu mulai

tanggal 18 Maret 2011 sampai tanggal 20 Maret 2011. Perencanaan kegiatan

dilaksanakan dua kali pertemuan. Tiap pertemuan lamanya 2x35 menit. Penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang

terdiri dari siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Adapun tahapan

yang dilaksanakan meliputi:

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus

I diketahui bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournament) belum menunjukkan adanya peningkatan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan yang cukup signifikan.

Page 97: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Hasil penelitian pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4:

Tabel 4. Hasil Tes Siklus II

Keterangan Tes Siklus II

Nilai terendah 63,5

Nilai tertinggi 100

Rata-rata nilai 86,14

Siswa belajar tuntas 94%

Lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 6:

63.5

100

86.1494%

0

20

40

60

80

100

Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata nilai Siswa belajar

tuntas

Tes Siklus II

Gambar 6. Grafik Tes Siklus II

Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa pada siklus II

sebanyak 18 siswa hanya 1 siswa atau 6% yang belum mampu mencapai nilai

batas minimal yang ditetapkan pada siklus II yaitu 65. Sebanyak 17 siswa atau

94% sudah mampu mencapai nilai batas minimal. Meskipun demikian, peneliti

dan guru kelas IV sepakat untuk mengadakan tindakan siklus III dengan indikator

yang berbeda dan menaikkan nilai ketuntasan minimal menjadi 70. Hal ini

dikarenakan agar pencapaian materi siswa bisa lebih maksimal dan menyeluruh

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament).

Kegiatan perencanaan tindakan III dilaksanakan pada hari Senin tanggal

15 Maret 2011 di ruang guru SD Negeri Tlompakan III. Peneliti dan guru kelas IV

Page 98: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian

ini. Disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus III dilaksanakan dalam

dua kali pertemuan (dengan alokasi waktu 2x35 menit tiap pertemuannya) yaitu

pada hari Kamis, 18 Maret 2011 dan Sabtu, 20 Maret 2011.

Adapun indikator yang dibuat sebagai dasar penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran pada siklus III adalah sebagai berikut:

1. Proses

Menggunakan media untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

pecahan

2. Produk

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

3. Ketrampilan Sosial

Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan pecahan

Sebagai tindak lanjut untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa

melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)

serta meningkatkan dan mempertahankan pencapaian penguasaan materi yang

ditujukan untuk memantapkan dan memperluas pengetahuan siswa tentang

penjumlahan dan pengurangan pecahan. Jika pada siklus II siswa telah

mempelajari tentang pengurangan pecahan, dalam siklus III ini siswa mempelajari

tentang permasalahan berbentuk soal cerita yang berhubungan dengan

penjumlahan dan pengurangan pecahan sebagai rangkaian materi yang saling

mempengaruhi. Pembelajaran ini direncanakan dalam dua kali pertemuan yang

setiap pertemuan alokasi waktunya 2 jam pelajaran.

Pertemuan pertama mengacu pada kegiatan penjelasan materi, kerja

kelompok, dan permainan. Pertemuan kedua merupakan lanjutan dari pertemuan

pertama yaitu tes individu dan turnamen.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournament) sesuai dengan rencana pembelajaran yang

telah disusun.

Page 99: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama siswa akan mempelajari tentang soal cerita

tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan. Kegiatan pembelajaran dimulai

dengan berdoa bersama dan presensi oleh guru. Guru juga menyampaikan

gambaran pembelajaran dan tujuan dari pembelajaran hari ini.

Kegiatan inti diawali dengan tahap eksplorasi yaitu guru membagi siswa

menjadi beberapa kelompok belajar. Kemudian untuk mengingatkan kembali

materi yang telah lalu, siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang

penjumlahan dan pengurangan pecahan.

Tahap eksplorasi dilanjutkan dengan tahap elaborasi yaitu dengan guru

memberikan suatu permasalahan dalam bentuk soal cerita tentang penjumlahan

dan pengurangan kepada masing-masing kelompok. Guru membimbing dan

mengawasi jalannya diskusi kelompok belajar.

Pada tahap konfirmasi, perwakilan dari tiap kelompok

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Hasil diskusi kelompok akan

membantu nilai tes akhir. Pada tahap ini juga dilakukan permainan dengan kartu

soal tentang soal cerita tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan.

Pembelajaran ditutup dengan menyimpulkan pembelajaran hari ini.

Sebagai tindak lanjut, guru memberi nasehat agar siswa-siswa selalu rajin belajar.

2) Pertemuan Kedua

Kegiatan pada pertemuan kedua adalah turnamen yang diwakili dari

masing-masing kelompok belajar yang memperoleh skor tertinggi dalam

kelompoknya. Pembelajaran diawali dengan doa dan presensi. Kemudian guru

menjelaskan bahwa hari ini akan diadakan turnamen.

Tahap eksplorasi, siswa dan guru mengadakan tanya jawab untuk

mengingat materi yang telah dipelajari. Kemudian guru membagikan skor

permainan siklus I, II, dan III. Siswa menjumlahkan perolehan skor yang didapat.

Satu siswa yang memperoleh skor tertinggi pada kelompok belajar akan mewakili

kelompoknya untuk mengikuti turnamen.

Tahap elaborasi, guru menjelaskan peraturan turnamen. Turnamen

dilaksanakan dalam tiga babak. Babak pertama berisi soal-soal cerita tentang

Page 100: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

penjumlahan pecahan. Babak kedua berisi soal-soal cerita tentang pengurangan

pecahan. Babak ketiga merupakan campuran dari soal cerita tentang penjumlahan

dan pengurangan pecahan. Dalam akhir turnamen, ada dua kelompok yang

memperoleh nilai yang sama. Akhirnya diadakan satu babak tambahan yang

hanya diikuti oleh dua kelompok yang nilainya sama.

Tahap konfirmasi, siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi

yang dirasa masih sulit. Siswa dan guru bersama-sama membahas soal pada

turnamen. Kemudian siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa sebagai tes akhir

pada siklus III yang hasilnya bisa dilihat pada lampiran 29.

Pembelajaran ditutup dengan pengumuman kelompok terbaik yang

berhasil memenangkan turnamen. Guru memberikan sedikit hadiah kepada

kelompok terbaik agar menjadi pemacu semangat bagi siswa semua.

c. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa selama

mengikuti pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Pengamatan juga ditujukan

pada ketrampilan guru dalam mengajar dengan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournament). Yang melakukan pengamatan adalah guru

kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang.

1) Hasil observasi guru

Dari data lampiran 19 pada akhir pertemuan siklus III dapat dilihat

aktivitas guru adalah sebagai berikut:

a) Penampilan guru di depan kelas sudah sangat baik.

b) Guru dalam menyampaikan materi sudah sangat baik.

c) Guru dalam menggunakan alat dan media pelajaran sudah sangat baik.

d) Guru sudah sangat baik dalam mengelola kelas.

e) Guru sudah baik dalam merespon pertanyaan dan pendapat dari siswa.

f) Guru sudah baik dalam memberi pujian dan merayakan keberhasilan siswa

dalam menjawab pertanyaan dengan benar.

g) Guru sudah sangat baik dalam berinteraksi dengan siswa.

h) Guru sudah baik dalam memotivasi siswa.

Page 101: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

i) Guru sudah sangat baik dalam membimbing kelompok maupun individu.

j) Guru dapat mengelola waktu dengan baik.

2) Hasil observasi siswa

Dari data lampiran 20 pada akhir pertemuan siklus III diperoleh data

hasil belajar afektif siswa sebagai berikut:

a) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran dari guru sudah sangat baik.

b) Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan guru sudah sangat baik.

c) Penghargaan siswa terhadap guru sudah sangat baik.

d) Kemauan siswa untuk menerapkan hasil pelajaran sudah baik.

e) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sudah sangat baik.

f) Semangat siswa dalam pembelajaran semakin meningkat.

g) Kemauan berdiskusi siswa dengan teman kelompok sudah sangat baik.

h) Keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil sudah baik.

Dari data lampiran 21 pada akhir pertemuan siklus III diperoleh data

hasil belajar psikomotorik siswa sebagai berikut:

a) Ketertiban siswa memasuki kelas pada saat guru datang sudah sangat baik.

b) Keinginan siswa mencatat bahan pelajaran dengan sangat baik dan sistematis

sudah baik.

c) Kesopanan, keramahan, dan rasa hormat siswa terhadap guru sudah sangat

baik.

d) Keberanian siswa bertanya dan meminta saran kepada guru mengenai bahan

pelajaran yang belum jelassudah sangat baik.

e) Keakraban dan komunikasi yang terjalin antara siswa dan guru pada saat proses

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) sudah sangat baik.

3) Analisis dan Refleksi

Setelah pelaksanaan, hasil analisis data terhadap pelaksanaan

pembelajaran pecahan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournament), secara umum telah menunjukkan hasil yang

diharapkan yaitu lebih dari 85% siswa yang telah mencapai batas Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.

Page 102: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Berdasarkan pengamatan dan analisis kemampuan siswa maka guru dan

peneliti sepakat untuk mengakhiri siklus tindakan penelitian dalam pembelajaran

pecahan ini.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I, II, dan III dapat dinyatakan

bahwa pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan kemampuan dan hasil

belajar siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III, baik hasil belajar kognitif,

afektif maupun psikomotorik.

1. Perkembangan hasil belajar afektif siswa sebagai berikut:

a. Kemauan menerima pelajaran dari guru meningkat.

b. Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.

c. Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.

d. Siswa aktif dalam pembelajaran.

e. Siswa aktif mengajukan pertanyaan dan pendapat.

f. Kerjasama dalam kelompok meningkat.

g. Tugas individu dan tugas kelompok dikerjakan dengan baik.

h. Siswa sudah berani mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

2. Perkembangan hasil belajar psikomotorik siswa sebagai berikut:

a. Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.

b. Menyiapkan kebutuhan belajar tanpa disuruh.

c. Mau mencatat dan merangkum bahan bahan pelajaran dengan baik dan

sistematis.

d. Siswa sudah berani bertanya dan meminta saran kepada guru mengenai

bahan pelajaran yang masih belum jelas.

e. Banyak siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan.

f. Segera membentuk kelompok diskusi.

g. Akrab dan mau berkomunikasi dengan guru.

Page 103: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

3. Perkembangan hasil belajar kognitif siswa sebagai berikut:

Dalam mengolah data yang dilaksanakan pada lampiran dapat

didiskripsikan sebagai berikut:

a. Data Nilai Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Tindakan

Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa diperoleh nilai rata-rata

kemampuan siswa menjawab soal dengan benar adalah 55,6. Hasil tersebut masih

di bawah rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan sekolah

yaitu sebesar 60. Sedangkan besarnya prosentase siswa tuntas pada materi

penjumlahan dan pengurangan pecahan sebesar 39% saja, dari pihak sekolah

ketuntasan siswa mencapai lebih dari 85%. Dari hasil analisis tes awal tersebut,

maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan pemahaman, prestasi

belajar, aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran khususnya untuk materi pokok

pecahan.

b. Data Nilai Matematika Siswa Kelas IV Siklus I

Pada siklus I setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan dengan

siswa menerima materi penjumlahan pecahan.

Proses pembelajaran disampaikan dengan strategi yang terencana

dimulai dari kegiatan awal, inti, dan penutup. Kegiatan ini terfokus mengaktifkan

siswa mulai dari memperhatikan penjelasan, melakukan diskusi kelompok,

mempresentasikan, melakukan permainan akademik, tugas individu, dan diakhiri

dengan diadakannya turnamen.

Pada siklus I dilaksanakan tindakan berupa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan

kemampuan menyelesaikan soal cerita. Hasil nilai menyelesaikan soal cerita

pecahan dapat dilihat pada tabel 5:

Page 104: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Tabel 5. Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus I

No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase

1 29 - 40 2 11%

2 41 - 52 3 17%

3 53 - 64 6 33%

4 65 - 76 2 11%

5 77 - 88 2 11%

6 89 - 100 3 17%

Jumlah 18 100%

Lebih jelasnya, nilai hasil menyelesaikan soal cerita pecahan pada siklus I dapat

dilihat pada gambar 7:

2 36

2 2 3

17%

11%11%

33%

17%

11%

0

5

10

15

20

25

30

35

29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100

Rentang Nilai

Frekuensi

Prosentase

Gambar 7. Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus I

Dari hasil tes awal dan siklus I dapat dilihat perbandingannya. Bahwa

ada peningkatan nilai. Hasil perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel 6:

Tabel 6. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah

Diberikan Tindakan Siklus I

Keterangan Tes Awal Tes Siklus I

Nilai terendah 30 32,5

Nilai tertinggi 100 100

Rata-rata nilai 55,6 63,67

Siswa belajar tuntas 39% 50%

Page 105: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 8:

30

100

55.6

32.5

100

63.67

39%

50%

0

20

40

60

80

100

120

Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata nilai Siswa belajar

tuntas

Tes Awal

Tes Siklus I

Gambar 8. Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan

Setelah Diberikan Tindakan Siklus I.

Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada tes

siklus I tabel… dapat disimpulkan bahwa prosentase hasil tes siswa yang tuntas

naik 11% dengan nilai batas tuntas 60 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklua I

sebesar 50%, yang semula pada tes awal hanya terdapat 39% siswa mencapai

batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal

sebesar 30 dan pada siklus I menjadi 32,5. Untuk nilai tertinggi terdapat kesamaan

nilai yaitu 100 dan rata-rata nilai yang pada tes awal sebesar 55,6 naik menjadi

63,67 pada tes siklus I. Rata-rata nilai tersebut belum di atas nilai yang diinginkan

dari pihak guru, peneliti, dan sekolah.

c. Data Nilai Matematika Siswa Kelas IV Siklus II

Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk

memantapkan dan mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran yang disampaikan

mengenai pengurangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. Kegiatan

pembelajaran disampaikan dengan strategi terencana sebagaimana siklus II.

Page 106: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Dari penelitian hasil nilai siswa dapat dilihat pada tabel 7:

Tabel 7. Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus II

No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase

1 29 - 40 0 0

2 41 - 52 0 0

3 53 - 64 1 6%

4 65 - 76 2 11%

5 77 - 88 6 33%

6 89 - 100 9 50%

Jumlah

18 100%

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 9:

0 0 1 26

9

0% 0%

50%

33%

11%6%

0

10

20

30

40

50

60

29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100

Rentang Nilai

Frekuensi

Prosentase

Gambar 9. Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus II

Dari hasil tes siklus I dan siklus II dapat dilihat perbandingannya. Bahwa

ada peningkatan nilai. Hasil perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel 8:

Tabel 8. Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa pada Tindakan Siklus I dan

Siklus II

Keterangan Tes Siklus I Tes Siklus II

Nilai terendah 32,5 63,5

Nilai tertinggi 100 100

Rata-rata nilai 63,67 86,14

Siswa belajar tuntas 50% 94%

Page 107: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 10:

32.5

100

63.6763.5

100

86.14

50%

94%

0

20

40

60

80

100

120

Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata nilai Siswa belajar

tuntas

Tes Siklus I

Tes Siklus II

Gambar 10. Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I dan

Siklus II

Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada tes

siklus II tabel 8 dapat disimpulkan bahwa prosentase hasil tes siswa yang tuntas

naik 44% dengan nilai batas tuntas 65 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus

II sebesar 94%, yang semula pada siklus I hanya terdapat 50% siswa mencapai

batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat siklus I

sebesar 32,5 dan pada siklus II menjadi 63,5. Untuk nilai tertinggi terdapat

kesamaan nilai yaitu 100 dan rata-rata nilai yang pada siklus I sebesar 63,67 naik

menjadi 86,14 pada tes siklus II. Rata-rata nilai tersebut sudah di atas nilai yang

diinginkan dari pihak guru, peneliti, dan sekolah. Akan tetapi dilanjutkan ke siklus

III untuk memaksimalkan penelitian.

d. Data Nilai Matematika Siswa Kelas IV Siklus III

Siklus III merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk

memantapkan dan mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran yang disampaikan

mengenai penyelesaian masalah dalam bentuk soal cerita yang berkaitan tentang

penjumlahan dan pengurangan pecahan. Kegiatan pembelajaran disampaikan

dengan strategi terencana sebagaimana siklus III dan kegiatan pembelajaran

dilaksanakan lebih optimal.

Page 108: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila partisipasi siswa dalam

pembelajaran meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui tes akhir

pembelajaran mencapai nilai KKM yaitu 70 dan prosentase siswa yang tuntas

mencapai 100%.

Pelaksanaan pembelajaran pecahan dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada siklus III ini

ditekankan pada kemampuan siswa untuk menyelsaikan soal cerita pecahan.

Hasil menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV pada siklus III

dapat dilihat pada tabel 9:

Tabel 9. Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus III

No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase

1 29 - 40 0 0%

2 41 - 52 0 0%

3 53 - 64 0 0%

4 65 - 76 3 17%

5 77 - 88 7 39%

6 89 - 100 8 44%

Jumlah

18 100%

Lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada gambar 11:

0 0 03

7 8

0% 0% 0%

44%

39%

17%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100

Rentang Nilai

Frekuensi

Prosentase

Gambar 11. Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus III

Page 109: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Hasil penelitian menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV

SD Negeri Tlompakan III dari tes awal, siklus I, siklus II, dan siklus III

menunjukkan adanya peningkatan hasil nilai siswa. Perbandingan hasil

menyelesaikan soal cerita pecahan dapat dilihat pada tabel 10:

Tabel 10. Perbandingan Hasil Tes Awal Sebelum Dilaksanakan Tindakan

dan Tes Akhir Setelah Dilaksanakan Tindakan

Keterangan Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II Tes Siklus III

Nilai terendah 30 32,5 63,5 70

Nilai tertinggi 100 100 100 100

Rata-rata nilai 55,6 63,67 86,14 86,72

Siswa belajar

tuntas

39% 50% 94% 100%

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 12:

0

20

40

60

80

100

120

Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus

II

Tes Siklus

III

Nilai terendah

Nilai tertinggi

Rata-rata nilai

Siswa belajar tuntas

Gambar 12. Grafik Perbandingan Hasil Tes Awal Sebelum Dilaksanakan

Tindakan dan Tes Akhir Setelah Dilaksanakan Tindakan

1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal yaitu 30, pada tes siklus I

menjadi 32,5, kemudian siklus II 63,5 dan meningkat lagi pada tes siklus III

menjadi 70.

2) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal, tes siklus I, tes siklus II,

dan tes siklus III sama yaitu 100.

Page 110: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

3) Nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 55,6, tes

siklus I menjadi 63,67, kemudian pada tes siklus II naik menjadi 86,14 dan

pada siklus III 86,72.

4) Untuk siswa tuntas belajar, pada tes awal (KKM= 60) sebanyak 39%, pada tes

siklus I (KKM= 60) sebanyak 50%, tes siklus II (KKM= 65) sebanyak 94%

dan pada tes siklus III (KKM= 70) menjadi 100%.

Dari analisis data dan diskusi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada

siklus III, secara umum sudah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru

dalam pembelajaran semakin mantap dan luwes.

Prosentase hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa

meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan siswa dalam mengajukan

pertanyaan, mengeluarkan pendapat dalam kelompok, dan menyelesaikan soal-

soal latihan. Dengan adanya partisipasi siswa yang aktif dan kreatif, pembelajaran

di kelas khususnya pembelajaran Matematika lebih hidup dan menyenangkan.

Pada akhirnya kemampuan siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III meningkat.

Berdasarkan peningkatan kemampuan yang telah dicapai siswa maka pelaksanaan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup dan diakhiri pada siklus ini.

E. Pembahasan Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan tindakan dapat dinyatakan bahwa terjadi

peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan melalui model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Langkah

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)

terlihat dalam penjabaran proses pembelajaran dalam pelaksanaan tindakan.

Kendala-kendala yang dijelaskan dalam tiap siklus telah dapat diatasi dalam

perbaikan siklus berikutnya. Secara garis besar, penelitian ini telah menjawab

rumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti. Perumusan masalah tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)

dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada

Page 111: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran

2010/2011?

2. Bagaimana langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournament) dalam rangka meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan

III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011?

3. Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran

2010/2011?

Jawaban untuk perumusan masalah di atas dipaparkan dalam

pembahasan hasil berikut:

1. Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

Kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD

Negeri Tlompakan III tahun ajaran 2010/2011 dapat meningkat dengan

diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament). Peningkatan tersebut bukan hanya pada nilai tes akhir saja, tetapi

pada proses pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan juga. Keaktifan

siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat dari siklus I sampai siklus III.

Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran. Selain keaktifan, terlihat pula terjadi peningkatan pada aspek

keberanian, kreativitas, dan inisiatif siswa.

Peningkatan hasil kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada

siswa kelas IV dapat dilihat pada tabel 11:

Page 112: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Tabel 11. Nilai Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

No. Nilai Frekuensi

Siklus I Siklus II Siklus III

1 29 – 40 2 0 0

2 41 – 52 3 0 0

3 53 – 64 6 1 0

4 65 – 76 2 2 3

5 77 – 88 2 6 7

6 89 - 100 3 9 8

Jumlah 18 18 18

Lebih jelasnya dapat dibuat grafik yang menunjukkan peningkatan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan dari siklus I sampai dengan siklus III dapat

dilihat pada gambar 13 :

01

23

456

78

910

Siklus I Siklus II Siklus III

Frekuensi

29 – 40

41 – 52

53 – 64

65 – 76

77 – 88

89 - 100

Gambar 13. Grafik Nilai Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa

peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan meningkat setelah

diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament).

Page 113: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

2. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

(Teams Games Tournament)

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournament) dalam pembelajaran kemampuan menyelesaikan soal

cerita pecahan adalah sbagai berikut:

a. Siklus I

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) dalam pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan adalah

perwujudan komponen pokok tipe TGT (Teams Games Tournament). Hal ini

seperti yang dijelaskan pada kajian teori yang menyatakan lima tahapan tipe TGT

(Teams Games Tournament) yaitu: presentasi kelas, kerja tim/kelompok,

permainan, turnamen, dan rekognisi tim/kelompok.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) dalam pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan pada siklus

I, langkah-langkahnya sebagai berikut:

Komponen presentasi kelas dilaksanakan dengan guru memberikan

penjelasan tentang materi yang dipelajari yaitu tentang pengurangan pecahan.

Penjelasan yang diberikan guru pada tahap presentasi kelas ini tidak seluruhnya,

tetapi hanya bagian-bagian penting saja sehingga pada tahap selanjutnya siswa

dapat mengembangkan penjelasan dari guru. Tahap kerja tim/kelompok diawali

dengan pembentukan kelompok belajar. Kelompok belajar ini berkewajiban

menyelesaikan tugas yang diberikan guru yaitu menghitung pengurangan pecahan

dengan menggunakan kertas lipat. Tahap permainan, diawali dengan

pembentukan kelompok bermain yang anggotanya berbeda dengan kelompok

belajar. Kemudian dilanjutkan dengan permainan menggunakan kartu soal

pecahan yang masing-masing kartu mempunyai skor yang berbeda tergantung

pada tingkat kesukaran soal. Tahap turnamen akan dilaksanakan pada akhir unit

(menyelesaikan Kompetensi Dasar). Tahap rekognisi tim, guru memilih kelompok

terbaik pada saat proses kerja tim/kelompok yang telah dilaksanakan tadi.

Page 114: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

b. Siklus II

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournament) pada siklus II adalah sebagai berikut:

Tahap presentasi kelas pada siklus II lebih singkat waktunya bila

dibandingkan saat siklus I. Hal ini dilakukan agar memaksimalkan kerja

kelompok belajar dalam bekerjasama memecahkan suatu masalah yang berkaitan

dengan materi pembelajaran. Tahap kerja tim diberikan waktu yang agak lama

dengan permasalahan yang agak sulit. Kelompok belajar diberi tugas untuk

menyelesaikan Lembar Kerja Kelompok (LKK). Tahap permainan dilaksanakan

dengan kelompok bermain mengerjakan soal-soal pada kartu soal pecahan dengan

sungguh-sungguh. Pada tahap rekognisi tim guru memberikan tanda bintang

kepada kelompok terbaik.

c. Siklus III

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) dalam pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan pada siklus

III lebih ditekankan pada kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan. Adapun

langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

Games Tournament) pada siklus III adalah sebagai berikut:

Tahap presentasi kelas dilakukan jika ada pertanyaan dari siswa saat

berlangsungnya kerja tim/kelompok. Kelompok belajar pada siklus ini

mengerjakan soal-soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan pecahan. Saat permainan, kelompok bermain memainkan kartu soal

gabungan dari kartu soal siklus I dan siklus II yang sudah pernah dimainkan dan

dikerjakan siswa sebelumnya. Siklus III ini merupakan Kompetensi Dasar yang

terakhir. Oleh karena itu, diadakan turnamen yang diwakili oleh tiap kelompok

belajar. Yang mewakili adalah siswa yang mempunyai skor tertinggi dari hasil

permainan pada tiap kelompok belajar. Tahap terakhir yang dilakukan adalah

rekognisi tim yaitu dengan mengumumkan kelompok terbaik dan memberikan

hadiah kepada kelompok terbaik.

Page 115: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

3. Cara Mengatasi Kendala Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT (Teams Games Tournament)

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) dalam pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan terdapat

kendala-kendala. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan baik. Adapun

cara-cara mengatasinya dalam tiap siklus adalah sebagai berikut:

a) Siklus I

Kendala yang terjadi dalam pelaksanaan siklus I adalah: 1) siswa kurang

memahami model pembelajaran yang dihadirkan guru dalam pembelajaran dan 2)

siswa kurang dapat bekerjasama saat pelaksanaan kerja kelompok.

Kendala-kendala tersebut setelah dianalisa ditemukan penyebabnya

yaitu: 1) siswa terbiasa menggunakan pembelajaran konvensional yang lebih

menekankan pada keaktifan guru. Dengan kata lain siswa belum terbiasa

menggunakan pembelajaran yang bervariasi. 2) Pada pembelajaran konvensional

yang dipakai adalah kerja secara individu, jadi siswa belum begitu terbiasa

bekerja secara kelompok. Pada saat pembentukan kelompok siswa juga

mengalami kebingungan.

Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan cara: 1) mengenalkan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) secara

bertahap pada saat proses pembelajaran berlangsung dan 2) kelompok dibentuk

oleh guru berdasarkan urutan nomor absen.

b) Siklus II

Kendala pada siklus I telah dapat diatasi dengan baik. Pada pembelajaran

siklus II juga menemui kendala yaitu: siswa masih cenderung bekerja secara

individu saat mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK). Siswa yang kurang

pandai selalu bergantung pada pekerjaan siswa lain yang pandai. Siswa yang

kurang pandai tersebut malah sibuk bermain sendiri, mengobrol dengan teman

lain, atau hanya melamun.

Analisa terhadap kendala yang terjadi pada siklus II dilaksanakan dan

ditemukan penyebabnya yaitu: siswa kurang mengerti arti dari kerja kelompok

karena terbiasa belajar dan mengerjakan tugas secara individu.

Page 116: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Kendala tersebut dapat diatasi dengan guru menjelaskan arti dari kerja

kelompok yaitu memecahkan suatu masalah secara bersama secara gotong royong

semua anggota kelompok dan saling membantu jika mengalami kesulitan. Selain

itu guru juga memilih ketua kelompok yang bertugas membagi tugas masing-

masing anggota kelompok dan bertanggung jawab atas pelaksanaan kerja

kelompok.

c) Siklus III

Perbaikan pembelajaran yang masih kurang pada siklus II dilaksanakan

pada siklus III ini. Pelaksanaan pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan

pada siklus III ini adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Teams Games Tournament) dengan menekankan pada kerja sama kelompok

belajar dan diadakannya turnamen untuk membuktikan kelompok terbaik yang

mampu bekerjasama dan mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh.

Perbaikan pelaksanaan pembelajaran terutama dalam kerja sama

kelompok dilaksanakan dengan pemberian soal cerita tentang penjumlahan dan

pengurangan pecahan dengan jumlah yang banyak tapi waktu pengerjaan sedikit.

Dalam hal ini guru membimbing ketua kelompok untuk membagi semua soal

pada semua anggota kelompok.

Pelaksanaan pembelajaran siklus III telah dilaksanakan. Proses

pembelajaran terlaksana sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Selama proses

pembelajaran sudah tidak ditemukan lagi kendala yang cukup berarti. Penelitian

ini kemudian diakhiri karena indikator yang telah ditetapkan sudah tercapai.

Page 117: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam tiga siklus

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) dalam pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa

kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III

Kecamatan Tuntang tahun ajaran 2010/2011. Ini dapat dilihat dari:

1. Hasil kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SD

Negeri Tlompakan III dapat meningkat dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament), terlihat dari

adanya peningkatan rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 55,6, siklus I

63,67, siklus II 86,14, dan pada siklus III menjadi 86,72. Untuk siswa tuntas

belajar, pada tes awal (KKM= 60) sebanyak 39%, siklus I (KKM= 60)

sebanyak 50%, siklus II (KKM= 65) sebanyak 94% dan siklus III (KKM= 70)

menjadi 100%.

2. Cara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Tlompakan III Kecamatan Tuntang

tahun ajaran 2010/2011 adalah penerapan lima langkah pembelajaran

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) yang meliputi:

a. Presentasi kelas

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan II, presentasi kelas dilakukan oleh

guru dengan menjelaskan materi tentang penjumlahan dan pengurangan

pecahan. Pada siklus III, presentasi kelas dilakukan oleh siswa yang

mengerjakan soal cerita tentang pecahan di depan kelas kemudian

Page 118: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

menjelaskan cara mengerjakan soal cerita pecahan tersebut kepada teman satu

kelas.

b. Kerja tim/kelompok

Setelah kegiatan presentasi kelas, pembelajaran dilanjutkan dengan kerja

tim/kelompok. Dalam kegiatan ini, guru memberikan tugas/soal yang harus

dikerjakan oleh tim/kelompok secara bersama-sama. Nilai kerja tim/kelompok

ditentukan oleh kerja sama semua anggota tim/kelompok belajar.

c. Permainan

Kegiatan permainan dilakukan dengan membentuk kelompok bermain yang

anggotanya berbeda dari kelompok belajar. Permainan dalam pembelajaran ini

merupakan permainan akademik yang berupa permainan kartu soal tentang

pecahan. Tiap kartu soal mempunyai skor yang berbeda tergantung pada

tingkat kesukaran soal. Total skor tiap siswa pada siklus I, II, dan III

menentukan siapa yang akan mewakili tim/kelompok belajar maju mengikuti

turnamen kelas.

d. Turnamen

Turnamen diadakan pada siklus III karena pada siklus ini merupakan akhir

dari Kompetensi Dasar tentang pokok bahasan pecahan. Turnamen ini

dilakukan oleh empat siswa yang masing-masing merupakan wakil dari

tim/kelompok belajar. Turnamen ini menentukan tim/kelompok belajar yang

terbaik.

e. Rekognisi tim/kelompok

Tahap terakhir dari pembelajaran tipe TGT (Teams Games Tournament)

adalah memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik yang berhasil

memenangkan turnamen. Penghargaan yang diberikan berupa pujian dan

hadiah sebagai penambah motivasi dan semangat agar semua siswa terpacu

untuk menjadi yang terbaik.

3. Kendala-kendala yang terjadi dalam penelitian ini adalah:

a. Siswa mengalami kebingungan saat pembentukan kelompok.

Solusi yang digunakan yaitu pembentukan tim/kelompok belajar dilakukan

oleh guru berdasarkan urutan nomor absen.

Page 119: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

b. Kurangnya kerja sama antaranggota kelompok.

Solusi yang digunakan yaitu pemilihan ketua tim/kelompok belajar oleh guru

yang bertanggung jawab pada kegiatan kerja kelompok.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan

pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) dalam pelaksanaan pembelajaran pecahan. Model yang dipakai

dalam penelitian ini adalah model siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 3

siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Maret 2011 dan Sabtu, 6 Maret

2011. Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 9 Maret 2011 dan Sabtu, 13 Maret

2011 dan siklus III dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Maret 2011 dan Sabtu, 20

Maret 2011. Adapun indikatornya adalah: (1) Menggunakan media untuk

menyelesaikan soal operasi penjumlahan pecahan (proses), menyelesaikan soal

operasi penjumlahan pecahan (produk), dan bekerjasama dan berinteraksi dengan

teman kelompok saat mengerjakan soal operasi penjumlahan pecahan

(ketrampilan sosial). (2) Menggunakan media untuk menyelesaikan soal operasi

pengurangan pecahan (proses), menyelesaikan soal operasi pengurangan pecahan

(produk), dan bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat

mengerjakan soal operasi pengurangan pecahan (ketrampilan sosial). (3)

Menggunakan media untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

pecahan (proses), menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

(produk), dan bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan (ketrampilan sosial).

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan implikasi teoretis dan

implikasi praktis hasil penelitian sebagai berikut:

1. Implikasi Teoretis

Implikasi teoretis dari penelitian ini adalah peningkatan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournament). Penelitian ini juga dapat dipertimbangkan

Page 120: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

untuk menambah model pembelajaran bagi guru dalam memberikan materi

pelajaran bagi siswa.

Hasil penelitian ini memperkuat teori yang menyatakan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat menjadi

salah satu model pembelajaran Matematika bagi siswa karena model pembelajaran

tipe ini menggunakan permainan dan turnamen akademik yang dapat menarik

minat siswa untuk belajar. Di samping itu juga melatih siswa untuk belajar

memecahkan masalah secara besama-sama.

2. Implikasi Praktis

Penelitian telah membuktikan bahwa pembelajaran Matematika

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

bagi siswa.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

calon guru untuk meningkatkan keefektivan strategi guru dalam mengajar dan

meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Hasil belajar siswa dapat

ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat bagi siswa.

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk

membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu

penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga dan

meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada hakikatnya

dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan

sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan hasil belajar siswa.

Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diatasi

semaksimal mungkin.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada kelas IV SD Negeri

Tlompakan III tahun ajaran 2010/2011, maka saran-saran yang diberikan sebagai

Page 121: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan

meningkatkan kompetensi siswa SD Negeri Tlompakan III pada khususnya

sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Membantu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

Games Tournament) dalam rangka meningkatkan kemampuan belajar siswa.

2. Bagi Guru

a. Sebelum dilaksanakannya proses pembelajaran, hendaknya guru membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran dan mempersiapkan media

pembelajaan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

b. Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika (materi pecahan)

diharapkan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

Games Tournament) karena terdapat permainan dan turnamen akademik

yang sangat menarik.

c. Untuk meningkatkan keaktifan, kretivitas siswa, dan keefektivan

pembelajaran diharapkan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT (Teams Games Tournament).

d. Adanya tindak lanjut terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournament).

3. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.

b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-

hari.

Page 122: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis Wahab. 2007. Metode dan Model-model Mengajar. Bandung:

Alfabeta.

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Akhmad Sudrajat. 2008. Pengertian Pendekatan Strategi Metode Teknik Taktik

dan Model Pembelajaran. http://wordpress.com. Diakses tanggal 3

Januari 2011.

Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Cholis Sa’dijah. 2003. Pendidikan Matematika 2. Jakarta: Rineka Cipta.

Basrowi & Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Galia

Indonesia.

David W. Johnson, dkk. 2000. Methods. http:/www.cooperation.org/pages/cl-

methods.html Diakses tanggal 3 Januari 2011

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

__________________________________ . 2003. Kamus Besar Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI.

Jakarta: Depdiknas.

Fengfeng Ke dan Barbara Graboswki. 2007. British Journal of Educational

Technology Vol 38 No 2 2007. 249-259. Gameplaying for Maths

Learning: Cooperatif or Not? USA.

Gail. A. Williams. 1983. My Changing Perpection Of Mathematics. The

Mathematics Teacher.

Hamdani. 2003. Soal Cerita Matematika. www. Pontianakpost. com. Diakses

tanggal 14 Januari 2010.

Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Page 123: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Isjoni dan Mohd. Arif Ismail. 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Karso. 1998. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Depdikbud Proyek Peningkatan

Mutu Guru Kelas SD Setara DII.

Marsudi Raharjo. 2009. Pembelajaran Soal Cerita di SD. Sleman: PPPPTK.

Muchtar A. Karim. 1998. Pendidikan Matematika II. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nyimas Aisyah. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:

Dirjen Dikti Depdiknas.

Purwoto. 2003. Pendidikan Matematika Materi Penataran Tertulis Sistem Belajar

Mandiri. Bandung: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Robbins. 1996. Proposal Penelitian Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Kerja

Kepala Sekolah terhadap Kualitas Penerapan Manusia Sekolah.

http://www.scibd.com. Diakses tanggal 14 Januari 2011.

Roiatul Amri. 2010. Peningkatan Kemampuan Memahami Peristiwa Proklamasi

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pada Siswa

Kelas V SDN Grajegan 01 Tawangsari, Sukoharjo Tahun Ajaran

2009/2010. Skripsi idak diterbitkan. Surakarta: UNS.

Sandjaja. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Sisdiknas. 2003. UU RI No. 23 Tahun 2003. CV Aneka Ilmu.

Siti Kamsiyati. 2006. Widya Sari Jurnal Ilmiah Pendidikan, Sejarah dan Sosial

Budaya. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Pecahan.

Salatiga: Widya Sari.

Slavin, E. Robert. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik.

Bandung: Nusa Med Aneka Ilmu. 2003.

St. Y. Slamet & Suwarto. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif.

Surakarta: UNS Press.

Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Page 124: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sumarni. 2009. Usaha Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan

Pembelajaran Kooperatif Model Teams Games Tournament (TGT)

Pada Siswa Kelas IV SDN Pilangsari I Kecamatan Ngrampal

Kabupaten Sragen. Skripsi idak diterbitkan. Surakarta: UNS.

Taylor, Francis Group. 2008. www.tandf.co.uk/../0020739x.asp (Jurnal Penelitian

Internasional) Diakses tanggal 6 Januari 2011.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik

Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta:

Prestasi Pustaka Publiser.

Yulius Slamet. 2006. Metode Penelitian Sosial. UNS Press.

http://ayobelajarfisika.blogdetik.com/2009/09/06/metode-pembelajaran-

kooperatif/ Diakses tanggal 3 Januari 2011.

http:/blog.bukukita.com/users/putrid/?1102 Diakses tanggal 3 Januari 2011

http://franciscusti.Blogspot.com2008/06/pembelajaran-merupakan-proses.html

Diakses tanggal 6 Januari 2011

http://pembelajaran matematika.htm Diakses tanggal 6 Januari 2011

www.wikipedia.org.wiki/pecahan.com Diakses tanggal 3 Januari 2011

http:/www4.ncsu.edu/unity/lockers/users/f/felder/public/papers/CLChapter.pdf

Diakses tanggal 3 Januari 2011

http:/zaifbio.wordpress.com/2009/07/01/model-model-pembelajaran/Diakses

tanggal 6 Januari 2011

Page 125: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Lampiran 1

DOKUMENTASI PENELITIAN

Siswa sedang memperhatikan penjelasan guru.

(Tahap Presentasi Kelas)

Siswa mengerjakan tugas kelompok.

(Tahap Kerja Tim/Kelompok)

Page 126: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Siswa saling membantu dan bekerja sama saat kerja kelompok.

(Tahap Kerja Tim/Kelompok)

Siswa mengerjakan tugas kelompok mewakili kelompok belajarnya.

(Tahap Kerja Tim/Kelompok)

Page 127: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Siswa memulai permainan kartu soal bersama kelompok bermainnya.

(Tahap Permainan)

Siswa bermain kartu soal dengan gembira.

(Tahap Permainan)

Page 128: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Perwakilan dari kelompok belajar mengikuti turnamen.

(Tahap Turnamen)

Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa secara individu.

Page 129: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Kelompok terbaik yang memenangkan turnamen.

(Tahap Rekognisi Tim/Kelompok)

Page 130: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Lampiran 2

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

DARI PENELITI

Nama Sekolah : SD Negeri Tlompakan III

Kelas / Semester : IV / II

Tahun Ajaran : 2010/2011

Mata Pelajaran : Matematika

Standar Kompetensi : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.

No. Kompetensi Dasar KKM

1. 6. 2. Menjumlahkan pecahan. 60

2. 6. 3. Mengurangkan pecahan. 65

3. 6. 4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

pecahan.

70

Jumlah 195

Rata-rata 65

Kab. Semarang, 27 Februari 2011

Mengetahui

Kepala Sekolah

SD Negeri Tlompakan III

Tanjiatun Anastasia, S. Pd

NIP. 19571213 197802 2 001

Page 131: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Lampiran 3

INDIKATOR PECAHAN

No. INDIKATOR

1 a. Menjumlahkan berpenyebut sama.

b. Menjumlahkan berpenyebut tidak sama.

2 a. Mengurangkan berpenyebut sama.

b. Mengurangkan berpenyebut sama.

3 a. Menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan penjumlahan

pecahan.

b. Menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan pengurangan

pecahan.

Kab. Semarang, 27 Februari 2011

Mengetahui

Kepala Sekolah

SD Negeri Tlompakan III

Tanjiatun Anastasia, S. Pd

NIP. 19571213 197802 2 001

Page 132: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Lampiran 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS I

Satuan Pendidikan : SD Negeri Tlompakan III

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : IV/ II

Alokasi Waktu : 2 x Pertemuan (4 x 35 menit)

A. Standar Kompetensi (SK) : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan

masalah

B. Kompetensi Dasar (KD) : 6. 2 Menjumlahkan pecahan

C. Indikator :

Proses :

6.2.1 Menggunakan media untuk menyelesaikan soal operasi penjumlahan

pecahan.

Produk :

6.2.2 Menyelesaikan soal operasi penjumlahan pecahan.

Keterampilan Sosial :

6.2.3 Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat mengerjakan

soal operasi penjumlahan pecahan.

D. Materi Pokok : Pecahan

E. Tujuan Pembelajaran :

Proses :

Setelah melakukan tanya jawab, memperhatikan penjelasan guru, melakukan

diskusi kelompok, dan penugasan siswa dapat menggunakan media untuk

menyelesaikan soal operasi penjumlahan pecahan.

Produk :

Setelah melakukan tanya jawab, memperhatikan penjelasan guru, melakukan

diskusi kelompok, dan penugasan siswa dapat menyelesaikan soal operasi

penjumlahan pecahan.

Page 133: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Keterampilan Sosial :

Setelah melakukan diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dan

berinteraksi dengan baik dalam kelompok.

F. Pendekatan Pembelajaran : Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)

G. Metode Pembelajaran :

1. Ceramah bervariasi

2. Tanya Jawab

3. Diskusi Kelompok

4. Penugasan

H. Kegiatan Pembelajaran :

PERTEMUAN I

1. Kegiatan Awal (10 Menit)

a. Salam / Doa.

b. Presensi dan mengkondisikan kelas.

c. Apersepsi

Siswa diberi gambaran tentang pembelajaran hari ini.

d. Penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Kegiatan Inti (50 Menit)

a. Eksplorasi

1) Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang pecahan.

2) Siswa melakukan tanya jawab tentang permasalahan yang berkaitan

dengan pecahan.

3) Siswa dibagi menjadi empat kelompok yang dipilih oleh guru.

b. Elaborasi

1) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang penjumlahan pecahan

berpenyebut sama dan tidak sama.

2) Siswa menggunakan media yang disediakan guru (kertas lipat) untuk

memudahkan dalam melakukan penjumlahan pecahan.

3) Siswa melakukan diskusi kelompok.

4) Perwakilan dari salah satu kelompok memperagakan cara penyelesaian

penjumlahan dengan kertas lipat di depan kelas.

Page 134: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

c. Konfirmasi

1) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika masih mengalami

kesulitan.

2) Tiap kelompok menerima Lembar Kerja Kelompok untuk dikerjakan

secara kelompok.

3) Guru membimbing jalannya diskusi kelompok.

4) Siswa bersama guru mencocokkan hasil kerja kelompok.

3. Kegiatan Akhir (10 Menit)

a. Siswa diberi pekerjaan rumah (PR).

b. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.

c. Guru menutup pelajaran dengan nasehat.

PERTEMUAN II

1. Kegiatan Awal (10 menit)

a. Salam / Doa.

b. Presensi dan mengkondisikan kelas.

c. Apersepsi

Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan hari ini.

d. Penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Kegiatan Inti (50 menit)

a. Eksplorasi

1) Siswa melakukan tanya jawab tentang pelajaran sebelumnya.

2) Siswa diingatkan kembali tentang penjumlahan pecahan.

3) Siswa dibagi menjadi empat kelompok dengan anggota yang berbeda

dari kelompok sebelumnya.

b. Elaborasi

1) Tiap kelompok bermain kartu soal sesuai aturan yang dijelaskan oleh

guru.

2) Siswa dibimbing oleh guru saat melakukan permainan.

3) Penghitungan skor masing-masing siswa jika permainan sudah selesai.

4) Empat orang siswa yang mendapat skor tertinggi berhak mengikuti

turnamen untuk berkompetisi mewakili kelompoknya pada akhir unit.

Page 135: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

c. Konfirmasi

1) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika masih mengalami

kesulitan.

2) Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara individu.

3) Siswa bersama guru mencocokkan hasil pekerjaan.

3. Kegiatan Akhir (10 menit)

a. Siswa mencatat pekerjaan rumah (PR).

b. Guru menutup pembelajaran.

I. Media / Alat :

1. Kertas Lipat

2. LKS (Lembar Kerja Siswa)

3. Kartu Soal

4. LKK (Lembar Kerja Kelompok)

J. Sumber :

1. Silabus KTSP Tahun 2008 untuk Kelas IV.

2. Buchori, dkk. 2007. Gemar Belajar Matematika 4. Semarang: Aneka Ilmu.

3. Teguh, dkk. 2008. Hitunganku Matematika 4. Jakarta: Bumi Aksara.

K. Penilaian :

1. Prosedur : Tes proses dan tes akhir

2. Jenis : Tertulis

3. Bentuk : Uraian

4. Alat Tes : Lembar soal, Kunci Jawaban, Kriteria Penilaian, dan

Lembar Pengamatan Siswa.

Page 136: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Kab. Semarang, 1 Maret 2011

Guru Kelas IV Peneliti

CR. Ngatmi Erny Yunika Putri

NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030

Mengetahui

Kepala Sekolah

SD Negeri Tlompakan III

Tanjiatun Anastasia, S. Pd

NIP. 19571213 197802 2 001

Page 137: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

MATERI

1. Penjumlahan Dua Pecahan Berpenyebut Sama

Untuk menunjukkan kebenaran hasil penjumlahan, kita dapat

menggunakan potongan kertas yang diarsir.

Cermati gambar berikut ini.

Persegi 1 Persegi 2 Persegi 3

4

2 +

4

1 =

4

3

Daerah yang diarsir pada persegi 1 adalah 4

2, sedangkan pada persegi

2 adalah 4

1. Jika daerah yang diarsir tersebut digabungkan, maka

menghasilkan daerah arsiran sebesar 4

3, seperti tampak pada persegi 3.

Jadi, 4

2 +

4

1 =

4

12

= 4

3

2. Penjumlahan Dua Pecahan Berpenyebut Tidak Sama

Mirna mendapat kue 2

1 bagian dan Wayan mendapat kue

4

1 bagian.

Dapatkah kalian menjumlahkan bagian kue yang diberikan pada Mirna dan

Wayan? Untuk mengetahuinya perhatikan gambar berikut.

Cara menjumlahkan dua pecahan berpenyebut sama, yaitu

pecahan pertama + pecahan kedua

= pembilang pecahan pertama + pembilang pecahan kedua

penyebut

Page 138: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Kue Kue Kue

Mirna Wayan Mirna dan Wayan

2

1 +

4

1 =

4

3

Jumlah bagian kue yang diberikan kepada Mirna dan Wayan adalah 4

3

bagian.

Bagaiman cara menjumlahkan kedua pecahan itu? Untuk menjumlahkan

keduanya, penyebutnya harus disamakan. Penyebut yang baru adalah KPK dari

penyebut pecahan semula. Setelah sama, baru dijumlahkan seperti ketika

menjumlahkan dua pecahan berpenyebut sama.

Untuk menyamakan penyebutnya, carilah KPK dari 2 dan 4. KPK dari 2

dan 4 adalah 4.

2

1 =

22

21

x

x =

4

2 sehingga

2

1 +

4

1 =

4

2 +

4

1 =

4

3

Contoh:

a. 3

1 +

6

1 =

6

2 +

6

1 =

6

3 (KPK dari 3 dan 6 adalah 6)

b. 10

2 +

2

1 =

10

2 +

10

5 =

10

52 =

10

7 (KPK dari 10 dan 2 adalah 10)

Untuk menjumlahkan dua bilangan pecahan yang penyebutnya

tidak sama, samakan penyebutnya, kemudian jumlahkan

pembilangnya.

Page 139: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Lampiran 5

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS II

Satuan Pendidikan : SD Negeri Tlompakan III

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : IV/ II

Alokasi Waktu : 2 x Pertemuan (4 x 35 menit)

A. Standar Kompetensi (SK) : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan

masalah

B. Kompetensi Dasar (KD) : 6. 3 Mengurangkan pecahan

C. Indikator :

Proses :

6.3.1 Menggunakan media untuk menyelesaikan soal operasi pengurangan

pecahan.

Produk :

6.3.2 Menyelesaikan soal operasi pengurangan pecahan.

Keterampilan Sosial :

6.3.3 Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat mengerjakan

soal operasi pengurangan pecahan.

D. Materi Pokok : Pecahan

E. Tujuan Pembelajaran :

Proses :

Setelah melakukan tanya jawab, memperhatikan penjelasan guru, melakukan

diskusi kelompok, dan penugasan siswa dapat menggunakan media untuk

menyelesaikan soal operasi pengurangan pecahan.

Produk :

Setelah melakukan tanya jawab, memperhatikan penjelasan guru, melakukan

diskusi kelompok, dan penugasan siswa dapat menyelesaikan soal operasi

pengurangan pecahan.

Page 140: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Keterampilan Sosial :

Setelah melakukan diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dan

berinteraksi dengan baik dalam kelompok.

F. Pendekatan Pembelajaran : Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)

G. Metode Pembelajaran :

1. Ceramah bervariasi

2. Tanya Jawab

4) 3. Diskusi Kelompok

5) 4. Penugasan

2. H. Kegiatan Pembelajaran :

PERTEMUAN I

1. Kegiatan Awal (10 Menit)

a. Salam / Doa.

b. Presensi dan mengkondisikan kelas.

c. Apersepsi

Siswa diberi gambaran tentang pembelajaran hari ini.

d. Penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Kegiatan Inti (50 Menit)

a. Eksplorasi

1) Siswa diingatkan kembali tentang penjumlahan pecahan.

2) Siswa melakukan tanya jawab tentang pengurangan pecahan.

3) Siswa dibagi menjadi empat kelompok.

b. Elaborasi

1) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang pengurangan pecahan

berpenyebut sama dan tidak sama.

2) Siswa menggunakan media yang disediakan guru (kertas lipat) untuk

memudahkan dalam melakukan pengurangan pecahan.

3) Siswa diberi suatu permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari.

4) Siswa melakukan diskusi kelompok.

Page 141: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

5) Perwakilan dari salah satu kelompok memperagakan cara penyelesaian

pengurangan dengan kertas lipat di depan kelas.

c. Konfirmasi

1) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika masih mengalami

kesulitan.

2) Tiap kelompok menerima Lembar Kerja Kelompok untuk dikerjakan

secara kelompok.

3) Guru membimbing jalannya diskusi kelompok.

4) Siswa bersama guru mencocokkan hasil kerja kelompok.

3. Kegiatan Akhir (10 Menit)

a. Siswa diberi pekerjaan rumah (PR).

b. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.

c. Guru menutup pelajaran dengan nasehat.

PERTEMUAN II

1. Kegiatan Awal (10 menit)

a. Salam / Doa.

b. Presensi dan mengkondisikan kelas.

c. Apersepsi

Siswa bersama guru menyanyikan lagu “Di Sini Senang Di Sana Senang”.

d. Penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Kegiatan Inti (50 menit)

a. Eksplorasi

1) Siswa melakukan tanya jawab tentang pelajaran sebelumnya.

2) Siswa diingatkan kembali tentang pengurangan pecahan.

b. Elaborasi

1) Siswa dibagi menjadi empat kelompok.

2) Tiap kelompok bermain kartu soal sesuai aturan yang dijelaskan oleh

guru.

3) Dalam bermain siswa dibimbing oleh guru.

4) Penghitungan skor masing-masing siswa jika permainan sudah selesai.

Page 142: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

5) Empat orang siswa yang mendapat skor tertinggi berhak mengikuti

turnamen untuk berkompetisi mewakili kelompoknya pada akhir unit.

c. Konfirmasi

1) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika masih mengalami

kesulitan.

2) Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara individu.

3) Siswa bersama guru mencocokkan hasil pekerjaan.

3. Kegiatan Akhir (10 menit)

1) Siswa mencatat pekerjaan rumah (PR).

2) Guru menutup pembelajaran.

4. I. Media / Alat :

1. Kertas Lipat

2. LKS (Lembar Kerja Siswa)

3. Kartu Soal

4. LKK (Lembar Kerja Kelompok)

5. J. Sumber :

1. Silabus KTSP Tahun 2008 untuk Kelas IV.

2. Buchori, dkk. 2007. Gemar Belajar Matematika 4. Semarang: Aneka Ilmu.

3. Teguh, dkk. 2008. Hitunganku Matematika 4. Jakarta: Bumi Aksara.

6. K. Penilaian :

1. Prosedur : Tes proses dan tes akhir

2. Jenis : Tertulis

3. Bentuk : Uraian

4. Alat Tes : Lembar soal, Kunci Jawaban, Kriteria Penilaian, dan

Lembar Pengamatan Siswa.

Page 143: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Kab. Semarang, 8 Maret 2011

Guru Kelas IV Peneliti

CR. Ngatmi Erny Yunika Putri

NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030

Mengetahui

Kepala Sekolah

SD Negeri Tlompakan III

Tanjiatun Anastasia, S. Pd

NIP. 19571213 197802 2 001

Page 144: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

MATERI

1. Pengurangan Dua Pecahan Berpenyebut Sama

Cermati gambar berikut.

Persegi I Persegi II Persegi III

4

3 -

4

2 =

4

1

Gambar tersebut menunjukkan lingkaran dengan daerah arsiran 4

3 diambil

4

2,

sisanya adalah 4

1.

Jadi, 4

3 -

4

2 =

4

1

2. Pengurangan Dua Pecahan Berpenyebut Tidak Sama

Bu Mia mempunyai pita yang panjangnya 8

7 m. Diberikan kepada Devi

4

1 m.

Berapa meter pita Bu Mia sekarang? Untuk menentukan panjang pita Bu Mia

setelah dipotong, kita harus mengurangkan panjang pita mula-mula dengan

panjang pita yang diberikan kepada Devi, yaitu 8

7 -

4

1.

Untuk mengurangkan kedua pecahan berpenyebut tidak sama, kita harus

menyamakan penyebut kedua pecahan tersebut. Setelah penyebutnya sama,

Cara mengurangkan dua pecahan berpenyebut sama, yaitu

pecahan pertama – pecahan kedua

= pembilang pecahan pertama – pembilang pecahan kedua

penyebut

Page 145: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

kita tinggal mengurangkan kedua pembilang dari pecahan-pecahan tersebut,

sedangkan penyebutnya tetap.

Agar lebih jelas, perhatikan uraian berikut.

8

7 -

4

1 =

18

17

x

x -

24

21

x

x =

8

7 -

8

2 =

8

27 =

8

5 (KPK dari 8 dan 4 adalah 8)

Jadi, panjang pita Bu Mia sekarang adalah 8

5 m.

Page 146: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SIKLUS III

Satuan Pendidikan : SD Negeri Tlompakan III

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : IV/ II

Alokasi Waktu : 2 x Pertemuan (4 x 35 menit)

A. Standar Kompetensi (SK) : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan

masalah

B. Kompetensi Dasar (KD) : 6. 2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

pecahan

C. Indikator :

Proses :

6.2.1 Menggunakan media untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan pecahan

Produk :

6.2.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Keterampilan Sosial :

6.2.3 Bekerjasama dan berinteraksi dengan teman kelompok saat

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

D. Materi Pokok : Pecahan

E. Tujuan Pembelajaran :

Proses :

Setelah melakukan tanya jawab, memperhatikan penjelasan guru, melakukan

diskusi kelompok, dan penugasan siswa dapat menggunakan media untuk

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.

Produk :

Setelah melakukan tanya jawab, memperhatikan penjelasan guru, melakukan

diskusi kelompok, dan penugasan siswa dapat menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan pecahan

Page 147: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

Keterampilan Sosial :

Setelah melakukan diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dan

berinteraksi dengan baik dalam kelompok.

F. Pendekatan Pembelajaran : Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)

G. Metode Pembelajaran :

1. Ceramah bervariasi

2. Tanya Jawab

3. Diskusi Kelompok

4. Penugasan

L. Kegiatan Pembelajaran :

PERTEMUAN I

1. Kegiatan Awal (10 Menit)

a. Presensi dan mengkondisikan kelas.

b. Apersepsi

Siswa diberi gambaran tentang pembelajaran hari ini.

c. Penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Kegiatan Inti (40 Menit)

a. Eksplorasi

1) Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang penjumlahan dan

pengurangan pecahan.

2) Siswa melakukan tanya jawab tentang permasalahan yang berkaitan

dengan pecahan.

3) Siswa dibagi menjadi empat kelompok.

b. Elaborasi

1) Siswa memperhatikan permasalahan yang diberikan guru yang

berkaitan dengan pecahan.

2) Siswa berdiskusi tentang permasalahan yang telah disampaikan guru.

3) Perwakilan dari salah satu kelompok menuliskan jawabannya di papan

tulis.

4) Siswa bermain kartu soal bersama kelompoknya.

5) Menghitung skor tiap anak dari hasil permainan.

Page 148: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

c. Konfirmasi

1) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.

2) Tiap kelompok mengerjakan Lembar Kerja Kelompok.

3) Guru membimbing jalannya diskusi kelompok.

4) Siswa bersama guru mencocokkan hasil kerja kelompok.

3. Kegiatan Akhir (20 Menit)

a. Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS).

b. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.

c. Guru menutup pelajaran dengan nasehat.

PERTEMUAN II

1. Kegiatan Awal (10 menit)

a. Presensi dan mengkondisikan kelas.

b. Apersepsi

Siswa diberi gambaran tentang pembelajaran hari ini.

c. Penyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Kegiatan Inti (50 menit)

a. Eksplorasi

1) Siswa melakukan tanya jawab tentang pelajaran sebelumnya.

2) Siswa diingatkan kembali tentang pencapaian skor tiap anak.

3) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang aturan main turnamen.

b. Elaborasi

1) Tiap kelompok menempatkan diri pada posisi yang sudah disiapkan.

2) Siswa dibimbing oleh guru saat melakukan turnamen.

3) Turnamen dimulai dan dipimpin oleh guru.

4) Penghitungan skor tiap kelompok.

c. Konfirmasi

1) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika masih mengalami

kebingungan.

2) Siswa bersama guru membahas soal yang sulit.

3. Kegiatan Akhir (10 menit)

a. Pengumuman kelompok terbaik.

Page 149: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

b. Pemberian penghargaan pada kelompok terbaik.

c. Siswa mencatat pekerjaan rumah (PR).

d. Guru menutup pembelajaran.

J. Media / Alat :

1. LKS (Lembar Kerja Siswa)

2. Kartu Soal

3. LKK (Lembar Kerja Kelompok)

K. Sumber :

1. Silabus KTSP Tahun 2008 untuk Kelas IV.

2. Buchori, dkk. 2007. Gemar Belajar Matematika 4. Semarang: Aneka Ilmu.

3. Teguh, dkk. 2008. Hitunganku Matematika 4. Jakarta: Bumi Aksara.

L. Penilaian :

1. Prosedur : Tes proses dan tes akhir

2. Jenis : Tertulis

3. Bentuk : Uraian

4. Alat Tes : Lembar soal, Kunci Jawaban, Kriteria Penilaian, dan

Lembar Pengamatan Siswa.

Kab. Semarang, 17 Maret 2011

Guru Kelas IV Peneliti

CR. Ngatmi Erny Yunika Putri

NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030

Mengetahui

Kepala Sekolah

SD Negeri Tlompakan III

Tanjiatun Anastasia, S. Pd

NIP. 19571213 197802 2 001

Page 150: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Lampiran 7

LEMBAR KERJA KELOMPOK (LKK)

SIKLUS I

Kelompok : ...

Anggota : …

A. Tentukan hasil penjumlahan pecahan di bawah ini!

1. 12

5 +

12

6 = ... 6.

3

1 +

6

1 = ...

2. 9

4 +

9

2 = ... 7.

4

3 +

8

3 = ...

3. 6

1 +

6

4 = ... 8.

9

2 +

3

2 = ...

4. 8

3 +

8

3 = ... 9.

9

3 +

18

2 = ...

5. 18

5 +

18

4 = ... 10.

6

4 +

12

5 = ...

B. Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan uraian singkat!

1. Ibu akan membuat kue. Bahan yang diperlukan, yaitu gula 8

3 kg, tepung

8

4 kg,

dan mentega 8

1 kg. Berapa kilogram berat ketiga bahan tersebut?

2. Pita Ana panjangnya 4

1 meter. Pita Dela panjangnya

5

2 meter. Berapa panjang

pita mereka semua?

Page 151: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

Kunci Jawaban

A. 1. 12

11 6.

6

3

2. 9

6 7.

8

9

3. 6

5 8.

9

8

4. 8

6 9.

18

8

5. 18

9 10.

12

13

B. 1. Diketahui : Gula 8

3 kg

Tepung 8

4 kg

Mentega 8

1 kg

Ditanyakan : Berat ketiga bahan tersebut?

Jawab : 8

3 +

8

4 +

8

1 =

8

143 =

8

8 = 1

Jadi, berat ketiga bahan tersebut adalah 1 kg.

2. Diketahui : Pita Ana 4

1 meter

Pita Dela 5

2 meter

Ditanyakan : Panjang pita semuanya?

Jawab : 4

1 +

5

2 =

54

51

x

x +

45

42

x

x

= 20

5 +

20

8

= 20

13

Jadi, panjang pita semuanya 20

13 meter.

Page 152: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

Kriteria Penilaian

1. Bagian A, satu nomor dijawab benar diberi skor 1.

2. Bagian A, dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0.

3. Total skor bagian A jika benar semua = 10.

4. Bagian B: a. Terdapat apa yang diketahui diberi skor 1.

b. Terdapat apa yang ditanyakan diberi skor 1.

c. Jawaban benar diberi skor 3.

5. Total skor bagian B tiap nomornya jika benar semua = 5.

6. Total skor bagian B jika benar semua = 10.

7. Nilai Akhir (NA) = Total skor A + Total skor B

2

= 2

1010x 10

= 100

Page 153: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Lampiran 8

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

SIKLUS I

Nama : ...

Kelas : ...

No. Absen : ...

A. Tentukan hasil penjumlahan pecahan di bawah ini!

1. 13

4 +

13

7 = ... 6.

3

1 +

4

3 = ...

2. 9

4 +

9

5 = ... 7.

3

2 +

8

3 = ...

3. 7

5 +

7

2 = ... 8.

9

2 +

3

1 = ...

4. 8

1 +

8

3 = ... 9.

9

5 +

18

2 = ...

5. 18

5 +

18

9 = ... 10.

6

2 +

12

5 = ...

B. Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan uraian singkat!

1. Nenek membeli gula 4

1 kg dan tepung

4

2 kg. Berapa kg berat belanjaan

Nenek?

2. Ayah mempunyai sawah 4

3 hektar. Kemudian membeli lagi

4

3 hektar. Berapa

hektar sawah Ayah semua?

3. Lebar jalan di kampung adalah 10

3 dam. Lalu lebarnya ditambah

5

1 dam.

Berapa dam lebar jalan kampung sekarang?

4. Untuk keperluan pesta, paman membeli daging sapi 2 kuintal. Karena masih

kurang, kemudian membeli lagi 8

3 kuintal. Berapa kuintal daging yang

diperlukan untuk pesta tersebut?

Page 154: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Kunci Jawaban

A. 1. 13

11 6.

12

13

2. 9

9 atau 1 7.

24

25

3. 7

7 atau 1 8.

9

5

4. 8

4 9.

18

12

5. 18

14 10.

12

9

B. 1. Diketahui : Gula 4

1 kg

Tepung 4

2 kg

Ditanyakan : Berat semua belanjaan Nenek?

Jawab : 4

1 +

4

2 =

4

21 =

4

3

Jadi, berat semua belanjaan Nenek adalah 4

3 kg.

2. Diketahui : Sawah 4

3 hektar

Membeli lagi 4

3 hektar

Ditanyakan: Sawah Ayah semua?

Jawab : 4

3 +

4

3 =

4

33 =

4

6

Jadi, sawah Ayah semua ada 4

6 hektar.

3. Diketahui : Lebar jalan 10

3 dam

Ditambah 5

1 dam

Ditanyakan: Lebar jalan kampung sekarang?

Jawab : 10

3 +

5

1 =

10

3 +

25

21

x

x

= 10

3 +

10

2

= 10

5

Page 155: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Jadi, lebar jalan kampung sekarang adalah 10

5 dam.

4. Diketahui : Daging sapi awal 2 kuintal

Membeli lagi 8

3 kuintal

Ditanyakan: Banyak daging yang diperlukan untuk pesta tersebut?

Jawab : 2 + 8

3 =

1

2 +

8

3

= 81

82

x

x +

8

3

= 8

16 +

8

3

= 8

19

Jadi, banyak daging yang diperlukan untuk pesta adalah 8

19 kuintal.

Kriteria Penilaian

1. Bagian A, satu nomor dijawab benar diberi skor 1.

2. Bagian A, dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0.

3. Total skor bagian A jika benar semua = 10.

4. Bagian B: a. Terdapat apa yang diketahui diberi skor 1.

b. Terdapat apa yang ditanyakan diberi skor 1.

c. Jawaban benar diberi skor 3.

5. Total skor bagian B tiap nomornya jika benar semua = 5.

6. Total skor bagian B jika benar semua = 20.

7. Nilai Akhir (NA) = Total skor A + Total skor B

3

= 3

2010x10

= 100

Page 156: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

Lampiran 9

LEMBAR KERJA KELOMPOK

SIKLUS II

Kelompok : ...

Anggota : …

A. Tentukan hasil pengurangan berikut!

1. 5

3 -

5

1 = ... 6.

3

1 -

6

1 = ...

2. 15

8 -

15

5 = ... 7.

3

2 -

9

1 = ...

3. 25

13 -

25

11= ... 8.

2

1 -

13

6 = ...

4. 13

9 -

13

5 = ... 9. 3 -

4

1 = ...

5. 12

6 -

12

5 = ... 10. 5 -

10

1 = ...

B. Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan uraian singkat!

1. Adik membeli kue 2 bagian. kemudian diberikan pada temannya 3

1 bagian.

Berapa sisa kue adik sekarang?

2. Ibu membeli minyak 3 liter. Di jalan tumpah 4

1 liter. Sampai di rumah, ibu

mengisikan minyak ke kompor sebanyak 3

1 liter. Berapa sisa minyak Ibu?

Page 157: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

Kunci Jawaban

A. 1. 5

2 6.

6

1

2. 15

3 7.

9

5

3. 25

2 8.

13

1

4. 13

4 9.

4

11

5. 12

1 10.

10

49

B. 1. Diketahui : Kue adik 2 bagian

Diberikan pada temannya 3

1 bagian

Ditanyakan : Sisa kue adik sekarang?

Jawab : 2 - 3

1 =

1

2 -

3

1

= 31

32

x

x -

3

1

= 3

5

Jadi, sisa kue adik adalah 3

5 bagian.

2. Diketahui : Minyak Ibu 3 liter

Tumpah 4

1 liter

Diisikan ke kompor sebanyak 3

1 liter

Ditanyakan : Sisa minyak Ibu?

Jawab : 3 - 4

1 -

3

1 =

1

3 -

4

1 -

3

1

= 121

123

x

x -

34

31

x

x -

43

41

x

x

= 12

36 -

12

3 -

12

4

= 12

29

Jadi, sisa minyak Ibu 12

29 liter.

Page 158: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

Kriteria Penilaian

1. Bagian A, satu nomor dijawab benar diberi skor 1.

2. Bagian A, dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0.

3. Total skor bagian A jika benar semua = 10.

4. Bagian B: a. Terdapat apa yang diketahui diberi skor 1.

b. Terdapat apa yang ditanyakan diberi skor 1.

c. Jawaban benar diberi skor 3.

5. Total skor bagian B tiap nomornya jika benar semua = 5.

6. Total skor bagian B jika benar semua = 10.

7. Nilai Akhir (NA) = Total skor A + Total skor B

2

= 2

1010x10

= 100

Page 159: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

Lampiran 10

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

SIKLUS II

Nama : ...

Kelas/ No. : ...

A. Tentukan hasil pengurangan pecahan di bawah ini!

1. 14

9 -

14

5 = 6.

8

3 -

4

1 =

2. 9

5 -

9

4 = 7.

15

5 -

5

1 =

3. 29

17 -

29

15 = 8.

8

1 -

24

1 =

4. 15

14 -

15

9 = 9.

20

1 -

30

1=

5. 23

8 -

23

5 = 10. 2 -

3

1 =

B. Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan uraian singkat !

1. Bibi membeli minyak goreng 1 liter. Telah digunakan untuk menggoreng ikan

8

3 liter. Berapa liter sisanya?

2. Ibu membeli minyak tanah 8

6 liter. Telah digunakan untuk mengisi kompor

8

5

liter. Berapa liter minyak tanah yang belum digunakan?

3. Pak Herman mempunyai sawah 1 hektar. Disewakan 16

4 hektar. Sisanya

digarap sendiri. Berape hektar sawah yang digarap sendiri?

4. Pak Karta membeli pupuk sebanyak 8

7 kuintal. Telah digunakan untuk

memupuk tanaman di sawah 8

5 kuintal. Berapa kuintal pupuk yang belum

dipergunakan?

Page 160: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

Kunci Jawaban

A. 1. 14

4 6.

8

1

2. 9

1 7.

15

2

3. 29

2 8.

24

2

4. 15

5 9.

60

1

5. 23

3 10.

3

5

B.

1. Diketahui : Minyak goreng 1 liter

Untuk menggoreng ikan 8

3 liter

Ditanyakan : Sisa minyak?

Jawab : 1 - 8

3 =

8

8 -

8

3 =

8

5

Jadi, sisa minyak Bibi sebanyak 8

5 liter.

2. Diketahui : Minyak tanah 8

6 liter

Untuk mengisi kompor 8

5 liter

Ditanyakan : Minyak tanah yang belum digunakan?

Jawab : 8

6 -

8

5 =

8

1

Jadi, minyak tanah yang belum digunakan sebanyak 8

1 liter.

3. Diketahui : Sawah 1 hektar

Disewakan 16

4 hektar

Ditanyakan : Sawah yang digarap sendiri?

Jawab : 1 - 16

4 =

16

16 -

16

4 =

16

12

Jadi, sawah yang digarap sendiri adalah 16

12 hektar.

4. Diketahui : Membeli pupuk sebanyak 8

7 kuintal

Untuk memupuk tanaman di sawah 8

5 kuintal

Page 161: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

Ditanyakan : Pupuk yang belum dipergunakan?

Jawab : 8

7 -

8

5 =

8

2

Jadi, pupuk yang belum digunakan adalah 8

2 kuintal.

Kriteria Penilaian

1. Bagian A, satu nomor dijawab benar diberi skor 1.

2. Bagian A, dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0.

3. Total skor bagian A jika benar semua = 10.

4. Bagian B: a. Terdapat apa yang diketahui diberi skor 1.

b. Terdapat apa yang ditanyakan diberi skor 1.

c. Jawaban benar diberi skor 3.

5. Total skor bagian B tiap nomornya jika benar semua = 5.

6. Total skor bagian B jika benar semua = 20.

7. Nilai Akhir (NA) = Total skor A + Total skor B

3

= 3

2010x10

= 100

Page 162: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

Lampiran 11

LEMBAR KERJA KELOMPOK (LKK)

SIKLUS III

Kelompok : ...

Anggota : …

Kerjakan soal berikut dengan menggunakan cara yang benar !

1. Ani mempunyai roti 2

1 bagian, kemudian Ani memberikan

3

1 bagiannya

kepada Andi. Berapa sisa roti Ani?

2. Pekerjaan yang harus diselesaikan Vivi dalam sebuah kelompok 3

5 bagian.

Apabila ia telah menyelesaikan 3

2 bagian, berapa bagian pekerjaan Vivi yang

tersisa?

3. Budi mempunyai 3

2 bagian kue. Kue tersebut diberikan kepada Ida

5

2 bagian.

Berapa sisa kue Budi?

4. Ibu menabungkan 3

2 uang belanjanya. Sebulan kemudian Ibu mengambil

6

2

uang tabungannya. Berapa sisa uang tabungan Ibu sekarang?

5. Bak mandi berisi 6

5 bagian. Kemudian digunakan untuk mandi

6

1 bagian dan

untuk mencuci 6

2 bagian. Berapa sisa air dalam bak mandi tersebut?

Page 163: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

Kunci Jawaban

1. Diket : Roti Ani 2

1 bagian, memberikan

3

1 bagiannya kepada Andi

Ditanya : Sisa roti Ani?

Jawab : 2

1 -

3

1 =

6

23 =

6

1

Jadi, sisa roti Ani 6

1 bagian.

2. Diket : Pekerjaan Vivi 3

5 bagian, ia telah menyelesaikan

3

2 bagian

Ditanya : Bagian pekerjaan Vivi yang tersisa?

Jawab : 3

5 -

3

2 =

3

3 = 1

Jadi, bagian pekerjaan Vivi yang tersisa adalah 1 bagian.

3. Diket : Kue Budi 3

2 bagian, diberikan pada Ida

5

2 bagian

Ditanya : Sisa kue Budi?

Jawab : 3

2 -

5

2 =

15

610 =

15

4

Jadi, sisa kue Budi 15

4 bagian.

4. Diket : Ibu menabungkan 3

2 uang belanjanya, lalu diambil

6

2 uang

tabungannya

Ditanya : Sisa uang tabungan Ibu sekarang?

Jawab : 3

2 -

6

2 =

6

24 =

6

2

Jadi, sisa uang tabungan Ibu sekarang 6

2 bagian.

5. Diket : Bak mandi berisi 6

5 bagian, untuk mandi

6

1 bagian, untuk

mencuci 6

2 bagian

Page 164: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

Ditanya : Sisa air dalam bak mandi tersebut?

Jawab : 6

5 -

6

1 -

6

2 =

6

2

Jadi, sisa air dalam bak mandi 6

2 bagian.

Kriteria Penilaian

1. Tiap nomor : a. Terdapat apa yang diketahui diberi skor 1.

b. Terdapat apa yang ditanyakan diberi skor 1.

c. Jawaban benar diberi skor 3.

2. Total skor jika benar semua = 25.

3. Nilai Akhir = 25 x 4

= 100

Page 165: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

Lampiran 12

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

SIKLUS III

Nama : ...

No. Absen : ...

1. Ibu mengambil 4

3 kain untuk membuat sapu tangan, kemudian adik

mengambil kain 3

2 untuk membuat taplak meja. Berapa buah kain yang

diambil Ibu dan adik?

2. Intan mempunyai pita 2

1 meter berwarna merah, tiga hari kemudian Intan

membeli pita berwarna biru 4

1 meter. Berapakah panjang pita yang dimiliki

Intan?

3. Andi disuruh Ibu untuk belanja membeli gula 6

4 kg dan beras

4

1 kg.

Berapakah jumlah belanjaan Andi?

4. Siska membeli kain batik 15

4 meter. Karena kurang, keesokan harinya Siska

membeli 5

2 meter. Berapa kain batik yang dibeli Siska?

5. Ibu membeli kue 12

3 bagian untuk acara arisan. Ternyata kue yang dibeli ibu

kurang, lalu membeli lagi 4

2 bagian. Berapa kue yang dibeli Ibu?

6. Andi membeli kue sebanyak 4

3 bagian. Kemudian

6

2 bagian diberikan kepada

adiknya. Berapa sisa kue Andi?

7. Jeni mempunyai pita 2

1 meter berwarna hijau, kemudian

7

2 meter ia gunakan

untuk membuat hiasan dinding. Berapa sisa pita yang dimiliki Jeni?

Page 166: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

8. Santi disuruh Ibu membeli gula 6

4 kg dan beras

4

1 kg. Lalu

7

2 bagian gula

terjatuh. Berapa sisa gula yang Santi bawa sekarang?

9. Siska membeli kain batik 8

6 meter kemudian ia gunakan untuk membuat baju

sebanyak 5

2 meter. Berapa sisa kain batik yang dimiliki Siska?

10. Ibu membeli kue 4

3 untuk acara arisan. Setelah arisan selesai kue Ibu ternyata

masih tersisa 9

3. Berapa kue Ibu yang habis dimakan tamu?

Page 167: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

Kunci Jawaban

1. Diket: Ibu mengambil 4

3 kain untuk membuat sapu tangan. Adik mengambil

kain 3

2 untuk membuat taplak meja.

Ditanya: Kain yang diambil Ibu dan adik

Jawab : 4

3 +

3

2=

12

89 =

12

17

Jadi, kain yang diambil Ibu dan adik adalah 12

17

2. Diket: Intan mempunyai pita 2

1 meter berwarna merah, tiga hari kemudian

Intan membeli pita berwarna biru 4

1 meter.

Ditanya: Pita milik Intan

Jawab: 2

1 +

4

1 =

4

12 =

4

3

Jadi, pita milik Intan ada 4

3 meter.

3. Diket: Andi disuruh Ibu untuk belanja membeli gula 6

4 kg dan beras

4

1 kg

Ditanya: Jumlah belanjaan Andi

Jawab: 6

4 +

4

1 =

12

38 =

12

11

Jadi, jumlah belanjaan Andi 12

11 kg

4. Diket: Siska membeli kain batik 15

4 meter. Siska membeli lagi

5

2 meter.

Ditanya: Jumlah kain batik Siska

Jawab: 15

4 +

5

2 =

15

64 =

15

10

Jadi, jumlah kain batik Siska 15

10 meter.

Page 168: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

5. Diket: Ibu membeli kue 12

3 bagian untuk acara arisan. Lalu membeli lagi

4

2

bagian.

Ditanya: Jumlah kue Ibu

Jawab: 12

3 +

4

2 =

12

63 =

12

9

Jadi, jumlah kue Ibu 12

9 bagian.

6. Diket: Andi membeli kue sebanyak 4

3 bagian. Kemudian

6

2 bagian diberikan

kepada adiknya.

Ditanya: Sisa kue Andi

Jawab: 4

3 -

6

2 =

12

49 =

12

3

Jadi, sisa kue Andi 12

3 bagian.

7. Diket: Jeni mempunyai pita 2

1 meter berwarna hijau, kemudian

7

2 digunakan

untuk hiasan dinding.

Ditanya: Sisa pita Jeni

Jawab: 2

1 -

7

2 =

14

47 =

14

3

Jadi, sisa pita Jeni 14

3 meter.

8. Diket: Santi disuruh Ibu membeli gula 6

4 kg dan beras

4

1 kg. Lalu

7

2 bagian

gula terjatuh.

Ditanya: Sisa gula yang Santi bawa

Jawab: 6

4 -

7

2 =

42

1228 =

42

16

Jadi, sisa gula yang Santi bawa 42

16 kg.

Page 169: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

9. Diket: Siska membeli kain batik 8

6 meter kemudian ia gunakan untuk membuat

baju sebanyak 5

2 meter

Ditanya: Sisa kain batik Siska

Jawab: 8

6 -

5

2 =

40

1630 =

40

14

Jadi, sisa kain batik Siska 40

14 meter

10. Diket: Ibu membeli kue 4

3 untuk acara arisan. Setelah arisan selesai kue Ibu

ternyata masih tersisa 9

3.

Ditanya: Kue Ibu yang termakan

Jawab: 4

3 -

9

3 =

36

1227 =

36

15

Jadi, kue Ibu yang termakan 36

15 bagian.

Kriteria Penilaian

1. Tiap nomor : a. Terdapat apa yang diketahui diberi skor 1.

b. Terdapat apa yang ditanyakan diberi skor 1.

c. Jawaban benar diberi skor 3.

2. Total skor jika benar semua = 50.

3. Nilai Akhir = 50 x 2

= 100

Page 170: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

Lampiran 13

Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus I

No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II

1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Penampilan guru di depan

kelas.

Cara menyampaikan materi

pelajaran.

Cara penggunaan alat dan

media pelajaran.

Cara pengelolaan kelas.

Cara merespon pertanyaan

dan pendapat siswa.

Memberi pujian dan

perayaan keberhasilan siswa.

Interaksi dengan siswa.

Memotivasi siswa.

Memberi bimbingan

individu/kelompok.

Pengelolaan waktu.

Jumlah 24 29

Rata-rata 2,4 2,9

Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara

memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

1 : kurang baik

2 : cukup baik

3 : baik

4 : sangat baik

Observer Peneliti

Guru Kelas IV

CR. Ngatmi Erny Yunika Putri

NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030

Page 171: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Aktivitas Guru

1. Penampilan guru di depan kelas.

(1) Tidak berwibawa sebagai seorang guru dan tidak ramah terhadap siswa

(2) Berwibawa sebagai seorang guru, tapi tidak ramah terhadap siswa

(3) Berwibawa sebagai seorang guru, tapi kurang ramah terhadap siswa

(4) Berwibawa sebagai sorang guru dan ramah terhadap siswa

2. Cara menyampaikan materi pelajaran.

(1) Tidak runtut, tidak jelas, dan tidak bisa dipahami siswa

(2) Runtut, tidak jelas, dan tidak bisa dipahami siswa

(3) Runtut, jelas, dan tidak bisa dipahami siswa

(4) Runtut, jelas, dan mudah dipahami siswa

3. Cara penggunaan alat dan media pelajaran.

(1) Media tidak efektif dan tidak efisien, tidak bermakna, tidak melibatkan

siswa

(2) Media efektif dan efisien, tidak bermakna, tidak melibatkan siswa

(3) Media efektif dan efisien, bermakna, tidak melibatkan siswa

(4) Media efektif dan efisien, bermakna, melibatkan siswa

4. Cara pengelolaan kelas.

(1) Tidak menunjukkan sikap tanggap, tidak membagi perhatian, tidak

menegur

(2) Menunjukkan sikap tanggap, tidak membagi perhatian, tidak menegur

(3) Menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, tidak menegur

(4) Menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, menegur

5. Cara merespon pertanyaan dan pendapat siswa.

(1) Tidak memberikan acuan, tidak hangat, tidak antusias

(2) Memberikan acuan, tidak hangat, tidak antusias

(3) Memberikan acuan, hangat, tidak antusias

(4) Memberikan acuan, hangat, antusias

6. Memberi pujian dan perayaan keberhasilan siswa.

(1) Tidak bermakna, tidak hangat dan antusias, negatif

(2) Bermakna, tidak hangat dan antusias, kurang positif

Page 172: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

(3) Bermakna, hangat dan antusias, kurang positif

(4) Bermakna, hangat dan antusias, positif

7. Interaksi dengan siswa.

(1) Tidak relevan dengan tujuan, tidak berkesinambungan, tidak mengadakan

kontak pandang

(2) Relevan dengan tujuan, tidak berkesinambungan, tidak mengadakan

kontak pandang

(3) Relevan dengan tujuan, berkesinambungan, tidak mengadakan kontak

pandang

(4) Relevan dengan tujuan, berkesinambungan, mengadakan kontak pandang

8. Memotivasi siswa.

(1) Tidak membangkitkan motivasi, tidak memudahkan belajar, tidak

memusatkan perhatian

(2) Membangkitkan motivasi, tidak memudahkan belajar, tidak memusatkan

perhatian

(3) Membangkitkan motivasi, memudahkan belajar, tidak memusatkan

perhatian

(4) Membangkitkan motivasi, memudahkan belajar, memusatkan perhatian

9. Memberi bimbingan individu/kelompok.

(1) Diskusi tidak terbuka, perencanaan yang tidak matang, manfaat tidak

maksimal

(2) Diskusi terbuka, perencanaan yang tidak matang, manfaat tidak maksimal

(3) Diskusi terbuka, perencanaan yang matang, manfaat tidak maksimal

(4) Diskusi terbuka, perencanaan yang matang, manfaat maksimal

10. Pengelolaan waktu.

(1) Guru tidak pernah melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam

RPP

(2) Guru pernah melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP

(3) Guru sering melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP

(4) Guru selalu melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP

Page 173: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

Lampiran 14

Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus I

Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III

No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II

1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Kemauan untuk menerima

pelajaran dari guru.

Perhatian siswa terhadap apa

yang dijelaskan oleh guru.

Penghargaan siswa terhadap

guru.

Kemauan untuk menerapkan

hasil pelajaran.

Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat.

Semangat dalam KBM.

Kemauan berdiskusi dengan

teman sekelompok.

Keberanian siswa untuk

mempresentasikan hasil

diskusi.

Jumlah 16 24

Rata-rata 2 3

Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara

memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

1 : kurang baik

2 : cukup baik

3 : baik

4 : sangat baik

Observer Peneliti

Guru Kelas IV

CR. Ngatmi Erny Yunika Putri

NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K710703

Page 174: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Belajar Afektif Siswa

1. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru

(1) Rendah

(2) Kurang

(3) Tinggi

(4) Sangat tinggi

2. Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru

(1) Tatapan mata tidak fokus pada guru, tidak menguasai materi

(2) Tatapan mata kurang fokus pada guru, kurang menguasai materi

(3) Tatapan mata fokus pada guru, kurang menguasai materi

(4) Tatapan mata fokus pada guru, menguasai materi

3. Penghargaan siswa terhadap guru

(1) Tidak sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru

(2) Kurang sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru

(3) Sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru

(4) Sangat sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru

4. Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran

(1) Tidak memiliki kemauan

(2) Kemauan kurang

(3) Memiliki kemauan

(4) Kemauan sangat tinggi

5. Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat

(1) Tidak ada hasrat sama sekali

(2) Kurang memiliki hasrat

(3) Berhasrat

(4) Sangat berhasrat

6. Semangat dalam KBM

(1) Tidak bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan terpaksa

(2) Kurang bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan kepasrahan

(3) Bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan antusias

(4) Sangat bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan sangat antusias

Page 175: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

7. Kemauan berdiskusi dengan teman sekelompok

(1) Tidak antusias dan tidak bekerjasama

(2) Kurang antusias dan tidak bekerjasama

(3) Antusias dan kurang bekerjasama

(4) Antusias dan bekerjasama

8. Keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi

(1) Tidak mau mempresentasikan hasil diskusi

(2) Malu mempresentasikan hasil diskusi

(3) Mempresentasikan hasil diskusi setelah ditunjuk guru

(4) Mengangkat tangan untuk mempresentasikan hasil diskusi

Page 176: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

Lampiran 15

Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus I

Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III

No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II

1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

Segera memasuki kelas pada

saat guru datang.

Mencatat bahan pelajaran

dengan baik dan sistematis.

Sopan, ramah, dan hormat

kepada guru saat

pembelajaran.

Mengangkat tangan dan

bertanya kepada guru

mengenai bahan pelajaran

yang belum jelas.

Akrab, mau bergaul dan

berkomunikasi (meminta

bimbingan) dengan guru saat

pembelajaran.

Jumlah 11 13

Rata-rata 2,2 2,6

Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara

memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

1 : kurang baik

2 : cukup baik

3 : baik

4 : sangat baik

Observer Peneliti

Guru Kelas IV

CR. Ngatmi Erny Yunika Putri

NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030

Page 177: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Belajar Psikomotorik Siswa

1. Segera memasuki kelas pada saat guru datang

(1) Memasuki kelas setelah disuruh guru

(2) Memasuki kelas bersamaan dengan guru amsuk kelas

(3) Memasuki kelas ketika melihat guru akan masuk kelas

(4) Memasuki kelas 10 menit sebelum pelajaran dimulai

2. Mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis

(1) Tidak mencatat

(2) Mencatat, tidak baik, tidak sistematis

(3) Mencatat, baik, tidak sistematis

(4) Mencatat, baik, sistematis

3. Sopan, ramah, dan hormat kepada guru saat pembelajaran

(1) Tidak sopan, tidak ramah, tidak hormat

(2) Sopan, tidak ramah, tidak hormat

(3) Sopan, ramah, tidak hormat

(4) Sopan, ramah, hormat

4. Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan

pelajaran yang belum jelas

(1) Tidak bertanya

(2) Malu bertanya

(3) Ragu bertanya

(4) Berani bertanya

5. Akrab, mau bergaul dan berkomunikasi (meminta bimbingan) dengan

guru saat pembelajaran

(1) Tidak akrab, tidak mau bergaul, tidak berkomunikasi

(2) Akrab, tidak mau bergaul, tidak berkomunikasi

(3) Akrab, mau bergaul, tidak berkomunikasi

(4) Akrab, mau bergaul, berkomunikasi

Page 178: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

Lampiran 16

Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus II

No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II

1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Penampilan guru di depan

kelas.

Cara menyampaikan materi

pelajaran.

Cara penggunaan alat dan

media pelajaran.

Cara pengelolaan kelas.

Cara merespon pertanyaan

dan pendapat siswa.

Memberi pujian dan

perayaan keberhasilan siswa.

Interaksi dengan siswa.

Memotivasi siswa.

Memberi bimbingan

individu/ kelompok.

Pengelolaan waktu.

Jumlah 25 30

Rata-rata 2,5 3

Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara

memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

1 : kurang baik

2 : cukup baik

3 : baik

4 : sangat baik

Observer Peneliti

Guru Kelas IV

CR. Ngatmi Erny Yunika Putri

NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030

Page 179: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

Penjelasan Lembar Observasi Aktivitas Guru

1. Penampilan guru di depan kelas.

(1) Tidak berwibawa sebagai seorang guru dan tidak ramah terhadap siswa

(2) Berwibawa sebagai seorang guru, tapi tidak ramah terhadap siswa

(3) Berwibawa sebagai seorang guru, tapi kurang ramah terhadap siswa

(4) Berwibawa sebagai sorang guru dan ramah terhadap siswa

2. Cara menyampaikan materi pelajaran.

(1) Tidak runtut, tidak jelas, dan tidak bisa dipahami siswa

(2) Runtut, tidak jelas, dan tidak bisa dipahami siswa

(3) Runtut, jelas, dan tidak bisa dipahami siswa

(4) Runtut, jelas, dan mudah dipahami siswa

3. Cara penggunaan alat dan media pelajaran.

(1) Media tidak efektif dan tidak efisien, tidak bermakna, tidak melibatkan

siswa

(2) Media efektif dan efisien, tidak bermakna, tidak melibatkan siswa

(3) Media efektif dan efisien, bermakna, tidak melibatkan siswa

(4) Media efektif dan efisien, bermakna, melibatkan siswa

4. Cara pengelolaan kelas.

(1) Tidak menunjukkan sikap tanggap, tidak membagi perhatian, tidak

menegur

(2) Menunjukkan sikap tanggap, tidak membagi perhatian, tidak menegur

(3) Menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, tidak menegur

(4) Menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, menegur

5. Cara merespon pertanyaan dan pendapat siswa.

(1) Tidak memberikan acuan, tidak hangat, tidak antusias

(2) Memberikan acuan, tidak hangat, tidak antusias

(3) Memberikan acuan, hangat, tidak antusias

(4) Memberikan acuan, hangat, antusias

6. Memberi pujian dan perayaan keberhasilan siswa.

(1) Tidak bermakna, tidak hangat dan antusias, negatif

(2) Bermakna, tidak hangat dan antusias, kurang positif

Page 180: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

(3) Bermakna, hangat dan antusias, kurang positif

(4) Bermakna, hangat dan antusias, positif

7. Interaksi dengan siswa.

(1) Tidak relevan dengan tujuan, tidak berkesinambungan, tidak mengadakan

kontak pandang

(2) Relevan dengan tujuan, tidak berkesinambungan, tidak mengadakan

kontak pandang

(3) Relevan dengan tujuan, berkesinambungan, tidak mengadakan kontak

pandang

(4) Relevan dengan tujuan, berkesinambungan, mengadakan kontak pandang

8. Memotivasi siswa.

(1) Tidak membangkitkan motivasi, tidak memudahkan belajar, tidak

memusatkan perhatian

(2) Membangkitkan motivasi, tidak memudahkan belajar, tidak memusatkan

perhatian

(3) Membangkitkan motivasi, memudahkan belajar, tidak memusatkan

perhatian

(4) Membangkitkan motivasi, memudahkan belajar, memusatkan perhatian

9. Memberi bimbingan individu/kelompok.

(1) Diskusi tidak terbuka, perencanaan yang tidak matang, manfaat tidak

maksimal

(2) Diskusi terbuka, perencanaan yang tidak matang, manfaat tidak maksimal

(3) Diskusi terbuka, perencanaan yang matang, manfaat tidak maksimal

(4) Diskusi terbuka, perencanaan yang matang, manfaat maksimal

10. Pengelolaan waktu.

(1) Guru tidak pernah melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam

RPP

(2) Guru pernah melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP

(3) Guru sering melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP

(4) Guru selalu melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP

Page 181: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

Lampiran 17

Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus II

Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III

No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II

1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Kemauan untuk menerima

pelajaran dari guru.

Perhatian siswa terhadap apa

yang dijelaskan oleh guru.

Penghargaan siswa terhadap

guru.

Kemauan untuk menerapkan

hasil pelajaran.

Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat.

Semangat dalam KBM.

Kemauan berdiskusi dengan

teman sekelompok.

Keberanian siswa untuk

mempresentasikan hasil

diskusi.

Jumlah 24 28

Rata-rata 3 3,5

Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara

memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

1 : kurang baik

2 : cukup baik

3 : baik

4 : sangat baik

Observer Peneliti

Guru Kelas IV

CR. Ngatmi Erny Yunika Putri

NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030

Page 182: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Belajar Afektif Siswa

1. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru

(1) Rendah

(2) Kurang

(3) Tinggi

(4) Sangat tinggi

2. Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru

(1) Tatapan mata tidak fokus pada guru, tidak menguasai materi

(2) Tatapan mata kurang fokus pada guru, kurang menguasai materi

(3) Tatapan mata fokus pada guru, kurang menguasai materi

(4) Tatapan mata fokus pada guru, menguasai materi

3. Penghargaan siswa terhadap guru

(1) Tidak sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru

(2) Kurang sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru

(3) Sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru

(4) Sangat sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru

4. Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran

(1) Tidak memiliki kemauan

(2) Kemauan kurang

(3) Memiliki kemauan

(4) Kemauan sangat tinggi

5. Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat

(1) Tidak ada hasrat sama sekali

(2) Kurang memiliki hasrat

(3) Berhasrat

(4) Sangat berhasrat

6. Semangat dalam KBM

(1) Tidak bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan terpaksa

(2) Kurang bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan kepasrahan

(3) Bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan antusias

(4) Sangat bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan sangat antusias

Page 183: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166

7. Kemauan berdiskusi dengan teman sekelompok

(1) Tidak antusias dan tidak bekerjasama

(2) Kurang antusias dan tidak bekerjasama

(3) Antusias dan kurang bekerjasama

(4) Antusias dan bekerjasama

8. Keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi

(1) Tidak mau mempresentasikan hasil diskusi

(2) Malu mempresentasikan hasil diskusi

(3) Mempresentasikan hasil diskusi setelah ditunjuk guru

(4) Mengangkat tangan untuk mempresentasikan hasil diskusi

Page 184: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

167

Lampiran 18

Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus II

Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III

No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II

1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

Segera memasuki kelas pada

saat guru datang.

Mencatat bahan pelajaran

dengan baik dan sistematis.

Sopan, ramah, dan hormat

kepada guru saat

pembelajaran.

Mengangkat tangan dan

bertanya kepada guru

mengenai bahan pelajaran

yang belum jelas.

Akrab, mau bergaul dan

berkomunikasi (meminta

bimbingan) dengan guru saat

pembelajaran.

Jumlah 14 16

Rata-rata 2,8 3,2

Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara

memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

2 : kurang baik

3 : cukup baik

4 : baik

5 : sangat baik

Observer Peneliti

Guru Kelas IV

CR. Ngatmi Erny Yunika Putri

NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030

Page 185: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

168

Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Belajar Psikomotorik Siswa

1. Segera memasuki kelas pada saat guru datang

(1) Memasuki kelas setelah disuruh guru

(2) Memasuki kelas bersamaan dengan guru amsuk kelas

(3) Memasuki kelas ketika melihat guru akan masuk kelas

(4) Memasuki kelas 10 menit sebelum pelajaran dimulai

2. Mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis

(1) Tidak mencatat

(2) Mencatat, tidak baik, tidak sistematis

(3) Mencatat, baik, tidak sistematis

(4) Mencatat, baik, sistematis

3. Sopan, ramah, dan hormat kepada guru saat pembelajaran

(1) Tidak sopan, tidak ramah, tidak hormat

(2) Sopan, tidak ramah, tidak hormat

(3) Sopan, ramah, tidak hormat

(4) Sopan, ramah, hormat

4. Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan

pelajaran yang belum jelas

(1) Tidak bertanya

(2) Malu bertanya

(3) Ragu bertanya

(4) Berani bertanya

5. Akrab, mau bergaul dan berkomunikasi (meminta bimbingan) dengan

guru saat pembelajaran

(1) Tidak akrab, tidak mau bergaul, tidak berkomunikasi

(2) Akrab, tidak mau bergaul, tidak berkomunikasi

(3) Akrab, mau bergaul, tidak berkomunikasi

(4) Akrab, mau bergaul, berkomunikasi

Page 186: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

169

Lampiran 19

Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus III

No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II

1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Penampilan guru di depan

kelas.

Cara menyampaikan materi

pelajaran.

Cara penggunaan alat dan

media pelajaran.

Cara pengelolaan kelas.

Cara merespon pertanyaan

dan pendapat siswa.

Memberi pujian dan

perayaan keberhasilan siswa.

Interaksi dengan siswa.

Memotivasi siswa.

Memberi bimbingan

individu/ kelompok.

Pengelolaan waktu.

Jumlah 35 37

Rata-rata 3,5 3,7

Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara

memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

2 : kurang baik

3 : cukup baik

4 : baik

5 : sangat baik

Observer Peneliti

Guru Kelas IV

CR. Ngatmi Erny Yunika Putri

NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030

Page 187: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

170

Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Aktivitas Guru

1. Penampilan guru di depan kelas.

(1) Tidak berwibawa sebagai seorang guru dan tidak ramah terhadap siswa

(2) Berwibawa sebagai seorang guru, tapi tidak ramah terhadap siswa

(3) Berwibawa sebagai seorang guru, tapi kurang ramah terhadap siswa

(4) Berwibawa sebagai sorang guru dan ramah terhadap siswa

2. Cara menyampaikan materi pelajaran.

(1) Tidak runtut, tidak jelas, dan tidak bisa dipahami siswa

(2) Runtut, tidak jelas, dan tidak bisa dipahami siswa

(3) Runtut, jelas, dan tidak bisa dipahami siswa

(4) Runtut, jelas, dan mudah dipahami siswa

3. Cara penggunaan alat dan media pelajaran.

(1) Media tidak efektif dan tidak efisien, tidak bermakna, tidak melibatkan

siswa

(2) Media efektif dan efisien, tidak bermakna, tidak melibatkan siswa

(3) Media efektif dan efisien, bermakna, tidak melibatkan siswa

(4) Media efektif dan efisien, bermakna, melibatkan siswa

4. Cara pengelolaan kelas.

(1) Tidak menunjukkan sikap tanggap, tidak membagi perhatian, tidak

menegur

(2) Menunjukkan sikap tanggap, tidak membagi perhatian, tidak menegur

(3) Menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, tidak menegur

(4) Menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, menegur

5. Cara merespon pertanyaan dan pendapat siswa.

(1) Tidak memberikan acuan, tidak hangat, tidak antusias

(2) Memberikan acuan, tidak hangat, tidak antusias

(3) Memberikan acuan, hangat, tidak antusias

(4) Memberikan acuan, hangat, antusias

6. Memberi pujian dan perayaan keberhasilan siswa.

(1) Tidak bermakna, tidak hangat dan antusias, negatif

(2) Bermakna, tidak hangat dan antusias, kurang positif

Page 188: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

171

(3) Bermakna, hangat dan antusias, kurang positif

(4) Bermakna, hangat dan antusias, positif

7. Interaksi dengan siswa.

(1) Tidak relevan dengan tujuan, tidak berkesinambungan, tidak mengadakan

kontak pandang

(2) Relevan dengan tujuan, tidak berkesinambungan, tidak mengadakan

kontak pandang

(3) Relevan dengan tujuan, berkesinambungan, tidak mengadakan kontak

pandang

(4) Relevan dengan tujuan, berkesinambungan, mengadakan kontak pandang

8. Memotivasi siswa.

(1) Tidak membangkitkan motivasi, tidak memudahkan belajar, tidak

memusatkan perhatian

(2) Membangkitkan motivasi, tidak memudahkan belajar, tidak memusatkan

perhatian

(3) Membangkitkan motivasi, memudahkan belajar, tidak memusatkan

perhatian

(4) Membangkitkan motivasi, memudahkan belajar, memusatkan perhatian

9. Memberi bimbingan individu/kelompok.

(1) Diskusi tidak terbuka, perencanaan yang tidak matang, manfaat tidak

maksimal

(2) Diskusi terbuka, perencanaan yang tidak matang, manfaat tidak maksimal

(3) Diskusi terbuka, perencanaan yang matang, manfaat tidak maksimal

(4) Diskusi terbuka, perencanaan yang matang, manfaat maksimal

10. Pengelolaan waktu.

(1) Guru tidak pernah melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam

RPP

(2) Guru pernah melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP

(3) Guru sering melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP

(4) Guru selalu melaksanakan PBM sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP

Page 189: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

172

Lampiran 20

Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus III

Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III

No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II

1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Kemauan untuk menerima

pelajaran dari guru.

Perhatian siswa terhadap apa

yang dijelaskan oleh guru.

Penghargaan siswa terhadap

guru.

Kemauan untuk menerapkan

hasil pelajaran.

Hasrat untuk bertanya dan

mengeluarkan pendapat.

Semangat dalam KBM.

Kemauan berdiskusi dengan

teman sekelompok.

Keberanian siswa untuk

mempresentasikan hasil

diskusi.

Jumlah 29 30

Rata-rata 3,6 3,75

Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara

memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

2 : kurang baik

3 : cukup baik

4 : baik

5 :sangat baik

Observer Peneliti

Guru Kelas IV

CR. Ngatmi Erny Yunika Putri

NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030

Page 190: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

173

Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Belajar Afektif Siswa

1. Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru

(1) Rendah

(2) Kurang

(3) Tinggi

(4) Sangat tinggi

2. Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru

(1) Tatapan mata tidak fokus pada guru, tidak menguasai materi

(2) Tatapan mata kurang fokus pada guru, kurang menguasai materi

(3) Tatapan mata fokus pada guru, kurang menguasai materi

(4) Tatapan mata fokus pada guru, menguasai materi

3. Penghargaan siswa terhadap guru

(1) Tidak sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru

(2) Kurang sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru

(3) Sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru

(4) Sangat sopan dan ramah saat berkomunikasi dengan guru

4. Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran

(1) Tidak memiliki kemauan

(2) Kemauan kurang

(3) Memiliki kemauan

(4) Kemauan sangat tinggi

5. Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat

(1) Tidak ada hasrat sama sekali

(2) Kurang memiliki hasrat

(3) Berhasrat

(4) Sangat berhasrat

6. Semangat dalam KBM

(1) Tidak bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan terpaksa

(2) Kurang bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan kepasrahan

(3) Bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan antusias

(4) Sangat bersemangat, mengikuti pembelajaran dengan sangat antusias

Page 191: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

174

7. Kemauan berdiskusi dengan teman sekelompok

(1) Tidak antusias dan tidak bekerjasama

(2) Kurang antusias dan tidak bekerjasama

(3) Antusias dan kurang bekerjasama

(4) Antusias dan bekerjasama

8. Keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi

(1) Tidak mau mempresentasikan hasil diskusi

(2) Malu mempresentasikan hasil diskusi

(3) Mempresentasikan hasil diskusi setelah ditunjuk guru

(4) Mengangkat tangan untuk mempresentasikan hasil diskusi

Page 192: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

175

Lampiran 21

Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus III

Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III

No. Aspek Yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II

1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

Segera memasuki kelas pada

saat guru datang.

Mencatat bahan pelajaran

dengan baik dan sistematis.

Sopan, ramah, dan hormat

kepada guru saat

pembelajaran.

Mengangkat tangan dan

bertanya kepada guru

mengenai bahan pelajaran

yang belum jelas.

Akrab, mau bergaul dan

berkomunikasi (meminta

bimbingan) dengan guru saat

pembelajaran.

Jumlah 18 19

Rata-rata 3,6 3,8

Petunjuk: Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara

memberi tanda (√) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

1 : kurang baik

2 : cukup baik

3 : baik

4 : sangat baik

Observer Peneliti

Guru Kelas IV

CR. Ngatmi Erny Yunika Putri

NIP. 19510918 197401 2 002 NIM K7107030

Page 193: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

176

Penjelasan Pengisian Lembar Observasi Belajar Psikomotorik Siswa

1. Segera memasuki kelas pada saat guru datang

(1) Memasuki kelas setelah disuruh guru

(2) Memasuki kelas bersamaan dengan guru amsuk kelas

(3) Memasuki kelas ketika melihat guru akan masuk kelas

(4) Memasuki kelas 10 menit sebelum pelajaran dimulai

2. Mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis

(1) Tidak mencatat

(2) Mencatat, tidak baik, tidak sistematis

(3) Mencatat, baik, tidak sistematis

(4) Mencatat, baik, sistematis

3. Sopan, ramah, dan hormat kepada guru saat pembelajaran

(1) Tidak sopan, tidak ramah, tidak hormat

(2) Sopan, tidak ramah, tidak hormat

(3) Sopan, ramah, tidak hormat

(4) Sopan, ramah, hormat

4. Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan

pelajaran yang belum jelas

(1) Tidak bertanya

(2) Malu bertanya

(3) Ragu bertanya

(4) Berani bertanya

5. Akrab, mau bergaul dan berkomunikasi (meminta bimbingan) dengan

guru saat pembelajaran

(1) Tidak akrab, tidak mau bergaul, tidak berkomunikasi

(2) Akrab, tidak mau bergaul, tidak berkomunikasi

(3) Akrab, mau bergaul, tidak berkomunikasi

(4) Akrab, mau bergaul, berkomunikasi

Page 194: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

177

Lampiran 22

Frekuensi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan

No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase

1 29 - 40 7 39%

2 41 - 52 4 22%

3 53 - 64 2 11%

4 65 - 76 1 6%

5 77 - 88 3 16%

6 89 - 100 1 6%

Jumlah 18 100%

74

2 13

1

6%

16%

6%

11%

22%

39%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100

Rentang Nilai

Frekuensi

Prosentase

Grafik Data Nilai Sebelum Tindakan

Page 195: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

178

Lampiran 23

Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus I

No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase

1 29 - 40 2 11%

2 41 - 52 3 17%

3 53 - 64 6 33%

4 65 - 76 2 11%

5 77 - 88 2 11%

6 89 - 100 3 17%

Jumlah 18 100%

2 36

2 2 3

17%

11%11%

33%

17%

11%

0

5

10

15

20

25

30

35

29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100

Rentang Nilai

Frekuensi

Prosentase

Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus I

Page 196: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

179

Lampiran 24

Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus II

No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase

1 29 - 40 0 0

2 41 - 52 0 0

3 53 - 64 1 6%

4 65 - 76 2 11%

5 77 - 88 6 33%

6 89 - 100 9 50%

Jumlah

18 100%

0 0 1 26

9

0% 0%

50%

33%

11%6%

0

10

20

30

40

50

60

29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100

Rentang Nilai

Frekuensi

Prosentase

Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus II

Page 197: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

180

Lampiran 25

Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus III

No. Rentang Nilai Frekuensi Prosentase

1 29 - 40 0 0%

2 41 - 52 0 0%

3 53 - 64 0 0%

4 65 - 76 3 17%

5 77 - 88 7 39%

6 89 - 100 8 44%

Jumlah

18 100%

0 0 03

7 8

0% 0% 0%

44%

39%

17%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

29 - 40 41 - 52 53 - 64 65 - 76 77 - 88 89 - 100

Rentang Nilai

Frekuensi

Prosentase

Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus III

Page 198: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

181

Lampiran 26

Nilai Tes Sebelum Tindakan

NO NAMA NILAI

1 A 40

2 B 40

3 C 70

4 D 40

5 E 50

6 F 80

7 G 50

8 H 80

9 I 60

10 J 60

11 K 40

12 L 80

13 M 50

14 N 100

15 O 40

16 P 50

17 Q 40

18 R 30

JUMLAH

RATA-RATA

1010

55,6

Page 199: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

182

Lampiran 27

Tabel Data Nilai Pada Siklus I

NO NAMA NILAI

KELOMPOK

NILAI

INDIVIDU

RATA-RATA

1 A 43 50 46,5

2 B 43 63 53

3 C 43 83 63

4 D 43 43 43

5 E 100 90 100

6 F 100 87 93,5

7 G 100 60 80

8 H 100 70 85

9 I 100 80 90

10 J 55 80 67,5

11 K 55 57 56

12 L 55 73 64

13 M 55 60 57,5

14 N 55 90 72,5

15 O 30 35 32,5

16 P 30 77 53,5

17 Q 30 67 48,5

18 R 30 50 40

JUMLAH 1067 1215 1146

RATA-RATA

KELAS

59,28 67,5 63,67

Page 200: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

183

Lampiran 28

Tabel Data Nilai Pada Siklus II

NO NAMA NILAI

KELOMPOK

NILAI

INDIVIDU

RATA-

RATA

1 A 70 60 65

2 B 70 87 78,5

3 C 70 93 81,5

4 D 70 87 78,5

5 E 100 97 98,5

6 F 100 97 98,5

7 G 100 83 91,5

8 H 100 100 100

9 I 100 33 66,5

10 J 100 100 100

11 K 100 87 93,5

12 L 100 87 93,5

13 M 100 87 93,5

14 N 100 100 100

15 O 80 47 63,5

16 P 80 83 81,5

17 Q 80 90 85

18 R 80 83 81,5

JUMLAH 1600 1501 1550,5

RATA-RATA

KELAS

88,89 83,39 86,14

Page 201: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

184

Lampiran 29

Tabel Data Nilai Pada Siklus III

NO NAMA NILAI

KELOMPOK

NILAI

INDIVIDU

RATA-

RATA

1 A 100 58 79

2 B 100 88 94

3 C 100 88 94

4 D 100 76 88

5 E 88 82 85

6 F 88 94 91

7 G 88 62 75

8 H 88 100 94

9 I 88 88 88

10 J 100 100 100

11 K 100 84 92

12 L 100 94 97

13 M 100 60 80

14 N 100 94 97

15 O 88 76 82

16 P 88 52 70

17 Q 88 82 85

18 R 88 52 70

JUMLAH 1692 1430 1561

RATA-RATA

KELAS

94 79,44 86,72

Page 202: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

185

Lampiran 30

LEMBAR KISI-KISI SOAL SIKLUS I

KD Indikator Pokok

Bahasan C1 C2 C3 Alat

Penilaian M S

D

S

K

M S

D

S

K

M S

D

S

K

6.2

Men

Jumlah

kan

pecahan

Proses

6.2.1

Menggu

nakan

media

untuk

menyele

saikan

soal

operasi

penjumla

han

pecahan.

Penjum

lahan

pecahan

X

X

X

X

LKK (A

no. 1-5)

LKK (A

no. 6-10)

LKK (B

no. 1)

LKK (B

no 2)

Produk

6.2.2

Menyele

saikan

soal

operasi

penjumla

han

pecahan.

X

X

X

X

LKS (A

no. 1-5)

LKS (A

no. 6-10)

LKS (B

no. 1 dan

2)

LKS (B

no. 3 dan

4)

Ketrampil

an Sosial

6.2.3

Bekerjasa

ma dan

berinterak

si dengan

teman

kelompok

saat

mengerja

kan soal

operasi

penjumla

han

pecahan

Lembar

Observa

si Hasil

Belajar

Afektif

dan

Lembar

Observa

si Hasil

Belajar

Psikomo

torik

Page 203: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

186

Lampiran 31

LEMBAR KISI-KISI SOAL SIKLUS II

KD Indikator Pokok

Bahasan C1 C2 C3 Alat

Penilaian M S

D

S

K

M S

D

S

K

M S

D

S

K

6.3

Mengu

rangkan

pecahan

Proses

6.3.1

Menggu

nakan

media

untuk

menyele

saikan

soal

operasi

pengura

ngan

pecahan.

Penjum

lahan

pecahan

X

X

X

LKK (A

no. 1-5)

LKK (A

no. 6-10)

LKK (B

no. 1 dan

2)

Produk

6.3.2

Menyele

saikan

soal

operasi

pengura

ngan

pecahan.

X

X

X

X

LKS (A

no. 1-5)

LKS (A

no. 6-10)

LKK (B

no. 2 dan

4)

LKK (B

no. 1dan

3)

Ketrampil

an Sosial

6.2.3

Bekerjasa

ma dan

berinterak

si dengan

teman

kelompok

saat

mengerja

kan soal

operasi

pengura

ngan

pecahan

Lembar

Observa

si Hasil

Belajar

Afektif

dan

Lembar

Observa

si Hasil

Belajar

Psikomo

torik

Page 204: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

187

Lampiran 32

LEMBAR KISI-KISI SOAL SIKLUS III

KD Indikator Pokok

Bahasan C1 C2 C3 Alat

Penilaian M S

D

S

K

M S

D

S

K

M S

D

S

K

6.3

Menye

lesaikan

masalah

yang

berkait

an

dengan

pecahan

Proses

6.3.1

Menggu

nakan

media

untuk

menyele

saikan

masalah

pecahan.

Penjum

lahan

pecahan

X

X

LKK (no.

2 dan 5)

LKK (no.

1, 3, dan

4)

Produk

6.3.2

Menyele

saikan

masalah

pecahan.

X

LKS (no.

1-10)

Ketrampil

an Sosial

6.3.3

Bekerjasa

ma dan

berinterak

si dengan

teman

kelompok

saat

menyele

saikan

masalah

pecahan

Lembar

Observa

si Hasil

Belajar

Afektif

dan

Lembar

Observa

si Hasil

Belajar

Psikomo

torik

Page 205: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SURAT KETERANGAN

No.

Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala SD Negeri Tlompakan III menerangkan bahwa:

Nama : Erny Yunika Putri

NIM : K7107030

Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 11 Februari 1988

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan : IP

Program Studi : PGSD

Tingkat/Semester : IV/VIII

Alamat : Tlompakan RT 4 RW 2, Tuntang, Kab. Semarang.

Universitas : Universitas Sebelas Maret

Yang bersangkutan telah melaksanakan penelitian di SD Negeri Tlompakan III, Tuntang,

Kab. Semarang pada tanggal 2-20 Maret 2011 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III

Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011.”

Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benarnya agar dapat digunakan sebagaimana

mestinya.

Kab. Semarang, 22 Maret 2011

Kepala SD Negeri Tlompakan III

Tanjiatun Anastasia, S. Pd

NIP. 19571213 197802 2 001

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

DINAS PENDIDIKAN

UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN TUNTANG

SEKOLAH DASAR NEGERI TLOMPAKAN III Alamat: Desa Tlompakan Kec. Tuntang Kab. Semarang

50773