bab iii metode penelitian a. definisi...

16
25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Kemampuan literasi sains yang dimaksud adalah hasil tes kemampuan literasi sains dengan indikator pencapaian sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh PISA 2006, dengan indikator yaitu: mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggunakan bukti-bukti ilmiah, dengan instrument yang dikembangkan oleh peneliti, dijudgmen oleh ahli dan melalui proses uji coba serta validasi dengan reliabilitas 0.92 (Sangat Tinggi). 2. Sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil tes sikap ilmiah dengan indikator yang terpadu (gabungan) yang diukur melalui suatu instrumen sikap ilmiah dengan menggunakan skala likert, yakni dari PISA dan SAI II yang sesuai dengan definisi sikap ilmiah dari Bennet (2003) dalam Anwer et al. (2012) yaitu yang berkaitan dengan practical work. 3. Pembelajaran Inquiry lab yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah salah satu tahapan inquiry yaitu Guided inquiry, pembelajaran yang didalam pelaksanaannya yaitu dimulai dengan siswa diberikan masalah oleh guru mengenai pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah Styrofoam, kemudian siswa memecahkan masalah tersebut dengan merancang percobaan sendiri, melaksanakan percobaan dan mengkomunikasikan hasil percobaan, Inquiry lab ini diterapkan dengan eksperimen pada materi ekosistem yaitu pendaurulangan Styrofoam menjadi lem kertas, pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan bimbingan dari guru sehingga dapat menemukan konsep sendiri dalam proses pembelajarannya.

Upload: lelien

Post on 31-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

1. Kemampuan literasi sains yang dimaksud adalah hasil tes kemampuan literasi

sains dengan indikator pencapaian sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh

PISA 2006, dengan indikator yaitu: mengidentifikasi pertanyaan ilmiah,

menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggunakan bukti-bukti ilmiah,

dengan instrument yang dikembangkan oleh peneliti, dijudgmen oleh ahli dan

melalui proses uji coba serta validasi dengan reliabilitas 0.92 (Sangat Tinggi).

2. Sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil tes sikap ilmiah

dengan indikator yang terpadu (gabungan) yang diukur melalui suatu

instrumen sikap ilmiah dengan menggunakan skala likert, yakni dari PISA dan

SAI II yang sesuai dengan definisi sikap ilmiah dari Bennet (2003) dalam

Anwer et al. (2012) yaitu yang berkaitan dengan practical work.

3. Pembelajaran Inquiry lab yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah salah

satu tahapan inquiry yaitu Guided inquiry, pembelajaran yang didalam

pelaksanaannya yaitu dimulai dengan siswa diberikan masalah oleh guru

mengenai pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah Styrofoam,

kemudian siswa memecahkan masalah tersebut dengan merancang percobaan

sendiri, melaksanakan percobaan dan mengkomunikasikan hasil percobaan,

Inquiry lab ini diterapkan dengan eksperimen pada materi ekosistem yaitu

pendaurulangan Styrofoam menjadi lem kertas, pelaksanaan pembelajaran

dilakukan dengan bimbingan dari guru sehingga dapat menemukan konsep

sendiri dalam proses pembelajarannya.

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

26

Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan untuk penelitian ini adalah metode eksperimen

semu (Quasi-Experimental), karena sampel tidak dicuplik secara acak (Arikunto,

2010). Terdapat dua kelas, kelas pertama merupakan kelas eksperimental yakni kelas

yang diterapkan pembelajaran inquiry lab sedangkan kelas kedua merupakan kelas

kontrol dengan pembelajaran konvensional (ceramah).

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dipilih adalah Nonrandomized Control Group, Pretest-

Posttest Design. Dalam rancangan ini digunakan kedua kelas, yaitu kelas kontrol dan

yang dipilih tidak secara random, keduanya diberikan pretest dan posttest. (Ary et al.,

2010).

Tabel 3.1 Desain penelitian yang digunakan

Sumber : (Ary et al., 2010)

Keterangan

X : Penerapan pembelajaran inquiry lab pada kelas eksperimen (E)

- : Penerapan treatment alternative (Pembelajaran konvensional/ceramah)pada

kelas kontrol ( C )

Y1: Pretest yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kontrol

Y2: Posttest yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kontrol

Group Pretest Independent variabel Posttest

E Y1 X Y2

C Y1 - Y2

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

27

Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Asumsi

Asumsi-asumsi yang menjadi landasan dalam penelitian ini :

1. Penerapan pembelajaran inquiry secara sistematis menurut tingkatan inquiry

yaitu discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab,

dan hypothetical inquiry, dapat mengembangkan kemampuan intelektual dan

membimbing literasi sains siswa (Wenning, 2011)

2. American Association for the Advancement of Science (AAAS) mengemukakan

bahwa metode pembelajaraninquiry merupakan jalan untuk meningkatkan

literasi sains siswa mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi membahas ide-ide

ilmiah (scientific ideas) (Brickman et al, 2009).

3. Sikap-sikap ilmiah akan muncul dari seringnya siswa melakukan eksperimen-

eksperimen terbimbing (Widiarti, 2008).

4. Semua skala sikap ditujukan untuk menemukan sikap dari sesorang berdasarakan

jawaban atau tanggapan dari siswa tersebut terhadap suatu pernyataan ( Fraenkel

et al, 2012)

E. Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini adalah :

(H0) : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan literasi sains antara kelas

kontrol dan kelas eksperimen pada materi ekositem

(H1) : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan literasi sains antara kelas kontrol

dan kelas eksperimen pada materi ekositem

F. Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Kartika XIX-2 Bandung pada

semester genap tahun ajaran 2012/2013. Pemilihan tingkat kelas, yakni kelas VII

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

28

Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dipilih terkait materi ekosistem (daur ulang limbah) yang ada pada tingkat kelas

tersebut.

G. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi peneiltian adalah seluruh siswa kelas VII pada sekolah swasta yaitu

SMP Kartika XIX-2 Bandung. Sampel yang diambil yaitu kelas VII E (kelas

eksperimen dengan pembelajaran inquiry lab) dan VII A (Kelas kontrol dengan

pembelajaran konvensional, masing-masing terdiri dari 37 siswa.

Sampel penelitian diambil secara purposive sampling dengan pertimbangan

bahwa siswa tersebut belum pernah memperoleh materi ekosistem (pendaurulangan

(Recycle) styrofoam menjadi lem kertas yang merupakan suatu cara penanggulangan

masalah pencemaran lingkungan), memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan

kelas lainnya dan dapat memberikan informasi yang representatif dalam membantu

hasil penelitian (Fraenkel et al., 2012).

H. Instrumen Peneltian dan Pengembangannya

1. Butir Soal Literasi Sains

Butir soal literasi sains dibuat berdasarkan indikator yang telah dirumuskan oleh

PISA 2006 tentang kompetensi literasi sains (tabel 2.6). Profil soal yang akan

diberikan dibatasi hanya topik yang berkaitan dengan Ekosistem saja. Hal tersebut

dikarenakan pada praktek pembelajaran yang dilakukan berkaitan dengan topik

pembelajaran tersebut, meskipun pada dasarnya evaluasi literasi sains tidak harus

terikat dengan konten atau konteks sains tertentu (OECD, 2006). Butir soal kemudian

diuji daya pembeda, tingkat kesulitan, validitas dan reabilitas di SMP Negeri 12

Bandung. Revisi akan dibuat berdasarkan hasil analisis pokok uji tersebut. Detail

instrumen soal dapat dilihat pada bagian lampiran. Sedangkan kisi-kisi soal literasi

sains bisa dilihat pada tabel 3.2

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

29

Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel. 3.2. Kisi-kisi Butir Soal Literasi Sains

No Indikator soal Literasi Sains No

Soal Jml

Mengidentifikasi Permasalahan Ilmiah

1 Mengenali permasalahan yang dapat diselidiki secara ilmiah 1, 4 2

2 Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk memperoleh informasi ilmiah 2,5 2

3 Mengenali fitur penyelidikan ilmiah 9,13 2

Menjelaskan Fenomena secara ilmiah

4 Mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan 10,14 2

5 Mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan prediksi

perubahan

3,11 2

6 Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi yang tepat 12,6 2

Menggunakan Bukti Ilmiah

7 Menafsirkan bukti ilmiah dan membuat serta mengkomunikasikan

kesimpulan

7,15 2

8 Mengidentifikasi asumsi, bukti dan alasan dibalik kesimpulan 8,16 2

9 Merefleksikan implikasi sosial dan perkembangan sains dan

teknologi

17,18 2

Jumlah

Berikut adalah rincian analisis pokok uji pada tiap butir soal multiple choice untuk

pencapaian literasi sains siswa :

a. Uji Validitas

Suatu butir soal atau item dikatakan valid apabila memberikan dukungan besar

terhadap skor total, artinya tes dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur

(Arikunto,2010).

Proses uji validitas menggunakan program ANATES versi 4.0.5. Hasil uji

validitas butir soal dapat dilihat pada kolom korelasi dalam bentuk indeks.

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

30

Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Selanjutnya indeks tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria validitas

pada Tabel. 3.3.

Tabel. 3.3. Kriteria Indeks Validitas Butir Soal

Indeks Validitas Keterangan

0.80-1.00 Sangat Tinggi

0.60-0.80 Tinggi

0.40-0.60 Cukup

0.20-0.40 Rendah

0.00-0.20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2010).

Indeks validitas yang diterima adalah mulai dari kategori cukup hingga kategori

sangat tinggi. Detail hasil uji validitas dapat dilihat pada (lampiran C.1)

b. Uji Reliabilitas

Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan atau ketetapan hasil

pengukuran soal, artinya jika kepada siswa-siswa diberikan tes yang serupa pada

waktu yang berbeda maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan yang sama

dalam kelompok (Arikunto,2010). Proses uji reliabilitas ini dibantu dengan

menggunakan software ANATES versi 4.0.5. Hasil pengolahan data reabilitas dengan

anates langsung bisa terlihat pada bagian awal output dari Anates. Selanjutnya

diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Klasifikasi Nilai Reliabilitas

Nilai Arti

0,80-1,00 Sangat tinggi

0,60-0,80 Tinggi

0,40-0,60 Cukup

0,20-0,40 Rendah

0,0-0,20 Sangat tinggi

(Arikunto, 2010)

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

31

Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Daya Pembeda

Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antar siswa yang padai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang

bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2010). Proses daya pembeda dibantu

dengan menggunakan software ANATES 4.0.5. Hasil pengolahan dari Anates akan

muncul indeks daya pembeda dalam bentuk persentase (%). Selanjutnya interpretasi

nilai indeks daya pembeda tersebut dikonversi dalam bentuk desimal dan mengacu

pada kriteria perolehan nilai klasifikasi daya pembeda yang disajikan dalam bentuk

Tabel 3.7.

Tabel. 3.5. Klasifikasi daya Pembeda

Daya Pembeda Arti

0,00-0,20 Jelek

0,21-0,40 Cukup

0,41-0,70 Baik

0,71-1,00 Baik sekali

Negatif Tidak baik (sebaiknya dibuang)

(Arikunto, 2010)

Hasil pengolahan data dari Anates menunjukan bahwa daya pembeda soal

termasuk dari berbagai kriteria mulai dari sangat baik, baik, buruk, dan sangat buruk,

oleh karena itu dilakukan beberapa revisi terhadap pilihan jawaban yang ada sehingga

menjadi lebih baik.

d. Uji Tingkat Kesukaran

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

32

Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sukar atau mudahnya suatu butir soal maka digunakan perhitungan tingkat

kesukaran. Soal yang tidak baik terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang

terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.

Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan

tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya

(Arikunto, 2010).

Proses uji tingkat kesukaran dibantu dengan menggunakan software ANATES

versi 4.0.5. Selanjutnya diinterpretasi tingkat kesukaran tersebut dikonversi dalam

bentuk desimal dan mengacu pada kriteria tingkat kesukaran pada tabel 3.6

Tabel 3.6 Indeks tingkat kesukaran

Nilai Arti

1,00-0,30 Sukar

0,30-0,70 Sedang

0,70-1,00 Rendah

(Arikunto, 2010).

Hasil data dari Anates menunjukan bahwa hampir semua soal mencakup kriteria

sedang, tetapi ada juga yang mudah dan satu soal termasuk kriteria sukar. Untuk hasil

rekapitulasi data pengolahan tingkat kesukaran selengkapnya disajikan dalam Tabel.

3.7.

e. Uji kualitas Pengecoh

Pengolahan kualitas pengecoh tiap butir soal dilakukan dengan menggunakan

program ANATES versi 4.0.5. Data kualitas pengecoh yang muncul dalam output

Anates diinterpretasikan pada kriteria yang terdapat dalam program Anates.

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

33

Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel.3.7. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Kemampuan Literasi Sains Siswa

No.

Soal

Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Pengecoh Validitas

Keputusan

Reliabilitas

Indeks Ket Indeks Ket Kunci Berfungsi Tidak

Berfungsi Indeks Ket Indeks Ket

1 0,9 Baik sekali 0,50 Sedang b a, c & d - 0,64 Tinggi Terima

0,92 Sangat

Tinggi

2 0,7 Baik 0,42 Sedang a b, d & c - 0,47 Cukup Terima*

3 0,7 Baik 0,68 Sedang a b, c & d - 0,58 Cukup Terima*

4 0,5 Baik 0,78 Mudah b a, c & d - 0,50 Cukup Terima

5 0,6 Baik 0,47 Sedang d a, b & c - 0,49 Cukup Terima

6 0,8 Baik sekali 0,55 Sedang d a, b & c - 0,64 Tinggi Terima

7 0,5 Baik 0,63 Sedang d a, b & c - 0,55 Cukup Terima

8 0,8 Baik sekali 0,55 Sedang a b, c & d - 0,73 Tinggi Terima

9 0,9 Baik sekali 0,65 Sedang c a, b & d - 0,75 Tinggi Terima

10 0,4 Cukup 0,76 Mudah c a, b & d - 0,44 Cukup Terima*

11 0,6 Baik 0,47 Sedang b a, c & d - 0,46 Cukup Terima*

12 0,5 Baik 0,15 Sukar c a, b & d - 0,46 Cukup Terima

13 0,9 Baik sekali 0,65 Sedang d a, b & c - 0,78 Tinggi Terima*

14 1,0 Baik sekali 0,65 Sedang a b, c & d - 0,89 Sangat Tinggi Terima

15 0,9 Baik sekali 0,52 Sedang b a, c & d - 0,65 Tinggi Terima

16 0,5 Baik 0,34 Sedang c a, b & d - 0,44 Cukup Terima*

17 0,5 Baik 0,52 Sedang b a, c & d - 0,48 Cukup Terima

18 0,7 Baik 0,55 Sedang c a, b & d - 0,55 Cukup Terima

Keterangan

Terima *=Ada perbaikan option pilihan jawaban.

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

34

Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Kuesioner Sikap Ilmiah

Kuesioner sikap yag digunakan adalah kuesioner dengan indikator terpadu yakni

yang berasal dari PISA 2006 dan kuesioner yang telah disusun oleh Dr. Richard Moore

yakni Scientific Attitude Inventory II (1997). Izin penggunaan SAI II telah diberikan

oleh Dr. Moore pada tanggal 14 Desember 2012 melalui e-mail (Lampiran D.2).

Kuesioner disusun dalam bentuk skala Likert-5 (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak

setuju dan sangat tidak setuju).

Tabel. 3.8. Kisi-kisi Kuesioner Sikap Ilmiah

No Indikator Orientasi Jawaban

Positif Negatif

Dukungan terhadap inkuiri ilmiah

1 Menghargai perbedaan pandangan dan pendapat ilmiah (berfikiran

terbuka) untuk melakukan penilaian lebih lanjut3)

1 2

2 Mendukung penggunaan informasi faktual dan eksplanasi rasional agar

tidak bias3)

3 4

3 Menunjukkan pemahaman bahwa proses yang logis, kritis dan cermat

diperlukan dalam mengambil kesimpulan 3)

5 6

Dukungan terhadap Sifat Sains

4

Menunjukkan pemahaman bahwa sains memiliki keterbatasan : teori dan

prinsip sains adalah tentatif dan mendekati kebenaran serta tidak semua

permasalah dapat dapat dijawab oleh sains 1)

7 8

5

Meyakini bahwa saintis harus memiliki kejujuran intelektual, objektivitas

dalam observasi. Observasi dan eksperimen adalah dasar dari penerapan

sains1)

9 10

Keyakinan diri sebagai pembelajar sains

Keyakinan diri sebagai pembelajar sains

6 Keyakinan dalam menangani persoalan ilmiah secara efektif 2)

11 12

7 Keyakinan dalam menangani kesulitan dalam menyelesaikan masalah2)

13 14

8 Keyakinan dalam menunjukkan kemampuan ilmiah yang tinggi2)

15 16

Ketertarikan terhadap sains

9 Mengindikasikan keingintahuan tentang sains, isu-isu sains dan

mempraktikan sains3)

17 18

10 Menunjukkan keinginan untuk memperoleh tambahan pengetahuan dan

keahlian ilmiah, menggunakan beragam sumber dan metode ilmiah3)

19 20

11 Menunjukkan pemahaman bahwa sains memerlukan dukungan penuh

dari masyarakat2)

21 22

Jumlah 11 11 Keterangan :

1). Indikator hanya terdapat dari PISA

2). Indikator hanya terdapat dari SAI II

3). Indikator ada pada PISA dan SAI II

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

35

Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel.3.9. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Kuisioner Sikap Ilmiah

No Taraf Kesukaran Validitas item Kesimpulan

Validitas

Realibilitas

P Interpretasi Korelasi Interpretasi r Interpretasi

1 0,66 Sedang 0,54 Cukup Terima

0.91 Sangat Tinggi

2 0,56 Sedang 0,49 Cukup Terima

3 0,71 Sangat Mudah 0,51 Cukup Terima*

4 0,76 Mudah 0,37 Rendah Terima*

5 0,68 Sedang 0,47 Cukup Terima

6 0,66 Sedang 0,72 Tinggi Terima

7 0,69 Sedang 0,43 Cukup Terima

8 0,65 Sedang 0,49 Cukup Terima

9 0,62 Sedang 0,54 Cukup Terima

10 0,64 Mudah 0,57 Cukup Terima

11 0,67 Sedang 0,60 Cukup Terima

12 0,65 Sukar 0,52 Cukup Terima

13 0,55 Sedang 0,51 Cukup Terima

14 0,65 Sedang 0,49 Cukup Terima*

15 0,69 Sedang 0,71 Tinggi Terima

16 0,68 Sedang 0,69 Cukup Terima

17 0,71 Sangat Mudah 0,64 Cukup Terima

18 0,68 Sedang 0,47 Cukup Terima

19 0,62 Sedang 0,47 Cukup Terima

20 0,68 Sedang 0,43 Cukup Terima

21 0,59 Sedang 0,49 Cukup Terima

22 0,67 Sedang 0,59 Cukup Terima

Keterangan :

Terima *=Ada perbaikan option jawaban soal.

I. Teknik Pengumpulan Data

Untuk instrumen butir soal dan kuesioner sikap, pengumpulan data dilakukan dua

kali yakni pada saat pretest dan pada saat posttest.

J. Pengolahan dan Analisis Data

1. Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Inquiry lab

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

36

Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dengan melakukan observasi keterlaksanaan sintaks, peneliti dapat mengaitkan hasil

pencapaian literasi atau sikap ilmiah siswa dengan kegiatan yang dilakukan selama

pembelajaran inquiry lab. Spesifikasi keterlaksanaan dengan deskriptor tiap sintaks

(dapat dilihat pada lampiran B.1).

a. Menghitung persentasi skor yang diperoleh dengan rumus berikut :

Persen keterlaksanaan =

b. Menentukan kategori keterlaksanaan model pembelajaran berdasarkan

Tabel berikut :

Berikut adalah kategori hasil keterlaksanaan sintaks:

Tabel 3.10 Kategori Keterlaksanaan Sintaks

Rentang Indeks Keterangan

85-100 Sangat baik

70-85 Baik

55-70 Cukup

40-55 Kurang

0-40 Sangat Kurang

(Sumber : Rupilu, 2012)

2. Pengolahan Data Tes Kemampuan Literasi Sains (Pretest dan Postest)

a. Menghitung skor yang diperoleh siswa

b. Melakukan perhitungan nilai siswa yang dihitung dengan menggunakan

rumus :

N =

ko m k im l

c. Melakukan uji statistika

1) Uji Prasyarat

Uji prasyarat merupakan uji awal yang akan menentukan apakah

hipotesis akan dilakukan melalui uji statistik parametrik ataukah

nonparametric (Sudjana, 2005). Uji prasayarat ini terdiri atas dua bagian

yakni uji normalitas dan uji homogenitas, dengan kriteria pengambilan

keputusan adalah jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima, jika

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

37

Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak. Kedua uji ini akan dilakukan

melalui software statistik SPSS 16.0 multilanguage.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut

berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi

syarat untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik.

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui homogen atau tidaknya data

kedua sampel. Apabila kesimpulan menunjukkan kelas data homogen, maka

data berasal dari populasi yang sama dan layak untuk diuji statistik parametrik.

2) Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang dilakukan yakni melalui uji dua rata-rata serta

membandingkan gain yang diperoleh pada kelas kontrol dengan eksperimen.

Jenis uji dua rata-rata yang digunakan bergantung kep d juml h mpel, jik ≥

30 dan data berdistribusi normal maka dilakukan uji parametrik yaitu uji t

independen, namun jika data tidak berdistribusi normal maka dilakkan uji Mann-

Whitney. (Sudjana, 2005). Hipotesis dalam pengujian berikut ini adalah : H0 =

tidak terdapat perbedaan yang signifikan

Tingkat signifikansi (Level of Significant) yang digunakan dalam penelitian

ini adalah α = 0.05, artinya kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan

mempunyai probabilitas 95% atau toleransi kemelesetan 5%, tingkat signifikansi

α = 0.05 sudah lazim digunakan karena dinilai cukup ketat untuk mewakili

perbedaan antara variabel-variabel yang diuji.

Menghitung nilai N-gain dengan rumus : <g> =

Keterangan :

<g> : N-gain T2 : nilai posttest

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

38

Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

T1 : nilai pretest Is : skor maksimal

Tabel 3.11 Kriteria N-gain

Rentang Kriteria

g ≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≥ g ≥ 0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

(Hake, 1999)

1. Pengolahan Data Tes Sikap Ilmiah

Analisis kuesioner sikap ilmiah menggunakan skala Likert-5. Berikut adalah skor

yang akan diberikan pada tiap tipe jawaban, sesuai dengan orientasi jawaban yang

diharapkan :

Tabel. 3.12. Cara Pemberian Skor Kuesioner Sikap Ilmiah

Jawaban Responden Soal Berorientasi Jawaban

Positif1)

Soal Berorientasi Jawaban

Negatif 2)

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-ragu 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

Keterangan:

1) Soal berorientasi jawaban positif : soal yang diharapkan agar responden menjawab dengan jawaban

berorientasi positif

2) Soal berorientasi jawaban negatif : soal yang diharapkan agar responden menjawab dengan jawaban

berorientasi negatif

Tabel 3.13. Kategori Persentase Sikap Ilmiah Siswa

Persentase Predikat

86 – 100 % Sangat Baik

75 – 85 % Baik

60 – 74 % Cukup

55 – 59 % Kurang

≤ 54 % Kurang Sekali

(Purwanto, 2009)

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

39

Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

K. Alur Penelitian

Alur Penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Perumusan Masalah

Penyususan Instrumen

Penelitian

Studi Pendahuluan Studi Literatur

Seminar Proposal

Judgment Instrumen

Uji Coba Instrumen

Revisi Instrumen Penelitian

Pretest Pada Kelas Eksperimen Pretest Pada Kelas Kontrol

Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Inquiry Lab

Postest Pada Kelas Kontrol Postest Pada Kelas Eksperimen

Analisis Data dan Judgment Hasil

Kesimpulan

Penyusunan Laporan

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasionalrepository.upi.edu/1561/6/S_BIO_0900760_CHAPTER3.pdf25 Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan

40

Wiwin Kurniasih, 2013 Pengaruh Pembelajaran Inquiry Lab Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian