bab iii metode penelitianrepository.upi.edu/12858/6/t_psr_1201583_chapter3.pdf · kota/kode pos :...

38
Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan metode penelitian yang penyajiannya diklasifikasikan menjadi tiga bagian dan terdiri dari beberapa komponen. Bagian pertama memaparkan tentang subjek dan lokasi penelitian, bagian kedua menjabarkan tentang definisi operasional, desain penelitian dan metode penelitian, dan bagian ketiga dijelaskan mengenai instrumen penelitian dan pengembangan instumen, termasuk teknik pengumpulan dan analisis data. A. Subyek dan Lokasi Penelitian Subjek dan lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini disesuaikan dengan tuntutan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagaimana yang diungkapkan pada bab sebelumnya. Adapun uraian mengenai subjek dan lokasi penelitian adalah sebagai berikut: 1. Subjek Penelitian Subjek dan sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas X yang diambil secara acak satu kelas dari 9 kelas yang ada di SM N 8 Cirebon, yakni kelas X7 semester II sebanyak 25 orang siswa, laki-laki 10 orang dan perempuan 15 orang. Subjek penelitian tersebut dipilih berdasarkan hasil identifikasi masalah yang berkaitan dengan pembelajaran musik, khususnya kepekaan pada laras. 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Kampus SMA N 8 Cirebon. Adapun identitas dari lokasi penelitian tersebut akan diuraikan sebagai berikut. a. Nama Sekolah : SMA Negeri 8 Cirebon b. Nomor Identitas Sekolah : 300080 / 202222166 c. Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 30.1.02.63.04.029 d. Alamat Lengkap Sekolah : Jl. Pronggol Pegambiran

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Pada bab ini akan dipaparkan metode penelitian yang penyajiannya

    diklasifikasikan menjadi tiga bagian dan terdiri dari beberapa komponen. Bagian

    pertama memaparkan tentang subjek dan lokasi penelitian, bagian kedua

    menjabarkan tentang definisi operasional, desain penelitian dan metode penelitian,

    dan bagian ketiga dijelaskan mengenai instrumen penelitian dan pengembangan

    instumen, termasuk teknik pengumpulan dan analisis data.

    A. Subyek dan Lokasi Penelitian

    Subjek dan lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini disesuaikan

    dengan tuntutan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagaimana

    yang diungkapkan pada bab sebelumnya. Adapun uraian mengenai subjek dan

    lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

    1. Subjek Penelitian

    Subjek dan sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas X yang diambil

    secara acak satu kelas dari 9 kelas yang ada di SM N 8 Cirebon, yakni kelas X7

    semester II sebanyak 25 orang siswa, laki-laki 10 orang dan perempuan 15 orang.

    Subjek penelitian tersebut dipilih berdasarkan hasil identifikasi masalah yang

    berkaitan dengan pembelajaran musik, khususnya kepekaan pada laras.

    2. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian dilaksanakan di Kampus SMA N 8 Cirebon. Adapun

    identitas dari lokasi penelitian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

    a. Nama Sekolah : SMA Negeri 8 Cirebon

    b. Nomor Identitas Sekolah : 300080 / 202222166

    c. Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 30.1.02.63.04.029

    d. Alamat Lengkap Sekolah : Jl. Pronggol Pegambiran

  • 46

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Kelurahan/Kecamatan : Pegambiran/Lemahwungkuk

    Kota/Kode pos : Cirebon/45113

    e. Telp. & Fax : (0231) 234629

    f. E-mail : [email protected]

    g. Status Sekolah : Negeri

    h. Nomor SK Pendirian Sekolah : 0313 / 0 / 1993

    i. Tahun Berdirinya Sekolah : 23 Agustus 1993

    j. Luas tanah/Luas Bangunan : 6000 m2

    k. Status Tanah dan Bangunan : Milik Sendiri

    l. Status Akreditasi/Tahun : Nilai A/2013

    m. Visi

    Teladan dalam Budi Pekerti, Kreatif, Terampil, Bersaing dalam Mutu

    dan Berbudaya Lingkungan

    n. Misi

    1). Membudayakan Sikap 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun)

    2). Mengembangkan potensi siswa melalui kegiatan kurikuler dan

    ekstrakurikuler.

    3). Menjalin keharmonisan masyarakat sekolah, stakeholder untuk mendukung

    kemajuan dan kemandirian sekolah.

    Pemilihan lokasi tersebut di atas diambil dengan beberapa pertimbangan, di

    antaranya:

    a. Peneliti merupakan pengajar di sekolah tersebut, sehingga situasi tersebut

    mendukung aktivitas dan mobilitas penelitian.

    b. Materi Pupuh sudah pernah diajarkan di SMA Negeri 8 namun perlu dilakukan

    perbaikan.

    c. Siswa cukup kondusif dan antusias untuk mengikuti pembelajaran, namun

    mendapat kesulitan dalam kemampuan kepekaan terhadap laras, sehingga

  • 47

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    perlu adanya alternatif strategi yang diterapkan guru untuk meningkatkan

    kepekaan laras.

    Gambar 3.1: Peta lokasi SMA N 8 Kota Cirebon

    Sumber: Gambar peta rencana Struktur Tata Ruang Kota Cirebon

    tahun 2010-2030

    B. Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

    perumusan dan penyatupaduan beberapa konsep penelitian tindakan yang terdapat

    dalam buku Action Research (Metler, 2011) dan buku Metode Penelitian

    Tindakan Kelas (Wiriaatmadja: 2005). Dari kedua buku tersebut, peneliti

    menemukan beberapa konsep yang sesuai dengan penelitian tindakan pada

    pembelajaran pupuh sekar ageung berbasis saintifik. Konsep-konsep tersebut di

    antaranya konsep penelitian tindakan Mills, Piggot dan Irvine, dan Kemmis dan

    McTaggart.

    Dari beberapa konsep penelitian tindakan tersebut di atas, peneliti

    mengadaptasi desain yang relevan untuk diterapkan pada penelitian tindakan

    pembelajaran pupuh yang bertujuan untuk mendeskripsikan desain pembelajaran

  • 48

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    pupuh sekar ageung berbasis saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras,

    implementasi pembelajaran pupuh sekar ageung berbasis saintifik untuk

    meningkatkan kepekaan laras, dan hasil implementasi pembelajaran pupuh sekar

    ageung berbasis saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras yang diterapkan di

    SMA N 8 Cirebon.

    Mills (2011) dalam Mertler (2011, hlm. 23). mengungkapkan bahwa

    model-model penelitian tindakan berawal dengan sebuah permasalahan atau tema

    utama. Model-model tersebut meliputi observasi atau pengawasan terhadap

    praktik yang sudah berjalan, diikuti oleh pengumpulan dan sintesis informasi

    dengan data. Terakhir, tindakan tertentu diambil, yang kemudian berfungsi

    sebagai landasan bagi tahap penelitian tindakan berikutnya. Oleh karena kegiatan

    action research selalu dinamis, berkembang dan berkelanjutan, maka langkah-

    langkah dalam penelitian action research selalu digambarkan dalam pola spiral

    dengan beberapa siklus.

    Adapun skema spiral action research yang menggambarkan desain alur

    penelitian pembelajaran pupuh sekar ageung berbasis saintifik yang dihasilkan

    dari pengadaptasian beberapa konsep desain penelitian Sebagaimana telah

    dijelaskan pada bagian sebelumnya dapat dicermati pada skema bagan 3.1 berikut

    ini:

    Analisis

    Pelaksanaan

    Observasi

    Belum

    selesai

    Masalah Identifikasi dan Rumusan

    Masalah

    Hipotesis

    Tindakan

    Planing

    Mengolah Dan

    Menafsir Data

  • 49

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Bagan:3.1

    Siklus Spiral Action Research

    Diadaptasi dari model Piggot-Irvine dalam Mertler, 2011, hlm. 30

    (Sumber :Madya dalam Budiman 2012, hlm. 61)

    Secara garis besar, siklus penelitian tindakan yang disusun oleh peneliti

    dapat dipetakan menjadi 2 bagian, yakni: 1) pra-siklus yang berkaitan dengan

    tahapan studi pendahuluan, dan identifikasi masalah 2) siklus pelaksanaan

    pembelajaran pupuh sekar ageung berbasis saintifik untuk meningkatkan

    kepekaan laras.

    1. Tahap Pra-Siklus

    Tahap pra-siklus dalam spiral action research model pembelajaran pupuh

    adalah tahap awal yang dapat menggambarkan tentang analisis situasi

    pembelajaran seni budaya yang sudah dan sedang berlangsung pada saat ini di

    SMA N 8 Cirebon. Dalam penelitian pendahuluan, peneliti mengidentifikasi

    tentang kondisi objektif SMA N 8 Cirebon, terutama realitas pembelajaran seni

    budaya yang telah berlangsung di sekolah tersebut yaitu gejala-gejala kelemahan

    dan kekurangan pembelajaran seni budaya dan juga potensi yang dimiliki oleh

    SMA N 8 Cirebon untuk meningkatkan proses pembelajaran yang lebih baik.

    Kedua hal itu penting sebagai bahan acuan dalam rangka menyusun rancangan

    pembelajaran yang dapat menjawab pertanyaan penelitian.

    Data yang berkaitan dengan kondisi objektif data yang berkaitan dengan

    kondisi objektif SMA N 8 Cirebon yang diperoleh pada tahap pra-siklus dapat

    dibagi menjadi 2 kategori sebagai berikut:

    a. Kondisi objektif yang merupakan keunggulan SMA N 8 Cirebon.

    MELAPORKAN

  • 50

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    1). SMA N 8 Cirebon berada di daerah Cirebon yang merupakan suatu kota

    pesisir utara Jawa yang secara administratif terletak di timur laut propinsi

    Jawa Barat berbatasan dengan propinsi Jawa Tengah. Kota ini telah

    dikenal sebagai kota perdagangan di awal abad ke-16 (Nina L. Lubis,

    2000). Secara budaya, daerah Cirebon meliputi wilayah-wilayah bagian

    Selatan seperti Kabupaten Kuningan dan Majalengka, bagian Barat seperti

    Gegesik, dan Indramayu, Banten, dan bahkan wilayah bagian Timur

    seperti Brebes di Jawa Tengah.

    Cirebon memiliki banyak keunikan, baik bahasa maupun budayanya.

    Keunikannya menjadi ciri khas dari kota yang terkenal dengan Kota

    Udang ini. Bahasa yang digunakan bukan Sunda, juga bukan Jawa, tetapi

    bahasa Cirebon. Budaya dan kesenian tradisonal yang dimiliki Cirebon

    pun sangat beragam. Berdasarkan informasi data dari Dinas Pariwisata

    dalam buku Deskripsi Kesenian Daerah Cirebon, yang di terbitkan oleh

    Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemuda Dan olah Raga Kabupaten

    CirebonTahun 2009, Cirebon memiliki 35 jenis kesenian, baik Seni

    Karawitan, Seni Teater, Seni Pedalangan, Seni Musik, Seni Tari, Seni

    sastra, Seni Rupa, dan Seni Pertunjukkan Rakyat. Masing-masing jenis

    kesenian ini tentunya memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri.

    2). Sarana dan pra-sarana yang dimiliki SMA N 8 Cirebon termasuk cukup

    lengkap.

    b. Kondisi objektif yang merupakan kelemahan SMA N 8 Cirebon.

    1) Metode pembelajaran yang diberikan oleh guru pengajar mata pelajaran

    seni budaya masih berorientasi pada aspek teoritis dan kurang mengasah

    kompetensi musikal siswa.

    2) Materi pembelajaran belum banyak mengangkat seni tradisional dan

    kurang memiliki keseimbangan pada setiap dimensi pencapaian

    kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa,

  • 51

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    3) Sumber belajar seni yang masih terbatas.

    Setelah peneliti dapat mengidentifikasi kondisi objektif dan realitas proses

    pembelajaran seni musik yang telah dan sedang berlangsung di SMA N 8

    Cirebon, langkah berikutnya adalah analisis komparasi antara kondisi objektif

    pembelajaran seni musik di sekolah tersebut dan kondisi ideal pembelajaran yang

    seharusnya dilaksanakan untuk mencapai kualitas pembelajaran yang lebih baik.

    Kondisi ideal pembelajaran diperoleh melalui kajian yang mendalam terhadap

    teori-teori pembelajaran seni musik yang dapat meningkatkan kompotensi musikal

    siswa.

    Bagan 3.2: Studi Pendahuluan Pada Tahap pra-Siklus

    Pada bagan 3.2 di atas, dapat dilihat bahwa alur skema pada tahap pra-

    siklus adalah Penyusunan desain penelitian berdasarkan temuan dan kajian

    analitis dari hasil identifikasi kondisi objektif yang disesuaikan dengan kondisi

    ideal, dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran

    seni musik di SMAN 8 Cirebon.

    Kondisi Objektif Kondisi Ideal

    Desain Penelitian

    Tahap pra-Siklus Studi Pendahuluan

    Pembelajaran

    Seni Musik

  • 52

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Melalui kajian mendalam pada tahap pra-siklus, peneliti dapat menemukan

    formulasi yang tepat untuk merancang pembelajaran pupuh sekar ageung berbasis

    saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras. Jika sampai tahap akhir yaitu tahap

    refleksi, peneliti belum menemukan data yang mendukung kondisi ideal, maka

    peneliti dapat kembali pada tahap perancangan sampai kemudian dapat

    menemukan desain pembelajaran yang selanjutnya diterapkan pada siklus kedua.

    Hal-hal yang terkait dengan tahap studi pendahuluan dijabarkan menjadi

    beberapa poin utama sebagai berikut:

    a. Mengamati berbagai gejala yang terjadi di dalam proses pembelajaran seni

    musik di SMA N 8 khususnya kelas X kaitannya dengan pembelajaran pupuh

    yang dapat meningkatkan kepekaan laras.

    b. Mengidentifikasi masalah, dari hasil pengamatan pembelajaran.

    Penelitian ini, menggunakan penelitian Action Research, untuk mengetahui

    Pembelajaran Pupuh sekar ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik dapat

    Meningkatkan Kepekaan Laras Pada Siswa Kelas X Di SMA N 8 Cirebon

    berdasarkan identifikasi masalah:

    Tabel 3.1

    Identifikasi Masalah

    Sekolah SMA Negeri 8 Cirebon

    Tahun Pelajaran 2013/2014

    Kelas X 7(Sepuluh)

    Mata Pelajaran Seni Budaya

    KD 3.2.Menganalisis karya musik

    berdasarkan simbol, jenis nilai

    estetis dan fungsinya

    Tindakan Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung

    Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik

  • 53

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Apa masalah yang akan dipecahkan

    atau apa yang akan ditingkatkan?

    Kepekaan Laras

    Apa tindakan yang akan dilakukan? Implementasi Pembelajaran Pupuh

    Sekar ageung raehan Berbasis

    Pendekatan Saintifik

    Siapa yang akan dikenai tindakan

    tersebut?

    Siswa kelas X SMA Negeri 8 Cirebon

    Rumusan Judul

    Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk

    Meningkatkan Kepekaan Laras

    c. Menyusun rancangan proposal penelitian sebagai salah satu langkah awal dari

    persiapan penelitian lapangan

    d. Menghadapi seminar proposal penelitian di Sekolah Pascasarjana Universitas

    Penididikan Indonesia (SPs UPI) Bandung;

    e. Menyiapkan perlengkapan penelitian, seperti perangkat pedoman wawancara,

    pedoman observasi, kuisioner dan pedoman penilaian dokumen serta peralatan

    teknis lainnya yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan penelitian lapangan.

    2. Tahap Siklus Pelaksanaan

    Siklus pelaksanaan merupakan implementasi rancangan pembelajaran

    pupuh sekar ageung berbasis pendekatan saintifik yang telah disusun pada pra-

    siklus sebelumnya. Siklus pelaksanaan ini terdiri dari dua Siklus, berikut ini

    bagan siklus penelitian:

  • 54

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tahap Pra

    siklus

    Tahap 1

    Proses

    Pengenalan

    Tahap II

    Proses

    Pendalaman

    1. Melakukan studi pendahuluan (Observasi awal)

    2. Menentukan objek penelitian

    3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah

    4. Menyusun perangkat pembelajaran; Silabus dan Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP)

    Proses Pembelajaran Pengenalan 1. Kegiatan belajar 1 mengapresiasi lagu pupuh sekar ageung

    raehan

    2. Kegiatan Belajar 2 menganalisis lagu pupuh sekar ageung raehan

    melalui lima tahapan: Mengamati, Menanya, Mencari

    nformasi/mencoba, Mengasosiasi dan mengkomunikasikan.

    Proses Pembelajaran Pendalaman 1. Kegiatan belajar 1 mengapresiasi lagu pupuh asmarandana

    laras salendro dan pupuh asmarandana laras pelog degung

    2. Kegiatan Belajar 2 berlatih menyanyikan lagu pupuh asmarandana laras salendro dan pupuh asmarandana laras

    pelog degung

    3. Kegiatan Pembelajaran 3 menganalisa, perbedaan laras salendro dengan laras pelog degung

    4. Kegiatan pembelajaran 4 tampil menyanyikan lagu pupuh asmarandana laras salendro dan laras pelog degung

    5. Kegiatan pembelajaran 5 Mempresentasikan hasil analisis perbedaan laras salendro dengan laras pelog degung.

    melalui lima tahapan: Mengamati, Menanya, Mencari

    informasi/mencoba, Mengasosiasi dan Mengkomunikasikan

  • 55

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    a. Plan/Perencanaan

    Penyusunan rencana pembelajaran yang mengacu pada kurikulum 2013.

    Analisis dan pengembangan silabus yang meliputi analisis kesesuaian Kompetensi

    Inti (KI), analisis kesesuaian Kompetensi Dasar (KD), penentuan materi dan

    media pembelajaran, penentuan sumber, alat dan bahan pembelajaran, penentuan

    tujuan, ruang lingkup, kegiatan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran,

    penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan

    saintifik, pengelolaan kelas, penyiapan sarana pra-sarana, materi, dan media

    pembelajaran.

    Proses penyusunan komponen pembelajaran, berpijak pada beberapa hal,

    diantaranya adalah;

    1) Rancangan Perangkat Pembelajaran

    Tahap III

    Proses

    Pendalaman

    Proses Pembelajaran Pendalaman 1. Kegiatan belajar 1 mengapresiasi lagu pupuh asmarandana

    laras salendro dan pupuh asmarandana laras pelog degung

    2. Kegiatan belajar 2 menganalisis aturan pupuh asmarandana, yakni: guru lagu, guru wilangan, jumlah baris dan watak

    pupuh

    3. Kegiatan 3 mencoba membuat syair pupuh asmarandana menggunakan bahasa Cirebon sesuai dengan guru lagu, guru

    wilangan, jumlah baris dan watak pupuh.

    4. Kegiatan 4 berlatih menyanyikan syair pupuh asmarandana hasil buatan siswa dengan menggunakan laras salendro atau

    laras pelog degung

    5. Kegiatan pembelajaran 5 tampil menyanyikan syair pupuh asmarandana hasil buatan siswa dengan menggunakan laras

    salendro atau laras pelog dlaras salendro dan laras pelog

    degung di depan kelas.

    Melalui lima tahapan: Mengamati, Menanya, Mencari

    informasi/mencoba, Mengasosiasi dan Mengkomunikasikan.

  • 56

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Perangkat pembelajaran seni budaya untuk materi pembelajaran seni musik

    pada jenjang SMA harus disusun dalam rangka penerapan pembelajaran pupuh

    sekar ageung berbasis pendekatan saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras,

    terdiri dari :

    a) Penyusunan dan Analisis Silabus.

    Penyusunan silabus dalam konteks penerapan pembelajaran pupuh sekar

    ageung raehan berbasis saintifik ini, peneliti menganalisis silabus yang tercantum

    dalam standar isi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) lalu

    mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan dalam penyusunan rencana

    penerapan model pembelajaran tersebut. Proses yang dilakukan dalam

    penyusunan silabus ini diantaranya adalah: (1) analisis keterkaitan Kompetensi

    inti (KI), (2) analisis keterkaitan Kompetensi Dasar (KD), dan pemetaan standar

    isi.

    Kurikulum 20013 dalam proses pembelajaran Intrakurikuler didasarkan

    pada prinsip-prinsip:

    a. Proses pembelajaran di SMA/sederajat berdasarkan rencana pelaksanaan

    pembelajaran yang di kembangkan oleh guru.

    b. Proses pembelajaran siswa aktif untuk menguasa KD dan KI pada

    tingkat yang memuaskan.

    c. Proses pembelajaran dikembangkan atas karakteristik konten

    kompetensi yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan

    keterampilan (psikomotorik).

    d. Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmental

    dilaksanakan berkesinambungan dan saling memperkuat satu mata

    pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

    e. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa

    aktif melalui kegiatan mengamati (melihat, membaca, mendengarkan,

    menyimak), menanya (lisan/tulisan), menganalisis (menghubungkan,

    menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep),

  • 57

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    mengkomunikasikan (lisan, tulisan, gambar, grafik, tabel, chart, dan

    lain-lain).

    f. Pembelajaran remidial harus dilaksanakan untuk membantu peserta

    didik menguasai kompetensi yang masih kurang.

    g. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat

    formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remidial untuk

    memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan.

    Tabel: 3.2

    Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Seni Budaya Kelas X

    Seni Musik

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

    1. Menghayati dan mengamalkan

    ajaran agama yang dianutnya

    1.1 Menunjukkan sikap penghayatan

    dan pengamalan serta bangga

    terhadap seni musik sebagai bentuk

    rasa syukur terhadap anugrah

    Tuhan

  • 58

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

    2. Menghayati mengamalkan

    perilaku jujur, disiplin, tanggung

    jawab, peduli, (gotong royong,

    kerjasama, toleran, damai), santun

    responsif dan pro-aktif, dan

    menujukkan sikap sebagai

    bagaian dari solusi atas berbagai

    permasalahan dalam berinteraksi

    secara efektif dengan lingkungan

    sosial dan alam serta dalam

    menempatkan diri sebagai

    cerminan bangsa dalam pergaulan

    dunia

    2.1 Menunjukkan sikap kerjasam,

    bertanggung jawab, toleran, dan

    disiplin melalui aktivitas

    berkesenian

    2.2 Menunjukkan sikap santun, jujur,

    cinta damai, dalam mengapresiasi

    seni dan pembuatnya

    2.3 Menunjukkan sikap responsip dan

    pro-aktif, peduli terhadap

    lingkungan dan sesama, serta

    menghargai karya seni dan

    pembuatnya

    3. Memahami, menerapkan,

    menganalisis, pengetahuan faktual,

    konseptual, prosedural berdasarkan

    rasa keingintahuannya tentang ilmu

    pengtahuan, teknologi, seni,

    budaya, dan humaniora dengan

    wawasan kemanusiaan,

    kebangsaan, kenegaraan, dan

    peradaban terkait

    3.1 Memahami karya musik

    berdasarkan simbol, jenis nilai

    estetis, dan fungsinya

    3.2 Menganalisis karya musik

    berdasarkan simbol, jenis nilai

    estetis, dan fungsinya

    3.3 Memahami rancangan pergelaran

    musik

    3.4 Menganalisis karya-karya musik

    dan kegiatan pergelaran musik

    4. Mengolah, menalar, dan menyaji

    dalam ranah konkret dan ranah

    abstrak terkait dengan

    pengembangan dari yang

    dipelajarinya di sekolah secara

    4.1 Menyanyikan lagu-lagu

    berdasarkan jenisnya

    4.2 Menampilkan permainan musik

    berdasakan jenisnya

    4.3 Mempergelarkan musik dengan

  • 59

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

    mandiri, dan mampu menggunakan

    metode sesuai kaidah keilmuan

    memperhatikan nilai-nilai estetis

    4.4 Membuat tulisan tentang ragam

    musik dan lagu-lagunya

    (Sumber: Pusat Pengembangan Profesi Pendidik

    Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Dan

    Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2014)

    b) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    Setelah peneliti dapat membuat silabus pengembangan yang sesuai dengan

    model pembelajaran pupuh sekar ageung raehan berbasik kompetensi, langkah

    selanjutnya adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

    Beberapa hal yang terkait dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP) diantaranya ialah: (1) penentuan tujuan pembelajaran, (2) penentuan materi

    pembelajaran (rincian dari materi pokok), (3) metode pembelajaran, (4) media,

    alat dan sumber pembelajaran (5) penyusunan langkah-langkah kegiatan

    pembelajaran, dan (6) penilaian.

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dalam rangka

    pelaksanaan implementasi pembelajaran pupuh sekar ageung raehan berbasis

    pendekatan saintifik ini dibuat dua RPP untuk lima kali pertemuan. Berikut

    sintaksis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP 1, RPP 2 dan RPP 2 hasil

    refleksi

    Materi Lagu Pupuh Sekar Ageung Raehan

    Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk

    Meningkatkan Kepekaan Laras

    Apresiasi Lagu Pupuh Sekar Ageung raehan

    Analisis lagu pupuh oleh Siswa

    Pupuh

    Sinom

    Pupuh

    Asmarandana Pupuh

    Kinanti

    Pupuh

    Dangdanggula

  • 60

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Bagan: 3.4 Sintaks Rencana Pelakasanan Pembelajaran 1

    (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir)

    Bagan: 3.5 Sintaks Rencana Pelakasanan Pembelajaran 2

    (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir)

    Mendengarkan guru menyanyikan lagu

    Asmarandana untuk menganalisis aturan

    pupuh yakni: guru lagu, guru wilangan,

    jumlah baris dan watak pupuh.

    (Mengamati dan Menanya)

    Praktek membuat syair pupuh asmarandana menggunakan

    bahasa Cirebon sesuai dengan guru lagu, guru wilangan,

    jumlah baris dan watak pupuh kemudian berlatih

    menyanyikan syair yang dibuat oleh siswa

    (Mengumpulkan informasi dan Mengasosiasi)

    Tampil menyanyikan syair pupuh asmarandana yang dibuat

    oleh siswa dengan menggunakan laras salendro atau pelog

    degung di depan kelas,

    (Mengkomunikasikan)

    Mendengarkan guru menyanyikan contoh

    lagu pupuh asmarandana laras salendro

    dan laras pelog degung

    (Mengamati dan Menanya)

    Praktek menyanyikan lagu pupuh asmarandana yang berlaras

    salendro dan berlaras pelog degung dan Menganalisis

    perbedaan laras salendro dengan laras pelog degung

    (Mengumpulkan informasi dan Mengasosiasi)

    Tampil menyanyikan lagu pupuh asmarandana laras salendro

    dan laras pelog degung dan mpresentasikan hasil analisis

    perbedaan laras salendro dengan laras pelog degung

    (Mengkomunikasikan)

  • 61

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Bagan: 3.6 Sintaks Rencana Pelakasanan Pembelajaran 2 hasil refleksi

    (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir)

    c) Menentukan Tujuan Pembelajaran

    Tujuan pembelajaran yang akan dicapai dari model pembelajaran pupuh

    sekar ageung raehan berbasis pendekatan saintifik dalam pembelajaran seni

    musik ini dibagi kedalam dua garis besar, yaitu dampak instruksional dan dampak

    pengiring (nurturan effects).

    Dampak instruksionalnya adalah, apresiasi seni dan pemahaman terhadap

    suatu nilai dan konsep pembelajaran pupuh sekar ageung berbasis pendekatan

    saintifik, kemampuan menganalisa dan tumbuhnya kepekaan musikal, terutama

    kepekaan terhadap laras.

    Sedangkan dampak pengiring yang diharapkan pembelajaran pupuh sekar

    ageung raehan berbasis pendekatan saintifik dalam pembelajaran seni musik

    adalah, dapat terbentuknya kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bertanggung

    jawab serta bekerja sama dalam pribadi setiap siswa.

    d) Ruang Lingkup Pembelajaran

    Mengingat kompleksnya mata pelajaran seni budaya yang meliputi bidang

    seni rupa, seni musik, seni tari, seni teater, maka model pembelajaran yang

    dikembangkan dibatasi lingkupnya sebagai berikut: (1) hanya mencakup satu

    semester yakni semester genap (semester II untuk tingkat X) tahun pelajaran

    2013/2014 sejalan dengan tahun ajaran di mana kegiatan penelitian ini

    berlangsung; (2) Tidak semua bidang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar

    (KD) dikembangkan secara utuh diseluruh kelas, namun hanya dipilih bidang seni

    musik dengan mempertimbangkan aspek representasi dan pemerataan, materi

    pembelajaran pupuh sekar ageung berbasis pendekatan saintifik sebagai basis dari

  • 62

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    penelitian ini akan disesuaikan dengan tuntutan pencapaian Kompetensi Inti (KI)

    dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam struktur kurikulum seni budaya

    untuk Sekolah menengaj atas (SMA).

    e) Kegiatan Belajar

    Kegiatan pembelajaran ditentukan dari kompentensi Inti dan kompetensi

    dasar pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Berdasarkan silabus tersebut

    dapat ditentukan indikator, materi pokok pembelajaran dan kegiatan

    pembelajarannya. Dalam menentukan rancangan kegiatan pembelajaran ini,

    peneliti perlu dengan cermat mencari keselarasan antara kegiatan pembelajaran

    dalam konteks materi pembelajaran pupuh sekar ageung raehan berbasis

    pendekatan saintifik sebagaimana disampaikan pada Bab II yakni kajian teoretis,

    dan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan kurikulum yang telah

    diatur dalam kurikulum nasional. Namun demikian, telah diutarakan sebelumnya

    bahwa dalam Kurikulum 2013 setiap guru diperbolehkan untuk mengembangkan

    kurikulumnya masing-masing tetapi masih dalam koridor pendekatan saintifik,

    sehingga proses kegiatan belajar dalam penelitian ini meliputi 2 tahap

    pembelajaran yakni Tahap 1: pengenalan dengan melalui lima kegiatan

    pembelajaran, yaitu; mengamati, menanya, mengumpulkan infornasi/mencoba,

    menganalisis,dan mengkomunikasikan. Tahap 2: Pendalaman dengan melalui

    lima kegiatan pembelajaran, yaitu; mengamati, menanya, mengumpulkan

    infornasi/mencoba, menganalisis, dan mengkomunikasikan.

    Tahap Pengenalan: Apresiasi dan Analisis Lagu Pupuh Sekar Ageng Raehan

    berbasis pendekatan saintifik

    1) Kegiatan belajar mengamati, merupakan kegiatan belajar yang dilakukan

    dengan cara mendengarkan dan menyimak contoh audio CD track 1, 2, 3 dan

    4: Lagu Pupuh Asmarandana, lagu Pupuh Sinom, Lagu pupuh Kinanti, dan

    lagu pupuh Dangdangguala untuk kemudian dianalisis sebagai stimulus

  • 63

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    menumbuhkan dan mengasah kepekaan musikal siswa, khususnya kepekaan

    terhadap laras.

    2) Kegiatan belajar menanya, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa

    untuk mendapatkan Informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati yakni

    contoh-contoh audio pupuh atau Informasi tambahan tentang apa yang diamati.

    Kegiatan ini bersifat faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik

    dengan tujuan untuk melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

    3) Kegiatan belajar mengumpulkan informasi, ialah kegiatan lanjutan dari tahap

    kegiatan menanya, pada tahap ini siswa dapat mengidentifikasi dan

    mengembangkan data temuan dari hasil pengamatan dan pengumpulan

    informasi tentang pupuh sekar ageung raehan melalui membaca sumber lain

    selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/aktivitas atau memalui wawancara

    dengan narasumber. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan sikap teliti,

    jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

    menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang

    dipelajari.

    4) Kegiatan pembelajaran mengasosiasikan/mengolah informasi, ialah kegiatan

    yang dilakukan untuk mengolah informasi mengenai pupuh sekar ageung

    raehan yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

    mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan

    kegiatan mengumpulkan informasi melalui diskusi. Kegiatan ini bersifat

    menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang

    bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang

    berbeda sampai kepada yang bertentangan. Tujuannya adalah untuk

    mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,

    kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta

    deduktif dalam menyimpulkan.

    5. Kegiatan pembelajaran mengkomunikasikan, ialah kegiatan menyampaikan

    hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,

  • 64

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    atau media lainnya, dengan tujuan untuk mengembangkan sikap jujur, teliti,

    toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan

    singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan

    benar.

    Tahap Pendalaman: Menyanyikan Lagu Pupuh Laras Salendro dan Laras

    Pelog Degung dan Presentasi perbedaan laras pelog dengan laras salendro

    1. Kegiatan belajar mengamati pada tahap pengenalan, merupakan kegiatan

    belajar yang dilakukan untuk lebih merasakan adanya perbedaan laras dengan

    cara mendengarkan dan menyimak: Lagu Pupuh Asmarandana yang berlaras

    Salendro dengan Pupuh Asmarandana yang Berlaras Pelog degung, dan

    mendengarkan/menyimak lagu Leuleui yang notasi lagu dan syairnya sama

    tetapi berbeda laras untuk kemudian dianalisis perbedaan rasa laras sebagai

    stimulus menumbuhkan dan mengasah kepekaan musikal siswa, khususnya

    kepekaan terhadap laras.

    2. Kegiatan belajar menanya, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa

    untuk mendapatkan Informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati yakni

    contoh-contoh audio pupuh atau Informasi tambahan tentang apa yang diamati.

    Kegiatan ini bersifat faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik

    dengan tujuan untuk melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

    3. Kegiatan belajar mencoba menyanyikan lagu pupuh asmarandana yang

    berlaras salendro dan pupuh asmarandana yang berlaras pelog, ialah kegiatan

    lanjutan dari tahap kegiatan menanya, pada tahap ini siswa dapat mencoba

    menyanyikan kemudian melakukan identifikasi perbedaan rasa laras salendro

    dengan laras pelog degung.

    4. Kegiatan pembelajaran mengasosiasikan/mengolah informasi, ialah kegiatan

    yang dilakukan untuk mengolah informasi mengenai perbedaan laras salendro

    dengan laras pelog degung pada lagu pupuh asmarandana yang dikumpulkan

    melalui kegiatan latihan menyanyikan kedua laras tersebut. Kegiatan ini

  • 65

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    bersifat menambah keluasan dan kedalaman kepekaan musikal terhadap laras

    salendro dan laras pelog. Tujuannya adalah untuk mengembangkan sikap

    jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur

    dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

    5. Kegiatan pembelajaran mengkomunikasikan, ialah kegiatan menyampaikan

    hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,

    atau media lainnya dan menyajikan lagu pupuh asmarandana yang berlaras

    salendro dan berlaras pelog degung di depan kelas, dengan tujuan untuk

    mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,

    mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan

    kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

    1). Perencanaan tahap pengenalan: Apresiasi dan Analisis lagu pupuh sekar

    ageung melalui pendekatan saintifik dengan tahapan pembelajaran

    mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi,

    dan mengkomunikasikan.

    Secara garis besar, proses pembelajaran yang dilaksanakan pada tahap

    mengamati ini dapat dibagi menjadi dua kegiatan inti yang terdiri dari: 1) kegiatan

    belajar siswa dalam mendengarkan dan menyimak contoh audio CD lagu pupuh

    Sekar ageung raehan, dan 2) kegiatan diskusi kelompok yang membahas tentang

    beberapa hal, yakni: analisis musikal audio CD lagu-lagu pupuh Sekar ageung

    raehan yang telah didengarkan dan disimak. Mendengarkan dan menyimak Audio

    CD lagu pupuh sekar ageung raehan dimaksudkan agar siswa dapat memahami

    dan melatih kepekan musikal pengamatan secara audio.

    Bentuk stimulus dalam kegiatan apresiasi dan analisis ini adalah audio CD

    lagu pupuh asmarandana, sinom, kinanti dan dangdanggula. Kemudian mereka

    menganalis berdasarkan 5 pertanyaan yakni: (1). Dari daerah manakan lagu pupuh

    tersebut?, (2). Alat musik apa saja yang digunakan pada masing-masing lagu,

    jelaskan?. (3). Bagaimana dengan pembagian suara vokal pada penyajian lagu–

  • 66

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    lagu pupuh tersebut, (4). Apakah ada perubahan laras pada masing-masing lagu

    pupuh yang disajikan, jelaskan?, 5. Bagaimana bentuk lagu dan struktur penyajian

    lagu pupuh tersebut. Kegiatan ini melalui 5 tahapan yakni, mengamati, menanya,

    mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

    Tahap perencanaan pada kegiatan belajar mengapresiasi dan analisis lagu

    pupuh sekar ageung raehan ini terdiri dari beberapa hal, diantaranya adalah

    sebagai berikut:

    a) Penyusunan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang meliputi; (1)

    penentuan tujuan pembelajaran, (2) penentuan materi pembelajaran (rincian

    dari materi pokok), (3) metode pembelajaran, (4) media, alat dan sumber

    pembelajaran (5) penyusunan langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan (6)

    penilaian hasil pembelajaran.

    b) Penyusunan alat, bahan, dan media pembelajaran.

    Sarana pembelajaran pada tahap pengenalan ini dapat dilakukan didalam kelas,

    namun media penunjang pembelajaran dalam kegiatan mengapresiasi dan

    anlisis audio CD dibutuhkan fasilitas yang mendukung. Alat dan bahan

    tersebut diantaranya: in-focucus, speaker, dan laptop.

    c) Menyusun penilaian dan jenis penilaian untuk mengukur keterserapan materi

    pembelajaran apresiasi dan analisis, untuk mengevaluasi ketercapaian

    kompetensi siswa yang mencakup domain afektif, kognitif, dan psikomotorik.

    Penilaian yang dilakukan untuk dapat mengukur keberhasilan pembelajaran

    siswa pada tahap ini dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis penilaian

    diantaranya: penilaian sikap melalui lembar pengamatan, portofolio, dan

    melalui tanya jawab.

    d) Penyusunan sintaks pembelajaran untuk kegiatan mengapresiasi dan anlisis

    lagu pupuh sekar ageung raehan.

  • 67

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    2). Perencanaan tahap Pendalaman kepekaan laras dan pengalaman belajar

    siswa dalam menyanyikan lagu pupuh asmarandana laras salendro dan

    laras pelog degung.

    Tahapan siklus II: yakni pendalaman kepekaan laras dan kemampuan

    menyanyikan lagu pupuh yang berbeda laras melalui pendekatan saintifik.

    Kegiatan belajar dalam tahap pendalaman tersebut adalah aktivitas pembelajaran

    siswa dalam mengasah kepekaan terhadap laras salendro dan laras pelog degung

    melalui lagu pupuh asmarandana. Dengan demikian, pada kegiatan eksplorasi ini

    siswa didorong agar dapat melakukan percobaan dalam aktivitas pembelajaran

    yang aktif.

    Dalam tahap pendalaman ini, kemampuan kepekaan laras siswa

    berkembang karena melalui kegiatan eksploratif dan latihan menyanyikan lagu

    pupuh dengan laras yang berbeda, siswa dilatih untuk bisa membedakan laras

    salendro dengan laras pelog degung. Siswa dikembangkan potensi musikal dalam

    merasakan dan membedakan lasar tersebut. Kemudian hasil eksplorasinya

    disajikan dalam bentuk presentasi.

    Perencanaan yang dilakukan pada tahapan pendalaman dalam kegiatan

    belajar mengeksplorasi ide komposisi musik ini terdiri dari beberapa hal,

    diantaranya adalah sebagai berikut:

    a). Penyusunan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang meliputi; (1)

    penentuan tujuan pembelajaran, (2) penentuan materi pembelajaran (rincian

    dari materi pokok), (3) metode pembelajaran, (4) media, alat dan sumber

    pembelajaran (5) penyusunan langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan

    (6) penilaian hasil pembelajaran.

    b). Penyusunan alat, bahan, dan media pembelajaran.

    Sarana pembelajaran pada tahap pendalaman ini dapat dilakukan didalam

    kelas maupun di luar kelas.

  • 68

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    c). Menyusun penilaian dan jenis penilaian untuk mengukur keterserapan materi

    pembelajaran apresiasi dan analisis, untuk mengevaluasi ketercapaian

    kompetensi siswa yang mencakup domain afektif, kognitif, dan psikomotorik.

    Penilaian yang dilakukan untuk dapat mengukur keberhasilan pembelajaran

    siswa pada tahap ini dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis penilaian

    diantaranya: penilaian sikap melalui lembar pengamatan, portofolio, dan

    melalui tanya jawab.

    d). Penyusunan sintaks pembelajaran untuk kegiatan mengapresiasi dan anlisis

    lagu pupuh sekar ageung raehan.

    b. Tindakan

    Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada tahap ini dikategorikan sebagai

    pembelajaran yang mengacu kepekaan laras. Tahap ini merupakan tindakan

    implementasi perbaikan dan terdiri dari dua kegiatan utama pembelajaran, yaitu ;

    1) kegiatan mengapresiasi dan menganalisis Audio CD lagu pupuh sekar ageung

    raehan 2) kegiatan pendalaman kepekaan laras dengan mengeksplorasi dan

    latihan menyanyikan lagu pupuh dengan laras yang berbeda, siswa dilatih untuk

    bisa membedakan laras salendro dengan laras pelog degung. Siswa

    dikembangkan potensi musikal dalam merasakan dan membedakan laras tersebut.

    Kemudian hasil eksplorasinya disajikan dalam bentuk presentasi. Pemaparan dan

    pembahasan data tindakan pada siklus ini, ditulis pada Bab IV.

    c. Observasi

    Pengamatan terhadap tindakan yang telah dilakukan pada seluruh kegiatan

    pembelajaran. Setiap hal yang berlangsung pada saat proses pembelajaran

    berlangsung. Hasil temuan data pada siklus ini dipaparkan dan dibahas pada Bab

    IV.

    Plan/Perencanaan

  • 69

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Bagan 3.7 :Tindakan tahapan pembelajaran

    d. Refleksi

    Data yang diperoleh dari hasil pengamatan kemudian dianalisis dan dibahas

    secara kritis untuk menemukan kesimpulan terhadap seluruh kegiatan

    pembelajaran. Pada tahap refleksi ini, peneliti dapat menyimpulkan dan

    memutuskan adanya pengulangan siklus atau melanjutkan pada siklus akhir.

    Setelah semua target kegiatan pembelajaran pada tahap ini mencapai tujuan yang

    diharapkan, peneliti dapat melangkah ke siklus 2, namun jika dari hasil observasi

    dan refleksi implementasi tindakan pada siklus 2 masih belum mencapai target

    yang diharapkan, maka peneliti dapat merencanakan kembali tindakan yang

    diperlukan untuk memperbaiki hasil yang diperoleh.

    f. Evaluasi Pembelajaran

    Evaluasi yaitu penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan

    pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

    Dalam proses pembelajaran Pupuh sekar ageung raehan berbasis pendekatan

    saintifik, evaluasi pembelajaran dapat dilakukan melalui tiga cara, yakni; 1) self

    Proses Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan

    Berbasis Pendekatan saintifik Untuk

    Meningkatkan Kepekaan Laras Act/Tindakan Refleksi

    Observasi

    Tahap pengenalan

    Tahap pendalaman

  • 70

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    assessment yaitu penilaian untuk mengukur pencapaian hasil belajar yang

    dilakukan oleh diri sendiri (oleh siswa itu sendiri), atau dikenal dengan istilah

    evaluasi diri, 2) peer assessment, yaitu penilaian untuk mengukur pencapaian

    hasil belajar yang dilakukan oleh teman sekelas maupun rekan dalam satu

    kelompok siswa tersebut, 2) teacher assessment, penilaian untuk mengukur

    pencapaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru.

    Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan menggunakan beberapa format

    penilaian, diantaranya: penilaian skala sikap melalui pengamatan pada saat proses

    pembelajaran berlangsung, evaluasi diri, tes tulis dan lisan, dan penilaian unjuk

    kerja penambilan menyanyikan dan mempresentasikan hasil analisis.

    C. Metode Penelitian

    Sesuai dengan topik pada penelitian ini yaitu, mengenai Pembelajaran

    Pupuh sekar ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan

    Kepekaan Laras Pada Siswa Kelas X Di SMA N 8 Cirebon, peneliti akan

    menggunakan penelitian Action Research (penelitian Tindakan) dalam paradigma

    kualitatif. Alwasilah (2011:100) mengatakan, kekuatan paradigma kualitatif

    terletak pada induktive dan grounded, yang memang tidak sejalan dengan

    pendekatan atau desain terstruktur. Peneliti kualitatif befokus pada fenomena

    tertentu yang tidak memiliki generalizability dan comparalibity, tetapi memiliki

    internal validity dan contextual understanding. Pengertian tentang penelitian

    kualitatif lainnya diungkapkan oleh Bodgan dan Taylor dalam Moleong (2011:4-

    5), bahwa penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

    data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

    yang diamati. Kemudian Denzin dan Lincoln yang dikutip oleh Moleong,

    menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah peneltian yang menggunakan latar

    alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan

    dengan melibatkan berbagai metode yang ada. Dari beberapa definisi yang

    disampaikan tersebut Moleong menyimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah

  • 71

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

    oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-

    lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

    bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

    berbagai metode ilmiah.

    Dari definisi metode penelitian kualitatif di atas,maka pendekatan dalam

    penelitian ini yaitu penelitian tindakan (Action Research) yang merupakan salah

    satu model penelitian kualitatif. Menurut Sukmadinata (2011:140), penelitian

    tindakan merupakan suatu pencarian sistematika yang dilaksanakan oleh para

    pelaksana program dalam kegiatannya sendiri, dalam mengumpulkan data tentang

    pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian

    menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan. Ada empat

    aspek pokok dalam penelitian tindakan oleh Kemmis dkk, Burns, (dalam Madya,

    2011: 59) yaitu observasi, penyusunan rencana, tindakan, dan refleksi.

    a. Observasi dan pemantauan

    Observasi di sini dimaksudkan sebagai kegiatan untuk mengenali, merekam,

    dan mendokumentasikan semua gejala indikator proses dari hasil yang dicapai

    dalam pembelajaran, perubahan yang terjadi, baik yang ditimbulkan oleh tindakan

    terencana ataupun efek sampingnya. Pemantauan merupakan bagian dari evaluasi,

    tetapi lebih ditekankan pada; (1) seberapa jauh pelaksanaan intervensi sesuai

    dengan rencana yang telah tersusun sebelumnya; (2) seberapa jauh proses yang

    terjadi dapat diharapkan menuju sasaran yang diharapkan. Dengan pemantauan

    diharapkan gejala ketidakberhasilan atau kesalahan dalam rancangan tindakan

    dapat terdeteksi sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan modifikasi rancangan

    tindakan. Kegiatan observasi dan pemantuan dapat diteruskan menjadi evaluasi

    dalam arti yang lebih luas. Dalam evaluasi yang lebih luas ini peneliti

    mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi secara lebih seksama

    sehingga dapat diandalkan untuk membuat keputusan terhadap tindakan, antara

    lain keputusan tentang diteruskan tanpa perubahan, diteruskan dengan modifikasi,

  • 72

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    diganti dengan tindakan lain, atau dihentikan sama sekali. (3) Evaluasi yang baik

    adalah evaluasi yang dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan

    terhadap kesesuaian (kontingensi, konsistensi) antara aspek-aspek konteks, input,

    proses, dan produk. Evaluasi dimaksudkan juga untuk mengkaji kesepadanan

    (kongruensi) antara rencana tindakan dan pelaksanaan tindakan. Evaluasi

    memerlukan pendekatan yang tepat, misalnya bagian mana yang dievaluasi secara

    kuantitatif dan bagian mana secara kualitatif. Efektifitas, efisiensi, dan

    pemerataan biasanya menuntut indikator yang dapat didekati secara kuantitatif,

    sedangkan kecukupan memerlukan pendekatan subyektif kualitatif. Indikator

    pencapaian hasil atau dampak yang ditimbulkan oleh intervensi tindakan biasanya

    dapat diukur secara kuantitatif, sedangkan indikator proses atau mekanisme

    terjadinya perubahan diukur secara induktif kualitatif. (4) Sifat kepentingan yang

    memerlukan layanan informasi ikut menentukan sasaran, cara, dan waktu

    pelaksanaan evaluasi, akan tetapi tidak boleh ikut menentukan hasil evaluasi.

    Misalnya pemantauan implementasi, diharapkan dapat memberi informasi tentang

    seberapa jauh suatu rencana tindakan dapat diteruskan atau dimodifikasi, harus

    dilakukan secara lengkap sejak awal proses implementasi tersebut.

    b. Plan/Penyusunan Rencana

    Setelah didapat data yang cukup dan memadai dari hasil observasi,

    selanjutnya peneliti menyusun Plan (Rencana) untuk mengatasi berbagai

    persoalan dan mencari solusi atas berbagai permasalahan yang didapat dari

    langkah observasi sebelumnya. Rencana adalah tindakan yang tersusun, dengan

    kata lain di dalam rencana harus terdapat kemungkinan untuk ditindak lanjuti.

    Rencana harus mengenal tindakan yang terkadang tidak dapat diprediksi dan

    beresiko. Rencana umum harus cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan dampak

    yang tidak terlihat juga hambatan yang tidak dikenal.

    c. Act/Tindakan

  • 73

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Act/tindakan yang dimaksud disini adalah tindakan yang cermat dan

    terkendali. Tindakan yang diambil berdasarkan dari langkah perencanaan

    sebelumnya, dengan kata lain, tindakan tersebut dipandu oleh perencanaan dan

    harus mengacu pada rencana dan rasionalitasnya. Penerapan pembelajaran pupuh

    sekar ageung raehan yang dijadikan materi untuk meningkatkan kepekaan laras

    dilakukan pada saat ini, dengan demikian ketika langkah mengambil tindakan

    berlangsung, pada saat itu pula peneliti melakukan pengamatan.

    d. Refleksi

    Reflect (Refleksi) bisa diidentifikasikan sebagai tindakan mengeksplorasi

    perbuatan yang sudah dan sedang dilakukan secara kritis, alasan keputusannya,

    dan dampak-dampaknya. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk

    memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil perubahan yang

    terjadi sebagai akibat adanya intervensi tindakan. Refleksi juga sangat bermanfaat

    untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan peneliti dalam penelitian tindakan.

    Dengan refleksi ini para subyek sasaran yang terlibat dalam penelitian tindakan,

    mempunyai banyak kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kritisnya.

    D. Definisi Operasional

    Untuk menghindari penafsiran yang kurang tepat, penulis memberikan

    penjelasan istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini sesuai dengan judul

    penelitian PEMBELAJARAN PUPUH SEKAR AGEUNG RAEHAN

    BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN

    KEPEKAAN LARAS DI SMA NEGERI 8 CIREBON

    1. Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang sestematis dan

    sistemik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru)

    dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan

    suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta

    didik, baik di kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau

    tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan. Budiman (2013,

  • 74

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    hlm.14). Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses

    kegiatan pembelajaran pupuh sekar ageung raehan berbasis pendekatan

    saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras pada siswa kelas X SMA

    Negeri 8 Cirebon.

    2. Pupuh Sekar Ageung menurut Soepandi (1992, hlm. 5) merupakan

    kelompok pupuh yang terdiri dari 4 lagu pupuh yakni Pupuh Kinanti,

    Sinom, Asmarandan dan Dangdanggula disingkat KSAD. Disebut sekar

    ageung karena pupuh tersebut banyak dipergunakan dalam Tembang

    Sunda. Pengertian Pupuh menurut Soepandi (1985:3-4) “Arti pupuh

    adalah aturan-aturan atau patokan patokan puisi Jawa lama dalam

    punyusunan rumpaka sebagai sarana penampilan lagu-lagu tembang.

    Sedangkan istilah “raehan” berasal dari kata “raeh” (bahasa Sunda) yang

    berarti “menggubah”, setelah mendapat akhiran “an”, mengalami

    perubahan makna yang berarti merujuk pada hasil jenis kegiatan (proses

    kreatif) yang dilakukan seseorang. Dengan demikian, istilah pupuh raehan

    merupakan pupuh yang telah mengalami perubahan dengan cara digubah

    atau diaransemen.

    Pupuh raehan merupakan hasil kreativitas Yus Wiradiredja seorang tokoh

    seniman tembang Cianjuran. Pupuh raehan ini adalah pupuh kreasi yang

    merupakan perkembangan dari pupuh buhun, pengkembangannya ada

    pada waditra pengiring yang digunakan, dan pembagian suara pada

    beberapa bagian vokal.

    Pupuh Sekar Ageung Raehan digunakan sebagai materi pada pembelajaran

    pupuh berbasis pendekatan saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras

    pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Cirebon.

    3. Pendekatan Saintifik merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang

    mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan

    melalui metode ilmiah. Kegiatan pembelajaran saintifik dilakukan melalui

    proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,

  • 75

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Lima pengalaman belajar ini

    diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran, metode,

    teknik, maupun taktik yang digunakan. Pendekatan ini digunakan dalam

    Pembelajaran Pupuh sekar ageung raehan dengan tujuan untuk

    meningkatkan kepekaan laras.

    4. Laras yang dikenal oleh masyarakat Jawa terdiri dari dua laras, yakni

    laras Salendro dan laras Pelog, sedangkan laras yang dikenal oleh

    masyarakat Sunda terdiri dari laras salendro dan pelog degung. Mengapa

    istilahnya pelog degung?, karena pelog Sunda adalah degung. Hal ini

    disebabkan orang Sunda tidak mempunyai gamelan pelog seperti di Jawa,

    tetapi ada juga gamelan degung yang susunan nadanya mirip dengan pelog

    Jawa. adapun laras lain yang juga digunakan oleh seniman Sunda adalah

    laras madenda. Menurut Raden Machyar Angga Koesoemadinata laras

    madenda dan degung merupakan laras turunan dari laras salendro.

    Pendapat ini terbukti dengan adanya sajian lagu-lagu yang berlaras

    madenda dan degung bisa diiring dengan gamelan salendro.

    Kepekaan laras dalam penelitian ini adalah sensitivitas musikal siswa

    pada laras salendro, madenda, dan pelog degung yang dibangun dari

    pembelajaran Pupuh sekar ageung raehan dengan menggunakan

    pendekatan saintifik.

    E. Instrumen Penelitian

    Huberman & Miles (1984, hlm. 42) menjelaskan bahwa seseorang peneliti

    kualitatif melakukan penelitian berpegang pada fokus dan pembatasan studi

    melalui kerangka kerja konseptual, pertanyaan-pertanyaan penelitian, dan

    penentuan sampel. Ketiga komponen tersebut merupakan rambu-rambu dalam

    melaksanakan penelitian di lapangan. Fokus yang cukup longgar memberi

    peluang untuk menggunakan cara lain dalam mengungkap gejala-gejala dan isu-

    isu utama yang ada di lapangan.

  • 76

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Peneliti kualitatif berangkat ke lapangan dengan rencana mengumpulkan

    data, langsung atau tidak langsung, dan biasanya berpegang pada kerangka kerja

    konseptual dan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Senada dengan pendapat

    tersebut, Lincoln & Guba (1985, hlm. 199) secara tegas mengemukakan bahwa

    apabila metode penelitian yang akan digunakan telah jelas kualitatif maka

    instrumen yang digunakan adalah manusia. Peneliti sebagai instrumen melakukan

    observasi, wawancara, mengkaji dokumen-dokumen dan catatan- catatan yang

    ada di lapangan dan menjelaskan isyarat-isyarat non-verbal.

    Instrumen dalam penelitian ini mempunyai empat ciri : (1) tidak dibuat

    secara rinci; (2) bisa disesuaikan dengan konteks penelitian atau kondisi nyata di

    lapangan; (3) lebih mengutamakan pendalaman kasus yang dikaji; (4) dimulai

    dengan beberapa pertanyaan awal sesuai dengan teknik pengumpulan data yang

    digunakan. Walaupun bersifat longgar, tetapi tetap berpegang pada struktur dan

    keabsahan konteks atau kerangka konseptual yang telah dibangun. Pertimbangan

    ini menempatkan ketiga pertanyaan pokok di atas menjadi rambu-rambu atau

    arahan utama bagi peneliti dalam proses pengumpulan data di lapangan.

    Alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari

    seperangkat pedoman observasi, pedoman wawancara, daftar isian dan pedoman

    studi dokumenter. Pedoman observasi digunakan untuk melihat situasi dan

    kondisi yang terjadi selama proses pembelajaran seni musik di kelas berlangsung.

    Pedoman wawancara digunakan sebagai pembimbing peneliti untuk mengarahkan

    pelaksanaan konfirmasi dengan subjek penelitian. Pengumpulan data yang

    dilakukan untuk mendapatkan informasi dalam penelitian ini melalui berbagai

    cara yaitu observasi, studi literatur dari berbagai sumber baik cetak maupun

    elektronik, telaah dari beberapa penelitian tesis atau jurnal, wawancara, studi

    dokumentasi dan studi lapangan.

    F. Teknik Pengumpulan Data

  • 77

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Dalam teknik pengumpulan data pada penelitian ini, digunakan metode

    pengumpulan data meurut Rohidi (2012) dan Alwasilah (2011) yaitu:

    1. Observasi

    Observasi dilakukan untuk melihat proses secara langsung pembelajaran pupuh

    sekar ageung raehan berbasis pendekatan saintifik untuk meningkatkan

    kepekaan laras. Ada tiga macam metode observasi menurut Rohidi (2012, hlm.

    184) yaitu; (1) metode observasi biasa, metode observasi biasa lazimnya

    digunakan untuk mengumpulkan bahan-bahan informasi yang diperlukan

    berkenaan dengan masalah-masalah yang terwujud dari suatu peristiwa, gejala-

    gejala dan benda; (2) metode observasi terkendali, pada observasi terkendali

    para pelaku yang akan diamati dipilih dan kondisi-kondisi yang ada dalam

    ruang atau tempat kegiatan dikendalikan oleh peneliti; dan (3) metode

    observasi terlibat, observasi ini menuntut keterlibatan langsung pada dunia

    sosial yang dipilih untuk diteliti. Keterlibatan peneliti dalam kancah penelitan

    memberi peluang yang sangat baik untuk melihat, mendengar, dan mengalami

    realitas sebagaimana yang dilakukan dan dirasakan oleh para pelaku, pada

    masyarakat dan kebudayaan setempat.

    2. Wawancara

    Wawancara dilakukan pada narasumber dan responden yang berkaitan dengan

    penelitian pembelajaran pupuh sekar ageung raehan berbasis pendekatan

    saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras.

    a. Wawancara terhadap para siswa, yang dilakukan untuk lebih mendalami

    bagaimana proses dan hasil pembelajaran dalam perspektif siswa sebagai

    subjek penelitian yang mempelajari objek (materi pembelajaran pupuh sekar

    ageung raehan untuk meningkatkan kepekaan laras) pembelajaran. Data yang

    diperoleh dari hasil wawancara setelah proses pembelajaran selesai dilakukan

    dapat dijadikan sebagai salah satu bahan kajian untuk memperoleh gamabaran

    yang lebih terperinci mengenai hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh

    siswa.

  • 78

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    3. Analisis Dokumen Pekerjaan siswa

    a. Jurnal

    Jurnal dibuat oleh siswa dengan tujuan untuk memberikan tanggapan, pendapat

    atau keluhan mengenai materi selama kegiatan belajar mengajar pada setiap

    akhir pembelajaran. Jurnal tersebut kemudian dijadikan data pendukung untuk

    melihat ketertarikan dan respon siswa terhadap proses pembelajaran.

    b. Hasil Analisis Siswa

    Hasil analisis siswa pada setiap kegiatan belajar mengajar dikumpulkan

    sebagai bahan untuk analisa, hal ini dilakukan untuk melihat peningkatan

    kepekaan siswa pada setiap pertemuan.

    4. Quesioner

    Quesioner dilakukan pada awal penelitian dan akhir penelitian. Pada awal

    penelitian, quesioner diberikan untuk mengetahui pengetahuan dan

    kemampuan siswa tentang pupuh dan pembelajaran pupuh. Kemudian pada

    akhir penelitian juga diberikan quesioner untuk mengetahui peningkatan

    pengetahuan dan kemampuan siswa tentang pupuh dan pembelajarannya

    sekaligus untuk mengetahui peningkatan kepekaan siswa terhadap laras.

    G. Analisis Data

    Analisis data dalam penelitian kualitatif seringkali dilakukan bersamaan

    atau secara simultan dengan pengumpulan data melalui proses yang dinamis dan

    berkelanjutan. semua analisis kualitatif melibatkan upaya untuk memahami

    fenomena yang diteliti, mensintesis informasi dan menjelaskan hubungannya,

    berteori tentang bagaimana dan mengapa hubungan tertentu muncul, dan

    menghubungkan kembali pengetahuan baru dengan apa yang sudah diketahui.

    Upaya mengolah dan menafsirkan data yang sudah terkumpul kearah yang

    efektif dilakukan proses ataupun petunjuk pelaksanaan pembelajaran komposisi

    musik melalui pemanfaatan perkakas tangan yang relevan, Artinya upaya untuk

    mengetahui pembelajaran komposisi musiktidak mencari hubungan korelasional

  • 79

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    akan tetapi tentang apa adanya pada saat ini dilakukan komparasi dengan

    berbagaiteori dan pedoman, Oleh karena itu pengolahan dan penafsiran data

    dilakukan dengan teknik analisis kualitatif. Teknik pengolahan dan penafsiran

    kualitatif tersebut bertujuan untukmelihat hubungan antara persepsi dan gambaran

    mekanisme, prosedur serta kelemahan dan keunggulan pembelajaran pupuh sekar

    ageung raehan berbasis pendekatan saintifik sesuai dengan kondisi saat ini.

    Teknik pengolahan dan penafsiran data akan menempuh tahapan

    pelaksanaan berikut ini:

    1. Reduksi data; tahap reduksi, semua data yang sudah terkumpul akan diolah

    dengan menemukan hal-hal pokok dalam pembelajaran pembelajaran pupuh sekar

    ageung raehan berbasis pendekatan saintifik dan merupakan objek terpenting dari

    temuan penelitian.

    2. Display data; Kegiatan pada tahap ini yaitu membuat rangkuman temuan

    penelitian dalam suasana yang sistematis sehingga pola dan tema sentral

    pembelajaran pupuh sekar ageung raehan berbasis pendekatan saintifik yang

    dilakukan dapat diketahui dengan mudah. Dari kesimpulan inilah data tersebut

    akan diberikan makna yang relevan dengan tema penelitian.

    3. Verifikasi data; verifikasi data dimaksudkan untuk melakukan pengujian atas

    kesimpulan yang telah diambil dengan membandingkan teori-teori yang relevan

    serta pedoman pembelajaraan pupuh sekar ageung raehan. Upaya memantapkan

    pengujian dikaitkan dengan data prasurvey melalui kegiatan member check,

    sehingga menghasilkan suatu penelitian yang bermakna. Setelah semua kegiatan

    dianggap tuntas, maka selanjutnya dibuat laporan utuh dalam bentuk Tesis.

    Upaya untuk mencapai keabsahan atas data dan informasi yang dihimpun di

    lapangan secara aktual dilakukan dengan berpedoman pada kombinasi konsep

    Nasution (1988) dan Mugahdjir (1990) melalui tiga langkah seperti diuraikan di

    bawah ini:

    1. Kredibilitas;

  • 80

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Kredibilitas dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kebenaran hasil

    penelitian dapat dipercaya. Dalam kepentingan ini, dilakukan kegiatan berupa: (a)

    Trianggulasi yakni mengecek kebenaran data dengan membandingkan data yang

    diperoleh dari sumber lain, seperti membicarakannya dengan ketua Musyawarah

    Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni budaya SMA Negeri 8 Cirebon atau yang

    relevan lainnya. (b) membicarakan dengan kolega guna memperoleh penajaman

    analisis, seperti teman-teman seangkatan atau mereka yang telah menyelesaikan

    studi setingkat atau program doktoral lainnya. (c) menggunakan bahan referensi

    guna memahami konteks inti pembicaraan. (d) mengadakan member check, setiap

    akhir wawancara atau membahas suatu topik diusahakan menyimpulkan secara

    bersama untuk menghindarkan perbedaan persepsi dan melakukan konfirmasi

    dengan narasumber dari hasil wawancara sehingga kekurangan, kekeliruan dapat

    diperbaiki sesuai dengan yang dimaksud oleh nara sumber.

    Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang

    dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya

    adalah bahwa temuan dari penelitian pembelajaran pupuh sekar ageung raehan

    berbasis pendekatan saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras di SMA N 8

    Cirebon dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi

    jika didekati dari berbagai sudut pandang.

  • 81

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Gambar: 3.2

    Triangulasi Analisis Data

    Pada gambar 3.2 dapat dilihat bahwa triangulasi sumber data yang dimaksud

    adalah penggalian kebenaran informasi melalui berbagai teknik yakni wawancara,

    observasi, dan quesioner. Kombinasi analisis data dari ketiga teknik tersebut akan

    memberikan pandangan (insight) yang berbeda mengenai pembelajaran pupuh

    sekar ageung raehan berbasis pendekatan saintifik yang diteliti. Berbagai

    Analisis Data

    Observasi

    Wawancara Quesioner

  • 82

    Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    perbedaan pandangan tersebut akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk

    memperoleh kebenaran yang handal.

    2. Transferbilitas;

    Transferabilitas dimaksudkan untuk mengetahui hingga mana hasil penelitian

    dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi lain. Dalam kepentingan ini

    dilakukan kegiatan mendeskripsikan serinci mungkin bagaimana penelitian ini

    dapat diterapkan, terutama di SMA Negeri 8 Cirebon atau di Sekolah Menengah

    Atas lainnya.

    3. Dependenbilitas;

    Dependenbilitas dimaksudkan untuk memeriksa terhadap ketelitian yang

    dilakukan sehingga timbul keyakinan bahwa yang dilakukan itu demikian adanya.

    Demikian beberapa ketentuan dan cara-cara yang digunakan dalam

    pelaksanaan penelitian ini, dengan asumsi bahwa sewaktu-waktu langkah-langkah

    penelitian tersebut bisa terjadi perubahan, akan tetapi tidak mempengaruhi pada

    proses perolehan data dan penafsiran dalam pengambilan kesimpulan.