bab iii kasbes dbd
DESCRIPTION
kompreTRANSCRIPT
![Page 1: Bab III Kasbes Dbd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563db9c4550346aa9a9fbedb/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB III
PEMBAHASAN
A. DIAGNOSIS
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
1.1 Definisi dan Etiologi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan
oleh virus dengue, termasuk dalam kelompok B Arthropod borne virus
(Arboviruses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae
dan memiliki 4 jenis serotipe yaitu Den-1, Den-2, DEN-3 dan Den-4. Infeksi salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi terhadap serotipe lain kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain.1,10
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi
virus dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan
kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini.
Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia. Virus kemudian berkembang biak
dalam tubuh nyamuk yang terutama ditemukan pada kelenjar liurnya dalam waktu
8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada
manusia pada saat gigitan berikutnya. Pada manusia, virus memerlukan waktu 4-6
hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan sakit. Penularan dari
manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah
demam timbul.1
Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel
hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel
manusia sebagai penjamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan
protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan penjamu, bila daya
tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun bila daya
15
![Page 2: Bab III Kasbes Dbd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563db9c4550346aa9a9fbedb/html5/thumbnails/2.jpg)
tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat
menimbulkan kematian.1
Terdapat kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah yang
mengakibatkan hal sebagai berikut :
Kompleks virus-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen yang
berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a akan menyebabkan
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya
plasma melalui endotel dinding tersebut,suatu keadaan yang amat berperan
pada terjadinya renjatan.
Timbulnya agregasi trombosit yang melepaskan ADP akan menimbulkan
metamorfosis .Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis akan
dimusnahkan oleh sistem retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia
dan hebat dan perdarahan.
Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir
terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini,
plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan
anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrin degradation product.
Disamping itu aktivasi akan merangsang sistem kinin yang berperan dalam
proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah.2,4
1.2 Tinjauan Kasus : Diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD)
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini, diagnosis DBD didasarkan pada :
Data Anamnesis
1. Demam
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan utama demam 3 hari,
dengan demam mendadak, dan terus menerus. Salah satu kliteria klinis
DBD adalah demam, di mana penyakit ini didahului oleh demam
tinggi yang mendadak, terus menerus, berlangsung 2-7 hari, kemudian
turun secara cepat. Kadang-kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai
40oC dan dapat terjadi kejang demam. Akhir fase demam merupakan
16
![Page 3: Bab III Kasbes Dbd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563db9c4550346aa9a9fbedb/html5/thumbnails/3.jpg)
fase kritis pada DBD, oleh karena fase tersebut dapat merupakan awal
penyembuhan tetapi dapat pula sebagai awal fase syok.2
2. Tampak lemah
Disamping demam tinggi dan mendadak penderita demam DBD akan
mengeluh atau terlihat lesu dan lemah. Seluruh badan lemah seolah
tidak ada kekuatan, pada anak yang masih kecil tidak dapat mengeluh
tetapi anak yang biasanya aktif kali ini tidak mau bermain lagi dan
lebih senang diam duduk atau tiduran.11
3. Nyeri kepala dan nyeri otot.
Pada umumnya ditemukan sindrom trias yaitu demam tinggi, nyeri
pada anggota badan dan timbulnya ruam.2
4. Nyeri perut
Nyeri perut merupakan gejala yang penting pada DBD. Gejala ini
tampak jelas pada anak yang sudah besar sebab mereka telah dapat
menyebutkan keluhan. Nyeri perut dapat dirasakan di daerah ulu hati
dan daerah di bawah arcus costa kanan. Nyeri perut di bawah arcus
costa kanan lebih mengarah pada penyakit DBD dibandingkan nyeri
perut pada ulu hati. Penyebab dari nyeri perut di bawah arcus costa
kanan ini adalah akibat dari hepatomegali sehingga terjadi peregangan
selaput pembungkus hepar. Pada gejala selanjutnya dapat diikuti
dengan perdarahan pembuluh darah kecil pada selaput tersebut.11
5. Mual dan muntah
Adanya nyeri perut pada pasien DBD akan menimbulkan rasa mual
dan muntah.11
6. Nafsu makan menurun
Rasa mual dan tidak enak di perut atau di daerah ulu hati akan
menyebabkan semua makanan dan minuman yang dimakan keluar
lagi. Rasa mual, muntah dan nyeri pada ulu hati akan makin bertambah
bila penderita minum obat penurun panas yang dapat merangsang
lambung. Nafsu makan yang menurun ini menyebabkan anak tampak
semakin lesu dan lemah.11
17
![Page 4: Bab III Kasbes Dbd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563db9c4550346aa9a9fbedb/html5/thumbnails/4.jpg)
Pemeriksaan Fisik
- Anak sadar, terpasang infus di tangan kiri
- Tanda Vital :
HR : 84 x / menit
Nadi : Isi dan tegangan cukup
Laju nafas : 24x / menit
Suhu : 38,4°C.
- Hepar tidak teraba, nyeri tekan abdomen regio epigastrial (+).
- Pada pemeriksaan rumple leed didapatkan hasil (+)
- Pemeriksaan lainnya pada paru, jantung, abdomen, ekstermitas, dan
genital dalam batas normal.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan jumlah trombosit yang menurun
Menurut WHO tahun 1997, Demam Berdarah Dengue diklasifikasikan ke
dalam 4 derajat yaitu :
1. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji torniquet.
2. Derajat II : Seperti derajat I namun disertai perdarahan spontan di kulit atau
perdarahan lain.
3. Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
sianosis sekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak
gelisah.
4. Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak teraba dan tekanan darah
tidak terukur 1,2
Pada kasus ini, seorang anak laki-laki berusia 3 tahun 6 bulan dengan :
1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 3 hari yang disertai
nyeri kepala, nyeri perut, dan nafsu makan menurun
Hasil laboratorium pada kasus ini :
18
![Page 5: Bab III Kasbes Dbd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563db9c4550346aa9a9fbedb/html5/thumbnails/5.jpg)
Trombositopenia (jumlah trombosit 143.000/mm3)
Didapatkan kriteria klinis dan kriteria laboratoris, sehingga pasien
didiagnosis dengan Demam berdarah dengue.
.
B. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF DAN HOLISTIK
1.1 Pengelolaan Secara Komprehensif
Sesuai dengan prinsip pengelolaan pasien secara komprehensif dan
holistik, maka pada pasien tidak hanya diperhatikan dari segi kuratifnya saja,
tetapi dikelola secara keseluruhan yang meliputi upaya promotif, preventif,
dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif dilakukan agar anak tidak
sakit, sedangkan upaya kuratif dan rehabilitatif dilakukan agar anak sembuh
atau kembali pada lingkungannya semula dengan memperhatikan faktor
psikososial anak.13
1. Kuratif
Adalah upaya untuk mendiagnosis seawal mungkin dan mengobati
secara tepat dan rasional terhadap individu yang terserang penyakit.13
Upaya kuratif yang dilakukan pada penderita ini meliputi:
a. Suportif dan medikamentosa :
Pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan
cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan
sebagai akibat perdarahan. Pemilihan cairan untuk penderita DBD
derajat II dengan peningkatan hematokrit, menurut pedoman tatalaksana
dari WHO diberikan infus RL/NaCl 0,9 % atau Dekstrosa 5 % dalam
RL/NaCl 0,9 % sejumlah 6-7 ml/kgBB/Jam. Setiap 6 jam dimonitor
tanda vital dan kadar hematokrit serta trombosit. Kemudian di evaluasi
12-24 jam.
19
![Page 6: Bab III Kasbes Dbd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563db9c4550346aa9a9fbedb/html5/thumbnails/6.jpg)
Pada kasus ini pemberian terapi suportif dan medikamentosa
meliputi :
Kecukupan kebutuhan cairan dan elektrolit
Infus RL 20 tpm makro
Atasi demam
Parasetamol syrup 3x 1 (bila t ≥ 380C)
Terapi simptomatik
Ranitidin 3x1
Antasida doen 3x1
b. Dietetik :
Pada kasus ini, kebutuhan cairan 24 jam adalah 2000 cc. Digunakan
Infus Ringer Laktat 20 tetes per menit (makro). Pasien juga diberi
asupan 3x nasi dalam sehari.
2. Preventif
Pencegahan dalam arti luas tidak hanya terbatas dituhukan terhadap
seseorang yang sehat tetapi dapat pula ditujukan kepada seseorang yang
sakit. Maksud dari pencegahan tersebut merupakan tindakan untuk
mencegah timbulnya atau mencegah terjangkitnya suatu penyakit dan
mencegah keparahan suatu penyakit. Ada tiga tingkat upaya pencegahan
yang dapat dilakukan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tertier.
Pencegahan primer merupakan tingkat pencegahan awal untuk menghindari
atau mengatasi faktor resiko. Pencegahan sekunder untuk deteksi dini
penyakit sebelum penyakit menimbulkan gejala yang khas. Pencegahan
tertier dengan melakukan tindakan klinis untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit tersebut diketahui.13
Terdapat beberapa upaya preventif yang perlu diedukasikan kepada
orangtua mengenai kejang demam yaitu:
20
![Page 7: Bab III Kasbes Dbd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563db9c4550346aa9a9fbedb/html5/thumbnails/7.jpg)
1. Pada saat anak demam, ukur dengan termometer, bila suhu tubuh
anak diatas 37,5oC segera kompres anak dengan kain hangat. Beri
obat penurun panas yang mengandung parasetamol pada anak yang
panasnya terus meningkat, meskipun dengan kompres.
2. Segera bawa anak ke dokter atau klinik untuk mendapat
pertolongan lebih lanjut apabila demam tidak kunjung turun.
3. Promotif
Merupakan upaya yang dilakukan dengan memberikan edukasi atau
penyuluhan yang bertujuan untuk merubah kebiasaan yang kurang baik
dalam masyarakat agar berperilaku sehat dan ikut serta berperan aktif
dalam bidang kesehatan. Dalam kasus ini, upaya promotif yang dapat
dilakukan yaitu:
Pengetahuan mengenai DBD dan pencegahannya
a. Penjelasan penyakit DBD
Penyebab dari penyakit ini adalah virus dengue yang ditularkan
melalui perantaraan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk tersebut hitam
berbintik-bintik putih di seluruh tubuh dan kaki, berkeliaran pada
waktu siang sampai sore hari yaitu kurang lebih pukul 10.00 sampai
pukul 17.00 dan lebih suka pada tempat genangan air yang bersih.
Dijelaskan pula bahwa penyakit tersebut berbahaya karena dapat
menyebabkan kematian apabila terjadi syok.
b. Perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan nyamuk dengan
cara pemasangan kasa nyamuk sehingga nyamuk tidak akan masuk
ke rumah dan menggunakan mosquito repellent atau insektisida
bentuk spray.
c. Pemberantasan vektor jangka panjang atau pemberantasan sarang
nyamuk (PSN)
- Menutup tempat-tempat penyimpanan air
- Mengubur barang-barang bekas seperti kaleng, botol atau ban bekas
serta semua barang bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.
21
![Page 8: Bab III Kasbes Dbd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563db9c4550346aa9a9fbedb/html5/thumbnails/8.jpg)
- Menguras bak mandi / tempat menampung air.
d. Menggunakan bahan kimia (abate pada tempat penyimpanan air dan
fogging)
4. Rehabilitatif
Adalah upaya untuk membantu pasien terhadap ketidakmampuannya
dengan berbagai usaha agar anak tersebut sedapat mungkin kembali pada
lingkungannya baik lingkungan sosial maupun keluarga. Untuk menjaga
pasien tetap sehat, maka orang tua diberitahu untuk menjaga kualitas dan
kuantitas gizi pasien sehari-hari di rumah agar kebutuhan gizi pasien tetap
terpenuhi dengan baik dan pasien memiliki daya tahan tubuh yang baik.
C. PROGNOSIS
Infeksi dengue pada umumnya mempunyai prognosis yang baik,
Demam Dengue maupun Demam Berdarag Dengue jarang menimbulkan
kematian. Kematian hanya dijumpai pada waktu adanya pendarahan berat,
syok yang tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat dan kejang.
Kematian dapat juga disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan
lingkungan bangsal rumah sakit yang kurang bersih. Kematian terjadi pada
kasus berat yaitu pada waktu muncul komplikasi pada sistem syaraf,
kardiovaskuler, pernapasan, darah, dan organ lain.
Prognosis pasien pada kasus ini :
Prognosis untuk kehidupan (quo ad vitam) baik (ad bonam) karena
tidak ada komplikasi perdarahan dan syok, serta keadaan pasien
membaik. Prognosis untuk kesembuhan (quo ad sanam) baik (ad
bonam) yang tampak dari keadaan umum dan tanda vital. Prognosis
membaiknya faal tubuh (quo ad fungsionam) baik (ad bonam) karena
tidak ada ancaman adanya komplikasi pada sistem syaraf,
kardiovaskuler, pernapasan, darah, dan organ lain pada tubuh.
22
![Page 9: Bab III Kasbes Dbd](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/563db9c4550346aa9a9fbedb/html5/thumbnails/9.jpg)
23