bab iii karakteristik bangsa indonesia
TRANSCRIPT
NAMA : MONICA JULIANI
NPM : 14211601
KELAS : 2EA27
BAB III“KARAKTERISTIK BANGSA
INDONESIA”
Tugas Pendidikan KewarganegaraanBpk. Sri Waluyo
1
Mata Kuliah : Pendidikan KewarganegaraanDosen : Bapak Sri Waluyo
Topik Karya Ilmiah
“KARAKTERISTIK BANGSA INDONESIA”
Kelas : 2EA27
Tanggal Upload Tulisan : 31 Mei 2013
P e n y u s u n
N P M Nama Lengkap Tanda Tangan
14211601 Monica Juliani
Program Sarjana Ekonomi Manajemen
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR
2
Seraya memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa
memberikan kekuatan khususnya kepada saya, sehingga atas ijinNya saya dapat menyelesaikan
penyusunan tulisan ilmiah ini tanpa hambatan yang berarti.
Pada kesempatan ini saya akan memaparkan tulisan ilmiah yang berjudul
“KARAKTERISTIK BANGSA INDONESIA”.
Saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam penyelesaian tugas tulisan ilmiah ini.
Namun saya menyadari, dengan keterbatasan yang ada, sudah barang tentu makalah ini
banyak sekali kekurangan – kekurangannya. Untuk itu kritikan dan saran yang sifatnya
membangun sangat saya harapkan, demi perbaikan di masa yang akan datang.
Akhirnya saya berharap, walaupun tulisan ilmiah ini jauh dari sempurna, semoga dapat
bermanfaat bagi semua pihak terutama teman – teman sejawat.
Jakarta, 23 Mei 2013
Monica Juliani
DAFTAR ISI
3
PENYUSUN .......................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR .................................................................................. 3
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 4
ABSTRAKSI .......................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................. 61.2 RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH .............................................. 71.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .............................................. 81.4 METODE PENULISAN .................................................................................. 8
BAB II METODE PENULISAN2.1 WAKTU dan TEMPAT PENULISAN .......................................................... 92.2 METODE PENULISAN .................................................................................. 92.3 LANGKAH LANGKAH PENULISAN .......................................................... 9
BAB III LANDASAN TEORI3.1 KARAKTERISTIK BANGSA INDONESIA .................................. 103.2 LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KARAKTER BANGSA … 11
BAB IV PEMBAHASAN4.1 POKOK-POKOK PIKIRAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER
BANGSA ............................................................................................. 144.2 STRATEGI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA MELALUI
PENDIDIKAN ................................................................................. 16
BAB V PENUTUP5.1 KESIMPULAN .............................................................................................. 185.2 SARAN .......................................................................................................... 185.3 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 18
ABSTRAKSI
4
INDONESIA, jika berbicara tentang negeri ini pasti tidak akan pernah habisnya, dimulai
dari yang positif sampai mengarah ke yang negatif. Bagaimana karakter bangsa kita saat ini?
Itulah yang menjadi permasalah utama dalam membangun bangsa ini. Dan tidak akan pernah
habis untuk diperbincangkan. Karakter adalah sesuatu yang harusnya diketahui tapi sebagian
besar kita tidak mau tahu. Sesuatu yang teramat penting, tetapi sebagian kita menganggap remeh.
Sesuatu yang amat diperlukan, tapi justru sebagian kita malah menertawainya.
Karakter memang penting, karena karakter adalah fondasi dalam membangun bangsa
yang berkualitas. Dengan karakter para pejabat negara tidak akan memakan uang rakyat demi
kepentingan pribadi. Dengan karakter seorang guru dapat mewariskan ilmunya dengan baik dan
benar tanpa mengharapkan balasan. Seseorang dikatakan berkarakter bila tingkah lakunya sesuai
dengan nilai-nilai moral dan agama. Bangsa Indonesia dikenal dengan bangsa yang memiliki
prinsip ideologi kebangsaan yang eksklusif, berkebudayaan tinggi, memiliki tata krama, sopan
santun, toleransi, gotong royong, semangat juang, dan nasionalisme yang tinggi. Hal inilah yang
menjadi jati diri bangsa Indonesia yang berakar dari pengkajian kebudayaan Nenek Moyang kita.
BAB I PENDAHULUAN
5
1.1 LATAR BELAKANG
Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang
tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai
hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-
baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan
bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman
dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI.
Karakter bangsa di era globalisasi sekarang ini sudah mengalami kerusakan, bobroknya
nilai luhur yang bisa diamalkan menjadi penyebab utama bangsa Indonesia semakin terpuruk. Kita
secara sadar memang tahu betul tentang masalah kerusakan karakter bangsa ini, tapi ternyata masih
banyak yang belum sadar dengan perbaikan yang harus dilaksanakan.
Sudah banyak sekali berbagai ciri khas dari negara Indonesia yang mengalami kerusakan,
tidak hanya dari segi lingkungan sosial saja tetapi juga dari pola pikir para penerus pembangunan
bangsa ini. Karakter bangsa yang seharusnya dijaga dan terus dikembangkan agar lebih dikenal
secara baik oleh negara lain, tapi oleh pemiliknya sendiri justru semakin dirusak.
Apakah kita yang terlahir dan dibesarkan di tanah air ini sudah tidak ingin lagi menghargai
tempat kita berjuang hidup untuk meraih masa depan? Jika Anda memang benar-benar peduli
terhadap karakter bangsa Indonesia, mungkin Anda juga mengetahui kalau kebanyakan orang-
orang di luar sana hanya tahu tentang negara Indonesia itu adalah Pulau Bali, bukan nama
Indonesianya yang mereka tahu. Apa ini sungguh sangat tidak memalukan?
Bagaimana Bali bisa lebih dikenal daripada nama Indonesia sendiri? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, saya punya sedikit cerita tentang suatu karakter bangsa yang bisa dikenal dan
bahkan begitu populer di seluruh dunia. Karakter bangsa yang saya maksud di sini adalah karakter
dari negara Jepang!
Kita pasti juga tahu negara Jepang kan? Sebuah negara yang juga dikenal sebagai negara
matahari terbit. Dari sebutannya saja sudah bisa ditebak kalau negara Jepang merupakan negara
yang memiliki suatu karakter, lantas bagaimana dengan Indonesia?
Selain dari sebutan itu, meskipun kebudayaan yang dimiliki oleh Jepang tidak sebanyak
yang dimiliki kebudayaan di Indonesia, akan tetapi budaya seperti Kimono, Origami, makan pakai
6
sumpit, upacara minum teh atau yang lainnya bisa begitu populer di seluruh dunia. Kenapa bisa
begitu?
Jujur saja kalau saya sendiri sebenarnya tidak kagum dengan kepopuleran karakter bangsa
Jepang yang bisa mendunia tersebut, karena apa? Warga Jepang begitu sangat menghargai warisan
budaya yang dimilikinya, sehingga banyak sekali yang begitu membanggakan karakter bangsanya
sendiri, mereka tidak segan untuk memamerkan karakter yang mereka miliki.
Apakah kita seperti itu? Sudahkah kita menghargai karakter bangsa sendiri? Sudahkah
kita membanggakan kepada orang lain, ini loh ciri khas bangsa Indonesia. Apakah kita sudah
seperti itu? Mungkin sebagian generasi muda sekarang agak sedikit risih kalau disuruh
mendengarkan lagu dangdut asli Indonesia, bagaimana karakter bangsa Indonesia bisa maju kalau
dari generasi mudanya saja sudah merasa risih?
Karakter bangsa Indonesia seharusnya kita tonjolkan kepada negara lain, kita harus merasa
bangga dengan karakter bangsa yang kita miliki saat ini, karena semua itu merupakan anugerah
terindah dan terbesar sekaligus kekayaan paling berharga yang dimiliki bangsa Indonesia. Unuk itu
janganlah kita semakin merusaknya, tapi yang harus kita lakukan adalah mengembangkan karakter
bangsa Indonesia yang ada saat ini hingga bisa dikenal secara baik oleh masyarakat luas.
1.2 RUMUSAN DAN BATASAN MASALAHRumusan masalah:
1. Bagaimanakah karakteristik bangsa Indonesia ?
2. Lingkungan seperti apakah yang dapat mempengaruhi karakter bangsa ?
3. Sebutkan pokok – pokok pikiran dalam membangun karakter bangsa !
4. Bagaimanakah strategi pembangunan karakter bangsa melalui pendidikan ?
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
7
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai karakteristik dari bangsa Indonesia
serta pengaruh dari lingkungan sekitarnya dan pembangunan karakter tersebut. Pembuatan
tulisan ini juga untuk memenuhi tugas pendidikan kewarganegaraan.
Pembuatan tugas ini semoga bermanfaat bagi para pembacanya dalam hal berikut :
1. Dalam Lingkungan Keluarga
a. Anak akan menjadi Pribadi yang hormat dan patuh kepada kedua orang tua atau Berbakti
kepada kedua orang tua.
b. Membentuk pribadi yang bertanggung jawab kepada anggota keluarga (bagi kepala
keluarga).
2. Dalam Lingkup Social ( masyarakat )
a. Anak akan memiliki hubungan yang baik antar Tetangga, Tenggang Rasa atau Tepo Sliro
b. Anak akan memiliki Jiwa sosial yang baik, Ringan tangan atau suka memberikan bantuan
kepada warga yang kekurangan.
c. Anak akan Percaya diri untuk Tampil aktif dalam Organisasi kemasyrakatan.
3. Dalam Lingkungan Pemerintahan
a. Jika Bekerja sebagai pegawai Negeri di harapkan menjadi pagawai yang Amanah, tidak
menyeleweng jabatan terlebih lagi melakukan KORUPSI.
b. Jika dipercaya Oleh rakyat, Seperti anggota DPR/MPR akan memperjuangkan
kepentingan rakyat, bukannya memperjuangkan kepentingan pribadi. seperti potret bangsa
kita saat ini bayak anggota Dewan yang terlibat kasus suap dan Penggelapan Dana.
c. Jika di Percaya Jadi Pemimpin Diharapkan menjadi pemimpin yang adil, memperjuangkan
hak hak rakyat kecil. Dan yang paling penting menjadi pemimpin yang bisa menegakkan
keadilan di Negeri ini, Karena krisis kepercayaan di negeri ini sudah hampir musnah,
Karena hukum di negeri ini berlaku terbalik yaitu Tajam Kebawah dan Tumpul Keatas.
1.4 METODE PENULISAN
1. Metode pengambilan data dari sumber-sumber bacaan ( buku ).
2. Mencari bahan dari internet.
3. Mengumpulkan informasi.
BAB II METODE PENULISAN
8
2.1 WAKTU DAN TEMPAT PENULISAN
JAKARTA, Mei 2013
2.2 METODE PENULISAN
1. Metode pengambilan data dari sumber-sumber bacaan ( buku ).
2. Mencari bahan dari internet.
3. Mengumpulkan informasi.
2.3 LANGKAH LANGKAH PENULISAN
Cover, Lembar Penyusun, Kata Pengantar, Daftar Isi, Abstraksi, BAB I Pendahuluan
(Latar Belakang, Rumusan dan Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, metode
penulisan) , BAB II Metode Penulisan ( Waktu dan Tempat Penulisan, Metode
Penulisan, Langkah Langkah Penulisan ) , BAB III Landasan Teori , BAB IV
Pembahasan, BAB V Penutup ( Kesimpulan, Saran, Daftar Pustaka).
BAB III LANDASAN TEORI
9
3.1 KARAKTERISTIK BANGSA INDONESIA
Secara psikologis konsep dari karakter bangsa adalah konsep individual. Jika kemudian
hal tersebut menjadi suatu karakter bangsa maka perlu adanya acuan. Artinya dari konsep
individual menjadi sebuah konsep kemasyarakatan dan lebih luas lagi bangsa, maka haruslah
ada instrumen sebagai alat evaluasi yaitu kebudyaan. Secara ringkas kebudayaan berisi sistem
nilai, norma dan kepercayaan. Budaya dikembangkan dan diamalkan oleh masyarsakat
pengembangnya, sehingga anggota masyarakat dalam wilayah budaya tersebut memiliki
kecenderungan yang sama dalam hal mengamalkan sistem nilai, norma dan kepercayaan
mereka. Dengan demikian dalam konteks ini budaya dapat dianggap sebagai instrumen untuk
melihat kencenderungan perilaku pengembangnya. Dari kedua konsep di atas, maka dapat
dikemukakan bahwa perilaku merupakan resultan dari berbagai aspek pribadi dan lingkungan.
Jadi berbicara tentang karakter merupakan konsep psikologi dan kebudayaan.
Karakter bangsa Indonesia bersifat dinamis, dapat berubah dari suatu periode waktu
tertentu ke periode lainnya, walaupun tidak mudah. Sebagai salah satu contoh adalah, dulu
sering dikatakan bangsa Indonesia sebagai bangsa Timur yang mempunyai karakter sopan,
santun, altruistik, ramah tamah, berperasaan halus dll yang menggambarkan sebuah sikap atau
perilaku yang mengindikasikan keluhuran budi pekerti. Bagaimanakah kondisi sekarang?
Banyak yang meragukan bahwa karakter tersebut masih menjadi ikon Bangsa Indonesia. Jauh-
jauh di awal kemerdekaan kita, Bung Karno, Presiden RI pertama, sudah mendengung-
dengungkan istilah “nation and character building”. Artinya ada kondisi karakter bangsa yang
saat itu sudah ada, namun harus diubah. Jadi bapak bangsa itu sudah mengidentifikasikan
karakter yang dianggap negatif, sehingga perlu diubah. Pencanangan perlunya membangun
karakter atau watak bangsa sebagai bangsa Indonesia baru sesungguhnya telah direalisasikan.
Karakter bangsa yang sudah terbentuk ratusan tahun sebagai pengabdi kepada penjajah atau
bangsa terjajah, pengabdi kepada raja-raja kecil yang terkotak-kotak, pengabdi kepada
kegelapan, tahyul, pengabdi kepada feodalisme, dll yang semua itu tidak cocok lagi dengan
arah perwujudan bangsa atau warga negara Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat,
bertaqwa, beradab, bersatu, bermusyawarah, adil dan makmur. Jadi cuci otak, cuci hati, dan
cuci kepercayaan harus dilakukan untuk mencapai cita-cita proklamasi kemerdekaan Bangsa
Indonesia. Indonesia merdeka tidak butuh pengabdi-pengabdi kepada hal-hal diatas. Perlu
10
bangsa yang berjiwa besar, nasionalis, berintegretas tinggi, menjadi subyek di tanah air yang
merdeka, setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia dll.
Jika kini kita mau membangun karakter bangsa, persoalannya adalah karakter Bangsa
Indonesia itu yang mana? Kalau karakternya orang Bali, Jawa, Madura, Sunda, Minang,
Batak, Bugis, Ambon, Irian, dll suku bangsa yang ada di Indonesia, mungkin sudah ada.
Tetapi kalau karakternya Bangsa Indonesia tampaknya belum jelas. Bangsa Indonesia dapat
dikatakan secara resmi terbentuk ketika para pemuda dari berbagai suku bangsa yang antara
lain tersebut di atas pada tanggal 28 Oktober 1928 menyatakan sumpahnya yang kemudian
dikenal dengan “Sumpah Pemuda”, mengakui berbangsa yang satu Bangsa Indonesia, Bahasa
Indonesia dan tanah air Indonesia. Jadi pada tahun 1928 secara fisik bangsa Indonesia sudah
terbentuk. Namun secara psikologis, sosial budaya, ekonomi, dll karakter bangsa belum
mengkristal, lebih-lebih ketika kita hendak tetap menjaga kebhinekaan kita. Dulu, pada era
orde baru dan orde lama diajarkan bahwa Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur
budaya bangsa. Jika hal ini kita pegang maka karakter bangsa Indonesia adalah Pancasilais.
Karena merupakan sebuah kristal budaya maka karakter itu maka kelima sila itu merupakan satu
kesatuan, bukan satu-satu. Akan tetapi kini Pancasila meskipun secara yuridis formal masih
diakui sebagai dasar negara, tetapi pamornya kalah dengan demokrasi. Karakter bangsa yang
demokratis kini lebih mengedepan. Semestinya warna demokrasi di Indonesia mestinya
berbeda dengan demokrasi di negara lain. Memang perbedaan itu dapat terlihat, setidaknya
pelaksanaan demokrasi yang cederung berbau kekerasaan, pemaksaan, dan anarkhis. Masalah
lainnya, hampir semua karakter luhur itu bisa dimiliki oleh semua manusia di dunia tanpa
melihat suku atau bangsa apa. Misalnya karakter altruistik mungkin sajati.
3.2 LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KARAKTER BANGSA
1. Lingkungan Global Globalisasi dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan internasionalisasi yang
dikaitkan dengan berkurangnya peran dan batas-batas suatu negara yang disebabkan adanya
peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia
melalui berbagai bentuk interaksi. Globalisasi juga dapat memacu pertukaran arus manusia,
barang, dan informasi tanpa batas. Hal itu dapat menimbulkan dampak terhadap
11
penyebarluasan pengaruh budaya dan nilai-nilai termasuk ideologi dan agama dalam suatu
bangsa yang sulit dikendalikan. Pada gilirannya hal ini akan dapat mengancam jatidiri
bangsa.
Berdasarkan indikasi tersebut, globalisasi dapat membawa perubahan terhadap pola
berpikir dan bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia, terutama masyarakat kalangan
generasi muda yang cenderung mudah terpengaruh oleh nilai-nilai dan budaya luar yang
tidak sesuai dengan kepribadian dan karakter bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan upaya
dan strategi yang tepat dan sesuai agar masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai
budaya dan jati diri bangsa serta generasi muda tidak kehilangan kepribadian sebagai bangsa
Indonesia.
2. Lingkungan Regional
Pada lingkungan regional, pengaruh globalisasi juga membawa dampak terhadap
terkikisnya budaya lokal di zona negara-negara Asia Tenggara. Dampak tersebut berwujud
adanya ekspansi budaya dari negara-negara maju yang menguasai teknologi informasi.
Meskipun telah dilaksanakan upaya pencegahan melalui program kerja sama kebudayaan,
namun melalui teknologi infomasi yang dikembangkan, pengaruh negara lain dapat saja
masuk. Produk-produk budaya disebarluaskan melalui berbagai teknologi media yang
akhirnya membentuk perilaku baru, kebudayaan baru, dan kemungkinan jati diri baru. Hal ini
tentunya merupakan ancaman bagi pembinaan sikap, perilaku, dan jati diri sebagai suatu
bangsa.
Perkembangan regional Asia atau lebih khusus ASEAN dapat membawa perubahan
terhadap pola berpikir dan bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan
strategi yang tepat dan sesuai agar masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai
budaya dan jati diri bangsa serta generasi muda tetap memiliki kepribadian sebagai bangsa
Indonesia.
3. Lingkungan Nasional
Perkembangan politik di dalam negeri dalam era reformasi telah menunjukkan arah
terbentuknya demokrasi yang baik. Selain itu telah direalisasikan adanya kebijakan
desentralisasi kewenangan melalui kebijakan otonomi daerah. Namun, sampai saat ini,
pemahaman dan implementasi konsep demokrasi dan otonomi serta pentingnya peran
12
pemimpin nasional masih belum memadai. Sifat kedaerahan yang kental dapat mengganggu
proses demokrasi dan bahkan mengganggu persatuan nasional.
Harus diakui bahwa banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia sejak lebih
dari enam puluh tahun merdeka. Pembangunan fisik dimulai dari zaman orde lama, orde
baru, orde reformasi hingga pasca reformasi terasa sangat pesat, termasuk pembangunan
infrastruktur pendukung pembangunan yang mencapai tingkat kemajuan cukup berarti.
Misalnya, jaringan listrik, jaringan komunikasi, jalan raya, berbagai sumber energi, serta
prasarana dan sarana pendukung lainnya. Kemajuan fisik yang terlihat kasat mata adalah
banyaknya gedung bertingkat di kota-kota besar di Indonesia yang mengindikasikan
kemajuan bangsa Indonesia dalam bidang pembangunan. Selain itu, kemajuan penting yang
dicapai dalam tata pemerintahan adalah diluncurkannya Undang-undang tentang Otonomi
Daerah pada tahun 2001 yang memberi keleluasaan kepada pemerintah daerah, provinsi dan
kabupaten/kota untuk membangun daerah dengan kekuatan dan potensi yang dimilikinya.
Kemajuan di bidang fisik harus diimbangi dengan pembangunan nonfisik, termasuk
membina karakter dan jati diri bangsa agar menjadi bangsa yang kukuh dan memiliki
pendirian yang teguh. Sejak zaman sebelum merdeka hingga zaman pasca reformasi saat ini
perhatian terhadap pendidikan dan pengembangan karakter terus mendapat perhatian tinggi.
Pada awal kemerdekaan pembangunan pendidikan menekankan pentingnya jati diri bangsa
sebagai salah satu tema pokok pembinaan karakter dan pekerti bangsa. Pada zaman Orde
Lama,Nation and Character Buildingmerupakan pembinaan karakter dan pekerti bangsa.
Pada zaman Orde Baru, pembinaan karakter bangsa dilakukan melalui mekanisme penataran
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Pada zaman Reformasi, sejumlah
elemen kemasyarakatan menaruh perhatian terhadap pembinaan karakter bangsa yang
diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan.
13
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 POKOK-POKOK PIKIRAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA
1. Semangat dan cita-cita kebangsaan telah dideklarasikan para pendiri bangsa (founding
fathers). Para pendiri bangsa mampu menggali nilai-nilai budaya luhur bangsa (atau disebut
filsafat Pancasila maupun filsafat keagamaan). Pemahaman terhadap falsafah kebangsaan
telah menghasilkan semangat juang para pendahulu sehingga membebaskan dari belenggu
penjajahan. Falsafah Pancasila yang dilandasi nilai-nilai sejarah, cita-cita dan ideologi, juga
berfungsi memandu bangsa Indonesia memandang dinamika kehidupan dan menentukan arah
pembangunan menuju masyarakat yang mandiri, maju, adil, dan makmur.
2. Fenomena globalisasi berpengaruh kepada pergeseran atau perubahan tata nilai, sikap dan
perilaku pada semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perubahan
yang positif dapat memantapkan nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan
14
mengembangkan kehidupan nasional yang lebih berkualitas. Tuntutan dan aspirasi
masyarakat terakomodasi secara positif disertai upaya-upaya pengembangan, peningkatan
pemahaman, penjabaran, pemasyarakatan, dan implementasi Pancasila dalam semua aspek
kehidupan. Adapun perubahan yang negatif harus diwaspadai sejak dini serta melakukan
aksi pencegahan berbagai bentuk dan sifat potensi ancaman terhadap NKRI.
3. Menurut Noorsyam (2009), filsafat pancasila memberi tempat yang tinggi dan mulia atas
kedudukan dan martabat manusia (sebagai implementasi sila pertama dan kedua
Pancasila). Karenanya setiap manusia seyogyanya mengutamakan asas normatif religius
dalam menjalankan kehidupannya. Manusia diberi oleh Tuhan kemampuan berbagai ilmu
pengetahuan untuk melaksanakan tugas kekhalifahannya (Al Baqarah : 30 – 34). Manusia
diminta untuk mengelola seluruh alam dan seisinya dan diperuntukkan bagi umat manusia.
4. Menurut Hasibuan (2003), manusia Indonesia memiliki potensi ²illahiyah², dan bisa
merealisasikan potensi illahiyahnya menjadi manfaat seluruh bangsa. Dengan menunaikan
kekhalifahan itu manusia senantiasa mengalami pembelajaran. Pembelajaran diperlukan agar
bangsa Indonesia dapat melalui tantangan internal maupun global dan berbagai
dinamikanya. Proses pembelajaran dan iptek diharapkan menghasilkan kemampuan adaptasi
atau justifikasi proses kehidupan dan menjalankan inovasi untuk menciptakan kualitas dan
daya saing yang makin baik. Daya saing hanya akan meningkat, seiring dengan proses
pembelajaran yang rasional dan kritis serta kreativitas di kalangan masyarakat.
5. Nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa perlu diimplementasi untuk
membangkitkan semangat juang bangsa. Semangat juang itu bukan saja untuk menyelesaikan
permasalahan bangsa, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Kualitas itu
akan lahir dari manusia yang berkarakter religius, percaya diri, dan memiliki etos kerja yang
tinggi (Poespowardojo dan Hardjatno, 2010). Lahirnya SDM yang berkualitas sangat relevan
untuk mengantisipasi keadaan dan perubahan lingkungan strategis.
6. Bagi bangsa Indonesia, yang dibutuhkan adalah sistemkepemimpin nasional yang dapat
menjalankan visi pembangunan nasional dilandasi paradigma nasional dengan kemampuan
(i) memantapkan integrasi bangsa dan solidaritas nasional, (ii) mementingkan stabilitas
nasional untuk meningkatkan rasa kebangsaan, (iii) memahami perubahan dan melaksanakan
pembaharuan dalam manajemen pemerintahan dan (iv) upaya pencarian solusi untuk
15
menangani permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Pemimpin pada berbagai tingkatan
dan hirarki, merupakan penggerak dan motivator seluruh komponen bangsa untuk
menjalankan kehidupan nasional dalam pembangunan nasional.
7. Kepemimpinan nasional membutuhkan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas,
berkemampuan iptek dan seni yang dilandasi nilai-nilai ideologi bangsa, serta dapat
berinteraksi dengan komponen bangsa lainnya dalam hidup bersama yang bermanfaat.
Kepemimpinan nasional harus dapat mengawal manajemen pembangunan dalam rambu-
rambu good governance, mendorong berfungsinya kelembagaan pemerintahan,
pembangunan pendidikan, dan pembangunan hukum dan aparatur dalam rangka
pembangunan nasional.
8. Pembangunan pendidikan secara umum bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan (masyarakat
dan pemerintahan) dalam prinsip-prinsip keteladanan, moral dan etika sesuai falsafah hidup
bangsa berdasarkan Pancasila. Kepemimpinan dalam keluarga, sekolah, kemasyarakatan dan
pemerintahan wajib menjalankan prinsip-prinsip pendidikan tersebut, dan menjadi sumber
motivasi dan inspirasi lahirnya kualitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Melalui pendidikan diharapkan lahir kualitas SDM yang memiliki moral dan
akuntabilitas individu, sosial, institusional dan global(Lemhannas, 2009) yang akan
mengantarkan menjadi Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Karakter
multikultur[1] bangsa merupakan sumber kekayaan iptek nasional, sebagai modal dasar
pembangunan nasional. Potensi tersebut perlu dioptimalkan pemanfaatannya melalui
kepemimpinan yang memiliki kompetensi manajemen pembangunan berdasarkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4.2 STRATEGI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKANPendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta
proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi
dan/atau kelompokyang unik-baik sebagai warga negara. Hal itu diharapkan mampu
memberikan kontribusi optimal dalam mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha
16
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Strategi pembinaan karakter bangsa melalui program pendidikan memerlukan dukungan
penuh dari pemerintah yang dalam hal ini berada di jajaran Kementerian Pendidikan Nasional.
Oleh karena itu, fasilitasi yang perlu didukung berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Pengembangan kerangka dasar dan perangkat kurikulum, inovasi pembelajaran dan
pembudayaan karakter; standardisasi perangkat dan proses penilaian, kerangka dan
standardisasi media pembelajaran yang dilakukan secara sinergis oleh pusat-pusat di
lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional.
b. Pengembangan satuan pendidikan yang memiliki budaya kondusif bagi pembangunan
karakter dalam berbagai modus dan konteks pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan
menengah, serta pendidikan tinggi dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait
di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.
c. Pengembangan kelembagaan dan program pendidikan nonformal dan informal dalam rangka
pendidikan karakter melalui berbagai modus dan konteks dilakukan secara sistemik oleh
semua direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Nonformal dan Informal.
d. Pengembangan dan penyegaran kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, baik di
jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah maupun pendidikan tinggi yang relevan
dengan pendidikan karakter dalam berbagai modus dan konteks dilakukan secara sistemik
oleh semua direktorat terkait.
e. Pengembangan karakter peserta didik di perguruan tinggi melalui penguatan standar isi dan
proses, penelitian dan pengembangan pendidikan karakter, pembinaan lembaga pendidikan
tenaga kependidikan, pengembangan dan penguatan jaringan informasi professional.
Pembinaan karakter dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait.
17
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Negara Indonesia adalah negara yang solid terdiri dari berbagai suku dan bangsa, terdiri
dari banyak pulau-pulau dan lautan yang luas. Jika kita sebagai warga negara ingin
mempertahankan daerah kita dari ganguan bangsa/negara lain, maka kita harus memperkuat
ketahanan nasional kita. Ketahanan nasional adalah cara paling ampuh, karena mencakup banyak
landasan seperti : Pancasila sebagai landasan ideal, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional
dan Wawasan Nusantara sebagai landasan visional, jadi dengan demikian katahanan nasional
kita sangat solid.
Secara psikologis konsep dari karakter bangsa adalah konsep individual. Jika kemudian
hal tersebut menjadi suatu karakter bangsa maka perlu adanya acuan. Artinya dari konsep
individual menjadi sebuah konsep kemasyarakatan dan lebih luas lagi bangsa, maka haruslah
ada instrumen sebagai alat evaluasi yaitu kebudyaan.
5.2 SARAN
Dalam membangun karakter bangsa sebaiknya dengan menerapkan nilai – nilai yang
terkandung pada pancasila karena jika suatu bangsa dapat mengamalkannya maka akan terbentuk
suatu bangsa yang berkarakter tangguh serta akan di dapati Negara yang aman dan sejahtera.
5.3 DAFTAR PUSTAKA
Situmorang, H. 2010. Pembangunan Karakter Bangsa. Jurnal Pendidikan Penabur.
Iskandar Agung, Rumtini. Civil Society dan Pendidikan Karakter Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi khusus III, Oktober 2010
http://www.iprasblog.com/mengembangkan-karakter-bangsa-memajukan-masa-depan/324
18
Anonim. 2010. Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Forum Rektor Indonesia Simpul Jawa Timur. 2003. Hidup Berbangsa dan Etika Multikultural. Surabaya: Penerbit Forum Rektor Simpul Jawa Timur Universitas Surabaya.
http://hwraocha.wordpress.com/2013/01/01/karakter-bangsa-2/
Hasibuan, S. 2003. SDM Indonesia: Mengubah Kekuatan Potensial Menjadi Kekuatan Riil. Majalah Perencanaan Pembangunan, Bappenas, Jakarta. Edisi 31, April-Juni 2003: 2-10.
Hasan, H.S. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Litbang Puskur Kemdiknas
http://dunialppkb.wordpress.com/bina-karakter-bangsa/
19