bab iii identifikasi data -...
TRANSCRIPT
29
BAB III IDENTIFIKASI DATA
A. Gambaran Umum Motion Graphic
Motion graphic adalah suatu teknik animasi dengan cara menggerakkan
objek animasi, foto, still life, dan materi desain lainnya, tanpa suatu proses
penggambaran per frame. Mayoritas teknis-teknis pengerjaannya sudah dengan
menggunakan bantuan teknologi komputer (computerized), yakni dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak olah grafis, olah vektor hingga olah suara.
Dalam era digital ini motion graphic sudah sangat sering kita jumpai,
terutama dalam peruntukannya sebagai media sosialisasi berupa iklan televisi
komersial maupun sekadar animasi bumper di acara televisi. Media dengan jenis
animasi motion graphic dewasa ini mulai banyak bermunculan sebagai alternatif
media audio visual yang sedari dulu selalu dipenuhi dengan bentuk iklan non-
animasi.
Sebagai media sosialisasi, animasi motion graphic memunyai prospek yang
cerah. Karena selain sebagai trend yang termasuk baru, motion graphic dianggap
mampu menjadi alternatif media dalam menyampaikan suatu informasi dengan
cepat, sederhana dan menarik sehingga lebih mudah diapresiasi oleh audiens.
Berangkat dari pertimbangan di atas, dalam usahanya sebagai kontributor DKV,
penulis menetapkan motion graphic sebagai objek perancangan demi menciptakan
media sosialisasi manfaat dan pentingnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan.
30
B. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
1. Data Perusahaan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosisal (BPJS) merupakan institusi
pemerintah yang berbentuk badan hukum publik yang ditugaskan untuk
menyelenggarakan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. BPJS terdiri
dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan adalah
badan publik yang berfokus pada penyelenggaraan program jaminan
kesehatan, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan berfokus pada penyelenggaraan
program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan
jaminan kematian.
a. Sejarah dan Perkembangan
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, bangsa Indonesia telah memiliki
sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan
tujuan sistem jaminan sosial nasional perlu dibentuk badan penyelenggara
yang berbentuk badan hukum publik berdasarkan prinsip
kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas,
portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil
pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan sebesar-besarnya untuk kepentingan Peserta.
Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional maka dibentuk Badan
penyelenggara Jaminan Sosial melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dengan Undang-
31
Undang ini dibentuk 2 (dua) BPJS yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan.
BPJS Kesehatan mulai beroperasi menyelenggarakan Program
Jaminan Kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014 dan merupakan
transformasi kelembagaan PT Askes (Persero).
1) Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) ~
1968
Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara
jelas mengatur pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan
Penerima Pensiun (PNS dan ABRI) beserta anggota keluarganya
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968. Menteri
Kesehatan membentuk Badan Khusus di lingkungan Departemen
Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan
Kesehatan (BPDPK), dimana oleh Menteri Kesehatan RI pada waktu
itu (Prof. Dr. G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai embrio Asuransi
Kesehatan Semesta.
2) Perusahaan Umum Husada Bhakti ~ 1984 - 1991
Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan
kesehatan bagi peserta dan agar dapat dikelola secara profesional,
Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984
tentang Pemeliharaan Kesehatan Bagi Pegawai Negeri Sipil,
Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara) beserta anggota
keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1984,
32
status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum
Husada Bhakti.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991,
kepesertaan program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola
Perum Husada Bhakti ditambah dengan Veteran dan Perintis
Kemerdekaan beserta anggota keluarganya. Disamping itu,
perusahaan diijinkan memperluas jangkauan kepesertaannya ke badan
usaha dan badan lainnya sebagai peserta sukarela.
3) PT Askes (Persero) ~ 1992 - 2013
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status
Perusahaan Umum (Perum) diubah menjadi Perusahaan Perseroan
(PT Persero) dengan pertimbangan fleksibilitas pengelolaan
keuangan, kontribusi kepada Pemerintah dapat dinegosiasi untuk
kepentingan pelayanan kepada peserta dan manajemen lebih mandiri.
Pada tahun 2004 sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, PT Askes
(Persero) sebagai salah satu calon Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) kesehatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1241/Menkes/XI/2004 PT Askes (Persero) ditunjuk sebagai
penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin
(PJKMM). PT Askes (Persero) mendapat penugasan untuk mengelola
kepesertaan serta pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
33
Di tahun 2008, Pemerintah mengubah nama Program Jaminan
Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (PJKMM) menjadi Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). PT Askes (Persero)
berdasarkan Surat Menteri Kesehatan RI Nomor 112/Menkes/II/2008
mendapat penugasan untuk melaksanakan Manajemen Kepesertaan
Program Jamkesmas yang meliputi tatalaksana kepesertaan,
tatalaksana pelayanan dan tatalaksana organisasi dan manajemen.
Untuk mempersiapkan PT Askes (Persero) bertransformasi
menjadi BPJS Kesehatan atas diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, maka dilakukan pemisahan
Program Askes Sosial dan Askes Komersial. Dan tahun 2008 dibentuk
anak perusahaan PT Askes (Persero) yaitu PT Asuransi Jiwa InHealth
Indonesia, yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Nomor 2 Tahun
2008, tanggal 6 Oktober 2008 dengan perubahan Nomor 7 tanggal 18
Desember 2008 dengan Akta Nomor 4 tanggal 13 Maret 2009.
Pada tanggal 20 Maret 2009 berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Keuangan Nomor Kep-38/KM.10/2009 PT Asuransi Jiwa
InHealth Indonesia selaku anak perusahaan dari PT Askes (Persero)
telah memperoleh ijin operasionalnya. Dengan dikeluarkannya ijin
operasional ini maka PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia mulai
beroperasi secara komersial pada 1 April 2009.
PT Askes (Persero) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 2009 ditugaskan untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan
bagi para menteri dan pejabat tertentu (Program Jamkesmen).
34
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Dewan Komisaris dan Direksi
PT Askes (Persero) sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan
ditugasi untuk:
a) Menyiapkan operasional BPJS Kesehatan untuk program jaminan
kesehatan.
b) Menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan
kewajiban PT Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan.
4) BPJS Kesehatan ~ 2014 - sekarang
Berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial maka pada tanggal 1 Januari 2014 PT Askes (Persero)
bertransformasi kelembagaan menjadi BPJS Kesehatan. Transformasi
tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan
liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban.
Sejak beroperasinya BPJS Kesehatan, Kementerian Kesehatan
tidak lagi menyelenggarakan program jaminan kesehatan masyarakat,
Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian
Republik Indonesia tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan
kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu
berkaitan dengan kegiatan operasionalnya yang ditetapkan dengan
Peraturan Presiden dan PT Jamsostek (Persero) tidak lagi
menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan kesehatan.
35
b. Struktur Organisasi
Organ BPJS Kesehatan adalah Dewan Pengawas dan Direksi, yang
dalam pelaksanaan tugas, wewenang, dan tanggung jawab berdasarkan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Organisasi secara tegas memisahkan tugas, hak, kewajiban,
wewenang, fungsi dan tanggung jawab Dewan Pengawas dan Direksi demi
keberhasilan pengelolaan organisasi dan implementasi Good Governance.
1) Dewan Pengawas
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 24/P Tahun 2016
tentang Pengangkatan Dewan Pengawas dan Direksi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Masa Jabatan Tahun 2016 -
2021, maka susunan Dewan Pengawas BPJS Kesehatan adalah
sebagai berikut:
Ketua Dewan Pengawas : Chairul Rajab Nasution
Anggota Dewan Pengawas : 1. Karun
2. Sri Hartati
3. Misbahul Munir
4. La Tunreng
5. Roni Febrianto
6. Michael Johannis Latuwael
36
2) Direksi
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 24/P Tahun 2016
tentang Pengangkatan Dewan Pengawas dan Direksi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Masa Jabatan Tahun 2016 -
2021, maka susunan Direksi BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut:
Direktur Utama : Fachmi Idris
Dir. Kepesertaan & Pemasaran : Andayani Budi Lestari
Dir. Pelayanan : R. Maya Amiarny Rusady
Dir. Keuangan : Kemal Imam Santoso
Dir. Perencanaan & Pengembangan : Mundiharno
Dir. SDM & Umum : Mira Anggraini
Dir. Hukum Komunikasi & HAL : Bayu Wahyudi
Dir. Teknologi & Informasi : Wahyuddin Bagenda
Gambar 2. Struktur Organisasi BPJS Kesehatan
Sumber: Website BPJS Kesehatan (http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2010/3) (2016)
37
c. Visi dan Misi
1) Visi
Visi BPJS Kesehatan sebagaimana telah ditetapkan pada Rencana
Strategis BPJS Kesehatan adalah:
"Cakupan Semesta 2019"
Dengan penjelasan:
paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk indonesia
memiliki jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memeuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan
oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul, dan terpercaya.
Secara spesifik tujuan BPJS Kesehatan sebagaimana tersebut dalam
Visi adalah mewujudkan BPJS Kesehatan yang menyelenggarakan
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi 121,6 juta jiwa
penduduk Indonesia di wilayah Indonesia mulai 1 Januari 2014, dan
secara bertahap mampu mencakup seluruh penduduk Indonesia yang
berjumlah sekitar 257 juta jiwa.
2) Misi
a) Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan
mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
b) Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan
kesehatan yang efektif, efisien, dan bermutu kepada peserta
melalui kemitraan yang optimal dengan fasilitas kesehatan.
38
c) Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan
dana BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan
akuntabel untuk mendukung kesinambungan program.
d) Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-
prinsip tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan
kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja yang unggul.
e) Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan
dan evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas
seluruh operasionalisasi BPJS Kesehatan.
f) Mengembangkan dan menetapkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mendukung keseluruhan operasional BPJS
Kesehatan.
Untuk mewujudkan Visi dan Misi BPJS Kesehatan, maka sasaran
strategi utama yang ditetapkan antara lain:
1) Tercapainya kepesertaan semesta sesuai peta jalan menuju Jaminan
Kesehatan Nasional tahun 2019.
2) Tercapainya jaminan pemeliharaan kesehatan yang optimal dan
berkesinambungan.
3) Terciptanya kelembagaan BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan
terpercaya.
d. Tata Nilai Organisasi
BPJS Kesehatan menetapkan dan mengembangkan tata nilai
organisasi yang terdiri atas 4 (empat) elemen, yaitu:
39
1) Integritas
Merupakan prinsip dalam menjalankan setiap tugas dan tanggung
jawab melalui keselarasan berpikir, berkata dan berperilaku sesuai
keadaan sebenarnya.
2) Profesional
Merupakan karakter dalam menjalankan tugas dengan kesungguhan,
sesuai kompetensi dan tanggung jawab yang diberikan.
3) Pelayanan Prima
Merupakan tekad dalam memperikan pelayanan terbaik dengan ikhlas
kepada seluruh peserta.
4) Efisiensi Operasional
Merupakan upaya untuk mencapai kinerja optimal melalui
perencanaan yang tepat dan penggunaan anggaran yang rasional
sesuai kebutuhan.
2. Data Produk
Sebagai badan yang menangani masalah jaminan sosial, layanan utama
yang diberikan BPJS, khususnya BPJS Kesehatan, adalah program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS
Kesehatan meliputi:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
Yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup:
1) Administrasi pelayanan,
2) Pelayanan promotif dan preventif,
3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis,
40
4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif,
5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai,
6) Transfusi darah sesuai kebutuhan medis,
7) Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama,
8) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi.
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan
Yaitu pelayanan kesehatan yang mencakup:
1) Rawat Jalan, meliputi:
a) Administrasi pelayanan,
b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter
spesialis dan sub spesialis,
c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis,
d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai,
e) Pelayanan alat kesehatan implan,
f) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi
medis,
g) Rehabilitasi medis,
h) Pelayanan darah,
i) Pelayanan kedokteran forensik,
j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan.
2) Rawat Inap, meliputi:
a) Perawatan inap non intensif
b) Perawatan inap di ruang intensif
c) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri
41
Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Hal ini menunjukkan kesungguhan
pemerintah untuk menampung masyarakat tidak mampu, prinsip ekuitas tadi
mampu terealisasikan dengan bentuk subsidi silang dari iuran yang terkumpul
setiap bulannya. Setiap peserta JKN diwajibkan untuk membayar iuran peserta
setiap bulan. Berikut beberapa pilihan besaran iuran yang ada, antara lain:
a. Kelas I, Rp 80.000,00 per jiwa dan per bulan,
b. Kelas II, Rp 51.000,00 per jiwa dan per bulan,
c. Kelas III, Rp 25.500,00 per jiwa dan per bulan.
Besarnya iuran per bulan akan menentukan akomodasi kelas saat
perawatan inap di rumah sakit.
3. Data Pemasaran
Pada pelaksanaannya, program Jaminan Kesehatan Nasional
dicanangkan untuk mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia, baik kota
hingga ke pelosok daerah. Namun mengingat masih minimnya jumlah fasilitas
kesehatan yang tergabung dalam BPJS Kesehatan, maka cukup pantas jika
dibilang bahwa program Jaminan Kesehatan Nasional belum mampu
menjangkau ke daerah terpencil.
4. Data Konsumen
Jumlah total peserta dari program JKN yang dikelola oleh BPJS
Kesehatan saat ini telah mencapai angka 163.327.183 (per Maret 2016), atau
sekitar 60% dari jumlah keseluruhan rakyat Indonesia saat ini. Dari jumlah
tersebut, BPJS Kesehatan membaginya ke dalam 3 (tiga) kategori peserta yakni
42
Penerima Bantuan Iuran (PBI), Pekerja Penerima Upah (PPU) dan Peserta
Mandiri, dengan rincian sebagai berikut:
a. Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang masuk dalam
kategori PBI berjumlah 103.735.804 kepala, atau sekitar 63% dari jumlah
keseluruhan peserta JKN BPJS Kesehatan. Rincian jumlah tersebut terbagi
lagi menjadi 2 kategori baru, yakni:
1) PBI APBN, yang berjumlah 90.801.505 kepala, atau sekitar 88% dari
jumlah keseluruhan peserta PBI.
2) PBI APBD, yang berjumlah 12.934.289 kepala, atau sekitar 12% dari
jumlah keseluruhan peserta PBI.
b. Pekerja Penerima Upah (PPU)
Jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang masuk dalam
kategori PPU berjumlah 38.597.609 kepala, atau sekitar 24% dari jumlah
keseluruhan peserta JKN BPJS Kesehatan. Rincian jumlah tersebut terbagi
lagi menjadi 8 kategori baru, yakni:
1) Eks Askes Sosial, berjumlah 12.796.151 kepala,
2) Polri, berjumlah 1.536.788 kepala,
3) TNI, berjumlah 1.192.927 kepala,
4) Pegawai BUMN, berjumlah 1.142.130 kepala,
5) Pegawai BUMD, berjumlah 143.734 kepala,
6) Pegawai Swasta lainnya, berjumlah 13.637.926 kepala,
7) Eks Jamsostek, berjumlah 8.132.613 kepala, dan
8) Warga Negara Asing, berjumlah 15.340 kepala.
43
c. Peserta Mandiri
Jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang masuk dalam
kategori Peserta Mandiri berjumlah 20.993.770 kepala, atau sekitar 13%
dari jumlah keseluruhan peserta JKN BPJS Kesehatan. Rincian jumlah
tersebut terbagi lagi menjadi 2 kategori baru, yakni:
1) Pekerja Bukan Penerima Upah, yang berjumlah 15.994.602 kepala,
2) Bukan Pekerja, yang berjumlah 4.999.168 kepala.
5. Promosi
Demi membantu mensosialisasikan program Jaminan Kesehatan
Nasional, BPJS Kesehatan memilik beberapa media pendukung promosi,
antara lain:
a. Brosur
Gambar 3. Brosur BPJS Kesehatan Sumber: Dokumentasi pribadi (2016)
44
b. Majalah
Gambar 4. Majalah Info BPJS Sumber: Dokumentasi pribadi (2016)
c. Website
Gambar 5. Interface website BPJS Kesehatan Sumber: http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs (2016)
45
d. Twitter
Gambar 6. Halaman Twitter BPJS Kesehatan Sumber: http://twitter.com/BPJSKesehatanRI (2016)
C. Target
1. Target Market
Target market adalah sasaran pasar yang dituju. Dalam konsep
pemasaran, pasar merupakan sasaran utama yang dituju oleh perusahaan.
Target market dari motion graphic sosialisasi manfaat dan pentingya BPJS
Kesehatan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Segmentasi Geografis : Kota-kota besar di Indonesia
b. Segmentasi Demografis
1) Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan
2) Umur : 25 - 45 tahun
3) Status Ekonomi : Menegah dan atas
c. Segmentasi Psikografis : Mengincar orang yang ingin mengetahui
mengenai layanan BPJS Kesehatan.
46
2. Target Audience
Target audiens adalah sasaran audiens yang dituju. Target audiens dari
motion graphic sosialisasi manfaat dan pentingya BPJS Kesehatan ini dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Segmentasi Geografis : Kota-kota besar di Indonesia
b) Segmentasi Demografis
1) Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan
2) Umur : 25 - 45 tahun
3) Status Ekonomi : Menengah dan atas
c) Segmentasi Psikografis : Mengincar orang butuh informasi mengenai
manfaat dan layanan BPJS Kesehatan.
D. Kompetitor
Kompetitor adalah pesaing dalam usaha, yakni sebuah perusahaan yang
menawarkan barang atau jasa sejenis ataupun berlainan jenis namun mampu
memengaruhi keputusan calon konsumen dalam membeli atau memakai produk
tersebut. Berangkat dari permasalahan yang penulis angkat, dalam hal ini sebuah
perancangan motion graphic sebagai media sosialisasi manfaat dan pentingnya
BPJS Kesehatan, dalam menentukan kompetitor yang akan dianalisis, penulis akan
fokus kepada salah satu kriteria segmentasi target audiens yang telah ditetapkan di
atas. Beberapa lembaga asuransi kesehatan yang mampu bertindak sebagai
kompetitor BPJS Kesehatan antara lain:
47
1. AXA Insurance
a. Sejarah dan Perkembangan
PT Asuransi AXA Indonesia (AXA General Insurance) merupakan
bagian dari AXA Group, salah satu perusahaan asuransi dan manajemen
aset terbesar di dunia yang didukung oleh 157.000 karyawan dan melayani
102 juta nasabah di 56 negara.
AXA General Insurance beroperasi dibidang asuransi umum dengan
jalur distribusi direct marketing, keagenan, broker, bancassurance, dan
distribusi alternative. AXA General Insurance didukung oleh lebih dari
500 tenaga penjualan, 8 kantor pemasaran dan melayani sekitar 51.000
nasabah di seluruh Indonesia.
AXA General Insurance memiliki pengalaman yang luas dalam
menyediakan ragam perlindungan asuransi umum mulai dari asuransi
perorangan seperti asuransi rumah beserta isinya, kendaraan, perjalanan,
serta kesehatan dan kecelakaan diri untuk pribadi dan keluarga. AXA
General Insurance juga menyediakan asuransi bisnis seperti asuransi
property, kantor, manufaktur, pengangkutan, kendaraan serta asuransi
kesehatan dan kecelakaan diri untuk kelompok.
b. Visi
Kami berusaha untuk menjadi Perusahaan Asuransi Umum Pilihan
melalui kualitas produk dan layanan dan kinerja terbaik yang kami miliki.
c. Nilai Utama Perusahaan
1) Semangat tim,
2) Integritas,
48
3) Inovasi,
4) Pragmatisme,
5) Profesionalisme.
Nilai-nilai tersebut merupakan pondasi dari ambisi AXA, sebuah
pedoman yang menginspirasi segala tindakan dan keputusan perusahaan.
Nilai-nilai tersebut mencerminkan cara perusahaan bertindak dan
berpikir, untuk kepentingan para nasabah, pemegang saham, karyawan,
rekan bisnis dan komunitas.
d. Asuransi Kesehatan AXA
Asuransi kesehatan AXA menawarkan produk eksklusif dengan
jaminan yang komprehensif dan didukung oleh pelayanan yang handal
dalam perawatan kesehatan untuk kebutuhan nasabah perorangan dan
perusahaan.
1) Kesehatan Perorangan
Selain menyisihkan dana atau menabung untuk pos pembiayaan
kesehatan, ada jalan praktis lain sebagai penanhanan risiko kesehatan
memburuk, yaitu dengan membeli program Asuransi Kesehatan.
AXA sangat sadar akan kebutuhan ini dan untuk keperluan tersebut,
AXA telah menyediakan suatu program asuransi kesehatan yang
lengkap untuk memenuhi kebutuhan anda dan keluarga.
2) Kesehatan Grup
Karyawan adalah aset bagi setiap perusahaan. Mereka adalah kunci
bagi keberhasilan perusahaan. Paket asuransi kesehatan AXA
memberikan perlindungan asuransi kesehatan yang lengkap bagi
49
karyawan anda. Produk asuransi kesehatan AXA dapat disesuaikan
dengan kebutuhan perusahaan, mulai dari perusahaan UKM sampai
perusahaan besar multinasional. Semua manfaat dapat diperluas untuk
menjamin pasangan dan anak-anak dari karyawan.
3) Rumah Sakit Rekanan
Rumah Sakit Rekanan AXA adalah rumah sakit yang secara khusus
dipilih karena mutu pelayanannya yang memuaskan.
2. Manulife Indonesia
a. Sejarah dan Perkembangan
Didirikan pada tahun 1985, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia
(Manulife Indonesia) merupakan bagian dari Manulife Financial
Corporation, grup penyedia layanan keuangan dari Kanada yang
beroperasi di Asia, Kanada dan Amerika Serikat. Dengan surat izin
perusahaan nomor: S. 254/MK.17/99 serta Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia nomor Kep-020/KM.13/1989, Manulife Indonesia
menawarkan beragam layanan keuangan termasuk asuransi jiwa, asuransi
kecelakaan dan kesehatan, layanan investasi dan dana pensiun kepada
klien individu maupun pelaku usaha di Indonesia. Melalui jaringan lebih
dari 11.000 karyawan dan agen profesional yang tersebar di 25 kantor
pemasaran, Manulife Indonesia melayani lebih dari 2 juta klien di
Indonesia.
PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia terdaftar dan diawasi oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
50
b. Visi dan Misi
Visi
Menjadi penyedia jasa keuangan yang paling profesional di dunia dengan
menyediakan solusi yang tepat, dapat diandalkan, terpercaya dan terdepan
bagi keputusan penting perencanaan keuangan nasabah kami.
Misi
Untuk menjadi penyelenggara jasa keamanan finansial yang terdepan bagi
masyarakat Indonesia.
c. Nilai Utama Perusahaan
Manulife Indonesia memiliki nilai-nilai untuk menuntun setiap
langkah perusahaan, mulai dari perencanaan strategis, pengambilan
keputusan sehari-hari, hingga cara perusahaan memperlakukan nasabah
serta pemangku kepentingan lainnya. Komitmen Manulife Indonesia
dituangkan dalam singkatan PRIDE.
1) Profesionalism (Profesionalisme)
Sasaran Manulife Indonesia adalah untuk menjadi perusahaan yang
memiliki standar profesionalisme tinggi di industri asuransi jiwa yang
didukung oleh karyawan dan agen yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan tinggi untuk melayani kepentingan nasabah.
2) Real Value to Our Customer (Nilai Nyata Bagi Nasabah)
Keberadaan Manulife Indonesia semata-mata adalah untuk
memuaskan nasabah. Dengan menyediakan produk-produk,
pelayanan, dan nilai-nilai jangka panjang yang berkualitas tinggi,
kami akan memastikan semua nasabah mendapat solusi terbaik untuk
51
memenuhi kebutuhan mereka masing-masing.
3) Integrity (Integritas)
Seluruh pelayanan Manulife Indonesia memiliki nilai kejujuran dan
keadilan yang tinggi. Kepercayaan nasabah dibangun dengan
menjunjung tinggi kode etik yang berlaku dalam industri asuransi
jasa.
4) Demonstrated Financial Strength (Kekuatan Finansial)
Manulife Indonesia berkewajiban memenuhi janji finansialnya
kepada nasabah di masa mendatang. Oleh karena itu, kami senantiasa
mempertahankan kemampuan membayar klaim dengan kondisi
keuangan yang sehat dan hasil investasi yang maksimal, serta tetap
konsisten dengan falsafah manajemen investasi yang bertanggung
jawab.
5) Employer of Choice (Perusahaan Pilihan)
Manulife Indonesia sangat menghargai karyawan dan agen yang
merupakan kunci keberhasilan perusahaan. Untuk menarik minat dan
mempertahankan tenaga kerja terbaik dan handal, kami memiliki
komitmen untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia
serta memberikan penghargaan atas prestasi terbaik.
d. Asuransi Kesehatan (MiUltimate HealthCare)
Dengan kenaikan biaya kesehatan per tahun di Indonesia mencapai
14%. Anda mungkin akan bertanya-tanya “bila saya sudah memiliki
asuransi kesehatan, apakah jumlah manfaatnya cukup untuk membiayai
biaya-biaya yang timbul bila saya sakit?” Memahami kekhawatiran Anda
52
akan kenaikan biaya kesehatan dan pentingnya kesehatan bagi Anda,
Manulife Indonesia meluncurkan MiUltimate HealthCare, produk
kesehatan yang memberikan manfaat penggantian biaya rawat inap di
rumah sakit hingga usia 80 tahun, sesuai dengan tagihan kesehatan dari
rumah sakit tempat dimana Anda dirawat.
E. Analisis SWOT
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eskternal berupa peluang dan
ancaman, dengan faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan. SWOT sendiri
berarti memilah dan menginventarisasi sebanyak mungkin objek yang diteliti dari
segi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan
ancaman (threat). Hasil dari analisis ini kemudian dapat ditarik kesimpulan SWOT
sendiri berarti memilah dan menginventarisasi sebanyak mungkin objek yang
diteliti dari segi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity),
dan ancaman (threat).
Berikut merupakan tabel analisis SWOT antara BPJS Kesehatan dan
beberapa lembaga asuransi kesehatan lainnya:
Internal Kelebihan (Strength) Kelemahan (Weakness)
BPJS
Kesehatan
• Premi yang murah untuk
setiap paket pelayanan yang
sama dengan manfaat
jaminan yang menyeluruh.
• Tidak ada pre-existing
condition, semua penyakit
ditanggung, termasuk
• Jumlah fasilitas kesehatan
yang tergabung belum
sebanding dengan jumlah
peserta.
• Proses lebih panjang karena
BPJS Kesehatan
menggunakan sistem
53
penyakit yang sudah ada
sebelum peserta bergabung.
• Pendaftaran sangat mudah,
tidak diperlukan data
kesehatan dan medical
check-up.
rujukan berjenjang.
AXA
• Alternatif produk banyak.
• Memiliki cabang hampir di
seluruh kota di Indonesia,
sehingga memudahkan
nasabah untuk mengajukan
klaim.
• Untuk kota-kota tertentu
dan nominal tertentu, klaim
dapat cair dalam 30 menit.
• Tenaga penjual yang
seringkali tidak jujur atau
tidak sepenuhnya paham
mengenai produk asuransi
yang dijelaskan.
• Loyalitas agen asuransi
yang rendah.
• Beberapa kantor cabang
dalam kondisi tidak
terawat.
Manulife
• Berpengalaman di
bidangnya dan memiliki
citra baik di masyarakat.
• Menjadi pemimpin pasar
untuk kategori produk
inovatif.
• Jaringan kantor perlu
diperluas.
• Perlu pemerataan kualitas
SDM terutama di keagenan.
Tabel 2. Analisis SWOT Internal
Eksternal Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
BPJS Kesehatan
• Biaya rumah sakit yang
mahal sehingga memiliki
polis asuransi kesehatan
dengan premi murah
menjadi sebuah pilihan
yang tepat.
• Kebutuhan akan jaminan
• Pemahaman masyarakat
yang salah tentang produk
asuransi.
• Banyaknya pilihan asuransi
lain yang tak kalah bagus.
54
kesehatan akan sangat
dibutuhkan di masa
mendatang.
AXA
• Pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang tinggi dalam
tiga tahun terakhir
membuka lahan baru dalam
dunia perasuransian,
khususnya segmentasi
menengah ke atas.
• Dari 240 juta penduduk
Indonesia, baru sekitar 3%
yang memiliki asuransi
kesehatan.
• Ketidakstabilan
perekonomian nasional dan
dunia yang mampu
menyebabkan turunnya
daya beli masyarakat.
• Masyarakat memiliki
banyak pilihan terhadap
produk asuransi lain karena
pasar yang semakin
kompetitif.
• Pemahaman masyarakat
yang salah tentang produk
asuransi.
Manulife
• Mulai timbul kesadaran
masyarakat untuk
berinvestasi.
• Lokasi geografis Indonesia
yang rawan bencana alam.
• Jumlah penduduk Indonesia
yang lebih dari 250 juta.
• Kompetitor mulai meniru
inovasi produk yang
dikembangkan.
• Persepsi negatif dari
sebagian masyarakat
Indonesia terhadap produk
asuransi. Tabel 3. Analisis SWOT Eksternal