bab iii hasil penelitian dan pembahasan 3.1. …eprints.undip.ac.id/76079/4/bab_3.pdf ·...
TRANSCRIPT
62
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Perencanaan Kebijakan Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kota Tangerang
Kota Tangerang memiliki wilayah seluas 164.55 km2 atau sekitar 1.59%
dari luas Provinsi Banten. Bersumber pada data Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2017 mengungkapkan bahwa lahan Kota Tangerang yang digunakan untuk
lahan pertanian seluas 17,40 km2. (BPS, 2018).
Namun, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Tangerang, Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang (PUPR) Kota Tangerang, serta Badan Pertanahan Nasional
(BPN) Kota Tangerang, menyatakan bahwa sudah tidak ada lagi lahan yang
secara baku dijadikan media khusus untuk tanaman pertanian pada umumnya.
Ketiga narasumber tersebut menyebutkan bahwa kini hanya ada tersisa 0,92 km2
lahan pertanian di Kecamatan Periuk, Kota Tangerang, yang dijadikan lahan
pertanian baku. Bahkan, dalam jangka waktu dekat lahan tersebut akan direvisi
atau dialihfungsikan menjadi lahan industri1
1 Wawancara dengan staff Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tangerang, Badan Pertanahan Nasional Kota Tangerang pada 04 2019dan 18 Januari 2019 di Instansi masing-masing.
63
Sebagai kota yang menyandang predikat kota penyangga, kenyataan
memperlihatkan bahwa banyak arus urbanisasi, pembangunan kawasan industri,
pengembangan pemukiman dan berbagai fasilitas penunjang lainnya telah
tumbuh dengan pesat di Kota Tangerang. Hal tersebut tidak dapat dihindari
karena Kota Tangerang sebagai kota yang bertetangga dengan Ibu Kota, Jakarta.
Oleh karena itu, Kota Tangerang tak hanya harus melayani kebutuhan penduduk
setempat, tetapi juga harus melayani kebutuhan Jakarta dan penduduknya.
Perencanaan alih fungsi lahan pertanian di Kota Tangerang merupakan
upaya Pemerintah Kota Tangerang dalam upaya menyesuaikan dengan rencana
pembangunan Tata Ruang Nasional dan untuk meningkatkan peran Kota
Tangerang dalam memberi pelayanan yang lebih luas bagi kebutuhan
penduduknya. Sehingga tata ruang wilayah Kota Tangerang menjadi lebih tertib
dan terkendali. Dalam perencanaannya peralihan fungsi lahan pertanian di Kota
Tangerang melibatkan Walikota yang dibantu oleh jajaran SKPD yang terdiri
dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Badan Pertanahan Nasional,
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penatan
Ruang. Selain itu juga melibakan Tokoh Masyarakat setempat. Setiap pihak yang
terlibat tersebut memiliki peran masing-masing dalam memberi masukan
pertimbangan perencanaan alih fungsi yang kemudian dikomunikasikan bersama
antar aktor dalam sebuah rapat bersama untuk menetukan arah kebijakan alih
fungsi lahan pertanian di Kota Tangerang yang melahirkan Peraturan Daerah
64
Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang
2012 – 2032.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa alih fungsi
lahan pertanian yang terdapat dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang 2012 - 2032,
menyebutkan bahwa Kota Tangerang dialokasikan sebagai pusat pelayanan
perdagangan dan jasa, industri, serta pendidikan regional berwawasan
lingkungan dan budaya sebagai bagian dari Kawasan Strategis Nasional Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabodetabekpunjur). Hal
tersebut menunjukkan bahwa pada tahap perecanaannya sudah mengacu pada
arahan penggunaan lahan ke non-pertanian.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang 2012 – 2032
penggunaan lahan pertanian untuk dialihfungsikan menjadi non pertanian telah
direncanakan dan diatur mulai dari struktur ruang, pola ruang, sumber
pendanaan, pelaksana kegiatan, dan jangka waktu pelaksanaan. Sehingga dapat
menjadi landasan dalam proses impelementasi alih fungsi lahan pertanian di Kota
Tangerang agar dapat berjalan dengan baik.
Adapun perencanaan kawasan peruntukkan wilayah Kota Tangerang yang
terdapat dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang dan Wilayah Kota Tangerang 2012 – 2032 teringkas dalam tabel 3.1 dan
tabel 3.2.
65
Tabel 3.1
Kawasan Peruntukkan Berdasarkan Pola Ruang Kota Tangerang Tahun
2012 – 2032
No. Kawasan Peruntukkan Kecamatan
1. Perumahan Seluruh Kecamatan
2. Industri Kec. Jatiuwung
Kec. Batuceper
Kec. Periuk
Kec. Karawaci
Kec. Tangerang
Kec. Cibodas
Kec. Benda
Kec. Neglasari
3. Pariwisata Kec. Tangerang
Kec. Pinang
Kec. Karang Tengah
4. Perdagangan dan Jasa Kec. Larangan
5. Perkantoran dan Pemerintahan Kec. Tangerang
6. Pertanian Kec. Periuk
Tabel 3.2
Kawasan Peruntukkan Berdasarkan Sruktur Ruang Kota Tangerang Tahun
2012-2032
No. Kawasan Peruntukkan Kecamatan
1. Sistem Pusat Pelayanan Seluruh Kecamatan
2. Sistem Jaringan Transportasi Seluruh Kecamatan
3. Sistem Jaringan Energi? Kelistrikan Kec. Karang Tengah
Kec. Ciledug
Kec. Pinang
Kec. Periuk
Kec. Neglasari
Kec. Batuceper
Kec. Cipondoh
Kec. Tangerang
Kec. Cibodas
Kec. Jatiuwung
4. Sitem Jaringan Telekomunikasi Seuluruh Kecamatan
66
No. Kawasan Peruntukkan Kecamatan
5. Sistem Jaringan Sumbe Daya Air Kec. Periuk
Kec. Cipondoh
Kec. Tangerang
Kec. Pinang
Kec. Neglasari
6. Sistem Infratruktur Perkotaan Semua Kecamatan
Berdasarkan tabel 3.1 menjelaskan bahwa setiap wilayah kecamatan sudah
ada zona atau peruntukkan kawasannya sendiri untuk dilakukan pengembangan-
pengembangan wilayah melalui penggunaan lahan-lahan di setiap kecamatan di
Kota Tangerang.
Sumber pendanaan merupakan hal yang paling utama dalam menentukan
berjalan atau tidaknya kebijakan alih fungsi lahan pertanian di Kota Tangerang.
Seperti yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang 2012 – 2032, Sumber Pendanaan
untuk dapat terlaksananya kebijakan alihfungsi lahan bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota, Investasi
Swasta. Adapun yang menjadi pelaksana kegiatan dalam mewujudkan kebijakan
alih fungsi lahan pertanian di Kota Tangerang terdiri atas Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah serta peran masyarakat.
Waktu pelaksanaan yang direncanakan dalam Peraturan Daerah Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang 2012 – 2032 dapat dikelompokkan menjadi
empat periode meliputi :
67
1. Periode tahun 2013 – 2017, diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan
pengembangan.
2. Periode tahun 2018 – 2022, diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan
pengembangan.
3. Periode tahun 2023 – 2027, diprioritaskan pada pengembangan dan
pemantapan.
4. Periode tahun 2028 2032, diprioritaskan pada pemantapan.
Dengan demikian Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Tangerang yang telah disusun akan menjadi arah dalam mewujudkan
penggunaan ruang yang tertib dan terkendali termasuk dalam hal alih fungsi
lahan pertanian menjadi non pertanian.
3.2. Pelaksanaan Kebijakan Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kota Tangerang
Dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang 2012 – 2032, alih fungsi lahan
pertanian yang terjadi merupakan lahan eksisting yang dialih fungsikan lahannya
sesuai peruntukan ruang wilayah yang telah di tetapkan. Diungkapkan oleh Dinas
PUPR Kota Tangerang kepada peniliti bahwa terjadinya peralihan fungsi lahan
pertanian di Kota Tangerang dikarenakan sudah tidak menguntungkan, baik bagi
masyarakat setempat yang mengelola ataupun bagi pemerintah kota. Selain itu,
Dinas PUPR menambahkan jika adanya lahan pertanian di Kota Tangerang sudah
tidak relevan lagi dengan status Kota Tangerang itu sendiri yang termasuk dalam
68
Kawasan Strategis Nasional dan menjadi salah satu kota metropolitan di
Indonesia.
Pernyataan tersebut juga di dukung oleh pemerintah pusat yang telah
menetapkan kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan
Cianjur (JABODETABEKPUNJUR) sebagai kawasan strategi nasional yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan, dan keamanan negara,
ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Oleh karena itu, diperlukannya
penataan ruang dan wilayah Jabodetabekpunjur lebih lanjut untuk mewujudkan
daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan serta
mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efisien.
(Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur).
Data membuktikan bahwa perubahan lahan pertanian di Kota Tangerang
cukup pesat. Terbukti pada hasil data yang diperoleh peneliti dari Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang yang disajikan pada tabel 3.3.
69
Tabel 3.3
Perkembangan Kondisi Lahan Sawah Kota Tangerang
Tahun 2012 - 2018
(dalam satuan hektar)
No Lahan Sawah 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Irigasi Teknis 551 551 450 456 448 386,67 300,67
2 Setengah
Teknis 0 0 0 0 0 0 0
3 Irigasi
Sederhana 0 0 0 0 0 0 0
4 Tadah Hujan 263,55 206,97 221,97 196,97 188,97 122,48 131,48
Jumlah 814,55 757,97 671,97 652,97 636,97 509,15 432,15
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang
Berdasarkan pada tabel 3.3 dapat terlihat jelas terjadinya penurunan luas
lahan pertanian di Kota Tangerang terutama pada lahan irigasi teknis yang terus
menyusut keberadaannya dari tahun ke tahun. Berkurangnya lahan irigasi teknis
di kota Tangerang terjadi lantaran kerap dialih fungsikan menjadi pemukiman
penduduk, dan pergudangan. Seperti yang terjadi di kawasan Bandara
Internasional Soekarno-Hatta yang terletak di kecmatan Benda, keberadaan lahan
irigasi teknis terus dialihfungsikan menjadi perumahan penduduk dan perhotelan
di karenakan adanya Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai daya tarik
mudahnya aksesbilitas bagi penduduk kota Tangerang. Penyebab semakin
berkurangnya lahan irigasi teknis yang terjadi dikarenakan kawasan yang
terdapat lahan irigasi teknis pada dasarnya memang tidak di peruntukkan guna
pengembangan sektor pertanian. Lahan irigasi teknis di kota Tangerang hanya
bersifat eksisting, tidak ada perlindungan dan pengembangan oleh pemkot.
70
Tabel 3.4
Perhitungan Penurunan Jumlah Luas Lahan Pertanian di Kota Tangerang
Tahun 2012 – 2018
(dalam satuan hektar)
No. Tahun
Jumlah
Luas Lahan
Tahun
Sebelumnya
Jumlah
Luas Lahan
Tahun
Berjalan
Penurunan
Jumlah
Luas
Lahan
Persentase
Penurunan
Jumlah
Luas
Lahan
1. 2012 - 814,55 - -
2. 2013 814,55 757,97 56.58 6.95%
3. 2014 757,97 671,97 86 11.35%
4. 2015 671,97 652,97 19 2.83%
5. 2016 652,97 636,97 16 2.45%
6. 2017 636,97 509,15 127.82 20.07%
8. 2018 509,15 432,15 77 15.12%
Hasil perhitungan penurunan jumlah luas lahan pertanian pada tabel 3.4
secara kuantitatif mengindikasikan bahwa adanya peralihan lahan pertanian di
Kota Tangerang menjadi lahan non pertanian. Pada tabel 3.4 dapat diketahui
bahwa penurunan terbesar jumlah luas lahan pertanian Kota Tangerang terjadi
pada tahun 2017 dengan penurunan sebesar 127,82 Ha atau 20,07% dari jumlah
luas lahan pertanian sebelumnya. Melonjaknya persentase penurunan jumlah luas
lahan pertanian di Kota Tangerang tersebut terjadi kemungkinan besar
diakibatkan karena diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016
Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dan Peraturan
Presiden Nomor 58 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
yang menuangkan proyek-proyek strategis nasional yang dilaksanakan oleh
71
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Badan Usaha yang memiliki sifat
strategis untuk peningkatan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah.
(Peraturan Presiden 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional).
Sehingga dapat diketahui bahwa alih fungsi lahan pertanian baik yang
tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tangerang 2012 – 2032 maupun praktiknya sebagian besar
diperuntukkan guna mendukung proyek strategis nasional. Hasil penelitian
tersebut juga didukung oleh beberapa bukti dokumentasi peneliti yang
menunjukkan terdapat adanya peralihan lahan pertanian menjadi lahan non-
pertanian di beberapa kecamatan yang disajikan pada gambar 3.1 sampai dengan
gambar 3.3.
72
Gambar 3.1
Proyek Pembangunan Jalan Tol Cengkareng-Batuceper-Kunciran
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 3.1 merupakan hasil dokumentasi dari proses pembangunan jalan
Tol Cengkareng-Batuceper-Kunciran. Proyek pembangunan jalan tol tersebut
tercatat dalam daftar Proyek Strategis Nasional yang dalam perencanaan dan
pelaksanaannya tertuang dalam Perda Nomor 6 Tahun 2012. Pengembangan
Jalan Strategis Nasional Jakarta Outer Ring Road II (JORR) meliputi Serpong-
Kunciran-Bandara yang direncanakan dapat terealisasi dalam kurun waktu tujuh
tahun. Pengembangan JORR 2 di kerjakan melalui dua periode yang dimulai
pada tahun 2016-2017 terhitung periode pertama, kemudian dilanjutkan periode
kedua pada tahun 2018-2022. Adapaun sumber pembiayaan dalam
pengembangan JORR 2 di dapat melalui Anggaran Pendapatan Pemerintah
Daerah dan Kementerian Pekerjaan Umum yang menjadi penanggung jawab
73
dalam pelaskana program pembangunan JORR 2 hingga selesai dalam waktu
yang telah direncanakan.
Gambar 3.2
Stasiun Bandara Soekarno-Hatta Internasional Airport, Kecamatan
Batuceper
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 3.2 merupakan dokumentasi foto dari hasil pembangunan Stasiun
Bandara Soekarno-Hatta yang terletak pada Kecamatan Batuceper. Proyek
pembangunan Stasiun Bandara Soekarno-Hatta tersebut juga tercatat dalam
daftar Proyek Strategis Nasional yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya
tertuang dalam Perda Nomor 6 Tahun 2012. Pembangunan kereta bandara
tersebut dilaksanakan melalui dua periode, yaitu periode pertama dimulai pada
tahun 2014-2017 dan kemudian dilanjutkan pada periode kedua yang dimulai
dari tahun 2018-2022. Meskipun dalam perencanaannya di targetkan selesai pada
tahun 2022, namun saat ini pembangunan kereta bandara telah diresmikn dan
sudah beropersional secara penuh. Adapun sumber dana yang bertanggung jawab
74
dari pelaksanaan pembangunan kereta bandara di dapat melalui Anggaran
Pendapatan Belanja Negara dan pelaksana program pengerjaan kereta bandara di
laksanakan oleh Kementerian Perhubungan.
Gambar 3.3
Jalan Husein Sastra Negara, Kecamatan Benda
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 3.3 merupakan dokumentasi dari proses peningkatan fungsi dan
pelebaran sisi jalan Husen Sastranegera menuju Bandara Soekarno-Hatta dari
arah jalan Faliman Jaya. Pelebaran jalan tersebut dilakukan sepanjang 800 meter
dengan memanfaatkan lahan pertanian di sekitarnya (kanan gambar).
Peningkatan fungsi dan pelebaran jalan Husein Sastranegara dilaksanakan dalam
empat tahap yang dimulai dari tahap pertama pada tahun 2013-2017 dan di
akhirkan tahap empat pada tahun 2028-2032. Terlaksananya peleberan jalan
Husein Satranegara mendapat suntikan dana dari Anggaran Pendapatan Belanja
75
Daerah Kota yang menjadikannya proses pelebaran jalan tersebut hingga kini
masih terus berjalan di bawah taggung jawab pelaksana program Dinas Pekerjaan
Umum.
Pengendalian khusus untuk mengontrol alih fungsi lahan pertanian dari
pemerintah Kota Tangerang memang tidak diatur secara khusus, baik dalam
bentuk program maupun kebijakan khusus dari pemerintah. Namun bukan berarti
tindakan tersebut juga diperbolehkan begitu saja. Pengendalian alih fungsi lahan
pertanian ke non pertanian yang terjadi hingga saat ini masih berpedoman pada
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Tangerang 2012 – 2032 dan mekanisme perizinan yang di atur melalui:
penetapan zonasi, perizinan, pemberian intensif dan disintensif, dan pengenaan
sanksi. Adapun izin peralihan fungsi lahan pertanian ke non pertanian
prosedurnya sama seperti proses pembuatan izin lokasi. Meskipun begitu
pelaksanaan, alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian di Kota Tangerang
sampai saat ini sudah berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan kandungan
dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Tangerang 2012 – 2032 yang menerapkan sistem zonasi atau
kawasan peruntukkannya dalam tiap proses izin pembangunan, jika tidak sesuai
zonasinya maka surat izin pembangunannya tidak akan keluar.2
2 Wawancara dengan Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tangerang Riznur, SH pada 18 Januari 2019 di Dinas PUPR Kota Tangerang
76
3.3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan Alih Fungsi
Lahan Pertanian di Kota Tangerang
Dalam pelaksanaan program pemerintah tentu memiliki faktor pendukung
dan penghambat. Faktor pendukung dapat memperlancar jalannya kebijakan alih
fungsi lahan. Sebaliknya, faktor penghambat dapat mengganggu jalannya dalam
penerapan kebijakan alih fungsi lahan pertanian di Kota Tangerang. Masing-
masing diuraikan sebagai berikut:
3.3.1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung implementasi kebijakan alih fungsi lahan
pertanian di kota Tangerang antara lain:
a. Dukungan dari Pemerintah Pusat
Dalam hal perencanaan dan pelaksanaannya, Pemerintah Pusat
sangatlah berperan penting karena pemerintah merupakan faktor
pendukung utama yang menerbitkan Undang-undang Nomor 26 Tahun
2007 Tentang Penataan Ruang. Undang-undang tersebut yang menjadi
landasan yang menurunkan peraturan-peraturan di tingkat bawahnya.
Sebagai undang-undang yang berlaku, maka secara mau tidak mau,
pemerintahan di bawahnya harus melaksanakan kebijakan undang-
undang tersebut, termasuk Pemerintah Kota Tangerang yang kemudian
menerbitkan peraturan-peraturan di bawahnya dalam melaksanakannya.
77
b. Koordinasi antar instansi pemerintahan
Pelaksanaan alih fungsi lahan pertanian di Kota Tangerang
merupakan upaya Pemerintah Kota Tangerang dalam melaksanakan
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
dan Wilayah 2012 – 2032. Pelaksanaan perda tersebut bukan semata-
mata dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dan kordinasi dengan
intansi pemerintahan lainnya. Namun, dalam perencanaan dan
pelaksanaannya, peralihan fungsi lahan pertanian di Kota Tangerang
dilakukan dengan cara rapat koordinasi guna mensosialisasikan
kebijakan dan peraturan yang berlaku kepada beberapa instansi
pemerintahan di bawahnya yang terkait seperti BAPPEDA, Kantor
Pertanahan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan beserta Camat, Lurah dan Tokoh
Masyarakat setempat.
c. Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha
Pelaksanaan alih fungsi lahan pertanian di Kota Tangerang sejauh
ini sudah dilakukan sesuai dengan zonasi peruntukkannya yang diatur
dalam Perda Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang dan
Wilayah 2012 – 2032. Pemerintah Kota Tangerang bersikap tegas
mengenai perizinan pembangunan yang dilakukan oleh badan usaha.
Badan usaha yang hendak mendirikan bangunan atau konstruksi lainnya
78
harus sesuai dengan zonasi peruntuukan. Dalam tiap proses izin
pembangunan, jika tidak sesuai zonasinya maka surat izin
pembangunanya tidak akan keluar3. Pernyataan diatas merupakan upaya
Pemerintah Kota Tangerang dalam melaksanakan kebijakan yang
dibuatnya. Namun, sebelumnya, pemerintah melakukan rapat
koordinasi guna mensosialisasikan kebijakan yang berlaku beserta
sanksinya kepada masyarakat dan badan usaha. Hal tersebut bertujuan
agar tidak sembarangan menggunakan lahannya yang tidak sesuai
zonasi yang telah ditetapkan. Disamping itu Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang juga membuka ruang konsultasi bagi masyarakat dan
badan usaha yang ingin mengetahui zonasi-zonasi daerah masing-
masing.
d. Peran serta masyarakat setempat
Terlaksananya Perda Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang dan Wilayah 2012 – 2032 di Kota Tangerang tak lepas dari peran
serta masyarakat setempat. Dalam hal pelaksanaannya, pemerintah
daerah memerintahkan instansi pemerintahan di bawahnya untuk
melakukan sosialisasi kepada masyarakat guna memberikan
3 Wawancara dengan staff Penatagunaan Tanah Kantor Pertanahan Kota Tangerang Arif pada 18 Januari 2019 di Kantor Pertanahan Kota Tangerang
79
pemahaman dan mendapatkan dukungan masyarakat setempat terhadap
peraturan yang berlaku.
3.3.2. Faktor Penghambat
Di samping faktor pendukung, faktor penghambat juga ditemui
dalam penelitian ini. Yang menjadi faktor penghambat antara lain adalah
adanya rencana pemerintah Kota Tangerang yang ingin melakukan revisi
terhadap Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tangerang 2012 – 2032 yang telah ditetapkan
sebelumnya. Revisi dilakukan terhadap sebagian wilayah yang masih
terdapat lahan pertanian baku, yaitu lahan pertanian yang terletak di daerah
kecamatan Periuk dengan luas lahan 92 hektar. Dalam revisi yang akan
dilakukan rencananya lahan pertanian baku tersebut ingin di alih fungsikan
peruntukkannya yang semula Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
menjadi wilayah kawasan perindustrian . Hal tersebut tentu menjadi
hambatan dalam proses pelaksanaan kebijakan Peraturan Daerah Nomor 6
Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang 2012 –
2032, sebab adanya Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di wilayah
kecamatan Periuk juga tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Banten
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
membuat lahan pertanian tersebut tidak boleh dialihfungsikan dalam
bentuk apapun. Dengan begitu pemerintah Kota Tangerang akan
80
menyelesih peraturan diatasnya dan akan menyebabkan penataan ulang
kembali terhadap zonasi-zonasi wilayah yang sebelumnya telah berjalan
dengan baik dan saat ini menjadi terhambat karena revisi untuk peniadaan
lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kecamatan Periuk.