bab iii hasil penelitian a. kasus posisi · 2020. 6. 29. · warisan yang belum difaraidakan kepada...
TRANSCRIPT
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Kasus posisi
Pewaris semasa hidupnya memiliki tiga orang istri. Istri pertama memiliki dua orang anak
yaitu Abdullah dan Chairani. Istri kedua dan ketiga tidak memiliki anak. Abdullah anak pertama
dari istri pertama pewaris memiliki satu orangdan lima orang anak yang tersebut adah para
penggugat yang juga ahli waris ab intestate. Chairani anak kedua dari istri pertama pewaris yang
tersebut adalah tergugat telah menguasai harta warisan peninggalan pewaris yang belum
difaraidkan kepada ahli warisnya. Para penggugat dan tergugat mereka adalah ahli waris ab
intestate atau ahli waris karena undang-undang, yang masing-masing mempunyai hak untuk
mendapat bagian dari harta warisan peninggalan pewaris yaitu mertua dari penggugat satu dan
kakek dari penggugat dua sampai lima, serta ayah dari kandung dari tergugat.
+P__________________________+X__________+Y________+Z
+A-------------B C--------+D
E F G H I
Keterangan:
P = Abdul Rani bin T. Syeh Umar (pewaris)
X = Khadijah alm. (istri pertama) -- memiliki dua orang anak yaitu A (Abdullah) dan C
(Chairani)
Y = Nek Jawa alm. (istri kedua)
Z = Basyiah alm. (istri ketiga)
B = Rawati ( isteri dari Abdullah) - mereka memiliki lima orang anak yaitu E (Heri
Lukmansyah), F (Novita Sari), G (Hendra Wijaya), H (Fatimah Zuhra), I (Sri Mainora)
Pewaris meninggal dunia tahun 1980 dengan meninggalkan harta warisan berupa:
1. sebidang tanah kebun seluas lebih dari 77.593 meter persegi, yang terletak di provinsi Aceh
di desa Ladong
2. Beberapa tanaman dan bangunan yang terletak di atas tanah peninggalan tersebut yaitu
tanah kebun yang berbatasan dengan orang lain.
Sampai pada saat pewaris dan ketiga istrinya telah meninggal dunia tidak ada pembagian harta
warisan di antara para ahli waris yang masih tersisa yaitu kedua orang anak pewaris yaitu
Abdullah (almarhum) dan Chairani (tergugat). Abdullah (almarhum) telah hilang pada bencana
tsunami Aceh 2004 ia di anggap telah meninggal dunia. Abdullah meninggalkan satu orang
istri (penggugat) dan lima orang anaknya sebagai ahli waris Abdullah (almarhum) yang juga
menjadi penggugat. Bahwa di awal tahun 2016 tanah objek sengketa yang merupakan harta
peninggalan pewaris termasuk dalam area rencana pembangunan Politeknik Kelautan dan
Perikanan yang dimana dana untuk pembebasan tanah tersebut bersumber dari Anggaran
Pembiayaan Belanja Daerah (APBD) dan pembangunan sudah dimulai beberapa waktu
sebelumya. Para penggugat setelah mengetahui hal tersebut, penggugat II mengirim surat
kepada Gubernur Provinsi Aceh untuk memberitahu bahwa area rencana pembangunan
Poloteknik Kelautan dan Perikanan terletak di atas tanah milik pewaris yang merupakan harta
warisan yang belum difaraidakan kepada ahli warisnya. Beberapa waktu setelah penggugat II
mengirim surat kepada Gubernur Provinsi Aceh, para penggugat dating ke rumah tergugat
(Chairani) dengan tujuan untuk membicarakan pembagain harta warisan peninggalan pewaris.
Setalah mereka membicarakan mereka, mencapai kesepakatan bahwa tanah objek sengketa
peninggalan pewaris akan difaraidkan secara kekeluargaan kepada ahli warisnya tanpa
melibatkan pihak lain dalam menyelesaikan faraid tersebut. Bahwa setelah mereka mencapai
kesepakatan tersebut, kemudian tergugat (Chairani) menyarankan kepada penggugat II agar
mencabut kembali surat yang telah pengguat II ajukan kepada Gubernur Provinsi Aceh dengan
alasan agar memudahkan pembayaran ganti rugi nantinya oleh panitia. Pada saat itu mereka
belum sampai membicarakan bagian hak masing-masing ahli waris yang harus diterima karena
para penggugat percaya bahwa tergugat (Chairani) akan memenuhi janjinya. Penggugat II
dengan itikad baik memenuhi saran dari tergugat (Chairani) untuk mencabut kembali surat
yang telah ia ajukan kepada Gubernur Provinsi Aceh perihal untuk mencabut surat penggugat
II sebelumnya kepada Gubernur Provinsi Aceh.
Setelah penggugut II telah melakukan pencabutan surat tersebut ternyata dimanfaatkan
oleh tergugat (Chairani) untuk memuluskan rencananya agar uang ganti rugi pembebasan tanah
objek sengketa tersebut dapat dinikmati sendiri sepenuhnya oleh tergugat (Chairani). Bahwa
surat pencabutan yang diajukan kepada Gubernur Provinsi Aceh terbit, para penggugat baru
menyadari bahwa mereka terperangkap dalam jebakan scenario yang telah direncanakan
sebelumya oleh tergugat (Chairani). Beberapa waktu kemudian para penggugat menerima
menerima surat pengumuman Hasil Inventarisasi dan Identifikasi Peta Bidang Tanah dan
Daftar Nominatif Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan
yang telah ditandatangani oleh ketua Pelaksana Pengadaan Tanah dan daftar Nominatif
Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan, tercantum pemilik
atas nama Chairani dan uang ganti rugi atas pembebasan tanah harta warisan pewaris diterima
Chairani (tergugat). Karena mengetahui hal tersebut para penggugat menyimpulkan bahwa
penyelesaian secara hukum merupakan satu-satunya cara yang harus ditempuh untuk
mendapatkan hak-hak para penggugat sebagai ahli waris yang berpedoman pada aturan hukum
pasal 188 Komplikasi Hukum Islam.
B. Putusan tingkat Mahkamah Syar’iyah, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung
b.1. Putusan tingkat Mahkamah Syar’iyah
Para penggugat yang merupakan ahli waris ab intestato mengajukan gugatan terhadap
tergugat (Chairani) yang juga merupakan ahli waris satu ayah dan satu ibu, ke Mahkamah
Syar’iyah atas harta warisan atau harta peninggalan pewaris (Abdullah) berupa tanah seluas
77.593 meter persegi beserta bangunan dan tanaman yang terdapat di atasnya, yang belum
difaraidkan kepada ahli warisnya.
Dalil-dalil gugatan para penggugat:
1. Pewaris adalah mertua dari penggugat I dan kakek dari penggugat II hingga penggugat VI
dan juga orang tua kandung dari tergugat.
2. Pewaris memiliki 3 (tiga) orang istri. Pada istri pertama dikarunia dua orang anak yaitu
alm. Abdullah dan Chairani (tergugat). Pada istri kedua dan ketiga tidak memiliki anak.
3. Pada saat pewaris meninggal dunia dan ketiga isterinya juga sudah meninggal, dia
meninggalkan ahli waris yaitu alm. Abdullah dan Chairani (tergugat) yaitu anak pewaris
dari istri pertama.
4. Harta warisan peninggalan pewaris sampai saat ini belum difaraidkan kepada ahli
warisnya.
5. Pada tahun 2004 alm. Abdullah, anak pertama pewaris dari istri pertamanya meninggal
dunia.
6. Saat ini ahli waris yang di tinggalkan alm. Abdullah adalah seorang istri dan lima orang
anak serta saudara perempuan yaitu Chairani (tergugat).
7. Alm. Abdullah selain meninggalkan ahli waris yaitu para penggugat dan tergugat juga
meninggalkan harta warisan berupa sebidang tanah kebun seluas 77.593 meter persegi.
8. Harta warisan peninggalan pewaris termasuk dalam area pembangunan Politeknik
Kelautan dan Perikanan.
9. Para penggugat serta tergugat (Chairani) sepakat untuk membagi di antara mereka uang
hasil ganti rugi oleh panitia pengadaan tanah dari harta warisan peninggalan pewaris secara
kekeluargaan.
10. Tergugat (Chairani) ternyata membohongi para penggugat bahwa ternyata uang ganti rugi
pembebasan Tanah objek sengketa harta peninggalan pewaris dinikmati sendiri oleh
tergugat (Chairani)
11. Setelah itu para penggugat mendapat pemberitahuan bahwa tanah objek sengketa harta
peninggalan pewaris yang belum difaraidkan kepada ahli waris sudah tertera atas nama
Chairani (tergugat).
12. Penggugat I selaku istri sah dari alm. Abdullah berhak untuk mewarisi dan para penggugat
II hingga VI sebagai anak kandung dari alm. Abdullah berhak untuk mewarisi dan
mendapatkan bagian mereka masing-masing.
13. Oleh karena para pihak dalam perkara ini beragama Islam dan tinggal menetap di Aceh
maka gugatan para penggugat diajukan kepada Mahkamah Syar’iyah sesuai dengan pasal
128 ayat 2 UU No.11/2016 tentang pemerintah Aceh yang berkenaan dengan faraid.
14. Memfaraidkan harta peninggalan pewaris menurut hukum Islam kepada ahli warisnya
sesuai bagian masing-masing ahli waris.
Untuk membuktikan dalil gugatannya para penggugat telah mengajukan bukti surat berupa:
1. fotokopi surat pemberitahuan Atas Hak Kepemilikan Tanah
2. fotokopi surat Pencabutan Surat yang diajukan kepada Gubernur Provinsi Aceh
3. fotokopi surat Pembatalan Pencabutan Surat Pemberitahuan Atas Hak Kepemilikan Tanah
4. fotokopi surat Pengumuman Hasil Inventarisasi dan Identifikasi Peta Bidang Tanah dan
Nominatif Pengadaan Tanh untuk Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan yang
semuanya teleh diberi maerai.
Atas bukti surat yang telah di ajukan oleh para penggugat tersebut diatas, Majelis Hakim
menimbang bahwa:
1. fotokopi Surat Pemberitahuan atas Hak Kepemilikan Tanah, yang telah dicocokkan
dengan aslinya dan bermateria cukup, namun bukti ini adalah surat dibawah tangan
yang dibaut oleh pengguat II sehingga bukti tersebut tidak memenuhi syarat formil dan
bukti tersebut dikesampingkan.
2. Fotokopi Pencabutan Surat, yang telah dicocokkan dengan aslinya dan bermateria
cukup, namun bukti ini adalah surat dibawah tangan yang dibaut oleh pengguat II
sehingga bukti tersebut tidak memenuhi syarat formil dan bukti tersebut
dikesampingkan.
3. Fotokopi Pembatalan Pencabutan Surat Pemberitahuan Atas Hak Kepemilikan Tanah,
yang telah dicocokkan dengan aslinya dan bermateria cukup, namun bukti ini adalah
surat dibawah tangan yang dibaut oleh pengguat II sehingga bukti tersebut tidak
memenuhi syarat formil dan bukti tersebut dikesampingkan.
4. Fotokopi Surat Pengumuman Hasil Invetarisasi dan Identifikasi Peta Bidang Tanah dan
Daftar Nominatif Pengadaan Tanha untuk pembangunan Politeknik Kelautan dan
Perikanan, yang dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Badan Pertahanan Nasional Provinsi
Aceh, yang bermaterai cukup namun tidak dapat dicocokkan denga aslinya, sehingga
bukti tersebut tidak memenuhi syarat formil dan bukti tersebut dikesampingkan.
Para penggugat juga telah mengajukan beberapa orang saksi yang dalam keterangan para
saksi yang diajukan oleh para penggugat, sebagai berikut:
1. Saksi M. Thalib bin Muhammad:
a. Kenal dengan Alm. Abdullah dan Chairani (tergugat)
b. Tidak kenal dengan para penggugat
c. Kenal dengan pewaris
d. Objek sengketa terletak di Gampong Ladong dan tidak mengetahui luas tanah.
e. saksi mengetahui batas-batas tanah milik pewaris.
f. Tanah tersebut memang berasal atau milik dari pewaris.
g. Dulu saksi sering ke rumah pewaris dan pewaris cerita kepada saksi bahwa tanh
tersebut diberikan kepada Abdullah dan Chairani.
h. Bahwa tanah tersebut di garap oleh Chairani sebelum ia menikah. Dan saksi tidak tahu
Chairani menikah tahun berapa.
i. Abdullah telah meninggal dunia saat tsunami.
j. Saksi tidak kenal dengan suami Chairani
k. Saksi tidah tahu apakah harta pewaris sudah dibagikan semua.
l. Saksi pernah melihat surat tentang pembagian tanah itu secara adat.
2. Saksi Usman Gade bin Ade:
a. Kenal dengan para penggugat dan tergugat dan juga pewaris.
b. Saksi mengenal semua istri pewaris
c. Pernikahan pewaris dengan ketiga istrinya sah menurut islam tapi tidak ada bukti
tertulis.
d. Pewaris memiliki anak yang masih hidup yaitu Chairani, sedangkan Abdullah telah
meninggal dunia saat tsunami.
e. Abdullah memiliki lima orang anak tapi tidak mengenal semuanya.
f. Pewaris semasa hidupnya memiliki tanah seluas 12 hektar yang ia peroleh dari Ali
baba.
g. Sewaktu pewaris masih hidup tidak ada pemberitahuan bahwa tanah tersebut telah
dibagi.
h. Terdapat pohon kelapa dan gubuk
i. tanah tersebut dikuasai oleh Chairani dan sebagain sudah dibagikan kepada para
pekerja.
j. Sepengetahuan saksi tanah tersebut tidak memiliki surat.
k. Tanah itu pernah diukur sewaktu Abdullah masih hidup, dan saksi turut hadir tapi
saksi tidak tahu tujuannya untuk apa.
l. Sepengetahuan saksi tanah itu belum di faraidkan.
m. Saksi pernah melihat surat tentang pembagian tanah itu secara adat.
3. Saksi Sofya bin Ahmad:
a. Saksi tidak memiliki hubungan keluarga dengan para penggugat maupun dengan
tergugat.
b. Saksi tidak kenal dengan para penggugat.
c. Saksi kenal dengan Chairani (tergugat) dan dengan pewaris.
d. Pewaris mempunyai dua orang anak yaitu Abdullah dan Chairani.
e. Abdullah memiliki 5 orang anak, dan anak Chairani tidak tahu.
f. Bahwa tanah tersebut milik pewaris dan tidak tahu luasnya berapa.
g. Saksi mengetahui tanah tersebut batas-batasnya dimana saja.
h. Yang mengarap tanah tersebut adalah pewaris.
i. Saksi tidak tahu apakah tanah tersebut sudah dibagikan kepada ahli warisnya atau
belum.
j. Tanah tersebut dikuasai oleh Chairani, berdasarkan cerita Chairana kepada saksi.
4. Saksi Abu Bakar bin Adam,
a. Saksi kenal dengan pewaris dan memiliki tiga orang istri
b. Pewaris dengan istrinya yang pertama memiliki dua orang anak yaitu Abdullah dan
Chairani.
c. Pernikahan pewaris dengan ketiga isrinya sah secara Islam tapi tahu apakah ada bukti
tertulis atau tidak.
d. Anak pewaris yang masih hidup adalah Chairan sedangkan Abdullah telah meninggal
dunia.
e. Saksi kenal istri Abdullah tetapi tidak kenal dengan anak-anaknya.
f. Dulu tanah tersebut diperoleh oleh pewaris dari Ali baba.
g. Tanah tersebut sekarang dikuasai oleh Chairani
h. Sepengetahuan saksi tanah tersebut belum difaraidkan.
i. Saksi berteman dengan Ali baba dan ia lebih tua dari saksi.
Atas keterangan saksi-saksi yang diajukan oleh para penggugat, yang membenarkan
bahwa objek sengeketa benar milik dari pewaris, dan tidak ada lagi ahli warisnya selain
dari para penggugat dan tergugat, bawa pewaris memperoleh tanah yang sekarang menjadi
objek sengketa pada tahun 1953 yang asal mulanya pewaris mendapatkan tanah objek
sengketa tersebut dari Ali Baba pada tahun 1953 sebagai imbalan karena pewaris telah
membebaskan mobil Ali Baba yang ditahan kemudian bahwa objek sengketa tersebut
merupakan harta warisan yang belum difaraidkan kepada ahli warisnya, dan bahwa tanah
objek sengketa tersebut tidak pernah diberikan kepada tergugat maupun kepada alm. Suami
tergugat, dan tidak pernah ada surat pembagian warisan kepada tergugat yang diajukan.
Atas keterangan para saksi-saksi tersebut di atas yang diajukan oleh para penggugat,
Majelis Hakim menimbang bahwa:
1. Bahwa saksi 1 yang menyatakan tidak mengenal para penggugat padahal dia adalah saksi
yang dihadirkan oleh para penggugat yang seharusnya mengenal para penggugat, maka
keterangan saksi tersebut tidak memenuhi syarat materiil, oleh karena itu keterangan saksi
dikesampingkan.
2. Bahwa saksi 2 adalah fakta yang dilihat sendiri keterangannya relevan dengan apa yang
mau dibuktikan maka, keterarangan saksi 2 memenuhi syarat materil dan memenuhi
kekuatan pumbuktian dan dapat diterima.
3. Bahwa saksi 3 yang menyatakan tidak mengenal para penggugat padahal dia adalah saksi
yang dihadirkan oleh para penggugat yang seharusnya mengenal para penggugat, maka
keterangan saksi tersebut tidak memenuhi syarat materiil, oleh karena itu keterangan saksi
dikesampingkan.
4. Bahwa saksi 4 hanya mengenal pengguagt I maka keterangan saksi 4 tidak memenuhi
syarat meteril dan keterangan saksi dikesampingkan.
Atas gugatan para penggugat tersebut di atas tergugat (Chairani) dalam jawabannya
mengatakan bahwa:
Dalam pokok perkara
1. Tergugat menolak secara tegas seluruh dalil dan alasan yang dikemukakan oleh para
penggugat dalam gugatannya.
2. harta warisan peninggalan pewaris telah difaraidkan kepada alm. Abdullah suami dari
penggugat I dan ayah dari penggugat II sampai penggugat IV atau anak pertama dari isteri
pertama pewaris, serta kepada tergugat (Chairan i) atau anak kedua dari isteri pertama
pewaris.
3. Bahwa objek sengketa dalam gugatan para penggugat adalah bukan harta peninggalan dari
pewaris melainkan harta peniggalan alm. Suami tergugat (Chairani) dan juga merupakan
hasil usaha yang dibangun dan dikelola oleh tergugat beserta anak-anaknya.
4. Gugatan yang diajukan oleh para penggugat tersebut didaftarkan karena telah adanya upaya
dari Pemerintah Aceh untuk membeli, maka dalam hal ini membuktikan adanya niat yang
tidak baik dari para penggugat terhadap tergugat.
5. Sangat jelas terlihat para penggugat berniat tidak baik karena telah menghala-halangi
tergugat untuk memperoleh pembayaran dari pemerintah Aceh terhadap objek tersebut.
6. Bahwa posita para penggugat pada poin 9 dan poin 10 hanyalah merupakan alasan dalam
arti kata lain merupakan upa ya penggugat untuk menguasai harta yang bukan menjadi hak
para penggugat.
7. Dikarenakan gugatan para penggugat telah tidak sesuai menurut hukum dan tidak beralasan
menurut hukum dengan telah merekayasa serta mengada-ngada semua cerita yang terkesan
para penggugat terlalu berobsesi untuk mengambil hak milik orang lain.
8. Oleh karena objek tersebut adalah sah menurut hukum milik dari alm. Suami tergugat
beserta tergugat (Chairani) beserta anak-anaknya sehingga sudah sepatutnya majelis hakim
yang mengadili perkara ini untuk dapat menerima jawaban tergugat untuk seluruhnya.
Dalam Eksepsi:
1. Terhadap alasan dalam pokok perkara tersebut diatas mohon dianggap satu kesatuan dalam
Eksepsi yang tidak terpisahkan.
2. Bahwa perkara ini adalah merupakan sengketa hak milik yang merupakan kewenangan
Pengadilan Negeri bukan kewenangan Mahkamah Syar’iyah karena objek perkara bukan
harta peninggalan pewaris melainkan harta milik pribadi alm. Suami tergugat bersama
tergugat (Chairani) yang telah dikuasai secara terus menerus sejak tahun 1963.
3. Bahwa pewaris pertama (ayah mertua dari penggugat I atau kakek dari penggugat II sampai
VI) meninggal dunia pada tahun 1980 dan terhadap harta peninggalannya telah difaraidkan,
maka secara hukum gugatan para penggugat telah daluarsa.
Atas jawaban tergugat tersebut diatas, para penggugat menyampaikan repliknya bahwa:
1. Para penggugat tetap pada gugatan semula
2. Jawaban tergugat yang menyatakan bahwa harta peninggalan pewaris telah difaraidkan
kepada alm. Abdullah (suami dari penggugat I dan ayah dari penggugat II hingga VI) dan
kepada Chairani (tergugat) adalah tidak benar.
3. Tidak benar sejak tahun 1963 tanah objek sengketa dikuasai secara terus menerus oleh alm.
Suami tergugat.
4. Menolak eksepsi dan jawaban dalam pokok perkara untuk seluruhnya
Atas replik para penggugat tersebut diatas, tergugat menyampaikan dupliknya sebagai berikut:
Dalam pokok perkara
1. Tergugat tetap berpegang pada jawaban semula
2. Bahwa replik para penggugat pada poin 2 hanya berpura-pura tidak mengetahui mengenai
harta peninggalan pewaris yang telah difaraidkan.
Dalam eksepsi
1. Bahwa tergugat tetap berpegang pada jawaban semula
2. Bahwa apa yang disampaikan dalam Replik para penggugat, tergugat tidak perlu
menanggapinya.
Bahwa untuk menguatkan dalil bantahannya tergugat telah mengajukan bukti bukti berupa:
1. fotokopi surat perjanjian antara tergugat (Chairani) beserta alm. Suami tergugat sebagai
pemilik tanah dengan Utoh Rasjid sebagai pengarap tanah, yang telah diberi materai cukup
dan telah di cocokkan dengan aslinya, sehingga bukti tersebut telah memenuhi syarat
formil dan materil serta mempunyai kekutan pembuktian yang sempurna.
2. Fotokopi surat Keterangan Milik Tanah Adat, yang telah diberi materai cukup dan telah di
cocokkan dengan aslinya yang ternyata sesuai aslinya, sehingga bukti tersebut telah
memenuhi syarat formil dan materil serta mempunyai kekutan pembuktian yang sempurna.
3. Fotokopi Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah (SPORADIK) atas nama
Chairani, yang telah diberi materai cukup dan telah di cocokkan dengan aslinya yang
ternyata sesuai aslinya, sehingga bukti tersebut telah memenuhi syarat formil dan materil
serta mempunyai kekutan pembuktian yang sempurna.
4. Fotokopi Surat Pernyataan dan Kesaksian nomor 661/L/SR/V/2016 atas nama Tuan
Bustami yang dikeluarkan oleh Notaris yang telah diberi materai cukup dan telah di
cocokkan dengan aslinya yang ternyata sesuai aslinya, sehingga bukti tersebut telah
memenuhi syarat formil dan materil serta mempunyai kekutan pembuktian yang sempurna.
5. fotokopi surat Pernyataan dan kesaksian nomor 665/L/SR/2016 atas nama Tuan Ibrahim
yang dikeluarkan oleh Notaris yang telah diberi materai cukup dan telah di cocokkan
dengan aslinya yang ternyata sesuai aslinya, sehingga bukti tersebut telah memenuhi syarat
formil dan materil serta mempunyai kekutan pembuktian yang sempurna.
6. fotokopi surat Pernyataan dan kesaksian nomor 664/L/SR/2016 atas nama Tuan Mahdani
Gede, yang dikeluarkan oleh Notaris yang telah diberi materai cukup dan telah di cocokkan
dengan aslinya yang ternyata sesuai aslinya, sehingga bukti tersebut telah memenuhi syarat
formil dan materil serta mempunyai kekutan pembuktian yang sempurna.
7. fotokopi surat Pernyataan dan kesaksian nomor 663/L/SR/2016 atas nama Tuan Abdullah,
yang dikeluarkan oleh Notaris yang telah diberi materai cukup dan telah di cocokkan
dengan aslinya yang ternyata sesuai aslinya, sehingga bukti tersebut telah memenuhi syarat
formil dan materil serta mempunyai kekutan pembuktian yang sempurna.
8. fotokopi surat Pernyataan dan kesaksian nomor 667/L/SR/2016 atas nama Tuan Aswadi,
yang dikeluarkan oleh Notaris yang telah diberi materai cukup dan telah di cocokkan
dengan aslinya yang ternyata sesuai aslinya, sehingga bukti tersebut telah memenuhi syarat
formil dan materil serta mempunyai kekutan pembuktian yang sempurna.
9. fotokopi surat Pernyataan dan kesaksian nomor 662/L/SR/2016 atas nama Tuan Ajibullah,
yang dikeluarkan oleh Notaris yang telah diberi materai cukup dan telah di cocokkan
dengan aslinya yang ternyata sesuai aslinya, sehingga bukti tersebut telah memenuhi syarat
formil dan materil serta mempunyai kekutan pembuktian yang sempurna.
10. fotokopi surat Pernyataan dan kesaksian nomor 666/L/SR/2016 atas nama Tuan
Salahuddin, yang dikeluarkan oleh Notaris yang telah diberi materai cukup dan telah di
cocokkan dengan aslinya yang ternyata sesuai aslinya, sehingga bukti tersebut telah
memenuhi syarat formil dan materil serta mempunyai kekutan pembuktian yang sempurna.
11. Fotokopi surat Keterangan Pembagian Tanah atas nama Chairani, yang dikeluarkan oleh
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Aceh, yang telah diberi materai
cukup namun tidak dapat dicocokkan dengan aslinya sehingga bukti tersebut tidak
memenuhi syarat formil, oleh karena itu bukti tersebut dikesampingkan.
12. Fotokopi surat Keterangan Tanah No.05/LD/II/1997 atas nama Nyonya Chairani A. Rani,
yang telah diberi materai cukup namun tidak dapat dicocokkan dengan aslinya sehingga
bukti tersebut tidak memenuhi syarat formil, oleh karena itu bukti tersebut dikesampingkan
13. Fotokopi surat Pemberitahuan Pajak Terhitung Pajak Bumi dan Bangunan atas nama
Zulkhairat, yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan PBB Banda Aceh, yang telah diberi
materai cukup namun tidak dapat dicocokkan dengan aslinya sehingga bukti tersebut tidak
memenuhi syarat formil, oleh karena itu bukti tersebut dikesampingkan
Disamping bukti surat, tergugat juga telah mengajukan 4 (empat) orang saksi yaitu sebagai
berikut:
1. Saksi Mahdani bin Gade
a. Bahwa saksi kenal dengan pewaris dan juga istrinya
b. Bahwa pewaris meninggal dunia pada tahun 1980 dengan meninggalkan dua orang anak
yaitu alm. Abdullah dan Chairani (tergugat)
c. Bahwa alm. Abdullah juga sudah meninggal dunia namun tidak mengetahui tahunnya
kapan dan juga tidak mengetahui berapa jumlah anaknya.
d. Chairani (tergugat) memiliki 3 (tiga) orang anak
e. Bahwa tanah objek sengketa memang benar milik dari pewaris
f. Bahwa saksi mengetahui batas-batas tanah tersebut
g. Bahwa tanah tersebut sudah ada suratnya yang dibuat oleh kepala Desa Ladong hal saksi
lihat langsung.
h. Saksi ikut membuka lahan disekitar itu
i. Suami tergugat (Chairani) telah meninggal dunia, dan tergugat telah menikah lagi
j. Tanah tersebut digarap oleh pewaris dengan mempekerjakan 3 (tiga) orang masing-
masing A.Rasyid, A.Latif, dan Salahuddin
k. Pekerja yang bernama Ibrahim mendapat bagian dari tanah tersebut sebanyak 600 meter.
l. Yang memberi gaji para pekerja di tanah tersebut adalah tergugat (Chairani)
m. Disamping pekerja itu digaji juga diberikan bagian tanah yang dibagikan kepada pekerja
pada tahun 1974 setelah pewaris meninggal dunia.
2. Saksi Mawardi bin A.Rasyid
a. Saksi kenal dengan tergugat (Chairani)
b. Tanah yang saya kerjakan seluas 5 hektar awalnya tanah Chairani yang diberikan kepada
ayah saya sebagai upah pada tahun 1994, pada saat pewaris masih hidup.
c. Tanah itu dulu digarap oleh lima orang
d. Saksi tidak mengetahui asal-usul tanah tersebut
e. Tanah itu terletak di Ladong seluas 11 hektar
f. Tanah yang seluas 5 hektar sudah mempunyai surat garap
g. Pewaris mempunyai 3 (tiga) orang istri
h. Diatas tanah tersebut terdapat pohon kelapa.
i. Waktu pembagian tanah tersebut, saksi belum lahir, saksi hanya mendengar cerita dari
orang tua saksi.
3. Saksi Ibrahim bin Mahmud
a. Saksi kenal dengan pewaris
b. Pewaris memiliki 3 (tiga) orang istri dan istri kedua dan ketiga masih hidup
c. Pewaris memiliki dua orang anak yaitu alm. Abdullah dan tergugat (Chairani)
d. Tanah objek sengketa terletak di Ladong
e. Tanah tersebut seluas 11 hektar
f. Saksi mendapat 600 sebagai upah kerja yang diberikan oleh tergugat (Chairani)
g. Tanah tersebut sudah mempunyai surat garap yang dikeluarkan kepala Desa pada tahun
1974.
h. Sewaktu hidupnya pewaris telah membagikan warisnya.
i. Saat pewaris masih hidup, pewaris sering ke lokasi tanah tersebut
j. Tanah yang disengketakan telah ada sejak pemberontakan DITII
k. Diatas tanah tersebut terdapat pohon kelapa
l. Tanah kepunyaan saksi yang merupakan upah garap dari Chairani telah saksi jual dan
telah dibayar oleh pihak pemerintah.
4 Saksi Salahuddin bin Yatim
a. Saksi kenal dengan tergugat sejak tahun 1979
b. Saksi tau tentang tanah yang disengketakan karena saksi ikut mengarap tanah tersebut.
c. Tanah tersebut awalnya dari pewaris yang diserahkan kepada alm. Suami tergugat
(Chairani) hal tersebut saksi ketahui dari pewaris dan orang lain
d. Tanah tersebut terletak di Ladong
e. Istri muda pewaris pernah minta tanah tersebut akan tetapi tidak diberikan karena sudah
terlebih dahulu diberikan kepada alm. Suami tergugat (Chairani)
f. Luas dan batas-batas tanah tersebut saksi sudah tidak ingat
g. Saksi kenal dengan alm. Abdullah namun saksi tidak kenal anak-anaknya
h. Selama tiga tahun saksi menggarap tanah tersebut hanya sekali pewaris dating kelokasi.
i. Pewaris meninggal dunia pada tahun 1980
j. Saksi tau batas-batas tanah tersebut.
Atas keterangan saksi-saksi tersebut di atas yang diajukan oleh tergugat (Chairani)
menimbang bahwa:
1. Menimbang bahwa saksi 1 tiadak mempunyai hubungan keluarga dengan tergugat
sudah dewasa dan sudah disumpah sehingga memenuhi syarat formil, mengenai objek
sengketa dalam kesaksiannya adalah fakta yang dilihat sendiri yang keteranganya
relevan dengan apa yang mau dibuktikan maka, keterangan para saksi telah memenuhi
syarat materil sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 171 HIR oleh karena itu
keterangan saksi tersebut memiliki kekuatan pembuktian dan dapat diterima.
2. Menimbang bahwa saksi 2 tiadak mempunyai hubungan keluarga dengan tergugat
sudah dewasa dan sudah disumpah sehingga memenuhi syarat formil, mengenai objek
sengketa dalam kesaksiannya adalah fakta yang dilihat sendiri yang keteranganya
relevan dengan apa yang mau dibuktikan maka, keterangan para saksi telah memenuhi
syarat materil sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 171 HIR oleh karena itu
keterangan saksi tersebut memiliki kekuatan pembuktian dan dapat diterima.
3. Menimbang bahwa saksi 3 tiadak mempunyai hubungan keluarga dengan tergugat
sudah dewasa dan sudah disumpah sehingga memenuhi syarat formil, mengenai objek
sengketa dalam kesaksiannya adalah fakta yang dilihat sendiri yang keteranganya
relevan dengan apa yang mau dibuktikan maka, keterangan para saksi telah memenuhi
syarat materil sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 171 HIR oleh karena itu
keterangan saksi tersebut memiliki kekuatan pembuktian dan dapat diterima.
4. Menimbang bahwa saksi 4 tiadak mempunyai hubungan keluarga dengan tergugat
sudah dewasa dan sudah disumpah sehingga memenuhi syarat formil, mengenai objek
sengketa dalam kesaksiannya adalah fakta yang dilihat sendiri yang keteranganya
relevan dengan apa yang mau dibuktikan maka, keterangan para saksi telah memenuhi
syarat materil sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 171 HIR oleh karena itu
keterangan saksi tersebut memiliki kekuatan pembuktian dan dapat diterima.
Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangn tersebut diatas, Majelis Hakim
Berpendapat bahwa para penggugat tidak berhasil membuktikan dalil-dalil gugatannya
yang dibantah oleh tergugat, oleh karena itu gugatan para penggugat sepatutnya ditolak
seluruhnya.
b.2. Putusan tingkat Pengadilan Tinggi
Pembading adalah para penggugat pada tingkat pertama yang mengajukan permohonan
banding. Dalam permohonan banding oleh para penggugat atau para pembanding memohon
untuk membatalkan Putusan Mahkamah Syar’iyah Nomor 205/Pdt.G/2016. Dengan alasan
bahwa bahwa:
1. Para pembanding menilai bahwa Putusan Mahkamah Sya’iyah pada tingkat pertama telah
tidak sesuai dengan aturan hukum pasal 188 Komplikasi Hukum Islam (KHI).
2. menyatakan bahwa atas permohonan banding para pembanding tersebut diatas menyatakan
bahwa gugatan para penggugat atau para pembanding tidak dapat diterima karena
Mahkamah Agung menilai bahwa putusan Mahkamah Syar’iyah Aceh pada tingkat
pertama sudah benar dan tepat dalam menerapkan Hukum sehingga permohonan banding
para penggugat ditolak, dan menghukum para pembanding untuk membayar biaya
perkara.1
b.3. Putusan Tingkat Mahkamah Agung
Yang mengajukan kasasi adalah para penggugat yang disebut pemohon kasasi. Para
penggugat adalah isteri dan anak-anak dari alm. Abdullah yaitu anak kandung pertama dari
isteri pertama pewaris beserta tergugat adalah Chairani anak kandung kedua dari isteri pertma
pewaris.
1 Putusan Nomor 43/Pdt.G.2017
a. Alasan pemohon kasasi mengajukan kasasi adalah sebegai berikut:
1. Bahwa putusan hakim pada tingkat PA telah lalai dan keliru dalam menempatkan
hukum.
2. Judex facti tingkat banding telah keliru dan salah dalam menerapkan hukum kewarisan
khususnya terhadap Bab I ketentuan umum pada pasal 171 Komplikasi Hukum Islam
(KHI). Karena gugatan yang diajukan oleh para pemohon kasasi adalah mengenai
sengketa waris peninggalan pewaris yang belum difaraidkan kepada ahli warisnya
3. Objek sengketa bukan milik dari alm. Suami tergugat dan bukan hasil usaha tergugat,
melainkan harta peninggalan pewaris yang telah dikuasai oleh tergugat sejak tahun
1953.
4. Saksi-saksi yang diajukan oleh para penggugat merupakan para orang tua kampung
atau penduduk asli yang telah hidup dan menetap lama di Desa Ladong dan para saksi
membenarkan dalil-dalil para penggugat. Akan tetapi judex facti telah lalai dan keliru
dengan menguburkan seluruh keterangan saksi. Tergugat yang secara tegas dan nyata
mendalilkan dan membantah bahwa objek sengketa bukan milik dari pewaris
melainkan harta peninggalan alm. Suami tergugat dari hasil usaha tergugat. Akan tetapi
tergugat tidak dapat membuktikan kebenarannya secara formil dan materiil secara
hukum.
5. Telah terjadi kelalain dan kekeliruan serta kesalahan dalam menempatkan hukum judex
facti tingkat pertama dalam pertimbangan hukumnya.
6. Judex facti Majelis Hakim tingkat pertama telah tidak jeli dan tidak hati-hati dalam
mempertimbangkan alat bukti surat.
7. Bahwa majelis hakim tingkat pertama telah salah dalam menerapkan bukti karena,
bukti yang diajukan yang dibuat dihadapan notaris, dibuat pada tahun 2016 saat mulai
terjadinya sengketa.
8. Bahwa Judex facti Majelis Hakim tingkat pertama telah salah dalam menerapkan bukti
saksi-saksi yang diajukan oleh tergugat karena saksi-saksi yang diajukan merupakan
saksi de auditu yang secara hukum sangat bertentangan dengan undang-undang sebagai
alat bukti yang sah.
9. Bahwa berdasarkan uraian dan alasan tersebut, maka terhadap pertimbangan hukum
dan putusan judex facti pada putusan tingkat pertama telah salah dan lalai dalam
menempatkan hukum sebagaimana mestinya menurut undang-undang, maka
pertimbangan hukum dan putusan tersebut patut dibatalkan menurut hukum.
b. Pertimbangan Putusan Nomor 816 K/Ag/2017
1. Atas alasan-alasan kasasi yang diajukan oleh para pemohon kasasi tersebut diatas,
Mahkamah Agung mempertimbangkan bahwa alasan-alasan pemohon kasasi tersebut
Kontra Memori Kasasi yang dihubungkan dengan pertimbangan dan amar putusan
judex facti Mahkamah Agung berpendapat bahwa Mahkamah Syar’iyah Aceh sudah
tepat dan benar dalam menerapkan hukum.
2. Dengan pertimbangan bahwa gugatan para penggugat atau pemohon kasasi dinilai
cacat formil karena dalam posita gugatan para penggugat menyatakan bahwa pewaris
memiliki 3 (tiga) orang ister, akan tetapi tidak dijelaskan kapan pernikahan pewaris
dengan masing-masing ketiga isterinya, dan apa saja harta yang diperoleh pewaris
selama perkawinannya dengan ketiga isterinya tersebut, serta kapan masing-masing
isteri pewaris meninggal dunia.
3. objek sengketa berupa tanah kebun seluas 77.593 meter persegi tidak dijelaskan oleh
para penggugat apakah harta bawaan pewaris atau harta bersama yang diperoleh
pewaris dengan ketiga isterinya tersbut.
4. karena itu gugatan para penggugat serta alasan-alasan kasasi yang diajukan dinilai tidak
jelas atau kabur, sehingga harus dinyatakan tidak dapat diterima dan menolak
permohaonan kasasi dari para pemohon kasasi.
C. Analisis Putusan
c.1. Analisis terhadap dalil Penggugat dan Tergugat
a. para penggugat telah mengajukan gugatan kepada tergugat (Chairani) atas harta
warisan pewaris yang belum difaraidkan kepada para ahli warisnya. Atas gugatan
para penggugat tersebut, para penggugat telah menyampaikan dalil gugatannya
yang pada intinya mengatakan bahwa objek sengketa adalah harta warisan
peninggalan pewaris yang belum difaraidkan kepada ahli warisnya. Terhadap dalil-
dalil gugatan yang telah diajukan oleh para penggugat, para penggugat telah
mengajukan beberapa alat bukti surat untuk menguatkan dalilnya. Alat bukti yang
diajukan oleh para penggugat adalah berupa fotokopi surat Pemberitahuan Ha katas
Kepemilikan Tanah, fotokopi surat Pencabutan Surat yang diajukan kepada
Gubernur Provinsi Aceh, fotokopi surat Pembatalan Pencabutan surat
Pemberitahuan atas Hak Kepemilikkan Tanah, fotokopi surat Pengumuman Hasil
Inventarisasi dan Identifikasi Peta Bidang Tanah dan Nominatif Pengadaan Tanah
untuk Pembangunan Politeknik dan Perik anan yang semuanya telah diberi materai.
Atas alat bukti surat yang telah diajukan oleh para penggugat merupakan alat bukti
yang kuat, akan tetapi oleh Majelis Hakim alat bukti tersebut tidak dapat diterima
atau dikesampingkan karena merupakan alat bukti dibawah tangan. Seharusnya
apabila bukti yang diajukan oleh para penggugat adalah merupakan alat bukti surat
di bawah tangan harus di buktikan atau di klarifikasi pada saat persidangan. Karena
bukti surat di bawah tangan sesunguhnya memiliki kekuatan pembuktian jika
diakui oleh para pihak.Hak para penggugat sebagai ahli waris ab intestato
seharusnya bisa direalisasikan.
b. Atas dalil gugatan yang telah diajukan oleh para penggugat, tergugat (Chairani)
membantah seluruh dalil gugatan para penggugat, tergugat (Chairani) mengatakan
bahwa harta warisan peninggalan pewaris telah difaraidkan kepada ahli warisnya yaitu
kepada alm. Abdullah suami dari penggugat I dan ayah dari penggugat II sampai
penggugat IV atau anak pertama dari isteri pertama pewaris, serta kepada tergugat
(Chairani) atau anak kedua dari isteri pertama pewaris. Tergugat (Chairani) juga
mengatakan bahwa objek sengketa dalam gugatan para penggugat adalah bukan harta
peninggalan dari pewaris melainkan harta peniggalan alm. Suami tergugat (Chairani)
dan juga merupakan hasil usaha yang dibangun dan dikelola oleh tergugat beserta anak-
anaknya. Atas bantahan yang telah disampaikan, tergugat (Chairani) untuk menguatkan
bantahannya telah mengajukan alat buktu surat berupa fotokopi surat perjanjian antara
tergugat (Chairani) beserta alm. Suami tergugat sebagai pemilik tanah dengan Utoh
Rasjid sebagai pengarap tanah, fotokopi surat keterangan Milik Tanah Adat, Fotokopi
Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah (SPORADIK) atas nama Chairani,
Fotokopi surat Keterangan Pembagian Tanah atas nama Chairani, Fotokopi surat
Keterangan Tanah No.05/LD/II/1997 atas nama Nyonya Chairani, Fotokopi surat
Pemberitahuan Pajak Terhitung Pajak Bumi dan Bangunan atas nama Zulkhairat, dan
fotokopi surat pernyataan dan kesaksian para saksi yang dikelurakan oleh Notaris pada
tahun 2016. Atas alat bukti yang telah disampaikan oleh tergugat (Chairani) merupakan
alat bukti yang kuat, Majelis Hakim menilai bahwa alat bukti yang telah disampaikan
oleh tergugat tersebut telah memenuhi syarat dan dapat diterima sebagai alat bukti yang
kuat.
Jika diperhatikan alat bukti yang diajukan oleh tergugat dalam bantahannya dapat
dilihat bahwa surat keterangan saksi yang dibuat di hadapan Notaris, tergugat baru
membuat pada bulan mei tahun 2016 yaitu di tahun yang sama pada saat para
penggugat mengajukan gugatan kepada tergugat. Terguugat (Chairani) dalam
eksepsinya juga mengatakan bahwa perkara ini adalah merupakan sengketa hak milik
yang merupakan kewenangan Pengadilan Negeri bukan kewenangan Mahkamah
Syar’iyah. Dalam pasal 188 Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengatakan bahwa “para
ahli waris baik secara bersama-sama atau perseorangan dapat mengajukan permintaan
kepada ahli waris yang lain untukmelakukan pembagian harta warisan. Bila ada
diantara ahli waris yang tidak menyetujui permintaan itu, maka yang bersangkutan
dapat mengajukan gugat melalui Pengadilan Agama untuk dilakukan pembagian
warisan”.
c.2. Analisis terhadap Putusan Hakim dan Pertimbangan Hukum
a. putusan Majelis Hakim pada tingkat pertama di Mahkamah Syar’iyah menolak gugatan
para penggugat dengan alasan bahwa para penggugat tidak dapat membuktikan dalil-
dalil gugatannya yang di bantah oleh tergugat (Chairani), dan bahwa bukti yang
diajukan oleh para penggugat adalah merupakan bukti dibawah tangan sehingga tidak
dapat diterima sebagai alat bukti kuat dan harus dikesampingkan. Jika diperhatikan alat
bukti yang diajukan oleh tergugat dalam bantahannya dapat dilihat surat perjanjian
antara tergugat (Chairani) serta alm. Suami tergugat yang menyebutkan sebagai
pemilik tanah dengan Udoh Rasjid yang merupakan sebagai pengarab tanah,
bagaimana mungkin tergugat (Chairani) membuat surat perjanjian dengan Udoh Rasjid
yang hanya sebagai pengarap tanah, membuat surat perjanjian yang menyatakan bahwa
tergugat sebagai pemilik tanah. Kemudian surat keterangan saksi yang dibuat di
hadapan Notaris, tergugat baru membuat pada bulan mei tahun 2016 yaitu di tahun
yang sama pada saat para penggugat mengajukan gugatan kepada tergugat. Hakim
sudah tidak teliti dalam memeriksa alat bukti yang diajukan oleh tergugat sehingga
mengesampingkan semua alat bukti yang diajukan oleh para penggugat.
Kemudian para penggugat mengajukan banding, karena para penggugat merasa
bahwa putusan Majelis Hakim pada tingkat pertama tidak sesuai dengan yang
seharusnya. Pada tingkat banding, guggatan para pembanding yang juga merupakan
para penggugat pada tingkat pertama juga ditolak. Majelis Hakim menolak banding
para pembanding dengan alasan bahwa putusan hakim pada tingkat pertama di
Mahkamah Syar’iyah sudah benar dan tepat. Disini Majelis Hakim pada tingkat
banding sudah tidak memperhatikan dalil-dalil gugatan para penggugat serta bukti-
bukti yang ada dan juga tidak memperhatikan alat bukti yang telah diajukan oleh
tergugat pada tingkat pertama. Seharusnya putusan Mahkamah Syar’iyah dibatalkan
dan mengadili para penggugat dan tergugat dengan merealisasikan hak para penggugat
dan juga tergugat sebagai ahli waris ab intestaso sesuai dengan aturan dalam Kompilasi
Hukum Islam (KHI). karena banding para pembanding atau para penggugat di tolak,
para penggugat kemudian mengajukan kasasi dengan alasan bahwa Majelis hakim pada
tingkat pertama telah lalai dan keliru dalam menempatkan hukum serta tidak jeli dan
tidak hati-hati dalam mempertimbangkan alat bukti surat, dan bahwa objek sengketa
bukan milik dari alm. Suami tergugat dan juga bukan hasil dari usaha tergugat,
melainkan harta peninggalan pewaris yang telah telah dikuasai oleh tergugat secara
terus menerus sejak tahun 1953. Majelis Hakim pada tingkat Mahkamah Agung
menolak permohonan kasasi dari para pemohon kasasi yang juga merupakan para
penggugat pada Mahkamah Syar’iyah. Majelis Hakim Mahkamah Agung menolak
permohonan kasasi para pemohon dengan alasan bahwa alasan-alasan kasasi yang
disampaikan oleh pemhon kasasi tidak dapat dibenarkan karena Mahkamah Agung
berpendapat bahwa putusan Mahkamah Syar’iyah sudah benar dan tepat.Majelis hakim
berpendapat bahwa gugatan Para Penggugat cacat formil, dan Majelis Hakim
Mahkamah Agung mengatakan bahwa putusan Mahkamah Syar’iyah Aceh dalam
perkara ini tidak bertentangan dengan hukum.Disini Mahkamah Agung sudah tidak
memperhatikan aturan-aturan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) khususnya buku
II tentang Hukum Kewarisan.
b. Pada Pertimbangan hukum, eksepsi tergugat dinyatakan tidak dapat diterima atau tolak
yang menyatakan bahwa perkara ini adalah merupakan sengketa hak milik yang
merupakan kewenangan dari Pengadilan Negeri dan bukan kewenangan Mahkamah
Syar’iyah. Akan tetapi para penggugat dalam repliknya mengatakan bahwa objek
sengketa adalah merupakan harta warisan pewaris yang belum difaraidkan kepada ahli
warisnya yaitu para penggugat dan tergugat yang merupakan ahli waris ab intestate,
sehingga ini jelas kewenangan Mahkamah Syar’iyah untuk mengadilinya. Dalam
pokok perkara menimbang bahwa atas bukti surat yang telah diajukan oleh para
penggugat tidak dapat diterima karena bukti tersebut merupakan bukti surat dibawah
tangan, dan bukti saksi yang telah diajukan oleh para penggugat juga dinilai tidak
memenuhi syarat sehingga harus dikesampingkan, kerana para saksi yang diajukan
oleh para penggugat mengatakan bahwa tidak mengenal para penggugat padalah saksi
adalah orang yang dihadirkan oleh para penggugat yang seharusnya mengenal para
penggugat.
Pada alat bukti berupa surat yang telah diajukan oleh tergugat menimbang bahwa
alat bukti yang diajukan oleh tergugat telah memenuhi syarat dan mempunyai kekuatan
pembuktian, dan alat bukti saksi yang diajukan oleh tergugat juga menimbang bahwa
kesaksian para saksi telah memenuhi syarat dan memiliki kekuatan pembuktian karena,
para saksi yang diajukan oleh tergugat adalah fakta yang dilihat sendiri oleh saksi
sehingga relevan dengan apa yang mau dibuktikan. Pada pertimbangan hukum tersebut
diatas menilai bahwa majelis hakim telah keliru dan mengesampingkan semua alat
bukti yang diajukan oleh para penggugat. Jika diperhatikan Majelis Hakim menolak
keterangan para saksi yang diajukan oleh para penggugat dikarenakan para saksi tidak
mengenal para penggugat, sedangkan keterangan saksi yang diajukan oleh tergugat
diterima karena sesuai dengan fakta yang dilihat sendiri oleh saksi, padalah keterangan
saksi yang diajukan oleh para penggugat juga merupakan keterngan yang dilihat sendiri
oleh para saksi yang seharusnya keterangan para saksi yang diajukan oleh para
penggugat dapat diterima dan memiliki kekuatan pembuktian, pertimbangan hukum
Majelis Hakim sudah tidak teliti dalam mempertimbangkan hukum.
Pada tingkat kasasi pertimbangan hukum Majelis Hakim mempertimbangkan
bahwa alasan-alasam kasasi yang telah disampaikan oleh para penggugat tidak dapat
dibenarkan, Mahkamah Agung berpendapat bahwa putusan Mahkamah Syar’iyah
sudah tepat dan benar, menilai bahwa gugatan para penggugat dinilai cacat formil
karena dalam posita gugatan para penggugat menyatakan bahwa pewaris memiliki tiga
orang istri yang tidak disebutkan kapan pernikahan pewaris dengan ketiga istrinya dan
apa saja harta yang diperoleh pewaris selama perkawinan dengan ketiga istrinya, dan
objek sengketa tidak dijelaskan apakah merupakan harta bawaan pewaris atau harta
bersama yang diperoleh pewaris dengan ketiga istrinya. Dan bahwa alasan-alasan yang
lainnya hanya pengulangan dari apa yang telah dipertimbangkan. Pertimbangan
tersebut diatas yang mengatakan bahwa apakah objek sengketa merupakan harta
peninggalan pewaris atau harta yang diperoleh pewaris selama perkawinan dengan
ketiga istrinya. Jika kita perhatikan di dalam keterangan saksi mengatakan bahwa objek
sengketa adalah harta peninggalan pewaris yang dulunya pewaris peroleh dari Ali Baba
sebagai imbalan karena pewaris membebaskan mobil Ali Baba dari tahanan DI/TII.
Sehingga ini jelas bahwa objek sengekta adalah harta peninggalan pewaris yang
diperoleh sendiri.
Jadi hemat penulis berpendapat bahwa Pengadilan Agama Mahkamah Syar’iyah belum
melakukan kewajibannya kepada para penggugat untuk melakukan pembagian warisan
diantara para ahli waris. Jadi apa yang telah diputuskan pada Pengadilan Agama Mahkamah
Syar’iyah belum sesuai dengan apa yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Menururt Mahkamah Agung bahwa bagian para penggugat tidak mendapatkan bagian
karena Mahkamah Agung menilai bahwa para penggugat tidak dapat membuktikan dalil
gugatannya, dan menerut para penggugat bahwa atas Claim atas harta warisan peninggalan
pewaris kepada ahli warisnya seharusnya dapat direalisasikan dengan berpedoman pada
aturan Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang mengatur tentang bagian-bagian yang harus
diterima oleh para ahli waris. Pasal 176 KHI “anak perempuan bila hanya seorang ia
mendapat 1/2 bagian, bila dua orang atau lebih mereka mendapat 2/3 bagian. Dan apabila
ada anak laki-laki, maka bagian anak laki-laki adalah 2:1 dengan anak perempuan”
Pasal 177 KHI “ayah mendapat 1/3 bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, bila ada
anak ayah mendapat 1/6 bagian”
Pasal 178 KHI “Ibu mendapat 1/6 bagian bila ada anak atau dua saudara atau lebih. Bila
tidak ada anak atau dua orang saudara atau lebih, maka ia mendapat 1/3 bagian”
“Ibu mendapat 1/3 bagian dari sisa, sesudah diambil oleh janda atau duda bila bersamasama
dengan ayah”
Pasal 179 KHI “Duda mendapat 1/2 bagian, bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan bila
pewaris meninggalkan anak, maka duda mendapat 1/4 bagaian”
Pasal 180 KHI “Janda mendapat 1/4 bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan bila
pewaris meninggalkan anak maka janda mendapat 1/8 bagian.
Pasal 181 KHI “Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, maka saudara
laki-laki dan saudara perempuan seibu masing-masing mendapat 1/6 bagian.
Bila mereka itu dua orang atau lebih maka mereka bersama-sama mendapat 1/3 bagian.
Pasal 182 KHI “Bila seorang meninggal tanpa meninggalkan anak dan ayah, sedang ia
mempunyai satu saudara perempuan kandung atau seayah, maka ia mendapat ½ bagian.
Bila saudara perempuan tersebut bersama-sama dengan saudara perempuan kandung atau
seayah dua orang atau lebih, maka mereka bersama-sama mendapat 2/3 bagian”
“Bila saudara perempuan tersebut bersama-sama dengan saudara laki-laki kandung atau
seayah, maka bagian saudara laki-laki 2:1 dengan saudara perempuan”
Pasal 183 KHI “Para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam pembagian
harta warisan, setelah masing-masing menyadari bagiannya”
Pada prinsipnya pembagian terhadap anak laki-laki lebih besar dari anak perempuan.
Apabila seorang pewaris mempunyai keturunan maka istrinya akan mendapatkan bagian
sebesar 1/8, dan bagian untuk anak satu laki-laki 1/6 bagian. dan untuk satu anak perempuan
mendapat bagian ½. Saudara sekandung pewaris tidak mendapat bagian. Hal ini disebebkan
karena pewaris mempunyai keturunan. Berdasarkan ketentuan Pasal 176 Kompilasi Hukum
Islam yang dinyatakan sebagai berikut: anak perempuan bila hanya seorang ia mendapat
separuh bagian, bila dua orang atau lebih mereka bersama-sama mendapat dua pertiga
bagian, dan apabila anak perempuan bersama-sama dengan anak laki-laki, maka bagian
anak laki-laki adalah dua berbanding satu dengan anak perempuan. Jadi dalam pembagian
waris, kedudukan seorang janda dalam hukum islam adalah apabila janda tersebut memiliki
anak, maka ia akan mendapatkan bagian sebesar 1/8. Apabila si janda tidak memiliki anak
maka ia mendapat bagian sebesar ¼ bagian. Anak laki-laki mempunyai kedudukan dengan
mendapat bagian sebesar 1/6 ditambah lagi dengan sisa dari hal pewaris. Jadi perbandingan
dengan anak perempuan, anak laki-laki mendapat bagian 2:1 bagian. Jika putusan
Mahkamah Syar’iyah dibatalkan dan mengadili para penggugat dan tergugat dengan
merealisasikan hak para penggugat dan juga tergugat sebagai ahli waris ab intestaso sesuai
dengan aturan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) maka, para ahli waris ab intestate baik
para penggugat maupun tergugat mendapatkan bagian masing-masing sebagai berikut:
d.1. alm. Abdullah mendapat bagian 2:1 karena dia adalah satu-satunya anak laki-laki kandung
pewaris dari istri pertama.
d.2. Chairani (tergugat) mendapat bagian 1/4 karena dia adalah satu-satunya anak perempuan
kandung pewaris dari istri pertama. Karena bagian anak laki-laki lebih besar disbanding
dengan bagian anak perempuan
d.3. Rawati (penggugat I) mendapat 1/8 bagian karena kedudukannya adalah sebagai seorang
janda atau istri dari alm. Abdullah
d.2. Heri Lukmansyah (penggugat II) mendapat asabah 1/6 bagian
d.3. Novita Sari (penggugat III) mendapat asabah 1/6 bagian
d.4. Hendra Wijaya (penggugat IV) mendapat asabah 1/6 bagian
d.5. Fatimah Zuhra (penggugat V) mendapat asabah 1/6 bagian
d.6. Sri Mainora (penggugat VI) mendapat asabah 1/6 bagian