alaikum salam wr. wb.1. pembagian waris dilaksanakan jika ...€¦  · web viewb. saat bapak...

37
Tata Cara dan Contoh Pembagian Waris Secara Islam م يِ ح اارِ ن مْ ح ر لاِ اﷲِ مْ سِ بKeutamaan Hukum Waris Secara Islam Hukum Kewarisan menurut hukum Islam sebagai salah satu bagian dari hukum kekeluargaan (Al-ahwalus Syahsiyah) sangat penting dipelajari agar supaya dalam pelaksanaan pembagian harta warisantidak terjadi kesalahan dan dapat dilaksanakan dengan seadil-adilnya, sebab dengan mempelajari hukum kewarisan Islam maka bagi ummat Islam, akan dapat menunaikan hak-hak yang berkenaan dengan harta warisan setelah ditinggalkan oleh muwarris (pewaris) dan disampaikan kepada ahli waris yang berhak untuk menerimanya. Dengan demikian seseorang dapat terhindar dari dosa yakni tidak memakan harta orang yang bukan haknya, karena tidak ditunaikannya hukum Islam mengenai kewarisan. Hal ini lebih jauh ditegaskan oleh rasulullah Saw. Yang artinya: “Belajarlah Al Qur’an dan ajarkanlah kepada manusia, dan belajarlah faraidh dan ajarkanlah kepada manusia, karena sesungguhnya aku seorang yang akan mati, dan ilmu akan terangkat, dan bisa jadi akan ada dua orang berselisih, tetapi tak akan mereka bertemu seorang yang akan mengabarkannya (HR. Ahmad, Turmudzi dan An Nasa’I”). 1. Materi Pendukung Tata Cara Pembagian Waris Untuk dapat membagi waris secara benar, perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan persiapan dan tata aturan sebelum membagikan waris. Ada baiknya anda membaca postingan saya sebelumnya, yakni :

Upload: phungkhanh

Post on 25-Apr-2018

452 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Tata Cara dan Contoh Pembagian Waris Secara Islam

Keutamaan Hukum Waris Secara Islam

Hukum Kewarisan menuruthukum Islamsebagai salah satu bagian darihukum kekeluargaan(Al-ahwalus Syahsiyah) sangat penting dipelajari agar supaya dalam pelaksanaan pembagian hartawarisantidak terjadi kesalahan dan dapat dilaksanakan dengan seadil-adilnya, sebab dengan mempelajari hukum kewarisan Islam maka bagi ummat Islam, akan dapat menunaikan hak-hak yang berkenaan dengan harta warisan setelah ditinggalkan olehmuwarris(pewaris) dan disampaikan kepadaahli warisyang berhak untuk menerimanya. Dengan demikian seseorang dapat terhindar dari dosa yaknitidak memakan harta orangyang bukan haknya, karena tidak ditunaikannya hukum Islammengenai kewarisan. Hal ini lebih jauh ditegaskan oleh rasulullah Saw. Yang artinya:

Belajarlah Al Quran dan ajarkanlah kepada manusia, dan belajarlah faraidh dan ajarkanlah kepada manusia, karena sesungguhnya aku seorang yang akan mati, dan ilmu akan terangkat, dan bisa jadi akan ada dua orang berselisih, tetapi tak akan mereka bertemu seorang yang akan mengabarkannya(HR.Ahmad, TurmudzidanAn NasaI).

1. Materi Pendukung Tata Cara Pembagian Waris

Untuk dapat membagi waris secara benar, perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan persiapan dan tata aturan sebelum membagikan waris. Ada baiknya anda membaca postingan saya sebelumnya, yakni :

Pengertian Harta Warisan

Pengertian ahli Waris Menurut Hukum Islam

Klasifikasi Ahli Waris Dalam Keluarga

'Aul,Radd. dll.

Setelah dipahami penjelasannya, mulailah belajar menganalisa contoh-contoh kasus pembagian waris dengan berbagai variannya.

2. Metode dan tahapan membagi warisnya, adalah:

1. Inventarisir siapa saja ahli waris yang beroleh bagian.2. Tentukan bagian masing-masing ahli waris.3. Jika jumlah bagian total belum bulat, samakan penyebutnya.4. Jika penyebut sudah sama dan jumlah bagian sudah bulat, jadikanlah masing-masing ke bentuk persen agar lebih mudah dipahami.

3. Contoh - Contoh Cara PembagianWaris Islami

Grafik Silsilah Kelurga

Di dalam sebuah keluarga besar terdiri dari seorang bapak/kakek, ibu/nenek, suami, isteri, anaklaki-laki, dan 2anakperempuan, bagaimanakah cara pembagian warisnya jika salah satu dari mereka mati ?(Statusahli warisbisa berubah sesuai atau dinisbatkan dengan si mati).

Soal 1.Jika (C)suami meninggal dunia, siapa sajakah ahli warisnya, dan berapakah bagiannya ?

Gambar 1. Tata Cara Pembagian Waris.

Penjelasan:-Sisa 13 harus dibagi rata menjadi 4 (2 bagian untuk anak perempuan+2 bagian untuk seorang anak laki-laki).-Kalau tidak bulat hasilnya, kalikan saja 13 x 4, kalikan juga hasil bagian ahli waris lain dan penyebutnya dengan angka yang sama: 4.Mudah kan ?

Soal 2.Bagaimana jika (A) bapak yang meninggal dunia, siapa saja ahli warisnya, dan berapa bagian masing-masing ?

Gambar 2. Penyelesaian Soal 2

Penjelasan:

Kolom A.Status ahli waris harus selalu dinisbatkan dengan si mati. Karena yang meninggal bapak maka terjadi perubahan status: "Ibu" berubah menjadi "isteri (nya si mati)". "Suami" berubah menjadi "Anak (nya si mati)". B2 tidak dapat karena cuma besan - D bukan ahli waris karena menantu - E,F,G, dalam hal ini adalah cucu, tidak mendapat bagian waris karenaterhalangoleh bapaknya (C).KolomB,CdanDrasanya cukup mudah dipahami.

Soal 3.Jika yang meninggal adalah E (Anak Laki-laki) siapa sajakah ahli warisnya, dan berapa bagian masing-masing ?

Penjelasan:Kolom A.(C) "Suami" berubah menjadi "Bapak (nya si mati)". (D) "Isteri " berubah Menjadi "Ibu (nya si mati)". F dan G berubah menjadi "Saudara perempuan (nya si mati)".

Gambar 3. Penyelesaian soal 3.

Kolom B.Mestinya ibu mendapat bagian 1/3 karena si mati tidak punya anak, tetapi karena si mati memiliki 2 saudara atau lebih ( di sini F dan G) maka bagian ibu menjadi 1/6. (Q.S. An-Nisa: 11). Akan halnya saudara-saudara perempuan, mereka tidak mendapat bagian karenaterhalangoleh "Bapak", kehadiran mereka hanya mengurangi bagian ibu dari 1/3 menjadi 1/6.Soal 4.Assalamu'alaikum wr.wb ustaz yg dirahmati Allah.Ibu sy wafat 15 thn yg lalu saat itu msh ada kakek&nenek. Namun saat itu warisan belum dibagi. Kemudian ayah sy wafat 1 tahun yg lalu dg meninggalkan istri (tanpa anak) & selama menikah dg beliau tidak ada aset yg bertambah hanya menyewa tanah untuk berkebun (lahan produktif). Saat ini kami ingin membagi warisan. Kami 3 bersaudara. 1 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Bagaimana pembagian warisan mengingat kami belum berniat menjual aset-aset (tanah &rumah) yg org tua tinggalkan. Apakah ibu tiri & nenek (dr ibu) masih dapat hak waris?Sy minta arahan dr ustaz.Jazakumullah khairan katsiro.Jawab:'Alaikum salam wr. wb.Terima kasih telah memberi kesempatan saya untuk membantu menyelesaikan masalah waris pada keluarga anda.Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembagian waris menurut hukum Islam, diantaranya:1. Yang disebut HARTA WARISAN adalah : semua harta peninggalan dari si mati (saja), baik dari perolehan, peninggalan, pemberian atau dari jalan manapun yang telah dinyatakan sah sebagai milik ybs. jadi pisahkan dulu, mana yang harta milik ayah, dan mana yang milik ibu.2. Jika yang meninggal lebih dari satu orang dengan ahli waris yang berbeda, maka proses pembagiannya dipisahkan berdasarkan urutan kronologis kematian.A. DATA INPUT: * Yang meninggal: ibu dan ayah. * Ahli waris: kakek (ayahnya ibu anda), nenek (ibunya ibu anda), ayah, isteri (ibu tiri anda), anak laki-laki dan anak perempuan * Harta pusaka :rumahdan tanah.B. PERTANYAAN: [1].Cara pembagian waris keluarga anda [2].Waktu pembagian: jika belum berniat menjual harta pusaka. [3].Apakah ibu tiri dan nenek dari ibu masih dapat hak waris ?C. JAWABAN:[1]. Cara pembagian waris dalam keluarga anda adalah,sbb.: 1.A. Ketika ibu anda meninggal dunia (lihat lampiran tabel 1) 1.B. Ketika ayah anda meninggal dunia (lihat lampiran tabel 2)

[2]. Waktu pembagian waris: - Jika memungkinkan, sebaiknya harta warisan dibagikan secepatnya, agar para ahli waris sempat menikmati hak bagiannya, disamping mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. - Akan tetapi jika karena alasan tertentu hendak ditunda, silakan saja asal semua ahli waris menyepakatinya, dan tidak ada kekhwatiran ada kemudharatan/kerugian.[3]. -Ibu tiri tidak mendapat waris jika yang meninggal adalah anak tiri, tetapi jika yang meninggal adalah suaminya, maka dia beroleh bagian waris karena statusnya sebagai "Isteri" (lihat tabel 2). - Nenek dari ibu mendapatkan waris jika ibu anda yang meninggal (karena ibu anda adalah anaknya- tabel 1), tetapi jika yang meninggal dunia adalah ayah anda, si nenek tidak mendapat bagian, kerena ayah anda adalah "menantu." (tabel - 2).SARAN:Sebaiknya saat pembagian warisan, dibuatkan semacamberitaacara yang ditandatangani semua ahli waris dan para saksi, untuk menghindari pengingkaran, sengketa dan tuntutan di kemudian hari.Semoga bermanfaat.

Soal 5.Assalaamu'alaikum. Wr. Wb.Selamat siang pak Ustadz. Terimakasih atas responnya. Saya mengirim infaq dengan maksud meminta bantuan pak ustadz atas masalah pembagian waris menurut islam .Adapun kronologisnya sebagai berikut :Pada saat ibu saya meninggal, hal2 yang ditinggalkan adalah :- Bapak saya- Harta yg didapat selama pernikahan bpk ibu sebesar 250jt rupiah.-4 anak laki2 dan 6 anak perempuan.- kedua orangtua ibu .Selama hidup ibu saya adalah bekerja sebagai ibu rumah tangga.Sepeninggal ibu, 2 anak laki dan keduaorang tuaibu meninggal dunia.Kemudian bapak saya menikah lagi dengan ibu baru dan dikaruniai 1 anak perempuan dan 1 anak laki. Kemudian Bapak saya meninggal dunia dengan harta yang ditinggalkan selama menikah dengan ibu baru tsb sebesar 150jt rupiah. Pekerjaan ibu baru adalah juga ibu rumah tangga. Saat meninggal keduaorang tuadari bpk saya sdh meninggal duluan.Dengan kronologis tersebut mohon bantuan ustadz bagaimana pembagian warisnya.Atas bantuan ustadz kami ucapkan terimakasih.Wass. Wr. Wb.Jawab.'Alaikum salam Wr. Wb.Ibu xxx yang dirahmati Allah, terima kasih ibu telah menghubungi kami dan berkomitmen dengan pembagian waris berdasarkan syari'at Islam. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pembagian waris ini, diantaranya:1. Bahwa yang dimaksud harta warisan adalah harta peninggalan yang sah menjadi milik si mati (saja), bukanharta gono-ginisebagaimana yang dipakai dalam hukum adat dan hukum waris negara (KHI). Hitunglah berapa kira-kira besaran saham (kepemilikan ibu anda dalam 250 juta itu), jika sulit, bisa diambil kesepakatan dengan semua ahli waris, hal ini dibenarkan menurut syari'at, (silakan baca artikel kami, ( Harta Gono-Gini )Untuk pembagian waris kasus keluarga anda, silakan anda cari tahu kepemilikan saham masing-masing alm./almarhumah; saya akan berasumsi bahwa 250 juta yang pertama milik ibu semua, dan 150 juta yang kedua adalah milik bapak semua; anda cukup memperhatikan prosentase perolehan masing-masing ahli waris.2. Bahwa yang dimaksud ahli waris adalah orang yang mempunyai hubungan keluarga, perkawinan, serta masih hidup saat pewaris meninggal dunia. Maka 2 saudara laki-laki sekandung anda yang meninggal sebelum bapak, hanya mendapat bagian dari warisan ibu saja, yang bagiannya diserahkan kepada ahli warisnya.INPUT DATA: (Kasus I):1. Pewaris: ibu2. Harta warisan: Rp. 250 juta.(belum dipilah berapa yang milik ibu)3. Ahli waris: - Suami - Ayah - Ibu - 4 Anak laki-laki - 6 Anak perempuanINPUT DATA (Kasus II):1. Pewaris: Bapak2. Harta Warisan: Rp. 150 juta (belum dipilah berapa yang milik bapak)3. Ahli Waris: - Isteri (kedua): - 3 Anak laki-laki - 7 Anak perempuanPERTANYAAN: - Bagaimana pembagian warisnya ?JAWABAN:A. Saat Ibu meninggal dunia, ahli waris dan bagiannya adalah, sbb.:

Keterangan:- Anak laki-laki dan perempuan mendapat sisa (ashabah) sebesar 5/12, dengan komposisi bagian anak laki-laki = 2x bagian anak perempuan.- Karena 5 tidak bisa dibagi 12, maka 12-nya dikali jumlah bagian anak =14 (lihat kolom X); dan bagian ahli waris yang lain juga mengikuti dikalikan 14.

B. Saat bapak meningal dunia, maka ahli waris dan pembagian warisnya adalah sbb.:

Keterangan:- Kolom x adalah jumlah bagian untuk semua anak, = 13.- Sisa untuk anak 7/8 tidak bisa dibagi 13, maka 13 dikalikan 8, perolehan waris isteri juga dikali 13 agar imbang.

Demikianlah ibu xxxyang bisa saya bantu, jika ada hal yang ingin ditanyakan lagi jangan segan untuk menghubungi 0856 xxxxxxxx tanpa harus memberi infaq lagi. Semoga Allah memberihidayahdan rahmatNya kepada kita semua, amin.Allaahu a'lam.Saya cukupkan dulu, kiranya metodenya bisa dimengerti, dan contoh-contohnya bisa mewakili untuk soal-soal yang sejenis. Semoga Bermanfaat.Inginkonsultasi waris online?klikdi sini.

Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau.Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.

Sumber:Fikih Sunnah 14, Sayyid Sabiq, Penerbit: PT.Al-Ma'arif, Bandung.

Al-Fara'id, A.Hassan, Penerbit: Pustaka Progressif

Artikel Terkait:

Hukum Waris Bagi Khuntsa (Banci, Wa...

Hukum Waris Anak Dalam Kandungan (H...

Hukum Waris Orang Yang Hilang dan M...

Cara Membagi Harta Warisan Yang Ber...

Cara Pembagian Waris Jika Harta Leb...

Ayat dan Hadits Sumber Rujukan Pem...

Terima kasih.

'Alaikum salam wr. wb.1. Pembagian waris dilaksanakan jika pewaris telah Klasifikasi Ahli Waris Dalam Keluarga

Ahli warisadalah orang-orang yang berhak menerima harta peninggalan (mewarisi) dari orang yang meninggal, baik karena hubungan keluarga, pernikahan, maupun karena memerdekakan hamba sahaya(wala).Ahli warisialah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyaihubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islamdan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.

1. Syarat Terjadinya Pewarisan

Pada dasarnya persoalan waris-mewarisi selalu identik denganperpindahan kepemilikan sebuah benda, hak dan tanggung jawab daripewaris kepada ahli warisnya. Dan dalamhukum waris Islampenerimaanhartawarisandidasarkan pada asas ijbari, yaitu harta warisan berpindahdengan sendirinya menurut ketetapan Allah SWT tanpa digantungkan padakehendak pewaris atau ahli waris. Pengertian tersebut akan terwujud jikasyarat dan rukun mewarisi telah terpenuhi dan tidak terhalang mewarisi.Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembagian hartawarisan. Syarat-syarat tersebut selalu mengikuti rukun, akan tetapi sebagianada yang berdiri sendiri.Tiga syarat warisan yang telahdisepakati oleh para ulama, tiga syarat tersebut adalah:1.Meninggalnya seseorang(pewaris) baik secarahaqiqy, hukmy(misalnya dianggap telah meninggal) maupun secarataqdiri.2.Adanya ahli waris yang hidupsecarahaqiqypada waktu pewarismeninggal dunia.3.Seluruh ahli waris diketahui secara pastibaik bagian masing-masing.

2. Rukun-Rukun Waris

Adapun rukun waris harus terpenuhi pada saat pembagian hartawarisan.Rukun waris dalam hukum kewarisan Islam, diketahui ada tigamacam, yaitu :1.Muwaris, yaitu orang yang diwarisi harta peninggalannya atau orangyang mewariskan hartanya. Syaratnya adalah muwaris benar-benar telahmeninggal dunia.Kematian seorang muwaris itu, menurut ulama dibedakan menjadi 3macam :a)Mati Haqiqy(mati sejati).Mati haqiqy (mati sejati) adalah matinya muwaris yang diyakinitanpa membutuhkan putusan hakim dikarenakan kematian tersebutdisaksikan oleh orang banyak dengan panca indera dan dapatdibuktikan dengan alat bukti yang jelas dan nyata.b)Mati Hukmy( mati menurut putusan hakim atau yuridis).Mati hukmy (mati menurut putusan hakim atau yuridis) adalah suatukematian yang dinyatakan atas dasar putusan hakim karena adanyabeberapa pertimbangan. Maka dengan putusan hakim secara yuridismuwaris dinyatakan sudah meninggal meskipun terdapatkemungkinan muwaris masih hidup.Menurut pendapat Malikiyyah dan Hambaliyah, apabila lamameninggalkan tempat itu berlangsung selama 4 tahun, sudah dapatdinyatakan mati. Menurut pendapat ulama mazhab lain, terserahkepada ijtihad hakim dalam melakukan pertimbangan dari berbagaimacam segi kemungkinannya.c)Mati Taqdiry(mati menurut dugaan).Mati taqdiry (mati menurut dugaan) adalah sebuah kematian(muwaris) berdasarkan dugaan keras, misalnya dugaanseorang ibuhamil yang dipukul perutnya atau dipaksa minum racun. Ketikabayinya lahir dalam keadaan mati, maka dengan dugaan keraskematian itu diakibatkan oleh pemukulan terhadap ibunya.2.Waris (ahli waris),yaitu orang yang dinyatakan mempunyai hubungankekerabatan baik hubungan darah (nasab), hubungan sebab semenda atauperkawinan, atau karena memerdekakan hamba sahaya. Syaratnyaadalah pada saat meninggalnya muwaris, ahli waris diketahui benar-benardalam keadaan hidup. Termasuk dalam hal ini adalah bayi yangmasih dalam kandungan (al-haml). Terdapat juga syarat lain yang harusdipenuhi, yaitu: antara muwaris dan ahli waris tidak ada halangan salingmewarisi.3.Maurusatautirkah,yaitu harta peninggalan si mati setelah dikurangibiaya perawatan jenazah, pelunasanhutang, dan pelaksanaan wasiat.

3. Pembagian / Penggolongan Ahli Waris

Ahli warisatau anggota keluarga yang berhak mendapatkan bagian warisan terdiri dari beberapa golongan, yakni ashhabul furudh dan ashabah.

1. Ashhabul Furuudh: Adalah ahli waris yang mempunyai bagian tertentu, misalnya 1/8, 1/6, 1/4, 1/3,1/2 dan 2/3. yang termasuk ashhabul furuudh ada 12 golongan (4 laki-laki dan 8 permpuan).Dari golongan laki-laki: 1. bapak 2. kakek shahih dan seterusnya ke atas 3.saudara laki-laki se-ibu 4. suami.Dari golongan perempuan: 1. isteri, 2.anakperempuan, 3.saudara perempuan sekandung, 4.saudara perempuansebapak,5. saudara perempuan se-ibu, 6.cucu perempuan (darianaklaki-laki), 7. ibu, 8. nenekserta seterusnya ke atas.

2. 'Ashabah: adalah mereka yang mendapatkan sisa setelah ashabul furuudh mendapatkan bagian yang telah ditentukan.Terbagi menjadi 2 jenis: 1.'Ashabah Nasabiyah (karena jalurketurunan), 2.'Ashabah Sababiyah (karena sebab tertentu)

1. 'Ashabah Nasabiyah:1.'Ashabah bi nafsih('Ashabah dengan sendirinya /otomatis).Yakni semua laki-laki yang nasabnya dengan si mayit tidak diselingi oleh perempuan. Kriterianya adalah karena ke-anak-an, ke-bapak-an, ke-saudara-an dan ke-paman- an.Urutannya berdasarkan prioritas, sbb,:

Anak laki-laki

Cucu laki-laki (dari anak laki-laki) dan seterusnya ke bawah

Bapak

Kakek seterusnya sampai ke atas.

Saudara laki-laki sekandung.

Saudara laki-laki se-bapak.

Keponakan laki-laki (dari saudara laki-laki sekandung)

Keponakan laki-laki (dari saudara laki-laki se-bapak).

Paman sekandung (saudara laki-laki bapak, sekandung).

Paman se-bapak (saudara laki-laki bapak, se-bapak).

Sepupu laki-laki (anak paman sekandung)

Sepupu laki-laki (anak paman se-bapak).

Laki-laki atau perempuan yang memerdekakan.

'Ashabah laki-laki yang memerdekakan,

2.'Ashabah bi Ghairih("Ashabahkarenaorang lain).Yakni perempuan yang menjadi 'ashabah karena adanya laki-laki yang sederajat.

Anggotanya :

Anak perempuan, 2 orang perempuan atau lebih(jika bertemu anak laki-laki). Keterangan : jika anak perempuan sendirian dia mendapat 1/2 bagian warisan, tapi jika adaahli warisanak laki-laki, anak perempuan menjadi 'ashabah; bagiannya menjadi 1/2 dari bagian anak laki-laki.

Seorang anak perempuan (jika bertemua anak laki-laki) atau cucu perempuan (dari anak laki-laki). jika bertemu cucu laki-laki (dari anak laki-laki).

Seorang saudara perempuan atau saudara-saudara perempuan sekandung; jika bertemu saudara/saudara-saudara laki-laki sekandung.

Seorang saudara perempuan (jika bertemu seorang saudara laki-laki); atau saudara-saudara perempuan se-bapak (jika bertemu saudara-saudara laki-laki se-bapak)

3.'Ashabah Ma'a Ghairih(Menjadi 'Ashabahbersamaorang lain).

Yakni setiap perempuan yang memerlukan perempuan lain untuk menjadi 'ashabah.Anggotanya:

Saudara perempuan sekandung seorang atau lebiih bersama dengan anak perempuan atau cucu perempuan (dari anak laki-laki).

Saudara perempuan se-bapak seorang atau lebih bersama dengan anak perempuan atau cucu perempuan (dari anak laki-laki).

2.'Ashabah Sababiyah :

Adalah maula (tuan) yang memerdekakan . Bila orang yang memerdekakan tidak ada, maka warisan itu bagi 'ashabahnya yang laki-laki.

Ikhtisar Ringkas Ashhabul Furudh dan 'Ashabah.

Contoh untuk pemahaman:

Jika seseorang meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris sbb.:

1. Ibu

2. Anak Laki-laki

3. 2 Anak perempuan

4. Bapak

Penjelasan/Pemecahan ;

1. Ibu adalahashhabul furuudh- telah ditetapkan bagiannya- jika si mati ada meninggalkan anak maka bagian ibu adalah 1/6 dari harta pusaka.

2. Anak laki-laki dan bapak asalnya adalah'ashabah bi nafsih, tetapi karena anak laki-laki prioritasnya lebih tinggi, maka bapak berubah menjadi ashhabul fururdh; bahwa jika yang meninggal mempunyai anak, maka bagian bapak adalah 1/6 dari harta pusaka.

3. Anak perempuan asalnya adalahashhabul furuudh, tetapikarenaada anak laki-laki (sederajat), maka posisinya menjadi'ashabah bi ghairih(karena ada orang lain)

4. Posisi bapak adalah ashhabul furuudh, yakni mendapat bagian 1/6. Jika tidak ada anak laki-laki, posisi bapak adalah 'ashobah (mengambil semua sisa).maka hasil bagian untuk ahli waris di atas adalah, sbb.:

Contoh Pembagian Waris Keluarga.

Keterangan :

Penyebut 6 adalah agar bisa dibagi 6

Sisa 'ashabah setelah diambil bagian untuk ibu (1) dan bapak (1) adalah 4.

Laki-laki mendapat 2x bagian perempuan, maka 4 dibagi 4=1; tiap anak perempuan dapat 1/6 anak laki-laki 2x1/6= 2/6

Mudah kan ?

Cobalah berlatihmembagi warissendiri dengan download di Microsoft excel anda, klikSoftware Pembagi Waris..

insyaallahsaya akan membantu semampunya.Inginkonsultasi waris online?klikdi sini

Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.

Sumber:Ilmu Fara'idh, A.Hasanhttp://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/26/jtptiain-gdl-s1-2006-anissofiat-1298-bab2l_21-0.pdf

Artikel Terkait:

Pengertian Ahli Waris Menurut Hukum...

Pengertian Harta Warisan / Pusaka Y...

Hukum Waris Islam dan Ancaman Bila ...

Pengertian Penghalang Waris (Hajib)...

Hukum Wasiat Dan Ketentuannya Menur...

Jumlah Maksimal Bolehnya Berwasiat ...

BAGIAN Cara Membagi Harta Warisan Yang Bersisa

Setelah artikel sebelumnya membahasharta warisan yang lebih sedikitdibanding jumlahahli waris, kali ini saya sajikan artikel lawannya, yakni jikajumlahharta warisanmasih sisasetelah dibagi-bagikan kepada ahli waris, namanya juga ada kelebihan sudah pastimenyenangkanbagi para ahli warisnya.- Sudah dapat bagian pribadi, masih ditambah dengan tambahan dari sisa yang tidak habis terbagi . Ambil contoh misalnya jika ahli waris hanya seorang ibu dan seoranganakperempuan, atau digambarkan sbb.:

Setelah masing-masing ahli waris mendapatkan bagiannya, diberikan kepada siapakah sisanya ?Sisa pusaka ini disebut dengan"Radd." Radd adalah membagisisa pusaka kepada ahli waris, menurut bagian masing-masing (proporsional). Kataraddberartii'aadah(mengembalikan), dan kata radd juga berartisharf(memulangkan kembali). Yang dimaksud radd menurut para ahli fuqaha (ahli fikih) ialah pengembalian apa yang tersisi dari bagiandzawul furudh nasabiyyahkepada mereka sesuai dengan besar-kecilnya bagian mereka bila tidak ada orang lain yang berhak untuk menerimanya.Ar-raddadalah berkurangnya pembagi (jumlah bagian fardh) dan bertambahnya bagian para ahli waris. Hal ini disebabkan sedikitnyaashhabul furudhsedangkan jumlah seluruh bagiannya belum mencapai nilai 1, sehingga disana ada hartawarisanyang masih tersisa, sementara tidak ada seorangpunashabahdisana yang berhak menerima sisa harta waris. Maka dalam keadaan seperti ini kita harus menurunkan atau mengurangi pembaginya sehingga seluruh harta waris dapat mencukupi jumlah ashhabul furudh yang ada, meskipun akhirnya bagian mereka menjadi bertambah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwaar-radd adalah kebalikan dari al-aul.

1. Rukun Radd

Radd tidak akan terjadi kecuali bila ada tiga rukun:

1. Adanya fardh (Ashhabul Fardh / ahli waris yang berhak mewarisi)

2. Adanya sisa peninggalan harta (setelah dibagikan).

3. Tidak adanya ahli waris 'ashabah (yang berhak mengambil sisa).Tambahan dari penulis:- Selain dari kaidah di atas, untuk melihat suatu pembagian termasuk radd atau bukan, lihatlah hasil dari "bagian asal", jika hasilnya tidak bulat/hasil baginya kurang dari 1 (misalnya kurang dari: 6/6, 12/12, 24/24, dsb.) maka dipastikan itu adalah jenis pembagian radd.- Pada pembagian radd dengan ahli waris tanpasuamiatauisteri,maka jumlah penyebut langsung dirubah menjadi jumlah bagian para ahli waris.(lihat gambar 3.pada kolom "Model Radd", semula bagiannya 1/3+1/6; karena 1 = 3 =4, maka dengan radd langsung menjai 1/4 = 3/4).- Pada pembagian radd dimana ahli warisnya terdapatsuami/isteri, maka jumlahkan bagian semua ahli waris, sisanya dibagikan kepad ahli waris selain suami/isteri saja(lihat "contoh soal" nomor 3 atau gambar 5).

2. Ahli Waris yang Berhak Mendapat ar-RaddAr-radd dapat terjadi dan melibatkan semua ashhabul furudh, kecuali suami dan istri. Adapun ashhabul furudh yang dapat menerima ar-radd hanya ada delapan orang, yakni:1.Anakperempuan2.Cucu perempuan keturunan anak laki-laki3.Saudara perempuan sekandung4.Saudara perempuan seayah5.Ibu kandung6.Nenek sahih (ibu dari bapak)7.Saudara perempuan seibu8.Saudara laki-laki seibuAdapun mengenai ayah dan kakek, sekalipun keduanya termasukashhabul furudhdalam beberapa keadaan tertentu, mereka tidak bisa mendapatkan ar-radd. Sebab dalam keadaan bagaimanapun, bila dalam pembagian hak waris terdapat salah satunya, maka tidak mungkin ada ar-radd, karena keduanya akan menerima waris sebagai ashabah.

3. Ahli Waris yang Tidak Mendapat ar-RaddAdapun ahli waris dariashhabul furudhyang tidak bisa mendapatkan ar-radd hanyalah suami dan istri. Hal ini disebabkan kekerabatan keduanya bukanlah karena nasab, akan tetapi karena kekerabatansababiyah(karena sebab), yaitu adanya ikatan tali pernikahan. Dan kekerabatan ini akan putus karena kematian, maka dari itu mereka (suami dan istri) tidak berhak mendapatkan ar-radd. Mereka hanya mendapat bagian sesuai bagian yang menjadi hak masing-masing. Maka apabila dalam suatu keadaan pembagian waris terdapat kelebihan atau sisa dari harta waris, suami atau istri tidak mendapatkan bagian sebagai tambahan.

4. Pendapat Para Ulama Tentang Radd

Tidak adanashyang menjadi rujukan masalah radd; oleh sebab itu para ulama berselisih pendapat tentang radd ini. Macam pendapatnya adalah sebagai berikut:

1. Tidak adanya radd terhadap seorangpun di antara ashhabul furudh; dan sisa harta sesudah ashhabul furudh mengambil furudh (bagian-bagian) mereka itu diserahkan kepada Baitulmal, bila tidak ada ahli waris 'ashabah. (PendapatZaid bin Tsabit,yang diikuti oleh'Urwah, Az-Zuhri, MalikdanAsy-Syafi'i).

2. Adanya radd bagi ashhabul furudh termasuk kepada suami-isteri,menurut kadar bagian masing-masing. (PendapatUtsman).

3. Radd itu diberikan kepada semua ashhabul furudh, kecuali suami-isteri, ayah dan kakek. Maka radd diberikan kepada 8 (delapan) golongan: 1. Anak perempuan, 2. Anak perempuan dari anak laki-laki (cucu perempuan dari anak laki-laki), 3.Saudara perempuan sekandung, 4.Saudara perempuan se-bapak, 5.Ibu, 6.Nenek, 7.Saudara laki-laki se-bapak dan 8.Saudara perempuan se-ibu. (PendapatUmar, Ali, jumhur sahabatdantabi'in.Dan inilahmadzhabAbu Hanifah, Ahmaddan pendapat yang dipegangi bagialiran Syafi'iserta sebagian pengikutMalik, ketika baitulmal rusak).Dan pendapat inilah yang terpilih. Mereka berkata: Radd itu tidak diberikan kepada suami-isteri, karena radd dimiliki dengan jalan rahim, sedang suami-isteri itu tidak mempunyai hubungan rahim kecuali hanya sebab perkawinan; radd juga tidak diberikan kepada bapak dan kakek, karena radd ini ada bila tidak ada ahli waris 'ashhabah, sedang bapak dan kakek termasuk ahli waris 'ashhabah yang mengambil sisa dengan jalan ta'shib dan bukan dengan cara radd.

5. Contoh-Contoh Pembagian Radd

1. Penyelesaian soal radd gambar 1 di atasJawab:

Contoh soal di atas harus diselesaikan dengan metode Radd karena setelah harta dibagikan kepada ahli waris, masih bersisa (1/6 + 1/2 = 4/6), masihada sisa 2/6yang harus dibagikan kepada ahli waris secara proporsional. Model penyelesaian di atas adalah model proses penjelasan, dalam prakteknya bisa disederhanakan menjadi seperti berikut:

2. Seseorang meninggal dunia dengan meninggalkan para ahli waris: 3 nenek dan 3 saudara se-ibu. Berapakah bagian waris masing-masing ?

Jawab:

3. Seseorang meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris: Isteri, anak perempuan dan cucu perempuan. Berapakah bagian masing-masing ahli waris ?

Jawab:

Keterangan:

* Sisa setelah dibagikan secara fardh adalah 5, bagian yang lebih itu masuk pada anak dan cucu, tidak pada isteri. Kita lihat, bagian anak 3 kali lebih banyak dari cucu (12 banding 4). Ini berarti sesudah dikeluarkan bagian isteri (1/8) sisanya terbagi 4 (3 + 1). Maka agar dapat angka bulat, 4 kita kalikan 8, menjadi 32.

Sehingga isteri mendapat bagian: 1/8 dari 32 = 4 ................ ..(32-4) sisanya = 28

Anak Perempuan mendapat : 3/4 dari sisa = 21

Cucu Perempuan mendapat : 1/4 dari sisa =7 +

32

Betapapun saya sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi artikel ini masih tetap belum sempurna dalam penyajiannya. Maka jika anda masih belum paham juga, itu karena kekurangan saya. Teruslah belajar dan berlatih ilmu fara'idh. anda juga bisa berlatih menjadipembagi warisdengan mendownload program aplikasi di microsoft excel anda, klikSoftware Pembagi Waris Otomatis.

Semoga bermanfaat.

Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau.Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.

Sumber :Fikih Sunnah 14, Sayyid Sabiq

WARISCara Pembagian Waris Jika Harta Lebih Sedikit Dari Bagian Ahli Waris

Al-auladalah bertambahnya pembagi (jumlah bagian fardh) sehingga menyebabkan berkurangnya bagian para ahli waris. Hal ini disebabkan banyaknyaashhabul furudhsedangkan jumlah seluruh bagiannya telah melebihi nilai 1, sehingga di antara ashhabul furudh tersebut ada yang belum menerima bagian yang semestinya. Maka dalam keadaan seperti ini kita harus menaikkan atau menambah pembaginya sehingga seluruh harta waris dapat mencukupi jumlah ashhabul furudh yang ada, meskipun akhirnya bagian mereka menjadi berkurang.Di dalam kaidahilmu Fara'id, bagian-bagian yang didapat olehahli warisditetapkan dalam bentukpecahan matematikaseperti: 1/2, 1/3, 1/6, 2/3. 1/8 dsb. Seringkali pembagian waris bisa terbagi habis, baik secara alamiah ataupun karena adanya 'ashabah atau ahli waris yang menghabiskan sisa.Tetapi bisa juga terjadi pembagian waris yang hasilnya tidak bisa habis secara tuntas alias masih bersisa atau malah kurang, baik karena bagian ahli waris lebih sedikit dibanding bagian harta pusaka atau sebaliknya lebih banyak. Postingan kali ini akan menghususkan pada pembahasan jika bagian warisan lebih sedikit dibanding bagian ahli waris. Untuk mengatasi masalah tersebut, di dalam ilmu Fara'idh dikenal istilah pemecahannya yang disebut 'Aul.

1. Pengertian 'Aul

'Aul secara bahasa berartiirtifa'ataumengangkat. Dikatakan'aalal miizaanbila timbangan itu naik, terangkat. Kata 'aul ini kadang berarticenderung kepada perbuatan aniaya (curang). Arti ini ditunjukkan di dalam firmanAllah swt.

Artinya: "Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya."(Q.S.An-Nisa : 3).

Menurut para fuqaha, 'aul ialah bertambahnya saham Ashhabul furudh dan berkurangnya kadar peneriman warisan mereka.Hal ini terjadi ketika makin banyaknya ashhabul furudh sehingga harta yang dibagikan habis, padahal di antara mereka ada yang belum menerima bagian. Dalam keadaan seperti ini kita harus menaikkan atau menambah pokok masalahnya (penyebut) sehingga seluruh harta waris dapat mencukupi jumlah ashhabul furudh yang ada.

Contoh dan penjelasan mudah:

jika ahli waris terdiri dari suami dan 2 orang saudara perempuan sekandung/se-bapak.

menurut ilmu fara'idh, bagian ahli waris adalah:

- Suami: 1/2

- 2 Sdr.sekandung: 2/3; Padahal 1/2 ditambah 2/3 hasilnya tidak bisa bulat menjadi 1, maka di sinilah metode 'aul diterapkan.

Gambar 1.Contoh Metode 'Aul dan Istilah Bilangan Pecahan

Kalaulah tidak di'aulkan dan tidak dibagi sebagaimana contoh yang ditunjukkan di atas itu, tentu tidak dapat keberesan, dan kekurangan tidak dapat ditutupi.

2. Sejarah Awal Mula Diterapkannya 'Aul

Pada masa Rasulullah saw. sampai masa kekhalifahanAbu Bakar ash-Shiddiqr.a. kasus aul tidak pernah terjadi. Masalah aul pertama kali muncul pada masakhalifah Umar bin Khathab r.a..Ibnu Abbasberkata, "Orang yang pertama kali menambahkan pembagi (yakni aul) adalah Umar bin Khathab. Dan hal itu ia lakukan ketika fardh yang harus diberikan kepada ahli waris bertambah banyak."Riwayat kejadiannya adalah: Seorang wanita wafat dan meninggalkan suami dan dua orang saudara perempuan sekandung. Yang masyhur dalam ilmu faraid, bagian yang mesti diterima suami adalah 1/2, sedangkan bagian dua saudara perempuan sekandung 2/3. Dengan demikian, berarti pembilangnya melebihi pembaginya, karena 1/2 + 2/3 = 7/6. Namun demikian, suami tersebut tetap menuntut haknya untuk menerima setengah dari harta waris yang ditinggalkan istri, begitupun dua orang saudara perempuan sekandung, mereka tetap menuntut dua per tiga yang menjadi hak waris keduanya.

Menghadapi hal demikianUmarpun berkata, "Sungguh aku tidak mengerti, siapakah di antara kalian yang harus didahulukan, dan siapa yang diakhirkan. Sebab bila aku berikan hak suami, pastilah saudara perempuan sekandung pewaris akan dirugikan karena berkurang bagiannya. Begitu juga sebaliknya, bila aku berikan terlebih dahulu hak kedua saudara perempuan sekandung pewaris maka akan berkuranglah bagian suami." Umar kemudian mengajukan persoalan ini kepada para sahabat Rasulullah saw.. Di antara mereka adaAbbas bin Abdul MuthalibdanZaid bin Tsabitmengusulkan kepadaUmaragar menggunakan metode aul. Umar menerima anjuran tersebut dan berkata: "Tambahkanlah hak para ashhabul furudh akan fardh-nya." Para sahabat menyepakati langkah tersebut, dan menjadilah hukum tentang aul (penambahan) fardh ini sebagai keputusan yang disepakati sebagian besar sahabat Nabi saw., kecualiIbnu Abbas yang tidak menyetujui adanya aul ini.Dikatakan pula bahwa yang memberikan pertimbangan itu ialah'Ali.Sementara yang lain mengatakan bahwa yang memberikan pertimbangan ituZaid bin Tsabit.Wallahu a'lam.

3. Masalah Yang Bisa Di'aulkan

Sesudah diperiksa dan diteliti oleh ulama fara'idh, maka terdapat kesimpulan bahwa 'aul itu hanya ada di masalah / bilangan berpenyebut 6. 12. dan 24 saja, lainnya tidak bisa.

Penyebut 6 kadang di'aulakan menjadi 7, 8, 9 atau 10.(lihat gambar 2)

Penyebut 12 terkadang di'aulkan menjadi 13, 15, dan terkadang jadi 17.(lihat gambar 3)

Penyebut 24 hanya bisa di'aulkan menjadi 27 saja.(lihat gambar 4)

4. Contoh-Contoh Masalah 'Aul

1. Telah mati seorang perempuan dengan meninggalkan seorang suami, dua orang saudara perempuan sekandung, dua orang saudara perempuan se-ibu, dan ibu. Masalah demikian dinamakanmasalah Syuraihiyah, sebab si suami itu mencaci makiSyuraih,hakim yang terkenal itu, dimana si suami ini diberi bagian 3/10 oleh Syuraih, padahal seharusnya dia mendapatkan 5/10 (lihat gambar 2 di bawah). Lalu dia mengelilingi kabilah-kabilah sambil mengatakan: "Syuraih tidak memberikan kepadaku separuh dan tidak pula sepertiga." Ketika Syuraih mengetahui hal itu, dia memanggilnya untuk menghadap, dan memberikan hukuman ta'zir kepadanya, kata Syuraih: "Engkau buruk bicara, dan menyembunyikan 'aul."

Gambar 2.Pemecahan Masalah Syuraihiyah -Penyebut 6

2. Seseorang telah meninggal dunia dengan meninggalkanahli waris: suami, ibu dan 2 anak perempuan. Hitunglah berapa bagian masing-masing ahli waris.

Gambar 3.Pemecahan Masalah 'Aul-Penyebut 12

3. Seorang suami telah mati, sedang ia meninggalkan seorang isteri, 2 anak perempuan, seorang bapak seorang ibu. Masalah ini dinamakanmasalah mimbariyah,sebab'Ali bin Abi Thalib r.a. tengah berada di atas mimbar di Kufah, dan dia mengatakan di dalam khutbahnya: "Segala puji bagi Allah yang telah memutuskan dengan kebenaran secara pasti, dan membalas setiap orang dengan apa yang dia usahakan, dan kepada-Nya tempat bepulang dan kembali," lalu dia ditanya tentang masalah itu, mak dia menjawab di tengah-tengah khutbahnya: "Dan isteri itu, seperdelapannya menjadi sepersembilan", kemudian dia melanjutkan khutbahnya.

Gambar 4.Metode Pemecahan Mimbariyah-Penyebut 24

.

Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.Cobalah berlatihmembagi warissendiri dengan download di Microsoft excel anda, klikSoftware Pembagi Waris..

Cara Membagi Warisan

Hubungan persaudaraan bisa berantakan jika masalah pembagian harta warisan seperti rumah atau tanah tidak dilakukan dengan adil. Untuk menghindari masalah, sebaiknya pembagian warisan diselesaikan dengan adil. Salah satu caranya adalah menggunakan Hukum Waris menurut Undang-Undang (KUH Perdata).

Beikut ini cara membagi waris dan siapa saja yang berhak mendapatkannya,,

Ada dua jalur untuk mendapatkan warisan secara adil, yaitu melalui pewarisan absentantio dan pewarisan testamentair. Pewarisan absentantio merupakan warisan yang didapatkan didapatkan berdasarkan Undang-undang. Dalam hal ini sanak keluarga pewaris (almarhum yang meninggalkan warisan) adalah pihak yang berhak menerima warisan.

Mereka yang berhak menerima dibagi menjadi empat golongan, yaitu anak, istri atau suami, adik atau kakak, dan kakek atau nenek. Pada dasarnya, keempatnya adalah saudara terdekat dari pewaris .

Sedangkan pewarisan secara testamentair/wasiat merupakan penunjukan ahli waris berdasarkan surat wasiat. Dalam jalur ini, pemberi waris akan membuat surat yang berisi pernyataan tentang apa yang akan dikehendakinya setelah pemberi waris meninggal nanti. Ini semua termasuk persentase berapa harta yang akan diterima oleh setiap ahli waris.

Siapa Yang Tidak Berhak Menerima Warisan?

Meskipun seseorang sebenarnya berhak mendapatkan warisan baik secara absentantio atau testamentair tetapi di dalam KUH Perdata telah ditentukan beberapa hal yang menyebabkan seorang ahli waris dianggap tidak patut menerima warisan.

Kategori pertama adalah orang yang dengan putusan hakim telah telah dinyatakan bersalah dan dihukum karena membunuh atau telah mencoba membunuh pewaris. Kedua adalah orang yang menggelapkan, memusnahkan, dan memalsukan surat wasiat atau dengan memakai kekerasan telah menghalang-halangi pewaris untuk membuat surat wasiat menurut kehendaknya sendiri. Ketiga adalah orang yang karena putusan hakim telah terbukti memfitnah orang yang meninggal dunia dan berbuat kejahatan sehingga diancam dengan hukuman lima tahun atau lebih. Dan keempat, orang yang telah menggelapkan, merusak, atau memalsukan surat wasiat dari pewaris.

Dengan dianggap tidak patut oleh Undang-Undang bila warisan sudah diterimanya maka ahli waris terkait wajib mengembalikan seluruh hasil dan pendapatan yang telah dinikmatinya sejak ia menerima warisan.

Pengurusan Harta Warisan

Masalah warisan biasanya mulai timbul pada saat pembagian dan pengurusan harta warisan. Sebagai contoh, ada ahli waris yang tidak berbesar hati untuk menerima bagian yang seharusnya diterima atau dengan kata lain ingin mendapatkan bagian yang lebih. Guna menghindari hal tersebut, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan oleh Anda yang kebetulan akan mengurus harta warisan, khususnya untuk harta warisan berupa benda tidak bergerak (tanah dan bangunan).

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat Surat Keterangan Kematian di Kelurahan/Kecamatan setempat. Setelah itu membuat Surat Keterangan Waris di Pengadilan Negeri setempat atau Fatwa Waris di Pengadilan Agama setempat, atau berdasarkan Peraturan Daerah masing-masing. Dalam surat/fatwa tersebut akan dinyatakan secara sah dan resmi siapa-siapa saja yang berhak mendapatkan warisan dari pewaris.

Apabila di antara para ahli waris disepakati bersama adanya pembagian warisan, maka kesepakatan tersebut wajib dibuat dihadapan Notaris. Jika salah satu pembagian yang disepakati adalah pembagian tanah maka Anda harus melakukan pendaftaran di Kantor Pertanahan setempat dengan melampirkan Surat Kematian, Surat Keterangan Waris atau Fatwa Waris, dan surat Wasiat atau Akta Pembagian Waris bila ada.

Satu bidang tanah bisa diwariskan kepada lebih dari satu pewaris. Bila demikian maka pendaftaran dapat dilakukan atas nama seluruh ahli waris (lebih dari satu nama). Nah, dengan pembagian waris yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang maka diharapkan bisa meminimalkan adanya gugatan dari salah satu ahli waris yang merasa tidak adil dalam pembagiannya.

Empat Golongan yang Berhak Menerima Warisan

A. GOLONGAN IDalam golongan ini, suami atau istri dan atau anak keturunan pewaris yang berhak menerima warisan. Dalam bagan di atas yang mendapatkan warisan adalah istri/suami dan ketiga anaknya. Masing-masing mendapat bagian.

AyahIbuPewarisSaudaraSaudara

B. GOLONGAN IIGolongan ini adalah mereka yang mendapatkan warisan bila pewaris belum mempunyai suami atau istri, dan anak. Dengan demikian yang berhak adalah kedua orangtua, saudara, dan atau keturunan saudara pewaris.

Dalam contoh bagan di atas yang mendapat warisan adalah ayah, ibu, dan kedua saudara kandung pewaris. Masing-masing mendapat bagian. Pada prinsipnya bagian orangtua tidak boleh kurang dari bagian

C. GOLONGAN IIIkakeknenekkakeknenek

Dalam golongan ini pewaris tidak mempunyai saudara kandung sehingga yang mendapatkan waris adalah keluarga dalam garis lurus ke atas, baik dari garis ibu maupun ayah.

Contoh bagan di atas yang mendapat warisan adalah kakek atau nenek baik dari ayah dan ibu. Pembagiannya dipecah menjadi bagian untuk garis ayah dan bagian untuk garis ibu.

D. GOLONGAN IVPada golongan ini yang berhak menerima warisan adalah keluarga sedarah dalam garis atas yang masih hidup. Mereka ini mendapat bagian. Sedangkan ahli waris dalam garis yang lain dan derajatnya paling dekat dengan pewaris mendapatkan bagian sisanya.Catatan bagi ahli waris bahwa sebelum melakukan pembagian warisan, ahli waris harus bertanggungjawab terlebih dahulu kepada hutang-piutang yang ditinggalkan oleh pewaris semasa hidupnya.

Diposkan olehnusti123di08.45

LAKI DAN PEREMPUAN BISA BERBEDA"Alaikum salam wr. wb.Saudara, saya tidak bisa memperoses pertanyaan anda karena tidak tahu anda sendiri berjenis kelamin apa, laki-laki atau perempuan. Kalau anonim kan bersifat umum, kecuali kalau ada anonimah....

meninggal dunia, jika masih hidup itu disebut hibah. Dalam kasus anda, jika ibu telah meninggal dan ahli warisnya hanya 10 anak saja (ibu tidak mempunyai suami dan orang tua) maka pembagiannya:- 6 Anak laki-laki masing-masing mendapat: 1/8 (12,5%).- 4 Anak perempuan masing-masing mendapat: 1/16 (6,25%).2. Pemberian dikala pemilik masih hidup (hibah) diperbolehkan selama adil atau merata atau ada keikhlasan dari anak yang lain.

Balas