bab iii deskripsi wilayah a. gambaran umum kota batu 1 ...eprints.umm.ac.id/39791/4/bab...

19
50 BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran Umum Kota Batu 1. Kondisi Geografis Kota Batu adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota Batu terletak 90 km sebelah barat daya Surabaya atau 15 km sebelah barat laut Malang. Kota Batu berada di jalur yang menghubungkan Malang-Kediri dan Malang-Jombang. Kota Batu berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan di sebelah utara serta dengan Kabupaten Malang di sebelah timur, selatan, dan barat. Wilayah kota Batu berada di ketinggian 700-1.700 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata mencapai 12-19 derajat Celsius. Kota Batu berada pada 122,17’o sampai dengan 122,57′o Bujur Timur dan 7,44’o sampai dengan 8,26’o Lintang Selatan. 1 Kota Batu dahulu merupakan bagian dari Kabupaten Malang, yang kemudian ditetapkan menjadi kota administratif pada 6 Maret 1993. Pada tanggal 17 Oktober 2001, Batu ditetapkan sebagai kota otonom yang terpisah dari Kabupaten Malang. Kota Batu dikenal sebagai salah satu kota wisata terkemuka di Indonesia karena potensi keindahan alam yang luar biasa. Kekaguman bangsa Belanda terhadap keindahan alam Batu membuat wilayah kota Batu disejajarkan dengan sebuah negara di Eropa yaitu Swiss dan dijuluki sebagai De Kleine Zwitserland atau Swiss Kecil di Pulau Jawa. 1 BPS Kota Batu, 2017.

Upload: haliem

Post on 05-May-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

50

BAB III

DESKRIPSI WILAYAH

A. Gambaran Umum Kota Batu

1. Kondisi Geografis

Kota Batu adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur,

Indonesia. Kota Batu terletak 90 km sebelah barat daya Surabaya atau

15 km sebelah barat laut Malang. Kota Batu berada di jalur yang

menghubungkan Malang-Kediri dan Malang-Jombang. Kota Batu

berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan di

sebelah utara serta dengan Kabupaten Malang di sebelah timur, selatan, dan

barat. Wilayah kota Batu berada di ketinggian 700-1.700 meter di atas

permukaan laut dengan suhu udara rata-rata mencapai 12-19 derajat Celsius.

Kota Batu berada pada 122,17’o sampai dengan 122,57′o Bujur Timur dan

7,44’o sampai dengan 8,26’o Lintang Selatan.1

Kota Batu dahulu merupakan bagian dari Kabupaten Malang, yang

kemudian ditetapkan menjadi kota administratif pada 6 Maret 1993. Pada

tanggal 17 Oktober 2001, Batu ditetapkan sebagai kota otonom yang

terpisah dari Kabupaten Malang. Kota Batu dikenal sebagai salah satu kota

wisata terkemuka di Indonesia karena potensi keindahan alam yang luar

biasa. Kekaguman bangsa Belanda terhadap keindahan alam Batu membuat

wilayah kota Batu disejajarkan dengan sebuah negara di Eropa yaitu Swiss

dan dijuluki sebagai De Kleine Zwitserland atau Swiss Kecil di Pulau Jawa.

1 BPS Kota Batu, 2017.

51

Gambar 3.1. Peta Kota Batu

Sumber: Humas.batukota.go.id, 2016

Berdasarkan pada peta diatas, lingkup wilayah Kota Batu

berdasarkan aspek administratif dan fungsional mencakup seluruh wilayah

daratan seluas 19.908,72 Ha beserta ruang udara diatasnya dan ruang

didalam bumi.Selanjutnya perwilayahan tersebut ditetapkan dalam

pembagian wilayah kota beserta penetapan fungsi wilayahyang disebut

Bagian Wilayah Kota atau di singkat dengan BWK. Terdapat 3 BWK di

52

Kota Batu yang di tetapkan dalam 3 Kecamatan, yakni Kecamatan Bumiaji,

Kecamatan Batu dan Kecamatan Junrejo.2 Secara lebih lengkap pembagian

BWK tersebut ialah sebagai berikut.

1. Bagian Wilayah Kota (BWK) I

a. BWK I memiliki cakupan wilayah meliputi Kecamatan Batu dengan

pusat pelayanan berada di Desa Pesanggrahan.

b. BWK I sebagai wilayah utama pengembangan pusat pemerintahan

kota, pengembangan kawasan kegiatan perdagangan dan jasa

modern, kawasan pengembangan kegiatan pariwisata dan jasa

penunjang akomodasi wisata serta kawasan pendidikan menengah.

c. Pusat pelayanan pemerintahan kota ditetapkan pada BWK I.

2. Bagian Wilayah Kota (BWK) II

a. BWK II memiliki cakupan wilayah meliputi Kecamatan Junrejo

dengan pusat pelayanan di Desa Junrejo.

b. BWK II sebagai wilayah utama pengembangan permukiman kota

dan dilengkapi dengan pusat pelayanan kesehatan skala kota dan

regional, kawasan pendidikan tinggi dan kawasan pendukung

perkantoran pemerintahan dan swasta.

c. Sub Pusat pelayanan Kota di BWK II terdapat di Desa Junrejo

Kecamatan Junrejo, memiliki fungsi sebagai: subpusat pelayanan

pemerintahan skala kecamatan dan atau pendukung pemerintahan

2 Perda RTRW Kota Batu No 7 Tahun 2011

53

kota, pusat pelayanan pendidikan tinggi, dan sebagai pusat

perdagangan kecamatan.

3. Bagian Wilayah Kota (BWK) III

a. BWK III dengan cakupan wilayah meliputi KecamatanBumiaji

dengan pusat pelayanan di Desa Punten.

b. BWK III sebagai wilayah utama pengembangan

kawasanagropolitan, pengembangan kawasan wisata alam

danlingkungan serta kegiatan agrowisata.

c. Sub Pusat Pelayanan Kota di BWK III terdapat di Desa Punten

memiliki fungsi sebagai sub pusat pelayanan pemerintahan skala

kecamatan, pusat kegiatan agribisnis, pelayanan pendidikan

menengah.

2. Luas Wilayah

Luas kawasan Kota Batu secara keseluruhan sekitar 19,908,72 ha

atau sekitar 0,42 persen dari total luas Jawa Timur. Dengan rincian luas

Kecamatan Bumiaji: 12.797,89 Ha, Kecamatan Batu: 4.545,82 Ha, dan

Kecamatan Junrejo 2.565,02 Ha.3 Sebagai daerah yang topografinya

sebagian besar wilayah perbukitan, Kota Batu memiliki pemandangan alam

yang sangat indah, sehingga banyak di jumpai tempat-tempat wisata yang

mengandalkan keindahan alam pegunungan disertai wisata air terjun, kolam

renang dan lain sebagainya.

3 BPS Kota Batu, 2017.

54

Tabel 3.1. Luas Kecamatan di Kota Batu

Sumber: BPS Kota Batu, 2015

Berdasarkan tabel diatas Kota Batu memiliki jenis tanah yang

sebagian besar merupakan andosol, selanjutnya secara berurutan kambisol,

latosol dan aluvial. Tanahnya berupa tanah mekanis yang banyak

mengandung mineral yang berasal dari ledakan gunung berapi, sifat tanah

semacam ini mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi. Komoditi yang

terkenal dari Kota Batu adalah produk-produk pertanian hortikultura buah-

buahan, sayur-sayuran dan tanaman hias serta hasil peternakan berupa susu

segar.

3. JumlahPenduduk

Kota Batu merupakan kota yang sedang berkembang baik secara

pembangunan fisik maupun dalam jumlah penduduknya. Kota Batu sebagai

Kota Wisata merupakan tema pembangunan wilayah yang sesuai dengan

sejarah Kota Batu. Sejak abad ke-10 wilayah Kota Batu memang terkenal

sebagai tempat peristirahatan bagi kalangan keluarga kerajaan, karena

wilayahnya merupakan daerah pegunungan dengan kesejukan udara yang

Kecamatan Luas Kecamatan Menurut Jenis Tanah (km)

Andosol Kambisol Aluvial Latosol

2015

Batu 1.831.04 889.31 239.86 260.34

Junrejo 1.526.19 1.526.19 199.93 217

Bumiaji 2.873.89 2.873.89 376.48 408.61

Kota Batu 6.231.12 3.026.37 816.27 885.95

55

nyaman, juga didukung oleh keindahan pemandangan alam sebagai ciri

khas daerah pegunungan.

Awal abad 19, orang-orang Belanda mengembangkan Batu menjadi

daerah tujuan wisata, dengan membangun tempat-tempat peristirahatan

(villa) bahkan memilih Batu menjadi tempat tinggalnya. Situs dan

bangunan-bangunan peninggalan Belanda atau semasa Pemerintahan

Hindia Belanda itupun masih berbekas bahkan menjadi aset dan kunjungan

Wisata hingga saat ini. Begitu kagumnya Bangsa Belanda atas keindahan

dan keelokan Batu, sehingga bangsa Belanda mensejajarkan wilayah Batu

dengan sebuah negara di Eropa yaitu Swiss dan memberikan predikat

sebagai De Klein Switzerland atau Swiss kecil di Pulau Jawa. Potensi

pariwisata Kota Batu yang begitu kuat terus dikembangkan secara serius

oleh pemerintah daerah setempat. Pembangunan wilayah Kota Batu tentu

saja mempengaruhi dinamika kependudukannya. Kota Batu sebagai pusat

pembangunan ekonomi, tidak saja membuat penduduk aslinya semakin

memiliki peluang besar untuk mendapatkan penghasilan namun juga

membuat penduduk dari wilayah lain tertarik untuk datang mencari

peruntungan di Kota Batu. Secara total Penduduk Kota Batu terus

mengalami peningkatan. Seperti yang terlihat dari Proyeksi Penduduk BPS

Jawa Timur 2010-2020 penduduk Kota Batu.

Gambar 3.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Batu 2010-2020 menurut jenis

kelamin (Juta Orang).

56

Sumber: BPS Jawa Timur

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Kota Batu Menurut Jenis Kelamin

Kecamatan

Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan

Bumiaji 29.246 28.862

Junrejo 25.456 24.623

Batu 47.017 47.115

Sumber: BPS Kota Batu 2017

Dilihat dari tabel diatas, jumlah penduduk pada tahun 2017 dengan

proyeksi ditahun 2016 berjumlah 202.319 jiwa yang terdiri atas 101.719

jiwa penduduk laki-laki dan 100.600 jiwa penduduk perempuan. Namun

dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2015, penduduk

Kota Batu mengalami pertumbuhan sebesar 0,91 persen.

Diantara ketiga kecamatan yang ada di Kota Batu, Kecamatan Batu

memiliki kepadatan penduduk paling padat. Pada tahun 2017 Kepadatan

Penduduk di 3 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk

tertinggi terletak di Kecamatan Batu dengan kepadatan sebesar 2.071

57

jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Bumiaji sebesar 898 jiwa/Km2.4 hal

ini tidak mengherankan jika Kecamatan Batu merupakan Kecamatan

terpadat, karena Kecamatan Batu merupakan pusat kegiatan Pemerintah

maupun kegiatan ekonomi. Dan Kecamatan Bumiaji merupakan Kecamatan

yang tingkat kepadatannya paling sedikit, karena sebagian luas wilayah

Kecamatan Bumiaji merupakan daerah lereng gunung.

4. Pemerintahan

Kota Batu dipimpin Oleh Walikota yang dipilih secara langsung

oleh rakyat Batu pada tahun 2012. Pada pemilihan tersebut Eddy Rumpoko

terpilih sebagai Walikota Batu sejak 2007-2017 atau menjabat Walikota

selama 2 periode, dan pada 2017 istrinya Dewanti Rumpoko terpilih

menjadi Walikota Batu untuk periode 2017-2022. Secara administratif, Kota

Batu terbagi menjadi 3 Kecamatan dan 24 kelurahan dan Desa.

1. Kecamatan Bumiaji mempunyai jumlah Desa yang paling banyak, yaitu

9 Desa.

2. Kecamatan Batu mempunyai 8 Desa dan Kelurahan, salah satu Desanya

ialah Desa Pesanggrahan.

4 Ibid.

58

3. Kecamatan Junrejo mempunyai 7 Desa dan Kelurahan.5 Semua Desa

dan Kelurahan yang ada di Kota Batu termasuk klasifikasi Desa

Swasembada.

Dilihat dari jumlah RT/RW yang ada di Kota Batu, Kecamatan Batu

mempunyai jumlah RT/RW yang paling banyak dibanding 2 kecamatan

lain.

Tabel 3.3. Statistik Pemerintahan Kota Batu

Wilayah 2012 2013 2014

Kecamatan 3 3 3

Desa 19 19 19

Kelurahan 5 5 5

RW 237 238 238

RT 1.122 1.127 1.128

Jumlah PNS

Laki-laki 2.594 2.452 2.452

Perempuan 2.351 2.286 2.286

Sumber: BPS Kota Batu, 2015

Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dimiliki Kota Batu setiap

tahunnya mengalami peningkatan, pada tahun 2012 tercatat 4.945 PNS dan

terus bertambah sampai 2016. jumlah pegawai negeri sipil yang ada di Kota

Batu pada tahun 2016 adalah sebanyak 4.310 orang. Sekitar 52 persen PNS

merupakan lulusan setingkat sarjana (S1) dan sisanya lulusan SMA ke

bawah dan hanya 8,9 persen yang merupakan lulusan S2/S3. Dilihat dari

5 Ibid.

59

golongannya, sebagian besar PNS yang bertugas di Kota Batu adalah PNS

dengan golongan III yaitu sebanyak 2.387 orang.6

Pendidikan PNS di Kota Batu menunjukkan peningkatan yang

cukup bagus, hal ini ditunjukkan dengan tingkat pendidikan gelar sarjana

56,06%, dan ada juga yang berpendidikan SD sebesar 1,4%.7 Meningkatkan

kualitas PNS di Kota Batu diharapkan dapat berdampak pada kemajuan

dalam melaksanakan tugas Pemerintah sehingga dapat terwujud sistem

Pemerintah Kota Batu yang baik.

B. Gambaran Umum Desa Pesanggrahan

Desa Pesanggrahan sebuah desa yang berada di wilayah perkotaan

dengan ketinggian 900 s/d 1000 meter dari permukaan laut, curah hujan rata-

rata pertahun antara 2000 s/d 3000 mm, dengan suhu rata-rata antara 240 C –

260 C, salah satu dari 4 [empat] desa dan 4 [empat] kelurahan yang ada di

wilayah Kecamatan Batu. Dalam pembangian wilayah, Desa Pesanggrahan

dibagi menjadi 6 wilayah dusun, antara lain:

1. Dusun Toyomerto

2. Dusun Serbet Barat

3. Dusun Serbet Timur

4. Dusun Wunucari

5. Dusun Pesanggrahan

6. Dusun Macari

6 Ibid.

7 Ibid.

60

Dalam masa perkembangannya, desa Pesanggrahan dipimpin oleh

Petinggi/ Kepala Desa sebagai berikut:

Tabel 3.4. Kepala Desa Pesanggrahan

NO PETINGGI/KEPALA

DESA

TAHUN

MENJABAT

MASA

JABATAN

1 BUANG 1856 - 1881 25 tahun

2 PAIDIN 1881 - 1882 1 tahun

3 DARNO 1882 - 1892 10 tahun

4 KERTO SINGO KERTO 1892 - 1902 10 tahun

5 WONGSO REJO 1902 - 1909 7 Tahun

6 MARDJAN AMAT REDJO 1909 - 1943 34 Tahun

7 YAHDI 1943 - 1945 2 Tahun

8 TRIMURTI WIRJO

WISASTRO 1945 - 1967 22 Tahun

9 YOSEPH KAERUN [PJ] 1967 - 1968 1 Tahun

10 WIRJO TARUNO 1968 - 1978 10 Tahun

11 RAMELAN [PJ] 1978 - 1979 1 Tahun

12 H. MOCH. RIFA’I 1979 - 1988 9 Tahun

13 TAMAT 1988 - 1990 2 Tahun

14 SOEJITNO 1990 - 1998 8 Tahun

15 SULIYANAH [PJ] 1998 - 1999 1 Tahun

16 Drs. H. ISMAIL HASAN,

MM. 1999 - 2008 8 Tahun

17 ANAM SUYANTO 2008 - 2016 8 Tahun

61

18 IMAM WAHYUDI 2017-

Sekarang

Sumber: Profil Desa Pesanggrahan

Tabel 3.5. Batas Wilayah

NO BATAS-BATAS WILAYAH

1 Utara Kelurahan Songgokerto

Desa Sumberejo

2 Timur Kelurahan Ngaglik

3 Selatan Kelurahan Ngaglik

Kawasan Perhutani

4 Barat Kelurahan Songgokerto

Kawasan Perhutani

Sumber: Profil Desa Pesanggrahan

Pembagian kewilayahan kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan,

Desa Pesanggrahan terbagi atas 4 [empat] wilayah kerja yang masing-masing

dikepalai oleh Kepala Dusun yaitu:

Tabel 3.6. Kepala Dusun

Sumber: Profil Desa Pesanggrahan

NO

KEPALA

WILAYAH

WILAYAH

KERJA DUSUN RW

1. Yatemo

Kamituwo I Toyomerto RW. 01, 02

2. Moestari

Kamituwo II Wunucari RW. 03, 04

3.

Kamituwo III Srebet Barat RW. 05, 06

4. Ponirin

Kamituwo IV Srebet Timur RW. 07, 08, 09

5. Suwarto

Kamituwo V Krajan RW. 10, 11

6. M. Fauzan

Kamutuwo VI Macari RW. 12, 13

62

Tabel 3.7. Luas Wilayah

NO WILAYAH

LUAS

Ha Km

1 Wilayah Desa 340,7

2 Pemukiman dan Pekarangan 190,418

3 Sawah Teknis 43,515

4 Pertanian Tanah Kering 106,767

5 Perhutani 21,64

Sumber: Profil Desa Pesanggrahan

Tabel 3.8. Demografi

NO DEMOGRAFI

JUMLAH

L P L + P K.K

1 Penduduk Laki-laki 7.016

2 Penduduk Perempuan 6.635

3 Penduduk Desa 13.651

4 Kepala Keluarga 3.969

Sumber: Profil Desa Pesanggrahan

63

Gambar 3.3 Peta Desa Pesanggrahan

Sumber: Profil Desa Pesanggrahan

64

Gambar 3.3. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Pesanggrahan

Sumber: Profil Desa Pesanggrahan

65

C. Profil Dinas

1. BAPPEDA Kota Batu (BALITBANG)

a. Profil BAPPEDA

Pemerintah Kota Batu terbentuk pada saat Kota Batu menjadi daerah

otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001 tentang

Pembentukan Kota Batu. Dalam rangka melaksanakan otonomi daerah

dan pelaksanaan urusan wajib dalam perencanaan pembangunan di Kota

Batu, khususnya terkait dengan penyusunan kebijakan dan perencanaan,

maka dibentuklah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) di Kota Batu. BAPPEDA merupakan unsur perencana

penyeleggaraan pemerintah daerah, dipimpin oleh kepala badan yang

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui

Sekretaris Daerah.

b. Kebijakan BAPPEDA dalam Perencanaan Pariwisata Kota Batu

Sebagai unsur pelaksana perencanaan pembangunan di Kota batu,

dalam hal pariwisata dan perindustrian, BAPPEDA memiliki bidang

yang berkaitan dengan kedua hal tersebut dan tergabung dalam satu

bidang yakni Bidang Perencanaan Ekonomi. Adapun peran BAPPEDA

dalam hal Pariwisata yakni yang mendasar ialah perumusan Rencana

Induk Pengembangan Pariwisata Kota Batu (RIPPDA) dan Rencana

Induk pengembangan Desa Wisata Kota Batu. Lebih lanjut mengenai

RIPPDA di Kota Batu, memaparkan bagaimana mempelajari ataupun

meninjau pembangunan pariwisata dan pengaruhnya baik itu kepada

66

masyarakat maupun lingkungan. Penetapan kriteria kawasan

peruntukan pariwisata secara tepat diharapkan akan mendorong

terwujudnya kawasan pariwisata yang diharapkan dapat memberikan

manfaat. Manfaat yang diharapkan tersebut, ialah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

2. Melestarikan nilai warisan budaya, adat istiadat, kesenian dan mutu

keindahan lingkungan alam

3. Menciptakan kesempatan kerja

4. Meningktkan pendapatan nasional daerah

5. Meningkatkan pendapatan masyarakat

6. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya

alam

7. Tidak mengganggu fungsi lindung

8. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan

subsektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya.

9. Meningkatkan devisa dari pariwisata dan mrndayagunakan investasi

2. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Batu berada di Balaikota Among Tani dengan visinya

"Terwujudnya Kota Batu Sebagai Kota Kepariwisataan Internasional”,

lebih lanjut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu untuk

mewujudkan visi tersebut, maka perlu dijabarkan misi Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Batu sebagai berikut :

67

a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pariwisata yang

berwawasan lingkungan

b. Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu

bersaing di tingkat global

c. Mengembangkan Desa/Kelurahan menjadi Desa Wisata yang berbasis

potensi dan masyarakat

d. Membangun hubungan kerjasama yang baik dengan stakeholder

pariwisata baik di tingkat regional, nasional dan internasional

e. Melakukan promosi pariwisata secara kontinyu baik di tingkat regional,

nasional, maupun internasional.

Pengembangan Desa Wisata Oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Batu Berdasarkan pada karakteristik pengembangan

Desa Wisata di Kota Batu yakni dengan berbasis pada potensi dan

masayarakat, terdapat dua hal besar yang dapat digaris bawahi. Pertama,

bahwa produk wisata yang diunggulkan merupakan potensi unggulan dari

Desa tersebut. Kedua, bahwa dalam pengmbangan Desa Wisata di Kota

Batu yakni masyarakat yang ada pada desa tersebut menjadi pelaku atau

terlibat aktif dan merasakan effek pariwisata dalam kesehariannya.

Desa Wisata di Kota Batu dikonsepkan oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kota Batu tidak hanya sebagai sebuah obyek wisata yang

mampu menyajikan keunikan khas suatu wilayah, lebih dari itu mampu

memberikan peningkatan pendapatan bagi masyarakat lokal. Tujuan lainnya

yang ingin dicapai dan dalam proses perencanaan ialah melalui

68

pengembangan Desa Wisata dapat terpeliharanya nilai-nilai tradisional di

suatu desa sehingga terdapat proses take and give dari sisi sosial budaya dan

ekonomi.