bab iii deskripsi tentang manajemen dakwah...

25
78 BAB III DESKRIPSI TENTANG MANAJEMEN DAKWAH MAJELIS TABLIGH MUHAMMADIYAH PWM JAWA TENGAH A. Muhammadiyah dan Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah Tantangan zaman yang menghimpit umat Islam saat berdirinya Muhammadiyah pada tahun 1912 dapat disebutkan antara lain bahwa umat Islam khususnya di Indonesia berada di bawah cengkeraman penjajahan, kebekuan pemikiran keagamaan dan rendahnya mutu pendidikan. Tantangan dan himpitan itu semakin berat jika dibandingkan dengan dunia pendidikan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda dan yayasan-yayasan Katholik dan Protestan yang bergerak tidak hanya dalam bidang pendidikan, tetapi juga dalam pelayanan sosial seperti rumah sakit, panti asuhan, dan panti jompo. Dalam situasi umum yang sangat menghimpit umat Islam seperti itu, muncullah gagasan untuk membentuk organisai keagamaan yang berupaya untuk sebisa-bisanya merespon tantangan zaman tersebut. 1 Usaha umat Islam untuk merespon tantangan zaman yang diwujudkan dalam bentuk pendirian sebuah “organisasi” di lingkungan Muhammadiyah lebih dikenal dengan istilah “Persyarikatan” adalah ciri 1 M. Din Syamsuddin, Muhammadiyah, Kini dan Esok, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1990), hlm. 34.

Upload: ngomien

Post on 20-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

78

BAB III

DESKRIPSI TENTANG MANAJEMEN DAKWAH

MAJELIS TABLIGH MUHAMMADIYAH PWM JAWA TENGAH

A. Muhammadiyah dan Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah

Tantangan zaman yang menghimpit umat Islam saat berdirinya

Muhammadiyah pada tahun 1912 dapat disebutkan antara lain bahwa umat

Islam khususnya di Indonesia berada di bawah cengkeraman penjajahan,

kebekuan pemikiran keagamaan dan rendahnya mutu pendidikan. Tantangan

dan himpitan itu semakin berat jika dibandingkan dengan dunia pendidikan

umum yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda dan

yayasan-yayasan Katholik dan Protestan yang bergerak tidak hanya dalam

bidang pendidikan, tetapi juga dalam pelayanan sosial seperti rumah sakit,

panti asuhan, dan panti jompo. Dalam situasi umum yang sangat

menghimpit umat Islam seperti itu, muncullah gagasan untuk membentuk

organisai keagamaan yang berupaya untuk sebisa-bisanya merespon

tantangan zaman tersebut.1

Usaha umat Islam untuk merespon tantangan zaman yang

diwujudkan dalam bentuk pendirian sebuah “organisasi” di lingkungan

Muhammadiyah lebih dikenal dengan istilah “Persyarikatan” adalah ciri

1 M. Din Syamsuddin, Muhammadiyah, Kini dan Esok, (Jakarta : Pustaka Panjimas,

1990), hlm. 34.

79

khas model gerakan pembaharuan di Indonesia.2 Tepatnya pada tanggal 18

Nopember 1912, di Yogyakarta oleh KH. Ahmad Dahlan atas saran yang

diajukan oleh murid-muridnya dan beberapa anggota Budi Utomo untuk

mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang permanen.3

Ditinjau dari faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya

Muhammadiyah secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni

faktor subyektif dan faktor obyektif. Faktor subyektif adalah faktor yang

berasal dari pelakunya sendiri, yakni jika Muhammadiyah mau didirikan,

maka harus dimulai dari dirinya sendiri. Kalau tidak, maka Muhammadiyah

bisa dibawa ke mana saja. Sehingga lahirnya Muhammadiyah tidak bisa

dipisahkan dengan KH. Ahmad Dahlan sebagai pelopornya.4

Sedangkan faktor obyektif adalah keadaan dan kenyataan yang

berkembang saat itu. Faktor obyektif sendiri dibagi menjadi dua, yakni

intern umat Islam (keadaan umat Islam sendiri) dan ekstern umat Islam

(masyarakat di luar Islam). Adapun yang dimaksud dengan faktor obyektif

dari intern umat Islam adalah kenyataan bahwa ajaran agama Islam yang

masuk ke Indonesia kemudian menjadi agama masyarakat Indonesia pada

umumnya sudah tidak utuh dan tidak murni lagi yang disebabkan oleh

perkembangan agama Islam itu sendiri.5 Di sisi lain, lembaga yang sudah

dimiliki oleh umat Islam belum mampu menyiapkan generasi yang siap

2 M. Amin Abdullah, Dinamika Islam Kultural, Pemetaan Atas Wacana Keislaman

Kontemporer, (Bandung : Muzan, tt), hlm. 95. 3 Syafiq A. Mughni, Nilai-Nilai Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 116. 4 Tim Pembina Al-Islam Ke-Muhammadiyahan, Muhammadiyah, Sejarah, Pemikiran,

dan Amal Usaha, (Malang : Pusat Dokumentasi dan Publikasi Universitas Muhammadiyah, 1990), hlm. 75.

5 Ibid, hlm. 8.

80

mengemban misi khalifah Allah di muka bumi, yang tugas utamanya adalah

mengupayakan terciptanya perdamaian antar sesama umat manusia serta

mengupayakan terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran hidup manusia.6

Sedangkan faktor obyektif yang berasal dari ekstern umat Islam dan

sangat merugikan adalah : pertama, semakin meningkatnya gerakan

Kristenisasi di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Gerakan Kritenisasi

yang dilancarkan oleh pemerintah Hindia-Belanda selalu berupaya untuk

mengubah agama Islam menjadi Kristen. Ada dua keuntungan yang diraih

pemerintah Hindia-Belanda dalam usaha ini, yaitu secara agama pengikut

Kristen menjadi semakin banyak, dan yang kedua secara politis adalah

semakin meningkatnya loyalitas masyarakat Indonesia terhadap Pemerintah

Hindia-Belanda.

Kedua, penetrasi bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia, terutama

bangsa Belanda. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa tersebut khususnya

dalam aspek kebudayaan dan peradaban membawa pengaruh buruk terhadap

perkembangan Islam di Indonesia. Lewat pendidikan model Barat yang

mereka kembangkan dengan menonjolkan sifat intelektual, individual, elitis,

dan diskriminatif serta kurang sekali memperhatikan dasar-dasar moral

keagamaan, maka dari sini akan lahirlah suatu generasi penerus bangsa

Indonesia yang sekuler rasionalisme (memperhatikan rasio) dan

individualisme (mementingkan diri sendiri) dalam pola pikir mereka.

6 Mustofa Kamal Pasha, dkk, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid, (Yogyakarta :

Citra Karya Mandiri, 2003), hlm. 49.

81

Ketiga, pengaruh gerakan pembaharuan dalam dunia Islam yang

mana gerakan Muhammadiyah yang dibangun oleh KH. Ahmad Dahlan

sesungguhnya merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan

pembaharuan dalam Islam yang dimiliki sejak tokoh pertamanya, yaitu Ibnu

Taimiyah, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Muhammad Bin Abdul Wahab, Sayid

Jamaluddin Al Afghani, Muhamamd Abduh, Rasyid Ridha, dan sebagainya,

terutama sekali pengaruh tersebut berasal dari Muhammd Abduh. Dari

sinilah KH. Ahmad Dahlan mendapat inspirasi yang kuat untuk membangun

sebuah gerakan Islam di tengah-tengah bangsa Indonesia.7

Sebagai gerakan yang berlandaskan agama, maka ide pembaharuan

Muhammadiyah ditekankan pada usaha untuk memurnikan ajaran Islam dari

pengaruh tradisi dan kepercayaan lokal yang bertentangan dengan ajaran

Islam. Dalam kaitan ini usaha-usaha pembaharuan yang dilakukan

Muhammadiyah banyak berkaitan dengan masalah-masalah praktis

ubudiyah dan muamalah. Namun demikian, sebagaimana gerakan

pembaharuan Islam yang lain, Muhammadiyah berkonsisten dengan

semboyan “kembali pada ajaran murni, yakni al-Qur’an dan Sunnah”. Hal

ini berarti bahwa dalam masalah yang berkaitan dengan ubudiyah kaum

muslimin hanya mengikuti apa yang diperintahkan oleh al-Qur’an dan

Sunnah, bukan dari yang lain.

Berpijak dari konsepsi di atas, maka dapat penulis ungkapkan bahwa

gerakan dakwah yang dibangun oleh Muhammadiyah adalah pada kerangka

7 Ibid, hlm. 51-51.

82

pembaharuan dalam bidang keagamaan. Usaha yang dilakukan dalam

konteks dakwah ini adalah mengembalikan kondisi keberagamaan

masyarakat, yang meliputi ubudiyah dan amaliyah kepada al-Qur’an dan al-

Hadits di mana keduanya merupakan sumber pokok dalam ajaran Islam.

Sehingga adat, tradisi, dan praktek keagamaan yang tidak sesuai dengan

ajaran dan makna yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadits harus

dibersihkan.

Untuk menangani persoalan dan bidang dakwah islamiyah,

Muhammadiyah membentuk sebuah lembaga dakwah yang lebih dikenal

dengan istilah Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus.8 Majelis Tabligh dan

Dakwah Khusus merupakan badan pembantu Pimpinan Persyarikatan

Muhammadiyah yang mempunyai tugas pokok untuk memimpin

pelaksanaan dakwah Islamiyah di bidang tabligh secara terencana dan dalam

program yang jelas meliputi seluruh aspek kegiatan dakwah yang tidak

termasuk dalam bidang tugas majelis atau badan-badan lainnya di

lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.9

Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus dibentuk di tingkat Pimpinan

Pusat Muhammadiyah (PPM), Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM),

Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), serta di tingkat Pimpinan Cabang

Muhammadiyah (PCM). Pembentukan Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus

8 Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus merupakan unsur pembantu pimpinan yang

melaksanakan sebagian tugas koordinator yang bersangkutan, yang bersifat teknis operasional. Lebih lanjut lihat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Tanfidz : Keputusan Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Ke 44, (Semarang : PWM Jawa Tengah, 2000), hlm. 18.

9 Lihat Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab IV pasal 1.

83

Muhammadiyah dilakukan oleh Pimpinan Muhammadiyah di masing-

masing tingkat pimpinan.10

Untuk menyelenggarakan tugas pokoknya, Majelis Tabligh dan

Dakwah Khusus Muhammadiyah mempunyai fungsi sebagai berikut :11

1. Pemberian pertimbangan kepada Pimpinan Persyarikatan untuk

digunakan sebagai bahan dalam menyusun kebijakan Persyarikatan

dalam bidang Tabligh.

2. Pembinaan dan peningkatan kemampuan serta pengkoordinasian

kegiatan dan gerak mubaligh dalam mensyiarkan ajaran Islam kepada

anggota, umat dan masyarakat bangsa antara lain dengan membentuk

Korp Mubaligh Muhammadiyah di tingkat Pusat, Wilayah, Daerah dan

Cabang.

3. Penggerakan pengkajian dan pengembangan pengamalan ajaran Islam,

serta menggembirakan kegiatan ibadah anggota Persyarikatan dan

masyarakat dalam kelompok jama’ah, sehingga memiliki kemampuan

menyelesaikan persoalan hidupnya sebagai orang Islam dalam

kehidupan masyarakat bangsa yang selalu berubah dan berkembang,

guna meningkatkan mutu kehidupannya sepanjang ajaran Islam.

4. Penggerakan dan bimbingan penyelenggaraan, pemeliharaan, dan

pengelolaan wakaf, masjid, mushola, langgar, dan surau serta yang

sejenis sebagai ibadah dan sarana peningkatan mutu kehidupan anggota

10 Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Penyampaian Tanfidz Rakernas MTDK PPM,

(Yogyakarta : PP Muhammadiyah, 2004), hlm. 5. 11 [email protected]

84

dan masyarakat sepanjang ajaran Islam dalam kerangka kehidupan

bangsa.

5. Penggerakan dan bimbingan pelaksanaan dan pengembangan kegiatan

pengajian pimpinan dan anggota serta khutbah-khutbah dengan

menggunakan jasa iptek.

6. Penyelenggaraan pendidikan dan kederisasi mubaligh dan khatib,

sehingga memiliki kemampuan profesional serta kemandirian dalam

menjalankan tugasnya dalam kehidupan masyarakat bangsa yang selalu

berubah dan berkembang.

7. Penyelenggaraan penilitian dakwah dan prikehidupan keagamaan

anggota, umat dan masyarakat

Dari sini dapat disimpulkan bahwa Majelis Tabligh dan Dakwah

Khusus merupakan lembaga dakwah Muhammadiyah yang mempunyai

tugas mengorganisir kegiatan dakwah, baik yang berkaitan dengan pola dan

gerakan dakwah yang dikembangkan, pola manajerial, SDM, dan obyek

yang menjadi sasaran dakwah Muhammadiyah yang dilaksanakan oleh

Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah.

B. Visi Misi Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah

Visi yang dikembangkan oleh Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus

Muhammadiyah PWM Jateng merujuk pada visi umum Muhammadiyah

sebagaimana yang tercantum dalam anggaran dasarnya, yakni sebagai

gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, yang berlandaskan

dan beraqidah Islam serta bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah,

85

menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud

masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.12 Hal ini dimaksudkan dan

bertujuan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga

terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai oleh Allah Swt.

Sebagai gerakan Islam, di samping harus berakhlak Islam dalam

seluruh langkah dan tindakannya, Muhammadiyah juga berusaha berjuang

menggerakkan Islam, menjadikan Islam hidup dan menghidupkan serta

dinamis, sehingga kehadiran Islam dapat dirasakan oleh setiap orang, tidak

hanya oleh orang Islam, dan tidak hanya anggota Muhammadiyah saja.

Usaha tersebut dilaksanakan dalam rangka menegakkan dan

menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil

dan makmur yang diridhai oleh Allah Swt. Ada empat misi yang

dikembangkan oleh Muhammadiyah, yakni :13

1. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni, sesuai dengan ajaran Allah

Swt yang dibawa oleh seluruh Rasul Allah Swt sejak Nabi Adam a.s

hingga Nabi Muhammad Saw.

2. Menyebarkan ajaran Islam yang bersumber kepada al-Qur’an, yakni

kitab Allah terakhir yang diturunkan untuk manusia dan Sunnah Rasul.

3. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan perseorangan,

keluarga dan masyarakat.

4. Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan

ajaran Islam.

12 Abdul Munir Mulkhan, Ideologi Gerakan Dakwah Episode Kehidupan M. Natsir dan Azhar Basyir, (Yogyakarta : Siprees, 1996), hlm. 146.

13 Ibid, hlm. 6-7.

86

Visi misi umum Muhammadiyah tersebut kemudian dijabarkan oleh

Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Muhammadiyah PWM Jawa Tengah

menjadi :14

1. Menampilkan Islam sebagai agama moderat, rahmatan lil alamin, suka

beramal, dan ikhlas.

2. Merealisasikan dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar.

3. Mengimplementasikan konsep amar ma’ruf nahi munkar.

Lingkup gerak dakwah yang dilaksanakan oleh Majelis Tabligh dan

Dakwah Khusus bertumpu pada dakwah secara tabligh, baik lisan maupun

tulisan. Proses dakwah ini dilaksanakan melalui penyelenggaraan aktifitas

keagamaan, seperti diskusi, pelatihan da’i, seminar, dan penerbitan buletin

atau majalah. Sedangkan aktifitas dakwah pada bidang atau segi lain di

break down dalam majelis lain yang dibentuk oleh Muhammadiyah, yakni

dalam bidang pendidikan ada Majelis Dikdasmen, dalam bidang ekonomi

ada Majelis Pembina Ekonomi, dalam bidang kesehatan ada Majelis

Pembina Kesehatan, dan sebagainya.

C. Strukur Organisasi Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah

Struktur organisasi Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Periode

2000-2005 adalah sebagai berikut :

Ketua : Drs. H. Achmadi.

Wakil Ketua I : Drs. H. Hifni Sadzali

Wakil Ketua II : Dr. Zuhad, MA.

14 Wawancara dengan Sekretaris Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PWM Jawa

Tengah (Bp. Tafsir, MA) pada tanggal 19 Januari 2006.

87

Sekretaris : Drs. Tafsir, M. Ag.

Wakil Sekretaris : Masrur, M. Ag.

Bendahara : Drs. H. Abdul Wahab

Wakil Bendahara : Drs. Agus Nurhadi, M. Ag.

Anggota : Dahlan AR.

Drs. Thobari, MA.

Ali Anshori, M. Ag.

Drs. Sukendar, M. Ag.

Dari personel kepengurusan di atas dapat dilihat bahwa kualitas

SDM yang dimiliki oleh Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus bisa

dikatakan relatif baik. Hal ini disebabkan karena personel pengurus terdiri

dari orang-orang yang berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi. Di

samping itu, kapasitas dan kemampuan personel dan pengurus dalam bidang

organisasi bisa dikatakan cukup baik, karena terbukti bahwa Majelis Tabligh

dan Dakwah Khusus dapat berjalan, meskipun belum maksimal. Sehingga

kondisi ini mempunyai dampak yang cukup signifikan dalam pelaksanaan

dakwah Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus.

Dari komposisi personel pengurus Majelis Tabligh dan Dakwah

Khusus yang ada dapat dicermati bahwa pola pengeloaan dakwahnya lebih

banyak dilakukan dalam konteks konsep dan teoritis, sehingga minim dalam

hal praktis, di mana hal ini sebenarnya merupakan salah satu kelemahan dari

Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus. Namun pada realitasnya kelemahan

tersebut tertutupi oleh aktifitas dakwah yang dilakukan oleh para aktifis

88

Muhammadiyah dan da’i-da’i Muhammadiyah yang melakukan aktifitas

dakwah islamiyah dengan membawa nama dan bendera Muhammadiyah.

D. Program Kerja Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah

Program yang dilaksanakan oleh Majelis Tabligh dan Dakwah

Khusus Muhammadiyah PWM Jawa Tengah merupakan penjabaran

terhadap program kerja yang dirumuskan oleh Majelis Tabligh dan Dakwah

Khusus Muhammadiyah Pusat.15 Ada beberapa langkah yang diambil oleh

Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Muhammadiyah PWM Jawa Tengah

dalam melaksanakan programnya, yakni dengan menggunakan prinsip

pelaksanaan program, prioritas program, serta pemetaan program umum dan

divisi.

Adapun penjelasan lebih lanjut sebagai berikut :

1) Prinsip Pelaksanaan Program

a. Prinsip Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Program kerja

Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus dilaksanakan atas prinsip demi

terwujudnya dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar.

b. Prinsip Istiqomah. Program Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus

dengan segala upaya pelaksanaannya harus dilandaskan pada

keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang

sepenuhnya merujuk pada al-Qur’an, Sunnah Nabi, dan Itjihad sesuai

faham agama Muhammadiyah.

15 Informasi mengenai rumusan program kerja tersebut dapat dilihat dalam Majelis

Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Penyampaian Tanfidz Rakernas MTDK PPM,(Yogyakarta : Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2001), hlm. 4-7.

89

c. Prinsip Kemaslahatan. Program Majelis Tabligh dan Dakwah

Khusus dilaksanakan dengan mengutamakan kepentingan dan

kemanfaatan bagi umat dan bangsa sebagaimana misi gerakan

Muhammadiyah.

d. Prinsip Strategis. Program Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus

didasarkan atas prinsip pelaksanaan visi dan misi Persyarikatan guna

mencapai tujuan Muhammadiyah.

e. Prinsip Kontinuitas. Program Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus

didasarkan atas prinsip kesinambungan dengan program-program PP

Muhammadiyah dan program-program Majelis Tabligh sebelumnya.

f. Prinsip Sistematik. Program Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus

dilaksanakan dengan berprinsip keterpaduan antar berbagai program

dan komponen di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.

g. Prinsip Fleksibilitas. Program Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus

dilaksanakan dalam prinsip memberikan kemungkinan pada

pengembangan dan penyesuaian pelaksanaannya dengan kondisi dan

kepentingan yang berbeda-beda.

h. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas. Program Majelis Tabligh dan

Dakwah Khusus dilaksanakan dengan prinsip mempertimbangkan

asas-asas efisiensi dan efektivitas sesuai dengan kemampuan,

ketersediaan dana dan tenaga, dan menghindari pertindihan dan

pemborosan.

90

i. Prinsip Tafsir dan Taisir. Program Majelis Tabligh dan Dakwah

Khusus dilaksanakan atas prinsip menggembirakan dan memberikan

kemudahan sehingga pelaksanaan program diliputi oleh suasana

penuh keikhlasan dan kegembiraan.16

Prinsip-prinsip yang dikembangkan di atas merujuk pada konteks

gerakan dakwah Muhammadiyah yang bertumpu pada dakwah amar

ma’ruf nahi munkar dan kembali pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Di

samping itu, dalam prinsip tersebut juga dikembangkan pola manajerial

secara modern yang diaplikasikan dalam gerakan dakwah yang

dilaksanakan oleh Muhammadiyah.

2) Prioritas Program

a. Peningkatan dan pengembangan kuantitas dan kualitas SDM

penyelenggara dan pelaku tabligh.

b. Peningkatan dan pengembangan konsolidasi organisasi dan program-

program serta alternatif model tabligh dan dakwah khusus.

c. Peningkatan dan pengembangan program-program identifikasi

sasaran tabligh.

d. Peningkatan dan pengembangan kurikulum dan materi tabligh.

e. Peningkatan dan pengembangan model dan kualitas pendidikan serta

pelatihan tabligh.

f. Peningkatan dan pengembangan sarana dan media tabligh.

g. Peningkatan dan pengembangan organisasi dan dana tabligh.

16 Ibid, hlm. 3.

91

h. Peningkatan dan pengembangan jumlah dan mutu kerjasama tabligh.

Prioritas program ini lebih ditekankan pada upaya untuk

memaksimalkan pelaksanaan gerakan dakwah yang dibangun, yang

meliputi pengembangan kualitas dan kuantitas SDM yang tersedia,

sarana dan prasarana yang dimiliki sebagai pendukung gerakan dakwah,

kurikulum tabligh, dan jaringan tabligh. Di samping itu, juga

dikembangkan kegiatan amal usaha yang bertujuan untuk mendukung

dan membiayai gerakan dakwah yang dilakukan oleh Majelis Tabligh

dan Dakwah Khusus itu sendiri.

3) Program Umum

a. Pemanfaatan saluran-saluran non-konvensional seperti televisi, radio,

dan berbagai jenis media cetak dan elektronika secara profesional

untuk memperluas jaringan dan jangkauan tabligh ke berbagai

lapisan sosial di seluruh penjuru wilayah dengan dukungan para

mubaligh yang berkualitas.

b. Mengintensifkan tabligh-tabligh konvensional seperti ceramah,

khutbah, dan pengajian yang bersifat kontak langsung dengan

meningkatkan mutu metode, kualitas pesan, dan program sehingga

lebih tepat sasaran.

c. Menggarap umat dan umat ijabah di lingkungan-lingkungan sosial

yang dikategorisasikan sebagai komunitas abangan dan kaum

marginal sebagai basis pembinaan prioritas.

92

d. Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan da’i atau mubaligh dalam

berbagai jenis sesuai kepentingan jenis tabligh atau penyiaran Islam

dan sasaran yang dipilih dengan mengembangkan pendekatan-

pendekatan yang bervariasi dan tepat sasaran.

e. Mengintensifkan pembinaan ummat melalui paket-paket tabligh

yang terprogram secara profesional seperti kursus-kursus keislaman

dalam berbagai paket, kursus bahasa Arab, kursur TPA dan qira’at

al-Qur’an, dan sejenisnya yang dikelola dengan model permanen

atau semi permanen.

f. Menyusun dan menyebarluaskan brosur-brosur, leaflet, buku paket,

slide film, dan bentuk-bentuk media tabligh lainnya yang dapat

menjangkau masyarakat luas secara aktif.

g. Membuat pilot proyek Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah, serta

keluarga sakinah di sejumlah daerah yang dikoordinasikan dengan

berbagai kalangan di lingkungan Persyarikatan.

h. Intensifikasi komputerisasi data mubaligh dan peta dakwah dalam

berbagai aspeknya untuk pengembangan kepentingan

Muhammadiyah.

i. Melaksanakan kegiatan-kegiatan tabligh dalam bentuk program-

program khusus untuk pembinaan akhlak di berbagai lapisan sosial

masyarakat melalui paket-paket yang menarik dan tepat sasaran.17

17 Ibid, hlm. 4-5.

93

4) Rincian Progam Divisi

a. Divisi Korp Mubaligh

1. Konsolidasi organisasi, meliputi administrasi, struktur, data, dan

dana.

2. Penyebaran informasi dan pengetahuan Korp Mubaligh.

3. Membentuk Korp Mubaligh di Tingkat Wilayah, Daerah, dan

Cabang.

4. Melaksanakan rihlah dakwah ke Wilayah, Daerah, dan Cabang.

5. Membuat Etika Mubaligh.

6. Membuat kaidah Korp Mubaligh.

7. Kesejahteraan mubaligh ditingkatkan, diikutkan asuransi

kesehatan, kecelakaan, dan lain-lain.

8. Kerjasama dengan lembaga dakwah lain.

9. Menerbitkan buletin, jurnal, dan majalah dakwah.

b. Divisi Dakwah Khusus

1. Konsolidasi organisasi, meliputi administrasi dan struktur

personalia.

2. Mengevaluasi keberadaan da’i khusus.

3. Melaksanakan heregistrasi da’i khusus.

4. Mengunjungi daerah kerja da’i khusus.

5. Meningkatkan mutu dan jumlah da’i khusus dengan

memanfaatkan potensi Wilayah, Daerah, dan Cabang.

94

6. Memperbaiki komunikasi dengan donatur luar negeri serta

merintis sumber baru.

7. Menggali sumber atau donatur dalam negeri.

8. Mengusahakan pengembalian pengelolaan PT. Bintang Menteng

ke MTDK atau minta bagi hasil.

9. Pengelolaan perikanan atau lahan usaha LDK (MTDK).

10. Mengusahakan subsidi permanen da’i PP Muhammadiyah.

c. Divisi Pendidikan dan Pelatihan Mubaligh

1. Pra Workshop

2. Workshop metode pelatihan dakwah.

3. Pelatihan instruktur mubaligh di tingkat nasional.

4. Pelatihan mubaligh terpadu (PMT).

5. Pengembangan PMT (pembentengan terhadap paham Ahlul

Bid’ah).

6. Pengembangan PMT (Pembentengan terhadap Nativisasi).18

7. Pengembangan PMT (Pembentengan terhadap Salibisasi).19

8. Pra pelatihan da’i pendamping.

9. Pelatihan da’i pendamping untuk Gerakan Dakwah dan Dakwah

Jama’ah.

10. Pelatihan bagi Mubaligh Dakwah Khusus.20

18 Nativisasi berasal dari kata native yang berarti perilaku menyimpang. Nativisasi di sini

dimaksudkan sebagai perilaku menyimpang yang umumnya berkaitan dengan penyalahgunaan terhadap obat-obatan terlarang (narkoba), seperti ekstasi, sabu-sabu, dan lain sebagainya.

19 Salibisasi merupakan usaha atau gerakan penyebaran ide salib. Istilah ini mempunyai korelasi dengan Kristenisasi, yakni gerakan atau upaya mengkristenkan orang-orang non-kristen khususnya umat Islam yang dilakukan oleh orang-orang Kristen (umat Nasrani).

95

11. Pembinaan Wilayah.

12. Pelatihan Penelitian dan Perencanaan Dakwah Regional I atau

Jawa.

d. Divisi Pengkajian dan Pengembangan Dakwah

1. Menyusun profil sasaran dakwah lewat penelitian.

a. Menyusun panduan penelitian sasaran dakwah.

b. Seminar dan Lokakarya.

c. Pelaksanaan penilitian sasaran dakwah.

2. Pelatihan sasaran dakwah dan penyusunan profil.

3. Penyusunan kurikulum, silabi dan materi dakwah menurut

sasaran dan sifat forum dakwah (termasuk semiloka).

4. Mengadakan percontohan kehidupan islami di tingkat keluarga

dan jama’ah.

a. Menyusun agenda pengembangan kehidupan islami di tingkat

keluarga.

b. Pelatihan kader pengembangan keluarga sakinah dan

jama’ah.

5. Pemantauan, evaluasi, dan penyebaran produk progam 1-4.

a. Menyusun panduan monitoring dan evaluasi.

b. Penyebaran produk point 1. a; 1. b; dan 4. a; 4. b.

20 Mubaligh dakwah khusus merupakan da’i (pelaksana dakwah) khusus yang dibentuk

oleh Muhammadiyah guna melaksanakan proses dakwah di wilayah atau daerah tertentu.

96

e. Divisi Dakwah Multimedia

1. Produksi rekaman audio media kaset dengan materi rekam ulang

ceramah tokoh-tokoh Muhammadiyah, topik-topik kajian tematik

al-Qur’an.

2. Produksi rekaman video media kaset dan VCD dengan materi

profil Muhammadiyah dalam tiga bahasa (Arab, Inggris,

Indonesia), ibadah praktis, dan kajian tematik al-Qur’an.

3. Mendirikan rumah produksi alternatif : mendirikan sendiri atau

bekerjasama dengan PTM.

4. Mendirikan Radio Muhammadiyah, alternatif : mendirikan

sendiri dari awal atau mengakuisisi radio yang telah beroperasi.

Program Siaran : sepenuhnya dakwah-non profit, atau swasta

niaga profit.

Sub Program :

a. Penyusunan program siaran.

b. Persiapan pendirian.

Operasi siaran (broadcasting).

5. Membangun situs Muhammadiyah di internet, meliputi

mengkoordinasi pemeliharaan situs yang sudah ada, yakni

dengan alamat www.muhammadiyah.or.id,21 mendata situs

organisasi-organisasi atau amal usaha di lingkungan

21 Untuk situs Muhammadiyah Wilayah Jawa Tengah baru dalam proses penggarapan,

dan direncanakan mulai on air awal Maret 2006.

97

Muhammadiyah serta mengisi materi pengajian internet atau

tanya jawab Islam.

6. Menyusun model pelatihan pemanfaatan media non-

konvensional untuk para mubaligh.

7. Menyelenggarakan pelatihan pemanfaatan media non-

konvensional.

f. Divisi Publikasi dan Penerbitan

1. Penerbitan buletin dakwah.

2. Penerbitan ulang naskah-naskah lama dan terjemahan.

3. Penerbitan buku-buku dan brosur-brosur tuntunan praktis ibadah

Muhammadiyah.

4. Menangani publikasi dan pemberitaan hasil kerja Majelis Tabligh

dan majelis-majelis lainnya.

5. Penerbitan cerita-cerita dakwah islami (hasil lomba).

6. Pelatihan jurnalistik dakwah.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan dalam Majelis

Tabligh dan Dakwah Khusus Muhammadiyah PWM Jawa Tengah,

program kerja yang telah ditetapkan tidak seluruhnya dapat terealisasi.

Jika hal ini diprosentasikan, maka kurang lebih ada 70 % program

Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Muhammadiyah PWM Jawa

Tengah yang dapat terealisasikan. Faktor-faktor yang menjadi kendala

dari realitas ini antara lain disebabkan karena keterbatasan waktu,

98

ketersediaan dana, kesibukan pengurus di luar organisasi, dan lain

sebagainya.

Dari sini dapat penulis simpulkan bahwa pola manajerial yang

dikembangkan oleh Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus relatif dalam

kondisi baik. Hal ini disebabkan karena kurang maksimalnya proses

manajemen yang diterapkan dalam Majelis Tabligh dan Dakwah

Khusus. Contoh kasus ini dapat diambil pada fase kurangnya

perencanaan strategis yang diterapkan dalam penentuan dan penetapan

sebuah program. Di samping itu, pola penjabaran yang dilakukan oleh

masing-masing tingkat kepengurusan Majelis Tabligh dan Dakwah

Khusus dari program dan tanfidz pusat harus lebih mengena pada

kondisi sasaran masing-masing tingkatan pengurus tersebut. Sehingga ke

depan diperlukan upaya perbaikan manajemen organisasi, jika memang

Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus mempunyai keinginan menjadi

organisasi ideal.

E. Manajemen Dakwah Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah

Dalam realitasnya, setiap usaha apapun bentuknya akan dapat

terlaksana dengan lancar dan efektif apabila didukung oleh proses

manajemen secara tepat guna. Proses manajemen di sini dimaksudkan

sebagai sebuah usaha pengelolaan terhadap program atau kegiatan yang

telah direncanakan dan ditetapkan. Hal ini akan dapat terealisasi dengan baik

99

jika didukung konsep dan kemampuan manajerial yang memadai.22 Begitu

juga dengan program-program dan kegiatan dakwah yang telah ditetapkan

Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus. Hal ini akan dapat terealisasi dengan

baik jika didukung konsep dan kemampuan manajerial yang memadai.

Sistem pengorganisasian dengan mengikuti prinsip-prinsip organisasi

modern telah dikembangkan oleh Muhammadiyah sejak berdirinya pada

tahun 1912. Penilaian Muhammadiyah sebagai gerakan modern di

Indonesia, selain dilihat dari visi dan misi gerakannya, juga didasarkan atas

penggunaan organisasi sebagai wahana perjuangan. Proses pengorganisasian

ini sejalan dengan pertambahan jumlah anggota, perluasan daerah dan

pemekaran jenis kegiatan yang dilaksanakan. Dewasa ini perkembangan

organisasi Muhammadiyah telah mencapai tingkat kompleksitas yang tinggi

dalam ukuran kehidupan organisasi kemasyarakatan di Indonesia.23

Bangunan organisasi Muhammadiyah terdiri dari tiga komponen,

yaitu Pimpinan, Badan Pembantu Pimpinan dan Organisasi Otonom.

Komponen-komponen tersebut mencerminkan pembagian tugas atau

kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi. Komponen

pimpinan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pimpinan (managerial

activity), yaitu kegiatan yang mempunyai hubungan tidak langsung dengan

pencapaian tujuan, tetapi sangat menentukan efektif tidaknya, baik kegiatan

22 Mahmuddin, Manajemen Dakwah Rasulullah : Suatu Telaah Historis, (Jakarta : Restu

Ilahi, 2004), hlm. 19. 23 M. Din Syamsuddin, hlm. 41.

100

teknis maupun kegiatan pelayanan. Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus

sendiri masuk dalam kerangka Badan Pembantu Pimpinan.24

Ada dua pendekatan yang dilakukan dalam melakukan perubahan

dan pengembangan organisasi dan manajemen Majelis Tabligh dan Dakwah

Khusus. Pertama, perubahan dilakukan dengan cara sedikit demi sedikit

terhadap permasalahan yang timbul. Karena perubahan dan pengembangan

dilakukan sebagai reaksi setelah masalah terjadi, maka pendekatan ini

disebut pendekatan reaktif. Kedua, pendekatan yang lebih mendasar yang

dilakukan dengan cara mengembangkan suatu proses program perubahan

yang direncanakan, yang sering disebut proses proaktif. Perubahan ini

dilakukan sebelum perubahan, dengan mengantisipasi kemungkinan

terjadinya perubahan faktor lingkungan eksternal dan internal.25

Upaya perubahan dan pengembangan organisasi manajemen Majelis

Tabligh dan Dakwah Khusus diprioritaskan pada langkah-langkah :

1. Perencanaan

Suatu mekanisme kerja yang perlu dikembangkan dalam Majelis

Tabligh dan Dakwah Khusus adalah penyusunan rencana kerja (action

plan) sebelum suatu program dilaksanakan. Sistem perencanaan Majelis

Tabligh dan Dakwah Khusus perlu dirumuskan untuk memberikan acuan

bagi wilayah dalam menyusun suatu rencana kegiatan, sehingga rencana

24 Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Muhammadiyah, (Yogyakarta : Suara

Muhammadiyah, 2005), lm. 45. 25 Wawancara dengan Sekretaris Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus (Bp. Tafsir, MA)

pada tanggal 17 Januari 2006.

101

yang disusun itu menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan misi

Muhammadiyah.

Di samping itu, dalam rangka peningkatan dakwah dan

pelayanan kepada masyarakat, di setiap wilayah atau daerah perlu

disusun rencana proyek unggulan untuk suatu bidang amal usaha

tertentu.

2. Pengorganisasian

Pada komponen pengorganisasian, yang perlu dikembangkan

adalah pengelompokan program kerja secara horizontal. Pengalaman

periode kemarin memperlihatkan bahwa pembentukan dan penetapan

program kerja yang memerlukan personel tidak sedikit, juga

memerlukan biaya dan sarana yang cukup banyak. Dalam upaya

perampingan ini, progam kerja yang mempunyai format dan fungsi

hampir sama dan berdekatan perlu digabungkan.

3. Penggerakan

Dalam upaya menyelenggarakan misi Majelis Tabligh dan

Dakwah Khusus, peranan komunikasi dan informasi adalah sangat

penting. Di samping itu, dalam rangka menciptakan keterpaduan dan

kesatuan, baik dalam wawasan pemikiran maupun pelaksanaan program,

perlu pula ditingkatkan koordinasi antara pimpinan Majelis Tabligh dan

Dakwah Khusus dengan seluruh personel pengurus yang satu.

102

4. Pengendalian

Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan Majelis Tabligh dan

Dakwah Khusus telah dilakukan dan pelaksanaannya sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan perlu dilakukan pengendalian

(controlling). Bahkan pengendalian juga berhubungan dengan fungsi

manajerial Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus lainnya. Pengendalian

membantu penilaian apakah perencanan, pengorganisasian, penggerakan

dan juga pengendalian itu sendiri telah dilakukan secara efektif.

Mengingat semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi

oleh Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus, di samping semakin

meningkatnya kegiatan yang harus dilaksanakan seirama dengan

dinamika lingkungan yang mengitari Majelis Tabligh dan Dakwah

Khusus, maka sudah waktunya Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus

meningkatkan fungsi pengendalian, di samping pengawasan keuangan

dan kekayaan, yang sudah dimulai sejak periode yang lalu. Untuk

maksud tersebut perlu disusun sistem pengendalian Majelis Tabligh dan

Dakwah Khusus secara menyeluruh dan komprehensif yang meliputi

berbagai bidang organisasi dan gerakan dakwah. Sehingga dengan

demikian ke depan Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus lebih dinamis,

kondusif dan progresif.