bab iii deskripsi tentang manajemen dakwah...
TRANSCRIPT
78
BAB III
DESKRIPSI TENTANG MANAJEMEN DAKWAH
MAJELIS TABLIGH MUHAMMADIYAH PWM JAWA TENGAH
A. Muhammadiyah dan Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah
Tantangan zaman yang menghimpit umat Islam saat berdirinya
Muhammadiyah pada tahun 1912 dapat disebutkan antara lain bahwa umat
Islam khususnya di Indonesia berada di bawah cengkeraman penjajahan,
kebekuan pemikiran keagamaan dan rendahnya mutu pendidikan. Tantangan
dan himpitan itu semakin berat jika dibandingkan dengan dunia pendidikan
umum yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda dan
yayasan-yayasan Katholik dan Protestan yang bergerak tidak hanya dalam
bidang pendidikan, tetapi juga dalam pelayanan sosial seperti rumah sakit,
panti asuhan, dan panti jompo. Dalam situasi umum yang sangat
menghimpit umat Islam seperti itu, muncullah gagasan untuk membentuk
organisai keagamaan yang berupaya untuk sebisa-bisanya merespon
tantangan zaman tersebut.1
Usaha umat Islam untuk merespon tantangan zaman yang
diwujudkan dalam bentuk pendirian sebuah “organisasi” di lingkungan
Muhammadiyah lebih dikenal dengan istilah “Persyarikatan” adalah ciri
1 M. Din Syamsuddin, Muhammadiyah, Kini dan Esok, (Jakarta : Pustaka Panjimas,
1990), hlm. 34.
79
khas model gerakan pembaharuan di Indonesia.2 Tepatnya pada tanggal 18
Nopember 1912, di Yogyakarta oleh KH. Ahmad Dahlan atas saran yang
diajukan oleh murid-muridnya dan beberapa anggota Budi Utomo untuk
mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang permanen.3
Ditinjau dari faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya
Muhammadiyah secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni
faktor subyektif dan faktor obyektif. Faktor subyektif adalah faktor yang
berasal dari pelakunya sendiri, yakni jika Muhammadiyah mau didirikan,
maka harus dimulai dari dirinya sendiri. Kalau tidak, maka Muhammadiyah
bisa dibawa ke mana saja. Sehingga lahirnya Muhammadiyah tidak bisa
dipisahkan dengan KH. Ahmad Dahlan sebagai pelopornya.4
Sedangkan faktor obyektif adalah keadaan dan kenyataan yang
berkembang saat itu. Faktor obyektif sendiri dibagi menjadi dua, yakni
intern umat Islam (keadaan umat Islam sendiri) dan ekstern umat Islam
(masyarakat di luar Islam). Adapun yang dimaksud dengan faktor obyektif
dari intern umat Islam adalah kenyataan bahwa ajaran agama Islam yang
masuk ke Indonesia kemudian menjadi agama masyarakat Indonesia pada
umumnya sudah tidak utuh dan tidak murni lagi yang disebabkan oleh
perkembangan agama Islam itu sendiri.5 Di sisi lain, lembaga yang sudah
dimiliki oleh umat Islam belum mampu menyiapkan generasi yang siap
2 M. Amin Abdullah, Dinamika Islam Kultural, Pemetaan Atas Wacana Keislaman
Kontemporer, (Bandung : Muzan, tt), hlm. 95. 3 Syafiq A. Mughni, Nilai-Nilai Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 116. 4 Tim Pembina Al-Islam Ke-Muhammadiyahan, Muhammadiyah, Sejarah, Pemikiran,
dan Amal Usaha, (Malang : Pusat Dokumentasi dan Publikasi Universitas Muhammadiyah, 1990), hlm. 75.
5 Ibid, hlm. 8.
80
mengemban misi khalifah Allah di muka bumi, yang tugas utamanya adalah
mengupayakan terciptanya perdamaian antar sesama umat manusia serta
mengupayakan terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran hidup manusia.6
Sedangkan faktor obyektif yang berasal dari ekstern umat Islam dan
sangat merugikan adalah : pertama, semakin meningkatnya gerakan
Kristenisasi di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Gerakan Kritenisasi
yang dilancarkan oleh pemerintah Hindia-Belanda selalu berupaya untuk
mengubah agama Islam menjadi Kristen. Ada dua keuntungan yang diraih
pemerintah Hindia-Belanda dalam usaha ini, yaitu secara agama pengikut
Kristen menjadi semakin banyak, dan yang kedua secara politis adalah
semakin meningkatnya loyalitas masyarakat Indonesia terhadap Pemerintah
Hindia-Belanda.
Kedua, penetrasi bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia, terutama
bangsa Belanda. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa tersebut khususnya
dalam aspek kebudayaan dan peradaban membawa pengaruh buruk terhadap
perkembangan Islam di Indonesia. Lewat pendidikan model Barat yang
mereka kembangkan dengan menonjolkan sifat intelektual, individual, elitis,
dan diskriminatif serta kurang sekali memperhatikan dasar-dasar moral
keagamaan, maka dari sini akan lahirlah suatu generasi penerus bangsa
Indonesia yang sekuler rasionalisme (memperhatikan rasio) dan
individualisme (mementingkan diri sendiri) dalam pola pikir mereka.
6 Mustofa Kamal Pasha, dkk, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid, (Yogyakarta :
Citra Karya Mandiri, 2003), hlm. 49.
81
Ketiga, pengaruh gerakan pembaharuan dalam dunia Islam yang
mana gerakan Muhammadiyah yang dibangun oleh KH. Ahmad Dahlan
sesungguhnya merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan
pembaharuan dalam Islam yang dimiliki sejak tokoh pertamanya, yaitu Ibnu
Taimiyah, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Muhammad Bin Abdul Wahab, Sayid
Jamaluddin Al Afghani, Muhamamd Abduh, Rasyid Ridha, dan sebagainya,
terutama sekali pengaruh tersebut berasal dari Muhammd Abduh. Dari
sinilah KH. Ahmad Dahlan mendapat inspirasi yang kuat untuk membangun
sebuah gerakan Islam di tengah-tengah bangsa Indonesia.7
Sebagai gerakan yang berlandaskan agama, maka ide pembaharuan
Muhammadiyah ditekankan pada usaha untuk memurnikan ajaran Islam dari
pengaruh tradisi dan kepercayaan lokal yang bertentangan dengan ajaran
Islam. Dalam kaitan ini usaha-usaha pembaharuan yang dilakukan
Muhammadiyah banyak berkaitan dengan masalah-masalah praktis
ubudiyah dan muamalah. Namun demikian, sebagaimana gerakan
pembaharuan Islam yang lain, Muhammadiyah berkonsisten dengan
semboyan “kembali pada ajaran murni, yakni al-Qur’an dan Sunnah”. Hal
ini berarti bahwa dalam masalah yang berkaitan dengan ubudiyah kaum
muslimin hanya mengikuti apa yang diperintahkan oleh al-Qur’an dan
Sunnah, bukan dari yang lain.
Berpijak dari konsepsi di atas, maka dapat penulis ungkapkan bahwa
gerakan dakwah yang dibangun oleh Muhammadiyah adalah pada kerangka
7 Ibid, hlm. 51-51.
82
pembaharuan dalam bidang keagamaan. Usaha yang dilakukan dalam
konteks dakwah ini adalah mengembalikan kondisi keberagamaan
masyarakat, yang meliputi ubudiyah dan amaliyah kepada al-Qur’an dan al-
Hadits di mana keduanya merupakan sumber pokok dalam ajaran Islam.
Sehingga adat, tradisi, dan praktek keagamaan yang tidak sesuai dengan
ajaran dan makna yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadits harus
dibersihkan.
Untuk menangani persoalan dan bidang dakwah islamiyah,
Muhammadiyah membentuk sebuah lembaga dakwah yang lebih dikenal
dengan istilah Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus.8 Majelis Tabligh dan
Dakwah Khusus merupakan badan pembantu Pimpinan Persyarikatan
Muhammadiyah yang mempunyai tugas pokok untuk memimpin
pelaksanaan dakwah Islamiyah di bidang tabligh secara terencana dan dalam
program yang jelas meliputi seluruh aspek kegiatan dakwah yang tidak
termasuk dalam bidang tugas majelis atau badan-badan lainnya di
lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.9
Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus dibentuk di tingkat Pimpinan
Pusat Muhammadiyah (PPM), Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM),
Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), serta di tingkat Pimpinan Cabang
Muhammadiyah (PCM). Pembentukan Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus
8 Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus merupakan unsur pembantu pimpinan yang
melaksanakan sebagian tugas koordinator yang bersangkutan, yang bersifat teknis operasional. Lebih lanjut lihat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Tanfidz : Keputusan Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Ke 44, (Semarang : PWM Jawa Tengah, 2000), hlm. 18.
9 Lihat Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab IV pasal 1.
83
Muhammadiyah dilakukan oleh Pimpinan Muhammadiyah di masing-
masing tingkat pimpinan.10
Untuk menyelenggarakan tugas pokoknya, Majelis Tabligh dan
Dakwah Khusus Muhammadiyah mempunyai fungsi sebagai berikut :11
1. Pemberian pertimbangan kepada Pimpinan Persyarikatan untuk
digunakan sebagai bahan dalam menyusun kebijakan Persyarikatan
dalam bidang Tabligh.
2. Pembinaan dan peningkatan kemampuan serta pengkoordinasian
kegiatan dan gerak mubaligh dalam mensyiarkan ajaran Islam kepada
anggota, umat dan masyarakat bangsa antara lain dengan membentuk
Korp Mubaligh Muhammadiyah di tingkat Pusat, Wilayah, Daerah dan
Cabang.
3. Penggerakan pengkajian dan pengembangan pengamalan ajaran Islam,
serta menggembirakan kegiatan ibadah anggota Persyarikatan dan
masyarakat dalam kelompok jama’ah, sehingga memiliki kemampuan
menyelesaikan persoalan hidupnya sebagai orang Islam dalam
kehidupan masyarakat bangsa yang selalu berubah dan berkembang,
guna meningkatkan mutu kehidupannya sepanjang ajaran Islam.
4. Penggerakan dan bimbingan penyelenggaraan, pemeliharaan, dan
pengelolaan wakaf, masjid, mushola, langgar, dan surau serta yang
sejenis sebagai ibadah dan sarana peningkatan mutu kehidupan anggota
10 Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Penyampaian Tanfidz Rakernas MTDK PPM,
(Yogyakarta : PP Muhammadiyah, 2004), hlm. 5. 11 [email protected]
84
dan masyarakat sepanjang ajaran Islam dalam kerangka kehidupan
bangsa.
5. Penggerakan dan bimbingan pelaksanaan dan pengembangan kegiatan
pengajian pimpinan dan anggota serta khutbah-khutbah dengan
menggunakan jasa iptek.
6. Penyelenggaraan pendidikan dan kederisasi mubaligh dan khatib,
sehingga memiliki kemampuan profesional serta kemandirian dalam
menjalankan tugasnya dalam kehidupan masyarakat bangsa yang selalu
berubah dan berkembang.
7. Penyelenggaraan penilitian dakwah dan prikehidupan keagamaan
anggota, umat dan masyarakat
Dari sini dapat disimpulkan bahwa Majelis Tabligh dan Dakwah
Khusus merupakan lembaga dakwah Muhammadiyah yang mempunyai
tugas mengorganisir kegiatan dakwah, baik yang berkaitan dengan pola dan
gerakan dakwah yang dikembangkan, pola manajerial, SDM, dan obyek
yang menjadi sasaran dakwah Muhammadiyah yang dilaksanakan oleh
Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah.
B. Visi Misi Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah
Visi yang dikembangkan oleh Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus
Muhammadiyah PWM Jateng merujuk pada visi umum Muhammadiyah
sebagaimana yang tercantum dalam anggaran dasarnya, yakni sebagai
gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, yang berlandaskan
dan beraqidah Islam serta bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah,
85
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.12 Hal ini dimaksudkan dan
bertujuan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga
terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai oleh Allah Swt.
Sebagai gerakan Islam, di samping harus berakhlak Islam dalam
seluruh langkah dan tindakannya, Muhammadiyah juga berusaha berjuang
menggerakkan Islam, menjadikan Islam hidup dan menghidupkan serta
dinamis, sehingga kehadiran Islam dapat dirasakan oleh setiap orang, tidak
hanya oleh orang Islam, dan tidak hanya anggota Muhammadiyah saja.
Usaha tersebut dilaksanakan dalam rangka menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil
dan makmur yang diridhai oleh Allah Swt. Ada empat misi yang
dikembangkan oleh Muhammadiyah, yakni :13
1. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni, sesuai dengan ajaran Allah
Swt yang dibawa oleh seluruh Rasul Allah Swt sejak Nabi Adam a.s
hingga Nabi Muhammad Saw.
2. Menyebarkan ajaran Islam yang bersumber kepada al-Qur’an, yakni
kitab Allah terakhir yang diturunkan untuk manusia dan Sunnah Rasul.
3. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan perseorangan,
keluarga dan masyarakat.
4. Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan
ajaran Islam.
12 Abdul Munir Mulkhan, Ideologi Gerakan Dakwah Episode Kehidupan M. Natsir dan Azhar Basyir, (Yogyakarta : Siprees, 1996), hlm. 146.
13 Ibid, hlm. 6-7.
86
Visi misi umum Muhammadiyah tersebut kemudian dijabarkan oleh
Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Muhammadiyah PWM Jawa Tengah
menjadi :14
1. Menampilkan Islam sebagai agama moderat, rahmatan lil alamin, suka
beramal, dan ikhlas.
2. Merealisasikan dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar.
3. Mengimplementasikan konsep amar ma’ruf nahi munkar.
Lingkup gerak dakwah yang dilaksanakan oleh Majelis Tabligh dan
Dakwah Khusus bertumpu pada dakwah secara tabligh, baik lisan maupun
tulisan. Proses dakwah ini dilaksanakan melalui penyelenggaraan aktifitas
keagamaan, seperti diskusi, pelatihan da’i, seminar, dan penerbitan buletin
atau majalah. Sedangkan aktifitas dakwah pada bidang atau segi lain di
break down dalam majelis lain yang dibentuk oleh Muhammadiyah, yakni
dalam bidang pendidikan ada Majelis Dikdasmen, dalam bidang ekonomi
ada Majelis Pembina Ekonomi, dalam bidang kesehatan ada Majelis
Pembina Kesehatan, dan sebagainya.
C. Strukur Organisasi Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah
Struktur organisasi Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Periode
2000-2005 adalah sebagai berikut :
Ketua : Drs. H. Achmadi.
Wakil Ketua I : Drs. H. Hifni Sadzali
Wakil Ketua II : Dr. Zuhad, MA.
14 Wawancara dengan Sekretaris Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PWM Jawa
Tengah (Bp. Tafsir, MA) pada tanggal 19 Januari 2006.
87
Sekretaris : Drs. Tafsir, M. Ag.
Wakil Sekretaris : Masrur, M. Ag.
Bendahara : Drs. H. Abdul Wahab
Wakil Bendahara : Drs. Agus Nurhadi, M. Ag.
Anggota : Dahlan AR.
Drs. Thobari, MA.
Ali Anshori, M. Ag.
Drs. Sukendar, M. Ag.
Dari personel kepengurusan di atas dapat dilihat bahwa kualitas
SDM yang dimiliki oleh Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus bisa
dikatakan relatif baik. Hal ini disebabkan karena personel pengurus terdiri
dari orang-orang yang berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi. Di
samping itu, kapasitas dan kemampuan personel dan pengurus dalam bidang
organisasi bisa dikatakan cukup baik, karena terbukti bahwa Majelis Tabligh
dan Dakwah Khusus dapat berjalan, meskipun belum maksimal. Sehingga
kondisi ini mempunyai dampak yang cukup signifikan dalam pelaksanaan
dakwah Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus.
Dari komposisi personel pengurus Majelis Tabligh dan Dakwah
Khusus yang ada dapat dicermati bahwa pola pengeloaan dakwahnya lebih
banyak dilakukan dalam konteks konsep dan teoritis, sehingga minim dalam
hal praktis, di mana hal ini sebenarnya merupakan salah satu kelemahan dari
Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus. Namun pada realitasnya kelemahan
tersebut tertutupi oleh aktifitas dakwah yang dilakukan oleh para aktifis
88
Muhammadiyah dan da’i-da’i Muhammadiyah yang melakukan aktifitas
dakwah islamiyah dengan membawa nama dan bendera Muhammadiyah.
D. Program Kerja Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah
Program yang dilaksanakan oleh Majelis Tabligh dan Dakwah
Khusus Muhammadiyah PWM Jawa Tengah merupakan penjabaran
terhadap program kerja yang dirumuskan oleh Majelis Tabligh dan Dakwah
Khusus Muhammadiyah Pusat.15 Ada beberapa langkah yang diambil oleh
Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Muhammadiyah PWM Jawa Tengah
dalam melaksanakan programnya, yakni dengan menggunakan prinsip
pelaksanaan program, prioritas program, serta pemetaan program umum dan
divisi.
Adapun penjelasan lebih lanjut sebagai berikut :
1) Prinsip Pelaksanaan Program
a. Prinsip Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Program kerja
Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus dilaksanakan atas prinsip demi
terwujudnya dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar.
b. Prinsip Istiqomah. Program Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus
dengan segala upaya pelaksanaannya harus dilandaskan pada
keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang
sepenuhnya merujuk pada al-Qur’an, Sunnah Nabi, dan Itjihad sesuai
faham agama Muhammadiyah.
15 Informasi mengenai rumusan program kerja tersebut dapat dilihat dalam Majelis
Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Penyampaian Tanfidz Rakernas MTDK PPM,(Yogyakarta : Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2001), hlm. 4-7.
89
c. Prinsip Kemaslahatan. Program Majelis Tabligh dan Dakwah
Khusus dilaksanakan dengan mengutamakan kepentingan dan
kemanfaatan bagi umat dan bangsa sebagaimana misi gerakan
Muhammadiyah.
d. Prinsip Strategis. Program Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus
didasarkan atas prinsip pelaksanaan visi dan misi Persyarikatan guna
mencapai tujuan Muhammadiyah.
e. Prinsip Kontinuitas. Program Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus
didasarkan atas prinsip kesinambungan dengan program-program PP
Muhammadiyah dan program-program Majelis Tabligh sebelumnya.
f. Prinsip Sistematik. Program Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus
dilaksanakan dengan berprinsip keterpaduan antar berbagai program
dan komponen di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.
g. Prinsip Fleksibilitas. Program Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus
dilaksanakan dalam prinsip memberikan kemungkinan pada
pengembangan dan penyesuaian pelaksanaannya dengan kondisi dan
kepentingan yang berbeda-beda.
h. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas. Program Majelis Tabligh dan
Dakwah Khusus dilaksanakan dengan prinsip mempertimbangkan
asas-asas efisiensi dan efektivitas sesuai dengan kemampuan,
ketersediaan dana dan tenaga, dan menghindari pertindihan dan
pemborosan.
90
i. Prinsip Tafsir dan Taisir. Program Majelis Tabligh dan Dakwah
Khusus dilaksanakan atas prinsip menggembirakan dan memberikan
kemudahan sehingga pelaksanaan program diliputi oleh suasana
penuh keikhlasan dan kegembiraan.16
Prinsip-prinsip yang dikembangkan di atas merujuk pada konteks
gerakan dakwah Muhammadiyah yang bertumpu pada dakwah amar
ma’ruf nahi munkar dan kembali pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Di
samping itu, dalam prinsip tersebut juga dikembangkan pola manajerial
secara modern yang diaplikasikan dalam gerakan dakwah yang
dilaksanakan oleh Muhammadiyah.
2) Prioritas Program
a. Peningkatan dan pengembangan kuantitas dan kualitas SDM
penyelenggara dan pelaku tabligh.
b. Peningkatan dan pengembangan konsolidasi organisasi dan program-
program serta alternatif model tabligh dan dakwah khusus.
c. Peningkatan dan pengembangan program-program identifikasi
sasaran tabligh.
d. Peningkatan dan pengembangan kurikulum dan materi tabligh.
e. Peningkatan dan pengembangan model dan kualitas pendidikan serta
pelatihan tabligh.
f. Peningkatan dan pengembangan sarana dan media tabligh.
g. Peningkatan dan pengembangan organisasi dan dana tabligh.
16 Ibid, hlm. 3.
91
h. Peningkatan dan pengembangan jumlah dan mutu kerjasama tabligh.
Prioritas program ini lebih ditekankan pada upaya untuk
memaksimalkan pelaksanaan gerakan dakwah yang dibangun, yang
meliputi pengembangan kualitas dan kuantitas SDM yang tersedia,
sarana dan prasarana yang dimiliki sebagai pendukung gerakan dakwah,
kurikulum tabligh, dan jaringan tabligh. Di samping itu, juga
dikembangkan kegiatan amal usaha yang bertujuan untuk mendukung
dan membiayai gerakan dakwah yang dilakukan oleh Majelis Tabligh
dan Dakwah Khusus itu sendiri.
3) Program Umum
a. Pemanfaatan saluran-saluran non-konvensional seperti televisi, radio,
dan berbagai jenis media cetak dan elektronika secara profesional
untuk memperluas jaringan dan jangkauan tabligh ke berbagai
lapisan sosial di seluruh penjuru wilayah dengan dukungan para
mubaligh yang berkualitas.
b. Mengintensifkan tabligh-tabligh konvensional seperti ceramah,
khutbah, dan pengajian yang bersifat kontak langsung dengan
meningkatkan mutu metode, kualitas pesan, dan program sehingga
lebih tepat sasaran.
c. Menggarap umat dan umat ijabah di lingkungan-lingkungan sosial
yang dikategorisasikan sebagai komunitas abangan dan kaum
marginal sebagai basis pembinaan prioritas.
92
d. Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan da’i atau mubaligh dalam
berbagai jenis sesuai kepentingan jenis tabligh atau penyiaran Islam
dan sasaran yang dipilih dengan mengembangkan pendekatan-
pendekatan yang bervariasi dan tepat sasaran.
e. Mengintensifkan pembinaan ummat melalui paket-paket tabligh
yang terprogram secara profesional seperti kursus-kursus keislaman
dalam berbagai paket, kursus bahasa Arab, kursur TPA dan qira’at
al-Qur’an, dan sejenisnya yang dikelola dengan model permanen
atau semi permanen.
f. Menyusun dan menyebarluaskan brosur-brosur, leaflet, buku paket,
slide film, dan bentuk-bentuk media tabligh lainnya yang dapat
menjangkau masyarakat luas secara aktif.
g. Membuat pilot proyek Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah, serta
keluarga sakinah di sejumlah daerah yang dikoordinasikan dengan
berbagai kalangan di lingkungan Persyarikatan.
h. Intensifikasi komputerisasi data mubaligh dan peta dakwah dalam
berbagai aspeknya untuk pengembangan kepentingan
Muhammadiyah.
i. Melaksanakan kegiatan-kegiatan tabligh dalam bentuk program-
program khusus untuk pembinaan akhlak di berbagai lapisan sosial
masyarakat melalui paket-paket yang menarik dan tepat sasaran.17
17 Ibid, hlm. 4-5.
93
4) Rincian Progam Divisi
a. Divisi Korp Mubaligh
1. Konsolidasi organisasi, meliputi administrasi, struktur, data, dan
dana.
2. Penyebaran informasi dan pengetahuan Korp Mubaligh.
3. Membentuk Korp Mubaligh di Tingkat Wilayah, Daerah, dan
Cabang.
4. Melaksanakan rihlah dakwah ke Wilayah, Daerah, dan Cabang.
5. Membuat Etika Mubaligh.
6. Membuat kaidah Korp Mubaligh.
7. Kesejahteraan mubaligh ditingkatkan, diikutkan asuransi
kesehatan, kecelakaan, dan lain-lain.
8. Kerjasama dengan lembaga dakwah lain.
9. Menerbitkan buletin, jurnal, dan majalah dakwah.
b. Divisi Dakwah Khusus
1. Konsolidasi organisasi, meliputi administrasi dan struktur
personalia.
2. Mengevaluasi keberadaan da’i khusus.
3. Melaksanakan heregistrasi da’i khusus.
4. Mengunjungi daerah kerja da’i khusus.
5. Meningkatkan mutu dan jumlah da’i khusus dengan
memanfaatkan potensi Wilayah, Daerah, dan Cabang.
94
6. Memperbaiki komunikasi dengan donatur luar negeri serta
merintis sumber baru.
7. Menggali sumber atau donatur dalam negeri.
8. Mengusahakan pengembalian pengelolaan PT. Bintang Menteng
ke MTDK atau minta bagi hasil.
9. Pengelolaan perikanan atau lahan usaha LDK (MTDK).
10. Mengusahakan subsidi permanen da’i PP Muhammadiyah.
c. Divisi Pendidikan dan Pelatihan Mubaligh
1. Pra Workshop
2. Workshop metode pelatihan dakwah.
3. Pelatihan instruktur mubaligh di tingkat nasional.
4. Pelatihan mubaligh terpadu (PMT).
5. Pengembangan PMT (pembentengan terhadap paham Ahlul
Bid’ah).
6. Pengembangan PMT (Pembentengan terhadap Nativisasi).18
7. Pengembangan PMT (Pembentengan terhadap Salibisasi).19
8. Pra pelatihan da’i pendamping.
9. Pelatihan da’i pendamping untuk Gerakan Dakwah dan Dakwah
Jama’ah.
10. Pelatihan bagi Mubaligh Dakwah Khusus.20
18 Nativisasi berasal dari kata native yang berarti perilaku menyimpang. Nativisasi di sini
dimaksudkan sebagai perilaku menyimpang yang umumnya berkaitan dengan penyalahgunaan terhadap obat-obatan terlarang (narkoba), seperti ekstasi, sabu-sabu, dan lain sebagainya.
19 Salibisasi merupakan usaha atau gerakan penyebaran ide salib. Istilah ini mempunyai korelasi dengan Kristenisasi, yakni gerakan atau upaya mengkristenkan orang-orang non-kristen khususnya umat Islam yang dilakukan oleh orang-orang Kristen (umat Nasrani).
95
11. Pembinaan Wilayah.
12. Pelatihan Penelitian dan Perencanaan Dakwah Regional I atau
Jawa.
d. Divisi Pengkajian dan Pengembangan Dakwah
1. Menyusun profil sasaran dakwah lewat penelitian.
a. Menyusun panduan penelitian sasaran dakwah.
b. Seminar dan Lokakarya.
c. Pelaksanaan penilitian sasaran dakwah.
2. Pelatihan sasaran dakwah dan penyusunan profil.
3. Penyusunan kurikulum, silabi dan materi dakwah menurut
sasaran dan sifat forum dakwah (termasuk semiloka).
4. Mengadakan percontohan kehidupan islami di tingkat keluarga
dan jama’ah.
a. Menyusun agenda pengembangan kehidupan islami di tingkat
keluarga.
b. Pelatihan kader pengembangan keluarga sakinah dan
jama’ah.
5. Pemantauan, evaluasi, dan penyebaran produk progam 1-4.
a. Menyusun panduan monitoring dan evaluasi.
b. Penyebaran produk point 1. a; 1. b; dan 4. a; 4. b.
20 Mubaligh dakwah khusus merupakan da’i (pelaksana dakwah) khusus yang dibentuk
oleh Muhammadiyah guna melaksanakan proses dakwah di wilayah atau daerah tertentu.
96
e. Divisi Dakwah Multimedia
1. Produksi rekaman audio media kaset dengan materi rekam ulang
ceramah tokoh-tokoh Muhammadiyah, topik-topik kajian tematik
al-Qur’an.
2. Produksi rekaman video media kaset dan VCD dengan materi
profil Muhammadiyah dalam tiga bahasa (Arab, Inggris,
Indonesia), ibadah praktis, dan kajian tematik al-Qur’an.
3. Mendirikan rumah produksi alternatif : mendirikan sendiri atau
bekerjasama dengan PTM.
4. Mendirikan Radio Muhammadiyah, alternatif : mendirikan
sendiri dari awal atau mengakuisisi radio yang telah beroperasi.
Program Siaran : sepenuhnya dakwah-non profit, atau swasta
niaga profit.
Sub Program :
a. Penyusunan program siaran.
b. Persiapan pendirian.
Operasi siaran (broadcasting).
5. Membangun situs Muhammadiyah di internet, meliputi
mengkoordinasi pemeliharaan situs yang sudah ada, yakni
dengan alamat www.muhammadiyah.or.id,21 mendata situs
organisasi-organisasi atau amal usaha di lingkungan
21 Untuk situs Muhammadiyah Wilayah Jawa Tengah baru dalam proses penggarapan,
dan direncanakan mulai on air awal Maret 2006.
97
Muhammadiyah serta mengisi materi pengajian internet atau
tanya jawab Islam.
6. Menyusun model pelatihan pemanfaatan media non-
konvensional untuk para mubaligh.
7. Menyelenggarakan pelatihan pemanfaatan media non-
konvensional.
f. Divisi Publikasi dan Penerbitan
1. Penerbitan buletin dakwah.
2. Penerbitan ulang naskah-naskah lama dan terjemahan.
3. Penerbitan buku-buku dan brosur-brosur tuntunan praktis ibadah
Muhammadiyah.
4. Menangani publikasi dan pemberitaan hasil kerja Majelis Tabligh
dan majelis-majelis lainnya.
5. Penerbitan cerita-cerita dakwah islami (hasil lomba).
6. Pelatihan jurnalistik dakwah.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan dalam Majelis
Tabligh dan Dakwah Khusus Muhammadiyah PWM Jawa Tengah,
program kerja yang telah ditetapkan tidak seluruhnya dapat terealisasi.
Jika hal ini diprosentasikan, maka kurang lebih ada 70 % program
Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Muhammadiyah PWM Jawa
Tengah yang dapat terealisasikan. Faktor-faktor yang menjadi kendala
dari realitas ini antara lain disebabkan karena keterbatasan waktu,
98
ketersediaan dana, kesibukan pengurus di luar organisasi, dan lain
sebagainya.
Dari sini dapat penulis simpulkan bahwa pola manajerial yang
dikembangkan oleh Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus relatif dalam
kondisi baik. Hal ini disebabkan karena kurang maksimalnya proses
manajemen yang diterapkan dalam Majelis Tabligh dan Dakwah
Khusus. Contoh kasus ini dapat diambil pada fase kurangnya
perencanaan strategis yang diterapkan dalam penentuan dan penetapan
sebuah program. Di samping itu, pola penjabaran yang dilakukan oleh
masing-masing tingkat kepengurusan Majelis Tabligh dan Dakwah
Khusus dari program dan tanfidz pusat harus lebih mengena pada
kondisi sasaran masing-masing tingkatan pengurus tersebut. Sehingga ke
depan diperlukan upaya perbaikan manajemen organisasi, jika memang
Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus mempunyai keinginan menjadi
organisasi ideal.
E. Manajemen Dakwah Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah
Dalam realitasnya, setiap usaha apapun bentuknya akan dapat
terlaksana dengan lancar dan efektif apabila didukung oleh proses
manajemen secara tepat guna. Proses manajemen di sini dimaksudkan
sebagai sebuah usaha pengelolaan terhadap program atau kegiatan yang
telah direncanakan dan ditetapkan. Hal ini akan dapat terealisasi dengan baik
99
jika didukung konsep dan kemampuan manajerial yang memadai.22 Begitu
juga dengan program-program dan kegiatan dakwah yang telah ditetapkan
Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus. Hal ini akan dapat terealisasi dengan
baik jika didukung konsep dan kemampuan manajerial yang memadai.
Sistem pengorganisasian dengan mengikuti prinsip-prinsip organisasi
modern telah dikembangkan oleh Muhammadiyah sejak berdirinya pada
tahun 1912. Penilaian Muhammadiyah sebagai gerakan modern di
Indonesia, selain dilihat dari visi dan misi gerakannya, juga didasarkan atas
penggunaan organisasi sebagai wahana perjuangan. Proses pengorganisasian
ini sejalan dengan pertambahan jumlah anggota, perluasan daerah dan
pemekaran jenis kegiatan yang dilaksanakan. Dewasa ini perkembangan
organisasi Muhammadiyah telah mencapai tingkat kompleksitas yang tinggi
dalam ukuran kehidupan organisasi kemasyarakatan di Indonesia.23
Bangunan organisasi Muhammadiyah terdiri dari tiga komponen,
yaitu Pimpinan, Badan Pembantu Pimpinan dan Organisasi Otonom.
Komponen-komponen tersebut mencerminkan pembagian tugas atau
kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi. Komponen
pimpinan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pimpinan (managerial
activity), yaitu kegiatan yang mempunyai hubungan tidak langsung dengan
pencapaian tujuan, tetapi sangat menentukan efektif tidaknya, baik kegiatan
22 Mahmuddin, Manajemen Dakwah Rasulullah : Suatu Telaah Historis, (Jakarta : Restu
Ilahi, 2004), hlm. 19. 23 M. Din Syamsuddin, hlm. 41.
100
teknis maupun kegiatan pelayanan. Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus
sendiri masuk dalam kerangka Badan Pembantu Pimpinan.24
Ada dua pendekatan yang dilakukan dalam melakukan perubahan
dan pengembangan organisasi dan manajemen Majelis Tabligh dan Dakwah
Khusus. Pertama, perubahan dilakukan dengan cara sedikit demi sedikit
terhadap permasalahan yang timbul. Karena perubahan dan pengembangan
dilakukan sebagai reaksi setelah masalah terjadi, maka pendekatan ini
disebut pendekatan reaktif. Kedua, pendekatan yang lebih mendasar yang
dilakukan dengan cara mengembangkan suatu proses program perubahan
yang direncanakan, yang sering disebut proses proaktif. Perubahan ini
dilakukan sebelum perubahan, dengan mengantisipasi kemungkinan
terjadinya perubahan faktor lingkungan eksternal dan internal.25
Upaya perubahan dan pengembangan organisasi manajemen Majelis
Tabligh dan Dakwah Khusus diprioritaskan pada langkah-langkah :
1. Perencanaan
Suatu mekanisme kerja yang perlu dikembangkan dalam Majelis
Tabligh dan Dakwah Khusus adalah penyusunan rencana kerja (action
plan) sebelum suatu program dilaksanakan. Sistem perencanaan Majelis
Tabligh dan Dakwah Khusus perlu dirumuskan untuk memberikan acuan
bagi wilayah dalam menyusun suatu rencana kegiatan, sehingga rencana
24 Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Muhammadiyah, (Yogyakarta : Suara
Muhammadiyah, 2005), lm. 45. 25 Wawancara dengan Sekretaris Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus (Bp. Tafsir, MA)
pada tanggal 17 Januari 2006.
101
yang disusun itu menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan misi
Muhammadiyah.
Di samping itu, dalam rangka peningkatan dakwah dan
pelayanan kepada masyarakat, di setiap wilayah atau daerah perlu
disusun rencana proyek unggulan untuk suatu bidang amal usaha
tertentu.
2. Pengorganisasian
Pada komponen pengorganisasian, yang perlu dikembangkan
adalah pengelompokan program kerja secara horizontal. Pengalaman
periode kemarin memperlihatkan bahwa pembentukan dan penetapan
program kerja yang memerlukan personel tidak sedikit, juga
memerlukan biaya dan sarana yang cukup banyak. Dalam upaya
perampingan ini, progam kerja yang mempunyai format dan fungsi
hampir sama dan berdekatan perlu digabungkan.
3. Penggerakan
Dalam upaya menyelenggarakan misi Majelis Tabligh dan
Dakwah Khusus, peranan komunikasi dan informasi adalah sangat
penting. Di samping itu, dalam rangka menciptakan keterpaduan dan
kesatuan, baik dalam wawasan pemikiran maupun pelaksanaan program,
perlu pula ditingkatkan koordinasi antara pimpinan Majelis Tabligh dan
Dakwah Khusus dengan seluruh personel pengurus yang satu.
102
4. Pengendalian
Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan Majelis Tabligh dan
Dakwah Khusus telah dilakukan dan pelaksanaannya sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan perlu dilakukan pengendalian
(controlling). Bahkan pengendalian juga berhubungan dengan fungsi
manajerial Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus lainnya. Pengendalian
membantu penilaian apakah perencanan, pengorganisasian, penggerakan
dan juga pengendalian itu sendiri telah dilakukan secara efektif.
Mengingat semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi
oleh Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus, di samping semakin
meningkatnya kegiatan yang harus dilaksanakan seirama dengan
dinamika lingkungan yang mengitari Majelis Tabligh dan Dakwah
Khusus, maka sudah waktunya Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus
meningkatkan fungsi pengendalian, di samping pengawasan keuangan
dan kekayaan, yang sudah dimulai sejak periode yang lalu. Untuk
maksud tersebut perlu disusun sistem pengendalian Majelis Tabligh dan
Dakwah Khusus secara menyeluruh dan komprehensif yang meliputi
berbagai bidang organisasi dan gerakan dakwah. Sehingga dengan
demikian ke depan Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus lebih dinamis,
kondusif dan progresif.