bab iii deskripsi organisasi muhammadiyah sumatera …repository.uinsu.ac.id/4561/5/bab iii.pdf ·...

32
BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA A. Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah Pada tanggal 18 November 1912 bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama ”MUHAMMADIYAH”. Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam ”Statuten Muhammadiyah” yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak mencantumkan tanggal Hijriyah. Namanya ”Muhammadiyah” dan tempatnya di Yogyakarta”. Sedangkan maksudnya ialah: a) Menyebarkan pengajaran agama Kangjeng Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan b) Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.”. Terdapat hal menarik, bahwa kata ”memajukan” (dan sejak tahun 1914 ditambah dengan kata ”menggembirakan”) dalam pasal maksud dan tujuan Muhammadiyah merupakan kata-kunci yang selalu dicantumkan dalam ”Statuten Muhammadiyah” pada periode Kyai Ahmad Dahlan hingga tahun 1946 (yakni: Statuten Muhammadiyah Tahun 1912, Tahun 1914, Tahun 1921,

Upload: others

Post on 20-Sep-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

BAB III

DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

A. Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah

Pada tanggal 18 November 1912 bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriah di

Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama ”MUHAMMADIYAH”.

Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim

”Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang

kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam

”Statuten Muhammadiyah” yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal

Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak mencantumkan tanggal Hijriyah. Namanya

”Muhammadiyah” dan tempatnya di Yogyakarta”. Sedangkan maksudnya ialah:

a) Menyebarkan pengajaran agama Kangjeng Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi

Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan

b) Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.”.

Terdapat hal menarik, bahwa kata ”memajukan” (dan sejak tahun 1914 ditambah dengan

kata ”menggembirakan”) dalam pasal maksud dan tujuan Muhammadiyah merupakan kata-kunci

yang selalu dicantumkan dalam ”Statuten Muhammadiyah” pada periode Kyai Ahmad Dahlan

hingga tahun 1946 (yakni: Statuten Muhammadiyah Tahun 1912, Tahun 1914, Tahun 1921,

Page 2: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

Tahun 1931, Tahun 1931, dan Tahun 1941). Sebutlah Statuten tahun 1914: Maksud

Persyarikatan ini yaitu:

Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Igama di Hindia

Nederland, dan

Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama

Islam kepada lid-lidnya.

Artinya ketika umat Islam sedang dalam kelemahan dan kemunduran akibat tidak

mengerti kepada ajaran Islam yang sesungguhnya, maka Muhammadiyah mengungkap dan

mengetengahkan ajaran Islam yang murni itu serta menganjurkan kepada umat Islam pada

umumnya untuk mempelajarinya, dan kepada para ulama untuk mengajarkannya, dalam suasana

yang maju dan menggembirakan.

Perubahan secara tajam, yakni hilangnya kata ”memajukan dan menggembirakan” sejak

Anggaran Dasar Muhammadiyah (AD) tahun 1946, pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

tahun 1945, di era Ki Bagus Hadikusuma. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Tahun 1946

(tidak lagi menggunakan kata Statuten Muhammadiyah), dalam pasal 2 tentang maksud dan

tujuan disebutkan sebagai berikut: ”Maksud Persyarikatan ini akan menegakkan dan menjunjung

tinggi Agama Islam, sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

Redaksi ”menegakkan dan menjunjung tinggi” inilah yang terus berlaku hingga Anggaran Dasar

tahun 2005 yang berlaku saat ini.

Pada AD Tahun 1946 itulah pencantuman tanggal Hijriyah (8 Dzulhijjah 1330) mulai

diperkenalkan. Perubahan penting juga terdapat pada AD Muhammadiyah tahun 1959, yakni

dengan untuk pertama kalinya Muhammadiyah mencantumkan ”Asas Islam” dalam pasal 2 Bab

Page 3: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

II., dengan kalimat, ”Persyarikatan berasaskan Islam”. Jika didaftar, maka hingga tahun 2005

setelah Muktamar ke-45 di Malang, telah tersusun 15 kali Statuten/Anggaran Dasar

Muhammadiyah, yakni berturut-turut tahun 1912, 1914, 1921, 1934, 1941, 1943, 1946, 1950

(dua kali pengesahan), 1959, 1966, 1968, 1985, 2000, dan 2005. Asas Islam pernah dihilangkan

dan formulasi tujuan Muhammadiyah juga mengalami perubahan pada tahun 1985 karena

paksaan dari Pemerintah Orde Baru dengan keluarnya UU Keormasan tahun 1985. Asas Islam

diganti dengan asas Pancasila, dan tujuan Muhammadiyah berubah menjadi ”Maksud dan tujuan

Persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud

masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu wata’ala”. Asas Islam dan

tujuan dikembalikan lagi ke ”masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” dalam AD

Muhammadiyah hasil Muktamar ke-44 tahun 2000 di Jakarta.

Gagasan pembaruan Kyai Ahmad Dahlan yang memiliki aspek “pemurnian” (purifikasi)

selain dalam memurnikan aqidah dari syirik, bid’ah, khurafat, tahayul, juga dalam praktik

pelaksanaan ibadah. Adapun langkah pembaruan yang bersifat ”reformasi” ialah dalam merintis

pendidikan ”modern” yang memadukan pelajaran agama dan umum. Menurut Kuntowijoyo,

gagasan pendidikan yang dipelopori Kyai Ahmad Dahlan, merupakan pembaruan karena mampu

mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok generasi muslim

terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya. Lembaga

pendidikan Islam ”modern” bahkan menjadi ciri utama kelahiran dan perkembangan

Muhammadiyah, yang membedakannya dari lembaga pondok pesantren kala itu. Pendidikan

Islam “modern” itulah yang di belakang hari diadopsi dan menjadi lembaga pendidikan umat

Islam secara umum. Langkah ini pada masa lalu merupakan gerak pembaruan yang sukses, yang

Page 4: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

mampu melahirkan generasi terpelajar Muslim, yang jika diukur dengan keberhasilan umat Islam

saat ini tentu saja akan lain, karena konteksnya berbeda.

Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari Kyai Ahmad Dahlan dapat dirujuk pada

pemahaman dan pengamalan Surat Al-Ma’un. Gagasan dan pelajaran tentang Surat Al-Maun,

merupakan contoh lain yang paling monumental dari pembaruan yang berorientasi pada amal

sosial-kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan Oemoem

(PKU). Langkah momumental ini dalam wacana Islam kontemporer disebut dengan ”teologi

transformatif”, karena Islam tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan ”hablu

min Allah” (hubungan dengan Allah) semata, tetapi justru peduli dan terlibat dalam memecahkan

masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah ”teologi amal” yang tipikal (khas) dari

Kyai Ahmad Dahlan dan awal kehadiran Muhammadiyah, sebagai bentuk dari gagasan dan amal

pembaruan lainnya di negeri ini.

Kyai Ahmad Dahlan juga peduli dalam memblok umat Islam agar tidak menjadi korban

misi Zending Kristen, tetapi dengan cara yang cerdas dan elegan. Kyai mengajak diskusi dan

debat secara langsung dan terbuka dengan sejumlah pendeta di sekitar Yogyakarta. Dengan

pemahaman adanya kemiripan selain perbedaan antara Al-Quran sebagai Kitab Suci umat Islam

dengan kitab-kitab suci sebelumnya, Kyai Ahmad Dahlan menganjurkan atau mendorong ”umat

Islam untuk mengkaji semua agama secara rasional untuk menemukan kebenaran yang inheren

dalam ajaran-ajarannya”, sehingga Kyai pendiri Muhammadiyah ini misalnya beranggapan

bahwadiskusi-diskusi tentang Kristen boleh dilakukan di masjid.

Kepeloporan pembaruan Kyai Ahmad Dahlan yang menjadi tonggak berdirinya

Muhammadiyah juga ditunjukkan dengan merintis gerakan perempuan ‘Aisyiyah tahun 1917,

yang ide dasarnya dari pandangan Kyai agar perempuan muslim tidak hanya berada di dalam

Page 5: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

rumah, tetapi harus giat di masyarakat dan secara khusus menanamkan ajaran Islam serta

memajukan kehidupan kaum perempuan. Langkah pembaruan ini yang membedakan Kyai

Ahmad Dahlan dari pembaru Islam lain, yang tidak dilakukan oleh Afghani, Abduh, Ahmad

Khan, dan lain-lain. Perintisan ini menunjukkan sikap dan visi Islam yang luas dari Kyai Ahmad

Dahlan mengenai posisi dan peran perempuan, yang lahir dari pemahamannya yang cerdas dan

bersemangat tajdid, padahal Kyai dari Kauman ini tidak bersentuhan dengan ide atau gerakan

”feminisme” seperti berkembang sekarang ini. Artinya, betapa majunya pemikiran Kyai Ahmad

Dahlan yang kemudian melahirkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam murni yang

berkemajuan.

Kyai Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya, telah menampilkan

Islam sebagai ”sistem kehidupan manusia dalam segala seginya”. Artinya, secara

Muhammadiyah bukan hanya memandang ajaran Islam sebagai aqidah dan ibadah semata, tetapi

merupakan suatu keseluruhan yang menyangut akhlak dan mu’amalat dunyawiyah. Selain itu,

aspek aqidah dan ibadah pun harus teraktualisasi dalam akhlak dan mu’amalah, sehingga Islam

benar-benar mewujud dalam kenyataan hidup para pemeluknya. Karena itu, Muhammadiyah

memulai gerakannya dengan meluruskan dan memperluas paham Islam untuk diamalkan dalam

sistem kehidupan yang nyata.

Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan dari

pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas pergumulannya dalam menghadapi

kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang juga menjadi tantangan

untuk dihadapi dan dipecahkan. Adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong lahirnya

Muhammadiyah ialah antara lain:

1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga

Page 6: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat

Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula

agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi;

2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya

ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;

3. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir

kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman;

4. Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta

serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan

tradisionalisme; dan

Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama

Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin

menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat Karena itu, jika disimpulkan, bahwa berdirinya

Muhammadiyah adalah karena alasan-alasan dan tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang

bukan Islam;

2. Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern;

3. Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam; dan

4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar

Kelahiran Muhammadiyah secara teologis memang melekat dan memiliki inspirasi pada

Islam yang bersifat tajdid, namun secara sosiologis sekaligus memiliki konteks dengan keadaan

hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia yang berada dalam keterbelakangan. Kyai Ahmad

Page 7: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

Dahlan melalui Muhammadiyah sungguh telah memelopori kehadiran Islam yang otentik

(murni) dan berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan hidup umat

Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan. Islam tidak hanya

ditampilkan secara otentik dengan jalan kembali kepada sumber ajaran yang aseli yakni Al-

Qur‘an dan Sunnah Nabi yang sahih, tetapi juga menjadi kekuatan untuk mengubah kehidupan

manusia dari serba ketertinggalan menuju pada dunia kemajuan.

Fenomena baru yang juga tampak menonjol dari kehadiran Muhammadiyah ialah, bahwa

gerakan Islam yang murni dan berkemajuan itu dihadirkan bukan lewat jalur perorangan, tetapi

melalui sebuah sistem organisasi. Menghadirkan gerakan Islam melalui organisasi merupakan

terobosan waktu itu, ketika umat Islam masih dibingkai oleh kultur tradisional yang lebih

mengandalkan kelompok-kelompok lokal seperti lembaga pesantren dengan peran kyai yang

sangat dominan selaku pemimpin informal. Organisasi jelas merupakan fenomena modern abad

ke-20, yang secara cerdas dan adaptif telah diambil oleh Kyai Dahlan sebagai “washilah” (alat,

instrumen) untuk mewujudkan cita-cita Islam.

Memformat gerakan Islam melalui organisasi dalam konteks kelahiran Muhammadiyah,

juga bukan semata-mata teknis tetapi juga didasarkan pada rujukan keagamaan yang selama ini

melekat dalam alam pikiran para ulama mengenai qaidah “mâ lâ yatimm al-wâjib illâ bihi fa

huwâ wâjib”, bahwa jika suatu urusan tidak akan sempurna manakala tanpa alat, maka alat itu

menjadi wajib adanya. Lebih mendasar lagi, kelahiran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam

melalui sistem organisasi, juga memperoleh rujukan teologis sebagaimana tercermin dalam

pemaknaan/penafsiran Surat Ali Imran ayat ke-104, yang memerintahkan adanya “sekelompok

orang untuk mengajak kepada Islam, menyuruh pada yang ma‘ruf, dan mencegah dari yang

Page 8: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

munkar”. Ayat Al-Qur‘an tersebut di kemudian hari bahkan dikenal sebagai ”ayat”

Muhammadiyah.

Muhammadiyah dengan inspirasi Al-Qur‘an Surat Ali Imran 104 tersebut ingin

menghadirkan Islam bukan sekadar sebagai ajaran “transendensi” yang mengajak pada kesadaran

iman dalam bingkai tauhid semata. Bukan sekadar Islam yang murni, tetapi tidak hirau terhadap

kehidup. Apalagi Islam yang murni itu sekadar dipahami secara parsial. Namun, lebih jauh lagi

Islam ditampilkan sebagai kekuatan dinamis untuk transformasi sosial dalam dunia nyata

kemanusiaan melalui gerakan “humanisasi” (mengajak pada serba kebaikan) dan “emanisipasi”

atau “liberasi” (pembebasan dari segala kemunkaran), sehingga Islam diaktualisasikan sebagai

agama langit yang membumi, yang menandai terbitnya fajar baru Reformisme atau Modernisme

Islam di Indonesia.

B. Muhammadiyah Sumatera Utara

1. Sejarah Muhammadiyah Sumatera Utara

Pada tahun 1953, struktur Pemerintah RI membentuk RI membentuk Provinsi Sumatera

Utara, terdiri dari daerah Tapanuli, Sumatera Timur dan Aceh, maka Muhammadiyah

menyesuaikan diri dengan struktur pemerintahan tersebut. Sehingga PP Muhammadiyah

mengamanahkan kepada HM Bustami Ibrahim, H. Affan dan A. Abdullah Manaf, sebagai

Koordinator pimpinan Muhammadiyah Wilayah Sumatera Utara.1 Sedangkan ketua

Muhammadiyah Sumatera Timur diamanahkan kepada Bachtiar Yunus yang dijabatnya sampai

tahun 1955.

Untuk periode 1956-1959, dalam pemilihan pimpinan terpilih Abdul Mu'thi, tetapi karena

1 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 dari Emperium Sampai

Emperialisme, (Jakarta : Gramedia, 1987), hlm. 347

Page 9: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

pergolakan politik (peristiwa Nainggolan), periode tidak sempat sampai selesai perubahan

struktur organisasi dimana setiap kabupaten/kodya menjadi daerah.

Hal ini dikukuhkan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-34 tahun 1959 di Yogyakarta,

bahwa perwakilan pimpinan pusat di provinsi menjadi pimpinan Wilayah yang tugasnya tetap

mengkoordinir keresidenan (gaya lama) dan lebih rinci pada muktamar Muhammadiyah ke-36

tahun 1965 di Bandung, menetapkan struktur organisasi Muhammadiyah dengan mempedomani

daerah administrasi pemerintahan RI dengan susunan sebagai berikut:

a. Cabang merupakan satuan anggota yang terbagi atas ranting-ranting.

b. Daerah ialah satuan cabang dalam daerah tingkat II (Kabupaten/Kodya),

c. Wilayah yaitu satuan daerah dalam Pemda Tingkat I.

Berdasarkan itulah Muhammadiyah Melikuidasi istilah konsul Muhammadiyah diganti

dengan Pimpinan Muhammadiyah Wilayah dan Daerah untuk tingkat I dan II.

Menurut HM Nur Rizali SH dalam Serasehan Sehari, sejarah Muhammmadiyah

Sumatera Utara tanggal 22 Juli 1990 di Kampus I UMSU menjelaskan khusus di daerah tingkat

II Kodya Medan pernah dibentuk struktur pimpinan dengan nama Badan Koordinasi Pimpinan

Muhammadiyah daerah Tingkat II Medan (BKPM) yang diketuai oleh Kapten Mukhtar Kamal.

Namun katanya dipenghujung tahun 1967 di Musda pertama Kodya Medan, istilah

BKPM diatas diganti dengan struktur Pimpinan Muhammadiyah Daerah Kodya Medan terpilih

ketua lama, sehingga susunan pimpinan selengkapnya menjadi

Ketua Mukthar Kamal, Wakil Ketua I Lukman St. Sati, Wakil Ketua II Harris Muda

Nasution, Wakil Ketua III Usman Yakub Siregar, Sekretaris Dasyaruddin Ajus, Wakil Sekretaris

I M. Nur Rizali SH, Bendahara H. Monang Samosir, Anggota-anggota Bachtiar Ibrahim, Syafii

Khatib dan Darwisah Mukhtar.

Page 10: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

Kemudian pada tanggal 21 s/d 23 April 1967 diadakan pula Musyawarah Wilayah-

I Muhammadiyah Sumatera Utara, di Jalan Sempurna 66 Cabang Muhammadiyah Teladan

Medan. Dalam Muswil I ini sepakat menetapkan struktur organisasi tingkat wilayah dengan

sebutan Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Sumatera Utara dan kepemimpinan dipercayakan

kepada ND. Pane ( Nashruddin Daud Pane ) ia merupakan tokoh pertama menjadi Ketua

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara, yang dilengkapi Wakil Ketua I Bapak A.2

Mu'thi SH, dan Wakil Ketua II Moenir Naamin SH, dan Wakil Ketua III, Mukhtar

Kamal serta Sekretaris pertamanya Bapak Usman Yakub Siregar. Dengan Peta da'wah

Muhammadiyah terdiri dari bekas keresidenan Tapanuli dan Sumatera Timur meliputi 17

Kabupaten, periode ini sampai tahun 1968 Muswil II di Belawan.

Muswil ke-2 Muhammdiyah Sumatera Utara di Belawan ini beralangsung sejak tanggal

20-22 Nopember1968-1971, dan berhasil merumuskan program keda, dan melahirkan personalia

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara Periode 1968-1971 sebagai berikut :

Penasehat HM. Bustami Ibrahim, Ketua H. ND Pane, Wakil Ketua I Moenir Naamin, SH, Wakil

Ketua II Abdullah, Wakil Ketua III Drs. HM. Yamin Lubis, Sekretaris Ishaq Djar, Wakil

Sekretaris Amiruddin Rasyid, Bendahara Macshan Pasaribu, Wakil Bendahara A Kusni Surya.

Menurut HM. Nur Rizali, SH bahwa organisasi Muhammadiyah tingkat Pimpinan

Wilayah (PW) Sumatera Utara pada awal periode ini sudah eksis, seperti PW. Aisyiyah diketuai

Rasyimah Ilyas, PW. Nasyiatul Aisyiyah, diketuai Juliana Naini, BA. PW. Pemuda

Muhammadiyah diketuai oleh OK Kamil Hisyan/M. Rasul Harahap dan Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah yang diketuai A Nur Rizali/M. Nawir, BA. PW.3 Ikatan Pelajar Muhammadiyah

2 Heather Sutherland, Terbentuknya Sebuah Elit Birokrasi, (Jakarta : Sinar Harapan, 1983), hlm. 97

3 Ibid, hlm.43

Page 11: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

diketuai saudara Arkadius Rasyid, Ikatan Karyawan Muhammadiyah diketuai oleh S. By

Tanjung dan Petisi diketuai Harris Muda Nasution.4

Kualitas assabiqul awwalun diatas, berhasil melakukan pembinaan daerah sepanjang

periode 1968-1971 sudah terbentuk 12 Pimpinan Daerah yaitu :

1. Kota Medan : TA Lathief Rousydi Kaliman Sunar

2. Kabupaten Langkat : Bachtiar Hasan

3. Kabupaten Deli Serdang : Hasan Basri

4. Kabupaten Karo : Syamsuddin Tanjung

5. Kabupaten Dairi : M. Nuh Rahim

6. Kabupaten Tebing Tinggi : A.R. St. Tamenggung

7. Kab. Asahan/Tanjung Balai : A.H. Syahlan

8. Kab. Simalungun/P. Siantar : St. B. Kasim

9. Tapanuli Tengah : Kadiruddin

10. Tapanuli Selatan : Yahya Siregar

11. Labuhan Batu : A. Manan Malik

12. Nias : A.R. Khatib Basa

Dalam Periode 1968-1971 PMW Surnatera Utara telah pula dilaksanakan musyawarah

wilayah tahunan tanggal 21-23 Pebruari 1970 di Padang Sidempuan. Dengan beberapa rangkaian

kegiatan, antara lain: Sidang Lajnah, Tarjih Muhanunadiyah.

Sesuai Muktamar Muhammdiyah yang ke-38 tahun 1971 di Ujung Pandang, maka

Muhammadiyah Sumatera Utara melaksanakan Musyawarah Wilayah ke-3, tanggal 25-27

Desember 1971 bertempat di Kompleks Muhammadiyah Daerah Binjai. Pada Musyawarah

4 Snouck Hurgronje, Islam di Hindia Belanda (Jakart a: Bharataa, 1983), hlm. 32-46

Page 12: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

Muhammadiyah ke-3 ini dipandang lebih semarak dibandingkan dengan Musyawarah Wilayah

sebelumnya. Seremonial pembukaan dipusatkan di gedung bioskop Ria Binjai yang dihadiri oleh

para pejabat tingkat I Sumatera Utara dan Tingkat II Binjai/Langkat. Dari PP Muhammadiyah

hadir Drs. A Djasman Alkindi. 5Dengan jumlah peserta yang hadir sebanyak 144 orang, dari

utusan daerah dan cabang-cabang Muhammadiyah se Sumatera Utara.6

Musyawarah Wilayah ke-3 ini berhasil memilih pimpinan Muhammadiyah Sumatera

Utara periode 1971-1974 dengan susunan sebagai berikut :

Penasehat Ahli HM. Bustami Ibrahim, Ketua N. D. Pane, Wakil Ketua I T.A. Latief Rousydy,

Wakil Ketua II Drs. M. Yamin Lubis, Wakil Ketua III M. Nuh Harahap, Sekretaris Ishaq Djar,

Wakil Sekretaris Rush Saleh, Wakil Sekretaris II Mukhtar Abdullah, Bendahara Abdullah,

Anggota Rasyimah Ilyas, Dra. Nurlaili, Chairuman Pasaribu.

Anggota pimpinan yang mengetuai majlis:

1. Majlis Tarjih : Masyur Luthan

2. Majlis Pendidikan : M. Nur Rizali SH

3. Majlis Hikmah : Harris Muda Nasution

4. Majlis PKU : M. Rasul Harahap

5. Majlis Ekonomi : H. Jamangarap Simanjuntak

6. Majlis Pemb. Karyawan : Kasim Mizan

7. Majlis Wakaf : Kalimin Sunar

8. Majlis Tabliqh : T.A Latief Rousdy

9. Majlis PAM Muhammadiyah : M. Nuh Harahap

5 PP Muhammadiyah, Sejarah Muhammadiyah, (Yogyakarta : Majelis Pustaka, 1995), hlm. 2

6 Ibid, hlm. 3

Page 13: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

Pelaksanaan Musyawarah daerah Muhammadiyah dilingkungan Sumatera Utara, telah

mengalami pergantian pimpinan dan telah memiliki 93 cabang (1971-1974). Dan tercatat sebagai

ketua masing-masing daerah antara lain:

1. Medan : Kalimin Sunar

2. Langkat : Bachtiar Hasan

3. Deli Serdang : Hasan Basri

4. Karo : Syamsuddin Tanjung

5. Dairi : A.S. Berutu

6. Tebing Tinggi : A.R. St. Tamenggung

7. Asahan/Tanjung Balai : A.H. SyWan

8. Simalungun/P. Siantar : ST. B. Kasim

9. Labuhan Batu : A. Adian Manaf

10. Tap. Tengah/Sibolga : Nawawi Habeyahan

11. Tapanuli Selatan : Yahya Siregar

12. Nias : Kasirn Zaitun

Pembinaaan secara terus menerus baik secara kelembagaan maupun secara individu,

maka menjadikan Muhammadiyah berkembang secara dinamis, sehingga diadakan musyawarah

tahunan tanggal 27-29 Mei 1973 di Barus Tapanuli Tengah. Di samping Muswil juga

dilaksanakan Sidang Tarjih Muhaammadiyah tanggal 21-26 Mei 1973, dengan fokus

pembahasan ibadah dan hukum Islam lainnya, yaitu bilangan takbir pada Idul Fitri dan Idul Adha

(7 dan 5) adalah sunnah Rasullallah saw, sedangkan warga Muhammadiyah baru selama ini

Page 14: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

memandang takbir 7 dan 5 tersebut dipandang Bid'ah, puasa ramadhan bagi wanita hamil dan

menyusukan bayi, iddah bagi perempuan kematian suami dan nikah bagi wanita hamil akibat

zina. Keputusan Tarjih Muhammadiyah di Barus, menetapkan bahwa nikah hamil akibat zina

hukumnya fasid (batal) dan keduanya wajib dipisahkan.

Sementara itu muktamar ke-39 di Padang Sumatera Barat, berlangsung dengan tertib dan

lancar pada tanggal 17-22 januari 1975. Biasanya usai muktamar dilanjutkan dengan

musyawarah wilayah se Indonesia. Waktu itu digelar Muswil ke-4 Muhammadiyah tanggal 25-

27 April 1975 di Pematang Siantar.

Fungsi musyawarah disamping evaluasi program kerja 1971-1974 jugs menetapkan

program kerja tiga tahun kedepan dan memilih pimpinan, maka peserta musyawarah Muswil ke-

4 ini telah berhasil memilih pimpinan wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara periode 1974-

1978, dengan susunan sebagai berikut ini : Ketua ND Pane, Wakil Ketua I TA Lathief Rousydiy,

Wakil ketua II HM Nuh Harahap, Wakil ketua III Moenir Namin SH, Wakil ketua IV Ishaq Djar,

Sekretaris Drs. M. Yusuf Pohan, Wakil Sekretaris Mukhtar Abdullah, Wakil Sekretaris II:

Chairuman Pasaribu, Anggota-anggota :Anwar Effendi, Rasimah Ilyas dan Yusni A.R. Sedang

ketua-ketua Majlis tingkat wilayah Sumatera Utara: Majlis Tarjih Mansyur Luthan, Majlis

Pendidikan M. Nur Rizali, SH, Majlis Tabligh Bachtiar Ibrahim, Majlis Ekonomi Drs.

Zaharuddin Denai, Maj. Pemb. Karyawan Kasim. Mizan, Majlis Pustaka Sabir Syamsu, Majlis

wakaf dan kehartabendan Rush Saleh, Majlis Pemb. Kesejahteraan Ummat: Ishaq Djar, Majlis

Pemb. Angkatan Muda Muhammadiyah : HM Nuh Harahap untuk pelaksaan program kerja,

maka pembinaan masyarakat terutama diarahkan pada pembinaan dakwah jamaah dan inti

jamaah guna mewujudkan keluarga sakinah. Muhammadiyah, peningkatan mutu pimpinan dan

anggota Muhammadiyah, angkatan muda Muhammadiyah.

Page 15: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

Diujung periodesasi ini diupayakan suatu gagasan untuk menjual tanah Muhammadiyah

di Jl. Sutrisno No. 55 Medan, agar tanah dan gedung SMA Muhammadiyah tersebut lebih

berhasil guna. Karena dimaksud merupakan wakaf seorang muslim, maka terdapat perbedaan

pendapat dalam menjual tanah itu, cukup lama baru dapat diwujudkan setelah permasalahannya

diambil ahli oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dijual dan dipindahkan ke lokasi baru di

Utama 276-A Medan.

Periode 1978-1985 disebut juga periode terpanjang, karena usia periodesasi kali ini

melampaui ketentuan AD dan ART Muhammadiyah. Hal ini disebabkan beberapa faktor:

1. Belum rampungnya Undang-undang tentang organisasi kemasyarakatan sebagaimana

diamanahkan Tap MPR dalam GBHN 1983, dan pada tanggal 23 Juni 1984 baru pemerintah

mengajukan 5 rancangan Undang-undang kepada DPR RI, termasuk didalamnya RUU

keormasan.

2. Rentang waktu 1978-1985 terjadi perkembangan politik dan sosial kemasyarakatan, sehinga

ormas termasuk ormas islam agak enggan untuk melakukan secara berkeliber nasional.

Kemudian, Muktamar Muhammadiyah ke-40 tanggal 28-30 Juni 1987 di Surabaya, awal

dinamika Muhammadiyah menyahuti kebutuhan sosial, sehingga tumbuh kegairahan

berorganisasi kembali. Bagi Muhammadiyah Sumatera Utara dilaksanakan musyawarah wilayah

ke-5 Muhammadiyah Sumatera Utara pada tanggal 29-31Desember 1978 di Kompeleks

Muhammadiyah Cabang Medan, Jl. Demak No.3 Medan. Pada Muswil ke-5 berhasil

merumuskan program kerja dan evaluasi, kenapa Muhammadiyah mengalami masa stgnasi yang

cukup panjang serta mampu melahirkan personalia Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Sumut

Periode 1978-1985 sebagai berikut : Ketua ND Pane, Wakil Ketua I TA. Lhatief Rousydy, Wakil

Ketua II HM Nuh Harahap, Wakil Ketua III Mansyur Luthan, Wakil Ketua IV Ishaq Djar,

Page 16: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

Sekretaris Kasim Mizan, Wakil Sekretaris I A. Kadir Muhammad, Wakil Sekretaris II A. Rivai

Hasan, Bendahara, Drs. Zaharuddin Denay, Wakil Bendahara Bachtiar Ibrahim. Anggota-

anggota pimpinan Drs. Agus Salim Siregar, Kalimin, Sunar , HM Arbie, Yahya Siregar, Rush

Saleh, Arkadius Rasyid, Drs. Alfian Arbie, Dra.Kamarisah Tahar dan Mariana, S.

Selanjutnya pada musyawarah Wilayah ke-6 di Kisaran, tanaggal 27-30 Maret 1986 telah

berhasil menetapkan program kerja disepakati terpilih Pimpinan Wilayah Muhammadiyah

Sumatera Utar a periode 1985-1990 sebagai berikut: Ketua ND Pane

Wakil Ketua I TA Lathief Rousydiy, Wakil Ketua II H Bachtiar Ibrahim, Wakil Ketua

III, M. Nuh Harahap, Wakil Ketua IV Drs. Mukhtar Abdullah, Sekretaris Drs. M. Yamin Lubis,

Wakil Sekretaris I Yunus Hannis, BA, Wakil Sekretaris II Drs. Chairuman Pasaribu, Bendahara :

Drs. Ahmad Purba (meninggal dunia) dan diganti Drs. Sidhi Mukhlis (tetapi karna kesibukannya

di Pemko Medan, lalu mengundurkan diri, digantikan oleh dr. Dalmi Iskandar) dan wakil

bendahara diamanahkan kepada saudara Abdul Karim. Ketua-ketua Majlis Pimpinan Wilayah

Muhammadiyah Sumatera Utara periode 1985-1990 yaitu: Majlis pembinaan

kesejahteraan ummat: dr. OK Muhammad Kalim Hisyam, Majlis Tarjih Hamzah Meuraxa,

Majlis Tabligh Drs. Baniyamin Lubis, Majlis Pendidikan dan Kebudayaan Kasim Mizan, Majlis

Ekonomi dr. H. Dalmy Iskandar, Majlis Wakaf dan kehartabendaan Drs. Firdaus Naly, Majlis

Pustaka, Zamry Musy, Majlis Pembinaan Karyawan A. Kadir Muhammad, Badan Pendidikan

Kader Kalimin Sunar, Biro Hikmah TA Lathief Rousydiy, Badan Pembinaan Angkatan Muda

Muhammadiyah : Drs. Mukhtar Abdullah.

Program kerja yang cukup strategis, antara lain, pembangunan Gedung

Dakwah/Perkantoran Muhammadiyah memasuki tahap lantai dua, dengan pimpronya

Page 17: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

diamanahkan kepada dr. Dalmi Iskandar, dibantu anggota lainnya terdiri dari Drs. Mukhtar

Abdullah dan Drs. Chairuman Pasaribu.

Dalam menghadapi pemili 1987 Muhammadiyah memagari diri dengan:

1) Baik pemimpin, Majlis dan Ortom tidak diperkenankan melakukan kampanye.

2) Gedung milik Muhammadiyah dan halamannya tidak diperkenankan untuk tempat

kampanye.

3) Bahwa Muhammadiyah tidak mempunyai hubungan organisator dan tidak berafliasi dari

suatu partai politik apapun.

4) Menghimbau seluruh anggota Muhammadiyah untuk mensukseskan Pemilu 1987 dengan

menggunakan hak pilihnya sesuai dengan asasi masing-masing.

5) Menonaktifkan anggota pimpinan Muhammadiyah yang menjadi Caleg pemilu 1987,

untuk Sumatera Utara terdapat di dua daerah (Tebing Tinggi dan Tapanuli Selatan).

Dalam menghadapi forum musyawarah level nasional telah ditetapkan anggota Tanwir

oleh anggota Muhammadiyah (lembaga musyawarah tertinggi dibawah Muktamar

Muhammadiyah), yang dipercayakan kepada : ND. Pane, TA. Latief Rousydy (karena wafat ,

digantikan oleh Bachtiar Ibrahim), Hamzah Meuraxa, dan Ruhum Harahap. Pada periode 1985-

1990 ini Muhammadiyah Sumatera Utara terdiri dari 13 daerah, 94 cabang, clan 364 ranting

Muhammadiyah.

Kepemimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara 1985-1990 berjalan kompak,

konsolidasi terlaksana memadai, sehingga kegairahan bermuhammadiyah tetap hidup dan

berkembang di Sumatera Utara. Dalam lima tahun ini terasa perkembangan Perguruan Tinggi

Muhammadiyah sangat pesat, seperti yang terdapat pada Universitas Muhammadiyah Sumatera

Page 18: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

Utara, (Rektor dr. Dalmi Iskandar, Drs. H. Chairuman Pasaribu, kini H. Bahdin Nur Tanjung,

SE,MM), Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan (Rektor Maraginda Harahap, Drs.

Mansur Suadi Siregar dan kini H. Bahdin Nur Tanjung, SE,MM). Demikian juga kemajuan

pondok pesantren antara lain Pesantren KHA Dahlan Sipirok, Darul Arqam Kerajaan

Simalungun dan Pesantren Kuala Madu Binjai. Hal ini merupakan lembaga pendidikan

Muhammadiyah melahirkan kader-kader penerus Muhammadiyah yang akan datang.

Tanpa terasa lima tahun sudah berlalu, kini berlangsung pula Musyawarah Wilayah ke-7

tanggal 24-27 syawal 1411 H / 9-12 Mei 1991 di Padang Sidempuan, yang dibuka secara resmi

oleh gubernur Sumatera Utara Raja Inal Siregar dan Bimbingan, pengarahan oleh Pimpinan

Pusat Muhammadiyah yang disampaikan oleh K.H Ahmad Azhar Basyir, MA dan pidato Ifitah

Ketua PWM Sumut Bapak ND Pane.

Dalam pemilihan pimpinan telah berhasil pula ditetapkan 12 orang personalia Pimpinan

Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara yaitu Drs. HM Yamin Lubis (175), Drs. H. Baniyamin

Lubis (174) H. ND Pane (159) Yunus Hanis (143) H. Bachtiar Ibrahim (128) Hamzah Meuraxa

(137) H. Ishaq Jar(131) dr. H. Dalmi Iskandar (128), Drs. H. Firdaus Naly (124) Drs. H.

Fachrurrozi Dalimunthe (123) Drs. H. Chairuman Pasaribu (118) Drs. h. Mukhtar Abdullah

(111) dan HM Nur Razali SH (104). Lalu ditetapkan 3 orang calon ketua yaitu ND Pane,

Bachtiar Ibrahim Dan HM Yamin Lubis, maka ditetapkan ketua PWM Sumatera Utara periode

1995-2000 adalah HM Yamin Lubis, sesuai dengan Surat Keputusan PP Muhammadiyah

No.A/2/SKW/07/91-95, sehingga susunan Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Sumatera Utara

periode 1990-1995 sebagai berikut :

Page 19: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

Ketua Drs. H.M. Yamin Lubis, Ketua I H. Bachtiar Ibrahim, Ketua II Drs. H Muchtar

Abdullah, Sekretaris Drs. I Drs. H. Firdaus Naly, bendahara Dr. H. Dalmi Iskandar, Wakil

Bendahara Yunus Hanis, BA.

Anggota Tajdid & Tabligh Drs. H. Baniyamin Lubis, Anggota Kabid Pendidikan dan

Kebudayaan Drs. H. Fachorrozi Dalimunthe, Anggota/Sosial Ekonomi H. Ishaq Jar, Anggota

kebijakan-kajian Hamzah Meuraxa, Anggota/Pembinaan Kader HM Nur Rizali, SH, Anggota

Pimpinan H. ND Pane.

Sesuai dengan tahapan kebijakan program Muhammadiyah baik jangka panjang maupun

jangka pendek, maka tahapan program periode 1990-1995, penekanannya pada pernantapan

kondisi gerakan, yaitu gerak juang dan cita-cita, Muhammadiyah sebagaimana telah dirintis dan

dijalani selama ini.

Pada periode ini Muhammadiyah telah menetapkan tujuan programnya yaitu terciptanya

gerak dan perkembangan Muhammadiyah yang makin kuat dan dinamis, baik kedalam maupun

keluar, dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Dengan demikian Muhammadiyah

Sumatera Utara 1990-1995 menetapkan tiga klasifikasi program yaitu: bidang konsolidasi

gerakan, bidang pengkajian dan pengembangan dan bidang dakwah, pendiidikan serta

pembinaan kesejahteraan ummat (lihat tahfiz hal.9). Dari pembidangan diatas, diharapkan

tercapai target antara lain :

1) Berfungsinya seluruh pimpinan persyarikatan beserta seluruh majlis,badan, lembaga serta

ortom Muhammadiyah tingkat wilayah sampai tingkat ranting, khususnya sesuai amanah

Muktamar Muhammadiyah ke-42 Yogyakarta.

2) Terdapat suatu kesamaan gerak pimpinan, terarah dan terkendali terutama level pimpinan

wilayah, dalam melaksanakan fungsi masing-masing secara efektif.

Page 20: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

3) Tercapai suatu koordinasi yang efektif, produktif dan harmonis pada seluruh amal usaha

Muhammadiyah di Sumatera Utara.

Lima tahun kemudian, dilangsungkan Musyawarah Wilayah ke-8 di Sibolga pada tanggal

29-31 Desember 1995, yang dibuka secara resmi Oleh Gubernur Sumatera Utara H. Raja Inal

Siregar, menurut Gubsu dalam sambutannya pada acara pembukaan, menyatakan bahwa banyak

putara-puteri Indonesia berasal dari anak didik Muhammadiyah. Katanya mereka banyak

memegang posisi penting atau pimpinan di berbagai lapangan kehidupan, baik meliter, sipil,

tokoh masyarakat dan ulama. Selanjutnya Gubsu menjelaskan, Muhammadiyah dengan

kemandiriannya telah menata warganya dengan disiplin, tertib dan dengan semangat persatuan

dan kesatuan. (Waspada No. 17994 tanggal 30-12-95).

Muswil ke-8 telah berhasil memilih 13 orang dari 38 calon pemimpin untuk menjadi

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara , periode 1995-2000 yaitu: Drs. H. Firdaus

Naly (223 Suaira), Drs. H. Chairuman Pasaribu (186). H. Bachtiar Ibrahim (184), Drs. H.

Baniyamin Lubis (184), Drs. HM Yamin Lubis (183), H. Ishaq Jar (178), Drs. H. Mukhtar

Abdullah (170), dr, H. Zulkarnain Tala DSOG (167), Dr. H. Ali Yakub Matondang, MA (163),

dr. H. Dalmi Iskandar (131) dan H Yunus Anis , BA (131) acara pemilihan pimpinan ini tampak

demokratis, karena masing-masing pemilih harus menulis 13 nama dari 38 orang calon tetap

(Waspada 31-12-95).

Sedangkan hasil rapat 13 pimpinan terpilih berhasil menetapkan 3 calon ketua PWM

Sumut 1995-2000 untuk ditetapkan PP. Muhammadiyah yaitu H. Bachtiar Ibrahim (10 suara)

Drs. HM Yamin Lubis (9 suara) dan Drs .H. Firdaus Naly (6 suara), akhirnya PP.

Page 21: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

Muhammadiyah menetapkan Drs. H. Firdaus Nali sebagai ketua Pimpinan Wilayah

Muhammadiyah Sumatera Utara periode 1995-2000 dan sekretaris dijabat H. Ishak Jar.

Kemudian di tengah perjalanan periodesasi, Bapak Drs. H. Firdaus Naly pindah tugas

sebagai Kakanwil Departemen Agama Provinsi Sumatera Barat, maka pada Muswil di Tebing

Tinggi, beliau mengundurkan diri dan digantikan oleh H.Bachtiar Ibrahim (sebelumnya sebagai

wakil ketua PWM Sumatera Utara), Muswil juga menambah dua orang unsur sekretaris yaitu

Drts. HM Natsir Isfa dan Drs. Nizar Idris.

Muswil ke-8 Sibolga selain merumuskan program kedua, memilih pimpinan juga telah

menyatakan sikap yang tertuang dalam. rekomendasi yaitu memuat 17 pernyataan sikap.

1) Muhammadiyah mengajak para pemimpin islam, ulama, mubaligh dan pemerintah untuk

lebih menunjukkan perhatian/partisipasi /bimbingan untuk meningkatkan kesejahteraan

ummat secara halal.

2) Menghimbau umat islam untuk bertanggung jawab aktif sesuai kemampuan masing-

masing untuk mengisi pembangunan daerah tertinggal (IDT) di Sumatera Utara.

3) Menghimbau umat Islam di Sumatera Utara agar waspada terhadap isu-isu SARA yang

dapat memecah belah intern agama dan antar umat beragama.

4) Menghimbau masyarakat agar menegakkan amar makruf nahi munkar menghadapi

kemaksiatan seperti diskotik, panti pijat, minuman keras, dan narkoba yang dapat

merusak generasi bangsa.

5) Muhammadiyah menghimbau pihak berwenang agar lebih meningkatkan pengawasan

terhadap penyimpangan-penyimpangan ditengah-tengah masyarakat.

6) Muhammadiyah menekankan kepada produsen harus membuat label halal yang di

pandang penting oleh umat islam, mengingat konsumen terbesar adalah umat Islam.

Page 22: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

7) Muhammadiyah menghimbau umat Islam agar dalam menghadapi kampanye Pemilu

1997 agar menghindarkan diri dari tindakan emosional yang menjurus kepada memecah

persatuan bangsa dan kesatuan umat Islam.

8) Muhammadiyah menghimbau pemerintah untuk menggalakkan parawisata di Sumatera

Utara salah satu sumber devisa negara.

9) Muhammadiyah dengan arif /bijaksana untuk mengimbangi nilai-nilai kepribadian

bangsa sehingga ticlak diracuni oleh budaya asing yang bersifat negatif dan deskruktif,

bila hal ini tercemari kita harus membayar mahal dalam upaya penyembuhannya.

10) Mengajak pemerintah dalam menggunakan media massa dan media elektronik untuk

memperbesar porsi acara, untuk membawa pesan-pesan Islam, sehingga memperkecil

tanyangan/berita berbau seks dan sadisme.

11) Muhammadiyah mengajak pemerintah untuk menyelesaikan kasus tanah, di samping

tetap berdiri diatas ketentuan hukum, pemerintah diharapkan senantiasa arif dan

bijaksana serta melindungi kepentingan rakyat kecil.

12) Muhammadiyah mendukung sepenuhnya upaya pemerintah menegakkan gerakan disiplin

nasional dengan menerapkannya dari pribadi masing-masing, pejabat dan tokoh

masyarakat dengan memberikan contoh pelaksanaannya.

13) Muhammadiyah menghimbau orang tua agar lebih mengintensifkan pengawasan dan

pengendalian putra-putrinya dari bahaya narkoba.

14) Muhammadiyah mengajak para pengusaha/idustri/pembantu rumah tangga untuk

menggunakan tenaga kerja mereka seefektif mungkin dengan menyediakan sarana dan

prasarana ibadah tanpa mengurangi produktifitas perusahaan serta memberlakukannya

secara manusiawi.

Page 23: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

15) Muhammadiyah menghimbau dalam pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, terutama

tenaga kerja wanita mengharapkan kepada pihak berwenang untuk memberikan

perlindungan hukum dan bertindak tegas terhadap mereka yang menyalahgunakannya

dan menyengsarakan orang lain.

16) Muhammadiyah menilai gagasan Gubsu (Raja Inal Siregar) tentang marsipature Hutana

Be merupakan gagasan yang sesuai dan cukup produktif yang dilaksanakan secara

terencana dan intensif, sehingga Muhammadiyah mengajak seluruh keluarganya untuk

ikut berperan aktif dalam mensukseskannya.

17) Mengajak seluruh intern Muhammadiyah, memperhatikan perguruan Muhammadiyah di

pedesaan atau di perkotaan agar memperhatikan dan melaksanakan tugas secara serius,

terutama perguruan tinggi, sehingga produk perguruan Muhammadiyah tersebut mampu

bertugas dengan baik , sekaligus sebagai da'i dimana mereka ditugaskan.

Sesuai keputusan Muktamar ke-43 Aceh, program Muhammadiyah diwarnai oleh lima

prinsip doktrin Muhammadiyah yang cukup luwes untuk menghadapi tantangan-tantangan

Muhammadiyah ke depan yaitu :

Pertama: Doktrin Tauhid, menjadikan seluruh anggota Muhammadiyah sangat waspada

terhadap segala bentuk dan semua manipestasi tahyul, bid'ah dan khufarat. Karena disamping

memahami tuhid teoritis (ilmi) juga secara terus-menerus diasah tauhid sosialnya, dalam rangka

menegakkan keadilan sosial.

Kedua: Doktrin ilmu, menjadikan seluruh anggota Muhammadiyah hidup layak memiliki

martabat, clan harga diri atas dasar iman dan ilmu serta mewujudkan amal saleh, sehingga

anggota Muhammadiyah tidak tertinggal dalam peradaban moderen. Muhammadiyah sudah

berbuat selama ini di bidang pendidikan, dalam arti ta'lim, tarbiyah dan ta'dib, maka

Page 24: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

sesungguhnya yang dilaksanakan Muhammadiyah selama ini sudah sesuai dengan tuntunan

ajaran Islam.

Ketiga: Amal saleh, menjadikan warga Muhammadiyah berorientasi pada pelaksanaan

program kerja dengan sebaik-baiknya. Sehingga kita bergembira hati melaksanakan amal saleh.

Sebab sebelum Muhammadiyah didirikan, umat islam Indonesia melaksanakan amal saleh secara

sporadis, terserak-serak, berdasarkan inisiatif individu semata-mata. Sedangkan Muhammadiyah

sudah dapat menggelar amal salehnya secara kolektif, yang merupakan karya monumental yang

didasari iman mewarnai amal saleh orang Muhammadiyah.

Keempat: Kerjasama yang didasari ketaqwaan, dan menolak dalam berbuat dosa dan

permusuhan dengan siapapun. Kerjasama Muhammadiyah dengan pemerintah yang sepanjang

sejarahnya bersifat kritis-korektif dan tidak pernah mengambil sikap konfradiktif-konfrontatif.

Kelima: Menjauhi Politik Praktis, sikap ini memagari Muhammadiyah dari institusi

politik yang dapat merusak kesinambungan kehidupan Muhammadiyah. Dalam hal ini, bukanlah

Muhammadiyah buta politik, akan tetapi jati diri Muhammadiyah tidak melibatkan diri dalam

persatuan politik praktis, yang sering kali menimbulkan konflik dan pertikaian.

Tanpa terasa lima tahun dijalani dengan kelebihan dan kekurangannya, maka

Muhammadiyah Sumatera Utara melaksanakan Muswil ke-9 di Binjai tanggal 20-22 Syakban

1421 H / 17-19 November 2000. Pada acara seremonial pembukaannya di Gedung Olahraga

Binjai, dihadiri oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Dr. Ahmat Watik Pratiknya) sekaligus

memberikan ceramah dengan judul Kebijakan Stategis Program Muhammadiyah periode 2002-

2005. Menurut Watik bahwa Missi Muhammadiyah adalah:

Page 25: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

Menegaskan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang dibawa

oleh Rasulullah yang disyari'ahkan sejak Nabi Nuh alaihissalam sampai Nabi Muhammad swa.

1. Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam

untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan kehidupan yang bersifat duniawi.

2. Menyebarluaskan ajaran yang bersumber pada Alquran, sebagai kitab Allah yang terakhir

untuk ummat manusia dan Sunnah Rasul.

3. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

Dengan demikian, Muhammadiyah memiliki komitmen yang tinggi untuk senantiasa

istikomah menegakkan keyakinan tauhid, meresponi perubahan sosial yang sangat cepat,

sehingga islam menyebar luas keseluruh lini kehidupan masyarakat , dengan menggunakan

langkah-langkah strategis. Oleh Watik Praktiknya dijelaskan bahwa ada depan langkah strategis

program Muhammadiyah periode 2000-2005 yaitu:

1) Aktualisasi spriritual dan gerakan tajdid.

2) Revitalisasi keunggulan amal usaha Muhammadiyah dan kemampuan bersaing.

3) Dinamisasi dan fungsi keteladanan Pimpinan Muhammadiyah.

4) Dinamisasi peranan Muhammadiyah dalam masyarakat.

5) Peningkatan pemberdayaan ukhuwah Islamiyah.

6) Optimalisasi Kinerja dan Jaringan serta fungsi Organisasi Muhammadiyah.

7) Peningkatan kualitas kader.

8) Peningkatan aktivitas pemberdayaan Ranting Muhammadiyah.

Page 26: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

Hal itu harus sejalan dengan visi Muhammadiyah, sesuai keputusan Muktamar Muhammadiyah

ke-44 Jakarta, yakni Muhammadiyah adalah gerakan Islam, bersumber pada Alquran dan

Sunnah, sesuai watak tajdidnya mengajakl masyarakat untuk stikomah dan aktif berdakwah

Islam amar makruf nahi munkar, sehingga berfungsi sebagai Rahmatan tilalamin menuju

masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sedangkan tujuan program Muhammadiyah tiada lain

adalah untuk terciptanya kualitas dan keunggulan Sumber Daya Manusia dalam pemberdayaan

ummat Islam, menuju masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

2. Struktur Organisasi Muhammadiyah Sumatera Utara

Berdasarkan surat keputusan pimpinan wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara Nomor :

32/KEP/II.0/D/2015 tentang susunan pimpinan wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara Periode

2015-2020 sebagai berikut7 :

Ketua : Prof. Dr. H. Hasyimsyah Nasution, MA

Wakil Ketua : Drs. H. Ahmad Hosen Hutagalung, MA

Wakil Ketua : Prof. Dr. H. Nawir Yuslem, MA

Wakil Ketua : Ihsan Rambe, SE, M.Si

Wakil Ketua : Dr. Abdul Hakim Siagian, SH., M.Hum

Wakil Ketua : Drs. H. Ibrahim Sakty Batubara, MAP

Wakil Ketua : Dr. Muhammad Qorib

Wakil Ketua : Dr. H. Kamal Basri Siregar, M.Ked

Wakil Ketua : Prof. Dr. Ibrahim Gultom, M.Pd8

Sekretaris : Irwan Syahputra, MA

7 Kesekretariatan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara 2015-2020

8 Sumber Data: Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara “Profile Muhammadiyah Sumatera Utara”

Page 27: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

Wakil Sekretaris : Drs. Mutholib, MM

Bendahara : Dr. Agussani, MAP

Selain dari itu kekuatan yang dimiliki Muhammadiyah sebenarnya tidak terlepas dari berbagai

aspek kehidupan sosial budaya masyarakat. Struktur kepengurusan yang memadai di tiap

kabupaten kota merupakan modal berharga bagi Muhammadiyah untuk menggapai tujuannya,

hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2

Jumlah Cabang dan Ranting Muhammadiyah Sumatera Utara

No Daerah Jumlah Cabang Jumlah Ranting

1 Kota Medan 28 113

2 Kota Binjai 5 28

3 Kota Pematang Siantar 3 13

4 Kota Tebing Tinggi 4 13

5 Kabupaten Asahan 11 64

6 Kabupaten Tapanuli Tengah 9 30

7 Kota Sibolga 3 11

8 Kabupaten Tapanuli Selatan 14 84

9 Kabupaten Langkat 8 43

10 Kabupaten Deli Serdang 6 47

11 Kabupaten Labuhan Batu 8 40

12 Kabupaten Simalungun 5 22

13 Kabupaten Nias 2 18

Page 28: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

14 Kabupaten Karo 1 7

15 Kabupaten Dairi 1 4

16 Kabupaten Tapanuli Utara 4 10

17 Kota Tanjung Balai 4 4

18 Kabupaten Mandailing Natal 8 33

19 Kabupaten Serdang Bedagai 5 20

20 Kabupaten Pak-pak Barat - -

TOTAL 129 604

( Sumber : Kesekretariatan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara 2015-2020)

3. Visi dan Misi Muhammadiyah Sumatera Utara

Visi:

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al – Qur’an dan As –

Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif dalam

melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar di semua bidang dalam upaya

mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin menuju terciptanya / terwujudnya masyarakat

Islam yang sebenar – benarnya.9

Misi:

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar memiliki misi :

9Sumber Data: Visi Misi Muhammadiyah Sumatera Utara “Prrofile Muhammadiyah Sumatera Utara”

Page 29: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

1. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang

dibawa oleh para Rasul sejak Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad saw.

2. Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam

untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan – persoalan kehidupan.

3. Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al – Qur’an sebagai kitab Allah

terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.

4. Mewujudkan amalan – amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan

masyarakat.

4. Amal Usaha Muhammadiyah

Muhammadiyah Sumatera Utara dalam mewujudkan visi dan misi geraknya menempuh

langkah – langkah / usaha sebagai berikut :

1. Mempergiat dan memperdalam penyelidikan agama Islam untuk mendapatkan

kemurniannya dan kebenarannya.

2. Memperteguh iman, menggembirakan dan memperkuat ibadah serta mempertinggi

akhlak.

3. Memajukan dan inovasi dalam bidang pendidikan serta memperluas ilmu

pengetahuan, teknologi dan penelitian.

4. Mempergiat dan menggembirakan tabligh.

5. Menggemberikan dan membimbing masyarakat untuk membangun dan memelihara

tempat ibadah dan wakaf.

6. Meningkatkan harkat dan martabat kaum perempuan menurut tuntunan agama Islam.

Page 30: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

7. Membina dan menggerakkan angkatan muda sehingga menjadi kader

Muhammadiyah, kader agama dan kader bangsa.

8. Membimbing masyarakat ke arah perbaikan kehidupan dan penghidupan ekonomi

sesuai dengan ajaran Islam.

Dalam melaksanakan usaha-usaha Muhammadiyah ini, Pimpinan Muhammadiyah

Sumatera Utara di bantu oleh Majelis dan Lembaga yang bertindak sesuai fungsi dan kerjanya.

Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah yang berfungsi sebagai pengembangan mutu

pendidikan baik secara kuantitas maupun kualitas memiliki sarana dan prasarana pendidikan

yang cukup banyak sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3

Lembaga Pendidikan Amal Usaha

Muhammadiyah Sumatera Utara

No Daerah TPA TK SD SMP SMA SMEA STM MDA MIB MATS MAL PON

PES

PT

1 Kota Medan 43 42 28 16 4 4 1 48 0 2 0 0 1

2 Kota Binjai 5 4 5 2 1 1 0 10 0 2 2 1 0

3 Kota Pematang Siantar 1 2 3 1 0 1 0 3 1 0 0 0 0

4 Kota Tebing Tinggi 2 4 1 0 0 0 0 6 1 0 0 0 0

5 Kabupaten Asahan 1 11 12 6 1 2 0 9 6 3 3 0 2

6 Kabupaten Tapanuli Tengah 0 5 9 2 0 1 0 1 0 1 0 0 0

7 Kota Sibolga 2 4 2 1 1 1 0 2 1 1 0 0 1

8 Kabupaten Tapanuli Selatan 0 6 13 3 1 0 0 22 5 3 1 1 1

9 Kabupaten Langkat 6 4 4 4 3 0 0 12 0 1 1 0 0

10 Kabupaten Deli Serdang 1 4 4 3 1 0 0 9 2 5 2 0 0

1 Kabupaten Labuhan Batu 0 7 7 4 2 1 0 2 4 0 0 0 0

12 Kabupaten Simalungun 0 6 2 4 2 0 0 2 1 1 1 1 0

Page 31: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

13 Kabupaten Nias 0 5 2 1 0 0 0 0 3 0 1 0 0

14 Kabupaten Karo 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0

15 Kabupaten Dairi 0 1 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0

16 Kabupaten Tapanuli Utara 0 1 3 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0

17 Kota Tanjung Balai 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0

18 Kabupaten Mandailing Natal 0 4 7 3 1 0 0 0 2 5 2 0 0

19 Kabupaten Serdang Bedagai 0 2 2 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0

20 Kabupaten Pak-pak Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL 61 115 106 54 18 11 1 132 28 25 13 3 5

(Sumber : Kesekretariatan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara 2015-2020)

Sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang dakwah, Muhammadiyah juga

mendirikan Masjid dan Mushollah yang dikoordinir oleh majelis tabliq dan dakwah, lihat tabel

4. Masjid dan mushollah yang didirikan ini dipergunakan selain sebagai tempat sholat juga

dipergunakan sebagai tempat kegiatan-kegiatan Muhammadiyah lainnya seperti pengajian rutin

dan pelatihan-pelatihan lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan militansi anggota terhadap

organisasi.

Tabel 4

Rumah Ibadah Amal Usaha Muhammadiyah

Sumatera Utara

No Daerah Masjid Mushollah

1 Kota Medan 52 30

2 Kota Binjai 32 6

3 Kota Pematang Siantar 5 3

4 Kota Tebing Tinggi 6 4

Page 32: BAB III DESKRIPSI ORGANISASI MUHAMMADIYAH SUMATERA …repository.uinsu.ac.id/4561/5/BAB III.pdf · mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok

5 Kabupaten Asahan 55 4

6 Kabupaten Tapanuli Tengah 22 20

7 Kota Sibolga 3 1

8 Kabupaten Tapanuli Selatan 90 1

9 Kabupaten Langkat 30 8

10 Kabupaten Deli Serdang 34 6

11 Kabupaten Labuhan Batu 10 11

12 Kabupaten Simalungun 10 4

13 Kabupaten Nias 4 2

14 Kabupaten Karo 5 0

15 Kabupaten Dairi 5 1

16 Kabupaten Tapanuli Utara 0 0

17 Kota Tanjung Balai 1 2

18 Kabupaten Mandailing Natal 20 9

19 Kabupaten Serdang Bedagai 0 0

20 Kabupaten Pak-pak Barat 0 0

374 112

( Sumber : Kesekretariatan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara 2015-2020)

Muhammadiyah Sumatera Utara selain bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan

juga bergerak di bidang lainnya seperti bidang ekonomi seperti pembentukan koperasi, bidang

kesehatan melalui rumah bersalin, rumah sakit dan Klinik. Dalam bidang Hukum dan HAM

Muhammadiyah Sumatera Utara memiliki Biro Bantuan Hukum UMSU dan juga dalam bidang-

bidang lainnya yang langsung bersentuhan langsung terhadap anggota, simpatisan dan

masyarakat luas yang berada di Sumatera Utara.