bab iii data dan analisis iii.1 definisi · pdf file20 pada semua usia, anak melakukan...
TRANSCRIPT
19
BAB III
DATA DAN ANALISIS
III.1 Definisi Bermain
Bermain (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya
mungkin hilang. Arti yang paling tepat adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain
dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau
kewajiban (Brooks, J.B. and D.M. Elliot. Human Development, 1971:14).
Piaget menjelaskan bahwa “bermain terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar
untuk kesenangan fungsional”. Kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak
mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil
akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar (Bettelheim, B.Play and education. School
Review, 1972:81).
Bermain secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kategori, Aktif dan Pasif
(Hiburan). Bermain dapat dikategorikan sebagai berikut :
BERMAIN AKTIF
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan individu,
apakah dalam bentuk kesenangan berlari, atau membuat sesuatu dengan lilin
atau cat. Anak-anak kurang melakukan kegiatan bermain secara aktif ketika
mendekati masa remaja dan mempunyai tanggung jawab lebih besar di rumah
dan di sekolah serta kurang bertenaga karena pertumbuhan pesat dan
perubahan tubuh.
BERMAIN PASIF
Dalam bermain pasif atau hiburan, kesenangan diperoleh dari kegiatan orang
lain. Pemain menghabiskan sedikit energi. Anak yang menikmati temannya
bermain, memandang orang atau hewan di televise, menonton adegan lucu atau
membaca buku adalah bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi
kesenangannya hamper seimbang dengan anak yang menghabiskan sejumlah
besar tenaganya ditempat olah raga atau tempat bermain
20
Pada semua usia, anak melakukan permainan aktif dan pasif. Proporsi waktu
yang dicurahkan ke masing-masing jenis bermain itu tidak bergantung pada usia,
tetapi pada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh dari masing-masing
kategori. Meskipun umumnya permainan aktif lebih menonjol pada awal masa
kanak-kanak dan permainan hiburan ketika anak mendekati masa puber, namun
hal itu tidak selalu benar. Sebagai contoh, anak kecil mungkin lebih menyukai
menonton televisi ketimbang bermain aktif karena mereka belum belajar
permainan yang disukai teman sebayanya, dan akibatnya mereka tidak di terima
sebagai anggota kelompok teman sebaya (Neumann, E. A. The element of play.
New York : MSS information Corp, 1971:95).
Dengan bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra
tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang
ia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Dengan bermain, anak-
anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn)
kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi
kebutuhannya (need).
Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan
berinteraksi dengan orang lain akan berkembang. Bermain tentunya merupakan hal
yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Harus ada 5 (lima) unsur dalam suatu
kegiatan yang disebut bermain. Kelima unsur tersebut adalah (Hughes, Children, Play,
and Development, (1999:55):
1. Tujuan bermain adalah permainan itu sendiri dan si pelaku mendapat
kepuasan karena melakukannya (tanpa target), bukan untuk misalnya
mendapatkan uang.
2. Dipilih secara bebas. Permainan dipilih sendiri, dilakukan atas kehendak
sendiri dan tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa.
3. Menyenangkan dan dinikmati.
4. Ada unsur kayalan dalam kegiatannya.
5. Dilakukan secara aktif dan sadar. Di luar pendapat Hughes, ada ahli-ahli
yang mendefinisikan bermain sebagai apapun kegiatan anak yang dirasakan
olehnya menyenangkan dan dinikmati (pleasurable and enjoyable). Bermain
21
dapat menggunakan alat (mainan) ataupun tidak. Hanya sekedar berlari-lari
keliling di dalam ruangan, kalau kegiatan tersebut dirasakan menyenagkan oleh
anak, maka kegiatan itupun sudah dapat disebut bermain.
Bermain merupakan bagian yang sedemikian diterimanya dalam kehidupan anak
sekarang sehingga hanya sedikit orang yang ragu-ragu mempertimbangkan arti
pentingnya dalam perkembangan anak.
Betapa pentingnya pengaruh bermain telah dijelaskan Sutton-Smith Bermain bagi anak
terdiri atas empat mode dasar yang membuat kita mengetahui tentang dunia (Sutton-
Smith, Play and Learning ):
Meniru – Eksplorasi – Menguji – Membangun
Sepanjang masa kanak-kanak, bermain sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan
sosial anak. Pengaruh ini mungkin agak berbeda dari satu tingkat perkembangan ke
tingkat perkembangan lainnya. Sebagai contoh, bila anak memandang sangat penting
kesesuaian jenis kelamin, seperti yang terjadi pada usia (kelompok) di akhir masa
kanak-kanak, bermain mungkin merupakan bantuan yang utama untuk menciptakan
kesan bahwa mereka sesuai dengan jenis kelaminnya.
Pada usia yang lebih dini, ketika kesesuaian jenis kelamin masih sangat kurang
penting, bermain mungkin menimbulkan pengaruh terbesar dengan membantu mereka
mempelajari ketrampilan sosial, sesuatu yang sangat mereka hargai pada usia itu.
Terlepas dari penekanannya sekarang pada nilai sosialisasi dari bermain, terdapat
bukti bahwa bermain menimbulkan pengaruh lainnya bagi penyesuaian pribadi dan
sosial anak yang terlalu penting untuk diabaikan begitu saja.
III.1.2 Pengaruh Bermain Bagi Perkembangan Anak
Perkembangan Fisik
Bermain aktif penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih
seluruh bagian tubuhnya. Bermain juga berfungsi sebagai penyaluran tenaga
22
yang berlebihan yang bila terpendam terus akan membuat anak tegang,
gelisah, dan mudah tersinggung.
Dorongan Berkomunikasi
Agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar
berkomunikasi dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus
belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain.
Penyaluran bagi kebutuhan dan Keinginan
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain seringkali
dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu mencapai peran
pemimpin dalam kehidupan nyata mungkin akan memperoleh pemenuhan
keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara mainan
Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang
disebabkan oleh pembatasan lingkungan terhadap perilaku mereka.
Sumber Belajar
Bermain memberi kesempatan untuk mempelajari beberapa hal, melalui buku,
televisi, atau menjelajah lingkungan, yang tidak diperoleh anak dari belajar di
rumah atau sekolah
Standar Moral
Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja yang dianggap
baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral paling teguh
selain dalam kelompok
Rangsangan bagi kreativitas
Melalui eksperimentai dalam bermain, anak-anak menemukan bahwa
merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan.
Selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia
bermain
Perkembangan Wawasan Diri
Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan
temannya bermain. Ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan konsep
dirinya dengan lebih pasti dan nyata
Belajar Bermasyarakat
23
Dengan bermain bersama anak lain, mereka belajar membentuk hubungan
sosial dan menghadapi serta memecahkan masalah yang timbul.
Perkembangan Ciri Kepribadian
Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain, anak
belajar bekerjasama, murah hati, jujur, sportif dan disukai orang
III.1.3 Jenis Permainan
Pada dasarnya, semua jenis permainan mempunyai tujuan yang sama yaitu bermain
dengan menyenangkan. Yang membedakan adalah pengaruh atau efek dari jenis
permainan tersebut. Ada dua jenis permainan, yaitu: Permainan Aktif dan Permainan
Pasif. Permainan aktif dan pasif iini hendaknya dilakukan dengan seimbang.
- Kategori permainan aktif
Permainan olah raga (sport):
Bagi orang dewasa, olah raga bukan lagi menjadi sebuah permainan tetapi
sesuatu yang serius dan kompetitif. Namun bagi anak, olah raga bisa menjadi
satu permainan yang menyenangkan yang mengandung kesenangan, hiburan,
dan bermain, tetapi tidak juga terlepas dari unsur partisipatif dan keinginan
untuk unggul. Dalam permainan olah raga anak mengembangkan kemampuan
kinestetik dan pengembangan motivasi untuk menunjukkan keungulan dirinya
(penekanan bukan pada persaingan tapi pada kemampuan) memberi kekuatan
pada dirinya sendiri serta belajar mengembangkan diri setiap waktu.
Permainan perkelahian (body contact):
Jenis permainan ini termasuk permainan modern, tapi banyak orang tua
maupun guru memandangnya skeptik dan cemas, ini beralasan dari efek yang
mungkin serius. Permainan ini merupakan jenis permainan modifikasi yang
menuntut keseriusan anak untuk memenuhi kebutuhan akan kekuasaan.
Hal tersebut sehat dan positf bagi anak, berguna untuk menguji keunggulan
dan kekuatan di lingkungan sekitar. Jenis permainan ini adalah untuk menguji
kemampuan dan pemikiran anak dalam dunia nyata dengan segala akibatnya.
24
- Kategori permainan pasif
Permainan mekanis
Seiring perkembangan, jaman dan teknologi memberi pengaruh besar dalam
perkembangan jenis permainan untuk anak. Alat teknologi canggih seperti
komputer bukan lagi milik orang dewasa, tapi telah menjadi barang biasa buat
anak-anak.
Berbagai games atau permainan virtual telah tersedia di dalamnya (computer).
Bermain computer tidak sama dengan bermain bersama teman, anak bermain
sendiri dengan kesenangannya.
Sisi negatif
Sisi negatif permainan mekanis ini adalah kurangnya pembentukan sikap anak
untuk menerima dan memberi (take and give). Anak memegang kendali penuh
atas teman mainnya dan si teman mainnya akan melakukan apapun yang
diinginkan anak. Kendali penuh ini akan menimbulkan reaksi serius bila anak
menyalurkannya dalam pertemanan di lingkungan sosialnya.
Sisi positif
Namun, hal positif anak memiliki keterampilan komputer yang akan diperlukan
anak sebagai sarana hidupnya.
Permainan fantasi
Fantasi merupakan praktik permainan yang khusus dilakukan sendiri. Anak dapat
membentuk dunia sesuai dengan keinginannya (imajinasi). Sebaiknya, orang tua tidak
memaksa anak untuk selalu bermain dengan teman-temannya karena akan
menciptakan kesan bahwa bermain sendiri itu salah. Permainan fantasi selain proses
kreatif mengembangkan kemampuan sisi otak kanan, juga untuk pembentukan
kecerdasan interpersonal (Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences,
Howard Gardner )
25
III.1.4 Bermain cara efektif untuk belajar
Padahal, jika semua orangtua tahu dan menyadari bahwa aktivitas gerak dan suara
anak (bisa disebut bermain) adalah cara yang paling efektif untuk anak belajar
sesuatu. Sebab, bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak.
Lewat permainan, anak akan mengalami rasa bahagia. Dengan perasaan suka cita
itulah syaraf/neuron di otak anak dengan cepat saling berkoneksi untuk membentuk
satu memori baru. Itulah sebabnya mengapa anak-anak dengan mudah belajar sesuatu
melalui permainan.
Belajar dari permainan (Learning by playing)
Permainan seharusnya memiliki nilai seimbang dengan belajar. Anak dapat
belajar melalui permainan (learning by playing). Banyak hal yang dapat anak
pelajari dengan permainan, keimbangan antara motorik halus dan motorik
kasar sangat memengaruhi perkembangan psikologi anak.
Permainan juga akan memberi kesempatan untuk belajar menghadapi situasi
kehidupan pribadi sekaligus belajar memecahkan masalah (Reamonn O
Donnchadha, The Confident Child, 2000:29).
Permainan mengembangkan otak kanan
Disamping itu tentu saja anak mempunyai kesempatan untuk menguji
kemampuan dirinya berhadapan dengan teman sebayanya dan mengembangkan
perasaan realistis akan dirinya. Bermain melalui permaianan memberi
kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan, kemampuan yang
mungkin kurang terasah di sekolah maupun di rumah.
Permainan mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi yang
menempatkan dirinya sebagai mahluk sosial. Anak mempelajari nilai
keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok. Ketika anak
memainkan peran baik atau jahat membuat anak kaya akan pengalaman
26
emosi, anak akan memahami perasaan yang terkait dari ketakutan dan
penolakan dari situasi yang dia hadapi.
Dengan kegiatan bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk mempraktikkan
rasa percayanya kepada orang lain dan kemampuan dalam bernegosiasi, memecahkan
masalah (problem solving) atau sekedar bergaul dengan orang sekitarnya.
III.1.5 Permainan Tradisional
Permainan tradisional sudah hampir terpinggirkan dan tergantikan dengan permainan
modern. Hal ini terjadi terutama di kota-kota besar. Sebaiknya ada upaya dari orang-
orang tua/dewasa yang pernah mengalami fase bermain permainan tradisional untuk
memperkenalkan dan melestarikan kembali permainan tradisional. Sebab, permainan-
permainan tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa, fisik, dan
mental anak.
- Pengaruh dan manfaat permainan tradisional terhadap perkembangan jiwa anak
Anak menjadi lebih kreatif
Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka
menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar
para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-
alat permainan.
Selain itu, permainan tradisioanal tidak memiliki aturan secara tertulis.
Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah umum digunakan,
ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di
sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan
aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka.
Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak
Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak,
tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi
untuk anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut.
27
Mengembangkan kecerdasan majemuk anak
o Mengembangkan kecerdasan intelektual anak
Permainan tradisional seperti permainan Gagarudaan dan Oray-Orayan
mampu membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan
intelektualnya. Sebab, permainan tersebut akan menggali wawasan anak
terhadap beragam pengetahuan.
o Mengembangkan kecerdasan emosi dan antar personal anak
Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara berkelompok.
Dengan berkelompok anak akan:
1. mengasah emosinya sehingga timbul toleransi dan empati
terhadap orang lain,
2. nyaman dan terbiasa dalam kelompok.
Beberapa permainan tradisional yang dilakukan secara berkelompok di
antaranya:
1. Bebentengan,
2. Anjang-Anjangan
3. Gatrik
o Mengembangkan kecerdasan logika anak
Beberapa permainan tradisional melatih anak untuk berhitung dan
menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya, misalnya:
1. Engklek
2. Congkak
3. Lompat tali/Spintrong
4. Bola bekel
5. Tebak-Tebakan
o Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak
Pada umumnya, permainan tradisional mendorong para pemainnya
untuk bergerak, seperti melompat, berlari, menari, berputar, dan
gerakan-gerakan lainnya. Contoh permainannya adalah:
28
1. Lompat tali
2. Sorodot Gaplok
3. Enggrang
o Mengembangkan kecerdasan natural anak
Banyak alat-alat permainan yang dibuat/digunakan dari tumbuhan,
tanah, genting, batu, atau pasir. Aktivitas tersebut mendekatkan anak
terhadap alam sekitarnya sehingga anak lebih menyatu terhadap alam.
Contoh permainannya adalah:
1. Anjang-Anjangan/dadagangan dengan membuat minyak dari
daun bunga sepatu, mie baso terbuat dari tumbuhan parasit
berwarna kuning yang bisanya tumbuh di tumbuhan anak nakal.
2. Mobil-mobilan terbuat dari kulit jeruk bali
3. Engrang terbuat dari bambu
4. Bola sodok menggunakan bambu
5. Agra/sepak takraw, bolanya terbuat dari rotan
o Mengembangkan kecerdasan spasial anak
Bermain peran dapat ditemukan dalam permainan tradisional Anjang-
Anjangan. Permainan itu mendorong anak untuk mengenal konsep ruang
dan berganti peran (teatrikal).
o Mengembangkan kecerdasan musikal anak
Nyanyian atau bunyi-bunyian sangat akrab pada permainan tradisional.
Permainan-permainan yang dilakukan sambil bernyanyi di antaranya:
1. Ucang-Ucang Angge
2. Calung
3. Berbalas Pantun
4. Wayang
5. Perepet Jengkol
6. Tetemute
7. Oray-Orayan
29
o Mengembangkan kecerdasan spiritual anak
1. Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang dan
kalah. Namun menang dan kalah ini tidak menjadikan para
pemainnya bertengkar atau minder. Bahkan ada kecenderungan,
anak yang sudah bisa melakukan permainan mengajarkan tidak
secara langsung kepada teman-temannya yang belum bisa.
2. Permainan tradisional dilakukan lintas usia, sehingga para
pemain yang usianya masih belia ada yang menjaganya, yaitu
para pemain yang lebih dewasa.
3. Para pemain yang belum bisa melakukan permainan dapat
belajar secara tidak langsung kepada para pemain yang sudah
bisa, walaupun usianya masih di bawahnya.
4. Permainan tradisional dapat dilakukan oleh para pemain dengan
multi jenjang usia dan tidak lekang oleh waktu.
5. Tidak ada yang paling unggul. Karena setiap orang memiliki
kelebihan masing-masing untuk setiap permainan yang berbeda.
Hal tersebut meminimalisir pemunculan ego di diri para
pemainnya/anak-anak.
III.1.6 Permainan Tradisional Sunda
Berdasarkan sifat permainan, maka permainan rakyat (folk games) dapat dibagi
menjadi 2 golongan besar yaitu permainan untuk bermain (play) yaitu bersifat
rekreasi, mengisi waktu senggang dan permainan untuk bertanding yaitu yang terikat
oleh sebuah aturan, beroriatasi pada menang dan kalah (game). Aturannya tidak
tertulis dan disepakati oleh semua anak, dan biasanya diikuti oleh sekelompok anak.
Di daerah sunda ada jenis kaulinan (permainan) dan cocooan ( mainan), permainan ada
yang sifatnya rekreasi dan ada yang bersifat bertanding begitu pula dengan cocooan
(mainan) yang sifatnya rekreasi , mengisi waktu luang dan ada mainan yang (game)
orientasi menang kalah. Mainan ada yang merupakan media yang dimainkan kembali
pada saat dewasa yang bersifat sakral digunakan pada saat upacara atau merupakan
30
benda yang digunakan dalam kehidupannya saat dewasa. Data permainan yang
termasuk game dan rekreasi:
Tabel III.1
Data permainan yang termasuk game dan rekreasi
no nama Rekreasi Menang kalah
Oray-orayan O
Tetenyekan-tutunyukan O
Patipung – tipun balung O
Anjang-anjangan O
Tetemute O
Hahayaman O
Paciwit-ciwit putri O
Pakaleng-kaleng agung O
Peupeusingan O
Ambil-ambilan O
Congklak O
Hong-hongan O
Ngadu muncang O
Huhuian O
Boy-boyan O
Encrak O
Tok tar O
Dodomaan O
lolodehan O
Galah burulu O
Pal-palan O
Kolontong O
Kobak O
Hahayaman jukut O
engkle O
Galah asin O
31
Ucing kalangkang O
Gatrik O
Ucing tiang O
Perepet jengkol O
Tuk-tuk brug tug-tug brak O
Jajamuran O
Paciwit-ciwit lutung O
Cingkup O
Keukeuyeupan O
Bubuyungan O
Simseu O
Bebentengan O
Patingtung O
Gobag O
Lais O
Ngadu ungkuy O
Ujungan O
balenan O
dampu O
Nanangkaan O
Kali-kali jahe O
Data mainan yang termasuk game dan rekreasi
no Nama rekreasi Menang kalah
Bebeletokan O
Suling O
Ketepel O
Anjang-anjangan O
Hing-hongan O
Encrak O
Panggal gasing O
Sasapian O
32
Angsretan O
Bedil sorolok O
Tok-tokan O
Celempung O
Karinding O
Jajangkungan O
kukudaan O
Sesengekan O
Kolom batok O
Kokoprak O
Empet-empetan O
Bangbara ngapung O
Ker-keran O
Sumpit O
Bedil jepret O
Rorodaan O
Gogolekan O
Keprak O
Ewod O
Kekerisan O
Simeut cudang O
Sisimeutan O
Posong O
Pamikatan O
Nok-nok O
Dog-dog O
Hatong O
Toleot O
Pancur rendang O
Hahayaman jukut O
Dodombaan O
Kakalungan O
33
Golek kembang O
Kolecer O
Sanari O
Dari berbagai permainan diatas, Permainan tradisional Sunda yang berorientasi
menang kalah dipilih 10 permainan, berikut 10 permainan tersebut :
1. Jajangkungan
Gambar III.1
Anak-anak bermain Jajangkungan
Sumber: Dok pribadi
Permainan ini dimainkan oleh 2 anak atau lebih. Permainan ini mengutamakan
kecekatan, kerja tim dan keseimbangan yang baik. Alat yang digunakan untuk
bermain adalah:
- Egrang: alat untuk berjalan yang dibuat dari kayu atau bambu dan biasanya
penggunanya akan bertambah tinggi sehingga memerlukan keseimbangan dalam
menggunakannya.
- Bola: bisa menggunakan bola plastik atau jika tidak ada maka bola bisa dibuat dari
kertas atau plastik bekas yang digulung dan dibuat menjadi bola.
Aturan permainan:
Pertama-tama pemain dibagi menjadi 2 tim atau regu. Lalu buatlah gawang untuk
masing-masing tim. Setelah aba-aba permainan dimulai maka anak-anak yang
34
menaiki egrang mulai menggiring bola memasuki gawang lawan. Tim yang
memasukkan bola terbanyak ke gawang lawan adalah pemenangnya.
2. Simseu
Gambar III.2
Anak-anak bermain Simseu
Sumber: Dok pribadi
Permainan ini dimainkan oleh 2 anak atau lebih. Permainan ini mengutamakan
ketangkasan gerakan dan kerja tim yang baik dalam melompati tali dan menyusun
gerakan serta ritme yang menarik. Alat yang digunakan untuk bermain adalah:
- Karet yang dirangkai menjadi satu sehingga membentuk tali.
Aturan permainan:
Pertama-tama tentukan 2 orang pemegang karet atau yang disebut penjaga dengan
cara hompimpah atau diundi. 2 orang pemain memegang karet di kedua ujungnya.
Karet dipegang secara kencang agar karet menegang. Setelah itu pemain yang lain
melompat dengan teknik melompat khusus secara bergantian. Pemain melompat
harus sesuai irama dan susunan gerakan yang benar. Apabila pemain tidak dapat
mengikuti ritme gerakan dan salah melakukan susunan gerakan maka ia lasut
(kalah) dan menggantikan penjaga untuk memegang karet. Ia akan kembali
bermain apabila sudah ada pemain lain yang kalah atau lasut.
35
3. Perepet Jengkol
Gambar III.3
Anak-anak bermain Perepet Jengkol
Sumber: Dok pribadi
Permainan ini dimainkan 6 anak atau lebih dengan kelipatan 3. Permainan ini
mengutamakan ketangkasan, keseimbangan dan kerja tim yang baik. Pada
permainan perepet jengkol ini tidak diperlukan alat untuk bermain.
Aturan permainan:
Pertama-tama bagi pemain menjadi beberapa tim. Setiap tim harus terdiri dari 3
orang anak. Lalu kaki dari 3 anak tersebut saling berkaitan sehingga membentuk
segitiga yang saling menopang. Setelah itu anak-anak langsung menyanyikan lagu
perepet jengkol dan bergerak berputar. Tim yang paling lama bertahan dan tidak
jatuh adalah pemenangnya.
36
4. Ucing Pegat
Gambar III.4
Anak-anak bermain Ucing Pegat
Sumber: Dok pribadi
Permainan ini dimainkan oleh 3 anak atau lebih. Permainan ucing pegat ini berarti
ucing bertugas menjaga garis dan menahan pemain lain agar tidak dapat melewati
garis. Permainan ini mengutamakan ketangkasan, kecekatan dan kewaspadaan.
Alat yang digunakan untuk bermain adalah:
- kapur atau arang untuk membuat garis pada lapangan
Aturan permainan:
Pertama-tama dipilih pemain yang bertugas menjadi ucing dengan cara diundi atau
hompimpah. Setelah itu ucing berdiri diatas garis yang telah dibuat dari kapur atau
arang dan ucing tidak boleh keluar dari garis. Pemain yang lain berusaha melewati
garis dari sisi yang satu ke seberang tanpa terkena tepukan ucing. Jika semua
pemain sudah berhasil melewati garis maka pemain kembali melewati garis menuju
ke sisi awal. Pemain yang terkena tepukan ucing maka kalah dan harus
menggantikan ucing menjaga garis.
37
5. Engkle ( Cakteu)
Gambar III.5
Anak-anak bermain Engkle (Cakteu)
Sumber: Dok pribadi
Permainan ini dimainkan oleh 2 anak atau lebih. Permainan engkle ini disebut juga
permainan cakteu( nincak henteu )yang berarti menginjak atau tidak. Permainan
ini adalah permainan meloncati arena yang digambari memakai kapur atau arang.
Permainan ini mengutamakan ketangkasan, keseimbangan dan kewaspadaan. Alat
yang digunakan untuk bermain adalah:
- kapur atau arang untuk membuat arena berbentuk persegi panjang yang memiliki 8
kotak didalamnya.
- Batu pipih atau genteng sebagai biji
Aturan Permainan :
Pertama-tama, pemain menentukan urutan dengan cara diundi ato hompimpa.
Setelah urutan didapat maka pemain melompat satu per satu kedalam kotak
dengan satu kaki ( engkle) sambil membawa biji. Setelah sampai kekotak nomor 8
biji yang berada di tangan dilemparkan ke udara kemudian di tangkap dengan satu
tangan. Biji yang jatuh di tengah jalan atau yang tidak berhasil ditangkap maka
harus mengulang dari kotak awal. Permainan engkle ini memiliki 5 babak. Babak
pertama disebut mi satu, pada babak ini pemain melompat dengan membawa biji
ditelapak tangan. Babak kedua, disebut mi dua, pada babak ini pemain membawa
biji di punggung tangan. Babak tiga, disebut mi tiga pada babak ini pemain
38
membawa biji pada lengan atas. Babak empat, disebut mi empat, pada babak ini
pemain membawa biji di atas kepala.
Babak kelima, disebut cakteu, pada babak ini pemain membawa biji yang
digenggam lalu pemain harus melewati kotak dengan mata terpejam, setiap
langkah yang dilakukan pemain akan berteriak “cak”(nincak atau menginjak) dan
pemain lain akan menjawab “teu” ( henteua atau tidak) jika pemain yang
melangkah tidak menginjak garis dan berkata “cak” apabila menginjak garis.
Setelah pemain berhasil melewati seluruh kotak, maka ia berhak memilih kotaknya
sendiri untuk diberi bintang dengan cara melempar biji dengan keadaan
membelakangi arena permainan. Kotak yang sudah diberi bintang tidak boleh
dilalui oleh pemain lainnya. permainan berakhir ketika seluruh kotak sudah diberi
bintang.
6. Ucing Kup
Gambar III.6
Anak-anak bermain Ucing Kup
Sumber: Dok pribadi
Permainan ini dimainkan oleh 3 anak atau lebih. Permainan ini mengutamakan
ketangkasan, kecekatan dan kewaspadaan. Pada permainan ucing kup ini tidak
diperlukan alat untuk bermain.
Aturan permainan:
39
Pertama-tama dipilih pemain yang bertugas menjadi ucing dengan cara diundi atau
hompimpah. Setelah itu ucing langsung berusaha menangkap pemain lain dengan
mengejarnya dan menepuknya. Pemain lain harus melindungi diri dari ucing dengan
berkata “kup” sambil menyilangkan tangan menutupi dada. Apabila pemain sudah
berkata kup maka ia kebal dari tepukan ucing. Namun pemain yang sudah kup
harus berdiri mematung dan tidak boleh terlihat giginya atau senyum. Pemain yang
sudah “kup” hanya bisa bergerak apabila sudah dibangunkan oleh pemain lain.
Cara membangunkannya adalah dengan menepuk pemain yang “kup” sambil
mengatakan “bangun”. Apabila ada pemain yang terkena tepukan ucing maka
pemain tersebut bertugas menjadi ucing. Dalam permainan ucing kup juga
terdapat istilah ucing jibeh, yaitu ucing hiji ucing kabeh (ucing satu, ucing semua).
Dalam peraturan ucing jibeh apabila ucing sudah menepuk pemain lain maka
pemain tersebut juga menjadi ucing membantu ucing yang pertama menepuknya
dan begitu seterusnya sampai pemain telah menjadi ucing semua.
7. Boy-boyan
Gambar III.7
Anak-anak bermain Boy-boyan
Sumber: Dok pribadi
Permainan ini dimainkan oleh 4 anak atau lebih. Permainan boy-boyan ini adalah
permainan beregu yang bertujuan untuk merebut menara genteng dari lawan.
40
Permainan ini mengutamakan ketangkasan, kecekatan dan kewaspadaan dan kerja
tim yang baik. Alat yang digunakan untuk bermain adalah:
- Batu pipih atau genteng sebanyak 12 buah sebagai pembentuk menara genteng.
- Bola ukuran sedang yang dibuat dari gulungan kertas dan plastik bekas.
Aturan permainan:
Pertama-tama para pemain membuat arena berupa lingkaran yang cukup besar dan
garis yang cukup jauh sebagai batas melempar bola. Setelah itu di dalam lingkaran
disusun menara dari genteng sebanyak 12 buah. Lalu pemain dibagi menjadi dua
tim dengan cara diundi atau hompimpa. Tim pertama yang bertugas melempar
maka para anggotanya melempar bola secara bergantian ke arah menara.
Sementara itu pemain dari tim lain mengelilingi lingkaran yang mengitari menara.
Ketika menara terkena lemparan bola maka tim yang menjaga menara bertugas
mengejar dan mengenai anggota tim yang melempar dengan bola. Sementara itu
tim yang melempar tadi bertugas menyusun kembali menara ke bentuk awal
sebelum anggota yang lain terkena lemparan bola. Apabila tim yang melempar
berhasil menyelesaikan menara sebelum terlempar bola maka tim tersebut
menang. Namun apabila sebelum menara terselesaikan dan anggota tim tersebut
sudah terkena lemparan bola maka tim yang melempar tadi akan kalah.
8. Bebentengan
Gambar III.8
Anak-anak bermain Bebentengan
Sumber: Dok pribadi
Permainan ini dimainkan oleh 4 anak atau lebih. Permainan Bebentengan ini adalah
permainan beregu yang bertujuan menjaga benteng sendiri dan merebut benteng
41
tim lawan. Permainan ini mengutamakan ketangkasan, kecekatan, strategi dan
kewaspadaan. Alat yang digunakan untuk bermain adalah:
- batu, genteng, daun, atau benda lain yang dapat diinjak untuk dipergunakan
sebagai benteng.
Aturan Permainan:
Pertama-tama membagi menjadi dua tim dengan cara diundi atau hompimpa.
Masing-masing tim menentukan benteng dengan memberi jarak yang cukup jauh
dengan tim lawanya. Pemain ada yang bertugas sebgai penjaga benteng dan ada
yang bertugas sebagai pemancing. ketika tim pemain yang berhasil menepuk
anggota tim lawan yang terpancing maju maka lawan tersebut akan dijadikan
tawanan. Ketika benteng lawan sudah tidak dijaga maka pemain dapat merebut
benteng tersebut dengan cara menginjaknya dan berteriak “benteng!”.
9. Tetemute
Gambar III.9
Anak-anak bermain Tetemute
Sumber: Dok pribadi
Permainan ini dimainkan oleh 3 anak atau lebih. Permainan tetemute adalah
permainan untuk menebak letak biji yang disembunyikan oleh pemain lain.
Permainan ini mengutamakan kewaspadaan dan kecermatan. Alat yang digunakan
untuk bermain adalah:
- biji, bisa berupa benda kecil seukuran genggaman tangan atau batu kecil.
42
Aturan permainan:
Pertama-tama dipilih pemain yang bertugas menjadi ucing dengan cara diundi atau
hompimpah. Setelah itu ucing membungkukkan badannya sehingga punggungnya
dapat digunakan sebagai meja untuk pemain lain meletakkan tangannya. Setelah
ucing bungkuk lalu pemain lain mulai memutar biji diatas telapak tangan dengan
diiringi lagu khas tetemute. Lalu biji disembunyikan di salah satu telapak tangan
pemain lain. Setelah itu ucing bertugas menebak letak biji tersebut. Apabila ucing
berhasil menebak letak biji maka pemain yang tertebak akan menjadi ucing
menggantikan ucing pertama. Namun apabila ucing salah menebak maka ucing
harus membungkuk lagi dan meneruskan permainan.
10. Pepeusingan
Gambar III.10
Anak-anak bermain Pepeusingan
Sumber: Dok pribadi
Permainan ini dimainkan oleh 3 anak atau lebih. Permainan pepeusingan ini adalah
kompetisi berbentuk balapan yang mengambil tokoh hewan peusing atau armadillo.
Permainan ini mengutamakan kecekatan dari pemainnya. Alat yang digunakan
untuk bermain adalah:
- kain untuk membungkus pemain sehingga bentuknya menyerupai peusing atau
armadillo
Aturan permainan:
43
Pertama-tama dipilih 2 pemain yang bertugas menjadi peusing dengan cara diundi
atau hompimpah. Lalu pemain dibungkus badannya dengan kain sehingga
menyerupai peusing dan pemain mulai balapan dengan pemain yang lain sampai ke
garis finish. Sementara itu penonton atau anak-anak yang lain bertugas memberi
pengarahan dan semangat bagi pemain yang menjadi peusing. Pemain yang
terlebih dahulu sampai garis finish adalah pemenangnya.
III.2 Analisis Masalah
III.2.1 Kelemahan dan Kekuatan
Berikut ini adalah analisis kekuatan dan kelemahan topik “Buku Cerita Mengangkat
Permainan Tradisional Sunda”:
Kekuatan
Merupakan Buku cerita pertama yang mengangkat tema permainan tradisional
khas sunda
Buku cerita tersebut memberikan edukasi dan pengetahuan mengenai
permainan tradisinal khas sunda dengan detail
Buku narasi edukatif dikemas dalam bentuk buku visual yang menarik
Mengenalkan permainan tradisional sunda kepada seluruh anak-anak indonesia
Menjadi sebuah perangsang agar anak-anak lebih sering bermain di luar
Kelemahan
Masyarakat Indonesia kurang memperhatikan permainan tradisional
Target lebih suka memainkan permainan modern dibandingkan dengan
permainan tradisional
Target tidak suka berkotor-kotoran dan cenderung tidak emnyuai sesuatu yang
merepotkan
Perkembangan teknologi melahirkan berbagai mainan modern baru yang praktis
44
III.2.2 Tinjauan Terhadap Teori, Data dan Fakta
Sasaran yang Dituju
Geografis :
Lokasi : Indonesia
Populasi : Perkotaan
Sosial Ekonomi : Menengah ke atas ( A-B )
Demografis :
PRIMER
Usia : 5 – 10 Tahun ( Anak-anak )
Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan
Pendidikan : SD hingga awal SMP
Etnis : Sunda
SEKUNDER
Anak-anak pada umumnya
Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya permainan telah berkembang dari
permainan tradisional menjadi permainan modern. Hal ini tentu akan membawa
perubahan di dalam budaya masyarakat. Namun perubahan yang ada justru
dikhawatirkan akan menghilangkan jati diri dan identitas bangsa.
Pelaku permainan adalah anak-anak yang seharusnya menjadi penerus dalam
melestarikan budaya bangsanya. Hal ini dikhawatirkan akan terus terjadi apabila tidak
adanya tindak lanjut mengenai pelestarian budaya, khususnya budaya Jawa Barat.
Permainan tradisional merupakan salah satu aspek yang penting karena selain dapat
menghibur anak-anak, permainan tradisional juga mengandung nilai-nilai yang baik di
kehidupan.
Bermain adalah hal yang penting bagi anak-anak karena dengan bermain anak-anak
menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi
dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan menemukan
45
seperti apa diri mereka sendiri. Dengan bermain, anak-anak menemukan dan
mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan
keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need).
Pengaruh bermain bagi perkembangan anak adalah:
Perkembangan Fisik
Dorongan Berkomunikasi
Penyaluran bagi kebutuhan dan Keinginan
Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Sumber Belajar
Standar Moral
Rangsangan bagi kreativitas
Perkembangan Wawasan Diri
Belajar Bermasyarakat
Perkembangan Ciri Kepribadian
Permainan yang ada sekarang lebih banyak yang bersifat elektronik sehingga dalam
memainkannya pun tidak begitu membutuhkan gerakan yang banyak. Hal tersebut
akan membawa anak-anak menjadi kurang menggunakan tubuhnya yang akan
berakibat pada pertumbuhannya dan juga kesehatannya. Selain itu permainan modern
cenderung bersifat individualistis, sehingga nilai-nilai toleransi, kerja sama dan tolong
menolong menjadi terkikis.
Dalam permainan tradisional anak-anak masih dituntut untuk belajar bekerja sama dan
juga saling tolong menolong. Permainan tradisional yang sudah mulai terkikis ini dapat
kita kembalikan lagi keberadaannya dengan memperkenalkannya kembali kepada
anak-anak agar mereka dapat mengenal dan akrab kembali dengan permainan
tradisional.
Dalam proses pengenalan kembali permainan tradisional maka akan lebih baik jika
digunakan buku bergambar kepada anak-anak. Buku bergambar adalah buku cerita
yang disajikan dengan menggunakan teks dan ilustrasi atau gambar. Buku bergambar
46
dapat digunakan untuk membantu anak mengenal lingkungan dan situasi yang berbeda
dengan lingkungan mereka. Dengan buku bergambar siswa dapat mengenal
karakteristik pelaku, latar, yakni waktu dan tempat terjadinya cerita,serta situasi.
Dengan demikian, melalui buku bergambar siswa dapat memberikan komentar atau
reaksi terhadap gambar, misalnya orang, benda, dan tempat (setting): warna yang
ditampilkan; ilustrasi/gambar serta karakter dan perubahan objek termasuk
perkembangan cerita dari awal hingga akhir.
Terdapat beberapa fakta yang menarik seputar permainan tradisional di antaranya
adalah sebagai berikut:
Pengaruh dan manfaat permainan tradisional terhadap perkembangan jiwa anak:
- Anak menjadi lebih kreatif
- Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak
- Mengembangkan kecerdasan majemuk anak
o Mengembangkan kecerdasan intelektual anak
o Mengembangkan kecerdasan emosi dan antar personal anak
o Mengembangkan kecerdasan logika anak
o Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak
o Mengembangkan kecerdasan natural anak
o Mengembangkan kecerdasan spasial anak
o Mengembangkan kecerdasan musikal anak
o Mengembangkan kecerdasan spiritual anak