bab iii cimekar
TRANSCRIPT
BAB III
PELAKSANAAN INTERVENSI
3.1 Pelaksanaan Teknis
Seperti halnya proses intervensi pekerjaan sosial lainnya, secara teoritis
dalam praktikum Makro atau praktikum Pengembangan Masyarakat ini terdapat
berbagai tahapan kegiatan yaitu : assessment, plan of treatment, treatment,
termination dan after care atau follow-up. ( Max Siporin, 1975 ).
Sesuai dengan tahapan proses intervensi yang disebutkan di atas, maka
kegiatan teknis di lapangan meliputi kagiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Pembentukan Kelompok Praktikum
2. Pembekalan Praktikum
3. Orientasi medan
4. Familiarisasi awal
5. Familiarisasi lanjutan
6. Identifikasi tokoh
7. Pembentukan core group
8. Pembentukan task group
9. Pelaksanaan intervensi
3.1.1 Pembentukan Kelompok
Praktikan dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang.
Pengelempokkan ditentukan oleh dosen mata kuliah praktikum makro.
3.1.2 Pembekalan Praktikum
Mengikuti pembekalan praktikum yang telah dijadwalkan.
3.1.3 Orientasi Medan
Orientasi medan merupakan kegiatan pengamatan objek praktikum secara
sepintas. Dalam orientasi medan ini praktikan mendapatkan data visual mengenai
letak desa, akses / jalur transportasi menuju desa dan kondisi lingkungan desa
secara umum sehingga dari hal tersebut dapat diperoleh gambaran mengenai apa
yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan praktikum di lapangan.
3.1.4 Familiarisasi Awal
Familiarisasi awal adalah proses awal dimana praktikan yang berasal dari
luar komunitas akan memulai kegiatan praktikumnya. Dalam proses ini tercakup
berbagai kegiatan diantaranya ; pengenalan diri, membangun kontak person,
memperluas serta mempererat hubungan dengan masyarakat. Familiarisasi awal
dilakukan selama satu hari, yaitu pada tanggal 23 Oktober 2008. Adapun kegiatan
yang dilakukan dan pencapaian hasil kegiatan pada tahap ini antara lain:
- 23 Oktober 2008
Kunjungan bersama ke Kecamatan Cileunyi. Semua kelompok praktikum
berangkat bersama-sama dan berkumpul di kantor Kecamatan Cileunyi untuk
melakukan silaturahmi, dan penempatan desa.
Setelah kegiatan penempatan desa selesai, setiap peserta praktikum dibagi
berdasarkan kelompok untuk segera menuju ke desa masing-masing yang telah
ditetapkan sebelumnya untuk mulai melakukan kegiatan praktikum. Pada
kesempatan kali ini praktikan meyempatkan diri untuk mengunjungi kantor kepala
desa atau kelurahan Desa Cimekar. Dengan menggunakan kendaraan (ojeg, yang
disewa secara mandiri) waktu tempuh untuk mencapai kantor kepala desa
Cimekar adalah sekitar 15 menit sedangkan apabila berjalan kaki jarak ini dapat
ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam. Dalam kunjungan pertama ini praktikan di
terima dengan baik oleh Bapak Kepala Desa (Bapak A. Rohman) beserta staf.
3.1.5 Familiarisasi Lanjutan
Familiarisasi lanjutan dilakukan pada tanggal 7 November 2008. Dalam
familiarisasi lanjutan selain praktikan berupaya untuk mempererat hubungan
dengan warga masyarakat juga mulai menghimpun berbagai informasi yang
diperoleh. Kegiatan yang dilakukan dan hasil kegiatan di tahap ini adalah sebagai
berikut :
- 7 November 2008
Dalam kegiatan ini praktikan mengunjungi kembali kantor kepala desa
Cimekar. Pada kesempatan kedua ini praktikan bertemu dengan kepala desa
Cimekar (Bpk. ) untuk memberitahu praktikan mengenai Desa Cimekar (Rw)
yang akan dilakukan tempat penelitian.
3.1.6 Identifikasi Tokoh
Identifikasi tokoh merupakan upaya mengetahui dan mengenal tokoh,
pemimpin atau orang berpengaruh dalam masyarakat baik tokoh formal maupun
tokoh informal. Identifikasi tokoh dilakukan pada tanggal 8 November 2008
(siang – sore hari).
Berdasarkan hasil kegiatan familiarisasi lanjutan, maka praktikan mencoba
untuk memfokuskan praktikum di Desa Cimekar RW16 ( RT01, RT02, RT03,
RT04, dan RT05) dengan memfokuskan pada masalah Organisasi Kepemudaan.
Pengidentifikasian ini dilakukan melalui wawancara dengan Kepala Dusun
III Cibawang ( Bpk. Dadan Darmini ) serta melalui komunikasi informal dengan
masyarakat sekitar untuk mengetahui tokoh-tokoh masyarakat baik formal
maupun informal yang akan dilibatkan dalam pembentukan core group.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, didapatkan beberapa tokoh
masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Daftar Tokoh Masyarakat di Dusun III CibawangTokoh Formal Tokoh Informal
No Nama Jabatan No Nama Usia
1. Oma Syaifudin Ketua Rw 08 1.Sumarya
(Tokoh agama)55
2. Amid Suganda Ketua Rw 09 2.Uce Hermansah
(Tokoh agama)65
3. Undang Ketua Rw 10 3.Endang Suparman
(Tokoh agama)45
4. Engkos Kosasih Ketua Rw 11 4.Heri Saepudin
(Tokoh Agama )50
5. Dadan Darmini Kadus III Cibawang
5.Nana Suryana
(Tokoh masyarakat)45
6.Adim
(Tokoh pendidikan)55
7.Ujet Sukajat
(Tokoh Masyarakat)63
8.Suherlan
(Tokoh pemuda)30
9.Ibu Enok
(Tokoh wanita)42
10. Ibu Aay (Ketua PKK) 45
Sumber : Wawancara dan Profil Desa Cimekar RW16
3.1.7 Pembentukan Core Group
Core group adalah kelompok inti yang terbentuk untuk mengarahkan dan
mengkoordinasikan kegiatan, mengevaluasi dan menganalisa serta mentransfer
berbagai informasi yang berkaiatan dengan rencana kegiatan.
Pembentukan core group merupakan proses yang melalui beberapa
tahapan kegiatan yaitu :
- 8 November 2008
Setelah mengidentifikasi dan mengkonfirmasi berbagai informasi
mengenai keberadaan tokoh masyarakat baik itu tokoh formal maupun informal di
Desa Cimekar RW16, maka pada sabtu sore kami menyebarkan undangan kepada
tokoh-tokoh masyarakat tersebut untuk menghadiri pertemuan pembentukan core
group yang akan dilaksanakan pada malam harinya.
- 9 November 2008
Setelah melakukan pertemuan dengan core group pada malam hari,
praktikan bersama-sama dengan core group membuat tehnik bagan
kecenderungan dan perubahan.
3.1.8 Pembentukan Task Group
Task group merupakan kelompok sasaran yang memiliki tugas tertentu
dalam kerangka pengembangan masyarakat. Adapun kriteria pembentukan task
group adalah selain mereka bisa bekerja sama dengan masyarakat tentunya di
dalam pembentukan task group lebih mengutamakan orang atau sekelompok
orang yang dapat dijadikan pilot project bagi pembentukan kelompok-kelompok
lainnya.
Pembentukan task group dilaksanakan pada Jumat malam tanggal 21
November 2008. Sebelum melakukan pembentukan task group ini, pada jumat
pagi praktikan mengadakan pertemuan dengan core group untuk mengidentifikasi
siapakah calon yang akan menjadi anggota task group.
3.1.9 Pelaksanaan Intervensi
Dengan menggunakan pendekatan intervention whitin reaserch maka
proses intervensi dilakukan secara bersamaan / beriringan dengan proses
pengumpulan data. Dalam proses tersebut mahasiswa praktikan berperan sebagai
peneliti yang berupaya menggali dan mengkaji berbagai informasi tentang situasi
dan kondisi masyarakat juga berperan sebagai katalisator / fasilitator yang
merangsang dan membantu masyarakat untuk dapat menemukan,
mengungkapkan, mengenali dan pada akhirnya menyadari berbagai permasalahan,
berbagai potensi dan berbagai sistem sumber yang dapat dimanfaatkan bagi
penyelesaian masalah.
Dalam pendekatan intervention whitin reaserch yang digunakan dalam
praktikum ini terdapat alur praksis seperti dibawah ini :
Gambar 3.1 Alur Praksis Pelaksanaan Intervensi
Intervensi merupakan perlakuan yang diberikan pada klien ( individu,
kelompok, masyarakat ) guna mengatasi masalah yang dihadapi. Dalam praktek
pekerjaan sosial intervensi merupakan tahapan lajutan dari beberapa tahap yang
telah dilalui sebelumnya dengan kata lain intervensi harus senantiasa didahului
oleh assessment dan plan of tretment. Dalam praktikum ini intervensi dilakukan
dengan memfasilitasi diskusi atau urun rembuk antara Pemuda dengan kepala
dusun Cibawang dan para ketua RW.
3.2 Hasil Assessment
Carol H. Meyer (1995) menyatakan bahwa assessment dapat diartikan
sebagai upaya untuk mengetahui, memahami, mengevaluasi atau memetakan
persoalan. Assessment sebagai salah satu tahap dalam praktek pekerjaan sosial
dapat pula diartikan sebagai :
Assessment adalah suatu proses dan hasil suatu pemahaman yang menjadi dasar dari pelaksanaan kegiatan. Kegiatan Assessment meliputi pengumpulan dan analisis informasi serta menadakan berbagai fakta yang ada sehingga memberikan suatu pemahaman.
Pengenalan Masalah Bersama
Pengenalan Masalah Bersama
Pengenalan KebutuhanPengenalan KebutuhanAksi Penyelesaian BersamaAksi Penyelesaian Bersama
Pengenalan Potensi Dan Sumber Daya
Pengenalan Potensi Dan Sumber Daya
Max Siporin (1975)
Dalam paktek pengembangan masyarakat, kegiatan assessment dikenal
istilah need assessment . Need Assessment adalah suatu proses pengkajian
sistematis yang dilakukan oleh pekerja sosial dan profesi lainnya dalam
mengevalauasi klien mereka meliputi aspek masyarakat, keberadaan sumber-
sumber, solusi yang mungkin dilakukan, serta berbagi hambatan dalam
penyelesaian masalah. ( Barker :1987). Assessment mempunyai dua tujuan, yaitu
membantu mendefinisikan masalah dan menunjukkan sumber-sumber yang
berhubungan dengan kesemuanya itu. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pekerja
sosial dalam assessment adalah:
1. Pengumpulan data
2. Pengecekan data
3. Analisa data
4. Penarikan kesimpulan
Assessment dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan,
metoda dan tehnik. Dibawah ini adalah hasil assessment yang diperoleh berikut
gambaran mengenai tahnik dan metoda assessment yang digunakan dalam
praktikum makro ini.
3.2.1 Observasi
Observasi adalah pengamatan dengan menggunakan panca indra
khususnya indra pengelihatan untuk mengumpulkan berbagai data visual
mengenai situasi dan kondisi objek praktikum. Data dan informasi ini sangat
berguna untuk memberikan deskripsi yang tepat dari berbagai aspek yang
berkaitan dengan objek praktikum.
Hasil assessment dengan menggunakan observasi adalah :
a. Sarana dan Prasarana Transportasi
Letak Desa Cimekar RW16 yang cukup strategis membuat dusun ini
mudah untuk di akses oleh kendaraan bermotor. Secara umum dapat dikatakan
bahwa sarana transportasi di Desa Cimekar RW16 belum cukup baik karena
terdapat jalan pedesaan yang sudah rusak. Jalan aspal inilah yang menghubungkan
berbagai tempat di Desa Sukasirnarasa diantaranya : Kantor Desa Sukasirnarasa,
Sekolah ( SD, SLTP SLTA ), Pemakaman, Persawahan, tempat rekreasi dan
tempat-tempat penting lainnya oleh karena itu jalan tersebut sangat penting
keberadaannya. Meskipun pada beberapa titik jalan aspal ini telah rusak tetapi
secara keseluruhan jalan ini masih sangat layak untuk digunakan.
Adapun alat transportasi yang dapat digunakan adalah angkutan pedesaan
dan ojek. Angkutan umum yang setiap harinya beroperasi di daerah ini adalah
angkutan pedesaan dengan trayek Tanjung Sari - Sukahayu. Angkutan kota ini
memiliki waktu operasi antara pukul 04.30 s/d 18.00 sedangkan ojek beroperasi
24 jam sehari dengan pusat kegiatan di beberapa pangkalan ojek yang tersebar
merata di setiap Rukun Warga yang ada di Dusun III Cibawang.
b. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Dusun III Cibawang terdiri dari 4 Rukun Warga dan 14 Rukun Tetangga.
Dalam hal pelayanan kesehatan masyarakat, warga masyarakat menggunakan
pelayanan Balai pengobatan desa dan Polindes yang lokasinya cukup mudah
untuk dicapai. Jam kerja dari Balai pengobatan dan Polindes ini adalah setiap hari
senin sampai jum’at mulai jam 08.00–13.00, dan pada tanggal 10 setiap bulannya,
diadakan kegiatan Posyandu, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan Ibu dan Balita.
c. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pada dasarnya Dusun III Cibawang bukanlah pusat dari kegiatan
Pemerintahan Desa oleh karena itu, Sarana dan Prasarana Pendidikan tidak
berpusat di Dusun III Cibawang melainkan di pusatkan di dusun yang lainnya.
d. Sarana dan Prasarana Keagamaan
Mayoritas warga di Dusun III Cibawang beragama Islam, Jumlah masjid
yang berada di Dusun III Cibawang ada 8 buah. Kegiatan masyarakat terdiri dari
kegiatan rohani yang diselenggarakan di tiap-tiap mesjid, seperti ceramah rutin
setiap malam di masing-masing RW, sekolah agama untuk anak-anak setiap sore
dan pengajian remaja setelah maghrib, serta aktivitas keagamaan untuk remaja
seperti grup musik Islam dan sebagainya masih berjalan.
e. Sarana dan Prasarana Olah Raga
Sarana olah raga yang berada di Dusun III Cibawang yaitu adanya lapang
Voli, lapangan bulutangkis dan lapangan sepak bola yang letaknya mudah
dijangkau oleh warga Dusun III Cibawang.
3.2.2 Studi Literatur Studi literatur atau studi dokumentasi merupakan sebuah tehnik untuk
mendapatkan informasi dari literatur dan dokumentasi tertulis yang tersedia di
desa. Maka dari itu peneliti mempelajari buku dan bahan tertulis lainnya yang
berhubungan masalah penelitian. Dalam praktikum makro ini mahasiswa
praktikan mencari dan menggunakan informasi tertulis dari kator desa berupa
buku profil desa dan buku atau dokumen-dokumen yang relefan dengan fokus
kajian praktikum.
Informasi / data yang dapat dijaring dengan menggunakan tehnik
wawancara diantaranya :
a. Kondisi Masyarakat dan Kelompok Sasaran
Assessment dengan mengggunakan tehnik studi literatur menghasilkan
gambaran mengenai kondisi masyarakat secara umum dan kondisi kelompok
sasaran. Dusun III Cibawang memiliki masyarakat yang mempunyai jiwa
wirausaha yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari sebagian warga Dusun III
Cibawang yang membuka usaha sendiri yang diantaranya membuka usaha sebagai
pembuat layangan dan pengrajin patung.
Sebagian besar penduduk Dusun Cibawang merupakan suku Sunda dan
penduduk asli yang berasal dari sekitar daerah Dusun Cibawang dan Desa
Sukasirnarasa. Tingkat solidaritas antar keluarga sangat tinggi, bergotong royong
masih kuat. Jarak SD cukup dekat, tetapi jarak SMP dan SMA agak jauh.
Persebaran penduduk agak padat, kondisi rumah sebagian besar penduduk masih
berdinding kayu dan bambu. Sanitasi lingkungan cukup baik. Tingkat kriminalitas
rendah karena mayoritas penduduk memegang teguh ajaran agama.
Kelompok sasaran pada praktikum kali ini adalah para pemuda yang
terdiri dari pengurus karang taruna yang lama dan para pemuda di luar
kepengurusan. Para pemuda ini berjumlah 17 orang. Pendidikan mereka
bervariasi, sebagian besar adalah lulusan Sekolah Menengah Atas.
3.2.3 Wawancara
Wawancara mendalam ( indepth interview ) adalah suatu proses
memperoleh keterangan / informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab secara luas dan bertatap muka dengan key informan yang dianggap
berkompeten dan mendukung masukan data dalam penelitian yang diarahkan pada
suatu masalah tertentu. Wawancara dapat dilakukan dengan terstruktur yaitu
menggunakan alat yang dinamakan guide interview ( pedoman wawancara )
ataupun tidak terstruktur yaitu wawancara tanpa menggunakan pedoman
wawancara.
Informasi / data yang dapat dijaring dengan menggunakan tehnik
wawancara diantaranya :
a. Kondisi Sistem Sumber
Praktikan berusaha menggali informasi mengenai sistem sumber yang
terdapat di lingkungan Dusun III Cibawang yang dapat mendukung upaya
pemecahan masalah yang dihadapi Organisasi Kepemudaan (Karang Taruna) Di
Dusun IIII Cibawang Desa Sukasirnarasa.
Berdasarkan pertemuan antara praktikan dengan beberapa key informan,
diketahui bahwa sistem sumber baik itu sistem sumber formal, informal, ataupun
kemasyarakatan kurang mampu dalam menanggulangi permasalahan-
permasalahan yang dihadapi Karang Taruna ini, adapun permasalahan yang utama
yang dirasakan oleh Karang Taruna di Dusun III diantaranya adalah : masalah
kepercayaan terhadap kepengurusan yang lama dan permasalahan manajemen
organisasi.
1. Sistem Sumber Informal
Sistem sumber ini meliputi keluarga, kerabat, teman, atau lingkungan
keluarga. Menurut keterangan yang diberikan beberapa orang key informan ( Bpk.
Dadan, bpk. Nana dan Kang Suherlan), diketahui bahwa selama ini Karang
Taruna yang ada di Dusun III Cibawang kepengurusannya tidak banyak
mengalami perubahan (orangnya selalu yang itu-itu saja).
2. Sistem Sumber Kemasyarakatan
Sistem sumber kemasyarakatan terdekat diantaranya adalah aparat RT dan
RW. Aparat RT dan RW turut membantu dalam menjaga dan meningkatkan
kesadaran pemuda dalam berorganisasi. Sering pula RT, RW atupun aparat desa
yang menjadi penghubung ( mediator ) bagi para pemuda yang membutuhkan
pembinaan.
Sistem sumber kemasyarakatan lainnya adalah program-program
pemberdayaan dari pemerintah. Beberapa program diantaranya yaitu PNPM, PKH
dan IDT. Program-program ini bertujuan untuk memberdayakan para pemuda
agar mereka dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki.
PNPM, PKH dan IDT sebagai program memang sangat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat pada umumnya dan pemuda pada khususnya.
Wawancara dengan para key informan menghasilkan kesimpulan bahwa kendala
yang seringkali terjadi adalah kurangnya sosialisasi akan keberadaaan program
tersebut serta kurangnya kesadaran pemuda akan pentingnya berorganisasi.
3. Sistem Sumber Formal
Sistem sumber formal yang ada di Dusun III Cibawang Desa
Sukasirnarasa adalah adanya kelompok-kelompok olahraga yang beranggotakan
para pemuda.
b. Potensi Masyarakat
Adapun potensi-potensi yang dimiliki oleh Dusun III Cibawang adalah
sebagai berikut
1. Kekerabatan dan Solidaritas Warga Cukup Tinggi
Hubungan kekerabatan antar warga di Dusun III Cibawang cukup kuat, hal
ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang di adakan warga
masyarakat Dusun III Cibawang selalu aktif dan budaya saling bantu-membantu
antar warga yang masih melekat.
2. Budaya Gotong Royong Masih Kuat
Budaya gotong royong masih melekat kuat dan terpelihara dengan kuat di
dalam masyarakat Dusun III Cibawang. hal ini dapat dilihat dari respon
masyarakat apabila ada kegiatan-kegiatan kerja bakti.
3.2.4 PRA ( Participatory Reaserch Appraisal )
a. Pemetaan Masalah dan Potensi serta Kajian Kelembagaan
Pemetaan dan Kajian Kelembagaan dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui lokasi sumber daya dan batas-batas wilayah tertentu, keadaan jenis-
jenis sumber daya yang ada di desa baik masalah-masalah maupun potensinya,
serta mengkaji perubahan-perubahan keadaan yang terjadi pada sumber daya
mereka. Setelah berdiskusi dengan core group maka didapat satu permasalahan
yang penting dan harus segera diatasi, yaitu masalah yang berkaitan dengan
organisasi kepemudaan (Karang Taruna). Pemilihan Karang Taruna sebagai fokus
kajian dalam praktikum ini adalah karena Karang Taruna merupakan salah satu
organisasi kepemudaan yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan
bermasyarakat.
Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan membuat kajian tentang lembaga,
untuk mengetahui bagaimana hubungan warga desa pada umumnya dan pemuda
pada khususnya dengan lembaga-lembaga sekitarnya dalam mengatasi masalah
lingkungan. Core Group sangat antusias menggambar bagan kajian lembaga ini.
Sebelumnya mereka tidak mengerti apa maksud dari kegiatan ini. Namun mereka
tetap mau melaksanakannya dan ketika memperoleh hasilnya, mereka baru
mengerti apa tujuannya.
Gambar 3.2 Hasil Kajian Lembaga
Keterangan : Garis = Kedekatan; semakin pendek, relasi semakin dekat
Lingkaran = Pengaruh; semakin besar, semakin besar
Adapun penjelasan mengenai keterkaitan masyarakat dengan lembaga
sebagai berikut :
a. Kantor Desa ; Keberadaan kantor desa bagi masyarakat khususnya para
pemuda Dusun III Cibawang dirasakan sangat penting, karena pusat kegiatan
antar pemuda desa terletak di kantor desa. Kantor desa memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi Karang Taruna terutama dalam mensosialisasikan
program-program pemerintah yang berhubungan dengan organisasi
kepemudaan.
b. KADUS III Cibawang ; keberadaan Kadus III Cibawang sebagai lembaga
pemerintahan tingkat dusun terlihat paling penting di Dusun III Cibawang ini.
Kadus III Cibawang
Karang Taruna
PKK
Posyan-duLINMA
S
Ikatan Remaja Masjid
Kantor Desa
Kadus III Cibawang merupakan penghubung atau mediator dari kantor desa
dimana seorang kadus beserta pembantu-pembantunya bertugas untuk
mengorganisasikan pemuda di wilayahnya. Kontribusi Kadus terhadap Karang
Taruna hampir sama dengan peran yang dilakukan kantor desa
c. LINMAS ; Keberadaan LINMAS sebagai lembaga perlindungan
masyarakat memiliki peran yang cukup membantu dalam setiap kegiatan yang
diadakan oleh para pemuda.
d. PKK ; PKK sebagai wadah kegiatan para ibu biasanya akan mengadakan
kerja sama dengan para pemuda dalam kegiatan-kegiatan tertentu di Dusun III
Cibawang.
e. POSYANDU ; posyandu sering digunakan oleh penduduk Dusun III
Cibawang untuk kegiatan pengecekan kesehatan bayi, dalam pelaksanaan
tugasnya posyandu beberapa kali sering memperbantukan pemuda untuk
malaksanakan kegiatannya. Namun, sangat sedikit sekali pemuda/pemudi
yang tertarik dengan kegiatan tersebut.
f. Ikatan Remaja Masjid ; Sebagai salah satu organisasi kepemudaan yang
bergerak di bidang keagamaan, ikatan remaja masjid memiliki hubungan relasi
yang sangat dekat karena biasanya yang menjadi anggota ikatan remaja
masjid adalah anggota Karang Taruna
b. Pembuatan Bagan Alur
Teknik pembuatan bagan sistem alur ( bagan arus masukan-keluar )
merupakan salah satu teknik PRA yang digunakan untuk mengkaji dan
menganalisis sistem sumber yang ada di desa bersama masyarakat, dengan
dituangkan kedalam gambar atau sketsa yang memperlihatkan alur input dan
output di dalam sistem tersebut. Bagan sistem alur adalah gambaran keseluruhan
bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berhubungan dan
mempengaruhi yang terdiri dari input-proses-output yang memperlihatkan
keadaan secara menyeluruh (holistik).
Gambar 3.3 Hasil Pembuatan Bagan Alur
Sumber : Task Group
Di dalam sebuah organisasi peran komunikasi sangatlah penting. Bernard
(1983) menyatakan, “Di dalam sebuaj teori organisasi yang mendalam, sistem
komunikasi akan menduduki tempat utama (sentral), sebab struktur itu, bersifat
luas, dan ruang lingkup dari masalah organisasi juga sepenuhnya ditentukan oleh
teknik komunikasi.” Pendekatan ini menempatkan sistem komunikasi sebagai
jantung dari organisasi. Sthepen P. Robbins (1974) dalam bukunya Managing
Organizational Conflict, menyebutkan bahwa salah satu alasan terjadinya konflik
di dalam organisasi adalah karena komunikasi yang kurang sempurna sehingga
menimbulkan salah pengertian yang diakibatkan karena ketidakjelasan yang ada.
Tidak adanya koordinasi di dalam sebuah organisasi akan menyebabkan
hilangnya pandangan para anggota tentang peran mereka di dalam organisasi. Dan
Kurangnya Komunikasi dan Koordinasi
Masalah Kepercayaan
Kurangnya SDM
Rendahnya Manajemen Organisasi
Tidak Berjalannya Organisasi Kepemudaan (Karang Taruna)
Potensi dan Kreatifitas Pemuda Tidak Tersalurkan
apabila demikian, mereka mungkin akan mulai mengejar kepentingan mereka
sendiri yang akan mengorbankan tujuan organisasi secara keseluruhan.
Kurangnya komunikasi dan koordinasi di dalam organisasi karang taruna
Dusun III Cibawang merupakan masalah utama yang menjadi penyebab
vakumnya organisasi kepemudaan ini. Keterkaitan antara masalah komunikasi dan
koordinasi ini menyebabkan adanya rasa ketidakpercayaan di antara anggotanya.
Hal ini mengakibatkan kinerja anggotanya menjadi tidak maksimal, sehingga
peran manajemen organisasi sangat dibutuhkan. Apabila konflik ini tidak cepat
diselesaikan maka akan menyebabkan vakumnya organisasi semakin
berkepanjangan sehingga akan menghambat potensi dan kreatifitas pemuda di
Dusun III Cibawang.
c. Pembuatan matriks Ranking
Teknik pembuatan bagan peringkat atau teknik matriks rangking adalah
teknik untuk menganalisa sejumlah topik yang sudah teridentifikasi dengan
mengkajinya dari beberapa aspek, serta menilai masing-masing aspek dengan
kriteria yang sama agar dapat diperbandingkan. Setelah membuat peringkat
melalui penilaian-penilaian terhadap kegiatan usaha berdasarkan manfaat,
ketersediaan potensi, serta hambatan-hambatan yang ada.
Pembuatan matriks rangking dalam praktikum ini dilakukan oleh praktikan
bersama dengan Task Group untuk memperjelas kedudukan masalah dan
pemecahan masalah yang diinginkan oleh Task Group itu sendiri. Pembuatan
matriks rangking ini dilakukan pada tanggal 5 Desember 2008. Adapun hasil dari
pembuatan matrik rangking tersebut adalah :
Tabel 3.2 Matriks Ranking MasalahN
o
Permasalaha
n
a b c d e f g Jumla
h
Peringkat
1.Masalah
Kepercayaan3 4 2 4 3 2 4 22 I
2. Rendahnya 4 3 3 2 2 1 3 18 II
Manajemen
Organisasi
3.Kurangnya
SDM1 2 4 3 1 2 1 14 IV
4.
Minat Pemuda
Terhadap
Organisasi
Kepemudaan
2 1 4 1 4 3 2 17 III
Sumber : Task Group
Keterangan :Nilai yang diberikan anggota Task Group adalah:
4 = Sangat Penting, 3 = Penting, 2 = Kurang Penting, 1 = Tidak penting
Rangking :IV = Paling Tinggi; III = Tinggi; II = Sedang; I = Rendah
Dari Tabel di atas maka dapat diketahui bahwa permasalahan yang
dihadapi oleh Karang Taruna di Dusun III Cibawang adalah adanya masalah
ketidakpercayaan di antara para anggotanya. Masalah ini timbul karena
komunikasi yang terjalin di dalam karang taruna sangat kurang. Hal ini yang
dirasa menjadi penyebab utama dari tidak berjalannya karang taruna. Untuk itu
kegiatan penyelesaian masalah yang diajukan oleh masyarakat adalah :
Tabel 3.3 Matriks Rangking Kegiatan Penyelesaian Masalah Di Dusun III Cibawang
N
o
Permasalaha
n
a b c d e f g Jumla
h
Peringkat
1.
Perubahan
Struktur
Kepengurusan
2 2 4 2 4 3 2 19 I
2.
Sosialisasi
Kembali peran
Karang
Taruna
2 2 3 3 1 2 1 14 IV
3.
Pelibatan
Aparat Desa
sebagai
Pembina
2 2 2 3 3 2 3 17 III
4.
Adanya
Pertemuan
Rutin Antar
Pemuda
3 2 2 2 2 2 3 18 II
Sumber : Task Group
Keterangan :Nilai yang diberikan anggota Task Group adalah:
4 = Sangat Penting, 3 = Penting, 2 = Kurang Penting, 1 = Tidak penting
Rangking :IV = Paling Tinggi; III = Tinggi; II = Sedang; I = Rendah
3.3 Bentuk Intervensi
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam kegiatan-kegiatan sebelumnya
(assessment dan plan of treatment) maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa
permasalahan kurangnya komunikasi dan koordinasi antara anggota Karang
taruna merupakan masalah yang dihadapi oleh organisasi kepemudaan yang ada di
Dusun III Cibawang Desa Sukasirnarasa.
3.3.1 Latar Belakang
Organisasi merupakan elemen yang amat diperlukan di dalam kehidupan
manusia. Organisasi membantu kita melaksanakan hal-hal atau kegiatan yang
tidak dapat kita laksanakan dengan baik sebagai individu. Salah satu bentuk
organisasi yang ada dimasyarakat adalah karang taruna. Aktivitas karang taruna
dianggap telah mampu melakukan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat
pada umumnya dan para pemuda pada khususnya.
Sebagai organisasi sosial kepemudaan dan wadah pembinaan para remaja
serta para pemuda, keberadaan karang taruna di Dusun III Cibawang dirasakan
sangat penting dan strategis. Karang taruna di Dusun III Cibawang dirasakan
mempunyai andil yang besar dalam membina dan mengantarkan generasi muda
tumbuh menjadi kader pembangunan yang tangguh dan mandiri, untuk bersama-
sama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya, menanggulangi masalah-
masalah kesejahteraan sosial.
Tapi sudah hampir dua tahun belakangan, karang taruna di Dusun III
Cibawang mengalami kevakuman. Hal ini disebabkan karena komunikasi dan
koordinasi yang terjalin tidak berjalan dengan baik. Untuk itu intervensi yang
dilakukan diarahkan pada upaya memperbaiki komunikasi antar anggota karang
taruna, serta dengan para pemuda Dusun III Cibawang melalui kegiatan diskusi
antara anggota karang taruna dan perangkat Dusun III Cibawang.
3.3.2 Tujuan
1. Menciptakan hubungan yang harmonis antar anggota karang taruna dan
juga dengan pemuda Dusun III Cibawang.
2. Mensosialisasikan kembali pentingnya peran karang taruna dalam
mengembangkan potensi dan kreatifitas para pemuda.
3. Menumbuhkan minat para pemuda untuk terjun kedalam organisasi
kepemudaan.
3.3.3 Sasaran
Para pemuda Dusun III Cibawang (pada umumnya) dan Anggota Karang
Taruna Dusun III Cibawang (pada khususnya).
3.3.4 Strategi
Kegaiatan diskusi yang mempertemukan para pemuda ini dilaksanakan
dalam suatu pertemuan informal sehingga tercipta suasana yang intim dan iklim
kekeluargaan. Adapun metode yang akan digunakan berupa metode ceramah,
dialog dan diskusi.
Sistem Sumber
Sistem sumber dari kegiatan diskusi ini adalah semua pihak yang
dilibatkan dalam diskusi tersebut yaitu pengurus dan anggota karang taruna,
Aparat Desa dan Tokoh Masyarakat.