bab iii cimekar

29
BAB III PELAKSANAAN INTERVENSI 3.1 Pelaksanaan Teknis Seperti halnya proses intervensi pekerjaan sosial lainnya, secara teoritis dalam praktikum Makro atau praktikum Pengembangan Masyarakat ini terdapat berbagai tahapan kegiatan yaitu : assessment, plan of treatment, treatment, termination dan after care atau follow-up. ( Max Siporin, 1975 ). Sesuai dengan tahapan proses intervensi yang disebutkan di atas, maka kegiatan teknis di lapangan meliputi kagiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Pembentukan Kelompok Praktikum 2. Pembekalan Praktikum 3. Orientasi medan 4. Familiarisasi awal 5. Familiarisasi lanjutan 6. Identifikasi tokoh 7. Pembentukan core group 8. Pembentukan task group 9. Pelaksanaan intervensi 3.1.1 Pembentukan Kelompok

Upload: fani-pramudita-ridwan

Post on 26-Jun-2015

141 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III Cimekar

BAB III

PELAKSANAAN INTERVENSI

3.1 Pelaksanaan Teknis

Seperti halnya proses intervensi pekerjaan sosial lainnya, secara teoritis

dalam praktikum Makro atau praktikum Pengembangan Masyarakat ini terdapat

berbagai tahapan kegiatan yaitu : assessment, plan of treatment, treatment,

termination dan after care atau follow-up. ( Max Siporin, 1975 ).

Sesuai dengan tahapan proses intervensi yang disebutkan di atas, maka

kegiatan teknis di lapangan meliputi kagiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Pembentukan Kelompok Praktikum

2. Pembekalan Praktikum

3. Orientasi medan

4. Familiarisasi awal

5. Familiarisasi lanjutan

6. Identifikasi tokoh

7. Pembentukan core group

8. Pembentukan task group

9. Pelaksanaan intervensi

3.1.1 Pembentukan Kelompok

Praktikan dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang.

Pengelempokkan ditentukan oleh dosen mata kuliah praktikum makro.

3.1.2 Pembekalan Praktikum

Mengikuti pembekalan praktikum yang telah dijadwalkan.

Page 2: BAB III Cimekar

3.1.3 Orientasi Medan

Orientasi medan merupakan kegiatan pengamatan objek praktikum secara

sepintas. Dalam orientasi medan ini praktikan mendapatkan data visual mengenai

letak desa, akses / jalur transportasi menuju desa dan kondisi lingkungan desa

secara umum sehingga dari hal tersebut dapat diperoleh gambaran mengenai apa

yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan praktikum di lapangan.

3.1.4 Familiarisasi Awal

Familiarisasi awal adalah proses awal dimana praktikan yang berasal dari

luar komunitas akan memulai kegiatan praktikumnya. Dalam proses ini tercakup

berbagai kegiatan diantaranya ; pengenalan diri, membangun kontak person,

memperluas serta mempererat hubungan dengan masyarakat. Familiarisasi awal

dilakukan selama satu hari, yaitu pada tanggal 23 Oktober 2008. Adapun kegiatan

yang dilakukan dan pencapaian hasil kegiatan pada tahap ini antara lain:

- 23 Oktober 2008

Kunjungan bersama ke Kecamatan Cileunyi. Semua kelompok praktikum

berangkat bersama-sama dan berkumpul di kantor Kecamatan Cileunyi untuk

melakukan silaturahmi, dan penempatan desa.

Setelah kegiatan penempatan desa selesai, setiap peserta praktikum dibagi

berdasarkan kelompok untuk segera menuju ke desa masing-masing yang telah

ditetapkan sebelumnya untuk mulai melakukan kegiatan praktikum. Pada

kesempatan kali ini praktikan meyempatkan diri untuk mengunjungi kantor kepala

desa atau kelurahan Desa Cimekar. Dengan menggunakan kendaraan (ojeg, yang

disewa secara mandiri) waktu tempuh untuk mencapai kantor kepala desa

Cimekar adalah sekitar 15 menit sedangkan apabila berjalan kaki jarak ini dapat

ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam. Dalam kunjungan pertama ini praktikan di

terima dengan baik oleh Bapak Kepala Desa (Bapak A. Rohman) beserta staf.

Page 3: BAB III Cimekar

3.1.5 Familiarisasi Lanjutan

Familiarisasi lanjutan dilakukan pada tanggal 7 November 2008. Dalam

familiarisasi lanjutan selain praktikan berupaya untuk mempererat hubungan

dengan warga masyarakat juga mulai menghimpun berbagai informasi yang

diperoleh. Kegiatan yang dilakukan dan hasil kegiatan di tahap ini adalah sebagai

berikut :

- 7 November 2008

Dalam kegiatan ini praktikan mengunjungi kembali kantor kepala desa

Cimekar. Pada kesempatan kedua ini praktikan bertemu dengan kepala desa

Cimekar (Bpk. ) untuk memberitahu praktikan mengenai Desa Cimekar (Rw)

yang akan dilakukan tempat penelitian.

3.1.6 Identifikasi Tokoh

Identifikasi tokoh merupakan upaya mengetahui dan mengenal tokoh,

pemimpin atau orang berpengaruh dalam masyarakat baik tokoh formal maupun

tokoh informal. Identifikasi tokoh dilakukan pada tanggal 8 November 2008

(siang – sore hari).

Berdasarkan hasil kegiatan familiarisasi lanjutan, maka praktikan mencoba

untuk memfokuskan praktikum di Desa Cimekar RW16 ( RT01, RT02, RT03,

RT04, dan RT05) dengan memfokuskan pada masalah Organisasi Kepemudaan.

Pengidentifikasian ini dilakukan melalui wawancara dengan Kepala Dusun

III Cibawang ( Bpk. Dadan Darmini ) serta melalui komunikasi informal dengan

masyarakat sekitar untuk mengetahui tokoh-tokoh masyarakat baik formal

maupun informal yang akan dilibatkan dalam pembentukan core group.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, didapatkan beberapa tokoh

masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Daftar Tokoh Masyarakat di Dusun III CibawangTokoh Formal Tokoh Informal

No Nama Jabatan No Nama Usia

Page 4: BAB III Cimekar

1. Oma Syaifudin Ketua Rw 08 1.Sumarya

(Tokoh agama)55

2. Amid Suganda Ketua Rw 09 2.Uce Hermansah

(Tokoh agama)65

3. Undang Ketua Rw 10 3.Endang Suparman

(Tokoh agama)45

4. Engkos Kosasih Ketua Rw 11 4.Heri Saepudin

(Tokoh Agama )50

5. Dadan Darmini Kadus III Cibawang

5.Nana Suryana

(Tokoh masyarakat)45

6.Adim

(Tokoh pendidikan)55

7.Ujet Sukajat

(Tokoh Masyarakat)63

8.Suherlan

(Tokoh pemuda)30

9.Ibu Enok

(Tokoh wanita)42

10. Ibu Aay (Ketua PKK) 45

Sumber : Wawancara dan Profil Desa Cimekar RW16

3.1.7 Pembentukan Core Group

Core group adalah kelompok inti yang terbentuk untuk mengarahkan dan

mengkoordinasikan kegiatan, mengevaluasi dan menganalisa serta mentransfer

berbagai informasi yang berkaiatan dengan rencana kegiatan.

Pembentukan core group merupakan proses yang melalui beberapa

tahapan kegiatan yaitu :

- 8 November 2008

Setelah mengidentifikasi dan mengkonfirmasi berbagai informasi

mengenai keberadaan tokoh masyarakat baik itu tokoh formal maupun informal di

Page 5: BAB III Cimekar

Desa Cimekar RW16, maka pada sabtu sore kami menyebarkan undangan kepada

tokoh-tokoh masyarakat tersebut untuk menghadiri pertemuan pembentukan core

group yang akan dilaksanakan pada malam harinya.

- 9 November 2008

Setelah melakukan pertemuan dengan core group pada malam hari,

praktikan bersama-sama dengan core group membuat tehnik bagan

kecenderungan dan perubahan.

3.1.8 Pembentukan Task Group

Task group merupakan kelompok sasaran yang memiliki tugas tertentu

dalam kerangka pengembangan masyarakat. Adapun kriteria pembentukan task

group adalah selain mereka bisa bekerja sama dengan masyarakat tentunya di

dalam pembentukan task group lebih mengutamakan orang atau sekelompok

orang yang dapat dijadikan pilot project bagi pembentukan kelompok-kelompok

lainnya.

Pembentukan task group dilaksanakan pada Jumat malam tanggal 21

November 2008. Sebelum melakukan pembentukan task group ini, pada jumat

pagi praktikan mengadakan pertemuan dengan core group untuk mengidentifikasi

siapakah calon yang akan menjadi anggota task group.

3.1.9 Pelaksanaan Intervensi

Dengan menggunakan pendekatan intervention whitin reaserch maka

proses intervensi dilakukan secara bersamaan / beriringan dengan proses

pengumpulan data. Dalam proses tersebut mahasiswa praktikan berperan sebagai

peneliti yang berupaya menggali dan mengkaji berbagai informasi tentang situasi

dan kondisi masyarakat juga berperan sebagai katalisator / fasilitator yang

merangsang dan membantu masyarakat untuk dapat menemukan,

mengungkapkan, mengenali dan pada akhirnya menyadari berbagai permasalahan,

Page 6: BAB III Cimekar

berbagai potensi dan berbagai sistem sumber yang dapat dimanfaatkan bagi

penyelesaian masalah.

Dalam pendekatan intervention whitin reaserch yang digunakan dalam

praktikum ini terdapat alur praksis seperti dibawah ini :

Gambar 3.1 Alur Praksis Pelaksanaan Intervensi

Intervensi merupakan perlakuan yang diberikan pada klien ( individu,

kelompok, masyarakat ) guna mengatasi masalah yang dihadapi. Dalam praktek

pekerjaan sosial intervensi merupakan tahapan lajutan dari beberapa tahap yang

telah dilalui sebelumnya dengan kata lain intervensi harus senantiasa didahului

oleh assessment dan plan of tretment. Dalam praktikum ini intervensi dilakukan

dengan memfasilitasi diskusi atau urun rembuk antara Pemuda dengan kepala

dusun Cibawang dan para ketua RW.

3.2 Hasil Assessment

Carol H. Meyer (1995) menyatakan bahwa assessment dapat diartikan

sebagai upaya untuk mengetahui, memahami, mengevaluasi atau memetakan

persoalan. Assessment sebagai salah satu tahap dalam praktek pekerjaan sosial

dapat pula diartikan sebagai :

Assessment adalah suatu proses dan hasil suatu pemahaman yang menjadi dasar dari pelaksanaan kegiatan. Kegiatan Assessment meliputi pengumpulan dan analisis informasi serta menadakan berbagai fakta yang ada sehingga memberikan suatu pemahaman.

Pengenalan Masalah Bersama

Pengenalan Masalah Bersama

Pengenalan KebutuhanPengenalan KebutuhanAksi Penyelesaian BersamaAksi Penyelesaian Bersama

Pengenalan Potensi Dan Sumber Daya

Pengenalan Potensi Dan Sumber Daya

Page 7: BAB III Cimekar

Max Siporin (1975)

Dalam paktek pengembangan masyarakat, kegiatan assessment dikenal

istilah need assessment . Need Assessment adalah suatu proses pengkajian

sistematis yang dilakukan oleh pekerja sosial dan profesi lainnya dalam

mengevalauasi klien mereka meliputi aspek masyarakat, keberadaan sumber-

sumber, solusi yang mungkin dilakukan, serta berbagi hambatan dalam

penyelesaian masalah. ( Barker :1987). Assessment mempunyai dua tujuan, yaitu

membantu mendefinisikan masalah dan menunjukkan sumber-sumber yang

berhubungan dengan kesemuanya itu. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pekerja

sosial dalam assessment adalah:

1. Pengumpulan data

2. Pengecekan data

3. Analisa data

4. Penarikan kesimpulan

Assessment dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan,

metoda dan tehnik. Dibawah ini adalah hasil assessment yang diperoleh berikut

gambaran mengenai tahnik dan metoda assessment yang digunakan dalam

praktikum makro ini.

3.2.1 Observasi

Observasi adalah pengamatan dengan menggunakan panca indra

khususnya indra pengelihatan untuk mengumpulkan berbagai data visual

mengenai situasi dan kondisi objek praktikum. Data dan informasi ini sangat

berguna untuk memberikan deskripsi yang tepat dari berbagai aspek yang

berkaitan dengan objek praktikum.

Hasil assessment dengan menggunakan observasi adalah :

a. Sarana dan Prasarana Transportasi

Letak Desa Cimekar RW16 yang cukup strategis membuat dusun ini

mudah untuk di akses oleh kendaraan bermotor. Secara umum dapat dikatakan

Page 8: BAB III Cimekar

bahwa sarana transportasi di Desa Cimekar RW16 belum cukup baik karena

terdapat jalan pedesaan yang sudah rusak. Jalan aspal inilah yang menghubungkan

berbagai tempat di Desa Sukasirnarasa diantaranya : Kantor Desa Sukasirnarasa,

Sekolah ( SD, SLTP SLTA ), Pemakaman, Persawahan, tempat rekreasi dan

tempat-tempat penting lainnya oleh karena itu jalan tersebut sangat penting

keberadaannya. Meskipun pada beberapa titik jalan aspal ini telah rusak tetapi

secara keseluruhan jalan ini masih sangat layak untuk digunakan.

Adapun alat transportasi yang dapat digunakan adalah angkutan pedesaan

dan ojek. Angkutan umum yang setiap harinya beroperasi di daerah ini adalah

angkutan pedesaan dengan trayek Tanjung Sari - Sukahayu. Angkutan kota ini

memiliki waktu operasi antara pukul 04.30 s/d 18.00 sedangkan ojek beroperasi

24 jam sehari dengan pusat kegiatan di beberapa pangkalan ojek yang tersebar

merata di setiap Rukun Warga yang ada di Dusun III Cibawang.

b. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Dusun III Cibawang terdiri dari 4 Rukun Warga dan 14 Rukun Tetangga.

Dalam hal pelayanan kesehatan masyarakat, warga masyarakat menggunakan

pelayanan Balai pengobatan desa dan Polindes yang lokasinya cukup mudah

untuk dicapai. Jam kerja dari Balai pengobatan dan Polindes ini adalah setiap hari

senin sampai jum’at mulai jam 08.00–13.00, dan pada tanggal 10 setiap bulannya,

diadakan kegiatan Posyandu, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan Ibu dan Balita.

c. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pada dasarnya Dusun III Cibawang bukanlah pusat dari kegiatan

Pemerintahan Desa oleh karena itu, Sarana dan Prasarana Pendidikan tidak

berpusat di Dusun III Cibawang melainkan di pusatkan di dusun yang lainnya.

d. Sarana dan Prasarana Keagamaan

Mayoritas warga di Dusun III Cibawang beragama Islam, Jumlah masjid

yang berada di Dusun III Cibawang ada 8 buah. Kegiatan masyarakat terdiri dari

kegiatan rohani yang diselenggarakan di tiap-tiap mesjid, seperti ceramah rutin

setiap malam di masing-masing RW, sekolah agama untuk anak-anak setiap sore

Page 9: BAB III Cimekar

dan pengajian remaja setelah maghrib, serta aktivitas keagamaan untuk remaja

seperti grup musik Islam dan sebagainya masih berjalan.

e. Sarana dan Prasarana Olah Raga

Sarana olah raga yang berada di Dusun III Cibawang yaitu adanya lapang

Voli, lapangan bulutangkis dan lapangan sepak bola yang letaknya mudah

dijangkau oleh warga Dusun III Cibawang.

3.2.2 Studi Literatur Studi literatur atau studi dokumentasi merupakan sebuah tehnik untuk

mendapatkan informasi dari literatur dan dokumentasi tertulis yang tersedia di

desa. Maka dari itu peneliti mempelajari buku dan bahan tertulis lainnya yang

berhubungan masalah penelitian. Dalam praktikum makro ini mahasiswa

praktikan mencari dan menggunakan informasi tertulis dari kator desa berupa

buku profil desa dan buku atau dokumen-dokumen yang relefan dengan fokus

kajian praktikum.

Informasi / data yang dapat dijaring dengan menggunakan tehnik

wawancara diantaranya :

a. Kondisi Masyarakat dan Kelompok Sasaran

Assessment dengan mengggunakan tehnik studi literatur menghasilkan

gambaran mengenai kondisi masyarakat secara umum dan kondisi kelompok

sasaran. Dusun III Cibawang memiliki masyarakat yang mempunyai jiwa

wirausaha yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari sebagian warga Dusun III

Cibawang yang membuka usaha sendiri yang diantaranya membuka usaha sebagai

pembuat layangan dan pengrajin patung.

Sebagian besar penduduk Dusun Cibawang merupakan suku Sunda dan

penduduk asli yang berasal dari sekitar daerah Dusun Cibawang dan Desa

Sukasirnarasa. Tingkat solidaritas antar keluarga sangat tinggi, bergotong royong

masih kuat. Jarak SD cukup dekat, tetapi jarak SMP dan SMA agak jauh.

Page 10: BAB III Cimekar

Persebaran penduduk agak padat, kondisi rumah sebagian besar penduduk masih

berdinding kayu dan bambu. Sanitasi lingkungan cukup baik. Tingkat kriminalitas

rendah karena mayoritas penduduk memegang teguh ajaran agama.

Kelompok sasaran pada praktikum kali ini adalah para pemuda yang

terdiri dari pengurus karang taruna yang lama dan para pemuda di luar

kepengurusan. Para pemuda ini berjumlah 17 orang. Pendidikan mereka

bervariasi, sebagian besar adalah lulusan Sekolah Menengah Atas.

3.2.3 Wawancara

Wawancara mendalam ( indepth interview ) adalah suatu proses

memperoleh keterangan / informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab secara luas dan bertatap muka dengan key informan yang dianggap

berkompeten dan mendukung masukan data dalam penelitian yang diarahkan pada

suatu masalah tertentu. Wawancara dapat dilakukan dengan terstruktur yaitu

menggunakan alat yang dinamakan guide interview ( pedoman wawancara )

ataupun tidak terstruktur yaitu wawancara tanpa menggunakan pedoman

wawancara.

Informasi / data yang dapat dijaring dengan menggunakan tehnik

wawancara diantaranya :

a. Kondisi Sistem Sumber

Praktikan berusaha menggali informasi mengenai sistem sumber yang

terdapat di lingkungan Dusun III Cibawang yang dapat mendukung upaya

pemecahan masalah yang dihadapi Organisasi Kepemudaan (Karang Taruna) Di

Dusun IIII Cibawang Desa Sukasirnarasa.

Berdasarkan pertemuan antara praktikan dengan beberapa key informan,

diketahui bahwa sistem sumber baik itu sistem sumber formal, informal, ataupun

kemasyarakatan kurang mampu dalam menanggulangi permasalahan-

permasalahan yang dihadapi Karang Taruna ini, adapun permasalahan yang utama

yang dirasakan oleh Karang Taruna di Dusun III diantaranya adalah : masalah

Page 11: BAB III Cimekar

kepercayaan terhadap kepengurusan yang lama dan permasalahan manajemen

organisasi.

1. Sistem Sumber Informal

Sistem sumber ini meliputi keluarga, kerabat, teman, atau lingkungan

keluarga. Menurut keterangan yang diberikan beberapa orang key informan ( Bpk.

Dadan, bpk. Nana dan Kang Suherlan), diketahui bahwa selama ini Karang

Taruna yang ada di Dusun III Cibawang kepengurusannya tidak banyak

mengalami perubahan (orangnya selalu yang itu-itu saja).

2. Sistem Sumber Kemasyarakatan

Sistem sumber kemasyarakatan terdekat diantaranya adalah aparat RT dan

RW. Aparat RT dan RW turut membantu dalam menjaga dan meningkatkan

kesadaran pemuda dalam berorganisasi. Sering pula RT, RW atupun aparat desa

yang menjadi penghubung ( mediator ) bagi para pemuda yang membutuhkan

pembinaan.

Sistem sumber kemasyarakatan lainnya adalah program-program

pemberdayaan dari pemerintah. Beberapa program diantaranya yaitu PNPM, PKH

dan IDT. Program-program ini bertujuan untuk memberdayakan para pemuda

agar mereka dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki.

PNPM, PKH dan IDT sebagai program memang sangat dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat pada umumnya dan pemuda pada khususnya.

Wawancara dengan para key informan menghasilkan kesimpulan bahwa kendala

yang seringkali terjadi adalah kurangnya sosialisasi akan keberadaaan program

tersebut serta kurangnya kesadaran pemuda akan pentingnya berorganisasi.

3. Sistem Sumber Formal

Sistem sumber formal yang ada di Dusun III Cibawang Desa

Sukasirnarasa adalah adanya kelompok-kelompok olahraga yang beranggotakan

para pemuda.

b. Potensi Masyarakat

Adapun potensi-potensi yang dimiliki oleh Dusun III Cibawang adalah

sebagai berikut

Page 12: BAB III Cimekar

1. Kekerabatan dan Solidaritas Warga Cukup Tinggi

Hubungan kekerabatan antar warga di Dusun III Cibawang cukup kuat, hal

ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang di adakan warga

masyarakat Dusun III Cibawang selalu aktif dan budaya saling bantu-membantu

antar warga yang masih melekat.

2. Budaya Gotong Royong Masih Kuat

Budaya gotong royong masih melekat kuat dan terpelihara dengan kuat di

dalam masyarakat Dusun III Cibawang. hal ini dapat dilihat dari respon

masyarakat apabila ada kegiatan-kegiatan kerja bakti.

3.2.4 PRA ( Participatory Reaserch Appraisal )

a. Pemetaan Masalah dan Potensi serta Kajian Kelembagaan

Pemetaan dan Kajian Kelembagaan dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui lokasi sumber daya dan batas-batas wilayah tertentu, keadaan jenis-

jenis sumber daya yang ada di desa baik masalah-masalah maupun potensinya,

serta mengkaji perubahan-perubahan keadaan yang terjadi pada sumber daya

mereka. Setelah berdiskusi dengan core group maka didapat satu permasalahan

yang penting dan harus segera diatasi, yaitu masalah yang berkaitan dengan

organisasi kepemudaan (Karang Taruna). Pemilihan Karang Taruna sebagai fokus

kajian dalam praktikum ini adalah karena Karang Taruna merupakan salah satu

organisasi kepemudaan yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan

bermasyarakat.

Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan membuat kajian tentang lembaga,

untuk mengetahui bagaimana hubungan warga desa pada umumnya dan pemuda

pada khususnya dengan lembaga-lembaga sekitarnya dalam mengatasi masalah

lingkungan. Core Group sangat antusias menggambar bagan kajian lembaga ini.

Sebelumnya mereka tidak mengerti apa maksud dari kegiatan ini. Namun mereka

tetap mau melaksanakannya dan ketika memperoleh hasilnya, mereka baru

mengerti apa tujuannya.

Page 13: BAB III Cimekar

Gambar 3.2 Hasil Kajian Lembaga

Keterangan : Garis = Kedekatan; semakin pendek, relasi semakin dekat

Lingkaran = Pengaruh; semakin besar, semakin besar

Adapun penjelasan mengenai keterkaitan masyarakat dengan lembaga

sebagai berikut :

a. Kantor Desa ; Keberadaan kantor desa bagi masyarakat khususnya para

pemuda Dusun III Cibawang dirasakan sangat penting, karena pusat kegiatan

antar pemuda desa terletak di kantor desa. Kantor desa memberikan kontribusi

yang cukup besar bagi Karang Taruna terutama dalam mensosialisasikan

program-program pemerintah yang berhubungan dengan organisasi

kepemudaan.

b. KADUS III Cibawang ; keberadaan Kadus III Cibawang sebagai lembaga

pemerintahan tingkat dusun terlihat paling penting di Dusun III Cibawang ini.

Kadus III Cibawang

Karang Taruna

PKK

Posyan-duLINMA

S

Ikatan Remaja Masjid

Kantor Desa

Page 14: BAB III Cimekar

Kadus III Cibawang merupakan penghubung atau mediator dari kantor desa

dimana seorang kadus beserta pembantu-pembantunya bertugas untuk

mengorganisasikan pemuda di wilayahnya. Kontribusi Kadus terhadap Karang

Taruna hampir sama dengan peran yang dilakukan kantor desa

c. LINMAS ; Keberadaan LINMAS sebagai lembaga perlindungan

masyarakat memiliki peran yang cukup membantu dalam setiap kegiatan yang

diadakan oleh para pemuda.

d. PKK ; PKK sebagai wadah kegiatan para ibu biasanya akan mengadakan

kerja sama dengan para pemuda dalam kegiatan-kegiatan tertentu di Dusun III

Cibawang.

e. POSYANDU ; posyandu sering digunakan oleh penduduk Dusun III

Cibawang untuk kegiatan pengecekan kesehatan bayi, dalam pelaksanaan

tugasnya posyandu beberapa kali sering memperbantukan pemuda untuk

malaksanakan kegiatannya. Namun, sangat sedikit sekali pemuda/pemudi

yang tertarik dengan kegiatan tersebut.

f. Ikatan Remaja Masjid ; Sebagai salah satu organisasi kepemudaan yang

bergerak di bidang keagamaan, ikatan remaja masjid memiliki hubungan relasi

yang sangat dekat karena biasanya yang menjadi anggota ikatan remaja

masjid adalah anggota Karang Taruna

b. Pembuatan Bagan Alur

Teknik pembuatan bagan sistem alur ( bagan arus masukan-keluar )

merupakan salah satu teknik PRA yang digunakan untuk mengkaji dan

menganalisis sistem sumber yang ada di desa bersama masyarakat, dengan

dituangkan kedalam gambar atau sketsa yang memperlihatkan alur input dan

output di dalam sistem tersebut. Bagan sistem alur adalah gambaran keseluruhan

bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berhubungan dan

mempengaruhi yang terdiri dari input-proses-output yang memperlihatkan

keadaan secara menyeluruh (holistik).

Page 15: BAB III Cimekar

Gambar 3.3 Hasil Pembuatan Bagan Alur

Sumber : Task Group

Di dalam sebuah organisasi peran komunikasi sangatlah penting. Bernard

(1983) menyatakan, “Di dalam sebuaj teori organisasi yang mendalam, sistem

komunikasi akan menduduki tempat utama (sentral), sebab struktur itu, bersifat

luas, dan ruang lingkup dari masalah organisasi juga sepenuhnya ditentukan oleh

teknik komunikasi.” Pendekatan ini menempatkan sistem komunikasi sebagai

jantung dari organisasi. Sthepen P. Robbins (1974) dalam bukunya Managing

Organizational Conflict, menyebutkan bahwa salah satu alasan terjadinya konflik

di dalam organisasi adalah karena komunikasi yang kurang sempurna sehingga

menimbulkan salah pengertian yang diakibatkan karena ketidakjelasan yang ada.

Tidak adanya koordinasi di dalam sebuah organisasi akan menyebabkan

hilangnya pandangan para anggota tentang peran mereka di dalam organisasi. Dan

Kurangnya Komunikasi dan Koordinasi

Masalah Kepercayaan

Kurangnya SDM

Rendahnya Manajemen Organisasi

Tidak Berjalannya Organisasi Kepemudaan (Karang Taruna)

Potensi dan Kreatifitas Pemuda Tidak Tersalurkan

Page 16: BAB III Cimekar

apabila demikian, mereka mungkin akan mulai mengejar kepentingan mereka

sendiri yang akan mengorbankan tujuan organisasi secara keseluruhan.

Kurangnya komunikasi dan koordinasi di dalam organisasi karang taruna

Dusun III Cibawang merupakan masalah utama yang menjadi penyebab

vakumnya organisasi kepemudaan ini. Keterkaitan antara masalah komunikasi dan

koordinasi ini menyebabkan adanya rasa ketidakpercayaan di antara anggotanya.

Hal ini mengakibatkan kinerja anggotanya menjadi tidak maksimal, sehingga

peran manajemen organisasi sangat dibutuhkan. Apabila konflik ini tidak cepat

diselesaikan maka akan menyebabkan vakumnya organisasi semakin

berkepanjangan sehingga akan menghambat potensi dan kreatifitas pemuda di

Dusun III Cibawang.

c. Pembuatan matriks Ranking

Teknik pembuatan bagan peringkat atau teknik matriks rangking adalah

teknik untuk menganalisa sejumlah topik yang sudah teridentifikasi dengan

mengkajinya dari beberapa aspek, serta menilai masing-masing aspek dengan

kriteria yang sama agar dapat diperbandingkan. Setelah membuat peringkat

melalui penilaian-penilaian terhadap kegiatan usaha berdasarkan manfaat,

ketersediaan potensi, serta hambatan-hambatan yang ada.

Pembuatan matriks rangking dalam praktikum ini dilakukan oleh praktikan

bersama dengan Task Group untuk memperjelas kedudukan masalah dan

pemecahan masalah yang diinginkan oleh Task Group itu sendiri. Pembuatan

matriks rangking ini dilakukan pada tanggal 5 Desember 2008. Adapun hasil dari

pembuatan matrik rangking tersebut adalah :

Tabel 3.2 Matriks Ranking MasalahN

o

Permasalaha

n

a b c d e f g Jumla

h

Peringkat

1.Masalah

Kepercayaan3 4 2 4 3 2 4 22 I

2. Rendahnya 4 3 3 2 2 1 3 18 II

Page 17: BAB III Cimekar

Manajemen

Organisasi

3.Kurangnya

SDM1 2 4 3 1 2 1 14 IV

4.

Minat Pemuda

Terhadap

Organisasi

Kepemudaan

2 1 4 1 4 3 2 17 III

Sumber : Task Group

Keterangan :Nilai yang diberikan anggota Task Group adalah:

4 = Sangat Penting, 3 = Penting, 2 = Kurang Penting, 1 = Tidak penting

Rangking :IV = Paling Tinggi; III = Tinggi; II = Sedang; I = Rendah

Dari Tabel di atas maka dapat diketahui bahwa permasalahan yang

dihadapi oleh Karang Taruna di Dusun III Cibawang adalah adanya masalah

ketidakpercayaan di antara para anggotanya. Masalah ini timbul karena

komunikasi yang terjalin di dalam karang taruna sangat kurang. Hal ini yang

dirasa menjadi penyebab utama dari tidak berjalannya karang taruna. Untuk itu

kegiatan penyelesaian masalah yang diajukan oleh masyarakat adalah :

Tabel 3.3 Matriks Rangking Kegiatan Penyelesaian Masalah Di Dusun III Cibawang

N

o

Permasalaha

n

a b c d e f g Jumla

h

Peringkat

1.

Perubahan

Struktur

Kepengurusan

2 2 4 2 4 3 2 19 I

2.

Sosialisasi

Kembali peran

Karang

Taruna

2 2 3 3 1 2 1 14 IV

Page 18: BAB III Cimekar

3.

Pelibatan

Aparat Desa

sebagai

Pembina

2 2 2 3 3 2 3 17 III

4.

Adanya

Pertemuan

Rutin Antar

Pemuda

3 2 2 2 2 2 3 18 II

Sumber : Task Group

Keterangan :Nilai yang diberikan anggota Task Group adalah:

4 = Sangat Penting, 3 = Penting, 2 = Kurang Penting, 1 = Tidak penting

Rangking :IV = Paling Tinggi; III = Tinggi; II = Sedang; I = Rendah

3.3 Bentuk Intervensi

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam kegiatan-kegiatan sebelumnya

(assessment dan plan of treatment) maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa

permasalahan kurangnya komunikasi dan koordinasi antara anggota Karang

taruna merupakan masalah yang dihadapi oleh organisasi kepemudaan yang ada di

Dusun III Cibawang Desa Sukasirnarasa.

3.3.1 Latar Belakang

Organisasi merupakan elemen yang amat diperlukan di dalam kehidupan

manusia. Organisasi membantu kita melaksanakan hal-hal atau kegiatan yang

tidak dapat kita laksanakan dengan baik sebagai individu. Salah satu bentuk

organisasi yang ada dimasyarakat adalah karang taruna. Aktivitas karang taruna

dianggap telah mampu melakukan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat

pada umumnya dan para pemuda pada khususnya.

Page 19: BAB III Cimekar

Sebagai organisasi sosial kepemudaan dan wadah pembinaan para remaja

serta para pemuda, keberadaan karang taruna di Dusun III Cibawang dirasakan

sangat penting dan strategis. Karang taruna di Dusun III Cibawang dirasakan

mempunyai andil yang besar dalam membina dan mengantarkan generasi muda

tumbuh menjadi kader pembangunan yang tangguh dan mandiri, untuk bersama-

sama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya, menanggulangi masalah-

masalah kesejahteraan sosial.

Tapi sudah hampir dua tahun belakangan, karang taruna di Dusun III

Cibawang mengalami kevakuman. Hal ini disebabkan karena komunikasi dan

koordinasi yang terjalin tidak berjalan dengan baik. Untuk itu intervensi yang

dilakukan diarahkan pada upaya memperbaiki komunikasi antar anggota karang

taruna, serta dengan para pemuda Dusun III Cibawang melalui kegiatan diskusi

antara anggota karang taruna dan perangkat Dusun III Cibawang.

3.3.2 Tujuan

1. Menciptakan hubungan yang harmonis antar anggota karang taruna dan

juga dengan pemuda Dusun III Cibawang.

2. Mensosialisasikan kembali pentingnya peran karang taruna dalam

mengembangkan potensi dan kreatifitas para pemuda.

3. Menumbuhkan minat para pemuda untuk terjun kedalam organisasi

kepemudaan.

3.3.3 Sasaran

Para pemuda Dusun III Cibawang (pada umumnya) dan Anggota Karang

Taruna Dusun III Cibawang (pada khususnya).

3.3.4 Strategi

Kegaiatan diskusi yang mempertemukan para pemuda ini dilaksanakan

dalam suatu pertemuan informal sehingga tercipta suasana yang intim dan iklim

Page 20: BAB III Cimekar

kekeluargaan. Adapun metode yang akan digunakan berupa metode ceramah,

dialog dan diskusi.

Sistem Sumber

Sistem sumber dari kegiatan diskusi ini adalah semua pihak yang

dilibatkan dalam diskusi tersebut yaitu pengurus dan anggota karang taruna,

Aparat Desa dan Tokoh Masyarakat.