bab iii biografi dan pemikirian imam khomeini …

31
50 BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI A.Biografi Singkat Imam Khomeini 1.Latar Belakang Keluarga Imam Khomeini Ayatullah Ruhullah Khomeini adalah seorang ulama yang berhasil mengubah Iran dari Negara sekuler menjadi Republik Islam. Dia lahir di lingkungan keluarga ulama pada 24 September 1902 di Khumain, sebuah desa kecil di Iran Tengah. Imam Khomeini lahir bertepatan dengan hari ulang tahun kelahiran Fathimah al-Zahra, putri Nabi Besar saw. Ia merupakan bungsu dari 6 bersaudara. 1 Keluarga Khomeini adalah keluarga Sayyid Musawi, keturunan Nabi melalui jalur Imam Musa al Kazhim. Pada awal abad ke-18, keluarga ini bermigrasi ke India, dan bermukim di kota kecil Kintur di dekat Lucknow di kerajaan Qudh. 2 Sayyid Ahmad, kakek Imam Khomeini, adalah teman sezaman Mir Hamid Husayn (meninggal pada tahun 1880) seorang sayyid yang paling terkenal yang menulis sebuah karya berjudul ‘Abaqat al-Anwar fi Imamat al- A’immah al-Atsar. Buku ini mempertahankan konsep Imamah Syi’ah untuk melawan kritik-kritik pihak Sunni. Pada pertengahan abad ke-19, Sayyid 1 DidinSaefuddin, BiografiIntelektual 17 TokohPemikiran Modern dan Postmodern Islam, Grasindo, Jakarta. 2003. Hal, 113 2 Hamid Algar dan Robin W. Carlsen, Mata Air Kecemerlangan , Trj. Zainal Anidin, Bandung: Mizan, 1991. Hal. 9

Upload: others

Post on 17-Nov-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

50

BAB III

BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI

A.Biografi Singkat Imam Khomeini

1.Latar Belakang Keluarga Imam Khomeini

Ayatullah Ruhullah Khomeini adalah seorang ulama yang berhasil

mengubah Iran dari Negara sekuler menjadi Republik Islam. Dia lahir di

lingkungan keluarga ulama pada 24 September 1902 di Khumain, sebuah desa

kecil di Iran Tengah. Imam Khomeini lahir bertepatan dengan hari ulang

tahun kelahiran Fathimah al-Zahra, putri Nabi Besar saw. Ia merupakan

bungsu dari 6 bersaudara.1 Keluarga Khomeini adalah keluarga Sayyid

Musawi, keturunan Nabi melalui jalur Imam Musa al Kazhim. Pada awal abad

ke-18, keluarga ini bermigrasi ke India, dan bermukim di kota kecil Kintur di

dekat Lucknow di kerajaan Qudh.2

Sayyid Ahmad, kakek Imam Khomeini, adalah teman sezaman Mir

Hamid Husayn (meninggal pada tahun 1880) seorang sayyid yang paling

terkenal yang menulis sebuah karya berjudul ‘Abaqat al-Anwar fi Imamat al-

A’immah al-Atsar. Buku ini mempertahankan konsep Imamah Syi’ah untuk

melawan kritik-kritik pihak Sunni. Pada pertengahan abad ke-19, Sayyid

1DidinSaefuddin, BiografiIntelektual 17 TokohPemikiran Modern dan Postmodern

Islam, Grasindo, Jakarta. 2003. Hal, 113

2Hamid Algar dan Robin W. Carlsen, Mata Air Kecemerlangan, Trj. Zainal Anidin, Bandung:

Mizan, 1991. Hal. 9

Page 2: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

Ahmad pergi berziarah ke Najaf dan bertemu Yusuf Khan Kamara’i, seorang

pemuka masyarakat di kota kecil Khumain, barat daya Iran, sekitar 135 mil

dari Isfahan. Yusuf Khan meminta agar Sayyid Ahmad menyertainya ke

Khumain untuk diberi tanggung jawab memenuhi kebutuhan keagamaan

masyarakatnya. Sayyid Ahmad memenuhi permintaan itu, dan kemudian

menikahi anak Yusuf Khan.3

Anak Yusuf Khan melahirkan dua orang anak, yaitu Sahiba, seorang

putri, dan Sayyid Mushtafa, laki-laki, lahir pada tahun 1855. Sayyid Mushtafa

inilah ayah Imam Khomeini, yang merupakan anak tertua. Ia memulai

pendidikannya disekolah tradisional untuk anak-anak dikenal sebagai Maktub

Khaneeh.4 Dan setelah itu ia belajar pada Aqa Mirza Ahmad Khwansari.

Sayyid Mushtafa lalu mengikuti dengan belajar di tingkat yang lebih tinggi di

Isfahan, yang kemudian menjadi pusat pengajaran agama yang utama di Iran.5

Ia menikah dengan putri Mirza Ahmad, Hajar Agha Khanom, dan

kemudian bersama istri dan bayi perempuannya berangkat ke najaf tahun

1887. Di sana ia belajar hingga menjadi mujtahid. Ia ulama istimewa,

3Hamid Algar dan Robin W. Carlsen. Mata Air Kecemerlangan Sebuah Pengantar untuk

Memahami Pemikiran Imam Khomeini, Trj. Zainal Anidin, Mizan, Bandung, 199, hal. 61-62

4Sa’id Najafiyan. Imam Khomeini Hidup dan Karyanya , hal. 2

5 Hamid Algar dan Robin W. Carlsen. Mata Air Kecemerlangan Sebuah Pengantar untuk

Memahami Pemikiran Imam Khomeini, hal. 62

Page 3: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

sebagaimana terlihat gelar ‘Fakhr al-Mujtahidun’ (kebanggaan para

mujtahid), gelarnya yang terkenal.6

Tak diketahui persis kapan ia kembali ke Khumain, tapi jelas ia berada

di sana tahun 1894. Sebagai ulama, ia segera menjadi tokoh populer dan

berpengaruh yang dikenal di Khumain. Dikatakan bahwa ia bekerja keras

demi kepentingan para petani, tidak hanya di Khumain, tapi juga daerah-

daerah sekitarnya. Ia memprotes kesewenang-wenangan para tuan tanah, salah

satu musuh yang paling besar adalah Ghulam Syah Khan dan Bahram Khan.

Aktivitas Sayyid Ahmad itu akhirnya membawanya kepada kematian di

tangan para pemilik tanah. Suatu hari ketika ia pergi dari Khumain ke Ara,

dua orang memaksa untuk menyertainya, berpura-pura ingin melindunginya.

Ketika mereka sudah berjalan cukup jauh, kedua orang itu dengan sengaja

berjalan lambat-lambat, dan Sayyid Mushtafa berada di depan mereka. Lalu

datang satu orang lagi yang bergabung dengan mereka dan memberikan

sebuah senapan. Tanpa menunggu lagi, mereka menyerang Sayyid Mushtafa,

dan melarikan diri. Tak lama kemudian mereka tertangkap di daerah Yujan,

dan laki-laki yang menembak Sayyid Mushtafa dipindahkan ke Teheran, dan

dihukum mati di lapangan Tuphkana.7

6Sa’id Najafiyan. Imam Khomeini Hidup dan Karyanya , hal. 2

7Hamid Algar dan Robin W. Carlsen. Mata Air Kecemerlangan Sebuah Pengantar untuk

Memahami Pemikiran Imam Khomeini, hal. 63-64

Page 4: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

Sayyid Mushtafa meninggalkan tiga putra, Sayyid Murthada, Sayyid

Nur al-Din, dan Ruhullah Imam Khomeini. Imam Khomeini mendapat

pemeliharaan paling awal yaitu dari ibunya seorang guru madrasah di Najaf

dan Karbala dan bibinya dari pihak ayah, Sahiba.8 Dia wanita pemberani,

blak-blakan, tak kenal takut.9 Pada tahun 1918, bibinya meninggal dunia, lalu

disusul ibunya, sehingga Imam Khomeini benar-benar yatim piatu pada usia

enam belas tahun. Tanggung jawab untuk membesarkannya kini ada pada

kakak tertuanya, Sayyid Murthada.

2.Masa Anak-anak dan Pendidikan Awal Imam Khomeini

Imam Khomeini baru berusia empat bulan ketika ayahnya syahid. Semasa

kecil, Imam Khomeini mulai belajar bahasa Arab, syair Persia, dan kaligrafi di

sekolah negeri dan di maktab.10 Imam Khomeini memulai pendidikan dininya di

Khumain di Maktab Khaneeh milik Akhund Mulla Abu al-Qasim, seorang tua yang

sekolahnya dekat rumahnya. Selesai belajar al-Qur’an di situ pada usia tujuh tahun, ia

lalu belajar bahasa Arab pada Syaikh Ja’far, sepupunya dari pihak ayah, dan

kemudian pada Mirza Mahmud. Dari situ ia belajar Jaami’ Muqaddimaat, buku

pelajaran biasa tata bahasa Arab dan logika pada Hajj Mirza Muhammad Mahdi. Lalu

ia belajar mantiq (logika) pada ipar lelakinya Hajj Mirza Ridha Najafi. Sesudah itu ia

belajar tata Bahasa Arab dan sintaksis pada kakaknya Sayyid Murthada, di tahun

8Hamid Algar dan Robin W. Carlsen. Mata Air Kecemerlangan Sebuah Pengantar untuk

Memahami Pemikiran Imam Khomeini, hal. 65

9Sa’id Najafiyan. Imam Khomeini Hidup dan Karyanya , hal. 4

10Akhmad Satori. Sistem Pemerintahan Iran Modern , Rausyanfikr Institue, Yogyakarta. 2012.

Hal, 77

Page 5: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

kemudian lebih dikenal dengan nama Ayatullah Pasandideh, yang bersama Aqa

Hamzah Mahallati, mengajarinya kaligrafi.11

Keteguhan hati yang merupakan watak yang amat jelas pada kehidupan

Imam Khomeini telah tampak pada masa kecilnya. Mungkin saja watak seperti ini

diperkuat oleh kesusahan hidup tanpa ayah dan masa-masa tak mantap yang

mengikuti kematian ibu dan bibinya.12

Ayatullah Pasandideh mengenang bahwa bibinya mengurus

keuangan dan masalah keluarga dan mengabdi dalam membesarkan anak-anak

saudaranya. Keberaniannya sudah terkenal di lingkungan keluarga dan ia tak

pernah takut berbicara benar. Barangkali pengaruh pribadinyalah yang

merupakan pembentukan pertama yang berarti bagi Imam Khomeini yang

menghabiskan enam belas tahun di bawah asuhan bibinya itu.13

3.Para Guru Imam Khomeini

Pada usia sembilan belas tahun, tahun 1920, Imam Khomeini pindah ke Arak

untuk meneruskan pelajarannya, di sana ia belajar mantik pada Syaikh Muhammad

Gulpaigani dan pelajaran Syarh-e Lum’ah pada Aqa ‘Abbas Araki. Pad waktu itu

Ayatullah Syaikh ‘Abdul Karim Ha’iri, yang kemudian mendirikan sekolah agama di

Qum, merupakan ulama Arak terkemuka. Imam Khomeini juga meninggalkan Arak

11Sa’id Najafiyan. Imam Khomeini Hidup dan Karyanya, hal. 4

12Hamid Algar dan Robin W. Carlsen. Mata Air Kecemerlangan Sebuah Pengantar untuk

Memahami Pemikiran Imam Khomeini, hal. 66

13Sa’id Najafiyan. Imam Khomeini Hidup dan Karyanya , hal. 5

Page 6: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

menuju Qum. Dari tahun 1922 sampai 1936 Imam Khomeini belajar pada beberapa

guru di Qum, hampir semua ulama terkemuka.14

1.Ayatullah Aqa Mirza Muhammad ‘Ali Adib Tehrani, yang mengajar bahasa

Arab, Fiqh, dan Ushul pada lembaga pendidikan agama (hauzah) Qum.

Imam Khomeini belajar Muthawwal padanya.

2.Ayatullah Aqa Mirza Sayyid ‘Ali Yatsrib Kasyani Yazdi, Imam Khomeini

belajar Fiqh dan Ushul tingkat awal (suthuuh) padanya.

3.Ayatullah Hajj Sayyid Muhammad Taqi Khwansari, Imam Khomeini ikut

belajar Fiqh padanya.

4.Ayatullah Hajj Syaikh ‘Abdul-Karim Ha’iri.15

Kedatangan Ha’iri kembali ke Qum diikuti oleh bangkitmya lembaga

pengajaran keagamaan. Qum adalah salah satu ibukota spiritual Iran dan

benteng pertama revolusi Iran. Ha’iri tidak pernah berbicara masalah-

masalah politik, tapi keberhasilan-keberhasilannya dalam mengelola

lembaga itu, yang dikukuhkan dan diperkuat oleh Ayatullah Boroujerdi

pada tahun 1945 sampai 1962, memberikan dasar bagi peran yang

dipegang Qum di bawah kepemimpinan Imam Khomeini. Imam Khomeini

sendiri belajar inti kurikulum Fiqh dan Ushul. Penguasaan ilmu-ilmu ini

adalah mutlak untuk karir seorang ‘alim.16

14Sa’id Najafiyan. Imam Khomeini Hidup dan Karyanya , hal. 5

15Sa’id Najafiyan. Imam Khomeini Hidup dan Karyanya , hal. 7 16Hamid Algar dan Robin W. Carlsen. Mata Air Kecemerlangan Sebuah Pengantar untuk

Memahami Pemikiran Imam Khomeini, hal. 69

Page 7: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

5.Ayatullah Aqa Mirza Muhammad ‘Ali Syahabadi, Imam Khomeini belajar

padanya karya-karya tasawuf seperti: Syarh al-Fusuush yang merupakan

penjelasan Qaishari atas karya besar Ibnu ‘Arabi berjudul Fushuush al-

Hikam, Mafaatiih al-Ghaib-nya Muhammad bin Hamzah dan karya

Khwajah ‘Abdullah Anshari berjudul Manaazil al-Saa’iriin.

Imam Khomeini sering menyebut Ayatullah Syahabadi dengan rasa

hormat, serta telah belajar mengenai masalah ‘irfan. Ia bertemu Syahabadi

tak lama setelah ia datang di Qum, dan ketika mendengar jawabannya

terhadap sebuah pertanyaan ‘irfan, Khomeini menyadari bahwa ia adalah

guru yang sejati dalam ‘irfan. Kebanyakan hanya Imam Khomeini

sendirian dalam mata pelajaran ini, dan kadang satu atau dua orang murid

bergabung dengannya. Pelajaran ini berlangsung selama lima atau enam

tahun. Ayatullah Syahabadi, dengan pandangan tasawufnya yang luas,

memiliki pandangan orisinil menyangkut banyak masalah ‘irfan. Ia aktif

menentang pemerintahan zalim Reza Khan.17

6.Ayatullah Hajj Aqa Husain Boroujerdi, ketika Ayatullah Boroujerdi datang

di Qum, Imam Khomeini sudah menjadi salah satu Mujtahid terkemuka di

Qum. Dan pada tahun itu Ayatullah Boroujerdi memberi kuliah Ushul dan

Fiqh.

7.Ayatullah Hajj Mirza Jawad Maliki Tabrizi, karyanya adalah Asraaral-

Shalaat, al-Muraaqabaat, Liqaa’Allah, dan Haasyiyah ‘alaGhaayatal-

17Sa’id Najafiyan. Imam Khomeini Hidup dan Karyanya , hal. 8

Page 8: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

Qushwaa. Imam Khomeini mengikuti kuliah akhlak yang beliau adakan

untuk sekelompok murid pilihan di rumahnya. Ia juga memberi pelajaran

akhlak di Madrasah. Faidhiaah yang dimaksudkan untuk peserta yang

lebih umum.

8.Ayatullah Aqa Mirza ‘Ali Akbar Hakami Yazdi, ia mengajar filsafat selama

beberapa waktu di Teheran, di Madrasah Syaikh ‘Abdul-Husain, lalu dia

pindah ke Qum.

9.Ayatullah Hajj Sayyid Abu al-Hasan Rafi’i Qazwini, Imam Khomeini

belajar Syarh-e Manzhuumah dan bagian Asfaar padanya.

10.Ayatullah Hajj Syaikh Muhammad Ridha Najafi Ishfahani, Imam

Khomeini dengan murid lainnya mengikuti kuliahnya tentang kritik teori

Darwin. Sering Imam Khomeini mengenangnya dalam kuliah-kuliah Fiqh

dan ushulnya.18

Sebagaimana dapat dilihat dari daftar guru di atas, minat dan pendidikan

Imam Khomeini dalam ilmu-ilmu Islam sangatlah luas. Beliau menerima pendidikan

istimewa tidak hanya dalam Fiqh, Ushul, hadis Qur’an tapi juga dalam ilmu akhlak,

filsafat dan ‘irfan.19 Imam Khomeini telah ditakdirkan untuk menjadi lebih dari

seorang ‘alim di antara sejumlah amat besar ‘alim lainnya.20

4.Karir Mengajar Imam Khomeini

18Sa’id Najafiyan. Imam Khomeini Hidup dan Karyanya , hal. 8 19Sa’id Najafiyan. Imam Khomeini Hidup dan Karyanya , hal. 8 20Hamid Algar dan Robin W. Carlsen. Mata Air Kecemerlangan Sebuah Pengantar

untuk Memahami Pemikiran Imam Khomein i, hal. 69

Page 9: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

Dalam lembaga keagamaan tradisional, belajar dan mengajar berjalan

bersama bagi kebanyakan murid. Murid yang sudah sampai tingkat suthuuh

atau dars-e khaari dapat mengajar murid-murid di bawahnhya. Tidak jelas

kapan Imam Khomeini mulai mengajar Fiqh dan Ushul pada tingkat suthuuh.

Imam Khomeini mulai mengajar filsafat tahun 1928, bersamaan dengan

belajar ‘irfan pada Ayatullah Syahabadi. Pelajaran ini mulanya diadakan di

salah satu ruang bersebelahan dengan ruang besar makam Hadhrat

Ma’shumah dan kemudian pindah ke rumahnya. Pelajaran filsafat berlangsung

sampai tahun 1946 lantaran tenaga Imam Khomeini banyak dikerahkan untuk

mengajar Ushul dan Fiqh pada tingkat dars-e khaarij, yang telah beliau mulai

tahun 1945 yang menuntut paling sedikit lima atau enam jam setiap hari untuk

persiapan dan mempelajarinya.21

Imam Khomeini, menurut kesaksian para murid, teman dan

kenalannya dan mereka yang mengenalnya secara pribadi, merupakan

perwujudan spiritual dan akhlak Islam. Para pembaca al-Tahwid mengenal

pelajaran akhlaknya dalam bentuk penjelasan “Empat Puluh Hadis”, yang

telah dimuat berseri di jurnal itu. Pelajaran akhlak ini disampaikan oleh

seorang guru yang juga merupakan model moral yang luhur dan spiritualitas

21Sa’id Najafiyan. Imam Khomeini Hidup dan Karyanya , hal. 15

Page 10: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

yang mendalam, dan sangat efektif dan menggugah sehingga seiring

perjalanan waktu, pelajaran-pelajaran itu menarik banyak pendengar.22

Kuliah-kuliah Imam Khomeini dalam bidang Fiqh diadakan pagi

setiap hari di masjid. Kuliah diadakan siang hari di Madrasah Faidhiyah dan

kemudian pindah ke masjid Salmasi. Menurut banyak murid Imam Khomeini,

pelajarannya yang tingkat dars-e khariij dianggap hanya setingkat di bawah

Ayatullah Boroujerdi dan kedua dalam kaitannya dengan jumlah ulama dan

murid yang hadir.23

Imam Khomeini seorang pemikir orisinil dan mandiri sebagai filosof,

sufi, Faqih, dan teoritikus politik. Sepanjang karir mengajarnya ia berusaha

melatih murid-muridnya untuk berpikir mandiri dan berkembang sebagai

peneliti sejati. Saat mengajar di tingkat dars-e khariij dalam ilmu Fiqh dan

Ushul, beliau kecewa bila tak ada pertanyaan atau keberatan yang diajukan.

Beliau mendorong murid-muridnya untuk memandang setiap pendapat secara

kritis, tak peduli seberapa tinggi otoritas yang mengajukan pendapat itu.

Dalam kuliahnya, sementara beliau menyebut para ahli Fiqh dengan rasa

hormat dan respek, beliau menguji pandangan mereka satu demi satu dengan

kritik tajam dan kemudian menyatakan pendapatnya yang didukung oleh

argumen-argumen yang kuat dan matang. Penghormatan kepada guru-guru

22Sa’id Najafiyan. Imam Khomeini Hidup dan Karyanya , hal. 16 23Sa’id Najafiyan. Imam Khomeini Hidup dan Karyanya , hal. 17

Page 11: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

besar sebelumnya tidak mesti menjadi halangan untuk kritik tanpa segan-

segan; sikap sopan yang hati-hati terhadap para penulisnya dan sikap kritis

yang tajam terhadap pandangan mereka berjalan beriringan. Tak ada cerita

bagi peniruan mentah-mentah atas suatu otoritas.24

5.Karir Politik Imam Khomeini

Pada akhir tahun 1940, Imam Khomeini mulai meninggalkan

uzlahnya, Khomeini percaya bahwa politik seperti juga filsafat, tasawuf, dan

Fiqh merupakan bagian dari Islam. Untuk memajukan pandangannya, dia

mengamati dari dekat dua tokoh zaman itu, Ayatullah Kasyani, yang penting

peranannya dalam bidang politik, dan Ayatullah Boroujerdi, seorang marja’

taqlid paling penting sejak 1947 dalam banyak hal, seperti antikolonialisme,

universalisme Islam, aktivisme politik, serta populisme, pandangan Khomeini

sama dengan Ayatullah Kasyani. Namun, mereka juga berbeda dalam banyak

hal. Ayatullah Kasyani adalah politisi yang berbudi bahasa, yang cenderung

luwes, sedangkan Imam Khomeini lebih keras dan kurang akomodatif.25

Pada pemerintahan Reza Syah para ulama lebih memilih mengambil

sikap taqiyyah (pendekatan pasif dibenarkan oleh Syi’ah). Hal ini dilakukan

demi melindungi Islam ketika seorang muslim menghadapi bahaya yang tidak

mungkin diatasi. Dalam hal ini bahaya itu bersumber dari Reza Syah, yang

24Sa’id Najafiyan. Imam Khomeini Hidup dan Karyanya , hal. 17 25Hamid Algar dan Robin W. Carlsen. Mata Air Kecemerlangan Sebuah Pengantar

untuk Memahami Pemikiran Imam Khomein i, hal. 69

Page 12: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

saat itu menjalankan kekuasaan otoriter. Pada awalnya Reza Syah meraih

kekuasaannya dengan dukungan sebagian ulama yang menginginkan

perbaikan kondisi kerajaan Iran dan mengharapkan tampilnya pemerintahan

yang kuat dalam rangka menekan pengaruh kekuatan asing. Namun setelah

posisi Reza Syah kuat dia justru meninggalkan para ulama dengan cara

menghapus pengaruh ulama. Kebijakan lain yang dilakukan Reza Syah adalah

dengan menggeser kedudukan hukum syari’ah. Pada tahun 1932 parlemen

mengundang sebuah undang-undang baruyang memindahkan registrasi

dokumen-dokumen resmi kepada pengadilan sekuler dan ingin menghapuskan

fungsi pengadilan agama. Serta Reza Syah membuat kebijakan seperti

sekulerisasi administrasi hukum dan pendidikan merupakan langkah awal dari

keinginannya untuk menjadiakn Iran sebagai sebuah negara sekuler.26

Kondisi ini membawa kekecewaan yang semakin dalam dan meluas di

kalangan rakyat Iran mulai tumbuh pada tahun 70-an. Hal ini disebabkan oleh

intervensi dari pihak asing dan juga ketergantungan terhadap Barat yang

sangat besar. Hal ini melahirkan keinginan yang sama dari beberapa

kalangang yaitu kaum nasionalis dan intelektual kelas menengah juga para

26Ermalinda. Prinsip Demokrasi dalam Sistem Wilayah al-Faqih, Tesis IAIN Raden

Fatah Palembang. 2008. Hal 37

Page 13: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

pedagang dan ulama, untuk mengadakan pembaharuan politik dan sosial di

Iran.27

Di tengah kondisi sosial-politik yang kacau inilah Khomeini tampil

sebagai pemimpin rakyat Iran yang menyuarakan keinginan rakyat untuk

mendirikan pemerintahan yang berpihak kepada kepentingan rakyat dan

mengembalikan identitas Iran sebagai negara yang beragama. Keprihatinan

sosial telah tampak dalam diri Khomeini, ketika ia masih berusia 39 tahun

Khomeini terang-terangan menuding Reza Syah penguasa Iran saat itu sebagai

budak Inggris, tirani, koruptor, serta penguaasa anti-Islam.28

Pada 14 Mei 1944, sekitar tiga tahun setelah deposisi rezim Syah,

Khomeini mengeluarkan sebuah deklarasi. Itu adalah deklarasi pertama yang

terdiri atas dua bagian: umum dan khusus. Bagian umum berisikan himbauan

untuk berjuang di jalan Tuhan dan menghidupkan kembali Islam di Iran.

Himbauan tersebut secara Khusus ditujukan kepada para ulama. Meski

sebelumnya Khomeini telah melakukan tindakan-tindakan yang menunjukkan

bahwa ia menentang kebijakan yang di buat oleh pihak penguasa, namun

gerakan tersebut belum cukup terorganisir dengan baik. Perubahan terjadi

ketika terdapat sebuah laporan di koran Teheran pada tanggal 7 Oktober 1962,

mengenai sebuah peratruan baru yang menghapus syarat legal Islam,

27Ermalinda. Prinsip Demokrasi dalam Sistem Wilayah al-Faqih, Tesis IAIN Raden

Fatah Palembang. 2008. Hal 38 28Akhmad Satori. Sistem Pemerintahan Iran Modern , hal. 81

Page 14: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

mengganti al-Qur’an dengan kitab suci. Berita ini menimbulkan kehebohan di

Qum, dan menjadi benturan pertama yang akhirnya dimenangkan oleh para

ulama setelah sebelumnya selama sekitar dua puluh tahun hubungan antara

ulama-Syah relatif harmonis.29

Sejak 1963, Khomeini semakin keras menyatakan perlawanannya baik

melalui pidato-pidato ataupun pernyataan yang disampaikan secara terbuka.

Pada tahun tersebut juga, Imam Khomeini ditangkap oleh polisi dan tentara

rahasia Syah setelah menyelesaikan salah satu pidatonya di kota Qum.

Sejumlah korban berjatuhan dalam peristiwa itu. Imam Khomeini dibawa ke

Teheran dan ditahan di Penjara Qasr di kota itu. Keesokan harinya, para

pendukung turun ke jalan-jalan, menuntut pembebasan pimpinan mereka.

Pasukan keamanan berupaya meredam kerusuhan tersebut dengan kekerasan,

sehingga dilaporkan korban tewas mencapai 15.000 orang di Teheran dan

sekitar 400 orang di Qum.30

Akibat tekanan rakyat, kurang dari setahun setelah penangkapan,

Imam Khomeini dibebaskan dari tahanan. Namun sebaliknya, dari

mengurangi kecaman-kecamannya, Imam Khomeini justru semakin

memperhebat serangannya kepada rezim yang berkuasa. Ia pun kembali

dijebloskan kepenjara, di susul dengan pengasingannya ke Bursa di Turki.

Setelah setahun, Khomeini diasingkan lagi ke Najaf di Irak. Dari Najaf, Imam

29Ermalinda. Prinsip Demokrasi dalam Sistem Wilayah al-Faqih,hal . 39 30Akhmad Satori. Sistem Pemerintahan Iran Modern , hal. 82

Page 15: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

Khomeini secara periodik mengeluarkan pernyataan-pernyataan keras

mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di Iran. Tidak jarang pernyataan

tersebut menimbulkan respon dari para pengikutnya di dalam negeri dalam

bentuk aksi-aksi penentangan terhadap rezim yang berkuasa.31

Akhirnya pada 4 Oktober 1978, Khomeini dipaksa keluar dari Irak.

Pada mulanya iat inggal di Kuwait, tetapi karena pemerintahan Kuwait dan

juga beberapa pemerintahan negara Islam lainnya menolak kehadirannya,

maka ia pun berangkat menuju Perancis, yang pemerintahannya menerima

kehadiran Khomeini. Khomeini di sana bukan saja membuat popularitasnya

semakin meningkat, tetapi juga jaringan komunikasinya dengan para

pengikutnya semakin efektif. Media massa Barat selalu mengadakan

wawancara denagn Khomeini. Dengan adanya liputan dari media massa

tersebut membuat pemikiran-pemikiran dan gerakan-gerakan politik yang ia

dan pengikutnya lakukan tersebar ke semua kawasan. Hal ini sangat efektif

dalam rangka mendukung perjuangan dan pergerakan politik Khomeini.

Karena dengan tersosialisasinya konsep-konsep politik dan pergerakan yang

dilakukannya, simpati dan bantuan datang dari negara-negara yang

mendukungnya.32

Akhirnya pada 1 Februari 1979 Imam Khomeini kembali ke Iran

setelah sekitar 14 tahun (sejak akhir tahun 1964) berada di pengasingan.

31Akhmad Satori. Sistem Pemerintahan Iran Modern, hal. 83 32Ermalinda. Prinsip Demokrasi dalam Sistem Wilayah al-Faqih, hal . 42

Page 16: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

Meski rakyat Iran gembira dengan kembalinya Imam Khomeini, mereka juga

amat menghawatirkan keselamatan jiwa pemimpin revolusi itu. Sebab saat itu,

Iran masih berada di bawah kendali militer. Rakyat Iran menyambut

kedatangan Imam Khomeini secara besar-besaran dan penuh suka cita.

Menurut pengakuan media-media Barat, warga yang menyambut kedatangan

Imam Khomeini di jalan-jalan kota Teheran mencapai sekitar 4 sampai 6 juta

orang.33

6.Corak Pemikiran Imam Khomeini

Selain mempelajari masalah Fiqih dan hukum di Qum, Khomeini

juga mempelajari dua tradisi Islam yang sangat tidak lazim, ‘irfan dan

hikmah. Pelajaran ini yang kemudian sangat besar pengaruhnya pada corak

pemikiran dan pandangan Imam Khomeini mengenai dirinya dan dunia. ‘Irfan

(gnositisme), merupakan tradisi spiritual yang terdapat terutama di dunia

Syi’ah. ‘Irfan dalam beberapa hal sejajar dengan tasawuf. Hikmah (teosofi)

yang diwarnai oleh sistem pemikiran yang sepenuhnya logis dan skolastik

oleh eksplorasi tentang hakikat realitas puncak, dan memberikan arus

intelektual utama ‘irfan.34

Perhatian khusus Imam Khomeini terhadap filsafat Islam, teosofi

(hikmah), dan gnosis (‘irfan) sangat besar. Terlambatnya Imam Khomeini

33Situs Kantor Dokumentasi dan Penerbitan Karya Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali

Khamenei, Imam Khomeini dari Lahir hingga Wafat, Mitra Media Mustika, Jakarta. 2017.

Hal. 31 34Akhmad Satori. Sistem Pemerintahan Iran Modern , hal. 83

Page 17: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

diterima sebagai Faqih panutan (marja’ taqlid) karena minatnya kepada

filsafat dan ‘irfan. Memang demikian, keengganan kepada filsafat dan ‘irfan

adalah lazim di kalangan para fuqaha Syi’ah. Meskipun begitu teori politik

Khomeini memang tidak sepenuhnya terpola oleh pengaruh-pengaruh ‘irfan

secara teori-teori sebagian ulama Syi’ah lainnya.35

Selain mempelajari filsafat, khomeini juga mempelajari tasawuf.

Khomeini terutama mendapat pengaruh dari salah seorang gurunya

Syahabadi. Seorang mullah yang bukan saja teolog dan sufi yang sempurna,

tetapi juga pejuang (mobarez), yang kesemuanya itu merupakan tiga ciri

utama dalam kepribadian Imam Khomeini.36

7.Karya Imam Khomeini

Tulisan-tulisan awal Imam Khomeini juga berisi berbagai masalah

pengabdian dan masalah mistik. Berikut diantara karya-karya yang pernah

ditulis Imam Khomeini:

Pertama, Syarh Du’a al-Sahar, atau Muhktar fi Syarh al-Du’a al-

Muta’alliq bi al-Sahar, Syarh Doa Sahur, merupakan syarah atau penjelasan

Doa Muhabalah yang lebih dikenal dengan sebutan Doa Sahur. Sebuah

pembahasan mistikal dan spiritual yang tinggi dalam bahasa Arab terhadap

salah satu dari doa-doa Islam yang paling membangkitkan inspirasi.37 Ini

adalah karya pertama Khomeini yang ditulis pada tahun 1347 H/ 1928 M,

35Akhmad Satori. Sistem Pemerintahan Iran Modern , hal. 84 36Akhmad Satori. Sistem Pemerintahan Iran Modern , hal. 85 37Ermalinda. Prinsip Demokrasi dalam Sistem Wilayah al-Faqih, hal . 46

Page 18: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

yaitu tahun perkawinan Imam Khomeini dengan putri Mirza Muhammad

Tsaqafi.

Kedua, Misbah al-Hidayah fi al-Khilafah wa al-Wilayah,

dikategorikan sebagai salah satu karya irfan yang paling dalam dan awal,

ditulis dalam bahasa Arab, saat Khomeini berusia 29 tahun (maret 1931).

Buku ini membahas dimensi mistikal yang mendalam dari khilafah dan

wilayah Nabi Muhammad saw dan ‘Ali bin Abi Tahlib as, dalam istilah-istilah

yang biasa dipakai dalam tradisi mistik yang dibangun Ibn Arabi ditulis pada

tahun 1930.38 Imam juga mengacu kepada pandangan-pandangan gurunya

sendiri, Mirza Muhammad ‘Ali Syahabadi. Buku ini diterjemahkan oleh

Sayyid Ahmad Fihri ke dalam bahasa Persia pada 1981.39

Ketiga, Chihil Hadits, Syarh Arba’in Hadis, ditulis dalam bahasa

Persia tahun 1936, adalah sebuah pembahasan dalam bahasa Persia tentang

empat puluh hadis Rasul saw. dan para Imam Ahlul Bayt a.s. yang berkenaan

dengan masalah akhlak dan mistik.40 Karya ini merupakan hasil dari kuliah-

kuliah Khomeini tentang tentang akhlak selama tahun 1937-1939, yang

pertama kali berlangsung di Madrasah Hajj Mulla Shadiq. Dipermulaan

bukunya, Khomeini menyebutkan guru-gurunya. Karya ini telah

38Ermalinda. Prinsip Demokrasi dalam Sistem Wilayah al-Faqih, hal . 47 39 Hamid Algar dan Robin W. Carlsen. Mata Air Kecemerlangan Sebuah Pengantar

untuk Memahami Pemikiran Imam Khomein i, hal. 99 40 Hamid Algar dan Robin W. Carlsen. Mata Air Kecemerlangan Sebuah Pengantar

untuk Memahami Pemikiran Imam Khomein i, hal. 100

Page 19: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, berjudul “40 Hadits Telaah Imam

Khomeini”. Buku ini memuat penjelasan atas 40 buah hadits di antaranya

hadits tentang tipe-tipe para penuntut ilmu, hadits tentang menuntut ilmu, dan

hadits tentang jihad al-nafs. Dalam buku ini ia menjelaskan bahwa manusia

adalah makhluk istimewa yang memiliki jiwa, yaitu jiwa yang baik yang

selalu ingin mendekatkan diri kepada Allah dan jiwa yang buruk yang selalu

berbuat keburukan yang dekat dengan setan.41

Keempat, Sirr (Asrar) ash-shalat atau mi’raj al-Salikin wa Shalat al-

‘Arifin, diselesaikan pada Mei 1939 dalam usia 38 tahun, dan diterbitkan

pertama kali dalam Yadnameh-ye Syahid Muthahhari (Jilid I).42 Karya ini

menjelaskan rahasia-rahasia shalat dari pandangan spiritual dan irfan dengan

sangat sempurna. Dalam karya ini dimensi simbolis dan makna batin seluruh

bagian shalat, dari wudhu sampai salam yang menutupnya diungkapkan dalam

bahasa yang kompleks, kaya dan lancar, yang banyak dipinjam dari konsep-

konsep dan terminologi Ibnu Arabi. Juga ditulis dalam bahasa Arab.

Ditujukan hanya untuk orang-orang terkemuka dari elit spiritual.43

Kelima, Adab ash-Shalat, sebuah pembahasan spiritual dan mistikal

yang mendalam tentang shalat dan adabnya, nilai pentingnya dan rahasia-

41Ermalinda. Prinsip Demokrasi dalam Sistem Wilayah al-Faqih, hal . 48 42 Hamid Algar dan Robin W. Carlsen. Mata Air Kecemerlangan Sebuah Pengantar

untuk Memahami Pemikiran Imam Khomein i, hal. 100 43Ermalinda. Prinsip Demokrasi dalam Sistem Wilayah al-Faqih, hal . 48

Page 20: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

rahasianya. Ditulis Imam sebagai penjelasan atas kitab Sirr ash-Shalat,

berbicara tentang makna batin sholat.

Keenam, Kasyf al-Asrar (membongkar rahasia) adalah sebuah

sanggahan terhadap pamflet setebal 32 halaman yang ditulis oleh

Hakamizadeh pada tahun 1943.44 Buku ini memuat pandangan Khomeini

seputar politik Islam dan Ideologi sosialisme ini ditulis pada tahun 1944, dan

merupakan jawaban atas kritik seorang penulis sekuler pada masa itu. Dalam

buku ini, Khomeini juga menjelaskan tentang perlunya pemerintahan Islam

yang berasaskan Wilayatul Faqih dan juga berisi kritik tajam Khomeini

terhadap Syah Pahlevi.45

Ketujuh, selanjutnya sebuah ulasan mengenai teks teologi tradisional

yang berjudul Tahrir al-Wasilah yang juga meliputi soal-soal sosio-politik

yang diabaikan oleh orang-orang semasanya seperti jihad amar am’ruf nahi

mungkar (menyuruh kebaikan dan melarang kemungkaran). Buku ini

menjadikan Khomeini memiliki status Faqih, dalam buku ini ia kembali

membahas persoalan pemerintahan Islam, dan merupakan penyempurnaan

terhadap pembahasan yang terdapat dalam Kasyf al-Asrar. Dalam buku ini

Khomeini mulai menyatakan bahwa Imam (pemimpin umat muslim) berhak

menentukan harga atau mengenakan batasan perdagangan, jika dirasa perlu

untuk kepentingan masyarakat Islam. Dia juga menjawab banyak isu politik,

44Hamid Algar dan Robin W. Carlsen. Mata Air Kecemerlangan Sebuah Pengantar untuk

Memahami Pemikiran Imam Khomeini, hal. 102 45Ermalinda. Prinsip Demokrasi dalam Sistem Wilayah al-Faqih, hal . 49

Page 21: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

dari segi kebijakan asing, dengan tujuan mencegah agar umat Islam tidak

terpengaruh pihak asing.46

Kedelapan, al-Hukumah al-Islamiyah, buku yang memiliki nama lain

Wilayah al-Faqih ini ditulis dalam bahasa Persia merupakan sebuah kompilasi

dari sekitar 12 kuliah Imam Khomeini di Najaf pada tahun 196947 yang

mengandung konsep tentang pemerintahan Islam yang berdasarkan prinsip

Wilayah al-Faqih atau kekuasaan ahli agama. Dalam buku ini beliau

menyatakan bahwa pemisahan antara agama dengan Negara tidak dikenal

pada masa nabi Muhammad saw. sampai masa pemerintahan Imam Ali bin

Abi Thalib.48

Kesembilan, adalah buku yang ditulisnya ketika masih tinggal di

pengasingan di Najaf pada tahun 1972. Di sana Khomeini menjalankan tugas

untuk mendidik murid-muridnya dalam hal akhlak dan keruhanian dengan

memberikan kuliah tentang jihad besar, yakni perang melawan hawa nafsu,

maka kemudian kuliahnya ini di bukukan dengan judul Jihad al-Akbar. Buku

ini dianggap sebagai pelengkap dari kuliah-kuliah yang diberikannya

mengenai Wilayah al-Faqih.

Kesepuluh, Liqa’ Allah adalah sebuah karya tujuh halaman dalam

bahasa Persia yang diterbitkan di bagian belakang buku Hajj Jawad Maliki.

46Ermalinda. Prinsip Demokrasi dalam Sistem Wilayah al-Faqih, hal . 50

47Hamid Algar dan Robin W. Carlsen. Mata Air Kecemerlangan Sebuah Pengantar untuk

Memahami Pemikiran Imam Khomeini, hal. 103 48Ermalinda. Prinsip Demokrasi dalam Sistem Wilayah al-Faqih, hal . 50

Page 22: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

Buku lain yang dikarang oleh Khomeini menyangkut masalah irfan, akhlak

dan puisi adalah Diwan atau kunmpulan dari puisi-puisinya dalam bahasa

Persia yang tampaknya hilang akibat penjarahan tentara Syah di rumah beliau,

dan mungkin suatu saat nanti akan diketemukan sebagaimana Mishbah al-

Hidayah fi al-Khilafah wa al-Wilayah.49

B.Islam Syi’ah di Iran

1.Mengenal Syiah

Kata Syiah berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata Syaya’a.

Syiah berarti orang yang berkumpul atas satu masalah. Syiah berarti orang-

orang yang sebagiannya mengikuti orang lain.50

Kemudian kata Syiah dipahami orang sebagai suatu aliran yang

mengikuti ali dan mengutamakannya atas sahabat-sahabat Rasul yang lainnya.

Syiah adalah kelompok yang percaya bahwa hak untuk menjadi penerus Nabi

hanya dimiliki oleh keluarganya, mengikuti keluarga Nabi (ahl al-bayt)

sebagai sumber inspirasi, dan bimbingan untuk memahami petunjuk Alquran

yang dibawa oleh Nabi itu. Keluarga Nabi adalah saluran melalui mana ajaran

dan barakah wahyu mencapai kaum Syiah.51

Syiah pertama kali timbul setelah terjadinya perang antara Ali bin Abi

Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang berakhir dengan diadakannya

49Ermalinda. Prinsip Demokrasi dalam Sistem Wilayah al-Faqih, hal . 50

50 Ris’an Rusli. Imamah Kajian Doktrin Syiah dan Perdebatan Pemikiran Islam Klasik . Idea

Press Yogyakarta. Bantul Yogyakarta. 2015. Hal. 13 51Akhmad Satori. Sistem Pemerintahan Iran Modern, hal. 103

Page 23: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

tahkim antara kedua belah pihak. Harun Nasution mengatakan bahwa pada

waktu itu telah timbul tiga golongan politik, golongan Ali yang kemudian

dikenal dengan nama Syiah, golongan yang keluar dari barisan Ali kaum

Khawarij, dan golongan Mu’awiyah.52

Dari uraian di atas jelas bahwa masalah yang menjadi sebab timbulnya

Syiah adalah masalah politik, tegasnya khilafah atau dalam istilah Syiah

masalah imamah. Syiah menganggap bahwa jabatan kepala negara bukanlah

hak tiap orang Islam, bahkan pula bukan merupakan hak tiap orang Quraisy.

Menurut mereka jabatan tersebut adalah hak monopoli Ali bin Abi Thalib dan

keturunnya.53

Pada perkembangannya, aliran Syiah terpecah menjadi puluhan cabang

atau sekte. Syiah telah terbagi dalam sekte yang jumlahnya hampir tidak

terhitung, secara umum mereka terbagi menjadi empat sekte dan masing-

masing dari keempat sekte tersebut terbagi pula menjadi beberapa sekte

kecil.54 Adapun sekte itu adalah:

1.Syiah Ghulat

Secara etimologi, kata Ghulat adalah jama’ dari Ghali, ism fa’il dari kata

ghala-yaghulu-ghuluwan, yang artinya lebih dari batas atau berlebih-

lebihan. Jadi syiah Ghulat adalah orang yang berlebih-lebihan. Mereka

52Ris’an Rusli. Imamah Kajian Doktrin Syiah dan Perdebatan Pemikiran Islam Klasik . Hal.

14

53 Ris’an Rusli. Imamah Kajian Doktrin Syiah dan Perdebatan Pemikiran Islam Klasik . Hal

14 54Eka Martini. Aliran-aliran Politik Islam Indonesia. Noer Fikri. Palembang. 2014. Hal.67

Page 24: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

berlebih-lebihan dalam memberi hak atau mensifati Imam mereka

sehingga melampuai sifat-sifat makhluk, yakni menetapkan mereka

dengan sifat-sifat ketuhanan. Bahkan mereka menyerupakan Tuhan

dengan makhluk. Sesungguhnya penyerupaan Imam mereka dengan

ketuhanan itu dipengaruhi oleh paham hulul dan tanasukh yang

merupakan konsepsi dari agama Yahudi dan Nasrani. Konsepsi Yahudi

ialah menyerupakan Tuhan dengan makhluk, sementara konsepsi Nasrani

menyerupakan makhluk dengan Tuhan. Sehingga nama Ghulat diberikan

ulama kepada mereka, karena ajarannya telah melampaui batas toleransi

yang dibolehkan. Bahkan mereka dikategorikan sebagai telah keluar dari

Islam atau sekurang-kurangnya mernyimpang dari ajaran Islam. Apa yang

mereka kerjakan sangat bertolak belakang dengan misi Ali sebagai

khalifah.55

2.Syiah Ismailiyah

Syiah ini tersebar dalam kelompok minoritas di sekian banyak negara,

anatara lain Afganistan, India, Pakistan, Syiah Suriah dan Yaman, serta

beberapa negara Barat seperti Inggris, dan Amerika Utara. Kelompok ini

meyakini bahwa Ismail, putra Imam Ja’far ash Shadiq, adalah Imam yang

55 Ris’an Rusli. Imamah Kajian Doktrin Syiah dan Perdebatan Pemikiran Islam Klasik . Hal

38

Page 25: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

menggantikan ayahnya Ja’far ash Shadiq yang merupakan Imam yang

keenam dari aliran Syiah secara umum.56

3.Syiah Zaidiyah

Mereka dinamakan dengan “Syiah Zaidiyah”, karena mereka meyakini

kepemimpinan Zayd bin Ali‒Zain al-‘Abidin‒bin Husain bin Ali bin Abu

Thalib. Imam Zayd lahir pada tahun 80 Hijriah dan mati syahid pada

tahun 122 Hijriah. Meskipun pada masanya ia tidak menyaksikan

kodifikasi ilmu, akan tetapi ia telah menulis sejumlah buku, di antaranya

al-Majmu’ dalam bidang hadis dan al-Majmu’ dalam bidang fikih. Kedua

buku ini merupakan literatur penting di lingkunagn Syiah Zaidiyah.57

4.Syiah Imamiyah

Syiah Imamiyah (Itsna ‘Asyariyah) inilah yang paling mendominasi atau

penganut mayoritas Syiah. Itsna ‘Asyariyah berarti dua belas, arti dua

belas yang terbentuk sesudah pertengahan abad ke-3 H/ 10 M diakitkan

dengan pengakuan bahwa mereka imam yang sah adalah keturunan dari

Ali yang berjumlah 12 orang.58 Dan mayoritas orang-orang Syiah yang

menjadi sumber dari cabang-cabang Syiah adalah Syiah Imam Dua Belas

yang juga disebut kaum Imamiah.

2.Islam Syiah di Iran dan implementasi Imamah dalam Konsep Wilayatul

Faqih

56 Eka Martini. Aliran-aliran Politik Islam Indonesia. Noer Fikri. Palembang. 2014. Hal.68

57Musthafa Rafi’i. Islam Kita: Titik Temu Sunni-Syiah, Terj. Kadarisman dan Falahuddi

Qudsi. Milestone. Tangerang. 2013. Hal. 35

58 Eka Martini. Aliran-aliran Politik Islam Indonesia. Noer Fikri. Palembang. 2014. Hal.69

Page 26: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

Iran adalah sebuah Negara Republik Teokratis dan pusat Islam Syi’ah.

Islam Syi’ah di Iran mencapai 89% dari seluruh masyarakatnya.59 Terdapat

dalam pasal 12 Undang-undang Dasar Republik Islam Iran:

“Agama resmi Iran adalah Islam bermazhab Syiah istna ‘asyari (Syiah 12 Imam) atau Ja’fari. Pasal ini tidak akan pernah berubah dan untuk

selamanya. Adapun mazhab–mazhab yang diakui negara adalah Hanafi, Syafi’i, Maliki, Hambali dan Syiah Zaidiyah, dan

menghormati penuh bagi pengikutnya untuk menjalankan dengan bebas peribadatan ssesuai fiqih yang dianut”.60

Dalam Syiah Imamiah, pemerintahan adalah milik Imam saja sebab ia

berhak atas kepemimpinan politis dan otoritas keagamaan. Mereka meyakini

bahwa yang berhak atas otoritas spiritual dan politis adalah Ali bin Abu

Thalib dan sebelas keturunannya, yang penunjukan dan pengangkatannya

berdasar wasi.61

Secara etimologi, Imam atau Imamah berasal dari bahasa Arab

“amma” yang berarti pergi, menuju, atau pergi untuk melihat (to go see).

Imamah mengandung arti “ petunjuk jalan” atau memberikan suatu contoh.

Dalam hal ini, imam bisa berarti orang yang mempelopori, bertindak sebagai

pemimpin atau yang memiliki keungggulan dibanding yang lain. Oleh sebab

itu, pemimpin dalam suatu ibadah keagamaan juga disebut imam. Dalam

59ICRO. Iran Tanah Peradaban. Fauzi Mandiri, Jakarta. 2009. Hal. 3

60Undang-Undang Dasar Republik Islam Iran . Alhoda. Tehran. 2010. Hal. 32-33

61Ris’an Rusli. Imamah Kajian Doktrin Syiah dan Perdebatan Pemikiran Islam Klasik . Hal

53

Page 27: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

konteks umum imamah juga didfinisikan sebagai “kepemipinan masyarakat”

(popular leadership).62

Dalam konsep imamah, kaum Syiah percaya bahwa setelah Nabi

Muhammad wafat, hanya Ali dan keturunannya yang berhak menggantikan

kedudukan beliau sebagai kepala negara dan agama yang penunjukan dan

pemindahannya didasarkan atas wasiat. Menurut mereka Ali adalah wasi Nabi

Muhammad, yaitu pengganti yang diberi kepercayaan penuh oleh Nabi. Di

samping itu, Imam menpunyai kekuasaan untuk membuat hukum. Perbuatan-

perbuatan serta ucapan-ucapan Imam tidak bisa bertentangan dengan syariat.

Dengan demikian, bagi kaum Syiah, Imam hampir sama sifat dan

kekuasaannya dengan sifat dan kekuasaaan Nabi. Imam dan Nabi sama-sama

tidak dapat berbuat salah dan sama-sama dapat membuat hukum.

Perbedaannya terletak dalam keadaaan Nabi menerima wahyu sedangkan

Imam tidak.63

Bagi Syiah Imamah, hanya memiliki dua belas Imam. Yaitu, Ali bin

Abu Thalib, Hasan, Husain, Ali bin Husain, Muhammad Baqir, Ja’far Shadiq,

Musa Kadzim, Ali Ridha, Muhammad Jawwad, Ali Hadi, Hasan Askari, dan

Muhammad bin Hasan Askari. Yang terakhir ini, menurut keyakinan mereka

62Akhmad Satori. Sistem Pemerintahan Iran Modern , hal. 109 63 Ris’an Rusli. Imamah Kajian Doktrin Syiah dan Perdebatan Pemikiran Islam Klasik . Hal

54

Page 28: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

sebagai al-Mahdi al-Muntazar. Imam yang kedua belas ini diyakini tetap

sebagai ghaib yang nanti pada saatnya akan kembali ke dunia Islam.64

Berakhirnya kepemimpinan lahiriah para Imam yang ditandai dengan

gahibnya Imam kedua belas merupakan krisis besar kedua dalam sejarah

politik Syiah karena gahibnya Imam kedua belas berarti Imam yang akan

membimbing manusia ke jalan yang dikehendaki Tuhan tidak ada di bumi ini

dan menyebabkan munculnya persoalan-persoalan baru bagi kaum Syiah,

seperti mendirikan Shalat Jumat, pelaksanaan pidana, dan hukuman serta

mengumumkan jihad. Maka diperlukan wilayah atau kekuasaan yang

dipercayakan kepada seorang ‘alim atau faqih yang memenuhi syarat untuk

dibenarkan memberi fatwa dan petunjuk atas selama Imam itu belum muncul

kembali. Maka sejak saat itu, muncul konsep Wilayah Faqih.65

Dalam bahasa Arab, kata ‘wilayah’ berakar dari wali. Dalam bahasa

Arab terdapat tiga makna yang tercatat umtuk kata ‘wali’: (1) teman; (2) setia

atau berbakti; (3) pendukung atau penyokong. Di samping ketiga arti ini, dua

arti lain disebutkan untuk kata ‘wilayah’: (1) kekuasaan tertinggi dan

penguasaan; (2) kepemimpinan dan pemerintahan. Dalam bahasa Persia, kata

wali memiliki sederet arti, seperti teman, pendukung, pemilik, pelindung,

pembantu, serta penjaga. Begitu pula kata wilayah, yang bermakna mengatur

64 Musthafa Rafi’i. Islam Kita: Titik Temu Sunni-Syiah, hal. 35 65 Ris’an Rusli. Imamah Kajian Doktrin Syiah dan Perdebatan Pemikiran Islam Klasik . Hal

55

Page 29: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

dan memerintah. Kata wilayah dalam Wilayatul Faqih bermakna

pemerintahan dan administrasi atau pengelolaan.66

Istilah faqih artinya memahami dengan baik. Oleh karena itu, faqih

bisa berarti orang yang memahami dengan baik hukum-hukum dan masalah-

masalah agama. Ulama-ulama Syiah mendefinisikan faqih dengan arti orang

yang mempelajari hukum-hukum agama dan ilmu pengetahuan Islam.67 Faqih

adalah muslim yang sudah mencapai tingkat tertentu dalam ilmu dan

kesalehan. Seorang faqih disyaratkan harus mengetahui peraturan Allah

mampu membedakan sunnah yang shahih dan yang palsu, yang mutlak dan

yang terbatas, yang umum dan yang khusus.68

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Wilayatul Faqih

dapat didefinisikan sebagai sebuah otoritas yang diserahkan kepada faqih

yang memiliki ilmu hukum dan agama yang tinggi untuk memimpin umat

Muslim sesuai ketentuan syariat Islam selama ghaibnya Imam Mahdi.

Di negara Iran, kekuasaan dipegang oleh kaum ulama atau disebut

konsep Wilayatul Faqih. Konsep ini terjadi sejak revolusi Iran tahun 1979

yaitu dengan terpadunya urusan agama dengan urusan politik.69 Menurut

66 Akhmad Satori. Sistem Pemerintahan Iran Modern , hal. 124-125 67 Ris’an Rusli. Imamah Kajian Doktrin Syiah dan Perdebatan Pemikiran Islam Klasik . Hal

56 68 Ermalinda. Prinsip Demokrasi dalam Sistem Wilayah al-Faqih, hal . 54

69 Ris’an Rusli. Imamah Kajian Doktrin Syiah dan Perdebatan Pemikiran Islam Klasik . Hal

60

Page 30: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

Imam Khomeini dalam buku Sistem Pemerintahan Islam dikutip oleh Akhmad

Satori, tema Wilayatul Faqih sebenarnya dapat diterima keberadaannya

dengan mudah dan tidak lagi memerlukan dalil untuk mendukungnya.

Menurutnya, siapa saja yang menerima keraguan konsep ini akan

mengenalinya sebagai sebuah kebutuhan umat Isalm masa kini yang

mendatangkan kejelasan (pencerahan) bagi siapa saja yang mempelajarinya.70

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa Imam Khomeini telah

berhasil menawarkan sistem pemerintahan baru untuk mengisi “kekosongan

politik” selama masa ghaibnya Imam Mahdi. Konsep ini merupakan

kelanjutan dari doktrin Imam Mahdi.

70 Akhmad Satori. Sistem Pemerintahan Iran Modern , hal. 141-142

Page 31: BAB III BIOGRAFI DAN PEMIKIRIAN IMAM KHOMEINI …

80