bab iv pengaruh pemikiran politik imam khomeini …

34
73 BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI TERHADAP REVOLUSI IRAN A. Perspektif Imam Ayatullah Ruhullah Khomeini Tentang Negara Salah satu gagasan yang paling menonjol dalam pemikiran politik Khomeini adalah idenya tentang wilayatul faqih yang pada dasarnya menghendaki agar kepemimpinan pada umumnya, termasuk kepemimpinan politik, harus berada ditangan terpercaya. Pemikiran Imam Khomeini Wilayatul al-Faqih yang menjadi bagian terpenting dalam sisitem politik Republik Islam Iran ini memberikan tekanan pada Imamah yang diartikan sebagai kepemimpinan agama dan politik dan sekaligus disandang oleh faqih (seseorang yang menguasai prinsip-prinsip dan aturan-aturan hukum Islam serta seluruh aspek keimanan). Dalam bahasa Arab, kata "wilayah” berakar dari kata wali”. Dalam bahasa Arab terdapat tiga makna yang tercatat untuk kata “wali”: (1) teman, (2) setia, (3) pendukung/penyokong. Di samping ketiga arti ini, dua arti lain disebutkan untuk kata

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

73

BAB IV

PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM

KHOMEINI TERHADAP REVOLUSI IRAN

A. Perspektif Imam Ayatullah Ruhullah Khomeini Tentang

Negara

Salah satu gagasan yang paling menonjol dalam pemikiran

politik Khomeini adalah idenya tentang wilayatul faqih yang pada

dasarnya menghendaki agar kepemimpinan pada umumnya,

termasuk kepemimpinan politik, harus berada ditangan terpercaya.

Pemikiran Imam Khomeini Wilayatul al-Faqih yang menjadi

bagian terpenting dalam sisitem politik Republik Islam Iran ini

memberikan tekanan pada Imamah yang diartikan sebagai

kepemimpinan agama dan politik dan sekaligus disandang oleh

faqih (seseorang yang menguasai prinsip-prinsip dan aturan-aturan

hukum Islam serta seluruh aspek keimanan).

Dalam bahasa Arab, kata "wilayah” berakar dari kata

“wali”. Dalam bahasa Arab terdapat tiga makna yang tercatat untuk

kata “wali”: (1) teman, (2) setia, (3) pendukung/penyokong. Di

samping ketiga arti ini, dua arti lain disebutkan untuk kata

Page 2: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

74

“wilayah”: (1) kekuasaan (tertinggi) dan penguasaan, (2)

kepemipinan dan pemerintahan. Kata “wilayah” dalam wilayah al-

faqih berarti pemerintahan dan administrasi/pengelolaan. Sebagian

orang meletakkan makna ini untuk “hakim”, dan kekuasaan

tertinggi yang menunjukkan otoritas “wali”(sang pembawa

wilayah) atas “mawla ‘alayh” orang yang begantung pada atau

menjadi objek wilayah). Namun demikian, wilayah yang bermakna

pengawasan dan pelaksanaan urusan-urusan “mawa alayh”

sebagaimana dikatakan bahwa pemimpin adalah pelayan

masyarakat adalah member pelayanan kepada “mawla alayh” bukan

melakukan pembebana ataupemaksaan atasnya.1

Sebagaian pihak menganggap bahwa ide “wilayah al-faqih”,

dalam arti seorang mujtahid (seorang yang telah mencapai tingkat

ijtihad) memikul tanggung jawab atas kehidupan masyarakat Islam.

Imam Khomeini meyakini bahwa faqih menerima wilayah absolut

(mutlaqah). Yakni, bahwa faqih yang memenuhi persyaratan penuh

(jami’ syariat) diberi semua kekuasaan dan tanggung jawab Imam

ke-12 pada masa kegaibannya kecuali bila ada alasan tertentu yang

1 Mahdi Hadavi Tehrani, Negara Ilahiah Suara Tuhan, Suara Rakyat,

terjemahan The Theory of The Governance of Jurist (Wilayah al-Faqih), (Jakarta: Al-

Huda, 2004), h.38

Page 3: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

75

pasti bahwa kekuatan dan tanggung jawab itu masih berada di

tangan Imam. Karena itu, ia menulis, “dari apa yang dikatakan kita

menyimpulkan bahwa Imam maksum telah mempercayakan atas

apapun kepada para fukaha di mana mereka memiliki kewenangan,

wilayah. Mengecualikan satu kasus tertentu berhadapan dengan

bukti aturan umum ini harus ditunjukkan sebagai semata-mata

bahwa masalah itu tergantung pada Imam as. Riwayat-riwayat

seperti itu „kalau tidak karena sesuatu yang bersemayam dalam

kekuatan Imam atau Imam mempunyai perintah sedemikian dan

tidak dapat melaksanakan tanggung jawab untuk masalah-masalah

ini, dikarenakan alasan-alasan yang sudah dinyatakan, menjadi

tanggung jawab faqih adil. Kami sebutkan sebelumnya bahwa faqih

mnerima semua kekuasaan Nabi saw. dan Imam ke-12 dalam

aturan dan pemerintahan.”2

Setelah wafatnya Nabi saw. tak ada seorang Muslim pun

yang meragukan kebutuhan akan pemerintahan. Tak satu pun yang

berkata, “Kita tidak lagi membutuhkan pemerintahan”. Tidak

pernah terdengar seseorang mengatakan hal semacam ini. Semua

sepakat secara bulat mengenai perlunya pembentukan

2 Mahdi Hadavi Tehrani, Negara Ilahiah… t , h.54

Page 4: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

76

pemerintahan. Ketidaksepakatan yang terjadi hanyalah pada siapa

yang layak memikul tanggung jawab atas pemerintahan itu dan

mengepalainya. Pemerintahan yang terbentuk setelah wafatnya

Rasulullah saw. baik aparat pemerintahan-pemerintahan tersebut

memberlakukan organ-organ eksekutif dan administratif. Asas dan

karakter hukum-hukum Islam serta aturan-aturan Tuhan (syariat)

memberikan bukti tambahan atas kebutuhan akan tegaknya

pemerintahan, karena hukum-hukum itu memberikan indikasi

bahwa mereka diterapkan untuk tujuan menciptakan sebuah negara

dan menangani permasalahan politik, ekonomi, dan budaya dalam

masyarakat.3

Hukum-hukum syar‟i mencakup bermacam-macam badan

hukum dan peraturan yang membentuk sebuah sistem sosial yang

lengkap. Pada sistem hukum ini, semua kebutuhan manusia

terpenihi. Kebutuhan ini berupa nmenjalin hubungan dengan para

tetangganya, sesame warga negara, anak-anak, dan keluarganya dan

yang berkaitan dengan kehidupan pribadi dan pernikahannya.

Kebutuhan ini juga meliputi peraturan tentang perang dan damai,

3 Ayatullah Khomeini, Sistem Pemerintahan… , h. 39.

Page 5: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

77

hubungan dengan negara-negara lain, hukum komersial dan hukum

tentang perdagangan dan pertanian.

Hukum Islam memuat ketetapan-ketetapan yang

berhubungan dengan persiapan pernikahan dan bagaimana

melakukan ijab dalam pernikahan. Hukum ini juga meliputi hal-hal

yang berhubungan perkembangan janin dalam kandungan, serta apa

yang harus dimakan orang tua saat merencanakan kehamilan. Lebih

jauh, hukum ini juga menetapkan kewajiban-kewajiban atas para

ibu selama mereka menyusui bayi, bagaimana mengasuh anak, dan

mengatur hubungan suami-istri serta atas anak-anak mereka. Islam

memberikan hukum-hukum dan aturan-aturan untuk semua hal

tersebut debgan tujuan untuk membentuk penganutnya menjadi

manusia seutuhnya dan juga saleh serta menerapkan hukum-

hukumnya dan secara alami (tanpa pemaksaan) melaksanakannya.

Jelaslah, bagaimana besarnya perhatian Islam akan sebuah

pemerintahan dan hubungan sosial-politik dalam masyarakat,

dengan tujuan untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi

pembentukan manusia yang tulus dan saleh.

1. Bentuk Pemerintahan Islam

Page 6: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

78

Pemerintahan Islam tidak bersifat tirani dan juga tidak

absolut kekuasaannya, melainkan bersifat konstitusional.

Namun bukan bersifat konstitusional sebagaimana pengertian

saat ini, yaitu berdasarkan suara mayoritas. Pengertian

konstitusional yang sesungguhnya adalah bahwa pemimpin

adalah suatu subjek dari kondisi-kondisi tertentu yang berlaku

di dalam kegiatan memerintah dan mengatur negara yang

dijalankan oleh pemimpin tersebut, yaiut kondisi-kondisi yang

telah dinyatakan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi saw.

kondisi-kondisi tersebut menurut pakar hukum-hukum dan

atursn-aturan Islam yang juga terdiri dari kondisi-kondisi yang

harus diperhatikan dan dipraktikan. Pemerintahan Islam

karenanya dapat didefinisikan sebagai pemerintahan yang

berdasarkan hukum-hukum Ilahi (Tuhan) atas nama manusia

(makhluk). Terdapat perbedaan yang mendasar antara

pemerintahan Islam dengan pemerintahan monarki dan

republik.

Karakteristik pemerintahan Islam, kekuasaan legislatif

dan wewenang untuk menegakkan hukum secara eksklusif

adalah milik Allah SWT. Pembuat undang-undang suci ini

Page 7: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

79

dalam Islam adalah satu-satunya kekuasaan legislatif. Tidak ada

seorang pun yang berhak untuk membuat undang-undang lain

dan tidak ada hukum yang harus dilaksanakan kecuali hukum

dari Pembuat undang-undang. Atas dasar inilah dalam sebuah

pemerintahan Islam, badan Majelis Perencanaan mengambil

peran sebagai Majelis Legislatif, yang merupakan salah satu

dari tiga cabang dalam pemerintahan yang ada saat ini

(legislatif, eksekutif, yudikatif). Majelis ini menyusun program-

program bagi departemen kementrian di dalam kerangka aturan-

aturan Islam dan dengan cara demikian majelis ini akan

menentukan bagaimana kuantitas dan kualitas pelayanan publik

yang akan diberikan oleh negara kepada masyarakatnya.

Hukum-hukum Islam yang ada di dalam Al-Qur’an dan As-

Sunnah telah diterima oleh kaum Muslim dan ditaati.

Penerimaan mereka ini akan memudahkan tugas pemerintah

dalam menerapkan hukum-hukum tersebut dan membuatnya

agar benar-benar menjadi milik rakyat dengan

mensosialisasikannya. Semua manusia, termasuk Nabi saw. dan

para Imam, adalah subjek hukum Islam dan akan tetap demikian

Page 8: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

80

selamanya subjek dari hukum sebagimana yang telah

diwahyukan.

2. Syarat-syarat Hakim (Pemutus Permasalahan)

Telah diutarakan bahwa pemerintahan Islam adalah

pemerintahan yang berdasarkan hukum, oleh karena itu

pengetahuan akan hukum-hukum Islam perlu dimiliki oleh

hakim, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam riwayat hadits.

Sesungguhnya pengetahuan tersebut perlu diketahui bukan saja

hanya oleh para hakim, namun juga bagi siapa saja yang

menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan.

Pengetahuan akan hukum dan keadilan adalah dua syarat

yang mendasar bagi kaum muslim dalam permasalahan

imamah. Prinsip yang ditegakan adalah bahwa fuqaha (bentuk

jamak dari faqih) memiliki kewenangan yang lebih atas

penyelenggaraan pemerintahan. Jika seorang penyelenggara

pemerintahan taat kepada ajaran Islam, maka ia wajib taat

kepada fuqaha dan harus bertanya mengenai hukum-hukum dan

aturan-aturan Islam yang akan dijalankan kepada fuqaha.

Tentunya tidak semua pejabat, gubernur, dan pegawai

administrasi mengetahui seluruh hukum-hukum Islam dan

Page 9: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

81

menjadi fuqaha, cukuplah mereka mengetahui hukum-hukum

Islam yang berkaitan dengan fungsi dan tugas mereka.

3. Wilayatul Faqih

Keberadaan wilayah al-faqih atau kekuasaan politik

ulama dalam pandangan Imam Khomeini adalah atas dasar

penunjukan. Tidak ada beda anatara wilayah al-faqih ini dengan

wilayah pada Nabi Muhammad saw. dan para Imam. Semuanya

sama-sama menegakkan pemerintahan yang telah disyariatkan

Allah SWT. Menurut Imam Khomeini, tugas wilayah al-faqih

ini bisa jadi dilaksanakan secara individu maupun kolektif.

Kalau salah seorang di antara ulama tersebut ada yang memiliki

kemampuan yang paling menonjol dari seluruh ulama, maka ia

sendiri wajib ain melaksanakannya. Sebaliknya, kalau tidak ada

yang bisa sendirian, maka secara bersama-sama mereka wajib

mendirikan kekuasaan wilayah al-faqih.4

Wilayah yang ditetapkan bagi Nabi saw. dan para Imam

dalam menegakkan pemerintahan, melaksanakan hukum dan

mengatur urusan-urusan juga diperuntukan bagi seorang faqih.

Tetapi seorang faqih tidak memiliki wilayah mutlak atas

4 Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik… , h. 245.

Page 10: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

82

fuqahalain di masa hidupnya, seperti menunjuk atau

nmemberhentikan mereka. Tidak ada suatu tingkatan heirarkis

yang menunjukkan bahwa faqih yang satu lebih tinggi

kedudukannya dari yang lainnya atau yang satu memiliki

wilayah yang lebih dari yang lain. Jika tidak menjadi tanggung

jawab seseorang, maka tugas ini jatuh pada seluruh fuqaha dan

menjadi wajib kifai (kewajiban yang jika telah dilaksanakan

oleh satu orang, maka yang lain gurgur kewajibannya). Bahkan

jika tidak mungkin bagi mereka untuk melaksanakan tugas itu,

wilayah para fuqaha tetap tidak menjadi batal atau tetap berlaku

karena wilayah mereka merupakan ketetapan dari Allah SWT.

Ketika revolusi Iran telah berhasil, maka dengan

berdasarkan konsep Velayat-e-Faqih itu, kita mendapati bahwa

di Iran telah berdiri sebuah republik Islam yang mengadakan

pemilihan umum, memiliki sebuah parlemen, seorang presiden,

perdana menteri serta menteri-menteri dalam kabinet itu.

Melihat konstitusi yang berlaku di Iran di bawah Khomeini ini,

Page 11: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

83

orang mengatakan bahwa banyak sekali terdapat pengaruh

konstitusi Perancis di dalamnya.5

B. Pengaruh Pemikiran Politik Imam Ayatullah Ruhullah

Khomeini Terhadap Revolusi Iran

Pemikiran Imam Ayatullah Ruhullah Khomeini banyak

dipengaruhi oleh pemikiran Syi‟ah. Negara Iran atau Persia mulai

berganti menjadi Islam Syi‟ah pada zaman Safawi, pada tahun

1501. Dinasti Safawi kemudian menjadi salah satu penguasa dunia

yang utama dan mulai mempromosikan industri pariwisata di Iran.

Di bawah pemerintahannya, arsitektur Persia berkembang kembali

dan menyelesaikan pembangunan monumen monumen yang indah.

Runtuhnya Safawi disusul dengan Persia yang menjadi sebuah

medan persaingan antara kekuasaan Kekaisaran Rusia dan

Kekaisaran Britania (yang menggunakan pengaruh Dinasti Qajar).

Namun begitu Iran tetap melestarikan kemerdekaan dan wilayah-

wilayahnya, menjadikannya unik. Modernitas Iran yang bermula

pada lewat abad ke-19, membangkitkan keinginan untuk berubah

dari orang-orang Persia. Ini menyebabkan terjadinya Revolusi

5 A.R Zainuddin, Pemikiran Politik Islam Islam, Timur Tengah dan

Benturan Ideologi, (Jakarta: Pensil), h.. 235.

Page 12: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

84

Konstitusi Persia pada tahun 1905 hingga 1911. Pada tahun 1921,

Reza Khan (juga dikenal sebagai Reza Shah) mengambil alih tahta

melalui perebutan kekuasaan dari Qajar yang semakin lemah.

Sebagai penyokong modernitas, Shah Reza memulai pembangunan

industri modern, jalan kereta api, dan pendirian sistem pendidikan

tinggi di Iran. Malangnya sikap aristokratik dari ketidakseimbangan

pemulihan kemasyarakatan menyebabkan banyak rakyat Iran tidak

puas.6

Dapat dikatakan bahwa Iran adalah “Negeri Raja-Raja”

yang melambangi monarki. Raja-rajalah yang menjadi faktor utama

bagi kebangsaan Iran yang melanjut terus. Iran mempunyai suatu

rahasia yang unik, kesanggupannya untuk mempertahan diri dari

kekuatan yang bisa meruntuhkan selama 2.500 tahun sebagaimana

terbukti dalam sejarahnya, terletak dalam pimpinan kemahkotaan.

Itulah kebudayaan Persia yang berada di bawah lindungan

dan naungan monarki yang selamanya menjadi faktor utama dalam

asimilasi dan peninggalan pengaruh yang mendasar. “Negeri Raja-

Raja” adalah kemantapan kejayaan-kejayaan Persia kuno dan

kemajuan-kemajuan Iran modern. Hal itu dapat dicapai di bawah

6 Amirullah Kandu, Ensiklopedia Dunia Islam, (Bandung: Pustaka Setia,

2010), h. 410.

Page 13: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

85

pimpinan yang berpemandangan jauh dari Seri Baginda

Kemaharajaan Shahanshah Aryamehr.7

Beberapa dinasti silih berganti menguasai Persia. Dalam

tahun 633-651 Masehi, Persia diduduki oleh bangsa Arab atau

tentara Muslim. Dan dalam tahun 1220-1256 diduduki pula oleh

bangsa Mongol, menyusul pula dinasti-dinasti yang lain. Iran

modern dimulai semenjak setengah abad yang lalu.Pada saat itu

Iran berada dalam pasang surut yang rendah. Negeri itu dirobek

oleh serbuan-serbuan perang dari luar. Keadaan dalam negeri kacau

balau sehingga nyaris rubuh sebagai bangsa yang merdeka. Maka

tampilah seorang panglima perang dengan kesanggupan dan

kecerdasan yang luar biasa. Dialah yang kemudian dikenal dengan

nama Reza Shah Agung. Dialah yang membawa negerinya dengan

wibawa dan perkasa memasuki abad modern.

Dalam tiga puluh tahun pertama Iran mengalami kemajuan-

kemajuan, baik di bawah pemerintahan Reza Shah Agung, maupun

semasa pemerintahan puteranya Reza Pahlavi Shahanshah

Aryamehr. Shah Reza Pahlavi yakin bahwa Iran akan kembali lagi

7 Yusuf Abdullah Puar, Perjuangan Ayatullah Khomeini, (Jakarta: Pustaka

Antara, 1979), h. 27.

Page 14: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

86

memainkan peranann penting dalam kemasyarakatan bangsa-

bangsa seimbang dengan sejarah kejayaan yang panjang.

Shah Reza Pahlavi menjalankan Revolusi Putih semenjak

tahun 1963 dengan maksud memebawa perubahan-perubahan

ekonomi dan sosial secara mendasar dalam setiap aspek kehidupan

nasional terutama di daerah-daerah pedalaman.Kemakmuran Iran

disandarkan kepada sumber-sumber minyak yang melimpah

bersamaan dengan kemajuan dalam pertanian, industri dan

pertambangan.Tetapi dalam bidang-bidnag itu ditemui salah urus,

korupsi dan ketidakadilan. Shah Iran, keluarganya dan orang-orang

kepercayaannya terlibat di dalamnya. Rencana menjadikan Iran

negara progresif yang paling makmur di dunia membawa akibat-

akibat yang membaik.

Reza Shah mengumbar janji-janji manis bagi Islam pada

tahun-tahun awal kekuasaannya dan mendapatkan dukungan dari

para pimpinan Syi‟ah. Namun, setumpuk kebijakan yang

bertentangan dengan keyakinan dan identitas Islam serta

melangkahi wewenang dan kedudukan para ulama semakin

mengasingkan banyak ulama dan kelompok-kelompok tradisional.

Pemerintah memilih nama pra-Islam (Pahlevi) dan lambang-

Page 15: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

87

lambang pra-Islam (singa dan matahari), dan melakukan langkah-

langkah pembaruan hukum dan pendidikan dengan landasan Barat.

Aturan busana membatasi dikenakannya pakaian keagamaan, dan

mewajibkan pakaian Barat untuk kaum pria (1928), dan melarang

cadar (1935).Pemerintah mengontrol sumbangan-sumbangan

keagamaan (1934). Seperti di Mesir dan negara-negara Muslim lain

yang beranjak modern, para ulama kehilangan sumber-sumber

utama kekuasaan dan kekayaan karena posisi mereka digantikan

oleh pengadilan, pengacara, hakim, notaris, dan guru sekular

modern. Langkah pembaruan yang dilakukan Pahlevi banyak

menguntungkan kelas atas dan kelas menengah baru serta

memperlebar kesenjangan sosial ekonomi dan budaya antara

kelompok-kelompok yang berkiblat ke Barat tersebut dan mayoritas

bangsa Iran, terutama elite tradisioanal.8

Pemerintahan Reza Shah dimulai pada 1941, ketika Inggris

memecat Reza Khan dan menempatkan putranya itu di atas

Mahkota Merak. Namun, baru pada 1953 setelah kembali dari

pengasingannya di Italia, atas campur tangan Amerika dan Inggris,

Shah mulai secara efektif mengkonsolidasikan kekuasaannya

8 John L. Esposito & John O. Voll, Demokrasi… , h. .69.

Page 16: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

88

dengan dukungan kuat dari sejumlah pemerintah Barat (terutama

Amerika Serikat dan Inggris) dan perusahaan-perusahaan

multinasional Barat.

Karena semakin bergantung pada Barat, Shah

mengandalkan perlindungan militer dan polisi yang dilatih di Barat

dan Israel ketika dia mulai menjalankan program modernisasi sosial

ekonomi model Barat yang ambisius, Revolusi Putih (1963-1977).

Namun dalam pelaksanaannya dia tidak membuka partisipasi

politik rakyat secara signifikan, tetapi menerapkan tidakan

penindasan untuk mengontrol pihak oposisi. Ketika

pemerintahannya semakin otokkratis pada 1970-an, Shah

mengandalkan SAVAK, polisi rahasia yang dilatih oleh CIA dan

Mossad, untuk menindas kalangan oposisi: yakni kaum nasionalis

liberal-sekular, kaum nasionalis religious, dan kaum Marxis.

Sebagimana dikatakan James Bill, Shah “meninggalkan kebijakan

lama yang berupa menyeimbangkan pemaksaan dan kerja sama,

penekanan dan pembaruan dia tidak lagi menerima perbedaan

Page 17: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

89

pendapat di dalam negeri atau oposisi politik kebijakan baru itu

melahirkan pemerintahan terror.”9

Seperti yang telah disebutkan di paragrap sebelumnya

Mohammad Shah Reza memang mendapatkan dukungan dari para

ulama di tahun-tahun pertamanya berkuasa. Pada waktu itu, banyak

orang yang beranggapan bahwa monarki adalah pelindung terhadap

sekularisme total dan ancaman komunisme. Meskipun oposisi yang

efektif belum terbentuk hingga 1970-an, telah muncul beberapa

kritikus terhadap ekses-ekses rezim tersebut sebab lembaga-

lembaga keagamaan pada 1960-an mulai menadapat serangan dari

pemerintah. Kebijakan-kebijakan Pahlevi semakin meluaskan

control negara atas banyak bidang yang sebelumnya merupakan

wilayah kekuasaan para ulama. Pembaruan yang pernah dilakukan

pemerintahan ayah Shah di bidang pendidikan, hukum, dan

sumbangan-sumbangan keagamaan pada 1930-an, kini disertai pula

dengan pembaruan di bidang pertahanan pada 1960-an yang

membatasi lebih lanjut kekayaan, penghasilan dan kekuasaan para

ulama. Lagi pula, sebagai sebuah kelompok yang kedudukan dan

9 James. A. Bill, The Eagle and the Lion: The Tragedy of American-Iranian

Relations, (New Haven: Yale University Press, 1988), hlm. 186-192., dikutip oleh

John L. Esposito & John O. Voll, Demokrasi… , h. 70.

Page 18: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

90

kekuasaannya telah lama diperkuat melalui hubungan erat dengan

elite politik, pemisahan antara pendidikan dan masyarakat

mengakibatkan perbedaan identitas dan pemikiran yang mencolok

antara kelompok leite dan cendikiawan secular modern dengan para

ulama yang religius. Ketika kekuasaan semakin terpusat di tangan

Shah dan kelompom elite secular yang berkiblat ke Barat,

hubungan ulama dan negara pun semakin memburuk. Akibatnya,

kaum agama bersekutu dengan kelompom pedagang tradisional

(bazaari) dan melibatkan diri dalam isu-isu sosial, ekonomi dan

politik rakyat.

Pada 1962-1963, Ayatullah Khomeini tampil sebagai suara

anti pemerintah di antara minoritas ulama vokal yang menganggap

Islam dan Iran tengah terancam bahaya dan kekuasaan mereka

melemah, dan yang mendukung keterlibatan politik kaum ulama.

Program modernisasi Barat yang dijalankan Shah (terutama

pembaruan hukum pertanahan dan hak suara bagi kaum

perempuan) dan ikatan erat Iran dengan Amerika Serikat, Israel,

dan perusahaan-perusahaan multinasional dipandang sebagai

ancaman bagi Islam, kehidupan Muslim, dan kemerdekaan nasional

Iran.

Page 19: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

91

Iran di bawah Mohammad Reza Shah adalah monarki

konstitusional yang semu. Dalam teori, Iran modern diperintah di

bawah konstitusi 1906 versi baru, yang dibuat untuk menetapkan

pembatasan konstitusional bagi monarki dan cirri-ciri islami dari

negara tersebut. Meskipun memiliki konstitusi modern, Iran

bukanlah sebuah negara sekuler dalam arti memisahkan agama dari

negara. Raja haruslah menjadi pengikut mazhab Ja‟fari dari Syi‟ah

Dua Belas (Itsna Asyariyah) dan menjadi pelindung keyakinan itu;

parlemen harus memasukan lima ulama terkemuka dalam

keanggotaannya untuk menjamin bahwa tidak ada perundang-

undangan yang bertentangan dengan hukum Islam. Ketentuan

konstitusional itu dimaksudkan untuk membatasi kekuasaan raja

dan membuatnya bertanggung jawab terhadap majelis perwakilan.10

Meskipun demikian, kedua Pahlevi itu, Reza Khan dan Mohammad

Reza Shah, setelah kembali dari pengasingan pada 1953,

mengabaikan konstitusi tersebut. Mereka malah membangun suatu

negara berdasarkan otoritas pribadi mereka, mengindentifikasikan

nasionalisme Iran dengan Dinasti Pahlevi, dan membatasi ruang

gerak dan menindas para ulama. Hubungan pemerintahan Dinasti

10

Shireen T. Hunter, Iran After Khomeini, (Washington, D.C: CSIS, 1922),

hlm.7., dikutip oleh L. Esposito & John O. Voll, Demokrasi… , h.73

Page 20: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

92

Shah Pahlevi dengan partisipasi politik rakyat berubah dari kerja

sama dengan kesepakatan yang disepakati oleh pimpinan yang

dipilih untuk menjalani suatu kelompok (kooptasi) menjadi oposisi

dan penindasan. Reza Khan, seperti rekan sezamannya, Ataturk,

membuka sedikit celah untuk oposisi. Namun, penduduk kembali

Sekutu atas Iran pada 1941 dan diturunkannya Reza Shah secara

paksa dari tahta kekuasaan

Suatu pergolakan sengit dan lama mulai dengan goncangan-

goncangan yang bersifat nasional maupun internasional. Suatu

ketika nampaknya Shah telah kehilangan segalanya. Kekacauan itu

mencapai puncaknya bulan Agustus 1953.Kaum demonstran yang

memenuhi jalanan-jalanan Kota Teheran merampok took-toko,

membakar potret-potret Shah, menggulingkan patung-patung dan

juga patung ayahnya Reza Khan.11

Tanggal 16 Agustus tahun itu Shah terpaksa melarikan diri

untuk mengasingkan dirinya sementara di Italia. Tapi di bawah

tekanan militer kaum demonstran kini berubah haluan dan mulai

melakukan demonstrasi mendukung Shah.

11

Yusuf Abdullah Puar, Perjuangan… , h. 37.

Page 21: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

93

Dalam bulan Juni tahun itu masalah-masalah agama dan

pembaharuan di bidang agrarian mencetuskan suatu krisis lainnya.

Ayatullah Khomeini, pemimpin Muslim Syi‟ah, ditahan di Kota

suci Qum di barat daya Teheran. Dia kemudian diasingkan mula-

mula ke Turki, dan belakangan ke Iraq.

Pembaharuan agrarian yang merupakan salah satu segi dari

“revolusi putih” itu menimbulkan suatu pergolakan yang

dikobarkan oleh tuan-tuan tanah dan para pemimpin agama.

Kerusuhan-kerusuhan meledak di berbagai daerah, terutama di ibu

kota Teheran. Shah yang kini mempunyai watak semakin keras,

berhasil mengatasinya.

Namun korupsi yang merajalela bahkan di kalangan

anggota-anggota kerajaan, kegiatan tercela polisi rahasia, keinginan

akan demokrasi yang sejati digabungkan dengan penentangan baru

dari unsure-unsur agama meledakan suatu babak baru kerusuhan

tahun 1978. Kerusuhan-kerusuhan ini berkembang menjadi

bentrokan berdarah yang semakin meningkat. Sekitar 700 orang

tewas dalam kerusuhan Jumat hitam 8 September 1978.

Sedemikian jauh belum terlihat apa-apa. Pihak militer

menjadi semacam penengah.Nasib dinasti Pahlevi dan

Page 22: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

94

kelangsungan hidup kerajaan Darius dinilai sampai pertengahan

Januari 1979 tergantung atas keputusan akhir militer.

Pada saat itulah Imam Khomeini tampil berkampanye

menentang kekuasaan Reza Pahlevi. Ia berkali-kali dengan yakin

menyatakan mampu menggulingkan pemerintahan Shah Reza

Pahlevi. Aktivitas politik Khomeini ini mendapat sambutan dari

rakyat Iran. Wibawa Khomeini semakin besar di kalangan rakyat

Iran Syi‟ah. Dari pengasingannya, Khomeini mengeluarkan

pernyataan bahwa kejahatan dan kekejaman alat-alat pemerintah

harus segera diakhiri dan mengajak tentara Iran serta para

pemimpin untuk membebaskan Iran dari kehancuran total.

Pernyataan ini mengangkat Khomeini sebagai pemimpin revolusi.

Dari pengasingan, ia secara berkesinambungan melancarkan protes

dan kecaman terhadap kesewenangan-wenangan Reza Pahlevi dan

rencana menggantikan pemerintahan Iran dengan demokrasi Islam.

Pada tahun 1978, Khomeini pindah ke Paris, Perancis. Shah

Iran tidak menganggap bahaya kepergian Khomeini ke Paris.

Ternyata dari sinilah secara lebih intensif Khomeini

mengemukakan gagasan revolusinya menentang Shah Iran. Pidato-

pidatonya yang direkam dalam bentuk kaset diselundupkan ke Iran

Page 23: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

95

untuk disebarluaskan kepada seluruh masyarakat Islam Iran.

Gelombang demonstrasi terjadi dimana-mana di Iran. Tahun 1978,

praktis Shah Iran tidak dapat menguasai keadaan. Gerakan ulama

sudah terlalu jauh masuk menggerakan revolusi terhadap Shah Iran.

Sementara para mahasiswa di kampus bergerak menuntut turunnya

Shah, para buruh melakukan mogok missal sehingga melumpuhkan

pengahasilan minyak bumi Iran yang merupakan sektor dasar

ekonomi negara tersebut.12

Pada tanggal 16 Januari 1979, Shah Reza Pahlevi

mengungsi ke luar negeri (mulanya ke Mesir). Lima belas hari

kemudian, Khomeini yang sebelumnya dilarang masuk ke Iran,

pulang dari Paris ke Teheran mengambil alih kepemimpinan

revolusi langsung. Akhirnya, pada tanggal 11 Februari1979

angkatan bersenjata Iran mengundurkan diri dari jalan-jalan yang

dikuasai demonstran.Pendukung Khomeini akhirnya pun dapat

menguasai keadaan. Tanggal tersebut kemudian diakui secara resmi

sebagai Hari Revolusi Islam Iran.

Jadi, pemikiran politik Imam Khomeini sangatlah

berpengaruh terhadap Revolusi di Iran. Khomeini memiliki karisma

12

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik… , h.234.

Page 24: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

96

yang amat kuat sehingga mudah membuat para pengikutnya pun

juga memiliki kesetiaan terhadapnya. Tujuan gerakan Khomeini

hanyalah untuk menuntut keadilan sosial, pembagian kekayaan

yang adil, ekonomi yang produktif yang berdasarkan pada

kebutuhan nasional dan gaya hidup sederhana, serta pemberantasan

korupsi. Karena apa yang dilakukan selama ini oleh Shah Iran

digambarkannya tidak sesuai dan sejalan dengan ajaran-ajaran

Islam sebab banyak hal-hal yang dilaksanakannya itu bertentangan

dengan tradisi Islam.

C. Aplikasi Negara Menurut Imam Ayatullah Ruhullah dalam

Sistem Pemerintahan Republik Islam Iran

Perlu diadakan sebuah analisa terhadap kandungan kelas

dalam revolusi yang sebenarnya dan tendensi-tendensi yang terlibat

di dalamnya. Khomeini dan kaum fundamentalis mustahil akan

pernah mendapatkan kekuasaan jika tidak berkat adanya gerakan

kaum buruh. Secara khusus bisa dikatakan bahwa beberapa ablation

penuh kelas pekerja di sektor-sektor ekonomi kuncilah yang

memainkan peran penting dalam meruntuhkan kekuatan penyokong

negara ini. Ini adalah tragedy dari revolusi Iran tahun 1979.

Kekuasaan sesungguhnya ada di tangan kelas pekerja Iran, tetapi

Page 25: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

97

dalam ketiadaan sebuah partai dan pemimpin revolisioner sejati,

mereka tidak mengetahui hal itu, dan tak seorang pun yang

menjelaskan kepada mereka.13

Setelah Imam Khomeini meninggal dan digantikan oleh

Ayatullah Ali Khameini (Juni 1989), kekuasaan Pemimpin

dalam prakteknya cenderung menurun. Berbeda dengan

Ayatullah Khomeini, Ali Khameini tidak mendapat sebutan

sebagai imam, melainkan “Pemimoin Revolusi Islam”. Hal ini

tampaknya untuk membedakan antara Ayatullah Khomineini

yang dipilih secara aklamasi oleh rakyat Iran dan Ali Khameini

yang dipilih oleh Majless Ahli (Majelis-e Khubregan), di

samping tentu saja karena Ayatullah Khomeini jauh lebih

kharismatik daripada penggantinya.

Setelah imam atau pemimpin Revolusi Islam atau Dewan

Pimpinan, kekuasaan tertinggi negara berada di tangan presiden.

Dalam pasal 113 disebutkan, presiden bertanggung jawab dalam

penerapan UUD, pengaturan ketiga cabang kekuasaan negara,

dan memimpin cabang eksekutif, kecuali dalam hal-hal yang

secara langsung menjadi tanggung jawab imam. Presiden,

13

Zayar, Revolusi Iran Sejarah dan Hari Depannya, (Yogyakarta: Sumbu,

2002), h. 79.

Page 26: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

98

berdasarkan pasal 114 dipilih untuk masa jabatan empat tahun,

dan dipilih secara langsung melalui pemilihan umum. Presiden

hanya dapat dipilih kembali untuk satu masa jabatan lagi secara

berurutan.14

Jadi dalam sistem Pemerintahan Republik Islam Iran ini

sejak kejatuhan dinasti Syah Iran, sebagai kepala negara adalah

Imam keduabelas yaitu turunan Rasulullah Muhammad SAW

yang selama masih gaib diwakili oleh Faqih atau Dewan Faqih

(Dewan Keimanan).

Kepala pemerintahan dipegang oleh seorang presiden

yang walaupun dipilih oleh rakyat tetapi diangkat, dilantik, dan

diberhentikan oleh Faqih atau Dewan Faqih (penentuan seorang

untuk menjadi Faqih dan Ayatullah adalah berdasarkan

kemampuan yang bersangkutan mengenal Al-Qur‟an dan Al-

Hadits, tetapi hadits dalam kajian Syi‟ah adalah yang

diriwayatkan oleh keluarga Nabi Muhammad SAW).15

Pemegang kekuasaan eksekutif lain di samping presiden

adalah, perdana menteri. Menurut pasal 124, PM diusulkan oleh

14

Inu Kencana Syafiie dan Andi Azikin, Perbandingan Pemerintahan,

Cetakan Ke-2, (Bandung: Refika Aditama, 2008), h. 67 15

Inu Kencana Syafiie dan Andi Azikin, Perbandingan… , h. 54.

Page 27: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

99

presiden, dan setelah disetujui Majles, baru kemudian secara

resmi presiden mengesahkan PM yang bersangkutan. PM

memiliki wewenang membentuk kabinet. Ketua kabinet (dewan

mentri-mentri) dipegang oleh perdana mentri (PM) yang dipilih,

diangkat dan diberhentikan oleh presiden setelah mendapat

persetujuan dari badan legislatif (Dewan Pertimbangan

nasional Iran). Dengan demikian kabinet bertanggung jawab

kepada badan legislatif ini. Namun, setelah referendum

amandemen konstitusi yang diadakan bersama dengan

pemilihan presiden 28 Juli 1989, jabatan PM dihapuskan.

Sebagai gantinya, jabatan wakil presiden diadakan.

Pengahapusan jabatan PM dimaksudkan untuk menghindari

dualism kekuasaan eksekutif.

Di Republik Islam Iran, kekuasaan legislatif ditangani

oleh tiga lembaga: Majles-e-Shura-e-Islami (majelis Konsultatif

Islam, selanjutnya disebut majles), Shuraye Nigahban (Dewan

Perwalian), dan Majles-e Khubregan (Majelis Ahli). Sudah

barang tentu, ketiga lembaga tersebut manjalankan fungsi

legislatif yang berbeda satu sama lain. Badan legislatif ini

memang bertugas mengawasi pihak eksekutif. Selain tugasnya

Page 28: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

100

membuat undang-undang, tetapi badan ini tidak bebas begitu

saja membuat peraturan perundang-undangan karena harus

disesuaikan dengan Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Yang dimaksud

dengan Al-Hadits dalam Mazhab Syi‟ah adalah yang

diriwayatkan oleh para turunan Nabi Muhammad SAW,

sehingga mereka mengenal wasiat yang ditinggalkan Nabi

adalah dua yaitu Al-Qur‟an dan keluarga Nabi, pengikut

keluarga Nabi ini diberi istilah Syi‟ah. Dalam pemilu yang

dilakukan setiap 4 tahun sekali untuk memilih 290 anggota

mejelis legislatif. Pada tahun 2000 ini, Iran memasuki babak

baru dengan sistem multipartai, sebelumnya pemilu Iran hanya

diikuti tiga kontestan; Majma‟e Rouhaniyoun Mobarez, Jame‟e

Rouhaniyat Mobarez, dan Partai Pelaksana Pembangunan.16

Kemudian dikenal pula Dewan Pelindung Konstitusi,

yang kemudian dewan ini disebut juga sebagai Dewan

Perwalian atau The Guardian Council of Constitution (Syura

Gahdan) yang bertugas mengawasi agar undang-undang yang

yang dibuat oleh Dewan Pertimbangan Nasional Iran tidak

bertentangan dengan ajaran Islam dan Kostitusi Iran

16

Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan

Geo-Politik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 192.

Page 29: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

101

Anggota-anggota Dewan Perwalian terdiri dari para

pakar sebagai berikut:

1. Para anggota yang diambil dari ahli hukum Islam

yang terkenal soleh dalam beribadah menjalankan

syariat Islam dan ditunjuk langsung oleh Dewan

Keimaman.

2. Para anggota yang diambil dari ahli hukum umum

(lawyers) dari berbagai cabang ilmu hukum, tetapi

bagaimana juga dipilih dari hakim-hakim Islam,

mereka juga harus mendapat izin dari Hight Council

of the Judiciary (Mahkamah Agung Iran) beserta

pengesahan dari Dewan Pertimbangan Nasional Iran.

Dengan dinamikanya sendiri, perubahan-perubahan

signifikan sebenarnya terus berlangsung di Iran pada masa psca

revolusi. Perubahan-perubahan itu sering disebut para pengkaji

dan pengamat Iran sebagai reformasi dan bahkan demokratisasi.

Dan dalam perubahan-perubahan itu, muncul dua kubu besar,

kelompok reformis pada satu pihak, dan kelompok konservatif

pada pihak lain. Pada dasarnya, kelompok reformis adalah kubu

Presiden Muhammad Khatami dan parlemen (majles) pada satu

Page 30: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

102

pihak yang berhadapan dengan otoritas kaum Ayatullah dan

Mullah dalam lembaga Wilayat al Fakih yang menganggap diri

mereka sebagai pewaris Ayatullah Khomeini, founding father

revolusi Islam Iran.17

Tarik tambang dan pergumulan di antara kedua kubu

terkait dengan beberapa hal. Kubu reformis misalnya

menekankan “kedaulatan rakyat”, sementara kubu konservatif

menekankan otoritas Wilayat Al-Fakih. Presiden Muhammad

Khatami yang terpilih berturut-turut dua kali dua kali pemilu

(1997 dan 2001) dengan mutlak, 69.1% dan 77% menyatakan,

misalnya “pemerintah ditentukan mejles (parlemen). Cabang

eksekutif mestilah bertanggung jawab kepada majles, majles

adalah kepala dari segala urusan, dan majles adalah manifestasi

kedaulatan rakyat. Tugas terbesar majles adalah membahas dan

memecahkan masalah nasional, dan maslah-masalah agama.

Keragaman mestilah diterima, sehingga berbagai masalah dapat

dipecahkan melalui pembahasan dan diskusi, dan suara

terbanyak. Inilah dasar kemerdekaan.18

17

Musthafa Abd. Rahman, Iran Pasca Revolusi Fenomena Pertarungan

Kubu Reformis dan Konservatif, (Jakarta: Kompas, 2003), h. xx. 18

Musthafa Abd. Rahman, Iran Pasca… , h. xxi.

Page 31: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

103

Imam Khomeini terjun ke medan perjuangaan tanpa

bekal senjata, hanya berbekalkan iman nan tulus. Beliau terus

berupaaya menanamkan tonggak-tonggak pemikiran dan

ideologi atau Revolusi Islam. Berbagai hal buruk telah beliau

rasakan dalam perjalanan itu demi mewujudkan perubahan di

hauzah serta meletakkan landasar-landasan yang benar. Di

samping itu, beliau juga terus berupaya menyelamatkan para

pelajar ilmu agama yang telah memiliki kesiapan dan

kemampuan dalam bidang keilmuan dan perjuangan, dalam

situasi kebekuan pemikiran yang tengah merajaalela itu.

Namun, di sisi lain beliau harus mencurahkan tenaga, pikiran,

dan waktunya untuk memimpin jalannya perjuangan rakyat Iran

dalam melawan pemerintah Syah dan para pendukungnya yang

berada di bawah kepemimpinan Amerika. Oleh sebab itu, dasar-

dasar pemikiran hauzah dibangun untuk mengembangkan

pemikiran Islam dan revolusi yang hakiki.19

Rezim Iran sepertinya dilahirkan untuk menjadi

penantang dinominasi dan kepentingan AS dikawasan Timur

Tengah. Betapa tidak, kelahirannya saja pada tahun 1979 sudah

19

Ahmad Khomeini, Imam Khomeini, (Bogor: Cahaya, 2004), h. 129-130.

Page 32: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

104

merupakan sebuah petaka bagi kepentingan AS terutama di

Teluk. Rezim ini lahir dengan menjatuhkan salah satu aliansi

paling strategis negara ini yaitu rezim Syah Pahlevi. Rezim ini

juga merupakan sekutu dekat Israel baik dalam hubungan

ekonomi maupun militer. Konon, ketergantungan Israel

terhadap minyak Iran saat itu mencapai angka 70%.20

Paska

pendudukan kedutaan AS di Tehran oleh para aktivis gerakan

paska revolusi 1979, rezim baru Iran membalik arah orientasi

politik luar negerinya terhadap AS 180 derajat. Iran baru

menjadi musuh AS hampir di segala bidang. Sekalipun pada

awal gerakan, AS beupaya mendekat kepada rezim itu termasuk

dengan menolak kedatangan Reza Pahlevi untuk bertobat,

negara itu pada akhirnya memutus hubungan diplomatiknya

dengan Tehran. Hingga saat ini, hubungan itu belum dipulihkan,

tidak ada perwakilan Iran di Washington dan tidak ada

perwakilan AS di Teheran.

Perilaku Iran pascarevolusi pun tidak banyak

memperbaiki situasi, apalagi dengan upayanya

20

Ibnu Burdah, Islam Kontemporer, Revolusi & Demokrasi Sejarah Revolusi

Politik Dunia Islam dan Gerakan Arab dalam Arus Demokrasi Global, (Malang:

Intrans Publishing, 2014), h. 150.

Page 33: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

105

menyebarluaskan revolusi ke luar negeri dan bantuannya bagi

kelompok-kelompok radikal Islam di Lebanon, Sudan, Aljazair,

serta tepi Barat dan Gaza. Antipasti Teheran terhadap

Washington, tegas Shahram Chubin, berakak pada

kedudukannya di dalam sistem regionalnya, dan pada ambisinya

untuk menjadi pemegang mandat atas Islam.

Tetapi, diagnosis AS tentang ancaman Iran tidak

memperhitungkan kelemahan revolusi Islam itu di dalam

maupun luar negeri. Revolusi Iran sama sekali bukan sebuah

contoh yang bisa ditiru. Seperti dikatakan seorang analis Iran,

“Revolusi ini hanya sebuah kulit kosong yang tidak memberi

inspirasi dan juga tak mampu menggerakan para

pendukungnya.” Iran tidak lagi merupakan ancaman ideologis

ataupun budaya bagi AS dan sekutu-sekutunya di kawasan

Timur Tengah.21

Hal ini bisa jadi contoh klasik adalah

kegagalan Ayatullah Khomeini dalam mendorong sesama kaum

Syi‟ah di Irak untuk bangkit melawan rezim Saddam Hussein

selama perang Iran-Irak pada dasawarsa 1980-an. Sekali kaum

Islamis dari berbagai negara bangkit berkuasa, mereka akan

21

Fawaz A. Gerges, Amerika dan Islam Politik Benturan Peradaban atau

Benturan Kepentingan?, (Jakarta: AlvaBet, 2002), h. 167.

Page 34: BAB IV PENGARUH PEMIKIRAN POLITIK IMAM KHOMEINI …

106

menghabiskan energi revolusionernya untuk mengurusi lawan-

lawan ideologis dan politis di dalam negeri. Celah antara kaum

Sunni dan Syiah dalam Islam, ditambah dengan perbenturan ego

antara para pemimpin patriarkisnya, akan menghambat

kebangkitan serta konsolidasi sebuah gerakan Islamis

internasional yang homogen.

Ketidakmampuan Republik Islam ini mengekspor

revolusinya terkait langsung dengan kegagalan politik dalam

negerinya yang begitu jelas dengan kegagalan politik dalam

negerinya yang begitu jelas serta kinerja ekonominya yang

menyedihkan, walaupun ada selapis tipis demokratisasi yang

dijalankan para ulama, Iran dikuasai oleh rezim totaliter yang

makin sering mengandalkan tindakan represif untuk

melumpuhkan pemberontak dan mempertahankan kontrol.

Pasca revolusi Iran, implemetasi pemikiran Imam

Khomeini memang dituangkan dalam sebuah bentuk negara

Republik Islam, namun dari beberapa keunggulan teori

kenegaraannya tersebut terdapat beberapa celah kesalahan yang

menimbulkan dampak buruk bagi negara Iran itu sendiri.