bab iii bentuk-bentuk pelayanan komisi doa di...
TRANSCRIPT
BAB III
BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB
“BETHESDA” SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING
PASTORAL
Bab ini secara mendasar mengetengahkan hasil penelitian di lapangan dan akan
mengemukakan bagaimana bentuk-bentuk pelayanan komisi doa di GPIB “Bethesda”
Sidoarjo sesuai dengan prespektif pastoral di dalam pelayanannya.
3.1. Deskripsi lokasi penelitian
3.1.1. Latar belakang Gereja
Benih berdirinya GPIB “Bethesda” Sidoarjo pada waktu itu terdiri dari Kumpulan
jemaat Kristen ini anggotanya terdiri dari tentara Belanda dan juga 4 keluarga sipil yang ada
waktu itu menyatukan diri (Kel. Budiarjo; Kel. Samuel Pattiasina; Kel. Tuminah Hutagalung;
Kel. Pattinama).1 Tepatnya sejak tanggal 20 Novembember 1948, dengan menggunakan
tempat kebaktian di sebuah ruang kantor Sosial. Pelayanan pada waktu itu adalah Bapak
Pattiastina – Kepala Kantor Sosial Sidoarjo bersama-sama dengan pelayan-pelayan dari
Surabaya. Sampai akhir tahun 1950 jumlah anggota bertambah menjadi 20 orang. Pada tahun
1951, dan karna satu dan lain hal kebaktian pun dipindahkan ke Pengadilan Negeri Sidoarjo.
Setelah menunggu cukup lama maka pada tahun 1952 seorang aktivis Kristen Boedihardjo
menghubungi Kementerian Agama Djawa Timoer urusan Kristen yaitu R. Rasih, Untuk
kemudian memberikan bantuan pembinaan kepada jemaat.2
1 Artikel GPIB “Bethesda” Sidoarjo, Sekilas Sejarah Gereja, 2005, 1.
2 ibid
Dari waktu ke waktu, jemaat bertumbuh cukup cepat. Hingga kumpulan jemaat ini
menyatakan diri sebagai Jemaat Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat Sidoarjo.
Dibentuklah saat itu susunan Majelis Jemaat pada tanggal 13 Oktober 1963 dengan susunan
Majelis Jemaat periode pertama.3 Sejak saat itu pula mulai dipikirkan mengenai
pembangunan gedung gereja. Dengan dibentuk panitia khusus pembangunan gereja yang
terbentuk pada tanggal 28 Pebruari 1964. Sejak saat itu panitia bekerja keras untuk
menggalang dana pembangunan. Sampai pada tahun 1966, Keluarga Boediardjo bergerak
untuk menyerahkan sebidang tanah seluas 15 x 25 meter. Kemudian ditambah lagi menjadi
seluas ± 930 m.4 Sementara itu kebaktian jemaat masih tetap dilaksanakan di Gedung
Pengadilan Negeri Sidoarjo sampai pada tahun 1970. Pada 9 Maret 1970, berkat bantuan
Letkol (Purn) R. Soediman Padmowaloejo, pembangunan gedung gereja GPIB mulai
terwujud dengan dilakukannya peletakan batu pertama oleh Wakil Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Sidoarjo, Ds. VM. Rumodor, Ds. Sidabutar dan Majelis gereja di Surabaya,
gedung gereja direncanakan dibangun dengan ukuran lebar 8 meter dan panjang 20 meter.5
Dan pada akhirnya, tepat pada 10 Juni 1973 Gedung Gereja GPIB Sidoarjo diresmikan
pamakaiannya. Berkaitan dengan itu, nama “Bethesda” sebagai nama jemaat yang sudah
mempunyai gedung gereja, diangkat dari Janji Yohanes 5 : 2 nama ini tidak begitu saja lahir,
melainkan menunjukkan bahwa nama ini mempunyai makna perjuangan iman yang heran
bagi jemaat Sidoarjo pada waktu itu, setelah 25 tahun, Tuhan mendengar dan menjawabnya.
Itulah sebabnya nama “Bethesda” diberikan, dan kini menjadi lambang dalam kesaksianNya
– termeterai pada gedung gereja dan nama yang otonom untuk kawasan GPIB lainnya.6
Perkembangan pun terus terjadi di dalam lingkungan jemaat GPIB “Bethesda”
Sidoarjo, terutama perkembangan jumlah warga jemaat yang semakin besar. Total jumlah
3 Ibid 1, 3.
4 Wawancara dengan Evie Panambunan, 17 Desember 2012, Pkl. 14.35wib.
5 ibid
6 ibid
kepala keluarga yang tercatat hingga bulan agustus 2012, adalah sekitar 950 kepala keluarga7
dengan 13 sektor dan 131 majelis jemaat dan 2 pendeta yaitu, Pdt. Rumambi A. Kariso dan
Pdt. Unsulangi. 13 sektor ini yaitu; sektor Syalom, sektor Nafiri, sektor Nazaret, sektor
Gloria, sektor Galilea, sektor Hosiana, sektor Sion, sektor Haleluya, sektor Makedonia, sektor
Immanuel, sektor Eden, sektor Maranatha, dan sektor Efrata. GPIB “Bethesda” pun memiliki
1 pos pelayanan yaitu Arhanudse, bertempat di sebuah kawasan TNI di Gedangan Sidoarjo.
Selain itu, dalam pelayanan gereja, GPIB “Bethesda” Sidoarjo memiliki 5 Pelkat yaitu; PKP
(Persekutuan Kaum Perempuan), PKB (Persekutuan Kaum Bapak), PA (Pelayanan Anak),
PT (Pelayanan Teruna) dan Pelkat GP (Gerakan Pemuda). Hingga pada tahun 2012, telah
ditentukan anggota pengurus jemaat di dalam organisasi gereja yang biasa disebut Pengurus
Harian Majelis Jemaat (PHMJ) yaitu; Ketua Majelis Jemaat oleh bpk. Pdt. P. Kariso
Rumambi, Ketua 1 oleh bpk. Dwi Sasmito, Ketua 2 oleh bpk. Royke Paoki, Ketua 3 oleh bpk.
Victor Manuputy, Ketua 4 oleh bpk. L. Petta, Ketua 5 oleh bpk. Yohanes Tri S., dan para
koordinator pengurus pelkat yaitu; Pelkat PA oleh Rayu Anekageo, Pelkat PT oleh Edwin
Rumengan, Pelkat GP oleh Putri Muli, Pelkat PKP oleh Melati Muli, Pelkat PKB oleh
Prihadi Sapto, Komisi duka oleh Benny Rosahyanugraha dan Komisi doa & perkunjungan
oleh Subardi Tomoseputro. Dengan ini maka, setiap pelayanan akan dikontrol sesuai dengan
tata gereja GPIB yang berlaku dan juga dapat membantu pelaksanaan pelayanan-pelayanan
yang ada.8
Akan tetapi, disisi lain gereja ini merupakan gereja dengan banyak warga jemaat,
akan tetapi kurang memadai dalam hal gedung gerejanya. Gedung gereja yang kurang besar
membuat banyak jemaat yang harus duduk diluar halaman gereja. Walaupun dilengkapi
dengan dua LCD yang dipasang dihalaman gereja akan tetapi tetap saja menurut penulis
7 Wawancara dengan Ketua Majelis Jemaat GPIB “Bethesda” Sidoarjo, Pdt. P. Kariso Rumambi, 24 Januari
2013, Pkl. 11.20wib. 8 Wawancara dengan Ketua Majelis Jemaat GPIB “Bethesda” Sidoarjo, Pdt. P. Kariso Rumambi, 11 Januari
2013, Pkl. 11.20wib.
kurang dapat membuat ibadah minggu tersebut menjadi khusuk. Oleh sebab itu, gereja
berupaya untuk membangun pos pelayanan menjadi gereja cabang, akan tetapi sampai
sekarang belum ada izin yang pasti dari pemerintah. Bahkan, menurut Pdt. Rumambi selaku
ketua majelis jemaat berkata; “segala sesuatu telah diupayakan, akan tetapi semuanya ini
butuh proses dan campur tangan Tuhan.”9 Upaya izin untuk beribadah senantiasa diupayakan,
bahkan pendekatan kepada masyarakat sekitar pos pun terus dilakukan. Oleh sebab itulah
maka, jemaat harus bersabar untuk tetap beribadah dengan tempat yang telah ada. Mengenai
keuangan, gereja ini dianggap sangat cukup mandiri di dalam setiap pelayanannya.
Pemasukan berasal dari persembahan perpuluhan, persembahan syukur jemaat, dan
persembahan ibadah minggu, sektor dan pelkat-pelkat yang ada serta ibadah lainnya. Dalam
setiap bulannya, total persembahan-persembahan ini diperkirakan sekitar 60-70 juta yang
kemudian dialokasikan kepada segala bidang pelayanan yang ada bahkan juga membantu
jemaat lain yang membutuhkan.
3.1.2 Kegiatan dan Komisi Gereja
Adapun Komisi-komisi yang bergerak di dalam pelayanan gereja yaitu; Komisi Duka
dan Komisi Doa & Perkunjungan. Pendeta dan jemaat pun menjalin hubungan baik dengan
masyarakat sekitar di dalam beberapa bidang pelayanan gereja dan juga dalam aksi meja
putih di bulan-bulan perayaan gerejawi. Kegiatan-kegiatan yang ada di dalam Gereja pun
dilaksanakan sesuai dengan jadwal kegiatan harian gereja. Berikut ini kegiatan sepekan dari
GPIB “Bethesda” Sidoarjo;10
GPIB “Bethesda” Sidoarjo merupakan sebuah gereja yang memiliki kapasitas jemaat
yang tinggi. Maka dengan itu maka, kebutuhan di dalam pelayanan gerejawi pun harus cukup
agar dapat mencangkup seluruh kebutuhan jemaat dalam hal spiritual. Dalam gereja ini,
9Ibid.,
10 Bethesda GPIB, Warta Jemaat, (Sidoarjo: Percetakan GPIB “Bethesda” Sidoarjo, 2013), 26.
Ibadah jemaat pada hari minggu, dilaksanakan tiga kali yaitu pada jam 06.00, 09.00 dan
17.00 setiap minggunya. Pada hari minggu itu pula dilaksanakan ibadah pelkat PA dan pelkat
PT pada jam 06.00, 09.00 dan 17.00 bersamaan dengan ibadah jemaat oleh karena diharapkan
agar anak-anak PA dan PT dapat beribadah sendiri dan tidak mengganggu ibadah jemaat
pada saat itu.11
Pada jam 11.00 diadakan pula persekutuan doa khusus untuk gerakan pemuda.
Pada hari senin, seharusnya merupakan hari libur untuk GPIB, namun ada kebijakan dari
pihak gereja untuk tetap menjadikan hari senin sebagai hari dimana dilaksanakannya latihan
kolintang dan persiapan bagi pelayan pelkat PA. pada hari selasa, paduan suara PKP dan
paduan suara jemaat meluangkan waktu untuk latihan di gedung gereja. Pada hari itu pula,
dilaksanakan Katekisasi rutin untuk pada calon sidi yang dibna oleh pendeta, vikaris dan
majelis jemaat. Hari rabu, merupakan hari keluarga bagi GPIB, dimana pada pkl. 19.00
diadakan ibadah keluarga disetiap sektornya. Pada hari kamis, kembali dilaksanakan
katekisasi rutin untuk para calon sidi, persiapan untuk para pelayan yang bertugas untuk
ibadah jemaat pada hari minggu dan pelkat PT dan pada hari yang sama pula dilaksanakan
rapat PHMJ rutin pada pukul 19.30. pada hari jumat, diadakan ibadah PKP disetiap sektor
dimana sekali dalam sebulan dilaksanakan di gedung gereja dan setiap minggu yang lain
diadakan di rumah-rumah jemaat persektor. Tiba pada hari terakhir yaitu hari sabtu, pada hari
iniselain latihan paduan suara PA dan persiapan pelkat, organis dan kantoria, juga diadakan
doa pagi pada pkl.05.00 pagi serta ibadah pelkat GP jemaat pada pkl. 18.00.12
Adapun ibadah pengucapan syukur jemaat dilaksanakan sesuai dengan permintaan
jemaat tersebut. Sedangkan untuk latihan kolintang atau pengisi ibadah lainnya dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan. Pelayanan gereja yang dilaksanakan oleh pendeta secara khusus
yaitu konseling pastoral kepada jemaat-jemaat secara khusus, dilaksanakan setiap minggunya
11
Wawancara dengan Ketua Majelis Jemaat GPIB “Bethesda” Sidoarjo, Pdt. P. Kariso Rumambi, 11 Januari 2013, Pkl. 11.20wib., Pertanyaan no.4. 12
ibid
pada hari jumat atau pun, bisa juga dilaksanakan sesuai dengan permintaan jemaat. Di
samping itu, untuk Komisi Duka, kegiatannya pun sesuai dengan situasi tertentu pada saat
jemaat berduka.
Dan untuk pelayanan Komisi Doa & Perkunjungan yang dulunya adalah Komisi Doa,
dilakukan persektor dengan 54 anggota jemaat yang terdiri dari gabungan antara majelis
jemaat dan jemaat awam. Dalam pelayanan Komisi Doa & Perkunjungan ini, dibagi atas dua
bentuk kepemimpinan yaitu pengurus inti dan koordinator sektor.13
Pengurus inti yang terdiri
dari ketua (Subardi Tomoseputro, wakil ketua (J.A.. Lessy), sekretaris (Evi Panambunan),
wakil sekretaris (Bambang Baskoro) dan Bendahara (Yuli Maanary) mengurus kebutuhan
para koordinator sektor untuk Komisi Doa & Perkunjungan beserta anggotanya secara
keseluruhan didalam struktur organisasi dan kegiatan yang dilakukan oleh Komisi ini.
Kegiatan rutin yang dilakukan oleh Komisi Doa & Perkunjungan adalah berkunjung kepada
jemaat-jemaat yang membutuhkan pertolongan secara khusus dalam bidang spiritual.14
Jemaat-jemaat ini dapat diperoleh dari informasi koordinator sektor atau pun jemaat yang
langsung meminta untuk dikunjungi dengan menelpon koordinator sektor untuk komisi doa
& perkunjungan sesuai dengan wilayah sektor jemaat tersebut.selain itu pun, ada pula
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komisi doa & perkunjungan yang akan penulis
paparkan pada sub.bab selanjutnya.
3.2. Bentuk-bentuk pelayanan komisi doa di GPIB “Bethesda” Sidoarjo
Komisi doa & perkunjungan merupakan sebuah kegiatan yang belum lama dibentuk
didalam GPIB “Bethesda” Sidoarjo. Terbentuknya Komisi doa & perkunjungan yang
sebelumnya diberi nama Komisi Doa & Perkunjungan (TDP), yaitu pada tanggal 10
13
Wawancara dengan Ketua Komisi Doa & Perkunjungan, Bp. Subardi Tomoseputro, 27 januari 2013, Pkl. 07.10wib. 14
ibid
Desember 2011. Sang pelopor dari terbentuknya Komisi ini di dalam jemaat GPIB
“Bethesda” Sidoarjo adalah Ketua Majelis Jemaat yaitu Pdt. P. Kariso Rumambi. Nama
Komisi doa & pekunjungan diambil dari nama Komisi yang telah ada di sinode GPIB dan di
setiap Gereja GPIB yang telah melakukannya.15
Keterbatasan sebagai pendeta di dalam
jemaat yang besar membuat Pdt. Rumambi sadar akan kebutuhan untuk mendapatkan
bantuan dari majelis jemaat dan jemaat itu sendiri unuk ikut serta di dalam pelayanan jemaat.
Dengan itu maka, pelayanan secara menyeluruh kepada setiap jemaat yang membutuhkan
dapat terjangkau.16
Dengan alasan itu pula, untuk menjadi anggota dari Komisi doa &
perkunjungan tidak diberikan syarat tertentu.17
Setiap jemaat berhak untuk ikut serta di dalam
pelayanan yang ada di dalam gereja. Setiap jemaat pun berhak ikut peduli kepada sesama
jemaat di dalam kesaksian dan pelayanannya. GPIB merupakan sebuah gereja yang mandiri
dimana akan membawa jemaatnya untuk dapat mempertanggung jawabkan setiap
kehidupannya secara mandiri dan juga dapat membawa damai kepada sesamanya.18
Di dalam pelaksanaannya, Komisi ini senantiasa diberikan pembinaan secara berkala
mengenai hal-hal yang penting mengenai doa dan pastoral.19
Pembinaan ini berguna bagi
anggota komisi doa & perkunjungan, agar di dalam pelaksaannya, anggota dapat memahami
kondisi jemaat yang dikunjungi secara holistic.20
Dengan adanya pembinaan kepada anggota,
maka anggota pun dapat menentukan sikap di dalam menghadapi apapun kondisi jemaat yang
dikunjungi.21
Pembinaan yang dilaksanakan merupakan sebuah bagian di dalam pembentukan
pemahaman anggota komisi agar dapat melayani dengan baik dan tepat pada sasaran sesuai
15
Wawancara dengan Ketua Majelis Jemaat GPIB “Bethesda” Sidoarjo, Pdt. P. Kariso Rumambi, 24 Januari 2013, Pkl. 11.20wib., Pertanyaan no.4. 16
Ibid., Pertanyaan no.5. 17
Ibid., Pertanyaan no. 6 & 8. 18
Wawancara dengan Ketua Majelis Jemaat GPIB “Bethesda” Sidoarjo, Pdt. P. Kariso Rumambi, 11 Januari 2013, Pkl. 11.20wib., 19
Ibid., Pertanyaan no.10. 20
Ibid., Pertanyaan no.14. 21
Ibid.
dengan peran dan fungsi konseling pastoral itu sendiri. Hal mendengarkan dan sikap
integritas yang tinggi adalah hal sangat penting bagi anggota komisi doa & perkunjungan
agar mereka benar-benar dapat belajar untuk memahami proses kehidupan orang lain. sesuai
dengan lima fungsi pastoral menurut penulis, pembinaan diberikan kepada anggota komisi
agar dapat menyembuhkan, menopang, membimbing, mendamaikan dan memelihara anggota
jemaat yang sedang berada didalam pergumulannya, pembinaan diberikan secara langsung
oleh Pdt. Rumambi dengan materi yang sesuai dengan materi pastoral yang kemudian
dipraktekkan di dalam pelaksanaannya.22
Pembinaan ini bersifat berkala dimana setiap
bulannya diberikan sebanyak 4 kali pertemuan dengan waktu dua jam setiap pertemuannya23
.
Selain itu, pembinaan terus diberikan kepada anggota komisi doa & perkunjungan, mulai dari
awal hingga pada saat ini sesuai dengan kebutuhan proses pemahaman para anggota
mengenai pastoral itu sendiri.24
Proses kegiatan komisi doa & perkunjungan itu sendiri dilakukan dengan percakapan
pembukaan kepada jemaat yang dikunjungi, lalu masuk kepada ibadah singkat dengan
nyanyian, berdoa dan membaca firman dan kemudian masuk kedalam proses mendengarkan
keluh kesah atau pergumulan jemaat tersebut.25
Hal mendengarkan dipahami oleh anggota
komisi sebagai hal yang penting, ketika mendengarkan maka anggota pun tidak boleh
menyela atau membantah perkataan jemaat yang dikunjungi, penopangan dan pemeliharaan
yang diberikan adalah dengan mendengarkan dan mendoakan jemaat tersebut.26
Komisi doa
& perkunjungan diharapkan dapat membantu tugas pendeta di dalam kunjungan pastoral,
karna hal yang tidak mungkin ketika di dalam satu gereja yang bersisi 950kk dengan dua
22
Ibid., Pertanyaan no.6. 23
Wawancara dengan Ketua Komisi Doa & Perkunjungan, Bp. Subardi Tomoseputro, 27 januari 2013, Pkl. 07.10wib. Pertanyaan no.28 & 30. 24
Ibid. 25
Wawancara dengan Ketua Majelis Jemaat GPIB “Bethesda” Sidoarjo, Pdt. P. Kariso Rumambi, 24 Januari 2013, Pkl. 11.20wib., Pertanyaan no.15. 26
Wawancara dengan Ketua Komisi Doa & Perkunjungan, Bp. Subardi Tomoseputro, 27 januari 2013, Pkl. 07.10wib., Pertanyaan no. 17 & 18
pendeta, pendeta tersebut dapat berkunjung secara keseluruhan kepada setiap jemaat yang
ada, karena mendengarkan dan mengetahui keadaan jemaat merupakan sebuah pelayanan
yang harus terus dilaksanakan.27
Dengan adanya komisi doa & perkunjungan maka, pendeta,
majelis jemaat dan jemaat dapat saling bekerja sama untuk membangun sebuah kesatuan
untuk melayani kepada sesama jemaat dan menjadikan kehidupan kita sebagai saksi Allah.
Pemulihan yang diberikan oleh anggota komisi dilakukan dengan memberikan penguatan
melalui doa dan firman disisi lain, pemulihan ini berjalan terus hingga jemaat dapat benar-
benar keluar dari pergumulannya.28
Komisi doa & perkunjungan direspon dengan sangat baik oleh jemaat. Jemaat
merasakan ada kehadiran anggota gereja untuk dapat peduli kepada kondisi kehidupan
mereka. Oleh sebab itu maka, komisi doa & perkunjungan dapat dikatakan telah berhasil dan
sangat membantu pelayanan gereja. Sedangkan kendala yang dihadapi komisi doa &
perkunjungan adalah masih kurangnya informasi mengenai masalah-masalah jemaat yang
ada. Masalah-masalahnya antara lain, masalah ekonomi, masalah keluarga (perceraian,
perkelahian suami-istri atau orang tua-anak), masalah pekerjaan dan masalah relasi di dalam
masyarakat. Tapi walaupun demikian, selama setahun ini di dalam laporan kerja yang telah
dilaksanakan oleh komisi doa & perkunjungan, mereka telah berkunjung kepada ±397
keluarga didalam pergumulannya.29
Komisi doa & perkunjungan dalam hal ini merupakan
sebuah wadah dan alat, dimana setiap jemaat dapat berlajar melayani kepada sesamanya dan
juga membantu pendeta dan majelis jemaat untuk dapat merangkul seluruh jemaat didalam
pelaksanaan pelayanan gereja. Oleh sebab itu, sebagai salah satu komisi di dalam pelayanan
27
Ibid. 28
Wawancara dengan koordinator komisi doa & perkunjungan, bapak Didit Heru Yuwono, 15 januari 2013, pkl. 14.00wib., Pertanyaan no. 23. 29
Wawancara dengan Ketua Komisi Doa & Perkunjungan, Bp. Subardi Tomoseputro, 27 januari 2013, Pkl. 07.10wib. Pertanyaan no.28 & 30.
gerejawi maka, komisi ini pun memiliki beberapa kegiatan yang diharapkan dapat membantu
tugas pelayanan gereja kepada jemaat.30
Kegiatan-kegiatan dari komisi ini antara lain; yang pertama, Kunjungan kerumah-
rumah jemaat atau kerumah sakit. Kunjungan ini dilakukan oleh anggota komisi doa &
perkunjungan kepada jemaat-jemaat yang sedang sakit atau pun bergumul dengan masalah
kehidupan. Data jemaat-jemaat yang membutuhkan pertolongan doa dan kunjungan
didapatkan dari korsek31
yang telah mengerti secara jelas mengenai kondisi jemaat tersebut.
Adanya kerjasama antara majelis jemaat dengan anggota komisi doa & perkunjungan sangat
dibutuhkan untuk membantu kerja komisi ini di dalam pelayanannya. Perkunjungan
kerumah-rumah atau ke rumah sakit (sesuai kondisi jemaat) ini, diisi dengan ibadah singkat
lalu kemudian masuk kepada konseling pastoral kepada jemaat tersebut. Konseling pastoral
yaitu dengan cara mendengarkan kondisi jemaat dan kemudian pergumulan ini dibawa di
dalam doa. Anggota komisi membimbing jemaat agar dapat terbuka untuk menceritakan
pergumulannya. Penopangan melalui doa dan firman Tuhan diberikan agar supaya jemaat
tersebut dapat merasakan penguatan yang berasal dari Tuhan. Dengan seiringnya waktu,
diharapkan jemaat yang bergumul dapat berdamai dengan dirinya sendiri dan juga dengan
Tuhan dan memperoleh penyembuhan yang holistic. Dengan itu maka, proses ini dapat
disebut sebagai konseling pastoral dan dapat menjalankan fungsi pastoral tersebut kepada
jemaat. Disamping itu, komisi doa & perkunjungan, memberikan sebuah kartu untuk dapat
menjadi kenang-kenangan kepada jemaat yang dikunjungi. didalam kartu tersebut terdapat
30
Wawancara dengan koordinator komisi doa & perkunjungan, ibu Eliyani Suseno, 20 Desember 2012, Pkl. 16.00wib. 31
Korsek adalah koordinator sektor, Berbeda dengan koordinator komisi doa & perkunjungan.
doa napas dan nomor telepon dari anggota komisi agar supaya jemaat dapat menghubungi
kembali para anggota komisi jika dibutuhkan untuk datang kembali.32
Yang kedua, merupakan kegiatan yang ada sebelum adanya komisi doa &
perkunjungan yaitu doa pagi, hanya bedanya adalah ketika terbentuknya komisi doa &
perkunjungan maka doa pagi merupakan tanggung jawab dari komisi doa & perkunjungan
untuk memimpin dan memelihara keberadaan dari doa pagi ini. Doa pagi yang dilaksanakan
setiap minggu, pada hari sabtu, pkl. 05.00 pagi. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh jemaat GPIB
“Bethesda” Sidoarjo, namun karena masih kurangnya kesadaran dari jemaat, maka doa pagi
biasanya hanya bersisi 10-25 orang saja. Kegiatan ini diisi dengan nyanyian, renungan yang
setiap minggu berbeda yaitu khotbah biasa dan bedah alkitab, sharing antar jemaat dan
terutama diisi dengan doa bersama sesuai dengan topik-topik doa yang ada. Kegiatan ini
dipimpin oleh pendeta atau vikaris yang bertugas. Kegiatan ini merupakan sebuah kegiatan
yang sangat baik, karena mengandung unsur penopangan dan pemeliharaan dalam fungsi
pastoral bagi jemaat untuk belajar mengawali hari dan mengakhiri minggu dengan berserah
dan bersyukur kepada Tuhan.33
Dan kegiatan ketiga yang merupakan kegiatan terakhir dari komisi doa &
perkunjungan yaitu, kegiatan yang menyangkut dengan perayaan grejawi seperti natal dan
paskah. Komisi doa & perkunjungan mengadakan ibadah di rumah-rumah atau di rumah sakit
kepada jemaat-jemaat yang memiliki keterbatasan sehingga tidak dapat mengikuti kebaktian
perayaan grejawi di gereja.34
Dengan membawa liturgi, lilin dan parcel, anggota komisi ini
beserta keluarga jemaat yang dikunjungi mengadakan ibadah sederhana yang tetap menarik
32
Wawancara dengan Ketua Majelis Jemaat GPIB “Bethesda” Sidoarjo, Pdt. P. Kariso Rumambi, 24 Januari 2013, Pkl. 11.20wib. 33
Wawancara dengan Ketua Komisi Doa & Perkunjungan, Bp. Subardi Tomoseputro, 27 januari 2013, Pkl. 07.10wib. 34
ibid
untuk merayakan natal dan paskah.35
Media yang pakai oleh komisi dibentuk semenarik
mungkin untuk memeriahkan ibadah tersebut. Dengan begitu maka jemaat akan merasakan
adanya damai natal atau sukacita paskah hadir ditengah-tengah rumah atau rumah sakit dan
dapat membawa kehadiran Allah ditengah-tengah kehidupan jemaat tersebut. Pemelihaaran
hidup bersama Tuhan dipahami merupakan hal yang sangat penting. Maka dengan menjaga
persekutuan yang ada maka, hidup bersama Tuhan tetap hidup.36
Disinilah peran gereja
didalam anggota komisi untuk tetap menghidupkan persekutuan.37
Setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh komisi doa & perkunjungan disesuaikan
dengan kondisi jemaat tersebut. Memahami keadaan jemaat adalah salah satu kunci komisi
ini agar dapat diterima ditengah-tengah jemaat. Dengan itu maka, diharapkan seluruh
kegiatan yang telah dibentuk dapat berjalan baik. Kerjasama antara pendeta, majelis jemaat
dan anggota komisi doa & perkunjungan sangat diperlukan didalam pelaksanaan seluruh
kegiatan komisi ini. Pencapaian fungsi pastoral yaitu; penyembuhan, penopangan,
pembimbingan, perdamaian dan pemeliharaan, didalam bentuk-bentuk kegiatan komisi ini
dapat tercapai dengan kerjasama dan kepekaan yang baik terhadap jemaat yang bersangkutan.
35
Wawancara dengan koordinator komisi doa & perkunjungan, bapak Didit Heru Yuwono, 15 januari 2013, pkl. 14.00wib. 36
Wawancara dengan Ketua Majelis Jemaat GPIB “Bethesda” Sidoarjo, Pdt. P. Kariso Rumambi, 24 Januari 2013, Pkl. 11.20wib. 37
Ibid.