bab iii aksi mahasiswa menuntut reformasi 1998 3.1
TRANSCRIPT
22
BAB III
AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998
3.1. PERISTIWA REFORMASI
Reformasi dalam Kamus Bahasa Besar Bahasa Indonesia memiliki arti
perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam
suatu masyarakat atau negara. Sebagaimana yang menjadi tuntutan mahasiswa se-
Indonesia untuk melakukan reformasi terhadap pemerintahan Soeharto yang
menduduki kursi pemerintahan selama 32 tahun, yang menyebabkan banyaknya
aksi-aksi unjukrasa yang di lakukan mahasiswa sebagai bentuk protes.
Sejak memasuki pertengahan tahun 1997 beberapa negara Asia seperti
Korea, Thailand dan Malaysia, mulai terlanda krisis moneter. Kekhawatiran banyak
pihak bahwa krisis itu akan melanda Indonesia pun menjadi kenyataan. Bulan Juli
1997 nilai rupiah terus merosot. Di bulan Agustus nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS melemah Rp 2.575,- menjadi Rp 2.603,-. Bulan berikutnya turun lagi menjadi
Rp 3.000/US$. Bulan Oktober menjadi Rp 3.845/US$. Dalam bulan-bulan
berikutnya kemerosotan nilai rupiah telah tidak masuk akal lagi. Pada bulan Mei
1998 rupiah diperdagangkan Rp 10.000,- dalam satu minggu berikutnya anjlok
menjadi Rp 12.600,-.1 Bagi Soeharto, badai yang melanda tidak hanya sekadar soal
ekonomi. Kursi kukuh yang dia duduki selama 32 tahun juga mulai bergoyang
hebat. Semua orang menuding Soeharto sebagai biang kejatuhan ekonomi. Akhir
1997, rupiah turun menjadi Rp 5.500/US$ atau anjlok 13,3% dibandingkan dengan
1 Muhammad Hisyam. Krisis Masa Kini dan Orde Baru. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2003.
Hal 56.
23
awal 1997. Harga melonjak gila-gilaan dan inflasi melesat sampai 12,6% di bulan
Februari 1998. Akibatnya, penduduk miskin yang sebelum krisis ada 20 juta,
membengkak menjadi 60 juta.2
Secara ekonomi, Indonesia kini memiliki jumlah hutang jangka pendek
yang besar, karena hutang yang masuk ke Indonesia dalam bentuk dolar Amerika,
sehingga membengkak karena mengikuti pergerakan mata uang rupiah yang tidak
bagus. Hutang jangka pendek ini berkisar US$30-40 miliyar pada tahun 1997.3 Pada
saat itu hutang luar Negeri Indonesia, baik swasta maupun pemerintah sudah sangat
besar. Tatanan perbankan nasional kacau, dan devisa nasional tipis. Permintaan
bantuan kepada IMF (International Monetary Fund) ternyata tidak mempercepat
penyembuhan. Orang percaya bahwa ekonomi sangat terkait dengan politik. Jika
politik stabil, ekonomi akan sehat, dan sebaliknya, jika ekonomi kacau maka politik
pun bergolak. Begitu besar pengaruh politik terhadap ekonomi dapat dicontohkan
pada nilai tukar rupiah yang begitu mudah berubah, misalnya hanya karena ada
berita bahwa presiden Soeharto sakit.4
Krisis moneter yang dimulai Juli 1997, di akhir tahun menjelma menjadi
krisis ekonomi. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar menyebabkan harga-
harga membubung tinggi. Masyarakat kecil dan pada buruh adalah bagian terbesar
yang menanggung derita paling parah akibat krisis ini. Pegawa-pegawai rendahan,
buruh-buruh pabrik, pekerja perusahaan dan pedagang kecil maupun besar
mengalami goncangan psikologis amat serius akibat kemandegan aktivitas di
2 Soeharto: Dari Supersemar Sampai Jatuhnya Orde Baru. Jakarta: Tempo. Hal 58. 3 M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2007. Hal
649. 4 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 56.
24
tempat mereka bekerja dan usaha mereka. Makin hari nasib mereka semakin tidak
menentu. Banyak perusahaan dan pabrik-pabrik mengurangi karyawannya, dan
bahkan pabriknya sendiri tutup karena tekanan yang berat. Pemutusan hubungan
kerja besar-besaran tidak dapat dihindari di perusahaan-perusahaan yang sebagian
besar materialnya bergantung pada impor dari luar negeri. Bahan-bahan pokok
keperluan hidup sehari-hari yang disebut sembako semakin langka. Beras, susu,
minyak goreng, terigu dan bahan makanan lainnya bukan saja melambung
harganya, tetapi seringkali sulit didapatkan di pasar. Tekanan ekonomi yang
membebani sebagian besar rakyat di kota-kota diperparah dengan kegagalan panen
di tahun 1997 akibat kekurangan hujan. Akibatnya penderitaan rakyat semakin
merata di kota-kota dan di desa-desa.5
Respon pertama pemerintah terhadap krisis ini mencerminkan
kesombongan dan kurangnya kesadaran terhadap realitas. Reformasi diumumkan,
namun proyek para kroni dan keluarga terus dilindungi. Perjanjian dengan IMF
bulan Oktober 1997 mengakibatkan ditutupnya 16 bank, tetapi dua bank yang
dimiliki keluarga Soeharto dibuka kembali. Lalu, dimulailah tarik urat (stand-off)
antara IMF dan Soeharto yang menjadi konsumsi publik semakin meneguhkan
anggapan para pengamat dalam dan luar negeri bahwa rezim ini sudah begitu dalam
terbelit nepotisme, korupsi dan inkompetensi.6
Suasana memprihatinkan dikalangan rakyat kecil itu ternyata tidak direspon
dengan keprihatinan kalangan menengah atas ke atas. Gaya hidup kelompok ini
5 M.C. Ricklefs. Op_Cit. Hal 650. 6 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 59.
25
tidak memperlihatkan rasa simpati yang sungguh-sungguh terhadap rakyat kecil
yang paling menderita karena krisis. Inilah agaknya yang merangsang kalangan
mahasiswa memberi perhatian khusus atas nasib mereka. Kepedulian mereka dapat
dipahami, karena mereka bagian dari masyarakat yang sadar akan ketidakpastian
hari depan mereka jika kondisi ekonomi tidak diperbaiki. Sebagian mahasiswa
berasal dari kalangan bawah, dan karenanya merekalah golongan terpelajar yang
mula-mula mengalami dampak krisis.7
Ketika pemerintah dinilai tidak akan mampu memulihkan ekonomi,
kepercayaan rakyat terhadap pemerintah dan Soeharto pun menghilang. Gejala
merosotnya kepercayaan terhadap pemerintahan Soeharto sebenarnya sudah telihat
sejak tahun-tahun menjelang krisis moneter. Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di
berbagai kota, seperti Pekalongan, Tasikmalaya, Situbondo, Banjarmasin,
Rengasdengklok dan lainnya di tahun sebelumnya dan pada menjelang pemilu
bulan Mei 1997, merupakan tanda-tanda menipisnya kepercayaan rakyat terhadap
penguasa dan pemerintahan. Kerusuhan itu merupakan ekspresi gugatan rakyat
terhadap janji keadilan yang mereka dengungkan pada setiap menjelang pemilu.
Pemerintah selalu menjanjikan keadilan sosial ekonomi, tetapi yang mereka hadapi
adalah kesenjangan sosial ekonomi.8
Pihak militer dam Komnas HAM menilai bahwa kerusuhan yang terjadi di
Situbondo dan Tasikmalaya, ada aktor intelektual yang menggerakannya. Ada pula
analisis yang menjelaskan bahwa kerusuhan-kerusuhan tersebut memiliki
7 Muhammad Hisyam. Ibid. Hal 59. 8 Muhammad Hisyam. Ibid. Hal 57.
26
keterkaitan satu sama lain yang dihubungkan oleh pihak ketiga yang mencerminkan
permainan dari para elit politik. Sementara itu Komnas HAM juga menyatakan
bahwa kerusuhan-kerusuhan itu terjadi karena semakin lebarnya kesenjangan
ekonomi dan adanya ketidakadilan politik serta hukum.9
Penyimpangan masa Orde Baru terlihat juga pada tindakan Soeharto dalam
memerintah Indonesia. Demokratisasi di Indonesia pada masa Orde Baru masih
belum terlaksana secara utuh. Dilihat dalam tatanan pemerintah, pelaksanaan
demokrasi pancasila belum berjalan dengan murni. Pemusatan kekuasaan itu
meliputi bidang politik, ekonom, hukum, sosial dan budaya. Pada bidang politik,
pemerintah memegang kendali kekuasaan atas lembaga legislatif (MPR/DPR),
ABRI, dan partai politik utamanya Golkar. Di bidang ekonomi, kekuasaan
pemerintah terlihat pada monopoli usaha keluarga dan kroni Soeharto. Selain itu,
di bidang hukum pemerintah juga mengendalikan kekuasaan kehakiman termasuk
kekuasaan yudikatif, kemudian bidang sosial, kekuasaan yang terpusat ditunjukkan
oleh adanya pola patron-klien dalam organisasi kemasyarakatan. Sedangkan di
bidang budaya terlihat dari kebiasaan untuk memperoleh arahan dari atas dan
feodalisme. Di bidang bisnis, Presiden memilih Direktur Utama Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), kebijakan yang penting dari BUMN juga harus menunggu
persetujuan Presiden. Masyarakat merasa pemerintah Orde Baru mengabaikan
demokrasi dan kebebasan dalam berpendapat, tidak ada pembelaan hak asasi
manusia. Pers tidak dapat bergerak bebas karena dicekal oleh Soeharto apabila
mencoba mengkritik kebijakan pemerintahan Orde Baru. Buku-buku dilarang
9 Basuki Agus Suparno. Reformasi Dan Jatuhnya Soeharto. Jakarta: Kompas. 2012. Hal 103.
27
beredar jika tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah. Banyak pengarang dan
penerbit buku menjadi korban atas tindakan pemerintah melalui Jaksa Agung.
Pemerintah memberikan ruang gerak yang sangat terbatas bagi masyarakat. Hal ini
dapat dengan mudah dilakukan oleh pemerintah Orde Baru karena sistem
pemerintahan yang bersifat sentralistis. Semua bidang kehidupan berbangsa dan
bernegara diatur secara sentral dari pusat pemerintah, sehingga peranan pemerintah
pusat sangat menentukan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, baik dalam
bidang sosial, ekonomi, dan politik nasional.10
Jatuhnya pemerintah otoriter Orde Baru karena kerasnya rezim terhadap
sikap kritis masyarakat, kegagalan ekonomi, dan praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme.11 Agaknya ada dua persoalan fundamental yang sejak lama menjadi
bahan kritik terhadap Soeharto. Pertama, cara Soeharto menjalankan kekuasaan
dengan dukungan militer yang sangat kuat dinilai otoriter dan anti kritik. Kedua,
pemerataan pembangunan yang hasilnya tidak berjalan sesuai dengan cita keadilan
sosial. Dua hal tersebut menyebabkan tumbuh suburnya apa yang kemudian dikenal
dengan sebutan KKN, yakni korupsi, kolusi dan nepotisme. Kalangan agama
menilai ini sebagai krisis moral. Keserakan terhadap materi tidak lagi
mengindahkan nilai-nilai baik dan buruk. Sangat ironis, bahwa di negeri yang
mengagungkan agama justru dikenal dunia dengan internasional sebagai negara
terkemuka dalam hal korupsi. Suburnya KKN menyebabkan ketimpangan
kemakmuran yang sangat mencolok. Di satu pihak ada orang yang sangat kaya, dan
10 Lilik Eka Aprilia, dkk. Berakhirnya Pemerintahan Presiden Soeharto Tahun 1998. Universitas
Jember: Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa. 2014. Hal 4. 11 Basuki Agus Suparno. Op_Cit. Hal 97.
28
di pihak lain terdapat banyak sekali orang miskin. Kekayaan tertimbun pada orang-
orang yang berada di sekeliling penguasa. Pembangunan di Jawa mengalami
perkembangan sangat pesat, meninggalkan daerah-daerah lain di luar Jawa.
Sementara itu eksploitasi besar-besaran di daerah-daerah kaya di luar Jawa tidak
memberikan kemakmuran yang setara kepada penduduk wilayahnya. KKN inilah
yang kemudian menjadi sumber kelemahan rezim Soeharto, hingga pada akhirnya
menurunkannya dari kursi kepresidenan setelah 32 tahun berkuasa.12
Sama seperti tahun 1997, tahun 1998 kerusuhan terjadi dimana-mana,
namun intensitasnya lebih masif dan destruktif. Tercatat untuk kerusuhan yang
terjadi di Jakarta saja ada 4.939 bangunan yang rusak. Sebanyak 4.204 bangunan
seperti mall, swalayan, toko, bengkel, hotel dan restoran rusak. Ada 13 unit pasar
juga, sebanyak 535 bangunan bank juga dirusak massa. Belum lagi kantor swasta,
pom bensin, tempat ibadah, rumah penduduk yang dibakar dan dijarah.
Sebelumnya, amuk massa di Medan juga terjadi, kerusuhan yang terjadi di Medan
sudah bersifat rasialis, brutal dan anarkis. Dalam kerusuhan tersebut, setidaknya
ada 168 ruko dan 8 unit mobil dirusak dan dibakar massa. Kerusakan dan kerugian
menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari. Kejadian-kejadian yang serupa juga
terjadi di Surabaya, Yogyakarta, Palembang, Padang, Solo, dan Ujungpandang.13
Berbagai universitas negeri terkemuka terlibat, seperti UI, ITB, UGM dan ditambah
beberapa universitas swasta lainnya, slogan yang dikumandangkan pun beragam,
namum tetap seputar reformasi ekonomi dan politik.14
12 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 58-59. 13 Basuki Agus Suparno. Op_Cit. Hal 103. 14 Denny J.A. Jatuhnya Soeharto Dan Transisi Demokrasi Indonesia. Yogyakarta: LKIS. 2006.
Hal 21.
29
Rakyat menuntut dilakukan reformasi total, selain dalam bidang ekonomi,
juga terutama dalam bidang politik dan hukum. Krisis ekonomi Indonesia bukan
hanya disebabkan oleh merosotnya nilai rupiah, tetapi juga oleh tatanan politik yang
tidak demokratis, dan hukum yang terlampau diabdikan pada kekuasaan yang
otoriter, sehingga tidak mendatangkan keadilan yang sebenarnya.15
Tuntutan akan reformasi terus meningkat seiring dengan semakin
memburuknya krisis ekonomi dan semakin jelas bahwa rezim tidak mampu
mereformasikan diri. Cara menyalurkan aspirasi adalah dengan berunjukrasa atau
demontrasi yang dimulai oleh para mahasiswa. Mahasiswa tidak semata-mata
bergerak sendiri dalam menyuarakan reformasi, melainkan memperoleh dukungan
yang kuat dari elemen-elemen kelas menengah. Para rektor, dekan dan dosen yang
sebelumnya harus tunduk pada birokratis kampus di berbagai perguruan tinggi
ramai-ramai mendukung suara reformasi mahasiswa. Ketua Umum
Muhammadiyah, Amien Rais pun juga mendukung gerakan mahasiswa untuk
menuntut diadakannya reformasi.16
Aksi-aksi mahasiswa telah dimulai sejak permulaan 1998. Arahnya pelan-
pelan bergeser, dari keprihatinan terhadap krisis ekonomi ke reformasi total dan
penolakan terang-terangan atas rezim Orde Baru. Pada bulan Januari 1998, setelah
mahasiswa UI mengeluarkan peernyataan permintaan mundur secara damai
pemerintahan Orde Baru, mereka menutup papan “Selamat Datang di Kampus
Perjuangan Orde Baru” yang terpampang di pojok Kampus Universitas Indonesia
15 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 57. 16 Lilik Eka Aprilia, dkk. Op_Cit. Hal 6.
30
(UI) di Jl. Salemba. Kebanggaan mahasiswa UI terhadap status kampusnya telah
berubah menjadi rasa malu dan kecil hati. Malu, karena apa yang dibanggakan itu
telah mempermalukan martabat kampus, tempat dimana kebenaran di junjung
tinggi. Ini merupakan pembatalan secara simbolis, dukungan kampus ini terhadap
pemerintah yang dulu di awal kebangkitannya di tahun 1967 ikut mereka bela dan
lahirkan. Setelah sikap mahasiswa, menyusul kemudian pernyataan sikap yang
sama dari Ikatan Alumni UI (ILUNI) mengatasnamakan sivitas akademika UI. Aksi
besar-besaran digelar di Kampus baru UI di Depok, menuntut penurunan harga,
penghapusan monopoli, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Mereka juga
menuntut agar kedaulatan rakyat di tegakkan dan suksesi kepemimpinan nasional
dimulai.17
Tekanan-tekanan lain muncul dari demontrasi mahasiswa yang juga terjadi
dimana-mana. Seringkali aksi ini berakhir ricuh dengan aparat keamanan karena
mahasiswa memaksakan diri turun ke jalan. Sementara menurut aparat keamanan,
bahwa setiap aksi demontrasi yang turun ke jalan, dapat menimbulkan gangguan
ketertiban dan keamanan dan berpotensi menimbulkan kerusuhan serta
dimanfaatkan pihak ketiga. Jalinan kejadian dan peristiwa satu dengan peristiwa
yang lain membawa situasi krisis yang sangat kompleks.18
Menjelang Sidang Umum MPR aksi-aksi mahasiswa semakin meningkat di
kampus-kampus mereka. Aksi-aksi itu memang dilokalisir dalam lingkungan
kampus, karena peraturan NKK dan BKK yang diberlakukan sejak 1979 masih
17 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 60. 18 Basuki Agus Suparno. Op_Cit. Hal 103-104.
31
berlaku. Aturan ini antara lain melarang mahasiswa melakukan demontrasi di luar
kkampus mereka. Dilokalisirnya gerakan mahasiswa di dalam kampus,
memungkinkan aparat keamanan mudah mengendalikan aksi-aksi mereka.
Sepanjang dilakukan di dalam lingkungan kampus, demonstran tidak dapat
diganggu gugat, tetapi begitu batas kampus dilanggar aparat keamanan memiliki
legitimasi untuk bertindak.19
Sepanjang bulan Maret sejak Sidang Umum MPR diadakan dan terpilihnya
lagi calon tunggal Soeharto sebagai Presiden dan B. J Habibie sebagai wakil
Presiden Indonesia untuk ke tujuh kalinya menyebabkan kekecewaan besar di
kalangan aktivis mahasiswa dan kaum intelektual, meskipun hal tersebut sudah
diperkirakan sebelumnya. Aksi-aksi mahasiswa semakin bertambah semarak, di
tambah lagi dengan pembentukan Kabinet Pembangunan VI yang dibentuk
Soeharto pada tanggal 14 Maret dinilai tidak mencerminkan keseriusan Soeharto
melakukan reformasi karena beranggotakan para kroni Soeharto yang justru
memperberat ciri KKN yang sudah amat serius sejak kabinet sebelumnya. Susunan
kabinet baru justru meyakinkan masyarakat bahwa Soeharto sama sekali tidak
mendengarkan aspirasi mahasiswa dan masyarakat luas tentang reformasi ekonomi,
politik dan hukum.20
Pada bulan April 1997, jauh sebelum maraknya aksi dan unjukrasa
dilakukan seperti empat bulan pertama di tahun 1998, sebanyak 24 mahasiswa yang
berdemontrasi di lingkungan kampus UGM ditangkap, karena di anggap telah
19 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 61. 20 Muhammad Hisyam. Ibid. Hal 62.
32
menghasut rakyat untuk memboikot pemilu. Drama ketegangan antara aparat
keamanan dan mahasiswa tidak berhenti disitu. Di Solo, bentrok antara aparat
keamanan dan mahasiswa juga pecah, karena ada indikasi kuat bahwa
pengunjukrasa tersebut disusupi PKI yang ada kaitannya dengan sejumlah nama
yang pernah aktif di Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID)
yang merupakan onderbauw PRD (Partai Rakyat Demokrat). Sementara di
Universitas Lampung, unjukrasa keprihatinan di kampus yang menuntut harga
diturunkan dan reformasi politik, ekonomi dan hukum, sempat diwarnai pemukulan
yang dilakukan terhadap petugas yang dicurigai sebagai intel. Demontrasi yang
diselenggarakan Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta yang semula dilakukan di
dua tempat yakni UGM dan IKIP Yogyakarta, berubah menjadi kerusuhan setelah
keduanya berbaur di kampus UGM. Kerusuhan terjadi karena tidak adanya titik
temu antara aparat keamanan dengan mahasiswa yang menginginkan long march
ke alun-alun keratin untuk menemui Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk
menyampaikan tuntutan reformasi. Kejadian yang sama juga terjadi di Universitas
Udayana (Bali), ada aksi mahasiswa melakukan pembakaran karena marah atas
perlakuan aparat. Di Universitas Indonesia dan Universitas Hasanuddin
(Ujungpandang), mahasiswa menggelar mimbar bebas. Di Universitas Andalas
(Padang) mahasiswa berunjukrasa menolak dialog dengan siapapun dan dari
instansi mana pun.21
Memasuki bulan Mei, aksi-aksi mahasiswa semakin berani. Keberanian
mereka dipicu oleh dua isu, yakni reformasi setelah 2003 atau setelah habis masa
21 Basuki Agus Suparno. Op_Cit. Hal 150-151.
33
jabatan Soeharto dan kenaikan BBM. Aksi mahasiswa di awal bulan Mei digelar di
berbagai kota besar dan melibatkan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.
Puncak dari aksi-aksi yang dilakukan mahasiswa adalah ketika tewasnya empat
mahasiswa Trisakti yaitu, Elang Mulia, Heri Hartanto, Hendriawan, dan Afidin
Alifidin Royan, yang pada tanggal 12 Mei ikut melakukan aksi damai di depan
kampusnya bersama dengan sekitar 6000-an teman sekampusnya, yang berada di
Grogol karena tembakan.22
Kematian empat mahasiswa Trisakti ini menjadi awal pecahnya kerusuhan-
kerusuhan yang semakin menjadi di kota-kota besar sebagai bentuk solidaritas
mahasiswa seluruh Indonesia karena gugurnya pahlawan reformasi akibat
kebrutalan aparat keamanan yang seharusnya menjaga ketertiban.
Pagi 13 Mei, masyarakat menyaksikan aksi berkabung mahasiswa di
kampus Universitas Trisakti. Arus lalu lintas disekitar kampus Trisakti tersendat,
mahasiswa berpidato, meneriakkan yel-yel menuntut reformasi. Massa di luar
kampus juga melakukan unjukrasa dengan memberhentikan kendaraan-kendaraan
yang lewat, supir kendaraan di paksa turun kemudian kendaraannya dibakar,
kerusuhan pun di mulai dimana-mana.23 Kematian mereka, bersama dengan
keruntuhan ekonomi, kebrutalan ABRI, korup rezim, dan kemustahilan adanya
reformasi, telah memporak-porandakan benteng terakhir keabsahan rezim dan
ketertiban sosial. Kerusuhan massal terjadi di berbagai tempat, dengan Jakarta dan
Surakarta sebagai yang terparah.24
22 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 65. 23 Hiro Tugiman. Budaya Jawa Dan Mundurnya Presiden Soeharto. Yogyakarta: Kanisius. 1999.
Hal 122. 24 M.C. Ricklefs. Op_Cit. Hal 652
34
Keesokan harinya, kerusuhan besar-besaran menjalar di seluruh bagiam
Kota metropolitan Jakarta. Massa mengamuk, merusak dan membakar bangunan-
bangunan tempat niaga, kantor-kantor, mall, supermarket, bank dan kendaraan
bermotor. Orang-orang menjarah barang-barang dari toko-toko yang kebanyakan
milik orang Cina. Saksi mengatakan bahwa kerusuhan dimulai dari kelompok orang
yang tak dikenal dengan jumlah yang banyak, setelah diikuti oleh massa mereka
berpindah ke tempat lain dan memulai hal yang sama hingga merata ke seluruh
kota. Kota-kota tetangga seperti Jakarta, Bekasi dan Tangerang tidak terkecuali,
kerusuhan bahkan menjalar ke beberapa Kota di pantai utara Jawa. Di Solo,
kerusuhan meledak seperti di Jakarta dan masih diwarnai aksi sentimental rasial
anti Cina. Yang menjadi sasaran pengrusakan kebanyakan adalah milik Cina, dan
atau milik keluarga Soeharto dan kroni-kroninya, serta mereka yang diduga terlibat
KKN dengan Soeharto. Akibat kerusuhan yang terjadi, Jakarta menjadi Kota yang
sangat menakutkan, terutama bagi keturunan Cina dan warga asing.25
Saat kerusuhan besar terjadi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, Soeharto
sedang berada di Kairo, Mesir untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi
kelompok G15 ke-8, sebuah forum kerjasama antar negara-negara berkembang.
Sehingga saat mendengar keadaan Tanah Air yang tidak menentu, Soeharto
mempersingkat kunjungannya yang dijadwalkan pulang pada tanggal 16 Mei 1998,
memutuskan untuk kembali ke Indonesia pada tanggal 15 Mei 1998. Sepulang dari
Kairo, Soeharto mengadakan pertemuan dengan pembantu-pembantunya untuk
meminta laporan kondisi yang terjadi. Pemerintah memutuskan untuk menurunkan
25 Muhammad Hisyam. Op_Cit. hal 66-67.
35
harga BBM pada keesokan harinya. Soeharto juga berjanji akan melakukan
reformasi disegala bidang dan segera mereshuflle Kabinet Pembangunan VII yang
dipimpinnya.26
Sekembalinya Soeharti tidak serta-merta meredakan kerusuhan yang
terlanjur meluas. Antara tanggal 18 hingga 20 Mei, terjadi beberapa perkembangan
yang sangat menentukan terhadap kedudukan Soeharto. Di satu pihak para
penentang Soeharto melakukan tekanan-tekanan melalui demontrasi-demontrasi di
gedung parlemen, dan di lain pihak para pendukung Soeharto mulai berpihak pada
demonstran. Orang-orang terdekat Soeharto dan pembantu-pembantunya yang
selama ini sangat setia dan getol membelanya satu demi satu berbalik arah
meninggalkannya.27
Puncaknya pada tanggal 18 Mei 1998, Amien Rais datang ke DPR sebagai
Ketua Muhammadiyah untuk bertemu dengan Komisi II DPR/MPR, datang pula
mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
serta Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) se-Jabodetabek. Ada juga
kelompok yang menamakan diri Gerakan Masyarakat Muslim Indonesia untuk
Reformasi, lembaga gabungan beberapa organisasi massa Islam seperti Himpunan
Mahasiswa Islam, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Pemuda Islam Indonesia,
Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Pemuda Muhammadiyah, dan Pemuda Anshor.
Mereka datang untuk satu tujuan yaitu, Presiden Soeharto turun dari jabatannya.28
Kemudian kerumunan massa dan mahasiswa tersebut dikejutkan dengan
26 Lilik Eka Aprilia, dkk.Op_Cit. Hal 7. 27 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 75. 28 Hiro Tugiman. Op_Cit. Hal 129.
36
pernyataan Harmoko sebagai ketua DPR yang juga dikenal sebagai pengikut setia
Soeharto, meminta Soeharto secara arif dan bijaksana untuk mengundurkan diri.
Keesokan harinya, pada tanggal 19 Mei diadakan rapat pimpinan DPR dan
pimpinan fraksi-fraksi di gedung DPR/MPR untuk membahas permintaan pimpinan
DPR kepada Soeharto untuk mengundurkan diri secara terhormat dan
konstitusional. Rapat tersebut berlangsung selama lima jam dan disepakati bahwa
Presiden Soeharto harus mengundurkan diri secepatnya. Pada tanggal 20 Mei,
Soeharto mendapat surat dari Pimpinan DPR yang berisi kesepakatan Pimpinan
DPR dengan Pimpinan Demonstran yang menyatakan agar Presiden Soeharto
mengundurkan diri selambat-lambatnya hari Jumat 22 Mei, serta mendapatkan
ultimatum jika sampai pada hari yg ditentukan tidak juga mengundurkan diri, maka
Pimpinan DPR/MPR akan menyiapkan Sidang Istimewa pada 25 Mei. Sebelumnya
Soeharto juga mendapatkan surat dari para menterinya yang dipimpin Akbar
Tanjung dan Ginanjar Kartasasmita serta 12 menteri lainnya yg mengadakan rapat
di Kantor Bappenas, menyatakan penolakannya perihal pembentukan kabinet baru
yang diusulkan Soeharto dan meminta Soeharto untuk turun dari jabatannya.
Setelah mendapat surat dari 14 menterinya dan dari Pimpinan DPR,
Soeharto sangat terpukul. Selain ditinggalkan oleh para menterinya di Kabinet,
dukungan internasional juga meninggalkannya. Menlu Amerika Serikat, Madelaine
Albright juga meminta Soeharto mundur karena kecewa terhadap kejadian Trisakti
12 Mei 1998. Menteri Pertahanan juga menyerukan agar semua kerjasama militer
AS dan ABRI dihentikan hingga batas waktu yang tidak ditentukan.29 Setelah
29 Lilik Eka Aprilia, dkk. Op_Cit. Hal 8.
37
membaca surat itu, Soeharto memberitahu Sa’adilah Mursyid tentang ketetapan
hatinya untuk menyatakan berhenti pada keesokan harinya sebagai Presiden secara
konstitusional. Pada saat yang bersamaan Jenderal Wiranto juga datang ke
kediaman Soeharto di Cendana. Seusai pertemuan dengan Wiranto, Soeharto lalu
menyusun naskah pengunduran dirinya yang dibantu oleh Sa’adilah Mursjid, Yusril
Ihza Mahendra dan Mayjen Jasril Jakub. Kabar keputusan Soeharto mengundurkan
diri pun bocor sampai ke para demonstran di gedung DPR/MPR. Pagi Kamis, 21
Mei 1998 rakyat Indonesia menanti pengumuman dari Presiden Soeharto tentang
Kabinet Baru dan Komite Reformasi serta pengunduran dirinya. Di Istana Merdeka
Presiden Soeharto membacakan surat pengunduran dirinya yang kemudian
dilanjutkan dengan pelantikan dan pengambilan sumpah B.J Habibie untuk menjadi
presiden menggantikan Soeharto sebagai presiden RI.30
3.2. AKSI MAHASISWA JAMBI
Aksi mahasiswa yang menuntut dilakukannya reformasi tidak hanya terjadi
di kota-kota besar saja seperti Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, Solo dan Padang,
tetapi juga terjadi di Jambi, karena sudah menjadi isu nasional akibat krisis ekonomi
yang berkepanjangan serta berbagai alasan lain yang akhirnya meruntuhkan
kekuasaan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto selama 32 tahun.
Keadaan di Jambi hampir sama dengan yang terjadi di kota lain, dolar
meroket, terjadi ketidakadilan sosial, penindasan masyarakat kecil, penggusuran
lahan dan kebun rakyat terus terjadi. Keadaan seperti itu bukan hanya menjadi
30Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 86.
38
gerakan mahasiswa, melainkan juga menjadi gerakan masyarakat.31 Tidak hanya
mahasiswa, para pedagang Angso Duo juga menggelar unjukrasa. Terdorong rasa
ikut tanggungjawab atas gerakan moral yang dilakukan mahasiswa di seluruh
Indonesia dan di Jambi khususnya, sekelompok pedagang Pasar Angso Duo yang
menamakan diri Gerakan Masyarakat Pendukung Aksi Reformasi (Gempar)
menggelar unjukrasa di depan Ketua DPRD Tk II dan Kapolresta Jambi. Dalam
aksinya, Gempar menyampaikan beberapa aspirasinya, yakni tentang budaya
rekayasa yang kurang mengindahkan nilai moral, rasa keadilan, kebenaran dan agar
seluruh aparatur negara melaksanakan perbaikan akhlak secara nyata.32
Ketika keadaan di nasional sudah semakin tidak kondusif, mahasiswa Jambi
mulai melakukan perhimpunan yang dilakukan di kampus. Pergerakan mahasiswa
diawali dengan diskusi-diskusi masif yang dilakukan oleh anggota dari organisasi
ekstra kampus seperti Kelompok Cipayung. Karena kebebasan berpendapat pada
saat itu sangat terbatas dan diawasi, sehingga membuat aktivitas mahasiswa untuk
melakukan diskusi atau perkumpulan hanya bisa dilakukan di kampus sebagai
tempat yang aman karena aparat keamanan tidak dapat masuk atau menangkap
mahasiswa untuk alasan akademis.33 Salah satu alasan aksi pemberontakan
mahasiswa adalah karena kebebasan dibatasi atau dikekang. Tidak ada kebebasan
berpendapat, tidak bisa mengkritik pemerintah, tidak ada kebebasan untuk
31 Tubagus Cecep Suryana. Wawancara. 16 Juni 2020. 32 Pedagang Angso Duo Gelar Unjukrasa. Harian Independent, No. 1020 Tahun V, 16 Mei 1998.
Hal 1&7. 33 Musri Nauli. Wawancara. 18 Juni 2020.
39
melakukan mimbar bebas di kampus. Berbicara mengkritik sedikit, ketika malam
hari dijemput tentara.34
Sejak Februari 1998, mahasiswa Jambi sudah memulai aksinya dengan
melakukan mimbar bebas didepan kampus masing-masing dan yang mengawali
adalah 3 kampus besar di Jambi yaitu, Universitas Jambi, IAIN, Universitas
Batanghari. Mahasiswa IAIN melakukan mimbar bebas di depan kampusnya di
Telanai, sedangkan Unbari dan Unja bergabung di depan kampus Unja Telanai
karena pada saat itu mahasiswa Unbari hanya sedikit yang ikut terlibat dalam aksi
di Jambi. Meskipun ada saat itu aksi di promotori oleh pentolan organisasi
kelompok Cipayung, namun saat aksi di lapangan mahasiswa Jambi membawa
nama SMPT sebagai wadah persatuannya.35
Saat terjadi isu nasional, mahasiswa Jambi menyambut dengan melakukan
aksi. Walaupun tidak setiap hari, namun mahasiswa Jambi aktif melakukan aksi
dari ratusan orang hingga puluhan ribu orang tergantung dari isu yang terjadi saat
itu. Saat isu nasional sudah menyebar hingga ke Jambi pun, belum semua
mahasiswa Jambi merespon, bahkan di IAIN untuk mengumpulkan massa aksi
mahasiswa lebih banyak dimobilisasi dengan cara mengunci pintu ruang kelas
ataupun pagar kampus sehingga mahasiswa yang akan melakukan perkuliahan tidak
bisa masuk kampus dan kemudian diarahkan untuk ikut bergabung long march dari
kampus IAIN Telanai menuju kantor Gubernur.36
34 Tubagus Cecef Suryana. Wawancara 16 Juni 2020. 35 Joni Ismed. Wawancara. 15 Juli 2020. 36 Topan PrasetyaWibawa. Wawancara. 16 Juni 2020
40
Sebelum melakukan long march gerakan mahasiswa terbatas hanya bisa
melakukan aksi didalam kampus karena adanya peraturan BKK dan NKK yang
diberlakukan sejak tahun 1979. Aturan ini melarang mahasiswa melakukan
demonstrasi diluar kampus. Aksi mahasiswa dilokalisir di lingkungan kampus
untuk memudahkan aparat keamanan mengendalikan aksi-aksi mahasiswa. Karena
selama dilakukan dalam lingkungan kampus, demonstrasi tidak dapat diganggu
gugat, tetapi begitu batas kampus dilanggar aparat keamanan memiliki kekuatan
untuk bertindak. Misalnya seperti yang terjadi di kampus Universitas Negeri
Sebelas Maret (UNS) Solo. Sejumlah mahasiswa menjadi korban bentrokan dengan
aparat keamanan yang menghalangi aksi mereka keluar dari gerbang kampus.
Begitu pula yang terjadi di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Surabaya, di Medan dan di Lampung.37
Meskipun ada peraturan BKK dan NKK yang juga berlaku di Jambi, namun
aturan-aturan tersebut kalah dengan semangat mahasiswa yang diberi nama moral
force. Sehingga seluruh mahasiswa di Indonesia melakukan perlawanan untuk
menuntut reformasi disegala bidang. Aksi gerakan mahasiswa di Jambi yang di
promotori oleh mahasiswa Unja, Unbari dan IAIN kemudian diikuti oleh kampus-
kampus yang lain.38 Sejak awal melakukan aksi gerakan mahasiswa Jambi
bergabung dengan almamater masing-masing kampus, karena yang menjadi
tuntutan mahasiswa adalah satu isu yang sama menuntut reformasi sehingga
mahasiswa Jambi menyatukan suara dibawah SMPT hingga turunnya Soeharto.39
37 Muhammad Hisyam. Krisis Masa Kini Dan Orde Baru. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2003.
Hal 61. 38 As’ari Syafii. Wawancara. 15 Juli 2020. 39 Imam Sibawaihi. Wawancara. 14 Juli 2020.
41
Aksi keprihatinan terhadap kondisi ekonomi, politik dan sosial ditunjukkan
mahasiswa Unja dengan melakukan mimbar bebas di kampus Unja Telanai. Aksi
dilakukan dengan tertib, bersemangat dan lancar. Ketika melakukan aksi mimbar
bebas mahasiswa mendapat perhatian masyarakat disekitar kampus dan yang
sedang melintasi kampus. Meskipun mendapat perhatian, aksi mimbar bebas
mahasiswa Unja tidak sampai mengganggu ketertiban lalu lintas. Dalam aksinya,
mahasiswa tidak turun ke jalan dan hanya berada di gerbang kampus, terlihat juga
para petinggi Unja yang hadir untuk melihat situasi dan memperhatikan aksi yang
dilakukan mahasiswanya. Walaupun hanya di dalam lingkungan kampus, para
petugas keamanan yang terdiri dari beberapa angkatan, tetap berjaga didepan
kampus Unja.40
Aksi mahasiswa Unja mendapat perhatian dari ketua DPRD TK I Jambi dan
juga Danrem 042 Jambi. ABRI tidak melarang mahasiswa menggelar mimbar bebas
selagi dilakukan dalam lingkungan kampus dan tidak mengganggu ketertiban
umum, karena aksi mimbar bebas merupakan salah satu cara mahasiswa
menyampaikan aspirasi. Begitupula dengan pendapat Ketua DPRD TK I Jambi, H.
M. Chaerun, bahwa mimbar bebas adalah jalan mahasiswa menyampaikan
aspirasi.41 Saat mahasiswa melakukan mimbar bebas ada rumor yang beredar
bahwa mahasiswa Jambi melakukan mimbar bebas hanya untuk ikut-ikutan
mahasiswa dari daerah lain tanpa konsep yang jelas. Menurut ketua SMPT Unja,
Kasiono aksi yang dilakukan mahasiswa Jambi berkaitan dengan semakin
40 Tuntut Reformasi Ekonomi Dan Politik. Ribuan Mahasiswa Unja Menggelar Mimbar Bebas.
Harian Independent, No. 981 Tahun V, 3 April 1998. Hal 1&7. 41 DPRD Nilai Mimbar Bebas Mahasiswa Unja Hal Wajar. Bila Di Seputar Kampus, ABRI Tak
Melarang. Harian Independent, No 982 Tahun V, 4 April 1998. Hal 2.
42
memburuknya keadaan ekonomi di Indonesia khusunya di Jambi, sehingga mereka
sebagai calon intelektual merasa terpanggil untuk peduli dengan keadan yang
terjadi.42 Selain itu, juga mengangkat isu lokal tentang rumah judi dan pelacuran
yang dominan diperjuangkan karena menyangkut perkembangan moral bangsa.
Tidak semua aksi mahasiswa berjalan dengan baik, terlebih ketika sedang
melakukan diskusi untuk membahas isu-isu yang terjadi. Banyak dari mahasiswa
Jambi yang kemudian ditangkap lalu ditahan di kantor polisi atau pun di kantor
Makorem. Selama ditahan, mahasiswa mendapat perlakuan tindak kekerasan
karena dianggap melanggar peraturan. Mahasiswa yang ditangkap dikenakan pasal
510 KUHP Tentang “Pertemuan atau Arak-arakan Dimuka Umum Tanpa Izin
Penguasa” atau sering juga disebut pasal 5000 perak karena setiap yang ditahan
dikenakan denda 5000 rupiah untuk dibebaskan. Aksi keprihatinan yang dilakukan
mahasiswa Jambi tidak ada kekerasan, mahasiswa murni hanya ingin
menyampaikan aspiranya, namun bentrokan-bentrokan yang terjadi antara
mahasiswa dan aparat keamanan disebabkan karena semakin banyaknya mahasiswa
yang ikut serta melakukan unjukrasa menyebabkan gesekan antara mahasiswa
dengan aparat keamanan hingga menyebabkan korban luka-luka.43
Seperti yang dilakukan mahasiswa Jambi. Dibawah koordinasi SMPT
Jambi, gerakan mahasiswa Jambi tersebut membuat jajaran Polda Jambi kerepotan
meskipun yang dilakukan mahasiswa hanya menyampaikan kembali pesan moral
sebagai rasa keprihatinan terhadap keadaan yang terjadi di Indonesia. Seperti yang
42 “Kami Tidak Ikut-Ikutan”. Harian Independent, No. 982 Tahun V, 4 April 1998. Hal 2. 43 Musri Nauli. Wawancara. 18 Juni 2020.
43
dilakukan mahasiswa Unja, saat melakukan mimbar bebas dengan harapan
kehadiran Ketua DPRD tidak terjadi, mahasiswa memaksa keluar kampus menuju
Gedung DPRD TK I Jambi. Walaupun aksi mereka tersendat karena pasukan anti
huru-hara yang berusaha menghalau mahasiswa turun ke jalan, namun mahasiswa
berhasil sampai ke Gedung DPRD. Sepanjang 200 meter barisan ribuan mahasiswa
dan aparat keamanan menutupi jalan hingga jalanan terpaksa ditutup dan lalu lintas
dialihkan ke rute lain. Saat aksi tersebut, ketua SMPT Unja membacakan tuntutan
mahasiswa yang disebut “Seruan Moral Mahasiswa Unja”. Isi seruan moral tersebut
antara lain, kepada DPR, pemerintah dan semua pihak yang terkait agar
mengumumkan para konglomerat yang berhutang serta meneliti para pejabat yang
melakukan tindak korupsi, kolusi, nepotisme, manupulasi uang negara dan
penyalahgunaan wewenang. Mereka juga mendesak pemerintah untuk segera
membuat reformasi dibidang ekonomi dengan memperjelas konsep pemulihan
ekonomi dan langkah-langkah realisasi konkrit untuk mengatasi krisis ekonomi
yang kian menyengsarakan rakyat. Melakukan reformasi di bidang hukum, dengan
mempertegas dan memperkokoh kemandirian lembaga perdilan dan budaya hukum.
Melakukan reformasi budaya, yakni reformasi mental pemimpin bangsa menuju
terbentuknya mentalitas baru yang anti feodalisme, despotisme dan nepotisme.44
Aksi mahasiswa Unja berlanjut bahkan hampir menyebabkan bentrokan dengan
aparat karena dihalangi untuk bergerak menuju Kantor DPRD, mahasiswa yang
kesal bahkan sampai melempari batu kepada petugas keamanan. Khawatir akan
44 Lagi, Mahasiswa Unja Gelar Unjukrasa. Anggota DPR Dapat Sorotan Tajam. Harian
Independent, No. 985 Tahun V, 8 April 1998. Hal 1&7.
44
semakin membesar, dua mobil truk berisikan sekitar 50 personil brimob
didatangkan dan langsung melakukan pagar betisdidepan gerbang kampus.45
Sejak bulan April hingga Mei 1998, aksi unjukrasa yang dilakukan
mahasiswa Jambi semakin membesar karena ketidakpuasan mahasiswa atas
terpilihnya lagi Soeharto menjadi presiden untuk ke 7 kalinya. Begitu juga dengan
Kabinet Pembangunan VII yang dibentuk Soeharto pada 14 Maret 1998, dinilai
tidak dapat mencerminkan niat serius Soeharto melakukan reformasi. Terdapat
sejumlah wajah baru dalam kabinet tersebut, tetapi wajah-wajah baru itu juga
memperberat ciri KKN yang sudah amat serius pada kabinet sebelumnya.
Masyarakat percaya bahwa susunan Kabinet Pembangunan VII tidak dapat
mengatasi masalah besar yang sedang dihadapi Indonesia. Susunan kabinet baru
justru meyakinkan masyarakat bahwa Soeharto sama sekali tidak mendengar
aspirasi mahasiswa dan masyarakat luas tentang tuntutan reformasi disegala bidang.
Kabinet Pembangunan VII hanyalah kabinet kroni Soeharto. Ditengah kekecewaan
yang serius setelah terbentunya Kabinet Pembangunan VII, mahasiswa dibuat
marah oleh lontaran kritik sejumlah menteri baru, bahwa mahasiswa tidak tahu arti
reformasi, mahasiswa tidak punya konsep, politik mahasiswa amatiran, dan aksi-
aksi mereka mengarah pada politik praktis. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
baru, Wiranto Arismunandar, menyerukan agar mahasiswa tidak berpolitik praktis.
Bahkan ia mengancam akan menindak mahasiswa yang melakukan politik praktis.
Isu tentang politik praktis mahasiswa segera menimbulkan kontroversi. Isu tersebut
45 Lagi Mahasiswa Unja Gelar Unjukrasa. Demonstran Nyaris Bentrok Dengan Petugas. Harian
Independent, No. 1000 Tahun V, 24 April 1998. Hal 1&7.
45
tidak akan ditanggapi serius jika tidak disertai ancaman untuk menindak mereka
yang melakukan politik praktis. Tetapi ancaman tersebut tidak membuat mahasiswa
takut. Ancaman tersebut justru membuat mahasiswa semakin berani. Aksi-aksi
demostrasi mahasiswa semakin marak dan seringkali merupakan gabungan dari
berbagai universitas.46
Seperti yang dilakukan mahasiswa Jambi, saat melakukan aksi gabungan
yang terdiri dari kampus Unbari, Unja, IAIN dan AMIK di depan kantor DPRD
terjadi bentrok dengan aparat hingga menyebabkan dua orang mahasiswi terluka
mereka adalah Yana Yudantara mahasiswi dari Fakultas Peternakan Unja terkena
tembakan nyasar peluru karet di pundak sebelah kanan. Kemudian Anita mahasiswi
Fakultas Hukum Unja terkena sabetan rotan petugas mengalami luka memar dan
terkilir di bagian pergelangan tangan dan kakinya. Aparat keamanan yang
melayangkan sabetan rotan membuat mahasiswa berlari menyelamatkan diri
kembali ke kampus sambil melempari baru ke arah petugas. Lemparan batu tersebut
mengenai petugas dan dibalas dengan tembakan peluru karet dan bom asap oleh
petugas. Dalam aksi bentrokan tersebut, aparat keamanan membawa dua orang
mahasiswa, As’ari (Unbari) dan Joni (Unja).47 Selanjutnya, ketika mahasiswa
mengetahui ada empat petugas yang diduga intel menyusup masuk dalam
kerumunan mahasiswa terlihat, mahasiswa menangkap dan menyanderan oknum
petugas tersebut namun hanya dua orang karena terjebak dalam kerumunan. Oleh
mahasiswa, dua oknum yang berpangkat Letnan dan Sersan tersebut dibawa ke
46 Muhammad Hisyam. Krisis Masa Kini Dan Orde Baru. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2003.
Hal 62-63. 47 Aksi Mahasiswa Jambi Tambah “Panas”. Terjadi Bentrok, Dua Cedera. Harian Independent, No.
1002 Tahun V, 26 April 1998. Hal 1&7.
46
dalam salah satu ruangan. Di dalam ruangan, dua orang yang ternyata dari
kepolisian tersebut dimintai identitas dan digeledah. Dari penangkapan dan
penyanderaan tersebut, Rektor Unja Prof Dr Ir Soedarmadi H MSc, turun tangan
meninjau tawanan mahasiswa. Setelah rektor bertemu dengan mahasiswa,
mahasiswa menuntut agar rekan mereka yang ditahan Polresta Jambi untuk
dilepaskan dan sebagai gantinya mahasiswa akan melepaskan oknum anggota yang
mereka amankan. Tuntutan tersebut disanggupi oleh Waka Polresta Jambi dan
dilakukan serah terima “tawanan” di depan TK Pertiwi II Jambi.48
Setelah aksi bentrok mahasiswa yang menyebabkan mahasiswa terluka dan
ditangkap aparat keamanan, aksi mahasiswa semakin masif. Aksi mimbar bebas
kembali dilakukan gabungan mahasiswa IAIN, ASM dan Akubank terjadi di
kampus IAIN. Walaupun berlangsung dengan aman, menurut pengunjukrasa, aksi
tersebut merupakan gerakan moral yang berfungsi sebagai “kontrol sosial”. Aksi-
aksi mahasiswa tersebut merupakan kebangkitan kembali gerakan mahasiswa yang
selama ini statis akibat peraturan NKK/BKK. Ditambah lagi dengan pernyataan
Mendikbud yang melarang mahasiswa berpolitik praktis di kampus merupakan
sesuatu yang tidak mendasar, karena mahasiswa mempunyai idealisme sebagai
intelektual yang memiliki tanggungjawab sebagai agen kontrol sosial dalam
pembangunan bang, sehingga aksi mahasiswa tidak bisa dimatikan dengan
ancaman. Dalam aksi tersebut, mahasiswa membawa keranda sebagai simbol
“matinya” fungsi DPR sebagai wakil rakyat karena aspirasi mereka yang tidak
48 Setelah Tiga Jam, Mahasiswa Serahkan “Sandera”. Harian Independent, No. 1002 Tahun V, 26
April 1998. Hal 8.
47
tersalurkan. Pada aksi unjukrasa tersebut juga, mahasiswa menuntut untuk
berdialog dengan Ketua DPRD Tingkat I Jambi, namun karena yang hadir justru
Wakil Ketua DPRD Tingkat I Jambi, AK Djuaini S.H, mahasiswa menolak dan
menghadang AK Djuaini S.H didepan pintu gerbang, karena tidak bisa masuk AK
Djuaini kembali yang didampingi Kapolresta Jambi, Letkol Pol P. Hutabarat. Saat
pengunjukrasa akan keluar kampus, mereka dihadang oleh petugas yang berjaga di
pintu gerbang. Gagal keluar kampus, “keranda” yang menyimbolkan “matinya”
fungsi DPR tersebut dibakar oleh mahasiswa di depan gerbang dan disaksikan
mahasiswa, masyarakat, juga termasuk aparat keamanan.49
Menjelang turunnya Soeharto, aksi-aksi gerakan yang dilakukan mahasiwa
semakin berani dan nekat. Puncak dari aksi yang dilakukan mahasiswa di Indonesia
adalah setelah terjadinya penembakan empat mahasiswa Trisakti. Mahasiswa
berkabung dengan tewasnya empat pahlawan reformasi pada 12 Mei 1998.
Ungkapan belasungkawa yang dilakukan mahasiswa Unbari ditandai dengan
upacara menaikkan bendera merah putih. Upacara tersebut juga diiringi dengan
sebuah puisi “Bunga Bangsa” sebagai ungkapan belasungkawa.50
Pada tanggal 18 Mei mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dengan
berbagai almamater mulai memasuki gedung DPR/MPR di Senayan, menuntut
Sidang Istimewa MPR dan Soeharto mundur. Tidak terkecuali mahasiswa Jambi.
49 Rektor “Dipaksa” Bacakan Tuntutan. Harian Independent, No. 1010 Tahun V, 5 Mei 1998. Hal
1&7. 50 Selamat Jalan Pahlawan Reformasi. Harian Independent, No. 1018 Tahun V, 14 Mei 1998. Hal
3.
48
Dari Jambi sendiri mengirimkan perwakilan mahasiswanya sekitar 10-15 orang
untuk ikut menduduki gedung DPR. 51
Mahasiswa Jambi bergabung melakukan long march untuk menuntut
turunnya Soeharto, dari yang sebelumnya hanya menuntut masalah isu yang sedang
terjadi. Kampus Unbari bergabung dengan kampus AMIK, Akper Baiturahim, dan
seluruh akper yang ada di Jambi berkumpul di kampus Unbari dengan almamater
masing-masing untuk melakukan mimbar bebas sebelum melakukan long march
menuju lapangan kantor Gubernur.52 Hal yang sama juga dilakukan mahasiswa
Akubank, ASM, dan STIE berkumpul dihalaman di kampus Akubank, gabungan
tiga PTS di Jambi ini berjumlah sekitar seribu lima ratus melakukan mimbar bebas.
Sama seperti gabungan dari Unbari, mahasiswa gabungan dari Akubank juga
melakukan long march menuju lapangan kantor Gubernur.53 Di Kampus Unja,
mahasiswa mengawali aksinya dengan membawakan lagu Bento dan DPR, serta
sajak-sajak reformasi yang bernada menggugat pemerintah. Saat itu, rektor Unja
juga hadir untuk mengingatkan mahasiswa agara melakukan aksinya dengan damai.
Rektor Unja mendukung karena mahasiswa menyuarakan suara rakyat. Ketika
mahasiswa Unja masih menggelar aksi di kampus, mahasiswa IAIN long march
dari kampusnya melewati kampus Unja. Kemudian lewat barisan mahasiswa ASM
dan Akubank melewati kampus Unja. Setelah itu mahasiswa Unja juga keluar untuk
bergabung dengan mahasiswa dari kampus lain menuju lapangan kantor
51 Hadiyanto. Wawancara. 24 Mei 2019. 52 Joni Ismed. Wawancara. 15 Juli 2020. 53 Mahasiswa PTS Juga Long March. Di Unbari Tanpa Kawalan Petugas. Harian Independent, No.
1026 Tahun V, 21 Mei 1998. Hal 3.
49
Gubernur.54 Di Simpang BI (Bank Indonesia) Telanai merupakan simbol
pergerakan mahasiswa karena menjadi titik kumpul seluruh perguruan tinggi yang
ada di Jambi ketika melakukan long march menuju kantor Gubernur Jambi.55 Di
depan kantor Gubernur, mahasiswa Jambi menyampaikan tuntutannya secara
nasional yang berisi (1). Tegakkan Supremasi Hukum, (2). Pemberantasan KKN,
(3). Amandemen UUD 45, (4). Pencabutan Dwifungsi ABRI, (5). Memberikan
Otonomi Daerah Seluas-luasnya, (6). Tegakkan Demokrasi, dan berakhir dengan
tuntutan turunkan Soeharto. Serta tuntutan lain yang menyangkut reformasi di
Jambi seperti: berantas judi dan prostitusi di Jambi. Selama aksi mahasiswa di
Jambi banyak juga korban yang terluka karena bentrokan yang terjadi dengan aparat
keamanan, namun tidak sampai menimbulkan korban meninggal. Hingga akhirnya
Soeharto melepaskan jabatannya pada 21 Mei 1998 dan digantikan wakilnya pada
saat itu B.J Habibie sebagai presiden.
3.3. KONDISI JAMBI MASA REFORMASI
Turunnya Soeharto dari jabatan presiden tidak menghentikan perjuangan
mahasiswa, karena target mahasiswa adalah reformasi total. Sedangkan turunnya
Soeharto merupakan komponen dalam tuntutan unjukrasa yang selalu dilakukan
mahasiswa di Indonesia. Mahasiswa Jambi tetap akan mengawal reformasi di
segala bidang baik dalam skala nasional maupun lokal, namun yang terutama di
Jambi. Mahasiswa menuntut pemerintah Jambi dapat merealisasikan tuntutan-
tuntutan yang telah berkali-kali disampaikan mahasiswa dalam unjukrasa.
54 Gubernur Ziarah, Ribuan Mahasiswa Kecewa. DPRMD: Reformasi Harus Selesai Enam Bulan.
Harian Independent, No. 1026 Tahun V, 21 Mei 1998. Hal 3. 55 As’ari Syafii. Wawancara. 15 Juli 2020.
50
Tuntutan mahasiswa yang menguat setelah turunnya Soeharto adalah
tentang penghapusan tempat perjudian. Bahkan mahasiswa Unja sampai
menduduki kantor Gubernur untuk menunjukkan keseriusan mahasiswa mengenai
masalah perjudian di kota Jambi. Mahasiswa menuntut kesungguhan pejabat terkait
dalam memusnahkan bisnis haram di daerah Jambi dengan cara membakar
peralatan judi yang masih disimpan pengelola. Selain meminta pemusnahan
peralatan judi, mahasiswa Unja yang menduduki kantor Gubernur juga melontarkan
isu-isu pedas tentang KKN. Bahkan isu yang menyangkut nepotisme di lingkungan
keluarga gubernur. Mengenai tuntutan mahasiswa untuk memusnahkan peralatan
judi, Gubernur dan Kapolda sepakat dengan mahasiswa namun tetap harus mengacu
pada aturan-aturan yang berlaku. Menurut mahasiswa, keberadaan bisnis hitam di
Jambi tidak lepas dari keterlibatan ABRI sebagai backingnya. Sehingga sangat sulit
untuk menyelidiki kegiatan perjudian tersebut, karena operasi pemberantasn akan
“bocor” dan pengolal tempat perjudian lebih dulu bersembunyi.56 Meskipun sudah
38 mesin judi yang terdiri dari 30 mesin mickey mouse dan 8 mesin jackpot dibakar
ditengah lapangan kantor Gubernur, namun mahasiswa Unja tidak beranjak.
Mahasiswa Unja bertekad akan terus bertahan di kantor Gubernur Jambi sampai
tuntutannya dipenuhi, yaitu membakar 500 mesin judi.
Ditengah aksi mahasiswa menduduki kantor Gubernur, mahasiswa Unja
yang sudah dua hari menduduki kantor Gubernur secara tiba-tiba diserang oleh
sekelompok orang yang memakai ikat kepala putih dan tidak dikenal. Mereka
56 Aparat Bersedia Bakar 20 Unit Jackpot, Mahasiswa Minta 500. Mahasiswa Unja Duduki Kantor
Gubernur. Harian Independent, No. 1034 Tahun V, 29 Mei 1998. Hal 3.
51
melempri mahasiswa dengan batu, potongan kayu, dan air yang dimasukkan ke
dalam plastik. Kelompok orang tidak dikenal tersebut berusaha menerobos masuk
dan ingin bergabung dengan mahasiswa. Namun keinginan mereka ditolak oleh
mahasiswa sehingga kelompok tersebut mengamuk dan mulai melakukan
pelemparan terhadap mahasiswa.57
Tidak hanya mahasiswa Unja, mahasiswa IAIN juga menduduki gedung
DPRD Tk I Jambi. Kedatangan mahasiswa IAIN disertai juga oleh Rektor dan
beberapa dosen. Begitu memasuki gedung DPRD Tk I, mereka langsung
membentangkan spanduk di pintu masuk yang bertuliskan “Bumi Hanguskan
Jackpot Sebagai Bukti Kebersihan Hati Nurani Pemerintah”, serta menggelar
mimbar bebas. Menurut Ketua MUI Jambi yang juga sebagai Rektor IAIN, aksi
yang dilakukan mahasiswa merupakan gerakan moral yang harus mendapat
perhatian, agar praktik perjudian dihapuskan dari daerah Jambi.58 Dalam
memperjuangkan pemusnahan jackpot dan prostitusi, harus di laksanakan hingga
tuntas karena tuntutan tersebut demi perbaikan moral.
Aksi pendudukan kantor Gubernur yang dilakukan mahasiswa Unja
akhirnya bubar setelah Kabag Kemahasiswaan Unja mendapatkan teror melalui
telepon yang mengaku dari preman. Penelepon mengancam akan membakar rumah
Masturo jika mahasiswa Unja tidak meninggalkan kantor Gubernur. Setelah
mendapat informasi adanya pengancaman, Rektor Unja mengultimatum
mahasiswanya untuk meninggalkan kantor Gubernur. Hingga akhirnya mahasiswa
57 Mahasiswa Unja Diserang Gerombolan Tak Dikenal. Harian Independent, No. 1036 Tahun V, 31
Mei 1998. Hal 1. 58 Sudah Dua Gedung Penting “Diduduki” Mahasiswa. Harian Independent, No. 1036 Tahun V, 31
Mei 1998. Hal 3.
52
meninggalkan kantor Gubernur dengan diangkut bus KPN. Menurut mahasiswa,
mereka meninggalkan kantor Gubernur bukan berarti mengalah atau menghentikan
perjuangan, tetapi karena situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan.59
Walaupun mahasiswa mundur dari pendudukannya di kantor Gubernur, namun
semangat memperjuangkan reformasi total masih terus ada. Terbukti dari
pernyataan tertulis dari ketua SMPT Unja yang menyatakan bahwa mahasiswa Unja
tetap memperjuangkan dan mendukung reformasi disegala bidang agar terciptanya
pemerintah yang bersih dan berwibawa. Aksi yang dilakukan mahasiswa
merupakan manifestasi dari semangat reformasi dan dukungan terhadap Gubernur
agar tetap komitmen terhadap upaya pemberantasan KKN serta praktik-praktik
prostitusi maupun perjudian. SMPT Unja juga menegaskan bahwa aksi-aksi yang
dilakukan mahasiswa Unja masih “murni dan konsekuen” merupakan aspirasi
mahasiswa dn masyarakat.60
Setelah turunnya Soeharto, konsentrasi mahasiswa di Jambi mulai
terpecah.. Seperti yang dilakukan puluhan mahasiswa yang menamakan dirinya
Dewan Aksi Reformasi Mahasiswa Jambi (Darmaja) yang berasal dari IAIN,
Unbari, ASM, Akubank, STMIK/AMIK, STIE, Akper Baiturahim, dan PAM
Keperawatan Depkes, mereka mendatangi gedung DPRD I Jambi untuk
menyampaikan pernyataan sikapnya, yang intinya agar praktik KKN dihapuskan
serta pihak terkait lebih memfokuskan diri pada persediaan sembako di daerah
Jambi. Karena Darmaja merasa prihatin dan ikut merasakan kesulitan masyarakat
59 Laporkan Penyerangan ke Tim Pemahaman. Kabag Kemahasiswaan Unja Diteror, Mahasiswa
Tinggalkan Kantor Gubernur. Harian Independent, No. 1037 Tahun V, 1 Juni 1998. Hal 1&7. 60 “Walau Mundur, Semangat Mahasiswa Masih Tetap Membara”. Harian Independent, No. 1041
Tahun V, 5 Juni 1998. Hal 3.
53
tentang ketersediaan dan harga sembako serta bahan kebutuhan lainnya, yang
semakin mengkhawatirkan. Selain itu, Darmaja juga menyampaikan tuntutannya
yaitu: pertama, hapuskan praktik KKN dari seluruh jajaran birokrasi di Jambi secara
tuntas, adil dan bijaksana. Kedua, persiapkan stok makanan untuk tiga bulan
kedepan, serta turunkan harga sembako sampai pada tingkat harga yang wajar.
Ketiga, dana yang dihimpun melalui BAZIS (Badan Amal Zakat Infak dan
Sedekah) dan sumbangan berupa uang atau emas dari masyarakat Jambi kepada
negara pada awal krisis moneter yang lalu, agar dipergunakan bagi kepentingan
rakyat. Selain mendengarkan tuntutan dari Darmaja, ketua DPRD I Jambi juga
mendengarkan masukan dari Darmaja mengenai permasalah yang terjadi di Jambi,
mulai dari praktik KKN seperti perekrutan PNS, pengurusan KTP, STNK dan
sejenisnya sampai kasus tanah antara rakyat dengan perusahaan swasta yang
dilakukan PT DAS, Santa Fe, dan MPCC.61 Darmaja dibentuk untuk bergerak
melakukan aksi sosial seperti menggelar pasar murah dengan hal pokoknya
sembako.62 Selain menggelar pasar murah, aksi lain yang dilakukan Darmaja adalah
menyalurkan bantuan dari WKS seperti minyak, alat tulis, kertas bagi siswa dan
mahasiswa.63
Selain itu ada Tim Reformasi Unja (TRU) yang mendampingi warga yang
tersangkut sengketa tanah yang digarap PT Bukit Barisan Indan Prima (BBIP).
Menurut TRU, warga memiliki bukti yang sah atas kepemilikan tanah. Tapi tanah
tersebut sudah digarap PT BBIP untuk perkebunan sawit.
61 Mahasiswa Tuntut Turunkan Harga Sembako. Harian Independent, No. 1043 Tahun V, 7 Juni
1998. Hal 3. 62 As’ari Syafii. Wawancara. 15 Juli 2020. 63 Joni Ismed. Wawancara. 15 Juli 2020.