bab iii aksi mahasiswa menuntut reformasi 1998 3.1

32
22 BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1. PERISTIWA REFORMASI Reformasi dalam Kamus Bahasa Besar Bahasa Indonesia memiliki arti perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara. Sebagaimana yang menjadi tuntutan mahasiswa se- Indonesia untuk melakukan reformasi terhadap pemerintahan Soeharto yang menduduki kursi pemerintahan selama 32 tahun, yang menyebabkan banyaknya aksi-aksi unjukrasa yang di lakukan mahasiswa sebagai bentuk protes. Sejak memasuki pertengahan tahun 1997 beberapa negara Asia seperti Korea, Thailand dan Malaysia, mulai terlanda krisis moneter. Kekhawatiran banyak pihak bahwa krisis itu akan melanda Indonesia pun menjadi kenyataan. Bulan Juli 1997 nilai rupiah terus merosot. Di bulan Agustus nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah Rp 2.575,- menjadi Rp 2.603,-. Bulan berikutnya turun lagi menjadi Rp 3.000/US$. Bulan Oktober menjadi Rp 3.845/US$. Dalam bulan-bulan berikutnya kemerosotan nilai rupiah telah tidak masuk akal lagi. Pada bulan Mei 1998 rupiah diperdagangkan Rp 10.000,- dalam satu minggu berikutnya anjlok menjadi Rp 12.600,-. 1 Bagi Soeharto, badai yang melanda tidak hanya sekadar soal ekonomi. Kursi kukuh yang dia duduki selama 32 tahun juga mulai bergoyang hebat. Semua orang menuding Soeharto sebagai biang kejatuhan ekonomi. Akhir 1997, rupiah turun menjadi Rp 5.500/US$ atau anjlok 13,3% dibandingkan dengan 1 Muhammad Hisyam. Krisis Masa Kini dan Orde Baru. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2003. Hal 56.

Upload: others

Post on 18-Feb-2022

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

22

BAB III

AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998

3.1. PERISTIWA REFORMASI

Reformasi dalam Kamus Bahasa Besar Bahasa Indonesia memiliki arti

perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam

suatu masyarakat atau negara. Sebagaimana yang menjadi tuntutan mahasiswa se-

Indonesia untuk melakukan reformasi terhadap pemerintahan Soeharto yang

menduduki kursi pemerintahan selama 32 tahun, yang menyebabkan banyaknya

aksi-aksi unjukrasa yang di lakukan mahasiswa sebagai bentuk protes.

Sejak memasuki pertengahan tahun 1997 beberapa negara Asia seperti

Korea, Thailand dan Malaysia, mulai terlanda krisis moneter. Kekhawatiran banyak

pihak bahwa krisis itu akan melanda Indonesia pun menjadi kenyataan. Bulan Juli

1997 nilai rupiah terus merosot. Di bulan Agustus nilai tukar rupiah terhadap dolar

AS melemah Rp 2.575,- menjadi Rp 2.603,-. Bulan berikutnya turun lagi menjadi

Rp 3.000/US$. Bulan Oktober menjadi Rp 3.845/US$. Dalam bulan-bulan

berikutnya kemerosotan nilai rupiah telah tidak masuk akal lagi. Pada bulan Mei

1998 rupiah diperdagangkan Rp 10.000,- dalam satu minggu berikutnya anjlok

menjadi Rp 12.600,-.1 Bagi Soeharto, badai yang melanda tidak hanya sekadar soal

ekonomi. Kursi kukuh yang dia duduki selama 32 tahun juga mulai bergoyang

hebat. Semua orang menuding Soeharto sebagai biang kejatuhan ekonomi. Akhir

1997, rupiah turun menjadi Rp 5.500/US$ atau anjlok 13,3% dibandingkan dengan

1 Muhammad Hisyam. Krisis Masa Kini dan Orde Baru. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2003.

Hal 56.

Page 2: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

23

awal 1997. Harga melonjak gila-gilaan dan inflasi melesat sampai 12,6% di bulan

Februari 1998. Akibatnya, penduduk miskin yang sebelum krisis ada 20 juta,

membengkak menjadi 60 juta.2

Secara ekonomi, Indonesia kini memiliki jumlah hutang jangka pendek

yang besar, karena hutang yang masuk ke Indonesia dalam bentuk dolar Amerika,

sehingga membengkak karena mengikuti pergerakan mata uang rupiah yang tidak

bagus. Hutang jangka pendek ini berkisar US$30-40 miliyar pada tahun 1997.3 Pada

saat itu hutang luar Negeri Indonesia, baik swasta maupun pemerintah sudah sangat

besar. Tatanan perbankan nasional kacau, dan devisa nasional tipis. Permintaan

bantuan kepada IMF (International Monetary Fund) ternyata tidak mempercepat

penyembuhan. Orang percaya bahwa ekonomi sangat terkait dengan politik. Jika

politik stabil, ekonomi akan sehat, dan sebaliknya, jika ekonomi kacau maka politik

pun bergolak. Begitu besar pengaruh politik terhadap ekonomi dapat dicontohkan

pada nilai tukar rupiah yang begitu mudah berubah, misalnya hanya karena ada

berita bahwa presiden Soeharto sakit.4

Krisis moneter yang dimulai Juli 1997, di akhir tahun menjelma menjadi

krisis ekonomi. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar menyebabkan harga-

harga membubung tinggi. Masyarakat kecil dan pada buruh adalah bagian terbesar

yang menanggung derita paling parah akibat krisis ini. Pegawa-pegawai rendahan,

buruh-buruh pabrik, pekerja perusahaan dan pedagang kecil maupun besar

mengalami goncangan psikologis amat serius akibat kemandegan aktivitas di

2 Soeharto: Dari Supersemar Sampai Jatuhnya Orde Baru. Jakarta: Tempo. Hal 58. 3 M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2007. Hal

649. 4 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 56.

Page 3: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

24

tempat mereka bekerja dan usaha mereka. Makin hari nasib mereka semakin tidak

menentu. Banyak perusahaan dan pabrik-pabrik mengurangi karyawannya, dan

bahkan pabriknya sendiri tutup karena tekanan yang berat. Pemutusan hubungan

kerja besar-besaran tidak dapat dihindari di perusahaan-perusahaan yang sebagian

besar materialnya bergantung pada impor dari luar negeri. Bahan-bahan pokok

keperluan hidup sehari-hari yang disebut sembako semakin langka. Beras, susu,

minyak goreng, terigu dan bahan makanan lainnya bukan saja melambung

harganya, tetapi seringkali sulit didapatkan di pasar. Tekanan ekonomi yang

membebani sebagian besar rakyat di kota-kota diperparah dengan kegagalan panen

di tahun 1997 akibat kekurangan hujan. Akibatnya penderitaan rakyat semakin

merata di kota-kota dan di desa-desa.5

Respon pertama pemerintah terhadap krisis ini mencerminkan

kesombongan dan kurangnya kesadaran terhadap realitas. Reformasi diumumkan,

namun proyek para kroni dan keluarga terus dilindungi. Perjanjian dengan IMF

bulan Oktober 1997 mengakibatkan ditutupnya 16 bank, tetapi dua bank yang

dimiliki keluarga Soeharto dibuka kembali. Lalu, dimulailah tarik urat (stand-off)

antara IMF dan Soeharto yang menjadi konsumsi publik semakin meneguhkan

anggapan para pengamat dalam dan luar negeri bahwa rezim ini sudah begitu dalam

terbelit nepotisme, korupsi dan inkompetensi.6

Suasana memprihatinkan dikalangan rakyat kecil itu ternyata tidak direspon

dengan keprihatinan kalangan menengah atas ke atas. Gaya hidup kelompok ini

5 M.C. Ricklefs. Op_Cit. Hal 650. 6 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 59.

Page 4: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

25

tidak memperlihatkan rasa simpati yang sungguh-sungguh terhadap rakyat kecil

yang paling menderita karena krisis. Inilah agaknya yang merangsang kalangan

mahasiswa memberi perhatian khusus atas nasib mereka. Kepedulian mereka dapat

dipahami, karena mereka bagian dari masyarakat yang sadar akan ketidakpastian

hari depan mereka jika kondisi ekonomi tidak diperbaiki. Sebagian mahasiswa

berasal dari kalangan bawah, dan karenanya merekalah golongan terpelajar yang

mula-mula mengalami dampak krisis.7

Ketika pemerintah dinilai tidak akan mampu memulihkan ekonomi,

kepercayaan rakyat terhadap pemerintah dan Soeharto pun menghilang. Gejala

merosotnya kepercayaan terhadap pemerintahan Soeharto sebenarnya sudah telihat

sejak tahun-tahun menjelang krisis moneter. Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di

berbagai kota, seperti Pekalongan, Tasikmalaya, Situbondo, Banjarmasin,

Rengasdengklok dan lainnya di tahun sebelumnya dan pada menjelang pemilu

bulan Mei 1997, merupakan tanda-tanda menipisnya kepercayaan rakyat terhadap

penguasa dan pemerintahan. Kerusuhan itu merupakan ekspresi gugatan rakyat

terhadap janji keadilan yang mereka dengungkan pada setiap menjelang pemilu.

Pemerintah selalu menjanjikan keadilan sosial ekonomi, tetapi yang mereka hadapi

adalah kesenjangan sosial ekonomi.8

Pihak militer dam Komnas HAM menilai bahwa kerusuhan yang terjadi di

Situbondo dan Tasikmalaya, ada aktor intelektual yang menggerakannya. Ada pula

analisis yang menjelaskan bahwa kerusuhan-kerusuhan tersebut memiliki

7 Muhammad Hisyam. Ibid. Hal 59. 8 Muhammad Hisyam. Ibid. Hal 57.

Page 5: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

26

keterkaitan satu sama lain yang dihubungkan oleh pihak ketiga yang mencerminkan

permainan dari para elit politik. Sementara itu Komnas HAM juga menyatakan

bahwa kerusuhan-kerusuhan itu terjadi karena semakin lebarnya kesenjangan

ekonomi dan adanya ketidakadilan politik serta hukum.9

Penyimpangan masa Orde Baru terlihat juga pada tindakan Soeharto dalam

memerintah Indonesia. Demokratisasi di Indonesia pada masa Orde Baru masih

belum terlaksana secara utuh. Dilihat dalam tatanan pemerintah, pelaksanaan

demokrasi pancasila belum berjalan dengan murni. Pemusatan kekuasaan itu

meliputi bidang politik, ekonom, hukum, sosial dan budaya. Pada bidang politik,

pemerintah memegang kendali kekuasaan atas lembaga legislatif (MPR/DPR),

ABRI, dan partai politik utamanya Golkar. Di bidang ekonomi, kekuasaan

pemerintah terlihat pada monopoli usaha keluarga dan kroni Soeharto. Selain itu,

di bidang hukum pemerintah juga mengendalikan kekuasaan kehakiman termasuk

kekuasaan yudikatif, kemudian bidang sosial, kekuasaan yang terpusat ditunjukkan

oleh adanya pola patron-klien dalam organisasi kemasyarakatan. Sedangkan di

bidang budaya terlihat dari kebiasaan untuk memperoleh arahan dari atas dan

feodalisme. Di bidang bisnis, Presiden memilih Direktur Utama Badan Usaha Milik

Negara (BUMN), kebijakan yang penting dari BUMN juga harus menunggu

persetujuan Presiden. Masyarakat merasa pemerintah Orde Baru mengabaikan

demokrasi dan kebebasan dalam berpendapat, tidak ada pembelaan hak asasi

manusia. Pers tidak dapat bergerak bebas karena dicekal oleh Soeharto apabila

mencoba mengkritik kebijakan pemerintahan Orde Baru. Buku-buku dilarang

9 Basuki Agus Suparno. Reformasi Dan Jatuhnya Soeharto. Jakarta: Kompas. 2012. Hal 103.

Page 6: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

27

beredar jika tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah. Banyak pengarang dan

penerbit buku menjadi korban atas tindakan pemerintah melalui Jaksa Agung.

Pemerintah memberikan ruang gerak yang sangat terbatas bagi masyarakat. Hal ini

dapat dengan mudah dilakukan oleh pemerintah Orde Baru karena sistem

pemerintahan yang bersifat sentralistis. Semua bidang kehidupan berbangsa dan

bernegara diatur secara sentral dari pusat pemerintah, sehingga peranan pemerintah

pusat sangat menentukan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, baik dalam

bidang sosial, ekonomi, dan politik nasional.10

Jatuhnya pemerintah otoriter Orde Baru karena kerasnya rezim terhadap

sikap kritis masyarakat, kegagalan ekonomi, dan praktik korupsi, kolusi dan

nepotisme.11 Agaknya ada dua persoalan fundamental yang sejak lama menjadi

bahan kritik terhadap Soeharto. Pertama, cara Soeharto menjalankan kekuasaan

dengan dukungan militer yang sangat kuat dinilai otoriter dan anti kritik. Kedua,

pemerataan pembangunan yang hasilnya tidak berjalan sesuai dengan cita keadilan

sosial. Dua hal tersebut menyebabkan tumbuh suburnya apa yang kemudian dikenal

dengan sebutan KKN, yakni korupsi, kolusi dan nepotisme. Kalangan agama

menilai ini sebagai krisis moral. Keserakan terhadap materi tidak lagi

mengindahkan nilai-nilai baik dan buruk. Sangat ironis, bahwa di negeri yang

mengagungkan agama justru dikenal dunia dengan internasional sebagai negara

terkemuka dalam hal korupsi. Suburnya KKN menyebabkan ketimpangan

kemakmuran yang sangat mencolok. Di satu pihak ada orang yang sangat kaya, dan

10 Lilik Eka Aprilia, dkk. Berakhirnya Pemerintahan Presiden Soeharto Tahun 1998. Universitas

Jember: Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa. 2014. Hal 4. 11 Basuki Agus Suparno. Op_Cit. Hal 97.

Page 7: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

28

di pihak lain terdapat banyak sekali orang miskin. Kekayaan tertimbun pada orang-

orang yang berada di sekeliling penguasa. Pembangunan di Jawa mengalami

perkembangan sangat pesat, meninggalkan daerah-daerah lain di luar Jawa.

Sementara itu eksploitasi besar-besaran di daerah-daerah kaya di luar Jawa tidak

memberikan kemakmuran yang setara kepada penduduk wilayahnya. KKN inilah

yang kemudian menjadi sumber kelemahan rezim Soeharto, hingga pada akhirnya

menurunkannya dari kursi kepresidenan setelah 32 tahun berkuasa.12

Sama seperti tahun 1997, tahun 1998 kerusuhan terjadi dimana-mana,

namun intensitasnya lebih masif dan destruktif. Tercatat untuk kerusuhan yang

terjadi di Jakarta saja ada 4.939 bangunan yang rusak. Sebanyak 4.204 bangunan

seperti mall, swalayan, toko, bengkel, hotel dan restoran rusak. Ada 13 unit pasar

juga, sebanyak 535 bangunan bank juga dirusak massa. Belum lagi kantor swasta,

pom bensin, tempat ibadah, rumah penduduk yang dibakar dan dijarah.

Sebelumnya, amuk massa di Medan juga terjadi, kerusuhan yang terjadi di Medan

sudah bersifat rasialis, brutal dan anarkis. Dalam kerusuhan tersebut, setidaknya

ada 168 ruko dan 8 unit mobil dirusak dan dibakar massa. Kerusakan dan kerugian

menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari. Kejadian-kejadian yang serupa juga

terjadi di Surabaya, Yogyakarta, Palembang, Padang, Solo, dan Ujungpandang.13

Berbagai universitas negeri terkemuka terlibat, seperti UI, ITB, UGM dan ditambah

beberapa universitas swasta lainnya, slogan yang dikumandangkan pun beragam,

namum tetap seputar reformasi ekonomi dan politik.14

12 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 58-59. 13 Basuki Agus Suparno. Op_Cit. Hal 103. 14 Denny J.A. Jatuhnya Soeharto Dan Transisi Demokrasi Indonesia. Yogyakarta: LKIS. 2006.

Hal 21.

Page 8: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

29

Rakyat menuntut dilakukan reformasi total, selain dalam bidang ekonomi,

juga terutama dalam bidang politik dan hukum. Krisis ekonomi Indonesia bukan

hanya disebabkan oleh merosotnya nilai rupiah, tetapi juga oleh tatanan politik yang

tidak demokratis, dan hukum yang terlampau diabdikan pada kekuasaan yang

otoriter, sehingga tidak mendatangkan keadilan yang sebenarnya.15

Tuntutan akan reformasi terus meningkat seiring dengan semakin

memburuknya krisis ekonomi dan semakin jelas bahwa rezim tidak mampu

mereformasikan diri. Cara menyalurkan aspirasi adalah dengan berunjukrasa atau

demontrasi yang dimulai oleh para mahasiswa. Mahasiswa tidak semata-mata

bergerak sendiri dalam menyuarakan reformasi, melainkan memperoleh dukungan

yang kuat dari elemen-elemen kelas menengah. Para rektor, dekan dan dosen yang

sebelumnya harus tunduk pada birokratis kampus di berbagai perguruan tinggi

ramai-ramai mendukung suara reformasi mahasiswa. Ketua Umum

Muhammadiyah, Amien Rais pun juga mendukung gerakan mahasiswa untuk

menuntut diadakannya reformasi.16

Aksi-aksi mahasiswa telah dimulai sejak permulaan 1998. Arahnya pelan-

pelan bergeser, dari keprihatinan terhadap krisis ekonomi ke reformasi total dan

penolakan terang-terangan atas rezim Orde Baru. Pada bulan Januari 1998, setelah

mahasiswa UI mengeluarkan peernyataan permintaan mundur secara damai

pemerintahan Orde Baru, mereka menutup papan “Selamat Datang di Kampus

Perjuangan Orde Baru” yang terpampang di pojok Kampus Universitas Indonesia

15 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 57. 16 Lilik Eka Aprilia, dkk. Op_Cit. Hal 6.

Page 9: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

30

(UI) di Jl. Salemba. Kebanggaan mahasiswa UI terhadap status kampusnya telah

berubah menjadi rasa malu dan kecil hati. Malu, karena apa yang dibanggakan itu

telah mempermalukan martabat kampus, tempat dimana kebenaran di junjung

tinggi. Ini merupakan pembatalan secara simbolis, dukungan kampus ini terhadap

pemerintah yang dulu di awal kebangkitannya di tahun 1967 ikut mereka bela dan

lahirkan. Setelah sikap mahasiswa, menyusul kemudian pernyataan sikap yang

sama dari Ikatan Alumni UI (ILUNI) mengatasnamakan sivitas akademika UI. Aksi

besar-besaran digelar di Kampus baru UI di Depok, menuntut penurunan harga,

penghapusan monopoli, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Mereka juga

menuntut agar kedaulatan rakyat di tegakkan dan suksesi kepemimpinan nasional

dimulai.17

Tekanan-tekanan lain muncul dari demontrasi mahasiswa yang juga terjadi

dimana-mana. Seringkali aksi ini berakhir ricuh dengan aparat keamanan karena

mahasiswa memaksakan diri turun ke jalan. Sementara menurut aparat keamanan,

bahwa setiap aksi demontrasi yang turun ke jalan, dapat menimbulkan gangguan

ketertiban dan keamanan dan berpotensi menimbulkan kerusuhan serta

dimanfaatkan pihak ketiga. Jalinan kejadian dan peristiwa satu dengan peristiwa

yang lain membawa situasi krisis yang sangat kompleks.18

Menjelang Sidang Umum MPR aksi-aksi mahasiswa semakin meningkat di

kampus-kampus mereka. Aksi-aksi itu memang dilokalisir dalam lingkungan

kampus, karena peraturan NKK dan BKK yang diberlakukan sejak 1979 masih

17 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 60. 18 Basuki Agus Suparno. Op_Cit. Hal 103-104.

Page 10: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

31

berlaku. Aturan ini antara lain melarang mahasiswa melakukan demontrasi di luar

kkampus mereka. Dilokalisirnya gerakan mahasiswa di dalam kampus,

memungkinkan aparat keamanan mudah mengendalikan aksi-aksi mereka.

Sepanjang dilakukan di dalam lingkungan kampus, demonstran tidak dapat

diganggu gugat, tetapi begitu batas kampus dilanggar aparat keamanan memiliki

legitimasi untuk bertindak.19

Sepanjang bulan Maret sejak Sidang Umum MPR diadakan dan terpilihnya

lagi calon tunggal Soeharto sebagai Presiden dan B. J Habibie sebagai wakil

Presiden Indonesia untuk ke tujuh kalinya menyebabkan kekecewaan besar di

kalangan aktivis mahasiswa dan kaum intelektual, meskipun hal tersebut sudah

diperkirakan sebelumnya. Aksi-aksi mahasiswa semakin bertambah semarak, di

tambah lagi dengan pembentukan Kabinet Pembangunan VI yang dibentuk

Soeharto pada tanggal 14 Maret dinilai tidak mencerminkan keseriusan Soeharto

melakukan reformasi karena beranggotakan para kroni Soeharto yang justru

memperberat ciri KKN yang sudah amat serius sejak kabinet sebelumnya. Susunan

kabinet baru justru meyakinkan masyarakat bahwa Soeharto sama sekali tidak

mendengarkan aspirasi mahasiswa dan masyarakat luas tentang reformasi ekonomi,

politik dan hukum.20

Pada bulan April 1997, jauh sebelum maraknya aksi dan unjukrasa

dilakukan seperti empat bulan pertama di tahun 1998, sebanyak 24 mahasiswa yang

berdemontrasi di lingkungan kampus UGM ditangkap, karena di anggap telah

19 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 61. 20 Muhammad Hisyam. Ibid. Hal 62.

Page 11: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

32

menghasut rakyat untuk memboikot pemilu. Drama ketegangan antara aparat

keamanan dan mahasiswa tidak berhenti disitu. Di Solo, bentrok antara aparat

keamanan dan mahasiswa juga pecah, karena ada indikasi kuat bahwa

pengunjukrasa tersebut disusupi PKI yang ada kaitannya dengan sejumlah nama

yang pernah aktif di Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID)

yang merupakan onderbauw PRD (Partai Rakyat Demokrat). Sementara di

Universitas Lampung, unjukrasa keprihatinan di kampus yang menuntut harga

diturunkan dan reformasi politik, ekonomi dan hukum, sempat diwarnai pemukulan

yang dilakukan terhadap petugas yang dicurigai sebagai intel. Demontrasi yang

diselenggarakan Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta yang semula dilakukan di

dua tempat yakni UGM dan IKIP Yogyakarta, berubah menjadi kerusuhan setelah

keduanya berbaur di kampus UGM. Kerusuhan terjadi karena tidak adanya titik

temu antara aparat keamanan dengan mahasiswa yang menginginkan long march

ke alun-alun keratin untuk menemui Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk

menyampaikan tuntutan reformasi. Kejadian yang sama juga terjadi di Universitas

Udayana (Bali), ada aksi mahasiswa melakukan pembakaran karena marah atas

perlakuan aparat. Di Universitas Indonesia dan Universitas Hasanuddin

(Ujungpandang), mahasiswa menggelar mimbar bebas. Di Universitas Andalas

(Padang) mahasiswa berunjukrasa menolak dialog dengan siapapun dan dari

instansi mana pun.21

Memasuki bulan Mei, aksi-aksi mahasiswa semakin berani. Keberanian

mereka dipicu oleh dua isu, yakni reformasi setelah 2003 atau setelah habis masa

21 Basuki Agus Suparno. Op_Cit. Hal 150-151.

Page 12: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

33

jabatan Soeharto dan kenaikan BBM. Aksi mahasiswa di awal bulan Mei digelar di

berbagai kota besar dan melibatkan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.

Puncak dari aksi-aksi yang dilakukan mahasiswa adalah ketika tewasnya empat

mahasiswa Trisakti yaitu, Elang Mulia, Heri Hartanto, Hendriawan, dan Afidin

Alifidin Royan, yang pada tanggal 12 Mei ikut melakukan aksi damai di depan

kampusnya bersama dengan sekitar 6000-an teman sekampusnya, yang berada di

Grogol karena tembakan.22

Kematian empat mahasiswa Trisakti ini menjadi awal pecahnya kerusuhan-

kerusuhan yang semakin menjadi di kota-kota besar sebagai bentuk solidaritas

mahasiswa seluruh Indonesia karena gugurnya pahlawan reformasi akibat

kebrutalan aparat keamanan yang seharusnya menjaga ketertiban.

Pagi 13 Mei, masyarakat menyaksikan aksi berkabung mahasiswa di

kampus Universitas Trisakti. Arus lalu lintas disekitar kampus Trisakti tersendat,

mahasiswa berpidato, meneriakkan yel-yel menuntut reformasi. Massa di luar

kampus juga melakukan unjukrasa dengan memberhentikan kendaraan-kendaraan

yang lewat, supir kendaraan di paksa turun kemudian kendaraannya dibakar,

kerusuhan pun di mulai dimana-mana.23 Kematian mereka, bersama dengan

keruntuhan ekonomi, kebrutalan ABRI, korup rezim, dan kemustahilan adanya

reformasi, telah memporak-porandakan benteng terakhir keabsahan rezim dan

ketertiban sosial. Kerusuhan massal terjadi di berbagai tempat, dengan Jakarta dan

Surakarta sebagai yang terparah.24

22 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 65. 23 Hiro Tugiman. Budaya Jawa Dan Mundurnya Presiden Soeharto. Yogyakarta: Kanisius. 1999.

Hal 122. 24 M.C. Ricklefs. Op_Cit. Hal 652

Page 13: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

34

Keesokan harinya, kerusuhan besar-besaran menjalar di seluruh bagiam

Kota metropolitan Jakarta. Massa mengamuk, merusak dan membakar bangunan-

bangunan tempat niaga, kantor-kantor, mall, supermarket, bank dan kendaraan

bermotor. Orang-orang menjarah barang-barang dari toko-toko yang kebanyakan

milik orang Cina. Saksi mengatakan bahwa kerusuhan dimulai dari kelompok orang

yang tak dikenal dengan jumlah yang banyak, setelah diikuti oleh massa mereka

berpindah ke tempat lain dan memulai hal yang sama hingga merata ke seluruh

kota. Kota-kota tetangga seperti Jakarta, Bekasi dan Tangerang tidak terkecuali,

kerusuhan bahkan menjalar ke beberapa Kota di pantai utara Jawa. Di Solo,

kerusuhan meledak seperti di Jakarta dan masih diwarnai aksi sentimental rasial

anti Cina. Yang menjadi sasaran pengrusakan kebanyakan adalah milik Cina, dan

atau milik keluarga Soeharto dan kroni-kroninya, serta mereka yang diduga terlibat

KKN dengan Soeharto. Akibat kerusuhan yang terjadi, Jakarta menjadi Kota yang

sangat menakutkan, terutama bagi keturunan Cina dan warga asing.25

Saat kerusuhan besar terjadi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, Soeharto

sedang berada di Kairo, Mesir untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi

kelompok G15 ke-8, sebuah forum kerjasama antar negara-negara berkembang.

Sehingga saat mendengar keadaan Tanah Air yang tidak menentu, Soeharto

mempersingkat kunjungannya yang dijadwalkan pulang pada tanggal 16 Mei 1998,

memutuskan untuk kembali ke Indonesia pada tanggal 15 Mei 1998. Sepulang dari

Kairo, Soeharto mengadakan pertemuan dengan pembantu-pembantunya untuk

meminta laporan kondisi yang terjadi. Pemerintah memutuskan untuk menurunkan

25 Muhammad Hisyam. Op_Cit. hal 66-67.

Page 14: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

35

harga BBM pada keesokan harinya. Soeharto juga berjanji akan melakukan

reformasi disegala bidang dan segera mereshuflle Kabinet Pembangunan VII yang

dipimpinnya.26

Sekembalinya Soeharti tidak serta-merta meredakan kerusuhan yang

terlanjur meluas. Antara tanggal 18 hingga 20 Mei, terjadi beberapa perkembangan

yang sangat menentukan terhadap kedudukan Soeharto. Di satu pihak para

penentang Soeharto melakukan tekanan-tekanan melalui demontrasi-demontrasi di

gedung parlemen, dan di lain pihak para pendukung Soeharto mulai berpihak pada

demonstran. Orang-orang terdekat Soeharto dan pembantu-pembantunya yang

selama ini sangat setia dan getol membelanya satu demi satu berbalik arah

meninggalkannya.27

Puncaknya pada tanggal 18 Mei 1998, Amien Rais datang ke DPR sebagai

Ketua Muhammadiyah untuk bertemu dengan Komisi II DPR/MPR, datang pula

mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

serta Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) se-Jabodetabek. Ada juga

kelompok yang menamakan diri Gerakan Masyarakat Muslim Indonesia untuk

Reformasi, lembaga gabungan beberapa organisasi massa Islam seperti Himpunan

Mahasiswa Islam, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Pemuda Islam Indonesia,

Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Pemuda Muhammadiyah, dan Pemuda Anshor.

Mereka datang untuk satu tujuan yaitu, Presiden Soeharto turun dari jabatannya.28

Kemudian kerumunan massa dan mahasiswa tersebut dikejutkan dengan

26 Lilik Eka Aprilia, dkk.Op_Cit. Hal 7. 27 Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 75. 28 Hiro Tugiman. Op_Cit. Hal 129.

Page 15: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

36

pernyataan Harmoko sebagai ketua DPR yang juga dikenal sebagai pengikut setia

Soeharto, meminta Soeharto secara arif dan bijaksana untuk mengundurkan diri.

Keesokan harinya, pada tanggal 19 Mei diadakan rapat pimpinan DPR dan

pimpinan fraksi-fraksi di gedung DPR/MPR untuk membahas permintaan pimpinan

DPR kepada Soeharto untuk mengundurkan diri secara terhormat dan

konstitusional. Rapat tersebut berlangsung selama lima jam dan disepakati bahwa

Presiden Soeharto harus mengundurkan diri secepatnya. Pada tanggal 20 Mei,

Soeharto mendapat surat dari Pimpinan DPR yang berisi kesepakatan Pimpinan

DPR dengan Pimpinan Demonstran yang menyatakan agar Presiden Soeharto

mengundurkan diri selambat-lambatnya hari Jumat 22 Mei, serta mendapatkan

ultimatum jika sampai pada hari yg ditentukan tidak juga mengundurkan diri, maka

Pimpinan DPR/MPR akan menyiapkan Sidang Istimewa pada 25 Mei. Sebelumnya

Soeharto juga mendapatkan surat dari para menterinya yang dipimpin Akbar

Tanjung dan Ginanjar Kartasasmita serta 12 menteri lainnya yg mengadakan rapat

di Kantor Bappenas, menyatakan penolakannya perihal pembentukan kabinet baru

yang diusulkan Soeharto dan meminta Soeharto untuk turun dari jabatannya.

Setelah mendapat surat dari 14 menterinya dan dari Pimpinan DPR,

Soeharto sangat terpukul. Selain ditinggalkan oleh para menterinya di Kabinet,

dukungan internasional juga meninggalkannya. Menlu Amerika Serikat, Madelaine

Albright juga meminta Soeharto mundur karena kecewa terhadap kejadian Trisakti

12 Mei 1998. Menteri Pertahanan juga menyerukan agar semua kerjasama militer

AS dan ABRI dihentikan hingga batas waktu yang tidak ditentukan.29 Setelah

29 Lilik Eka Aprilia, dkk. Op_Cit. Hal 8.

Page 16: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

37

membaca surat itu, Soeharto memberitahu Sa’adilah Mursyid tentang ketetapan

hatinya untuk menyatakan berhenti pada keesokan harinya sebagai Presiden secara

konstitusional. Pada saat yang bersamaan Jenderal Wiranto juga datang ke

kediaman Soeharto di Cendana. Seusai pertemuan dengan Wiranto, Soeharto lalu

menyusun naskah pengunduran dirinya yang dibantu oleh Sa’adilah Mursjid, Yusril

Ihza Mahendra dan Mayjen Jasril Jakub. Kabar keputusan Soeharto mengundurkan

diri pun bocor sampai ke para demonstran di gedung DPR/MPR. Pagi Kamis, 21

Mei 1998 rakyat Indonesia menanti pengumuman dari Presiden Soeharto tentang

Kabinet Baru dan Komite Reformasi serta pengunduran dirinya. Di Istana Merdeka

Presiden Soeharto membacakan surat pengunduran dirinya yang kemudian

dilanjutkan dengan pelantikan dan pengambilan sumpah B.J Habibie untuk menjadi

presiden menggantikan Soeharto sebagai presiden RI.30

3.2. AKSI MAHASISWA JAMBI

Aksi mahasiswa yang menuntut dilakukannya reformasi tidak hanya terjadi

di kota-kota besar saja seperti Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, Solo dan Padang,

tetapi juga terjadi di Jambi, karena sudah menjadi isu nasional akibat krisis ekonomi

yang berkepanjangan serta berbagai alasan lain yang akhirnya meruntuhkan

kekuasaan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto selama 32 tahun.

Keadaan di Jambi hampir sama dengan yang terjadi di kota lain, dolar

meroket, terjadi ketidakadilan sosial, penindasan masyarakat kecil, penggusuran

lahan dan kebun rakyat terus terjadi. Keadaan seperti itu bukan hanya menjadi

30Muhammad Hisyam. Op_Cit. Hal 86.

Page 17: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

38

gerakan mahasiswa, melainkan juga menjadi gerakan masyarakat.31 Tidak hanya

mahasiswa, para pedagang Angso Duo juga menggelar unjukrasa. Terdorong rasa

ikut tanggungjawab atas gerakan moral yang dilakukan mahasiswa di seluruh

Indonesia dan di Jambi khususnya, sekelompok pedagang Pasar Angso Duo yang

menamakan diri Gerakan Masyarakat Pendukung Aksi Reformasi (Gempar)

menggelar unjukrasa di depan Ketua DPRD Tk II dan Kapolresta Jambi. Dalam

aksinya, Gempar menyampaikan beberapa aspirasinya, yakni tentang budaya

rekayasa yang kurang mengindahkan nilai moral, rasa keadilan, kebenaran dan agar

seluruh aparatur negara melaksanakan perbaikan akhlak secara nyata.32

Ketika keadaan di nasional sudah semakin tidak kondusif, mahasiswa Jambi

mulai melakukan perhimpunan yang dilakukan di kampus. Pergerakan mahasiswa

diawali dengan diskusi-diskusi masif yang dilakukan oleh anggota dari organisasi

ekstra kampus seperti Kelompok Cipayung. Karena kebebasan berpendapat pada

saat itu sangat terbatas dan diawasi, sehingga membuat aktivitas mahasiswa untuk

melakukan diskusi atau perkumpulan hanya bisa dilakukan di kampus sebagai

tempat yang aman karena aparat keamanan tidak dapat masuk atau menangkap

mahasiswa untuk alasan akademis.33 Salah satu alasan aksi pemberontakan

mahasiswa adalah karena kebebasan dibatasi atau dikekang. Tidak ada kebebasan

berpendapat, tidak bisa mengkritik pemerintah, tidak ada kebebasan untuk

31 Tubagus Cecep Suryana. Wawancara. 16 Juni 2020. 32 Pedagang Angso Duo Gelar Unjukrasa. Harian Independent, No. 1020 Tahun V, 16 Mei 1998.

Hal 1&7. 33 Musri Nauli. Wawancara. 18 Juni 2020.

Page 18: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

39

melakukan mimbar bebas di kampus. Berbicara mengkritik sedikit, ketika malam

hari dijemput tentara.34

Sejak Februari 1998, mahasiswa Jambi sudah memulai aksinya dengan

melakukan mimbar bebas didepan kampus masing-masing dan yang mengawali

adalah 3 kampus besar di Jambi yaitu, Universitas Jambi, IAIN, Universitas

Batanghari. Mahasiswa IAIN melakukan mimbar bebas di depan kampusnya di

Telanai, sedangkan Unbari dan Unja bergabung di depan kampus Unja Telanai

karena pada saat itu mahasiswa Unbari hanya sedikit yang ikut terlibat dalam aksi

di Jambi. Meskipun ada saat itu aksi di promotori oleh pentolan organisasi

kelompok Cipayung, namun saat aksi di lapangan mahasiswa Jambi membawa

nama SMPT sebagai wadah persatuannya.35

Saat terjadi isu nasional, mahasiswa Jambi menyambut dengan melakukan

aksi. Walaupun tidak setiap hari, namun mahasiswa Jambi aktif melakukan aksi

dari ratusan orang hingga puluhan ribu orang tergantung dari isu yang terjadi saat

itu. Saat isu nasional sudah menyebar hingga ke Jambi pun, belum semua

mahasiswa Jambi merespon, bahkan di IAIN untuk mengumpulkan massa aksi

mahasiswa lebih banyak dimobilisasi dengan cara mengunci pintu ruang kelas

ataupun pagar kampus sehingga mahasiswa yang akan melakukan perkuliahan tidak

bisa masuk kampus dan kemudian diarahkan untuk ikut bergabung long march dari

kampus IAIN Telanai menuju kantor Gubernur.36

34 Tubagus Cecef Suryana. Wawancara 16 Juni 2020. 35 Joni Ismed. Wawancara. 15 Juli 2020. 36 Topan PrasetyaWibawa. Wawancara. 16 Juni 2020

Page 19: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

40

Sebelum melakukan long march gerakan mahasiswa terbatas hanya bisa

melakukan aksi didalam kampus karena adanya peraturan BKK dan NKK yang

diberlakukan sejak tahun 1979. Aturan ini melarang mahasiswa melakukan

demonstrasi diluar kampus. Aksi mahasiswa dilokalisir di lingkungan kampus

untuk memudahkan aparat keamanan mengendalikan aksi-aksi mahasiswa. Karena

selama dilakukan dalam lingkungan kampus, demonstrasi tidak dapat diganggu

gugat, tetapi begitu batas kampus dilanggar aparat keamanan memiliki kekuatan

untuk bertindak. Misalnya seperti yang terjadi di kampus Universitas Negeri

Sebelas Maret (UNS) Solo. Sejumlah mahasiswa menjadi korban bentrokan dengan

aparat keamanan yang menghalangi aksi mereka keluar dari gerbang kampus.

Begitu pula yang terjadi di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Surabaya, di Medan dan di Lampung.37

Meskipun ada peraturan BKK dan NKK yang juga berlaku di Jambi, namun

aturan-aturan tersebut kalah dengan semangat mahasiswa yang diberi nama moral

force. Sehingga seluruh mahasiswa di Indonesia melakukan perlawanan untuk

menuntut reformasi disegala bidang. Aksi gerakan mahasiswa di Jambi yang di

promotori oleh mahasiswa Unja, Unbari dan IAIN kemudian diikuti oleh kampus-

kampus yang lain.38 Sejak awal melakukan aksi gerakan mahasiswa Jambi

bergabung dengan almamater masing-masing kampus, karena yang menjadi

tuntutan mahasiswa adalah satu isu yang sama menuntut reformasi sehingga

mahasiswa Jambi menyatukan suara dibawah SMPT hingga turunnya Soeharto.39

37 Muhammad Hisyam. Krisis Masa Kini Dan Orde Baru. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2003.

Hal 61. 38 As’ari Syafii. Wawancara. 15 Juli 2020. 39 Imam Sibawaihi. Wawancara. 14 Juli 2020.

Page 20: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

41

Aksi keprihatinan terhadap kondisi ekonomi, politik dan sosial ditunjukkan

mahasiswa Unja dengan melakukan mimbar bebas di kampus Unja Telanai. Aksi

dilakukan dengan tertib, bersemangat dan lancar. Ketika melakukan aksi mimbar

bebas mahasiswa mendapat perhatian masyarakat disekitar kampus dan yang

sedang melintasi kampus. Meskipun mendapat perhatian, aksi mimbar bebas

mahasiswa Unja tidak sampai mengganggu ketertiban lalu lintas. Dalam aksinya,

mahasiswa tidak turun ke jalan dan hanya berada di gerbang kampus, terlihat juga

para petinggi Unja yang hadir untuk melihat situasi dan memperhatikan aksi yang

dilakukan mahasiswanya. Walaupun hanya di dalam lingkungan kampus, para

petugas keamanan yang terdiri dari beberapa angkatan, tetap berjaga didepan

kampus Unja.40

Aksi mahasiswa Unja mendapat perhatian dari ketua DPRD TK I Jambi dan

juga Danrem 042 Jambi. ABRI tidak melarang mahasiswa menggelar mimbar bebas

selagi dilakukan dalam lingkungan kampus dan tidak mengganggu ketertiban

umum, karena aksi mimbar bebas merupakan salah satu cara mahasiswa

menyampaikan aspirasi. Begitupula dengan pendapat Ketua DPRD TK I Jambi, H.

M. Chaerun, bahwa mimbar bebas adalah jalan mahasiswa menyampaikan

aspirasi.41 Saat mahasiswa melakukan mimbar bebas ada rumor yang beredar

bahwa mahasiswa Jambi melakukan mimbar bebas hanya untuk ikut-ikutan

mahasiswa dari daerah lain tanpa konsep yang jelas. Menurut ketua SMPT Unja,

Kasiono aksi yang dilakukan mahasiswa Jambi berkaitan dengan semakin

40 Tuntut Reformasi Ekonomi Dan Politik. Ribuan Mahasiswa Unja Menggelar Mimbar Bebas.

Harian Independent, No. 981 Tahun V, 3 April 1998. Hal 1&7. 41 DPRD Nilai Mimbar Bebas Mahasiswa Unja Hal Wajar. Bila Di Seputar Kampus, ABRI Tak

Melarang. Harian Independent, No 982 Tahun V, 4 April 1998. Hal 2.

Page 21: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

42

memburuknya keadaan ekonomi di Indonesia khusunya di Jambi, sehingga mereka

sebagai calon intelektual merasa terpanggil untuk peduli dengan keadan yang

terjadi.42 Selain itu, juga mengangkat isu lokal tentang rumah judi dan pelacuran

yang dominan diperjuangkan karena menyangkut perkembangan moral bangsa.

Tidak semua aksi mahasiswa berjalan dengan baik, terlebih ketika sedang

melakukan diskusi untuk membahas isu-isu yang terjadi. Banyak dari mahasiswa

Jambi yang kemudian ditangkap lalu ditahan di kantor polisi atau pun di kantor

Makorem. Selama ditahan, mahasiswa mendapat perlakuan tindak kekerasan

karena dianggap melanggar peraturan. Mahasiswa yang ditangkap dikenakan pasal

510 KUHP Tentang “Pertemuan atau Arak-arakan Dimuka Umum Tanpa Izin

Penguasa” atau sering juga disebut pasal 5000 perak karena setiap yang ditahan

dikenakan denda 5000 rupiah untuk dibebaskan. Aksi keprihatinan yang dilakukan

mahasiswa Jambi tidak ada kekerasan, mahasiswa murni hanya ingin

menyampaikan aspiranya, namun bentrokan-bentrokan yang terjadi antara

mahasiswa dan aparat keamanan disebabkan karena semakin banyaknya mahasiswa

yang ikut serta melakukan unjukrasa menyebabkan gesekan antara mahasiswa

dengan aparat keamanan hingga menyebabkan korban luka-luka.43

Seperti yang dilakukan mahasiswa Jambi. Dibawah koordinasi SMPT

Jambi, gerakan mahasiswa Jambi tersebut membuat jajaran Polda Jambi kerepotan

meskipun yang dilakukan mahasiswa hanya menyampaikan kembali pesan moral

sebagai rasa keprihatinan terhadap keadaan yang terjadi di Indonesia. Seperti yang

42 “Kami Tidak Ikut-Ikutan”. Harian Independent, No. 982 Tahun V, 4 April 1998. Hal 2. 43 Musri Nauli. Wawancara. 18 Juni 2020.

Page 22: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

43

dilakukan mahasiswa Unja, saat melakukan mimbar bebas dengan harapan

kehadiran Ketua DPRD tidak terjadi, mahasiswa memaksa keluar kampus menuju

Gedung DPRD TK I Jambi. Walaupun aksi mereka tersendat karena pasukan anti

huru-hara yang berusaha menghalau mahasiswa turun ke jalan, namun mahasiswa

berhasil sampai ke Gedung DPRD. Sepanjang 200 meter barisan ribuan mahasiswa

dan aparat keamanan menutupi jalan hingga jalanan terpaksa ditutup dan lalu lintas

dialihkan ke rute lain. Saat aksi tersebut, ketua SMPT Unja membacakan tuntutan

mahasiswa yang disebut “Seruan Moral Mahasiswa Unja”. Isi seruan moral tersebut

antara lain, kepada DPR, pemerintah dan semua pihak yang terkait agar

mengumumkan para konglomerat yang berhutang serta meneliti para pejabat yang

melakukan tindak korupsi, kolusi, nepotisme, manupulasi uang negara dan

penyalahgunaan wewenang. Mereka juga mendesak pemerintah untuk segera

membuat reformasi dibidang ekonomi dengan memperjelas konsep pemulihan

ekonomi dan langkah-langkah realisasi konkrit untuk mengatasi krisis ekonomi

yang kian menyengsarakan rakyat. Melakukan reformasi di bidang hukum, dengan

mempertegas dan memperkokoh kemandirian lembaga perdilan dan budaya hukum.

Melakukan reformasi budaya, yakni reformasi mental pemimpin bangsa menuju

terbentuknya mentalitas baru yang anti feodalisme, despotisme dan nepotisme.44

Aksi mahasiswa Unja berlanjut bahkan hampir menyebabkan bentrokan dengan

aparat karena dihalangi untuk bergerak menuju Kantor DPRD, mahasiswa yang

kesal bahkan sampai melempari batu kepada petugas keamanan. Khawatir akan

44 Lagi, Mahasiswa Unja Gelar Unjukrasa. Anggota DPR Dapat Sorotan Tajam. Harian

Independent, No. 985 Tahun V, 8 April 1998. Hal 1&7.

Page 23: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

44

semakin membesar, dua mobil truk berisikan sekitar 50 personil brimob

didatangkan dan langsung melakukan pagar betisdidepan gerbang kampus.45

Sejak bulan April hingga Mei 1998, aksi unjukrasa yang dilakukan

mahasiswa Jambi semakin membesar karena ketidakpuasan mahasiswa atas

terpilihnya lagi Soeharto menjadi presiden untuk ke 7 kalinya. Begitu juga dengan

Kabinet Pembangunan VII yang dibentuk Soeharto pada 14 Maret 1998, dinilai

tidak dapat mencerminkan niat serius Soeharto melakukan reformasi. Terdapat

sejumlah wajah baru dalam kabinet tersebut, tetapi wajah-wajah baru itu juga

memperberat ciri KKN yang sudah amat serius pada kabinet sebelumnya.

Masyarakat percaya bahwa susunan Kabinet Pembangunan VII tidak dapat

mengatasi masalah besar yang sedang dihadapi Indonesia. Susunan kabinet baru

justru meyakinkan masyarakat bahwa Soeharto sama sekali tidak mendengar

aspirasi mahasiswa dan masyarakat luas tentang tuntutan reformasi disegala bidang.

Kabinet Pembangunan VII hanyalah kabinet kroni Soeharto. Ditengah kekecewaan

yang serius setelah terbentunya Kabinet Pembangunan VII, mahasiswa dibuat

marah oleh lontaran kritik sejumlah menteri baru, bahwa mahasiswa tidak tahu arti

reformasi, mahasiswa tidak punya konsep, politik mahasiswa amatiran, dan aksi-

aksi mereka mengarah pada politik praktis. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

baru, Wiranto Arismunandar, menyerukan agar mahasiswa tidak berpolitik praktis.

Bahkan ia mengancam akan menindak mahasiswa yang melakukan politik praktis.

Isu tentang politik praktis mahasiswa segera menimbulkan kontroversi. Isu tersebut

45 Lagi Mahasiswa Unja Gelar Unjukrasa. Demonstran Nyaris Bentrok Dengan Petugas. Harian

Independent, No. 1000 Tahun V, 24 April 1998. Hal 1&7.

Page 24: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

45

tidak akan ditanggapi serius jika tidak disertai ancaman untuk menindak mereka

yang melakukan politik praktis. Tetapi ancaman tersebut tidak membuat mahasiswa

takut. Ancaman tersebut justru membuat mahasiswa semakin berani. Aksi-aksi

demostrasi mahasiswa semakin marak dan seringkali merupakan gabungan dari

berbagai universitas.46

Seperti yang dilakukan mahasiswa Jambi, saat melakukan aksi gabungan

yang terdiri dari kampus Unbari, Unja, IAIN dan AMIK di depan kantor DPRD

terjadi bentrok dengan aparat hingga menyebabkan dua orang mahasiswi terluka

mereka adalah Yana Yudantara mahasiswi dari Fakultas Peternakan Unja terkena

tembakan nyasar peluru karet di pundak sebelah kanan. Kemudian Anita mahasiswi

Fakultas Hukum Unja terkena sabetan rotan petugas mengalami luka memar dan

terkilir di bagian pergelangan tangan dan kakinya. Aparat keamanan yang

melayangkan sabetan rotan membuat mahasiswa berlari menyelamatkan diri

kembali ke kampus sambil melempari baru ke arah petugas. Lemparan batu tersebut

mengenai petugas dan dibalas dengan tembakan peluru karet dan bom asap oleh

petugas. Dalam aksi bentrokan tersebut, aparat keamanan membawa dua orang

mahasiswa, As’ari (Unbari) dan Joni (Unja).47 Selanjutnya, ketika mahasiswa

mengetahui ada empat petugas yang diduga intel menyusup masuk dalam

kerumunan mahasiswa terlihat, mahasiswa menangkap dan menyanderan oknum

petugas tersebut namun hanya dua orang karena terjebak dalam kerumunan. Oleh

mahasiswa, dua oknum yang berpangkat Letnan dan Sersan tersebut dibawa ke

46 Muhammad Hisyam. Krisis Masa Kini Dan Orde Baru. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2003.

Hal 62-63. 47 Aksi Mahasiswa Jambi Tambah “Panas”. Terjadi Bentrok, Dua Cedera. Harian Independent, No.

1002 Tahun V, 26 April 1998. Hal 1&7.

Page 25: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

46

dalam salah satu ruangan. Di dalam ruangan, dua orang yang ternyata dari

kepolisian tersebut dimintai identitas dan digeledah. Dari penangkapan dan

penyanderaan tersebut, Rektor Unja Prof Dr Ir Soedarmadi H MSc, turun tangan

meninjau tawanan mahasiswa. Setelah rektor bertemu dengan mahasiswa,

mahasiswa menuntut agar rekan mereka yang ditahan Polresta Jambi untuk

dilepaskan dan sebagai gantinya mahasiswa akan melepaskan oknum anggota yang

mereka amankan. Tuntutan tersebut disanggupi oleh Waka Polresta Jambi dan

dilakukan serah terima “tawanan” di depan TK Pertiwi II Jambi.48

Setelah aksi bentrok mahasiswa yang menyebabkan mahasiswa terluka dan

ditangkap aparat keamanan, aksi mahasiswa semakin masif. Aksi mimbar bebas

kembali dilakukan gabungan mahasiswa IAIN, ASM dan Akubank terjadi di

kampus IAIN. Walaupun berlangsung dengan aman, menurut pengunjukrasa, aksi

tersebut merupakan gerakan moral yang berfungsi sebagai “kontrol sosial”. Aksi-

aksi mahasiswa tersebut merupakan kebangkitan kembali gerakan mahasiswa yang

selama ini statis akibat peraturan NKK/BKK. Ditambah lagi dengan pernyataan

Mendikbud yang melarang mahasiswa berpolitik praktis di kampus merupakan

sesuatu yang tidak mendasar, karena mahasiswa mempunyai idealisme sebagai

intelektual yang memiliki tanggungjawab sebagai agen kontrol sosial dalam

pembangunan bang, sehingga aksi mahasiswa tidak bisa dimatikan dengan

ancaman. Dalam aksi tersebut, mahasiswa membawa keranda sebagai simbol

“matinya” fungsi DPR sebagai wakil rakyat karena aspirasi mereka yang tidak

48 Setelah Tiga Jam, Mahasiswa Serahkan “Sandera”. Harian Independent, No. 1002 Tahun V, 26

April 1998. Hal 8.

Page 26: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

47

tersalurkan. Pada aksi unjukrasa tersebut juga, mahasiswa menuntut untuk

berdialog dengan Ketua DPRD Tingkat I Jambi, namun karena yang hadir justru

Wakil Ketua DPRD Tingkat I Jambi, AK Djuaini S.H, mahasiswa menolak dan

menghadang AK Djuaini S.H didepan pintu gerbang, karena tidak bisa masuk AK

Djuaini kembali yang didampingi Kapolresta Jambi, Letkol Pol P. Hutabarat. Saat

pengunjukrasa akan keluar kampus, mereka dihadang oleh petugas yang berjaga di

pintu gerbang. Gagal keluar kampus, “keranda” yang menyimbolkan “matinya”

fungsi DPR tersebut dibakar oleh mahasiswa di depan gerbang dan disaksikan

mahasiswa, masyarakat, juga termasuk aparat keamanan.49

Menjelang turunnya Soeharto, aksi-aksi gerakan yang dilakukan mahasiwa

semakin berani dan nekat. Puncak dari aksi yang dilakukan mahasiswa di Indonesia

adalah setelah terjadinya penembakan empat mahasiswa Trisakti. Mahasiswa

berkabung dengan tewasnya empat pahlawan reformasi pada 12 Mei 1998.

Ungkapan belasungkawa yang dilakukan mahasiswa Unbari ditandai dengan

upacara menaikkan bendera merah putih. Upacara tersebut juga diiringi dengan

sebuah puisi “Bunga Bangsa” sebagai ungkapan belasungkawa.50

Pada tanggal 18 Mei mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dengan

berbagai almamater mulai memasuki gedung DPR/MPR di Senayan, menuntut

Sidang Istimewa MPR dan Soeharto mundur. Tidak terkecuali mahasiswa Jambi.

49 Rektor “Dipaksa” Bacakan Tuntutan. Harian Independent, No. 1010 Tahun V, 5 Mei 1998. Hal

1&7. 50 Selamat Jalan Pahlawan Reformasi. Harian Independent, No. 1018 Tahun V, 14 Mei 1998. Hal

3.

Page 27: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

48

Dari Jambi sendiri mengirimkan perwakilan mahasiswanya sekitar 10-15 orang

untuk ikut menduduki gedung DPR. 51

Mahasiswa Jambi bergabung melakukan long march untuk menuntut

turunnya Soeharto, dari yang sebelumnya hanya menuntut masalah isu yang sedang

terjadi. Kampus Unbari bergabung dengan kampus AMIK, Akper Baiturahim, dan

seluruh akper yang ada di Jambi berkumpul di kampus Unbari dengan almamater

masing-masing untuk melakukan mimbar bebas sebelum melakukan long march

menuju lapangan kantor Gubernur.52 Hal yang sama juga dilakukan mahasiswa

Akubank, ASM, dan STIE berkumpul dihalaman di kampus Akubank, gabungan

tiga PTS di Jambi ini berjumlah sekitar seribu lima ratus melakukan mimbar bebas.

Sama seperti gabungan dari Unbari, mahasiswa gabungan dari Akubank juga

melakukan long march menuju lapangan kantor Gubernur.53 Di Kampus Unja,

mahasiswa mengawali aksinya dengan membawakan lagu Bento dan DPR, serta

sajak-sajak reformasi yang bernada menggugat pemerintah. Saat itu, rektor Unja

juga hadir untuk mengingatkan mahasiswa agara melakukan aksinya dengan damai.

Rektor Unja mendukung karena mahasiswa menyuarakan suara rakyat. Ketika

mahasiswa Unja masih menggelar aksi di kampus, mahasiswa IAIN long march

dari kampusnya melewati kampus Unja. Kemudian lewat barisan mahasiswa ASM

dan Akubank melewati kampus Unja. Setelah itu mahasiswa Unja juga keluar untuk

bergabung dengan mahasiswa dari kampus lain menuju lapangan kantor

51 Hadiyanto. Wawancara. 24 Mei 2019. 52 Joni Ismed. Wawancara. 15 Juli 2020. 53 Mahasiswa PTS Juga Long March. Di Unbari Tanpa Kawalan Petugas. Harian Independent, No.

1026 Tahun V, 21 Mei 1998. Hal 3.

Page 28: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

49

Gubernur.54 Di Simpang BI (Bank Indonesia) Telanai merupakan simbol

pergerakan mahasiswa karena menjadi titik kumpul seluruh perguruan tinggi yang

ada di Jambi ketika melakukan long march menuju kantor Gubernur Jambi.55 Di

depan kantor Gubernur, mahasiswa Jambi menyampaikan tuntutannya secara

nasional yang berisi (1). Tegakkan Supremasi Hukum, (2). Pemberantasan KKN,

(3). Amandemen UUD 45, (4). Pencabutan Dwifungsi ABRI, (5). Memberikan

Otonomi Daerah Seluas-luasnya, (6). Tegakkan Demokrasi, dan berakhir dengan

tuntutan turunkan Soeharto. Serta tuntutan lain yang menyangkut reformasi di

Jambi seperti: berantas judi dan prostitusi di Jambi. Selama aksi mahasiswa di

Jambi banyak juga korban yang terluka karena bentrokan yang terjadi dengan aparat

keamanan, namun tidak sampai menimbulkan korban meninggal. Hingga akhirnya

Soeharto melepaskan jabatannya pada 21 Mei 1998 dan digantikan wakilnya pada

saat itu B.J Habibie sebagai presiden.

3.3. KONDISI JAMBI MASA REFORMASI

Turunnya Soeharto dari jabatan presiden tidak menghentikan perjuangan

mahasiswa, karena target mahasiswa adalah reformasi total. Sedangkan turunnya

Soeharto merupakan komponen dalam tuntutan unjukrasa yang selalu dilakukan

mahasiswa di Indonesia. Mahasiswa Jambi tetap akan mengawal reformasi di

segala bidang baik dalam skala nasional maupun lokal, namun yang terutama di

Jambi. Mahasiswa menuntut pemerintah Jambi dapat merealisasikan tuntutan-

tuntutan yang telah berkali-kali disampaikan mahasiswa dalam unjukrasa.

54 Gubernur Ziarah, Ribuan Mahasiswa Kecewa. DPRMD: Reformasi Harus Selesai Enam Bulan.

Harian Independent, No. 1026 Tahun V, 21 Mei 1998. Hal 3. 55 As’ari Syafii. Wawancara. 15 Juli 2020.

Page 29: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

50

Tuntutan mahasiswa yang menguat setelah turunnya Soeharto adalah

tentang penghapusan tempat perjudian. Bahkan mahasiswa Unja sampai

menduduki kantor Gubernur untuk menunjukkan keseriusan mahasiswa mengenai

masalah perjudian di kota Jambi. Mahasiswa menuntut kesungguhan pejabat terkait

dalam memusnahkan bisnis haram di daerah Jambi dengan cara membakar

peralatan judi yang masih disimpan pengelola. Selain meminta pemusnahan

peralatan judi, mahasiswa Unja yang menduduki kantor Gubernur juga melontarkan

isu-isu pedas tentang KKN. Bahkan isu yang menyangkut nepotisme di lingkungan

keluarga gubernur. Mengenai tuntutan mahasiswa untuk memusnahkan peralatan

judi, Gubernur dan Kapolda sepakat dengan mahasiswa namun tetap harus mengacu

pada aturan-aturan yang berlaku. Menurut mahasiswa, keberadaan bisnis hitam di

Jambi tidak lepas dari keterlibatan ABRI sebagai backingnya. Sehingga sangat sulit

untuk menyelidiki kegiatan perjudian tersebut, karena operasi pemberantasn akan

“bocor” dan pengolal tempat perjudian lebih dulu bersembunyi.56 Meskipun sudah

38 mesin judi yang terdiri dari 30 mesin mickey mouse dan 8 mesin jackpot dibakar

ditengah lapangan kantor Gubernur, namun mahasiswa Unja tidak beranjak.

Mahasiswa Unja bertekad akan terus bertahan di kantor Gubernur Jambi sampai

tuntutannya dipenuhi, yaitu membakar 500 mesin judi.

Ditengah aksi mahasiswa menduduki kantor Gubernur, mahasiswa Unja

yang sudah dua hari menduduki kantor Gubernur secara tiba-tiba diserang oleh

sekelompok orang yang memakai ikat kepala putih dan tidak dikenal. Mereka

56 Aparat Bersedia Bakar 20 Unit Jackpot, Mahasiswa Minta 500. Mahasiswa Unja Duduki Kantor

Gubernur. Harian Independent, No. 1034 Tahun V, 29 Mei 1998. Hal 3.

Page 30: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

51

melempri mahasiswa dengan batu, potongan kayu, dan air yang dimasukkan ke

dalam plastik. Kelompok orang tidak dikenal tersebut berusaha menerobos masuk

dan ingin bergabung dengan mahasiswa. Namun keinginan mereka ditolak oleh

mahasiswa sehingga kelompok tersebut mengamuk dan mulai melakukan

pelemparan terhadap mahasiswa.57

Tidak hanya mahasiswa Unja, mahasiswa IAIN juga menduduki gedung

DPRD Tk I Jambi. Kedatangan mahasiswa IAIN disertai juga oleh Rektor dan

beberapa dosen. Begitu memasuki gedung DPRD Tk I, mereka langsung

membentangkan spanduk di pintu masuk yang bertuliskan “Bumi Hanguskan

Jackpot Sebagai Bukti Kebersihan Hati Nurani Pemerintah”, serta menggelar

mimbar bebas. Menurut Ketua MUI Jambi yang juga sebagai Rektor IAIN, aksi

yang dilakukan mahasiswa merupakan gerakan moral yang harus mendapat

perhatian, agar praktik perjudian dihapuskan dari daerah Jambi.58 Dalam

memperjuangkan pemusnahan jackpot dan prostitusi, harus di laksanakan hingga

tuntas karena tuntutan tersebut demi perbaikan moral.

Aksi pendudukan kantor Gubernur yang dilakukan mahasiswa Unja

akhirnya bubar setelah Kabag Kemahasiswaan Unja mendapatkan teror melalui

telepon yang mengaku dari preman. Penelepon mengancam akan membakar rumah

Masturo jika mahasiswa Unja tidak meninggalkan kantor Gubernur. Setelah

mendapat informasi adanya pengancaman, Rektor Unja mengultimatum

mahasiswanya untuk meninggalkan kantor Gubernur. Hingga akhirnya mahasiswa

57 Mahasiswa Unja Diserang Gerombolan Tak Dikenal. Harian Independent, No. 1036 Tahun V, 31

Mei 1998. Hal 1. 58 Sudah Dua Gedung Penting “Diduduki” Mahasiswa. Harian Independent, No. 1036 Tahun V, 31

Mei 1998. Hal 3.

Page 31: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

52

meninggalkan kantor Gubernur dengan diangkut bus KPN. Menurut mahasiswa,

mereka meninggalkan kantor Gubernur bukan berarti mengalah atau menghentikan

perjuangan, tetapi karena situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan.59

Walaupun mahasiswa mundur dari pendudukannya di kantor Gubernur, namun

semangat memperjuangkan reformasi total masih terus ada. Terbukti dari

pernyataan tertulis dari ketua SMPT Unja yang menyatakan bahwa mahasiswa Unja

tetap memperjuangkan dan mendukung reformasi disegala bidang agar terciptanya

pemerintah yang bersih dan berwibawa. Aksi yang dilakukan mahasiswa

merupakan manifestasi dari semangat reformasi dan dukungan terhadap Gubernur

agar tetap komitmen terhadap upaya pemberantasan KKN serta praktik-praktik

prostitusi maupun perjudian. SMPT Unja juga menegaskan bahwa aksi-aksi yang

dilakukan mahasiswa Unja masih “murni dan konsekuen” merupakan aspirasi

mahasiswa dn masyarakat.60

Setelah turunnya Soeharto, konsentrasi mahasiswa di Jambi mulai

terpecah.. Seperti yang dilakukan puluhan mahasiswa yang menamakan dirinya

Dewan Aksi Reformasi Mahasiswa Jambi (Darmaja) yang berasal dari IAIN,

Unbari, ASM, Akubank, STMIK/AMIK, STIE, Akper Baiturahim, dan PAM

Keperawatan Depkes, mereka mendatangi gedung DPRD I Jambi untuk

menyampaikan pernyataan sikapnya, yang intinya agar praktik KKN dihapuskan

serta pihak terkait lebih memfokuskan diri pada persediaan sembako di daerah

Jambi. Karena Darmaja merasa prihatin dan ikut merasakan kesulitan masyarakat

59 Laporkan Penyerangan ke Tim Pemahaman. Kabag Kemahasiswaan Unja Diteror, Mahasiswa

Tinggalkan Kantor Gubernur. Harian Independent, No. 1037 Tahun V, 1 Juni 1998. Hal 1&7. 60 “Walau Mundur, Semangat Mahasiswa Masih Tetap Membara”. Harian Independent, No. 1041

Tahun V, 5 Juni 1998. Hal 3.

Page 32: BAB III AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998 3.1

53

tentang ketersediaan dan harga sembako serta bahan kebutuhan lainnya, yang

semakin mengkhawatirkan. Selain itu, Darmaja juga menyampaikan tuntutannya

yaitu: pertama, hapuskan praktik KKN dari seluruh jajaran birokrasi di Jambi secara

tuntas, adil dan bijaksana. Kedua, persiapkan stok makanan untuk tiga bulan

kedepan, serta turunkan harga sembako sampai pada tingkat harga yang wajar.

Ketiga, dana yang dihimpun melalui BAZIS (Badan Amal Zakat Infak dan

Sedekah) dan sumbangan berupa uang atau emas dari masyarakat Jambi kepada

negara pada awal krisis moneter yang lalu, agar dipergunakan bagi kepentingan

rakyat. Selain mendengarkan tuntutan dari Darmaja, ketua DPRD I Jambi juga

mendengarkan masukan dari Darmaja mengenai permasalah yang terjadi di Jambi,

mulai dari praktik KKN seperti perekrutan PNS, pengurusan KTP, STNK dan

sejenisnya sampai kasus tanah antara rakyat dengan perusahaan swasta yang

dilakukan PT DAS, Santa Fe, dan MPCC.61 Darmaja dibentuk untuk bergerak

melakukan aksi sosial seperti menggelar pasar murah dengan hal pokoknya

sembako.62 Selain menggelar pasar murah, aksi lain yang dilakukan Darmaja adalah

menyalurkan bantuan dari WKS seperti minyak, alat tulis, kertas bagi siswa dan

mahasiswa.63

Selain itu ada Tim Reformasi Unja (TRU) yang mendampingi warga yang

tersangkut sengketa tanah yang digarap PT Bukit Barisan Indan Prima (BBIP).

Menurut TRU, warga memiliki bukti yang sah atas kepemilikan tanah. Tapi tanah

tersebut sudah digarap PT BBIP untuk perkebunan sawit.

61 Mahasiswa Tuntut Turunkan Harga Sembako. Harian Independent, No. 1043 Tahun V, 7 Juni

1998. Hal 3. 62 As’ari Syafii. Wawancara. 15 Juli 2020. 63 Joni Ismed. Wawancara. 15 Juli 2020.