aksi-aksi front pembela islam di jakarta

20
AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA Sugianto dan Siti Rohmah Soekarba Program Studi Arab, FIB, UI, Depok, 16424, Indonesia Email : [email protected] Abstrak Jurnal ini membahas tentang aksi-aksi Front Pembela Islam (FPI) di Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan survey. Aksi-aksi yang dilakukan Front Pembela Islam meliputi aksi sosial, konsolidasi dengan kalangan militer, aksi pembatasan tayangan media, aksi dalam dunia politik di Indonesia, aksi penutupan tempat hiburan selama bulan Ramadhan, kegiatan internal, aksi penolakan terhadap Ahmadiyah dan aksi penutupan kantor majalah Playboy. Hasil penelitian ini merekomendasikan terhadap pemerintah untuk mengawasi aksi-aksi Front Pembela Islam dengan ketat. Kata kunci: Aksi; amar ma’ruf nahi munkar; Front Pembela Islam. Abstract This paper explains the actions of Islamic Defender Front (FPI) in Jakarta. This research conducted with qualitative and survey method. The social actions, which are consolidation with military group in Indonesia run, delimitation of media publication, political action, closing bars, gambling area, and prostitution when Ramadhan, internal activity, rejection of the Ahmadiyah and closing Playboy magazine office.. The research suggested that government has to control the actions of Islamic Defender Front. Key words: Islamic Defender Front; action; Islam; amar ma’ruf nahi munkar. Pendahuluan Gerakan sosial pada dasarnya adalah sebuah upaya yang berasal dari sekelompok individu atau masyarakat untuk memperjuangkan kepentingan, aspirasi atau menuntut adanya perubahan 1 . Salah satu gerakan sosial di Indonesia sebelum merdeka adalah Boedi Oetomo (BO). Organisasi ini berdiri pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Wahidin Soedirohoesodo. Organisasi ini berdiri dengan dukungan siswa-siswa STOVIA terhadap ide dan gagasan yang dimiliki Wahidin. Gagasan tersebut adalah ingin memajukan pendidikan pribumi dengan ilmu pengetahuan dari Barat tetapi tidak meninggalkan kebudayaan suku Jawa sendiri. 2 Gerakan sosial di Indonesia sebelum merdeka lainnya adalah Sarekat Dagang Islam (SDI) dan pada tahun 1911 berubah nama menjadi Sarekat Islam. Sarekat Dagang Islam pada awalnya adalah sebuah organisasi dagang kaum pribumi di daerah Surakarta. Organisasi ini didirikan dengan 1 Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, Poskolonial. Jakarta: Rajawali Press, hlm 224. 2 Parakitri T. Simbolon, Menjadi Indonesia, Jakarta:Kompas, 2006, hlm. 246256. Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

Sugianto dan Siti Rohmah Soekarba

Program Studi Arab, FIB, UI, Depok, 16424, Indonesia

Email : [email protected]

Abstrak

Jurnal ini membahas tentang aksi-aksi Front Pembela Islam (FPI) di Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan survey. Aksi-aksi yang dilakukan Front Pembela Islam meliputi aksi sosial, konsolidasi dengan kalangan militer, aksi pembatasan tayangan media, aksi dalam dunia politik di Indonesia, aksi penutupan tempat hiburan selama bulan Ramadhan, kegiatan internal, aksi penolakan terhadap Ahmadiyah dan aksi penutupan kantor majalah Playboy. Hasil penelitian ini merekomendasikan terhadap pemerintah untuk mengawasi aksi-aksi Front Pembela Islam dengan ketat. Kata kunci: Aksi; amar ma’ruf nahi munkar; Front Pembela Islam.

Abstract

This paper explains the actions of Islamic Defender Front (FPI) in Jakarta. This research conducted with qualitative and survey method. The social actions, which are consolidation with military group in Indonesia run, delimitation of media publication, political action, closing bars, gambling area, and prostitution when Ramadhan, internal activity, rejection of the Ahmadiyah and closing Playboy magazine office.. The research suggested that government has to control the actions of Islamic Defender Front.

Key words: Islamic Defender Front; action; Islam; amar ma’ruf nahi munkar. Pendahuluan

Gerakan sosial pada dasarnya adalah sebuah upaya yang berasal dari sekelompok individu

atau masyarakat untuk memperjuangkan kepentingan, aspirasi atau menuntut adanya

perubahan1. Salah satu gerakan sosial di Indonesia sebelum merdeka adalah Boedi Oetomo

(BO). Organisasi ini berdiri pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Wahidin Soedirohoesodo.

Organisasi ini berdiri dengan dukungan siswa-siswa STOVIA terhadap ide dan gagasan yang

dimiliki Wahidin. Gagasan tersebut adalah ingin memajukan pendidikan pribumi dengan ilmu

pengetahuan dari Barat tetapi tidak meninggalkan kebudayaan suku Jawa sendiri.2 Gerakan

sosial di Indonesia sebelum merdeka lainnya adalah Sarekat Dagang Islam (SDI) dan pada

tahun 1911 berubah nama menjadi Sarekat Islam. Sarekat Dagang Islam pada awalnya adalah

sebuah organisasi dagang kaum pribumi di daerah Surakarta. Organisasi ini didirikan dengan                                                                                                                          1   Nanang   Martono,   Sosiologi   Perubahan   Sosial:   Perspektif   Klasik,   Modern,   Posmodern,   Poskolonial.   Jakarta:  Rajawali  Press,  hlm  224.  2  Parakitri  T.  Simbolon,  Menjadi  Indonesia,  Jakarta:Kompas,  2006,  hlm.  246-­‐256.  

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 2: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

tujuan memperkuat kedudukan industri asli pribumi dikarenakan pada saat itu orang-orang

Tionghoa menguasai perdagangan di Indonesia. Ketika masa Orde Lama, gerakan Partai

Masyumi menjadi salah satu gerakan besar. Pada saat pemilu yang dilaksanakan pada tahun

1955 adalah mereka berhasil mendapatkan perolehan kursi tertinggi kedua dengan 57 kursi

DPR sementara peringkat pertama diperoleh Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan 71

kursi.3

Gerakan-gerakan sosial tidak berhenti ketika Indonesia memasuki masa reformasi. Faktor

ekonomi, agama, keadilan dan kesejahteraan masih menjadi latar belakang munculnya

gerakan-gerakan sosial di Indonesia. Salah satu gerakan sosial yang lahir ketika reformasi dan

masih bertahan sampai sekarang adalah Front Pembela Islam. Organisasi masyarakat yang

terbentuk pada tahun 1998 masih terus melakukan gerakan-gerakan dan aksi-aksinya sampai

sekarang. Gerakan yang berasaskan “Amar ma’ruf nahi munkar” telah melakukan berbagai

aksi di Indonesia. Organisasi masyarakat yang dicetuskan oleh Habib Rizieq ini terkenal

dengan aksi sweeping ketika menjelang bulan Ramadhan. Aksinya ini berbentuk penertiban

tempat-tempat hiburan malam, tempat perjudian, diskotik dan kafe. Tujuan sweeping ini

adalah untuk mengkondisikan bulan Ramadhan yang merupakan bulan penting bagi umat

Islam juga langkah untuk mengurangi maksiat yang ada di Indonesia yang terkadang

menggunakan kekerasan4.

Di beberapa kesempatan lain, Front Pembela Islam juga terlibat dalam kerusuhan dan

kekerasan yang bermotif agama seperti yang terjadi di makam mbah Priuk dan pengusiran

Ahmadiyah di Jawa Barat5. Aksi-aksi FPI tersebut memiliki pelbagai dampak terhadap

perkembangan Islam di Indonesia. Sementara di sisi lain Front Pembela Islam lambat laun

menjadi salah satu gerakan sosial Islam yang mampu bertahan cukup lama di Indonesia.

Landasan Teori

Teori gerakan sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori gerakan sosial menurut

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. Mereka membagi teori gerakan sosial ke dalam 2

kelompok. Kelompok pertama yaitu teori gerakan sosial berdasarkan alasan sebuah gerakan

                                                                                                                         3  Ahmad  Syafii  Maarif,   Islam  dan  Politik:  Teori  Belah  Bambu  Masa  Demokrasi  Terpimpin  (1959-­‐1965),  Jakarta:  Gema  Insani  Press,  1996,  hlm.  34-­‐43.  4  Andree  Feillard  dan  Remy  Madinier,  op.  cit.,  hlm.  143-­‐145.  5  Ibid,  hlm.  143.  

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 3: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

sosial tersebut lahir dan ditinjau dari teori psikologi dan sosial. Kelompok kedua yaitu teori

gerakan sosial tradisional dan teori gerakan sosial modern. 6

Teori gerakan sosial Islam yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dicetuskan

oleh David Snow dan Susan Marshal. Mereka menganalisis hubungan antara budaya

imperalisme dan gerakan Islam dengan menggunakan teori gerakan sosial yang di dalamnya

termasuk structural strains sebagai katalis, mobilizing ideologies dan resource mobilization7.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dan survei. Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menggunakan cara pengamatan, wawancara, atau penelaahan

dokumen/buku8. Metode pendukung lainnya adalah metode survey. Metode ini menggunakan

kuisioner dan dikumpulkan dari beberapa sampel yang mewakili semua populasi9.

Profil Front Pembela Islam

Front Pembela Islam resmi terbentuk setelah 3 bulan mundurnya Suharto dari posisi presiden

atau tepat pada tanggal 17 Agustus 1998/25 Robi’uts Tsani 1419 H. Pembentukan Front

Pembela Islam ini dihadiri oleh Habaib dan Ulama serta ribuan umat Islam yang ada di

Indonesia.10 Pendiri Front Pembela Islam adalah Muhammad Rizieq Syihab bin Husein

Syihab.11

Nama Front Pembela Islam dipilih dengan tiga alasan. Alasan pertama adalah kata “Front”

dipilih karena FPI bergerak dengan aksi yang frontal dan jelas dalam menegakkan amar

ma’ruf nahi munkar. Alasan kedua adalah kata “pembela” dipilih dengan harapan FPI dapat

menjadi organisasi yang pro aktif dalam membela Islam dan menegakkan kebenaran. Alasan

terakhir adalah kata “Islam” dipilih untuk menunjukkan bahwa mereka bergerak dan berjuang

di atas ajaran Islam. Sehingga nama Front Pembela Islam dipilih untuk menunjukkan identitas

                                                                                                                         6  Paul  B.  Horton  dan  Chester  L.  Hunt,  Sosiologi  Jilid  2,  terj.  Aminuddin  Ram.  Jakarta:  Penerbit  Erlangga,  1990,  hlm.  196-­‐201.  7  Quintan  Wiktorowicz,  Islamic  Activism:  A  Social  Movements  Theory  Approach.  USA:  Indiana  Press  University,  2004,  hlm.  5.  8  Lexy  J.  Moloeng,  Metode  Penelitian  Kualitatif  Edisi  Revisi,  Bandung:  Remaja  Rosdakaya,  2005,  hlm.  9.  9  Sofian  Effendi,  Metode  Penelitian  Survey,  Jakarta:  LP3S,  1983,  hlm.  8.  10  Al-­‐Habib  Muhammad  Rizieq  bin  Husein  Syihab,  Dialog  FPI:  Amar  ma’ruf  nahi  munkar,  Jakarta:  CV  Ibnu  Sidah,  2008,  hlm.  126.  11   Ismail   Hasani   dan   Bonar   Tigor   Naispospos,   The   Faces   of   Islam   ‘Defenders’,   Jakarta:   Pustaka   Masyarakat  Setara,  2010,  hlm.  88.  

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 4: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

bahwa gerakan ini berada di barisan terdepan dalam membela dan menegakkan syariat

Islam.12

Asas Front Pembela Islam adalah Islam dan berakidahkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.13 Visi

dari Front Pembela Islam adalah untuk menegakan amar ma’ruf nahi munkar yang

merupakan satu-satunya solusi untuk menjauhkan kemaksiatan dan hal-hal yang tidak baik.

Misi dari Front Pembela Islam adalah menegakkan amar ma’ruf nahi munkar secara kaffah di

segenap sektor kehidupan dengan tujuan menciptakan umat salihat yang hidup dalam baldah

thayyibah dengan limpahan keberkahan dan keridhaan Allah.14

Struktur organisasi FPI posisi tertinggi adalah Imam Besar Front Pembela Islam yang diisi

oleh Habib Rizieq sendiri. Di bawah posisi Imam Besar terdapat Majelis Syura dan Majelis

Tanfidzi. Di setiap daerah di Indonesia, struktur organisasi FPI terdiri dari Dewan Perwakilan

Pusat (DPP), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Wilayah (DPD) dan

Dewan Pimpinan Cabang (DPC). FPI juga memiliki 12 departemen, 4 badan khusus, 4 badan

otonom dan 4 anak organisasi.15

Aksi-aksi Front Pembela Islam di Jakarta

a. Aksi-aksi Sosial

Pada tahun 2002, Front Pembela Islam menggelar program “FPI Peduli Pendidikan. Kegiatan

ini berisikan agenda berupa pembagian buku tulis secara cuma-cuma terhadap ribuan siswa

yang menjadi korban banjir. Selain itu diadakan pemberian bea siswa bagi pelajar yang

kurang mampu. Di tahun yang sama juga, Front Pembela Islam membuka posko pelayanan

kesehatan gratis terhadap korban banjir di Jakarta. Front Pembela Islam juga berhasil

mendirikan Hilal Merah Indonesia pada awal tahun 2003.16

Ketika tsunami menimpa Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. Front Pembela Islam

mengadakan program 1000 Relawan FPI untuk Aceh dengan motto Duka Aceh Duka Kita

                                                                                                                         12  Al-­‐Habib  Muhammad  Rizieq  bin  Husein  Syihab,  op.  cit.,  hlm.  127-­‐129.  13  Ibid,  hlm.  139-­‐141.  14  Ibid,  hlm.  142.  15  Ibid,  hlm.  191-­‐195.  16  Ibid,  hlm.  393.  

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 5: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

Semua. Kegiatan ini selama satu bulan penuh. Para relawan mengevakuasi mayat sekaligus

melaksanakan tata cara pemakaman sesuai syariat Islam.17

b. Konsolidasi dengan Kalangan Militer

Pada ulang tahun pertama Front Pembela Islam yang diadakan tanggal 22 Agustus 1999,

mereka mengadakan arak-arakan keliling ibukota dengan membawa berbagai spanduk anti

maksiat. Sebelum perayaan tersebut, pada tanggal 17 Agustus 1999 diadakan Tabligh Akbar

yang dihadiri petinggi militer, antara lain:

1. Jendral TNI Wiranto (Panglima ABRI)

2. Mayjen TNI Susilo Bambang Yudhoyono (Kaster ABRI)

3. Mayjen TNI Jaja Suparman (Pangdam Jaya)

4. Mayjen Pol. Nugroho Jayusman (Kapolda Metro Jaya)

5. Brigjen TNI Sudi Silalahi (Staf Ahli Panglima ABRI)

6. Mayjen Muchdi PR (Danjen Kopassus)

Kedatangan mereka adalah untuk bersilaturahmi dengan Front Pembela Islam dan juga

apresiasi atas bantuan FPI dalam penyelesaian masalah penegakkan syariat di Aceh.

Sebelumnya pada tanggal 14 Juli 1999, Front Pembela Islam mengajukan “Proposal

Penyelesaian Masalah Serambi Mekkah (Aceh) tanpa Kekerasan”. Di dalam proposal tersebut

terdapat isi yang menyebutkan bahwa ABRI sebagai institusi pertahanan dan keamanan

bangsa dan negara Indonesia harus merelakan Aceh menerapkan syariat Islam. Setelah

mengadakan diskusi atas proposal tersebut, akhirnya Aceh dapat melaksanakan syariat Islam

di daerahnya.18

c. Aksi Pembatasan Tayangan Media

Keresahan Front Pembela Islam terhadap tayangan-tayangan di media-media membuat

mereka melakukan antisipasi untuk membatasinya. Di tahun 2000, Front Pembela Islam

membuat Seruan Moral Media melalui Surat Seruan No: Istimewa/SS/DPP-FPI/V/2000

tertanggal 11 Shafar 1421 H/15 Mei 2000. Isi surat seruan tersebut berisikan penuntutan

penghentian terhadap tayangan:

                                                                                                                         17  Ibid,  hlm.  396.  18  Ibid,  hlm.  316-­‐317.  

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 6: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

1. Iklan perdukunan, minuman keras, perjudian dan seks dengan segala bentuk dan

jenisnya.

2. Informasi dusta, fitnah dan yang tidak jelas sumbernya.

3. Penyajian kekerasan, kesadisan, kebrutalan dan kekejaman secara berlebihan.

4. Penyajian pornografi dan eksploitasi seks dengan segala cara dan macamnya.

5. Penggunaan nama-nama tokoh mulia umat Islam (seperti nama para Nabi dan Rasul)

untuk nama tokoh-tokoh jahat dalam sebuah drama baik sinetron, film, atau

sejenisnya.

Efek dari surat seruan tersebut, Front Pembela Islam berhasil menekan stasiun TV SCTV

untuk menghentikan penayangan telenovela berjudul Esmeralda karena dinilai melecehkan

Islam. Hal ini merujuk pada tokoh wanita jahat bernama Fathimah. Selain itu, Front Pembela

Islam juga berhasil menekan stasiun TV Indosiar untuk mengganti singkatan acara bernama

Sabu-sabu yang kepanjanganannya Saling Buka Saling Bungkam. Hal ini dikarenakan

singkatan tersebut dapat menjadi promosi barang haram yaitu sabu-sabu.19

d. Aksi dalam Pengupayaan Penutupan Tempat Hiburan Selama Bulan Ramadhan

Peristiwa penutupan tempat hiburan di bulan Ramadan adalah ketika Front Pembela Islam

bentrok dengan Forum Masyarakat Kemang. Salah satu kebiasaan Front Pembela Islam ketika

menjelang atau ketika bulan Ramadhan adalah melakukan sweeping. Pada tanggal 22

November 2004 malam, rombongan Front Pembela Islam melakukan sweeping ke berbagai

wilayah tempat hiburan di Jakarta. Salah satu tempat tersebut adalah daerah Kemang. Ketika

mereka sampai di sana, warga yang tergabung dalam Forum Masyarakat Kemang telah

menunggu mereka agar tidak terjadi kerugian atau pertikaian di sana.

“Bentrokan terjadi antara massa Front Pembela Islam (FPI) dengan warga, saat konvoi ratusan massa FPI melintas di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, sekitar pukul 23.00 WIB. Bentrokan baru dapat dihalau setelah Polisi Anti Huru Hara Polres Metro Jakarta Selatan, tiba dilokasi satu jam kemudian.

Menurut warga mereka terpaksa mengadakan perlawanan, karena sudah muak dengan aksi FPI yang kerap mengganggu ketenangan warga. Pada Ramadhan tahun lalu, sejumlah tempat hiburan di Kemang habis diobrak abrik massa FPI.”20

Bentrokan tersebut berakhir setelah Polisi Anti Huru Hara datang. Dampak dari bentrokan

tersebut sejumlah orang terluka dan beberapa café yang dinilai buka tidak sesuai ketentuan

pada bulan Ramadhan dirusak oleh Front Pembela Islam. Sehari setelah kejadian tersebut,                                                                                                                          19  Ibid,  hlm.  285.  20  Diakes  dari  portal  berita  http://www.indosiar.com/patroli/fpi-­‐bentrok-­‐dengan-­‐warga-­‐kemang_37844.html  pada  tanggal  20  Mei  2014  Pukul  16.20  WIB.  

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 7: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

para masyarakat yang tergabung dalam Forum Masyarakat Kemang mengadakan konferensi

pers. Mereka menyesalkan apa yang dilakukan oleh Front Pembela Islam dan akan menolak

segala aksi penyerbuan Front Pembela Islam di masa yang akan datang.

"Kami menolak aksi penyerbuan yang dilakukan FPI yang menimbulkan korban luka-luka dan

kerugian harta benda pada Jumat (22/10) malam," kata anggota FMK, Shahlan.21

e. Aksi Penolakan terhadap Ahmadiyah

Pada tahun 2005, Front Pembela Islam bergabung dengan Forum Umat Islam (FUI) dan

memulai aksi penolakan terhadap Ahmadiyah. Mereka menganggap bahwa Ahmadiyah telah

melecehkan Islam dengan menyebarkan informasi bahwa ada nabi setelah Nabi Muhammad

SAW. Hal ini didukung dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia bahwa terdapat banyak bid’ah

dan kesesatan di Ahmadiyah pada Juli 2005. Di bulan itu, Front Pembela Islam bersatu

dengan Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII) berhasil menutup salah satu tempat pergerakan

Ahmadiyah di Parung, Bogor.22

Aksi penolakan terhadap Ahmadiyah oleh FPI terus berlanjut. Di akhir tahun 2007,

Ahmadiyah memberikan 12 poin penjelasan bahwa ajaran mereka tidak melecehkan Islam,

tetapi penjelasan tersebut tidak memuaskan MUI, FPI dan FUI. Front Pembela Islam bersama

dengan FUI pun menyepakati bahwa Ahmadiyah harus dibubarkan. Mereka semakin yakin

dengan keputusannya setelah Badan Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat

(Bakorpekam) menyatakan bahwa 12 poin penjelasan Ahmadiyah dapat menimbulkan konflik

karena ajarannya menyimpang dari ajaran agama Islam. Bakoperkam pun merekomendasikan

kepada pemerintah untuk menghentikan segala kegiatan Ahmadiyah atau Ahmadiyah

dibubarkan.23

Penolakan terhadap Ahmadiyah berujung kepada penyerangan terhadap Aliansi Kebangsaan

untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). Penyerangan ini dilatarbelakangi

oleh dukungan AKKBB terhadap Ahmadiyah. Mereka menyatakan bahwa Indonesia

menjamin kebebasan beragama bagi masyarakat, sehingga tidak sepatutnya Ahmadiyah

dibubarkan. Pernyataan tersebut mengakibatkan ketegangan antara Front Pembela Islam (FPI)

dengan AKKBB. Ketegangan ini berujung kepada insiden Monas. Pada saat itu AKKBB

                                                                                                                         21  Diakses  dari  portal  http://news.detik.com/read/2004/12/23/115143/261226/10/fpi-­‐siap-­‐buka-­‐kembali-­‐pintu-­‐makam-­‐keramat-­‐tanjung-­‐priok  pada  tanggal  20  Mei  2014  Pukul  16.36  WIB.  22  Ismail  Hasani  dan  Bonar  Tigor  Naispospos,  op.  cit.,  hlm.  140.  23  Ibid,  hlm.  141.  

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 8: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

sedang mengkampanyakan penentangan mereka kepada keputusan pembubaran Ahmadiyah.

Di tengah-tengah acara tersebut, Laskar Pembela Islam menyerang AKKBB dan berujung

dengan banyaknya korban yang luka-luka. Kejadian ini mengakibatkan dipenjaranya Habib

Rizieq selama 1.5 tahun.24

f. Aksi Penutupan Kantor Majalah Playboy

Pada tahun 2006, salah satu majalah terkenal di dunia yaitu majalah Playboy akan terbit di

Indonesia. Aksi penentangan dari berbagai sudah diprediksi oleh penggagas berdirinya

majalah Playboy di Indonesia, yaitu Erwin Arnana. Di awal bulan Januari, dia mengutuskan

perwakilannya Ponty Corolus dan James Supanggat untuk mengungkapkan rencana

penerbitan majalah Playboy kepada Habib Rizieq. Mereka menjelaskan bahwa di Indonesia,

majalah Playboy akan memperhatikan adat dan budaya Indonesia. Penjelasan mereka berdua

mendapat penentangan oleh Habib Rieziq. Dia dengan tegas tidak menyetujui penerbitan

majalah tersebut di Indonesia.25

Meskipun pertemuan tersebut tidak mendapatkan persetujuan dari Habib Rizieq, majalah

Playboy tetap terbit untuk pertama kalinya pada tanggal 6 April 2006. Di hari yang sama,

puluhan laskar Front Pembela Islam datang ke kantor majalah Playboy di daerah Tb.

Simatupang. Mereka datang tidak untuk menutup atau menghancurkan tempat tersebut tetapi

mereka meminta konfirmasi dan klarifikasi dari pihak majalah Playboy. Hasil pertemuan

tersebut dianggap tidak memuaskan bagi pihak Front Pembela Islam dikarenakan pihak

majalah Playboy tidak menjelaskan dengan jelas apakah ada keterkaitan majalah Playboy di

Indonesia dengan luar negeri. Setelah itu, Front Pembela Islam memberikan peringatan

kepada pihak majalah Playboy untuk menghentikan produksi majalah tersebut. Pihak majalah

Playboy hanya merespon dengan mengatakan mereka menghargai pendapat-pendapat pihak di

Indonesia tetapi mereka akan tetap melakukan produksi selama kegiatan mereka tidak

bertentangan dengan hukum di Indonesia.26

Enam hari setelah mendapat respon majalah Playboy tersebut. Front Pembela Islam

mengadakan konsolidasi untuk melakukan penutupan terhadap majalah Playboy. Langkah

pertama mereka adalah melakukan aksi di Mabes Polri. Di sana mereka menegaskan kepada

                                                                                                                         24  Ibid,  hlm.  142.  25  Yal  Robbiansyah,  “Kekerasan  Massa  Terhadap  Tempat  Hiburan:  Kekerasan  Massa  Front  Pembela  Islam  Terhadap  Hiburan  di  Jakarta:,  Tesis,  UI:  Fakultas  Ilmu  Politik  dan  Ilmu  Sosial,  2006,  hlm.  77.  26  Ibid,  hlm.  80.  

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 9: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

99  

1  

Pengetahuan Masyarakat terhadap Organisasi Masyarakat Bernama Front Pembela Islam

responden  yang  menjawab  ya  

responden  yang  menjawab  ddak  

Polri untuk bertindak cepat dan tepat terhadap majalah Playboy. Setelah melakukan

demonstrasi di Mabes Polri, mereka berpindah ke depan Kejaksaan Agung dan melakukan

demo yang bertujuan sama. Selepas dari Kejaksaan Agung dan usai menunaikan salat Dzuhur,

rombongan Front Pembela Islam bergerak menuju kantor majalah Playboy.27

Di kantor majalah Playboy telah berjaga sejumlah aparat polisi untuk menjaga agar tidak

terjadi tindakan yang merugikan. Ketika Front Pembela Islam datang, mereka langsung

memaksa masuk ke dalam kantor majalah Playboy. Aparat polisi yang berjaga tidak mampu

melawan ratusan massa Front Pembela Islam tersebut. Akhirnya, massa Front Pembela Islam

tersebut berhasil masuk dan menghancurkan kantor majalah Playboy. Kantor majalah Playboy

menjadi rusak dan mengalami kerugian yang besar. Massa Front Pembela Islam pun mundur

dari tempat kejadian tersebut. Satu hari dari kejadian tersebut, pimpinan redaksi majalah

Playboy mengumumkan penghentian sementara produksinya dan polisi memanggil

koordinator lapangan aksi Front Pembela Islam.28

Hasil Penyebaran Kuisioner

Hasil dari penyebaran kuisioner menunjukkan bahwa 99 responden dari 100 responden

mengetahui keberadaan organisasi masyarakat bernama Front Pembela Islam. Adapun 1 orang

lainnya tidak mengetahui organisasi masyarakat bernama Front Pembela Islam. Data di atas

dapat dijelaskan melalui grafik di bawah ini.

(Gambar 1)

                                                                                                                         27  Ibid.  28  Ibid,  hlm.81.  

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 10: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

85  

15  

Pengetahuan  Masyarakat  terhadap  Aksi-­‐aksi  Front  Pembela  Islam  

responden  menjawab  ya   responden  menjawab  ddak  

6  

46  

48  

Persentase  Pengetahuan  Masyarakat  tentang  Aksi-­‐aksi  Posidf  Front  Pembela  Islam  

responden  menjawab  ya   responden  menjawab  biasa  saja  responden  menjawab  ddak  pernah  

Hasil penyebaran kuisioner untuk pengetahuan masyarakat DKI Jakarta terhadap aksi-aksi

Front Pembela Islam menunjukkan bahwa 85 dari 100 responden menjawab mengetahui aksi-

aksi Front Pembela Islam dan 15 responden menjawab tidak mengetahui. Data di atas dapat

ditunjukkan melalui grafik di bawah ini.

(Gambar 2)

Hasil lainnya tentang intensitas masyarakat mendengar berita aksi-aksi positif dan negatif

menunjukkan hasil bahwa 6 dari 100 responden menjawab sering mendengar berita aksi-aksi

positif, sedangkan 46 responden menjawab biasa saja dan 48 responden menjawab tidak

pernah mendengar aksi-aksi positif Front Pembela Islam. Data di atas dapat digambarkan

melalui grafik di bawah ini.

(Gambar 3)

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 11: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

71  

26  

3  

Persentase  Pengetahuan  Masyarakat  tentang  Aksi-­‐aksi  Negadf  Front  Pembela  Islam  

responden  menjawab  ya   responden  menjawab  biasa  saja   responden  menjawab  ddak  pernah  

14  

81  

5  

Reaksi  Masyarakat  terhadap  Aksi-­‐aksi  Posidf  Front  Pembela  Islam  

responden  menjawab  senang   responden  menjawab  biasa  saja   responden  menjawab  ddak  senang  

Hasil kuisioner tentang intesitas masyarakat mendengar berita negatif tentang aksi-aksi Front

Pembela Islam menunjukkan hasil 71 dari 100 responden menjawab sering mendengar berita

aksi-aksi negatif Front Pembela Islam. 26 responden lain menjawab biasa saja dan 3

responden lain menjawab tidak pernah. Data di atas dapat dideskripsikan melalui grafik di

bawah ini.

(Gambar 4)

Hasil penyebaran kuisioner tentang reaksi masyarakat terhadap aksi-aksi Front Pembela Islam

di Indonesia menunjukkan hasil 14 dari 100 responden menyatakan senang jika mendengar

aksi-aksi positif Front Pembela Islam. Adapun 81 responden menyatakan biasa saja dan 5

responden tidak senang jika mendengar aksi-aksi positif Front Pembela Islam. Data di atas

dapat ditunjukkan melalui grafik di bawah ini.

(Gambar 5)

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 12: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

1  

12  

87  

Reaksi  Masyarakat  terhadap  Aksi-­‐aksi  Negadf  Front  Pembela  Islam  

responden  menjawab  senang   responden  menjawab  biasa  saja   responden  menjawab  ddak  senang  

[VALUE]  

[VALUE]  

[VALUE]  [VALUE]    

Keinginan  Masyarakat  terhadap  Aksi-­‐aksi  Posidf  Front  Pembela  Islam  

responden  menjawab  Front  Pembela  Islam  diperbolehkan  melanjutkan  aksi-­‐aksinya  

responden  menjawab  Front  Pembela  Islam  diperbolehkan  melanjutkan  aksi-­‐aksinya  tetapi  diawasi  ketat  oleh  pemerintah  responden  menjawab  Front  Pembela  Islam  dilarang  melanjutkan  aksi-­‐aksinya  

responden  menjawab  Front  Pembela  Islam  harus  dibubarkan  oleh  pemerintah  

Hasil penyebaran kuisioner tentang reaksi masyarakat jika mendengar aksi-aksi negatif Front

Pembela Islam menunjukkan bahwa 87 dari 100 responden memilih tidak senang. Sisanya

yaitu sebanyak 1 responden memilih senang jika mendengar aksi-aksi negatif Front Pembela

Islam dan 12 responden memilih biasa saja. Data di atas dapat digambarkan melalui grafik di

bawah ini.

(Gambar 6)

Hasil survey selanjutnya adalah tentang keinginan masyarakat jika mereka mendengar aksi-

aksi positif Front Pembela Islam. 16 dari 100 responden memilih untuk memperbolehkan

Front Pembela Islam melakukan aksi-aksinya. 71 dari 100 responden memilih untuk

memperbolehkan Front Pembela Islam melakukan aksi-aksinya tetapi diawasi ketat oleh

pemerintah. 3 responden memilih untuk melarang Front Pembela Islam melakukan aksi-

aksinya kembali dan 10 orang memilih supaya pemerintah membubarkan Front Pembela

Islam. Data di atas dapat dijelaskan melalui grafik di bawah ini.

(Gambar 7)

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 13: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

[VALUE]  

[VALUE]  

[VALUE]  

Keinginan  Masyarakat  terhadap  Aksi-­‐aksi  Negadf  Front  Pembela  Islam  

responden  menjawab  Front  Pembela  Islam  diperbolehkan  melanjutkan  aksi-­‐aksinya  tetapi  diawasi  ketat  oleh  pemerintah  

responden  menjawab  Front  Pembela  Islam  dilarang  melanjutkan  aksi-­‐aksinya  

responden  menjawab  Front  Pembela  Islam  harus  dibubarkan  oleh  pemerintah  

85  

15  

Tanggapan  Masyarakat  tentang  Dampak  Aksi-­‐aksi  Front  Pembela  Islam  

responden  menjawab  ya   responden  menjawab  ddak  

Hasil survey selanjutnya adalah tentang keinginan masyarakat jika mereka mendengar aksi-

aksi negatif Front Pembela Islam. Tidak ada responden yang memilih untuk memperbolehkan

Front Pembela Islam melakukan aksi-aksinya. 16 dari 100 responden memilih untuk

memperbolehkan Front Pembela Islam melakukan aksi-aksinya tetapi diawasi ketat oleh

pemerintah. 39 responden memilih untuk melarang Front Pembela Islam melakukan aksi-

aksinya kembali dan 45 orang memilih supaya pemerintah membubarkan Front Pembela

Islam. Data di atas dapat ditunjukkan melalui grafik di bawah ini.

(Gambar 8)

Hasil penyebaran kuisoner untuk data tentang pengaruh aksi-aksi Front Pembela Islam

terhadap Islam di Indonesia adalah 85 dari 100 responden menjawab bahwa aksi-aksi Front

Pembela Islam memiliki dampak terhadap Islam di Indonesia. Adapun 15 responden lainnya

menjawab bahwa tidak ada dampak apapun dari aksi-aksi Front Pembela Islam terhadap Islam

di Indonesia. Data di atas dapat dideskripsikan melalui grafik di bawah ini.

(Gambar 9)

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 14: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

84  

5  11  

Reaksi  Masyarakat  tentang  Dampak  Aksi-­‐aksi  Posidf  Front  Pembela  Islam  

responden  menjawab  senang  terhadap  Islam  

responden  menjawab  senang  terhadap  FPI  

responden  menjawab  senang  terhadap  keduanya  

6  

91  

3  

Reaksi  Masyarakat  tentang  Dampak  Aksi-­‐aksi  Negadf  Front  Pembela  Islam  

responden  menjawab  ddak  senang  terhadap  Islam  

responden  menjawab  ddak  senang  terhadap  FPI  

responden  menjawab  ddak  senang  terhadap  keduanya  

Hasil kuisioner selanjutnya menunjukkan bahwa jika Front Pembela Islam melakukan aksi-

aksi positif reaksi masyarakat adalah sebanyak 84 responden lebih menyenangi Islam

sedangkan hanya 5 responden yang menyenangi Front Pembela Islam. Sisanya sebanyak 11

responden menyenangi keduanya. Data di atas dapat dijelaskan melalui grafik di bawah ini.

(Gambar 10)

Hasil kuisioner selanjutnya menunjukkan bahwa jika Front Pembela Islam melakukan aksi-

aksi negatif reaksi masyarakat adalah sebanyak 6 responden tidak menyenangi Islam

sedangkan 91 responden yang tidak menyenangi Front Pembela Islam. Sisanya sebanyak 3

responden tidak menyenangi keduanya. Data di atas dapat digambarkan melalui grafik di

bawah ini.

(Gambar 11)

Hasil penyebaran kuisoner untuk data tentang eksistensi Front Pembela Islam di masa depan

adalah sebanyak 76 dari 100 responden menjawab setuju Front Pembela Islam melakukan

perubahan dalam aksi-aksinya. Sisanya sebanyak 24 responden menjawab tidak setuju. Data

di atas dapat ditunjukkan melalui grafik di bawah ini.

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 15: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

76  

24  

Tanggapan  Masyarakat  terhadap  Front  Pembela  Islam  Melakukan  Perubahan  dalam  Aksi-­‐aksinya  

responden  menjawab  setuju   responden  menjawab  ddak  setuju  

(Gambar 12)

Pembahasan

Menurut teori gerakan sosial dari Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. Teori gerakan sosial

terbagi menjadi dua kategori yaitu teori berdasarkan alasan terbentuknya sebuah gerakan

sosial dan teori gerakan sosial berdasarkan periode waktu. Teori gerakan sosial berdasarkan

alasan mereka lahir adalah teori yang berdasarkan kondisi psikologis dan sosial masyarakat.

Adapun gerakan sosial berdasarkan periode waktu adalah teori gerakan sosial tradisional dan

modern.

Teori gerakan sosial yang pertama adalah teori yang didasarkan alasan lahirnya sebuah

gerakan sosial. Alasan pertama adalah teori gerakan sosial lahir dilatarbelakangi alasan

psikologis. Dalam teori ini Paul dan Chester menjelaskan bahwa gerakan sosial lahir

dikarenakan kesadaran pengikut gerakan sosial tersebut. Ada dua teori pendukung untuk

menjelaskan teori ini yaitu teori ketidakpuasan dan teori ketidakmampuan menyesuaikan diri.

Teori ketidakpuasan adalah kondisi sebuah gerakan sosial lahir dari kekecewaan individu-

individu atau kelompok terhadap sesuatu yang tidak membahagaikan mereka. Kondisi Front

Pembela Islam jika dilihat dari alasan terbentuknya organisisasi masyarakat ini didasarkan

atas kekecewaan terhadap pemerintah yang tidak mampu mengendalikan kemaksiatan di

Indonesia. Selain itu alasan lain terbentuknya Front Pembela Islam adalah kekecewaan karena

umat Islam pada zaman orde baru tidak diperlakukan dengan baik.

Teori ketidakmampuan menyesuaikan diri adalah sebuah gerakan sosial lahir dikarenakan

individu-individu tidak merasa puas dengan dirinya sendiri atau mereka tidak mampu untuk

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 16: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Front Pembela Islam berdiri atas

ketidakmampuan individu-individu di dalamnya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekitar. Mereka menginginkan perubahan secara frontal terhadap kondisi lingkungannya yang

mereka nilai sudah tercampuri dengan maksiat.

Teori selanjuntya adalah teori lahirnya gerakan sosial berdasarkan alasan sosiologis. Dalam

teori ini terdapat dua penjelasan yaitu dengan teori deprivasi relatif dan teori mobilisasi

sumber daya. Teori deprivasi relatif adalah sebuah gerakan sosial lahir karena terdapat

kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Individu-individu yang membentuk dan mengikuti

Front Pembela Islam memiliki harapan terhadap Indonesia agar negara ini terbebas dari

maksiat tetapi pada kenyataannya negara ini masih jauh dari harapan mereka. Perjudian,

peredaran obat terlarang, lokalisasi, dan banyaknya tempat hiburan masih ada di Indonesia.

Adapun teori mobilisasi sumber daya adalah teori yang menitikberatkan terhadap gerakan

sosial tersebut bagaimana mereka memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam mereka.

Habib Rizieq yang merupakan pendiri Front Pembela Islam telah membentuk struktur,

prosedur Front Pembela Islam dalam melakukan aksinya, kaderisasi dan pelatihan para

anggota baru, dan bagaimana Front Pembela Islam dapat tetap ada sampai sekarang. Dia tidak

hanya menciptakan tetapi memanfaatkan segala sumber daya tersebut untuk kelangsungan

keberadaan Front Pembela Islam di Indonesia.

Teori gerakan sosial terakhir oleh Paul dan Chester adalah teori gerakan sosial tradisional dan

modern. Perbedaannya terletak dari periode terjadinya gerakan sosial tersebut gerakan sosial

tradisional terjadi di akhir abad 18 dan gerakan sosial modern terjadi di abad ke-20.

Perbedaan lainnya adalah efek yang ditimbulkan oleh kedua gerakan sosial tersebut, gerakan

sosial tradisional hanya berefek pada lingkup area yang kecil dan gerakan sosial modern

berdampak ke dalam area yang sangat luas. Front Pembela Islam dilihat dari tahun

terbentuknya yaitu tahun 1998 dan tujuan mereka adalah amar ma’ruf nahi munkar di seluruh

wilayah Indonesia membuat penulis menyimpulkan bahwa Front Pembela Islam adalah

gerakan sosial modern.

Menurut teori gerakan sosial Islam dari David Snow dan Susan Marshal. Mereka menjelaskan

teori gerakan sosial Islam dengan menganalisa hubungan antara budaya imperalisme dan

gerakan Islam dengan menggunakan teori gerakan sosial. Di dalamnya termasuk structural

strains sebagai katalis, mobilizing ideologies dan resource mobilization. Structural strains

yang dimaksud David Snow dan Susan Marshal adalah sebuah gerakan sosial akan terjadi di

dalam sebuah institusi yang tidak dapat mengakomodasi permintaan sebuah lingkungan

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 17: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

sosial. Front Pembela Islam dalam hal ini adalah sebuah gerakan sosial yang bertujuan untuk

menghilangkan maksiat di Indonesia yang tidak dapat diakomodir oleh pemerintah Indonesia.

Kegagalan pemerintah ini menjadi katalis bagi Front Pembela Islam untuk tetap ada dan terus

melanjutkan aksi-aksinya

Mobilizing ideologies and resource mobilization atau yang disingkat RMT adalah teori yang

menjelaskan sebuah gerakan sosial dilihat dari sudut pandang pergerakan dengan rasional dan

teroganisir. Menurut David dan Susan, gerakan sosial Islam berdasarkan dari sumber yang

sama. Dalam hal ini bukan hanya al-Quran dan Hadis, tetapi awal mula tempat terjadinya

gerakan sosial adalah masjid. Masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, juga digunakan

sebagai tempat mendidik individu-individu, mengorganisir sebuah aksi kolektif dan tempat

perekrutan anggota baru bagi sebuah gerakan Islam. Masjid juga digunakan sebagai tempat

untuk menyatukan gerakan-gerakan sosial yang berbeda-beda dalam sebuah negara dan

menghubungkan berbagai aktifis-aktifis dari berbagai gerakan Islam. Front Pembela Islam

sama seperti gerakan sosial Islam lainnya, mereka berawal dari masjid dan kantor Front

Pembela Islam juga berdekatan dengan masjid yaitu masjid Al-Ishlah. Masjid tersebut selain

digunakan sebagai tempat pengajian mingguan dan bulanan, juga digunakan oleh Habib

Rizieq untuk menjadi tempat awal bagi mereka sebelum melakukan aksi-aksinya.

Selain dari penjelasan di atas, David dan Susan secara umum menjelaskan bahwa gerakan

sosial Islam adalah gerakan sosial yang bertujuan untuk menegakkan syariat Islam. Hal ini

sangat cocok dengan tujuan didirikanya Front Pembela Islam. Habib Rizieq mendirikan Front

Pembela Islam untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar di Indonesia. Di samping itu

penggunakan nama “Islam” sebagai identitas mereka dikarenakan mereka berjuang atas nama

Islam dan untuk agama Islam. Dari semua penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Front

Pembela Islam termasuk ke dalam gerakan sosial Islam.

Indonesia memiliki peraturan tentang Organisasi Masyarakat yang tercantum dalam Undang-

Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2013. Di dalam UU tersebut, dicantumkan dalam

Bab II pasal 2 tentang asas, ciri dan sifat organisasi masyarakat. Asas sebuah organisasi

masyarakat di Indonesia adalah tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD Negara

Republik Indonesia tahun 1945. Front Pembela Islam memilih untuk berasaskan Islam. Hal

ini bertentangan dengan Undang-Undang tersebut.

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 18: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

Di bab XVI tentang larangan terhadap sebuah organisasi masyarakat tercantum di pasal 59

poin 2(a) bahwa sebuah organisasi masyarakat dilarang melakukan tindakan permusuhan

terhadap suku, agama, ras atau golongan. Front Pembela Islam telah melakukan aksi

penolakan terhadap Ahmadiyah. Aksi tersebut adalah penuntutan terhadap Ahmadiyah untuk

membubarkan diri dan tidak menyebarkan pahamnya kepada rakyat Indonesia. Aksi Front

Pembela Islam tersebut termasuk dalam tindakan permusuhan terhadap suku, agama, rasa tau

golongan di Indonesia.

Di bab XVI pasal 59 poin 4 juga terdapat larangan terhadap organisasi masyarakat untuk

menganut, mengembangkan serta menyebarkan ajaran atau paham yang bertentangan dengan

Pancasila. Front Pembela Islam menganut asas Islam. Di dalam kaderisasi baik pendidikan

maupun pelatihan terhadap anggota-anggotanya, FPI mengajarkan “mujahid di atas para

musuhnya” paham ini mengajarkan bahwa kemenangan terhadap para musuh Islam adalah

sebuah kebaikan yang tidak ternilai sedangkan ketika kalah oleh musuh Islam adalah sebuah

pengorbanan yang sama seperti mujahid-mujahid Islam di zaman dahulu. Paham yang

diajarkan tersebut bertentangan dengan Pancasila pada sila ketiga yaitu persatuan Indonesia.

Mereka diajarkan untuk memenangkan agama Islam daripada keutuhan bangsa Indonesia.

Di bab VI pasal 20 tentang hak dan kewajiban organisasi masyarakat dijelaskan bahwa

organisasi masyarakat berkewajiban menjaga ketertiban umum dan terciptanya kedamaian

dalam bermasyarakat. Aksi-aksi yang dilakukan Front Pembela Islam seringkali berujung

bentrok dengan masyarakat dan mengganggu ketertiban umum. Penutupan kantor majalah

Playboy, konflik dengan warga Kemang dan peristiwa Ketapang adalah bukti bahwa mereka

seringkali melakukan aksi yang mengganggu ketertiban umum. Dari aksi-aksi tersebut FPI

telah melanggar kewajiban organisasi masyarakat sesuai Undang-Undang yang berlaku.

Di dalam struktur organisasi, FPI memiliki 12 departemen. Di antara departemen tersebut ada

beberapa departemen yang tidak berfungsi dengan baik sesuai tugasnya. FPI memiliki

Departemen Pertahanan dan Keamanan yang bertugas untuk menciptakan keamanan dan

menjaga ketertiban di masyarakat tetapi seringkali mereka melakukan aksi-aksi yang

mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. FPI memiliki Departemen Sosial, Politik,

Hukum dan HAM yang bertugas untuk penegakkan keadilan dan memperjuangkan HAM bagi

masyarakat tetapi aksi penolakan terhadap Ahmadiyah adalah bentuk aksi yang tidak

memperjuangkan hak asasi manusia. FPI juga memiliki Departemen Penerangan yang

memiliki tugas untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan segenap komponen

masyarakat tetapi aksi penolakan Ahmadiyah, konflik dengan masyarakat Kemang, penutupan

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 19: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

kantor majalah Playboy dan peristiwa Ketapang adalah bentuk kegagalan departemen ini

untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat.

Kesimpulan

Ditinjau dari teori yang dicetuskan Paul dan Chester yang mengatakan bahwa sebuah gerakan

sosial berasal dari keadaan psikologis seseorang yang merasa kecewa terhadap lingkungannya

atau dirinya sendiri, sehingga dapat disimpulkan bahwa FPI termasuk gerakan sosial. Front

Pembela Islam juga termasuk ke dalam sebuah gerakan sosial Islam. Hal ini didukung oleh

teori David Snow dan Susan Marshall yang mengatakan bahwa pada umumnya gerakan-

gerakan sosial Islam berasal dari satu tempat dan menyebar ke tempat lainnya.

Front Pembela Islam juga termasuk ke dalam gerakan Islam yang bersifat fundamentalis-

radikal. Hal ini karena Front Pembela Islam memiliki pemahaman terhadap Islam yang tidak

bisa ditolerir dan dari pemahaman tersebut mereka melakukan aksi-aksi yang frontal dan

ekstrim. Kasus Ahmadiyah adalah contoh bahwa mereka melakukan aksi intoleransi radikal

terhadap pemahaman Islam bagi sesama umat Muslim lainnya.

Penulis juga berkesimpulan bahwa Front Pembela Islam telah melanggar Undang-Undang

Republik Indonesia No. 17 tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Bagian yang

telah dilanggar FPI adalah tentang asas, kewajiban dan larangan organisasi kemasyarakatan.

FPI juga melanggar konstitusi Indonesia dengan mengeluarkan Petisi Petamburan yang

berisikan tuntutan pencantuman syariat Islam dalam UUD 1945. Penulis juga mengkritisi

departemen-departemen yang ada di dalam FPI. Beberapa departemen tidak berfungsi dengan

baik seperti Departemen Dalam Negeri, Departermen Hukum dan HAM, dan Departemen

Penerangan yang memiliki tugas menjunjung tinggi toleransi dan keharmonisan antar umat

beragama. Hal ini dikarenakan FPI melakukan aksi penolakan terhadap Ahmadiyah yang

berdampak terhadap berkurangnya toleransi dan keharmonisan antar umat beragama.

Rekomendasi

Dalam penelitian ini direkomendasikan bahwa ke depan perlu dilakukan perubahan terhadap

Front Pembela Islam dalam melakukan aksi-aksi selama ini. Media-media Indonesia dalam

pemberitaan yang lebih menitikberatkan pada aksi-aksi negatif Front Pembela Islam tidak

dapat disalahkan karena media bekerja untuk mengangkat isu-isu negatif dengan alasan

mencari keuntungan secara ekonomi. Front Pembela Islam harus lebih sering melakukan aksi-

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014

Page 20: AKSI-AKSI FRONT PEMBELA ISLAM DI JAKARTA

aksi positif, sehingga paradigma masyarakat akan berubah terhadap Front Pembela Islam

meskipun belum tentu media akan memberitakannya.

Penelitian ini juga merekomendasikan agar Front Pembela Islam tidak segera dibubarkan. Hal

ini karena Front Pembela Islam berfungsi sebagai kontrol sosial terhadap masyarakat dan

terdapat masyarakat yang masih toleransi terhadap aksi-aksi mereka kendati tidak dapat

dipungkiri bahwa ada beberapa responden yang menginginkan mereka dibubarkan. Selain itu

direkomendasikan juga kepada pemerintah Indonesia untuk menindak tegas segala aksi-aksi

Front Pembela Islam yang melanggar hukum dan melakukan pengawasan secara ketat agar

tidak terjadi kerusuhan dan kerugian bagi masyarakat.

Daftar Pustaka

Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern,dan Poskolonial. Jakarta: PT. Rajawali Pers. 2012.

Simbolon, Parakitri T. Menjadi Indonesia. Jakarta: Kompas. 2006.

Maarif, Ahmad Syafii. Islam dan Politik: Teori Belah Bambu Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965). Jakarta: Gema Insani Press. 1996.

Feillard, Andre dan Remy Madinier. The End Of Innocence? Indonesian Islam and The Temptations of Radicalism. Singapore: NUS Press. 2006.

Horton ,Paul B. dan Chester L. Hunt. Sosiologi Jilid 2, terj. Drs. Aminuddin Ram, M.Ed., Jakarta: Penerbit Erlangga.1990.

Wiktorowicsz. Quintan. Islamic Activism: A Social Movement Theory Approach.

USA: Indiana University Press. 2004. Riduan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. 2006. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakaya. 2005.

Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3S. 1983.

Syihab, Al Habaib Muhammad Rizieq bin Husein. Dialog FPI: Amar Ma’ruf Nahi Munkar.Jakarta: CV Ibnu Sidah. 2008.

Hasani, Ismail dan Bonar Tigor Naispospos. The Faces of Islam ‘Defenders’. Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara. 2010.

Aksi aksi Front Pembela Islam..., Sugianto, FIB UI, 2014