bab iii
TRANSCRIPT
![Page 1: Bab iii](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082619/58d003151a28abfc0a8b6917/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Keadaan 1. Keadaan Sekarang
Lingkungan keluarga yang hampir seluruhnya petani akibatnya kurang kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Sehingga pendidikan anak-anaknya kurang diperhatikan. Ayah dan ibu mereka akan berangkat pagi-pagi dan pulang sore hari tanpa memperhatikan kebutuhan-kebutuhan pendidikan anaknya. Seorang anak yang kurang mendapat dukungan dari orang tua cenderung malas belajar, dampaknya adalah kurang maksimalnya prestasi yang diraih. Dalam proses belajar mengajar, motivasi merupakan salah satu faktor yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Siswa yang motivasinya rendah akan memperoleh hasil belajar yang kurang, malas mengikuti pembelajaran bahkan ada yang sampai tidak masuk sekolah.
2. Keadaan Yang diinginkan
Dengan meningkatnya motivasi siswa diharapkan meningkatnya prestasi belajar. Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Hawley (Yusuf 1993 : 14) menyatakan bahwa para siswa yang memiliki motivasi tinggi, belajarnya lebih baik dibandingkan dengan siswa yang motivasi belajarnya rendah. Hal ini dapat dipahami, karena siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara kontinu tanpa mengenal putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar yang dilakukannya.Prayitno (dalam Sardiman, 1988) mengatakan bahwa fungsi dari motivasi dalam Proses Belajar Mengajar adalah :Menyediakan kondisi yang optimal bagi terjadinya belajar.Menguatkan semangat belajar siswa.Menimbulkan atau menggugah minat siswa agar mau belajar.Mengikat perhatian siswa agar mau dan menemukan serta memilih jalan/ tingkah laku yang sesuai untuk mencapai tujuan belajar maupun tujuan hidup jangka panjang. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, cenderung menunjukkan semangat dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran, mereka biasanya kelihatan lebih menaruh perhatian bersungguh-sungguh dalam belajar dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas.
B. Permasalahan1. Identifikasi Masalah
Berorientasi pada fungsi dan tujuan pendidikan Nasional tersebut, maka sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan (formal), mempunyai misi dan tugas yang cukup berat. Selanjutnya dikatakan bahwa sekolah berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam arti menumbuhkan, memotivasi dan mengembangkan nilai-nilai budaya yang
![Page 2: Bab iii](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082619/58d003151a28abfc0a8b6917/html5/thumbnails/2.jpg)
mencakup etika, logika, estetika, dan praktika, sehingga tercipta manusia yang utuh dan berakar pada budaya bangsa (Sumidjo, 1999 : 71).
Tercapainya tujuan pendidikan tadi, akan ditentukan oleh berbagai unsur yang menunjangnya. Makmun (1996 : 3-4) menyatakan tentang unsur-unsur yang terdapat dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) yaitu :”(1) Siswa, dengan segala karakteristiknya yang berusaha untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui kegiatan belajar, (2) tujuan, ialah sesuatu yang diharapkan setelah adanya kegiatan belajar mengajar, (3) guru, selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga memungkinkan bagi terjadinya proses belajar.”
Dari pendapat tersebut tersirat bahwa dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari peran guru sebagai pihak yang mengajar dan membimbing siswa. Hal ini mengimplikasikan bahwa Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa yang didasari oleh hubungan yang bersifat mendidik dalam rangka pencapaian tujuan (Surakhmad, 1994 : 52).
Dalam proses belajar mengajar, motivasi merupakan salah satu faktor yang diduga besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Siswa yang motivasinya tinggi diduga akan memperoleh hasil belajar yang baik. Pentingnya motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan belajar ke arah yang lebih positif. Pandangan ini sesuai dengan Pendapat Hawley (Prayitno, 1989:3) : “Siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar melakukan kegiatan lebih banyak dan lebih cepat, dibandingkan dengan siswa yang kurang termotivasi dalam belajar. Prestasi yang diraih akan lebih baik apabila mempunyai motivasi yang tinggi.”
Berdasarkan uraian tersebut dapat diidentifikasi hal-hal sebagai berikut:
Guru Kurang mampu memahami karakteristik siswa
Guru kurang memahami latar belakang ekonomi keluarga siswa
Guru belum bisamemotivasi siswa
2. Perumusan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah dengan meningkatnya motivasi dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar?
2. Apakah dengan meningkatnya motivasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa ?
![Page 3: Bab iii](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082619/58d003151a28abfc0a8b6917/html5/thumbnails/3.jpg)
C. Analisa dan Pemecahan Masalah 1. Analisa Masalah
Aspek motivasi dalam keseluruhan proses belajar mengajar sangat penting, karena motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Motivasi dapat memberikan semangat kepada siswa dalam kegiatan-kegiatan belajarnya dan memberi petunjuk atas perbuatan yang dilakukannya.Siswa yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajarnya menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar. motivasi menentukan tingkat berrhasil tidaknya kegiatan belajar siswa. Motivasi menjadi salah satu faktor yang menentukan belajar yang efektif.Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didiknya. Sebagai seorang motivator, guru adalah psikolog yang diharapkan mampu menyelami psikologi anak didiknya, sehingga mengetahui kondisi lahir batinnya. Dan dari pengetahuan ini, seorang guru akan mencari model motivasi yang cocok bagi anak didiknya. Menurut Oemar Hamalik (2008), memotivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena berfungsi mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip motivasi belajar sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip belajar itu sendiri
2. Pemecahan MasalahMengingat demikian pentingnya peranan motivasi bagi siswa dalam belajar, maka guru
diharapkan dapat membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa-siswanya. Agar
siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka siswa harus memiliki motivasi belajar
yang tinggi, namun pada kenyataannya tidak semua siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi
dalam belajar. Di sekolah tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Untuk
membantu siswa yang memiliki motivasi belajar rendah perlu dilakukan suatu upaya dari guru
agar siswa yang bersangkutan untuk dapat meningkatkan motivasi belajarnya
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan
perilaku manusia, termasuk siswa. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilakusiswa.
Ada tiga komponen dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi
ekstrinsik, diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun belajar. Ada beberapa
upaya motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik
di kelas, menurut A.M. Sardiman (2005:92-94), sebagai berikut:
Memberi Angka
![Page 4: Bab iii](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082619/58d003151a28abfc0a8b6917/html5/thumbnails/4.jpg)
Angka adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka
merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk
mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka di masa
mendatang. Angka ini biasanya terdapat dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran
yang diprogramkan dalam kurikulum.
Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau
kenang-kenangan. Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi.
Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi tinggi, ranking satu, dua, atau
tiga dari anak didik lainnya. Pemberian hadiah bisa juga diberikan dalam bentuk
beasiswa atau dalam bentuk lain seperti alat tulis. Dengan cara itu anak didik akan
termotivasi untuk belajar guna mempertahankan prestasi belajar yang telah mereka capai.
Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong
anak didik agar mereka bergairah dalam belajar. Persaingan, baik dalam bentuk individu
maupun kelompok diperlukan dalam pendidikan. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk
menjadikan proses interaksi belajar mengajar yang kondusif. Bila iklim belajar yang
kondusif terbentuk, maka setiap anak didik telah terlihat dalam kompetisi untuk
menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Selanjutnya, setiap anak didik sebagai
individu melibatkan diri mereka mesing-masing ke dalam aktivitas belajar.
Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan
harga diri sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan
berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga
harga dirinya. Siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
Memberi Ulangan
Anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk
menghadapi ulangan. Namun demikian, ulangan tidak selamanya dapat digunakan
sebagai alat motivasi. Ulangan yang guru lakukan setiap hari dengan tidak terprogram,
![Page 5: Bab iii](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082619/58d003151a28abfc0a8b6917/html5/thumbnails/5.jpg)
akan membosankan anak didik. Oleh karena itu, ulangan akan menjadi alat motivasi bila
dilakukan secara akurat dengan teknik dan strategi yang sistematis.
Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan mengetahui hasil,
anak didik terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi bila hasil belajar itu mangalami kemajuan,
anak didik berusaha untuk mempertahankannya atau bahkan meningkatkan intensitas belajarnya
guna mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik di kemudian hari atau pada semester atau
catur wulan berikutnya.
Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi.
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.
Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan anak didik dalam mengerjakan
pekerjaan di sekolah. Pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau
bertentangan sama sekali dengan hasil kerja anak didik. Dengan begitu anak didik tidak antipati
terhadap guru, tetapi merupakan figur yang disenangi dan dikagumi.
Hukuman
Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat
dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. Hukuman akan merupakan alat
motivasi bila dilakukan dengan pendekatan edukatif, bukan karena dendam. Pendekatan edukatif
dimaksud di sini sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan
perbuatan anak didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak
didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran. Minimal mengurangi frekuensi pelanggaran.
Akan lebih baik bila anak didik berhenti melakukannya di hari mendatang. Oleh karena itu,
hukuman hanya diberikan oleh guru dalam konteks mendidik seperti memberikan hukuman
berupa membersihkan kelas, menyiangi rumput di halaman sekolah, membuat resume atau
ringkasan, atau apa saja dengan tujuan mendidik.
Hasrat untuk Belajar
![Page 6: Bab iii](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082619/58d003151a28abfc0a8b6917/html5/thumbnails/6.jpg)
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini
akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala kegiatan tanpa maksud. Hasrat untuk belajar
berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah pasti
hasilnya akan lebih baik daripada anak didik yang tidak berhasrat untuk belajar. Diakui, hasrat
untuk belajar adalah gejala psikologis yang tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan
kebutuhan anak didik untuk mengetahui sesuatu dari objek yang akan dipelajarinya. Kebutuhan
itulah yang menjadi dasar aktivitas anak didik dalam belajar. Tidak ada kebutuhan berarti tidak
ada hasrat untuk belajar. Itu sama saja tidak ada minat untuk belajar.
Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu
sacara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin
kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Tujuan yang Diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak didik merupakan alat motivasi
yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak sangat
berguna dan menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untuk terus belajar
Dari pemaparan diatas, jika diterapkan secara optimal akan meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar .
![Page 7: Bab iii](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082619/58d003151a28abfc0a8b6917/html5/thumbnails/7.jpg)
3.
![Page 8: Bab iii](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082619/58d003151a28abfc0a8b6917/html5/thumbnails/8.jpg)
4.