bab iii

12
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kriteria penilaian penjaminan sanitasi dan hygiene transportasi telur dan tempat penjualan telur di pasar oesapa: 1. Proses Pengangkutan Proses pengangkutan telur dari tempat distributor menuju ke tempat penjualan di pasar oeba dengan menggunakan mobil pick up Selama proses pengangkutan sampai tiba ditempat penjualan kurang lebih terdapat telur yang rusak selama proses pengangkutan. Penyususnan telur pada mobil yaitu setiap 2 ikatan terdapat terdapat 12 rak telur, dimana rak-rak tersebut dilapisi tripek. Hal ini bertujuan untuk mencegah telur agar tidak pecah. 2. Proses penjualan di Tempat Penjualan: Tempat penjualan telur di pasar oeba, letaknya tidak jauh dari RPH babi Kebersihan atau sanitasi dari penjual kurang diperhatikan dimana penjual hanya menggunakan pakaian biasa dan tidak ada sarana untuk mencuci tangan di tempat penjualan.

Upload: ervin

Post on 13-Jul-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hdcigsdbckhs

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Kriteria penilaian penjaminan sanitasi dan hygiene transportasi telur dan tempat penjualan

telur di pasar oesapa:

1. Proses Pengangkutan

Proses pengangkutan telur dari tempat distributor menuju ke tempat penjualan

di pasar oeba dengan menggunakan mobil pick up

Selama proses pengangkutan sampai tiba ditempat penjualan kurang lebih

terdapat telur yang rusak selama proses pengangkutan.

Penyususnan telur pada mobil yaitu setiap 2 ikatan terdapat terdapat 12 rak

telur, dimana rak-rak tersebut dilapisi tripek. Hal ini bertujuan untuk

mencegah telur agar tidak pecah.

2. Proses penjualan di Tempat Penjualan:

Tempat penjualan telur di pasar oeba, letaknya tidak jauh dari RPH babi

Kebersihan atau sanitasi dari penjual kurang diperhatikan dimana penjual

hanya menggunakan pakaian biasa dan tidak ada sarana untuk mencuci tangan

di tempat penjualan.

Tempat penjualan telur ditutupi dengan menggunakan terpal, hal ini bertujuan

agar cahaya matahari tidak langsung terkena pada telur.

Masa penyimpanan telur untuk dijual tidak lebih dari 15 hari. Setelah 15 hari

telur yang masih bagus dan layak dijual tetap akan dijual sedangkan telur yang

sudah rusak akan segera dibuang.

Selama proses penjualan telur, penjual tidak melakukan penyotiran terhadap

telur.

Selama proses penjualan juga terlihat adanya telur yang retak dan pecah serta

keluarnya komponen telur sehingga mengakibatkan kontaminasi pada telur

dirak yang berada di bawah.

Page 2: BAB III

Terdapat serangga pengganggu seperti lalat yang terlihat disekitar tempat

penjualan yang diakibatkan karena ada telur yang pecah, sehingga

mengundang banyak lalat.

Tempat untuk menyimpan telur atau tempat penyimpana telur berdekatan

dengan hewan peliharaan penjual yaitu ayam kampung.

Disekitar tempat penjualan, terdapat banyaknya telur yang pecah disekitar

area penjualan yang tidak dibersihkan.

Disekitar tempat penjualan, khusunya area dibawah atau di kolong meja

penjualan terdapat banyak sampah yang tidak dibersihkan seperti bekas rak

telur yang tidak dipakai maupun sampah – sampah lainnya.

4.2 Pembahasan

4.2.1. proses pengangkutan telur

Transportasi atau tindakan pengangkutan telur dari peternak telur kepada pedagang telur

di Pasar Puger dengan menggunakan mobil pick Dalam proses pengangkutan telur dari

distributor telur kepada pedagang telur di Pasar Oeba masih belum mendapatkan perhatian penuh

mengenai sarana yakni alat angkut yang digunakan untuk mengangkut telur dari peternak telur

kepada pedagang telur di Pasar Oeba dapat dikatakan tidak memenuhi hygienitas dan sanitaizer.

Hal ini ditunjukkan dari penggunaan egg tray yang tidak diganti dari penurunan di distributor ke

pedagang. Egg tray yang digunakan umumnya berasal dari peternakan tempat telur itu

diambil.egg tray tersebut akan digunakan sampai ke tangan penjual dan akan ditukar Egg tray

dengan pada pengambilan sebelumnya. Hal ini kritis sebagai media pembawa mikroorganisme.

Sebaiknya dalam pengangkutan menggunakan peti telur terbuat dari bahan plastik karena

mudah untuk dibersihkan dan didisinfeksi. Dalam penerapan biosekuriti di disttributor, semua

bahan/benda yang memungkinkan membawa masuknya mikroorganisme patogen harus

dikendalikan (Soeroso, komunikasi pribadi, 14 Juli 2007).

Dalam proses pengangkutan telur, pedagang telur di Pasar oeba tidak memperhatikan

aspek keamanan, dalam hal ini alat angkut menggunakan egg tray masih dapat menyebabkan

Page 3: BAB III

adanya telur yang pecah atau rusak sehingga dalam proses pengangkutan telur tersebut

dimungkinkan untuk terjadinya kontaminasi mikroorganisme yang berasal dari kotoran (feses)

ayam yang masuk ke dalam telur yang pecah atau retak tersebut (Syamsir, Elvira, 2010).

3.2 Proses Penyimpanan Telur dipasar oeba

Tindakan penyimpanan telur yang dilakukan oleh pedagang telur di Pasar oeba masih

belum baik. Pedagang telur di Pasar oeba umumnya menyimpan telur – telur yang akan dijual di

atas meja yang beralaskan kertas atau plastik dan ada juga yang menyimpannya di wadah palstik.

Sedangkan telur – telur yang belum dipajang di atas meja umumnya disimpan dalam egg tray

kemudian menutupnya dengan terpal.

Selain itu, tindakan penyimpanan telur dengan peletakan telur yang benar masih belum

dilakukan dengan baik oleh pedagang telur di Pasar oeba. Tata cara peletakan telur dalam

tindakan menyimpan telur sangat mempengaruhi keberhasilan upaya hygiene sanitasi telur.

Sebagian besar pedagang telur di Pasar oeba meletakkan telur yang akan dipasarkan pada dalam

posisi yang salah dimana dalam hal ini telur yang disimpan diletakkan dengan bagian ujung yang

tumpul berada di sebelah bawah dan bagian yang lancip di bagian sebelah atas. Padahal, tindakan

penyimpanan telur yang salah dapat menyebabkan terjadinya infeksi Salmonella pada telur-telur

yang akan dipasarkan (Syamsir, Elvira, 2010).

3.3 Penyajian dan Pengemasan Telur

Tindakan penyajian dan pengemasan yang dilakukan pedagang telur di Pasar Oeba pada

umumnya hanya menggunakan kantong plastik bila pembelian telur perbiji Apabila pembeli

yang melakukan yang banyak misalnya ½ atau 1 egg tray baru menggunakan egg tray. Hal itu

menandakan bahwa pedagang masih kurang menaruh perhatian terhadap keamanan telur dalam

proses penyajian atau pengemasannya. Seharusnya pedagang juga memperhatikan hal tersebut

karena bila dalam perjalanan konsumen telur yang dibawa retak atau pecah karena

pengemasannya tidak aman maka akan membuat telur mudah terkontaminasi dengan

mikroorganisme (Syamsir, Elvira, 2010).

Oleh karena itu, dalam tindakan penyajian dan pengemasan telur kepada konsumen, para

pedagang telur di Pasar Oeba harus dapat memilih dan menggunakan alat kemas yang hygienis

Page 4: BAB III

dari segala sumber cemaran sebelum dan sesudah digunakan yang bertujuan untuk menjaga

keamanan dan kehygienisan telur dimana telur tidak akan pecah atau retak sehingga dapat

terhindar dari kontaminasi mikroorganisme yang masuk ke dalam telur melalui kulit telur yang

pecah atau retak tersebut. Oleh karena itu, adanya upaya penyajian dan pengemasan yang baik

dapat mempertahankan mutu telur selama proses pemasaran berlangsung yang dimulai dari

peternak ke pedagang, dari daerah produsen ke daerah konsumen, dan dari grosir ke para

pengecer hingga konsumen rumah tangga (Syamsir, Elvira, 2010).

Pedagang tidak melakukan penyotiran terhadap telur. Penyortiran dilakukan dengan

tujuan memisahkan telur retak, telur kotor dengan telur yang bersih. Penyortiran akan lebih baik

jika dilakukan dengan uji teropong sehingga dapat ditentukan kualitas telur dan dapat

memisahkan antara telur lama dan telur baru. Namun disediakan lampu untuk uji teropong

sehingga edukasi terhadap pembeli sangat penting. Pedagang juga masih menjual telur yang

retak maupun pecah hal ini perlu ada standar operasi yang jelas agar tidak bolehnya penjualan

telur yang retak dan pecah untuk menghindari terjadinya foodborne disease terhadap konsumen.

Pedagang telur di Pasar Oeba tidak melakukan pembersihan terhadap telur. Menurut

PCFS (1999), sebaiknya saat pengumpulan telur, telur yang utuh dan baik dikumpulkan dengan

menggunakan baki telur plastik yang dipisahkan dengan telur yang retak (kotor). Hal ini

dilakukan untuk mencegah telur baik terkontaminasi agen patogen yang mungkin terdapat pada

telur kotor/retak perlakuan untuk telur yang kotor adalah dengan cara dilap, tanpa dicuci terlebih

dahulu. Hal ini dilakukan agar telur tersebut bersih tanpa menghilangkan lapisan kutikulanya.

Kutikula adalah lapisan lilin yang menyelimuti cangkang luar telur yang berfungsi mencegah

mikroorganisme patogen menembus pori-pori telur.

3.4 Lokasi penjualan

Area komplek Pasar oeba terletak tidak terlalu jauh dari pemukiman warga disekitar

tempat penjualan banyak sekali hewan peliharaan pedagang yaitu ayam kampung dan lokasi

dekat dengan RPH babi .Kondisi halaman cukup baik, tempat sampah dalam kondisi yang buruk.

Bahkan Disekitar tempat penjualan, khusunya area dibawah atau di kolong meja penjualan

terdapat banyak sampah yang tidak dibersihkan seperti bekas rak telur yang tidak dipakai

Page 5: BAB III

maupun sampah – sampah lainnya. Sampah dapat mencemari telur. Tempat sampah sebaiknya

tertutup dan dalam kondisi terawat baik.

Keterangan gambar

No Gambar Keterangan

1. Proses pengangkutan menggunakan mobil

pick up

2. Penyusunan telur pada mobil agar tidak

pecah dengan setiap 2 rak (12 lapis) dilapisi

dengan triplek, namun pada bagian atas 3

rak(18 lapis)

3. Tempat penyimpanan dan penjualan pada

pasar oeba

4. Sanitasi penjual hanya menggunakan

pakaian biasa, tidak ada akses untuk cuci

tangan.

Page 6: BAB III

5. Proses penjualan telur, penjual tidak

melakukan penyotiran terhadap telur,

dengan terlihat telur yang pecah dan

keluarnya komponen telur mengakibat kan

kontaminasi pada telur di rak yang berada

bawahnya, pecahnya telur mengundang

lalat.

6. Penyimpanan telur berdekatan dengan

hewan peliharaan pemilik yaitu ayam

kampung

7. Terdapat banyaknya telur yang pecah di

bawah tidak dibersihkan

Page 7: BAB III

8. Kebersihan dibawah tempat menyimpan

sangat banyak sampah.

9. Tempat penyimpanan ditutupi terpal agar

terhindar dari cahaya matahari.

DAFTAR PUSTAKA

[Dit Kesmavet] Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner. 2006. Buku Pedoman

Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan. Jakarta: Direktorat Kesehatan

Masyarakat Veteriner, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian.

[FAO] Food and Agricultural Organization. 1990. Veterinary public health reports:

guiding principles for planning, organization and management of veterinary public health

programmes. Rome: WHO/FAO Collaborating Centre for Research and Training in Veterinary

Public Health.

Grimes T. 2001. Biosecurity in egg industry. Rural Industries Research and Development

Corporation 1 (102) [terhubung berkala]. http://www.rirdc.gov.au [7 Jul 2007].

Marriott NG. 1999. Principles of Food Sanitation. Gaithersburg: Aspen.

McSwane D, Rue N, Linton R. 2000. Essentials of Food Safety and Sanitation. 2nd

Edition. Upper Saddle River: Prentice Hall.

Page 8: BAB III

Meslin F, Stohr K, Heyman D. 2001. Public health implications of emerging zoonoses.

Rev. Sci. Tech. Off. Int. Epiz. 19: 310-317.

Minnesota Food Code Fact Sheet. 2003. Handwashing.

http://www.health.stae.mn.us/divs/eh/food/foodcode/handwash.html. [12 Maret 2003]

Payne JB, Kroger EC, Watkins SE. 2002. Evaluation of litter treatments on Salmonella

recovery from poultry litter. J. Appl. Poult. Res. 11: 239-243. [PCFS] President's Council on

Food Safety. 1999. Egg safety. [terhubung berkala]. http://www.foodsafety.gov/~fsg/ceggs.html

[7 Juli 2007].

Stanton N. 2004. Biosecurity trifold. Maryland Department of Agriculture News 1 (1).

[terhubung berkala]. http://www.aphis.usda.gov/vs.html.

Sudaryani. 1996. Kualitas Telur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Susilo W. 2003. Audit Mutu Internal. Jakarta: Vorqistatama Binamega Tim Penyusun

Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

[USDAFSIS] U.S. Department of Agriculture, Food Safety and Inspection Service. 2003.

Progress report on Salmonella testing of raw meat and poultry products. Washington DC: U.S.

Department of Agriculture, Food Safety and Inspection Service. [terhubung berkala]

http://www.fsis.usda.gov/OPHS/haccp/salm5year.htm. [ 17 April 2005].

[WHO] World Health Organization. 1975. The veterinary contribution to public health

practice. . Geneva: FAO/WHO Technical Report Series #573 [WHO]. 1999. Future trends in

veterinary public health. Geneva: WHO Study Group.

Winarno FG. 2004. GMP Cara Pengolahan Pangan yang Baik. Bogor: M-Brio

file:///E:/SEMESTER%206/kesmavet/kesmavet/HYGIENE%20SANITASI%20TELUR%20DI

%20PETERNAK%20TELUR%20DI%20MOJOSARI%20DAN%20PEDAGANG%20TELUR

%20DI%20PASAR%20PUGER%20KABUPATEN%20JE.html.