bab iii
DESCRIPTION
HepatitisTRANSCRIPT
BAB 3
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hepatitis B
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Demografi
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling
sering pada bayi dan anak (25 -45,9 %) resiko untuk menjadi
kronis, menurun dengan bertambahnya umur dimana pada anak
bayi 90 % akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23 -46 %
dan pada orang dewasa 3-10% (Anderson, 2005).
Hal ini berkaitan dengan terbentuk antibodi dalam jumlah
cukup untuk menjamin terhindar dari hepatitis kronis. Berdasarkan
sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B dibanding
pria. Mekanisme pertahanan tubuh.Bayi baru lahir atau bayi 2
bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi hepatitis B,
terutama pada bayi yang sering terinfeksi hepatitis B, terutama
pada bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B. Hal ini
karena sistem imun belum berkembang sempurna (Andri, 2010).
Pada saat ini diduga diperkirakan terdapat kira – kira 350 juta
orang pengidap (carier) HbsAG dan 220 juta (78%) diantaranya
terdapat di Asia dan kepulauan pasifik termasuk Indonesia. Virus
Hepatitis B dapat hidup dilingkungan yang lembab dan jarang
terkena sinar matahari. Virus hepatitis B mudah menular didaerah
dengan sanitasi lingkungan yang buruk (Andri, 2010).
3.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengeluhkan suhu tubuh tinggi dan nyeri perut kanan
atas (Anderson, 2005).
2. Riwayat penyakit sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual
muntah, demam, nyeri perut kanan atas (Anderson, 2005).
9
10
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien yang pernah terinfeksi virus hepatitis B pada masa
lalu akan menjadi pembawa (carier). Jika pasien sudah
dinyatakan sembuh, virus masih ada didalam tubuh penderita
selama 6 bulan. Maka harus diperiksa secara berkala
(Anderson, 2005).
4. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit hepatitis tidak diturunkan, tetapi seseorang dengan
keluarga yang mengidap penyakit hepatitis B maka akan
berpotensi lebih besar mengidap penyakit hepatitis. Dan akan
lebih beresiko jika tinggal satu rumah dan sanitasi lingkungan
buruk (Anderson, 2005).
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan menurut Anderson (2005)
adalah :
1. Review Of Sistem (ROS)
a. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak
menyeringai kesakitan, konjungtiva anemis, Suhu badan
tinggi antara 38,5o C
b. Sistem respirasi : frekuensi pernafasan normal, tidak ada
gangguan pada pola nafas.
c. Sistem kardiovaskuler : Tekanan darah normal , tidak ada
pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.
d. Sistem urogenital : Urine berwarna gelap
e. Sistem muskuloskeletal : kelemahan disebabkan tidak
adekuatnya nutrisi (anoreksia)
f. Abdomen :
1) Inspeksi : Abdomen mengalami asites
2) Auskultasi : Bising usus (+) pada lokasi asites
3) Palpasi : Pada hepar teraba keras
4) Perkusi : Hypertimpani
11
2. Pengkajian fungsional Gordon
Pengkajian fungsional Gordon yang dapat ditemukan pada
penderita hepatitis menurut Carpenito (2009) adalah :
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien dengan ketidaktahuan mengenai penyebaran
virus hepatitis B akan mudah untuk terinfeksi virus,
karena penyebaran virus hepatitis melalui cairan tubuh.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Pasien dengan hepatitis B biasanya tidak nafsu
makan, porsi makan tidak habis, disebabkan mual
muntah .
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc.
c. Pola eliminasi
BAK : urine warna gelap,encer seperti teh
BAB : Diare feses warna tanah liat
d. Pola aktivitas dan latihan
Pasien dengan hepatitis B kebanyakan tidak bisa
melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah
terkulai di atas tempat tidur, lelah ,malaise dan
membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya,
e. Pola istirahat tidur
Pasien dengan hepatitis B tidak bisa istirahat total
seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia,
atralgia, sakit kepala dan puritus.
f. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dengan hepatitis B dapat berhubungan dengan
orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien
malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
g. Pola reproduksi / seksual
Pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terinfeksi
(contoh homoseksual aktif/biseksual pada wanita).
12
h. Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu
memegangi perutnya dan merasa kesakitan.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Intoleran aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme sekurder terhadap infeksi hepatitis (Carpenito, 2009).
3.3 Intervensi dan Implementasi
Intervensi dan implementasi pada penderita hepatitis menurut
Doenges (2002) adalah :
1. Tingkatkan tirah baring atau duduk, berikan lingkungan tenang; batasi
pengunjung sesuai keperluan
Rasional : Meningkatkan instirahat dan ketenangan
2. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik
Rasional : meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan
tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan
jaringan.
3. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi bantu untuk melakukan latihan
rentang gerak sendi pasif atau aktif
Rasional : tirah baring lama dapat penurunkan kemampuan. Ini dapat
terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode
istirahat.
4. Dorong penggunaan teknik manajemen stress
Rasional : meningkatkan relaksasi dan penghematan energi,
memusatkan kembali perhatian, dan meningkatkan kopping.
5. Pantau terulangnya anoreksia dan nyeri, tekan pembesaran hati.
Rasional : menunjukan kurangnya resolusi penyakit, memerlukan
istirahat lanjut, dan mengganti program terapi.
6. Berikan antidot atau bantu dalam prosedur sesuai indikasi, tergantung
pada pemajanan.
13
Rasional : membuang agen penyebab pada hepatitis, toxic dapat
membatasi derajat kerusakan jaringan.
7. Berikan obat sesuai indikasi : sedatif, agen anti ansietas
Rasional : membantu dalam manajemen kebutuhan tidur.
8. Pantau kadar enzim hati yakni SGOT & SGPT
Rasional : membantu menentukan kadar aktifitas tepat sebagai
peningkatan premature pada potensial resiko berulang.
9. Pantau kadar penurunan sel darah merah
Rasional : membantu menentukan kadar aktifitas tepat, karena
penurunan sel darah merah menunjukkan adanya kelainan enzim hati.
3.4 Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan SGOT & SGPT
1) Pengertian
SGOT singkatan dari Serum Glutamic Oxaloacetic
Transminase, sebuah enzim yang secara normal berada di hati
dan organ lain. SGOT dikeluarkan dalam darah ketika hati
rusak. Level SGOT darah kemudian dihubungkan dengan
kerusakan sel hati, seperti seranga virus hepatitis. SGOT juga
disebut aspartate aminotransferase (AST) (Joyce, 2007).
SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvat
Transminase atau dinamakan juga dengan sebutan ALT
(Alanine Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak
ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosi
destruksi hepatoseluler (Joyce, 2007).
Enzim GPT sumber utamanya di hati, sedangkan enzim
GOT banyak terdapat pada jaringan terutama jantung, otot
rangka, ginjal dan otak (Cahyono, 2009).
Tujuan
Untuk menggambarkan fungsi hati atau kondisi hati dan
pendeteksian infeksi bahkan kerusakan pada jaringan otot,
jantung bahkan hati (Joyce, 2007).
14
2) Nilai Normal
Nilai normal SGOT & SGPT menurut Joyce (2007) adalah
:
Nilai normal untuk SGOT adalah 25 u/L
Nilai normal untuk SGPT adalah 29 u/L.
3) Masalah Klinis
Masalah klinis yang dapat terjadi jika SGOT & SGPT
meningkat menurut Joyce (2007) adalah :
a) Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis
viral akut, nekrosis hati (toksisitasobat atau kimia)
b) Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear,
hepatitis kronis aktif, sumbatanempedu ekstra hepatik,
sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
c) Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan
hati, sirosis Laennec, sirosisbiliaris.
4) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium menurut Joyce (2007) adalah :
a) Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-
vena dapat menurunkan kadar
b) Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak
sekali tusuk kena dapat meningkatkan kadar
c) Hemolisis sampel
d) Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik
(klindamisin, karbenisilin,eritromisin, gentamisin,
linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin),
narkotika(meperidin/demerol, morfin, kodein),
antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparatdigitalis,
indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam
(Dalmane), propanolol(Inderal), kontrasepsi oral
(progestin-estrogen), lead, heparin.
15
e) Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.
5) Prosedur Pemeriksaan Laboratorium
Prosedur pelaksanaan pemeriksaan menurut Joyce (2007)
adalah :
a) Lokasi pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
SGOT & SGPT adalah melalui pembuluh darah vena.
b) Tabung yang digunakan untuk mengambil sampel darah
pemeriksaan SGOT & SGPT adalah tabung dengan tutup
berwarna merah.
c) Tidak ada pembatasan makanan atau puasa pada
pemeriksaan SGOT & SGPT
d) Penggunaan torniquet diperbolehkan, tetapi tidak boleh
terlalu lama dikarenakan akan menyebabkan lisisnya
sampel darah.
e) Bersihkan area suntikan dengan kapas alkohol
f) Pasang torniquit tetapi jangan terlalu kencang, lalu minta
pasien untuk mengepal dan membuka kepalan tangan
berkali-kali hingga vena jelas terlihat
g) Pemasangan torniquit yang benar adalah ikat 7-10 cm
diatas tempat yang akan ditusuk, sekitar 1 menit.
h) Regangkan kulit diatas vena dengan jari supaya vena tidak
bergerak
i) Tusuk jarum dengan lubang jarum mengarah ke atas
hingga masuk kedalam lumen vena
j) Kendorkan torniquit dan buka kepalan tangan lalu isap
darah secukupnya
k) Taruh kapas alkohol yang diperas hingga kering diatas
tusukan dan cabut jarum
l) Minta kepada pasien untuk menekan kapas tadi selama
beberapa menit atau direkatkan dengan plester
16
m) Angkat jarum dari spuit atau jika memakai tabung vakum
tusuk jarum ketutup tabung dan alirkan darah melalui
dinding tabung
6) Tindakan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan Laboratorium
Tindakan sebelum dan sesudah pemeriksaan laboratorium
menurut Joyce (2007) adalah :
a) Kaji riwayat kesehatan klien, kemungkinan kontak dengan
individu yang menderita Hepatitis.
b) Beritahu klien bahwa hepatitis dapat menyebar di instusi,
seperti pusat perawatan harian, penjara, damn instusi
perawatan mental.
c) Uji Positif
a. Diindikasikan tirah baring dan asupan diet yang bergizi
selama beberapa minggu sesuai tingkat keparahan
hepatitis.
b. Beritahu klien bahwa hygiene perseorangan yang
efektif merupakan tindakan yang sangat penting.
b. Pemeriksaan Sel Darah Merah
1) Pengertian
Pemeriksaan darah lengkap (Complete Blood Count /
CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk
menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat
bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Pada klien
dengan hepatitis pemeriksaan darah yang berguna adalah
pemeriksaan sel darah merah (Joyce, 2007).
Tujuan
Mengetahui jumlah penurunan sel darah merah karena
jumlah penurunan, berbanding lurus dengan gangguan enzim
hati (Joyce, 2007).
2) Nilai Normal
Nilai normal eritrosit menurut Joyce (2007) adalah :
Pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah
17
Wanita berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah
3) Masalah Klinis
Penurunan sel darah merah kurang dari nilai normal
menunjukkan adanya ganguan pada enzim hati, dan gangguan
pada enzim hati mengindikasikan adanya gangguan pada hepar
(Joyce, 2007).
4) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Faktor yang mempengaruhi hasil menurut Joyce (2007)
adalah :
a) Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-
vena dapat menurunkan kadar
b) Hemolisis sampel
6) Prosedur Pemeriksaan Laboratorium
Prosedur pemeriksaan laboratorium menurut Joyce (2007)
adalah :
a) Pemeriksaan darah lengkap menggunakan tabung yang
menggandung EDTA yakni tabung dengan tutup berwarna
ungu atau lavender.
b) Tidak ada pembatasan makanan atau puasa pada
pemeriksaan SGOT & SGPT
c) Penggunaan torniquet diperbolehkan, tetapi tidak boleh
terlalu lama dikarenakan akan menyebabkan lisisnya
sampel darah
d) Bersihkan area suntikan dengan kapas alkohol
e) Pasang torniquit tetapi jangan terlalu kencang, lalu minta
pasien untuk mengepal dan membuka kepalan tangan
berkali-kali hingga vena jelas terlihat
f) Pemasangan torniquet yang benar adalah ikat 7-10 cm
diatas tempat yang akan ditusuk, sekitar 1 menit.
g) Regangkan kulit diatas vena dengan jari supaya vena tidak
bergerak
18
h) Tusuk jarum dengan lubang jarum mengarah ke atas
hingga masuk kedalam lumen vena
i) Kendorkan torniquit dan buka kepalan tangan lalu isap
darah secukupnya
j) Taruh kapas alkohol yang diperas hingga kering diatas
tusukan dan cabut jarum
k) Minta kepada pasien untuk menekan kapas tadi selama
beberapa menit atau direkatkan dengan plester.
l) Angkat jarum dari spuit atau jika memakai tabung vakum
tusuk jarum ketutup tabung dan alirkan darah melalui
dinding tabung
7) Tindakan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan Laboratorium
Tindakan sebelum dan sesudah pemeriksaan laboratorium
Joyce (2007) adalah :
a) Kaji riwayat kesehatan klien, kemungkinan kontak dengan
individu yang menderita Hepatitis.
b) Beritahu klien bahwa hepatitis dapat menyebar di instusi,
seperti pusat perawatan harian, penjara, dan instusi
perawatan mental.
c) Jika sel darah merah menunjukkan nilai dibawah normal
maka terjadi gangguan pada enzim hati, dan
mengindikasikan pasien menderita gangguan hepar. Maka
Diindikasikan tirah baring dan asupan diet yang bergizi
selama beberapa minggu sesuai tingkat keparahan
hepatitis.
3.5 Evaluasi
1. Nilai normal SGOT & SGPT menurut Joyce (2007) adalah :
a. Nilai normal untuk SGOT adalah 25 u/L
b. Nilai normal untuk SGPT adalah 29 u/L
2. Nilai normal eritrosit menurut Joyce (2007) adalah :
a. Pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah
b. Wanita berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah