bab iii

59
BAB I PENDAHULUAN Sensasi anxietas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Anxietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama. Anxietas yang patologik biasanya merupakan kondisi yang melampaui batas normal terhadap satu ancaman yang sungguh-sungguh dan maladaptif. Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal. Anxietas normal sebenarnya suatu hal yang sehat karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan anxietas juga dapat bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang. 1

Upload: ranty-femilya-utami

Post on 16-Feb-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ansietas

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III

BAB I

PENDAHULUAN

Sensasi anxietas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut

ditandai oleh ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala

otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Anxietas

merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi

emosi. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervariasi,

pada setiap orang tidak sama. Anxietas yang patologik biasanya merupakan kondisi yang

melampaui batas normal terhadap satu ancaman yang sungguh-sungguh dan maladaptif.

Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik,

dapat sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal.

Anxietas normal sebenarnya suatu hal yang sehat karena merupakan tanda bahaya

tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan anxietas

juga dapat bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian,

merasa cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang.

Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi ansietas diantaranya gangguan panik

dengan atau tanpa agoraphobia, agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik, fobia

spesifik dan sosial, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pascatrauma, gangguan

stress akut, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan ansietas akibat keadaan medis

umum, gangguan ansietas yang diinduksi zat, dan gangguan ansietas yang tidak

tergolongkan. Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III ansietas diantaranya gangguan anxietas fobik,

gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, gangguan campuran anxietas dan

depresi, gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan stress pasca trauma.

Angka prevalensi untuk gangguan anxietas menyeluruh 3-8% dan rasio antara

perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Pasien gangguan anxietas menyeluruh sering

1

Page 2: BAB III

mengalami komorbiditas dengan gangguan mental lainnya seperti Gangguan Panik,

Gangguan Obsesif Kompulsif, Gangguan Stres Pasca Trauma, dan Gangguan Depresi

Berat.

2

Page 3: BAB III

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. B

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 40 tahun

Status Perkawinan : Menikah

Bangsa : Indonesia

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tani

Alamat : Muaro Sebu, Muaro Jambi.

IDENTITAS DARI ALLOANAMNESIS :

Nama : Tn. M

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 43 tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Tani

Alamat : Muaro Sebu, Muaro Jambi

Hubungan dengan pasien : Suami

Keakraban dengan pasien : Akrab

Kesan pemeriksaan/ dokter terhadap keterangan yang diberikan : Dapat dipercaya

3

Page 4: BAB III

I. Anamnesis

Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari :

Pasien dan informan (alloanamnesis/suami pasien)

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan :

Sendiri

2. Keluhan utama :

Os merasa cemas

Os susah tidur sejak ±1 bulan yang lalu

3. RPS/RPP:

Keluhan dan gejala :

Sejak sebulan yang lalu Os merasa cemas, gelisah, jantung berdebar-

debar, dan takut mati. Perasaan cemas dirasakan sepanjang hari dan semakin

meningkat terutama saat malam hari menjelang tidur. Perasaan cemas yang

seperti ini baru pertama kali dirasakan oleh Os. Os mengaku susah tidur.

Selama 2 minggu pertama Os susah memulai tidur, Os merasa cemas dan

takut kalau Os tidur keesokan harinya Os tidak bangun lagi, karena itu Os

sehari tidur dan sehari tidak. 1 minggu terakhir Os tidak bisa tidur sama sekali

sampai pagi, meskipun Os telah berusaha memejamkan matanya.

Os susah berkonsentrasi dan fokus pada saat membaca ataupun

menonton televisi, meskipun demikian Os masih tetap bekerja memanen

kelapa sawit di kebun dan melakukan aktifitas rumah tangga seperti biasanya

meskipun agak sedikit terganggu. Nafsu makan dan BB os turun selama sakit,

meskipun nafsu makan Os menurun, Os tetap memaksakan untuk makan

meskipun sedikit dengan memasak makanan yang biasanya Os sukai, tetapi

ini tidak banyak membantu karena tetap saja Os hanya makan 4-5 suap.

Os juga mengeluh sering sakit kepala. Sakit kepala dirasakan seperti

mengikat didaerah kepala belakang, leher dan pundak.

4

Page 5: BAB III

Perasaan seperti ini dirasakan Os setelah kematian sahabat dekat yang

sudah lama dikenalnya. ± satu bulan yang lalu sebelum munculnya gejala

yang dirasakan os, sahabat os yang sama-sama bekerja sebagai pemanen

kelapa sawit meninggal mendadak. Sehari sebelumnya Os dan temannya

masih memanen sawit berdua, dan sahabatnya terlihat sehat dan baik-baik

saja. Malam harinya sahabat Os demam, dan pada saat dibangunkan oleh

suaminya untuk solat subuh, sahabat Os tidak bangun dan telah meninggal

dunia.

Os sempat berobat ke poli syaraf di salah satu rumah sakit swasta di

jambi. Os tidak dirawat dan hanya diberikan obat, salah satunya diberikan

obat tidur. Os bias tidur dengan mengkonsumsi obat, dan jika Os tidak

mengkonsumsi obat tidurnya, Os tidak bisa tidur sama sekali. Os merasa

keluhannya semakin lama semakin memburuk oleh karena itu Os memutuskan

untuk memeriksakan kesehatannya ke RSJ.

4. Hendaya/disfungsi dalam hubungan sosial, pekerjaan dan penggunaan

waktu senggangnya.

Os melakukan aktivitas keseharian seperti biasanya meskipun agak sedikit

terganggu. Os mudah bergaul dengan orang-orang disekitarnya baik keluarga

maupun teman-temannya.

5. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat psikiatrik :

Os tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.

Riwayat medis :

Riwayat trauma kepala (-), DM (-), kejang (-), hipertensi (-).

Riwayat penggunaan alkohol dan zat lain :

Penggunaan zat (-) alkohol (-).

5

Page 6: BAB III

6. Riwayat Keluarga

6.1. Faktor keturunan (genetik) :

Tidak ada riwayat kelurga.

Dikelurga os tidak ada yang mengalami gangguan jiwa maupun yang

mengalami gangguan seperti yang sekarang Os alami.

6.2. Penggunaan Alkohol : Tidak ada riwayat keluarga.

6.3. Perilaku antisosial : Tidak ada riwayat keluarga

6.4. Kepribadian keluarga,

Ayah : baik (+), perhatian (+), tegas (+)

Ibu : penurut (+), perhatian (+), perhatian (+), penyabar (+)

Saudara laki-laki : baik (+), perhatian (+), tegas (+)

Saudara perempuan : penurut (+) , perhatian (+), penyabar (+)

6.5. Urutan saudara dan usiannya : os. merupakan anak pertama.

Os bersaudara 3 orang, Os anak pertama

Keterangan :

: laki – laki

: perempuan : pasien

6

Page 7: BAB III

7. Riwayat Pribadi

Riwayat prenatal dan perinatal

Pasien lahir setelah dikandung selama 9 bulan, merupakan kehamilan

yang diharapkan dan direncanakan, lahir spontan dibantu oleh dukun dan

tidak ada penyulit dalam proses kehamilan atau persalinan. Pasien lahir

dengan berat badan cukup dan tidak memiliki kelainan fisik.

Masa kanak-kanak awal ( kelahiran sampai usia 3 tahun )

a. Kebiasaan makan dan minum

Tidak diketahui dengan pasti oleh pasien karena kedua orangtuanya sudah

meninggal. Sepengetahuan pasien, ibunya tetap memberikan ASI disela

kesibukannya.

b. Perkembangan awal

Sepengetahuan pasien, secara umum kesehatan pasien baik, pertumbuhan

dan perkembangan tampak normal seperti anak lainnya.

c. Toilet training

Tidak diketahui bagaimana toilet traning diajarkan oleh ibunya.

d. Gejala-gejala dari gangguan perilaku

Tidak ada.

e. Kepribadian dan temperamen

Os termasuk anak yang aktif dan tidak rewel.

Masa kanak-kanak menengah ( usia 3 – 11 tahun )

Pertumbuhan dan perkembangan Os sama seperti anak seusianya. Os

merupakan anak yang aktif, mudah bergaul dan sedikit pemalu, Os memiliki

banyak teman dan bisa bergaul dengan baik dengan teman sebaya di

lingkungan sekitar rumahnya.

Os mulai masuk Sekolah Dasar umur 7 tahun, pertama sekali pergi

sekolah bersama dengan teman-teman dan diantar oleh ibu. Pulang sendiri

7

Page 8: BAB III

dari sekolah bersama teman-teman tetangga sebelah rumahnya. Tidak ada

tanda-tanda kecemasan pada hari-hari pertama masuk sekolah ataupun pada

hari-hari berikutnya. Prestasi akademik Os biasa saja, tidak pernah tinggal

kelas dan tidak pernah ada masalah selama sekolah baik dengan guru maupun

dengan teman-temannya.

Masa kanak-kanak akhir (pre-pubertas hingga remaja)

a. Hubungan sosial

Os merupakan anak yang aktif dan sedikit pemalu, os memiliki banyak

teman dan bisa bergaul dengan teman sebayanya di lingkungan sekitar

rumahnya. Os tidak pernah bermasalah dalam menjalin hubungan

pertemanan.

b. Riwayat sekolah

Os mulai masuk Sekolah Dasar umur 7 tahun, prestasi akademik Os biasa

saja, tidak pernah tinggal kelas dan tidak pernah ada masalah selama

sekolah baik dengan guru maupun dengan teman-teman. Setelah tamat SD

os berhenti sekolah karna masalah ekonomi.

c. Perkembangan kognitif dan motorik

Sesuai dengan anak seusianya

d. Masalah emosi dan fisik masa remaja

Sesuai dengan anak seusianya, tidak ada masalah dengan emosi dan fisik.

e. Riwayat Psikoseksual

i. Ketertarikan awal pada lawan jenis

Pasien mulai merasakan ketertarikan pada lawan jenis sekitar umur 14-

15 tahun.

ii. Pasien mengetahui masalah seksual dari teman-temannya.

iii.Kegiatan seksual pranikah tidak ada.

8

Page 9: BAB III

Masa Dewasa

Pekerjaan : Os bekerja sebabagai seorang buruh pemanen sawit dan

tidak pernah memiliki pekerjaan lain.

Pernikahan : Os menikah dan memiliki dua orang anak, hubungan Os

dan suaminya baik semenjak awal pernikahan hingga sekarang, tidak

pernah ada permasalahan serius.

Kepribadian orang serumah

Riwayat pendidikan : Os hanya menempuh pendidikan sekolah dasar.

Agama : Os termasuk muslim yang taat. Kehidupan beragama pasien

cukup baik, dalam kehidupannya menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan

taat beribadah.

Aktivitas Sosial : Os bersosialisasi dengan baik dengan orang-orang

disekitar, aktif dalam bermasyarakat, selalu mengikuti kegiatan gotong

royong, arisan dasawisma, majelis taklim.

Situasi sosial saat ini :

1. Tempat tinggal : tinggal bersama suami dan 2 orang anak yang

berusia 15 th dan 10 th (rumah sendiri)

2. Polusi lingkungan : bising (-), ramai (-)

Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami os. :

9

No. Status Kepribadian Hubungan

1. Suami Baik (+), perhatian (+), penyabar (+)

Akrab

2. Anak perempuanAnak laki-laki

Baik(+),penurut (+)Baik(+),penurut(+)

AkrabAkrab

Page 10: BAB III

Rumah tempat

tinggal

Keadaan Rumah

Tenang Cocok Nyaman

Rumah orang

tua os.

√ √ √

Rumah Os

bersama suami

√ √ √

Riwayat pelanggaran hukum : Os tidak pernah melakukan pelanggaran

hukum ataupun berurusan dengan kepolisian dan tidak ada pengalaman

militer

Riwayat Seksual

Selama perkawinan kegiatan seksual dengan suami berlangsung normal.

Persepsi dan tanggapan pasien mengenai diri dan kehidupan

Os merasa dirinya saat ini sedang mengalami gangguan, dan os ingin sembuh.

Oleh Karen itu os segera mencari pengobatan.

II. Status Mental

10

Page 11: BAB III

1. Deskripsi Umum

1) Penampilan

Sikap tubuh : Roman muka tampak gelisah dan cemas

Cara berpakaian : Rapi dan kebersihan diri baik

Kesehatan fisik : Tampak sehat, perawakan agak gemuk

2) Perilaku dan aktifitas psikomotor

Cara berjalan : Normoaktif

Sikap terhadap pemeriksa : Ramah, kooperatif, kontak mata (+)

Aktivitas psikomotor : Cukup tenang dan rileks.

3) Pembicaraan

Cara berbicara : Spontan, suara jelas.

Produktifitas : Menjawab semua pertanyaan dengan

kemampuan berbahasa yang baik.

4) Afek, mood dan emosi lainnya

Afek : Sempit

Mood : Cemas

Kesesuaian afek : Sesuai

5) Pikiran

Bentuk pikir : Realistik

Proses berpikir : Koheren

Isi pikiran : Preokupasi akan kematian

6) Persepsi

Ilusi : tidak ada

Halusinasi : tidak ada

Depersonalisasi : tidak ada

Derealisasi : tidak ada

7) Sensorium

11

Page 12: BAB III

Kesadaran : Kompos mentis

Orientasi W/T/O : Baik

Konsentrasi dan kalkulasi : Baik

Memori : Baik

Konsentrasi-perhatian : Baik

Pengetahuan umum : Baik

8) Pengendalian impuls : Baik

9) Daya nilai

Normal sosial : Baik

Uji daya nilai : Baik

Penilaian realitas : Baik

Tilikan : 4

10) Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

11) Pemeriksaan psikiatrik khusus lainnya :

HARS 29 (Kecemasan berat)

III. Status Interna :

Tekanan Darah :120/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,8OC

RR : 20x/menit

IV. Status Neurologi :

GCS 15

Nyeri kepala (+)

Kejang (-)

V. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Khusus Lainnya

12

Page 13: BAB III

Tidak ada

VI. Pemeriksaan Oleh Psikolog/ Petugas Sosial dan lain-lain

Tidak ada

VII. Ikhtisar Penamuan Bermakna

Telah diperiksa seorang perempuan, 40 tahun, suku Jawa, beragama Islam,

pendidikan terakhir SD, ibu rumah tangga, anak pertama dari tiga bersaudara,

menikah satu kali, datang ke Poli Psikiatri RSJ dengan keluhan utama cemas dan

sulit tidur yang dirasakan sejak satu bulan yang lalu pada saat mengetahui sahabat

dekatnya meninggal. Kondisi ini semakin sering dialami Os bahkan hampir setiap

hari walaupun dirinya sedang tidak beraktifitas apapun. Bila serangan datang,

jantung Os langsung berdebar-debar sangat kuat, timbul cemas, gelisah,

berkeringat, sakit kepala dan timbul ketakutan akan kematian dan pada saat

serangan datang.

Hal ini membuat Os merasa khawatir dan ketakutan akan penyakitnya

sehingga Os menceritakan kondisinya ini kepada keluarganya, kemudian

langsung memeriksakan kesehatannya ke salah satu RS Swasta di Jambi. Os

tidak dirawat dan hanya diberikan beberapa obat, termasuk obat tidur. Os dapat

tidur dengan mengkonsumsi obat tidur, dan jika tidak maka Os tidak bisa tidur

sama sekali sampai pagi.

Os adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Os dibesarkan dalam

lingkungan sosiokultural Jawa dengan kondisi status ekonomi yang cukup dan

menerapkan nilai-nilai agama dengan baik. Dalam cara pengasuhan anak, ayah

dan ibunya tidak mengekang.

Dari pemeriksaan status mental didapatkan seorang perempuan tampak

sehat, perawakan agak gemuk dengan roman wajah cemas dan gelisah, tampak

rapi dan kebersihan. Mood pasien cemas dan terdapat preokupasi terhadap

13

Page 14: BAB III

kematian. Os menyadari dirinya mengalami gangguan jiwa oleh karena itu Os

ingin mendapatkan pengobatan.

VIII. Evaluasi Diagnostik

Pada Os ini ditemukan adanya tanda dan gejala yang secara klinis bermakna

dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya dalam berbagai fungsi

pekerjaan dan psikososial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Os

mengalami suatu gangguan jiwa.

Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, Os tidak pernah menderita

penyakit yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak. Dari pemeriksaan

fisik dan neurologis juga tidak ditemukan kelainan yang secara fisiologis

menimbulkan disfungsi otak sehingga gangguan mental organik dapat

disingkirkan. Pada Os ini tidak didapatkan adanya hendaya dalam menilai realita

seperti waham dan halusinasi sehingga tidak digolongkan ke dalam gangguan

psikotik.

Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental, pada Os ini ditemukan

gejala utama jantung berdebar-debar dan sulit tidur, bahkan tidak bisa tidur sama

sekali. Os ini menunjukkan kecemasan sebagai gejala utama yang berlangsung

hampir setiap hari selama satu bulan terakhir yang tidak terbatas pada situasi

khusus tertentu saja (bersifat free floating atau mengambang). Gejala-gejala

tersebut mencakup kecemasan dirinya akan kematian karena sebab yang tidak

jelas, entah itu sakit atau lainnya. Ditemukan pula perasaan cemas yang tiba-tiba

muncul disertai palpitasi, keringat dingin dan mual. Pada Os ini tidak ditemukan

adanya kelainan fisik (kondisi medis umum) maupun penyalahgunaan zat yang

dapat menyebabkan gangguan cemas. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka

untuk diagnosis aksis I sesuai dengan PPDGJ III pada Os ini adalah Gangguan

Cemas Menyeluruh.

Berdasarkan riwayat premorbid, hubungan interpersonal dan cara Os

menghadapi masalahnya, Os sering menggunakan mental mekanisme represi dan

rasionalisasi. Pada aksis III tidak ada diagnosis. Pada aksis IV ditemukan

14

Page 15: BAB III

adanya stresor psikososial yaitu kematian sahabat dekat dan untuk aksis V

dilakukan penilaian kemampuan penyesuaian diri dengan menggunakan skala

Global Assessment of Functioning (GAF). GAF Scale saat pemeriksaan 70 – 61

(beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara

umum masih baik) GAF Scale 1 tahun terakhir 90-81 (gejala minimal, berfungsi

baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa).

IX. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)

Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi (F41.2)

Aksis II : Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada diagnosis

AksisIV : Masalah dengan lingkungan sosial

Aksis V : GAF Scale 1 tahun terakhir 90-81 (gejala minimal, berfungsi baik,

cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa)

GAF Scale saat pemeriksaan 70 – 61 (beberapa gejala ringan &

menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)

X. Daftar Masalah

1. Organobiologik : tidak ditemukan adanya kelainan

2. Psikologis :

- Adanya gejala cemas yang dirasakan pasien hampir sepanjang hari

- Preokupasi terhadap kematian

- Adanya gejala depresi

3. Psikososial :

Masalah kematian sahabat dekat

XI. Terapi

15

Page 16: BAB III

Farmakoterapi :

Setralin 5mg ½ -0-0

Alprazolam 0,5mg 0-0-1

Non farmakologi :

1. Psikoterapi suportif individu

2. Terapi kognitif perilaku

XII. Prognosis Pasien

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Faktor-faktor yang meringankan :

- Mempunyai motivasi yang kuat untuk sembuh

- Kooperatif dengan program terapi dan minum obat teratur

- Faktor pencetus jelas

- Tilikan cukup baik

- Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga

Faktor-faktor yang memberatkan :

- Adanya gejala depresi

- Riwayat kematian sahabat dekat.

XIII. Pembahasan

Pada pasien ini diberikan gabungan farmakoterapi dan psikoterapi. Obat

utama yang dipertimbangkan untuk pengobatan Gangguan Cemas Menyeluruh

adalah Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), SNRI,Pregabalin,

buspiron, dan Benzodiazepin. Meskipun pemberian obat kadangkala mencapai 6

hingga 12 bulan, beberapa bukti menunjukkan bahwa pengobatan harus diberikan

dalam jangka panjang bahkan sampai seumur hidup. SSRI menjadi first line

16

Page 17: BAB III

terapi untuk Gangguan Cemas Menyeluruh. Pengobatan biasanya berlangsung

selama 18 bulan.

SSRI dapat digunakan bersama-sama dengan Benzodiazepin untuk

mengatasi gangguan cemas, tapi sebaiknya pengobatan dilakukan dengan

monoterapi. Pada dasarnya, semua SSRI efektif untuk gangguan cemas. Pasien ini

diberikan setralin 5mg dosis sekali sehari ½ tablet pada pagi hari untuk

menghindari efek insomnia yang justru merupakan salah satu keluhan pasien ini.

Sedangkan efek samping pada sistem gastrointestinal diantisipasi dengan

mengkonsumsinya setelah makan.

Psikoterapi yang efektif dalam penatalaksanaan Gangguan Cemas

Menyeluruh maupun Gangguan Panik adalah cognitive behaviour therapy,

tujuannya untuk membantu pasien mengenali dan mengubah pola pemikiran

menyimpang dan perilaku disfungsional, melalui proses ini untuk meringankan

penderitaan dan hendaya yang ditimbulkan oleh gangguan cemas ini.

CBT adalah suatu model terapi kognitif, yang intinya adalah kerjasama

antara terapis dan pasien untuk mencari penyelesaian masalah. Terapi ini

dilaksanakan dengan waktu yang singkat (15-25 pertemuan), terstruktur dan

terarah. Pasien bisa belajar untuk mengatasi masalah sendiri di kemudian hari.

Terapi ini difokuskan pada masalah saat ini dan juga pada pencegahan relaps.

Tujuan CBT ini mengubah keyakinan tersebut untuk mengurangi respon

yang bermasalah dan meningkatkan respon yang fungsional. CBT dapat diberikan

dengan model A-B-C-D. Pada model ini:

“A” adalah Activating Event (kejadian yang mencetuskan terbentuknya keyakinan

atau kepercayaan yang salah). Pada pasien ini adalah kematian sahabat dekatnya

“B” adalah Beliefs (keyakinan atau kepercayaan seseorang berdasarkan kejadian

yang mencetuskan. Bukan kejadiaan itu sendiri yang menghasilkan gangguan

perasaan, tetapi interpretasi dan keyakinan atau kepercayaan pasien tersebut

tentang kejadiaan itu). Adanya activating event membuat pasien berkeyakinan

bahwa dirinya akan mati.

17

Page 18: BAB III

“C” adalah Consequence (konsekuensi emosional dari kejadian tersebut).

Konsekuensi emosional pada pasien ini adalah pasien merasa cemas, jantungnya

berdebar-debar, sakit kepala, gelisah, sulit tidur, merasa lemah, susah makan.

“D” adalah Dispute (penggoyahan terhadap keyakinan yang tidak rasional,

tidak realistik, tidak tepat dan tidak benar kemudian menggantinya dengan

keyakinan yang rasional, realistik, tepat dan benar). Pasien diajarkan untuk

mengenali respon emosi dan perilaku yang timbul akibat pikiran tersebut dan

menilai bukti-bukti yang mendukung atau menyangkal pikirannya tersebut.

Selanjutnya pasien diminta untuk mencari penjelasan alternatif untuk pikirannya

tersebut dan diajarkan mengenai berbagai tipe kesalahan pemikiran yang umum.

Pasien kemudian diminta untuk membentuk pikiran baru berdasarkan bukti-bukti

yang ada.

Pasien juga diberikan psikoterapi suportif individu. Tahap awal dari

psikoterapi suportif individu meliputi menentukan tujuan dan menetapkan

pengaturan terapi. Terapis bekerjasama dengan pasien untuk menetapkan tujuan

pengobatan, yang biasanya fokus pada pengentasan gejala dan membangun

hubungan terapeutik.

Pada psikoterapi ini, terapis juga menjelaskan proses pengobatan atau cara

kerja pengobatan, memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai

penyakitnya, membantu pasien mengembangkan pemahaman mereka terhadap

masalahnya sehingga dapat menemukan solusi dari permasalahan mereka

daripada mengatakan pada pasien apa yang harus mereka lakukan, membantu

mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi, mengurangi pertahanan yang

maladaptif dan memperkuat pertahanan yang adaptif, modifikasi harapan pasien

yang tidak mungkin tercapai.

XIV. Follow Up

- Tanggal 8 Desember 2015

18

Page 19: BAB III

S : Os merasa senang karena kondisinya sudah membaik. Perasaan cemas dan

keluhan lainnya sudah jarang dirasakan lagi. Os beraktivitas seperti

biasanya.

Hari ini Os diantar ke RSJ oleh suaminya.

O : Penampilan : seorang wanita, sesuai usia, penampilan rapi, roman wajah

ceria.

Pikiran : Preokupasi akan kematian.

TL : Pasien duduk tenang, relaks.

Emosi : Mood eutimik, afek sesuai.

D : Gangguan Cemas Menyeluruh

T : setralin 5mg 1/2-0-0

Alprazolam 0,5 mg 0-0-1

Psikoterapi suportif dan CBT.

Wawancara singkat dengan pasien

Dilakukan pada tanggal 8 desember 2015, pada pukul 10.00 WIB

19

Page 20: BAB III

DM = Pemeriksa

Ny. B = Pasien

DM = Selamat siang, perkenalkan saya dokter muda Ranty, maaf bu saya mau menanyakan tentang kondisi anda, boleh tidak bu?

Ny. B = Boleh dok

DM = Baiklah,.Namanya siapa bu? (berjabat tangan)

Ny.B = Nama ibu Bainik dokter (tersenyum ramah)

DM = Bu Bainik lahirnya tanggal berapa? Sekarang umurnya berapa?

Ny.B = Tanggal 7, bulan 9, tahun 1.975, sekarang umurnya 40 th dok (memori)

DM = Bu saya ada tugas presentasi kasus, kebetulan kasus yang mau saya presentasikan itu sama seperti penyakit yang sedang ibu alami sekarang, bersediakah ibu menjadi narasumber saya? Ibu tidak keberatan kan kalau saya menanyakan tentang keluhan ibu saat pertama kali berkunjung ke sini ?

Ny.B = oo boleh-boleh dok (tersenyum),

DM = Bu Bainik tinggalnya dimana?

Ny.B = di Muara sebu, muaro jambi dok

DM = kesini diantar siapa ?

Ny.B = diantar sama suami (senyum).

DM = Ibu kemaren pas dating kesini keluhannya apa ya bu? Bisa ibu ceritakan kembali ga ?

Ny.B = ya itu dokter, ibu sebulan belakang ini cemas terus, dari pagi sampe malem bawaannya cemas terus. jantung berdebar-debar, sakit kepala, ngga bisa tidur. Pokoknya fikiran bawaannya tidak bisa fokus dok. (serius)

DM = cemasnya gimana bu? Ada yang ibu fikirin ?

Ny. B = ya cemas dok, pokoknya perasaan ga bisa tenang, ga bisa fokus, rasanya ada yang aneh aja. Cemasnya sepanjang hari dok, padahal ga ada sesuatu yang aneh dengan rumah ataupun orang-orang disekitar.

20

Page 21: BAB III

DM = cemasnya itu ada waktu-waktunya gab u? misalnya ibu makin merasa cemas pas abis makan atau pas sendiri dirumah?

Ny.B = cemas nya it uterus-terusan dok, tapi ibu ngerasanya makin terasa aja pas malam dok, pas mau tidur. Jadinya ibu ga bisa tidur dok. biasanya malam lebih terasa sampai tidak bisa tidur.

DM = susah tidurnya gimana bu? Susah mau tidur atau sering terbangun? Biasanya ibu tidur jam berapa?

Ny.B = ya susah buat tidur dokter, biasanya ibu tidurnya jam 9 nah kemaren itu ibu awalnya ga bisa tidur jam sembilan meskipun ibu udah matikan lampu dan memejamkan mata. Itu ibu baring-baringnya jam 9 bisa tidurnya jam 12san, kadang jam setengah dua.

DM = Itu kenapa bu? Ada yang difikirin?

Ny.B = ibu itu bawaannya mikirin temen ibu yang meninggal mendadak sebulan yang lalu. Cuma sakit panas malamnya, terus besok paginya ga bangun lagi. Padahal sehari sebelumnya kita masi ngobrol di kebun sambil manensawit.

DM = itu teman dekat ibu ya? Pernah sakit sebelumnya?

Ny. B = iya dokter, sejak ibu pindah dari jawa kesini, ibu sering main dan kerja sama –sama dia terus, rumah juga berdekatan. Ibu kepikiran terus dok, jadinya ya ibu kaya gini.

DM = Ada masalah lain mungkin bu yang ibu fikirin ? masalah keluarga mungkin? boleh cerita kesaya bu (senyum)

Ny.B = Ga ada lah dok, ya namanya rumah tangga pasti ada lah masalah biasalah, ga ada yang begitu berat yang harus difikirin. (senyum)

DM = Hubungan sama suami, anak, keluarga, tetangga baik bu?

Ny.B = baik-baik aja dok, insyaallah ga ada masalah lah sama itu. Suami sama anak juga baik-baik aja. Keluarga tetangga juga baik-baik aja.

DM = ibu kemaren pas lahirnya cukup bulan? Lahir di mana bu?

Ny.B = kata ibunya ibu lahinya 9 bulan, lahirnya di dukun beranak dokter, dulu masih susah kalau mau lahiran di bidan, bidannya ga sebanyak sekarang (senyum)

21

Page 22: BAB III

DM = Perkembangannya gimana bu? Normal kaya anak lainnya? Pernah sakit parah gab u?

Ny.B = Normal-normal saja lah dok, Cuma pas kecil sempat ga bisa jalan gara-gara demam, hamper 6 bulanan lah. Ibu dibawa berobat ke orang pinter, abis itu bisa jalan lah, Alhamdulillah ga ada masalah sampai sekarang.

DM = pernah kejang/jatuh yang kepalanya kebentur gab u? atau ada penyakit lain?

Ny.B = ga pernah dok

DM = kalau pas masih muda ibu orangnya gimana? Temannya banyak gab u?

Ny.B = Ibu orangnya suka main lah, ga susah kalau ketemu orang. Cuma ya agak malu kalau disuruh tampil-tampil didepan umum (tertawa). Temannya banyak, karna ibu suka bergurau

DM = baiklah bu, kayanya informasinya sudah cukup. Terimakasih ya bu sudah mau jadi narasumber saya (senyum) ibu jangan lupa minum obatnya dan dating lagi untuk control.

Ny.B = iya dok, sama-sama. Dok, berapa lama ya kira-kira ibu bisa sembuh ?

DM = insyallah ibu bisa cepat sembuh, karna ibu cepat mecari pengobatan. Obatnya jangan lupa diminum ya bu, dan ibu jangan sering mikirin itu lagi, cari kesibukan lainnya yang bisa bikin ibu ketawa, dan jangan lupa kontrol ulang lagi ya bu ya, biar cepet sembuh.

Ny. B = Iya dok. Terimakasih ya dok (berjabat tangan)

DM = Sama-sama bu, hati-hati dijalan

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

22

Page 23: BAB III

3.1. Definisi

Ansietas (kecemasan) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas.

Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan

gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan yang berlebihan. Kecemasan merupakan

gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering merupakan suatu fungsi emosi.

Ansietas merupakan pengalaman individu yang bersifat subyektif yang sering

bermanifestasi sebagai perilaku yang disfungsional yang diartikan sebagai perasaan

“kesulitan” dan kesusahan tehadap kejadian yang tidak diketahui dengan pasti.

Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif

dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut,

yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah

respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan

untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.

Gangguan anxietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan

kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan

dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan

sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya

selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan

dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur dan

kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna

dalam fungsi sosial dan pekerjaan.

GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang berlebihan

tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk

khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan timbulnya

stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan sosial. Pasien

23

Page 24: BAB III

dengan GAD biasanya mempunyai rasa risau dan cemas yang berlanjut dengan

ketegangan motorik, kegiatan autonomik yang berlebihan, dan selalu dalam keadaan

siaga. Beberapa pasien mengalami serangan panik dan depresi.

3.2. Epidemiologi

Gangguan ansietas merupakan kelompok gangguan psikiatri yang paling sering

ditemukan. Nasional comorbidity study melaporkan bahwa satu diantara empat orang

memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan ansietas dan terdapat angka prevalensi

12 bulan sebesar 17,7 persen. Perempuan lebih cenderung mengalami gangguan ansietas

dibandingkan laki-laki (3;2), dan prevalensi ansietas menurun dengan meningkatnya

status sosioekonomi.

Angka prevalensi untuk gangguan anxietas menyeluruh 3-8% , dengan prevalensi

pada wanita > 40 tahun sekitar 10%. Rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1.

Onset penyakit biasanya muncul pada usia pertengahan hingga dewasa akhir, dengan

insidens yang cukup tinggi pada usia 35-45 tahun. GAD  merupakan gangguan

kecemasan yang paling sering ditemukan pada usia tua.

3.3. Etiopatogenesis

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan faktor yang diduga menyebabkan

terjadinya gangguan anxietas menyeluruh. Teori-teori tersebut antara lain :

1. Teori Biologi

Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus oksipitalis yang

mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di otak. Basal ganglia, sistem limbik, dan

korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada pasien

GAD juga ditemukan sistem serotonergik yang abnormal. Neurotransmiter yang

berkaitan dengan GAD adalah GABA, serotonin, norepinefrin, glutamate, dan

kolesistokinin. Pemeriksaan PET (Positron Emision Tomography) pada pasien GAD

ditemukan penurunan metabolisme di ganglia basal dan massa putih otak.

24

Page 25: BAB III

2. Teori Genetik

Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien GAD dan

gangguan Depresi Mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama

penderita GAD juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan penelitian pada

pasangan kembar didapatkan angka 50% pada kembar monozigotik dan 15% pada

kembar dizigotik.

3. Teori Psikoanalitik

Teori ini menghipotesiskan bahwa anxietas adalah gejala dari konflik bawah sadar

yang tidak terselesaikan. Pada tingkat yang paling primitif, anxietas dihubungkan dengan

perpisahan dengan objek cinta. Pada tingkat yang lebih matang lagi, anxietas

dihubungkan dengan kehilangan cinta dari objek yang penting. Anxietas kastrasi

berhubungan dengan fase oedipal, sedangkan anxietas superego merupakan ketakutan

seseorang untuk mengecewakan nilai dan pandangannya sendiri (merupakan anxietas

yang paling matang).

4. Teori kognitif-perilaku

Penderita GAD berespon secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman, disebabkan

oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal yang negative pada lingkungan, adanya

distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negative terhadap

kemampuan diri untuk menghadapi ancaman.

3.4. Gejala dan diagnosis

3.4.1. Gejala

Gejala-gejala Gangguan Cemas Menyeluruh

25

Page 26: BAB III

Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar

2. Otot tegang/kaku/pegal

3. Tidak bisa diam

4. Mudah menjadi lelah

Hiperaktivitas Otonomik 5. Nafas pendek/terasa berat

6. Jantung berdebar-debar

7. Telapak tangan basah/dingin

8. Mulut kering

9. Kepala pusing/rasa melayang

10. Mual, mencret, perut tak enak

11. Muka panas/ badan menggigil

12. Buang air kecil lebih sering

Kewaspadaan berlebihan dan

Penangkapan berkurang

13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu

14. Mudah terkejut/kaget

15. Sulit konsentrasi pikiran

16. Sukar tidur

17. Mudah tersinggung

Beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :

a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian

menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk

ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.

b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering

dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi

sering juga dihinggapi depresi.

c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of

persecution (delusi yang dikejar-kejar).

d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak

berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.

26

Page 27: BAB III

e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan

jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.

Gejala-gejala kecemasan dibagi dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :

a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar,

banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa

lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.

b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar,

terguncang, melekat dan dependen

c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan

terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan,

keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan

akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa

bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi

Gejala utama dari ganguan anxietas adalah rasa cemas, ketegangan

motorik, hiperaktivitas otonomik, dan kewaspadaan kognitif. Kecemasan

berlebihan dan mengganggu aspek lain kehidupan pasien Gejala klinis Gangguan

Cemas Menyeluruh meliputi:

Penderita menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung

hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai bulan, yang tidak terbatas

atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (free floating

atau mengambang)

Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

Kecemasan (khawatir akan nasib buruk seperti berada di ujung tanduk, sulit

berkonsentrasi, dll)

Ketegangan motorik (gelisah, gemetaran, sakit kepala, tidak dapat santai, dsb)

27

Page 28: BAB III

Overaktivitas otonomik (terasa ringan, berkeringat, takikardi, takipnea, jantung

berdebar-debar, sesak napas, epigastrik, pusing kepala, mulut kering, dan

gangguan lainnya)

Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan

serta keluhan somatik berulang yang menonjol

Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),

khususnya depresi, tidak membetalkan diagnosis utama Gangguan anxietas

menyeluruh, selema hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode

depresi, gangguan anxietas fobik, gangguan panik atau gangguan obsesif

kompulsif.

3.4.2. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2006), ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh

individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

1. Kecemasan Ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari, individu masih

waspada serta lapang presepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat

memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara

efektif dan menghasilkan pertumbuhan.

2. Kecemasan Sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang presepsi

individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang

selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya.

3. Kecemasan Berat

Lapangan presepsi individu sangat sempit. Individu cenderung berfokus

pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain.

28

Page 29: BAB III

Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut

memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4. Panik

Berhubungan dengan ketakutan, dan terror. Hal yang rinci terpecah dari

proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang

mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.

Panic mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan

aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan

orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang

rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika

berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan

kematian.

3.4.2. Diagnosis

Kriteria diagnostik gangguan anxietas menyeluruh menurut DSM IV-TR :

a. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap

hari, sepanjang hari, terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah

aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah)

b. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya

c. Kecemasan atau kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala

berikut ini (dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi

dibandingkan tidak terjadi selama enam bulan terakhir). Catatan : hanya satu

nomor yang diperlukan pada anak:

1. Kegelisahan

2. Merasa mudah lelah

3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong 

4. Iritabilitas

5. Ketegangan otot

29

Page 30: BAB III

6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah, dan

tidak puas)

d. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I,

misalnya kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita suatu

serangan panik (seperti pada gangguan panik), merasa malu pada situasi

umum (seperti pada fobia sosial), terkontaminasi (seperti pada gangguan

obsesif kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat (seperti

gangguan anxietas perpisahan), penambahan berat badan (seperti pada

anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan

somatisasi), atau menderita penyakit serius (seperti pada hipokondriasis)

serta kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi semata-mata selama

gangguan stres pasca trauma.

e. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang

bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau

fungsi penting lain.

f. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek  fisiologis langsung dari

suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum

(misalnya hipertiroidisme), dan tidak terjadi semata-mata selama suatu

gangguan mood, gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif.

Penegakan diagnosis gangguan anxietas menyeluruh berdasarkan PPDGJ-III

sebagai berikut :

a. Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung

hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang

tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja

(sifatnya “free floating” atau “mengambang”)

b. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :

1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,

sulit konsentrasi, dan sebagainya);

30

Page 31: BAB III

2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat

santai); dan

3. Overaktivitas  otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung

berdebar-debar, seska napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut

kering dan sebagainya).

c. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk

ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic berulang yang

menonjol.

d. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),

khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas

Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari

episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik

(F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).

3.5. Diagnosis Banding

Gangguan anxietas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat kondisi

medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat. Diperlukan

pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid.

Klinisi harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia,

kondisi putus zat atau obat seperti alkohol, hipnotik-sedatif dan anxiolitik.

Kelainan neurologis, endokrin, metabolik dan efek samping pengobatan pada

gangguan panik harus dapat dibedakan dengan kelainan yang terjadi pada gangguan

anxietas menyeluruh. Selain itu, gangguan anxietas menyeluruh juga dapat didiagnosis

banding dengan fobia, gangguan obsesif-kompulsif, hipokondriasis, gangguan somatisasi,

dan gangguan stres post-trauma.

a. Fobia

Pada fobia, kecemasan terjadi terhadap objek/hal tertentu sehingga pasien berusaha

untuk menghindarinya, sedangkan pada GAD, tidak terdapat objek tertentu yang

menimbulkan kecemasan.

31

Page 32: BAB III

b. Gangguan obsesif kompulsif

Pada gangguan obsesif kompulsif, pasien melakukan tindakan berulang-ulang

(kompulsi) untuk menghilangkan kecemasannya, sedangkan pada GAD, pasien sulit

untuk menghilangkan kecemasannya, kecuali pada saat tidur.

c. Hipokondriasis 

Pada hipokondriasis maupun somatisasi, pasien merasa cemas terhadap penyakit

serius ataupun gejala-gejala fisik yang menurut pasien dirasakannya dan berusaha datang

ke dokter untuk mengobatinya, sedangkan pada GAD, pasien merasakan gejala-gejala

hiperaktivitas otonomik sebagai akibat dari kecemasan yang dirasakannya.

d. Gangguan stres pasca trauma

Pada gangguan stres pasca trauma, kecemasan berhubungan dengan sutau peristiwa

ataupun trauma yang sebelumnya dialami oleh pasien, sedangkan pada GAD kecemasan

berlebihan berhubungan dengan aktivitas sehari-hari.

3.6. Terapi

1. Farmakoterapi

a. Benzodiazepin

Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine dimulai dengan dosis

terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Pengguanaan sediaan dengan

waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak

diinginkan. Lama pengobatan rata-rata 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off

selama 1-2 minggu. Spektrum klinis Benzodiazepin meliputi efek anti-anxietas,

antikonvulsan, anti-insomnia, dan premedikasi tindakan operatif. Adapun obat-obat yang

termasuk dalam golongan Benzodiazepin antara lain :

a) Diazepam, dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari; injeksi = 5-10 mg 9im/iv),

broadspectrum

b) Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3x 5-10 mg/hari, broadspectrum

32

Page 33: BAB III

c) Lorazepam, dosis anjuran 2-3x 1 mg/hari, dosis anti-anxietas dan anti-insomnia

berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas, untuk pasien-pasien

dengan kelainan hati dan ginjal

d) Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari, , dosis anti-anxietas dan anti-insomnia

berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas, psychomotor

performance paling kurang terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang

masih ingin tetap aktif

e) Bromazepam, dosis anjuran 3x 1,5 mg/hari, , dosis anti-anxietas dan anti-insomnia

berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas.

f) Alprazolam, dosis anjuran 3 x 0,25 – 0,5 mg/hari, efektif untuk anxietas tipe

antisipatorik, “onset of action” lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti-

depresi

b. Non-benzodoazepin (Buspiron)

Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih efektif dalam 

memperbaiki gejala kognitif disbanding gejala somatik. Tidak menyebabkan withdrawal.

Dosis anjuran 2-3x 10 mg/hari. Kekurangannya adalah, efek klinisnya baru terasa setelah

2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah menggunakan

Benzodiazepin tidak akan memberikan respon yang baik dengan Buspiron. Dapat

dilakukan penggunaan bersama antara Benzodiazepin dengan Buspiron kemudian

dilakukan tapering Benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi Buspiron sudah

mencapai maksimal.

Tabel 2. Sediaan Obat Anti-Anxietas dan Dosis Anjuran (menurut IiMS Vol. 30-

2001)

No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran

1. Diazepam Diazepin Tab. 2-5 mg 10-30 mg/h

33

Page 34: BAB III

Lovium

Stesolid

Tab. 2-5 mg

Tab. 2-5 mg

Amp. 10mg/2cc

2. Chlordiazepoxide Cetabrium

Arsitran

Tensinyl

Drg. 5-10 mg

Tab. 5 mg

Cap. 5 mg

15-30 mg/h

3. Lorazepam Ativan

Renaquil

Tab. 0,5-1-2 mg

Tab. 1 mg

2-3 x 1 mg/h

4. Clobazam Frisium Tab. 10 mg 2-3 x 1m mg/h

5. Alprazolam Xanax

Alganax

Tab. 0,25-0,5 mg

Tab. 0,25-0,5 mg

0,75-1,50 mg/h

6. Sulpiride Dogmatil Cap. 50 mg 100-200 mg/h

7. Buspirone Buspar Tab. 10 mg 15-30 mg/h

8. Hydroxyzine Iterax Caplet 25 mg 3x25 mg/h

2. Psikoterapi

a. Terapi kognitif perilaku

Teori Cognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran

manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus-kognisi-respon, dimana proses

kognisi akan menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir,

merasa dan bertindak. Terapi kognitif perilaku diarahkan kepada modifikasi fungsi

berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan peran otak dalam menganalisa,

memutuskan, bertanya,  berbuat dan memutuskan kembali. Dengan mengubah arus

pikiran dan perasaan, klien diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya, dari negatif

menjadi positif. Tujuan terapi kognitif perilaku ini adalah untuk mengajak pasien

menentang pikiran (dan emosi) yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang

bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah yang dihadapi.  Pendekatan

kognitif mengajak pasien secara kangsung mengenali distorsi kognitif dan pendekatan

34

Page 35: BAB III

perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung. Teknik utama yang digunakan

pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.

b. Terapi suportif

Pasien diberikan re-assurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada

dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi

sosial dan pekerjaannya.

c. Psikoterapi Berorientasi Tilikan

Terapi ini mengajak pasien ini untuk mencapai penyingkapan konflik bawah

sadar, menilik egostrength, relasi objek, serta keutuhan self pasien. Dari pemahaman

akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh

mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur, bila tidak tercapai, minimal kita

memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.

3.7. Prognosis

Gangguan anxietas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang

mungkin berlangsung seumur hidup. Prognosis dipengaruhi oleh usia, onset, durasi

gejala dan perkembangan komorbiditas gangguan cemas dan depresi. Karena

tingginya insidensi gangguan mental komorbid pada pasien dengan gangguan

kecemasan menyeluruh, perjalanan klinis dan prognosis gangguan cemas menyeluruh

sukar untuk ditentukan. Prognosis semakin buruk pada orang yang memiliki lebih

dari satu jenis gangguan kecemasan.

Dalam menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh, perlu diingat

bahwa banyak segi yang harus dipertimbangkan. Hal ini berhubung dengan dinamika

terjadinya gangguan cemas serta terapinya yang begitu kompleks. Keadaan penderita,

lingkungan penderita, dan dokter yang mengobatinya ikut mengambil peran dalam

menentukan prognosis gangguan cemas menyeluruh.

Ditinjau dari kepribadian premorbid, jika penderita sebelumnya telah

menunjukkan kepribadian yang baik di sekolah, di tempat kerja atau dalam interaksi

35

Page 36: BAB III

sosialnya, maka prognosisnya lebih baik daripada penderita yang sebelumnya banyak

menemui kesulitan dalam pergaulan, kurang percaya diri, dan mempunyai sifat

tergantung pada orang lain. Kematangan kepribadian juga dapat dilihat dari

kemampuan seseorang dalam menanggapi kenyataan-kenyataan, keseimbangan

dalam memadukan keinginan-keinginan pribadi dengan tuntutan-tuntutan masyarakat,

integrasi perasaan dengan perbuatan, kemampuan menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan lain sebagainya. Semakin matang kepribadian premorbidnya, maka

prognosis gangguan cemas menyeluruh juga semakin baik. Akan tetapi, sebagian

besar pasien menunjukkan perbaikan dengan kombinasi terapi medikasi dan terapi

kognitif perilaku (cognitive behavioural therapy). Statistik menunjukkan dengan

terapi yang adekuat, sekitar 50% pasien membaik keadannya dalam 3 minggu

semenjak terapi dimulai.

BAB IV

ANALISIS KASUS

36

Page 37: BAB III

Dari alloanamnesis dan pemeriksaan psikiatrik yang di lakukan terhadap

Pasien Ny.B, 40 tahun yang datang ke Poli Kejiwaan RSJ Jambi tanggal 8

Desemberber 2015, os datang ditemani oleh suaminya. Os berpakaian rapi dan

tampak sehat.

Os mengeluh sejak sebulan yang lalu merasa cemas, gelisah, jantung

berdebar-debar, sakit kepala dan takut mati. Perasaan cemas dirasakan setiap saat

dan meningkat saat mau tidur. Os susah tidur. Selama 2 minggu pertama os susah

memulai tidur dan sehari tidur, sehari tidak. 1 minggu terakhir os tidak bisa tidur

sama sekali sampai pagi. Os susah berkonsentrasi dan fokus, tetapi os masih tetap

bekerja memanen kelapa sawit di kebun dan melakukan aktifitas rumah tangga.

Nafsu makan dan berat badan menurun selama sakit.

Os sempat berobat ke poli syaraf di salah satu rumah sakit swasta dan

diberikan obat tidur. Keluhan dirasakan semakin lama semakin memburuk, sehingga

os datang ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan pengobatan. Os tidak pernah

mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

Pada pemeriksaan status mental Pasien wanita, berpenampilan rapi,

penampilan sesuai usia, saat wawancara didampingi oleh suami. Selama wawancara,

sikap os terhadap pemeriksa kooperatif, kontak mata dengan pemeriksa ada, pasien

menjawab pertanyaan pemeriksa, motorik tidak terganggu, kesadaran (Compos

mentis), orientasi baik. Mood dan afek baik. Penatalaksaan yang di berikan adalah

diazepam 2x2mg sehari, clorpromazid 1x100mg (po) malam.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan tersebut pasien didiagnosa sebagai

gangguan cemas menyeluruh karena didapatkan tanda dan gejala yang memenuhi

kriteria umum gangguan cemas menyeluruh. Dari penjelasan diatas, prognosis Ny. D

adalah baik karena cepat mendapatkan pengobatan.

BAB V

PENUTUP

37

Page 38: BAB III

Ansietas merupakan suatu fenomena kompleks yang menandakan adanya

dinamika kehidupan dan bagian dari proses psikis yang memberikan isyarat fisik dan

mental bahwa terdapat perubahan internal dan eksternal. Ansietas dapat terjadi pada

keadaan normal bila secara tiba-tiba berhadapan dengan keadaan bahaya, menghadapi

ujian / tantangan dan kadang-kadang terjadi bila bertemu dengan orang yang kita takuti.

Gangguan ansietas ditandai dengan gejala fisik seperti kecemasan (khawatir akan

nasib buruk), sulit konsentrasi, ketegangan motorik, gelisah, gemetar, renjatan, rasa

goyah, sakit perut, punggung dan kepala, ketegangan otot, mudah lelah, berkeringat,

tangan terasa dingin, dan sebagainya.

Gangguan anxietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan

kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan

dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan

sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya

selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan

dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan

kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna

dalam fungsi sosial dan pekerjaan.

Penatalaksanaan GAD meliputi farmakoterapi, golongan Benzodiazepin

merupakan drug of choice sebab mempunyai efek anti-anxietas, spesifitas, potensi dan

keamanan yang paling baik. Selain itu, pasien juga diberikan psikoterapi, berupa terapi

kognitif-perilaku (CBT), terapi suportif  dan psikoterapi berorientasi tilikan.

Dalam menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh, perlu diingat

bahwa banyak segi yang harus dipertimbangkan. Hal ini berhubung dengan dinamika

terjadinya gangguan cemas serta terapinya yang begitu kompleks. Keadaan penderita,

lingkungan penderita, dan dokter yang mengobatinya ikut mengambil peran dalam

menentukan prognosis gangguan cemas menyeluruh.

38

Page 39: BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Maria, Josetta. Cemas Normal atau Tidak Normal. Program Studi Psikologi.

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

39

Page 40: BAB III

2. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis

Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta:

Bina Rupa Aksara. Hal. 1-15

3. Kaplan, Harold. I. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika.

Hal. 145-54

4. Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-110

5. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.

Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya.

Hal. 72-75

6. Adiwena, Nuklear. 2007. Anxietas. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Islam Indonesia.

7. Eldido. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan Penanganannya. 20 Oktober 2008.

8. Yates, W. R. 2008. Anxiety Disorders. Update Desember 9, 2015

www.emedicine.com

9. Anonim. Kecemasan atau Ansietas. Update 2 Desember 2015

www.mitrariset.blogspot.com

10. Ashadi. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi. Updates 30 november 2015.

www.sidenreng.com

11. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 12

12. David S Baldwi, Ian M Anderson dkk. Evidence-based pharmacological

treatment of anxiety disorders, post-traumatic stress disorder and obsessive-

compulsive disorder: A revision of the 2005 guidelines from the British

Association for Psychopharmacology. Journal of Psychopharmacology. 2014

13. Borwin Bandelow, Leo Sher dkk. Guidelines for the pharmacological treatment

of anxiety disorders, obsessive – compulsive disorder and posttraumatic stress

disorder in primary care. International Journal of Psychiatry in Clinical Practice,

2012

40

Page 41: BAB III

41