bab iii
DESCRIPTION
ansietasTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Sensasi anxietas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut
ditandai oleh ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala
otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Anxietas
merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi
emosi. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervariasi,
pada setiap orang tidak sama. Anxietas yang patologik biasanya merupakan kondisi yang
melampaui batas normal terhadap satu ancaman yang sungguh-sungguh dan maladaptif.
Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik,
dapat sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal.
Anxietas normal sebenarnya suatu hal yang sehat karena merupakan tanda bahaya
tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan anxietas
juga dapat bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian,
merasa cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang.
Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi ansietas diantaranya gangguan panik
dengan atau tanpa agoraphobia, agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik, fobia
spesifik dan sosial, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pascatrauma, gangguan
stress akut, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan ansietas akibat keadaan medis
umum, gangguan ansietas yang diinduksi zat, dan gangguan ansietas yang tidak
tergolongkan. Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III ansietas diantaranya gangguan anxietas fobik,
gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, gangguan campuran anxietas dan
depresi, gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan stress pasca trauma.
Angka prevalensi untuk gangguan anxietas menyeluruh 3-8% dan rasio antara
perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Pasien gangguan anxietas menyeluruh sering
1
mengalami komorbiditas dengan gangguan mental lainnya seperti Gangguan Panik,
Gangguan Obsesif Kompulsif, Gangguan Stres Pasca Trauma, dan Gangguan Depresi
Berat.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. B
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Bangsa : Indonesia
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Alamat : Muaro Sebu, Muaro Jambi.
IDENTITAS DARI ALLOANAMNESIS :
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 43 tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Tani
Alamat : Muaro Sebu, Muaro Jambi
Hubungan dengan pasien : Suami
Keakraban dengan pasien : Akrab
Kesan pemeriksaan/ dokter terhadap keterangan yang diberikan : Dapat dipercaya
3
I. Anamnesis
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari :
Pasien dan informan (alloanamnesis/suami pasien)
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan :
Sendiri
2. Keluhan utama :
Os merasa cemas
Os susah tidur sejak ±1 bulan yang lalu
3. RPS/RPP:
Keluhan dan gejala :
Sejak sebulan yang lalu Os merasa cemas, gelisah, jantung berdebar-
debar, dan takut mati. Perasaan cemas dirasakan sepanjang hari dan semakin
meningkat terutama saat malam hari menjelang tidur. Perasaan cemas yang
seperti ini baru pertama kali dirasakan oleh Os. Os mengaku susah tidur.
Selama 2 minggu pertama Os susah memulai tidur, Os merasa cemas dan
takut kalau Os tidur keesokan harinya Os tidak bangun lagi, karena itu Os
sehari tidur dan sehari tidak. 1 minggu terakhir Os tidak bisa tidur sama sekali
sampai pagi, meskipun Os telah berusaha memejamkan matanya.
Os susah berkonsentrasi dan fokus pada saat membaca ataupun
menonton televisi, meskipun demikian Os masih tetap bekerja memanen
kelapa sawit di kebun dan melakukan aktifitas rumah tangga seperti biasanya
meskipun agak sedikit terganggu. Nafsu makan dan BB os turun selama sakit,
meskipun nafsu makan Os menurun, Os tetap memaksakan untuk makan
meskipun sedikit dengan memasak makanan yang biasanya Os sukai, tetapi
ini tidak banyak membantu karena tetap saja Os hanya makan 4-5 suap.
Os juga mengeluh sering sakit kepala. Sakit kepala dirasakan seperti
mengikat didaerah kepala belakang, leher dan pundak.
4
Perasaan seperti ini dirasakan Os setelah kematian sahabat dekat yang
sudah lama dikenalnya. ± satu bulan yang lalu sebelum munculnya gejala
yang dirasakan os, sahabat os yang sama-sama bekerja sebagai pemanen
kelapa sawit meninggal mendadak. Sehari sebelumnya Os dan temannya
masih memanen sawit berdua, dan sahabatnya terlihat sehat dan baik-baik
saja. Malam harinya sahabat Os demam, dan pada saat dibangunkan oleh
suaminya untuk solat subuh, sahabat Os tidak bangun dan telah meninggal
dunia.
Os sempat berobat ke poli syaraf di salah satu rumah sakit swasta di
jambi. Os tidak dirawat dan hanya diberikan obat, salah satunya diberikan
obat tidur. Os bias tidur dengan mengkonsumsi obat, dan jika Os tidak
mengkonsumsi obat tidurnya, Os tidak bisa tidur sama sekali. Os merasa
keluhannya semakin lama semakin memburuk oleh karena itu Os memutuskan
untuk memeriksakan kesehatannya ke RSJ.
4. Hendaya/disfungsi dalam hubungan sosial, pekerjaan dan penggunaan
waktu senggangnya.
Os melakukan aktivitas keseharian seperti biasanya meskipun agak sedikit
terganggu. Os mudah bergaul dengan orang-orang disekitarnya baik keluarga
maupun teman-temannya.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat psikiatrik :
Os tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.
Riwayat medis :
Riwayat trauma kepala (-), DM (-), kejang (-), hipertensi (-).
Riwayat penggunaan alkohol dan zat lain :
Penggunaan zat (-) alkohol (-).
5
6. Riwayat Keluarga
6.1. Faktor keturunan (genetik) :
Tidak ada riwayat kelurga.
Dikelurga os tidak ada yang mengalami gangguan jiwa maupun yang
mengalami gangguan seperti yang sekarang Os alami.
6.2. Penggunaan Alkohol : Tidak ada riwayat keluarga.
6.3. Perilaku antisosial : Tidak ada riwayat keluarga
6.4. Kepribadian keluarga,
Ayah : baik (+), perhatian (+), tegas (+)
Ibu : penurut (+), perhatian (+), perhatian (+), penyabar (+)
Saudara laki-laki : baik (+), perhatian (+), tegas (+)
Saudara perempuan : penurut (+) , perhatian (+), penyabar (+)
6.5. Urutan saudara dan usiannya : os. merupakan anak pertama.
Os bersaudara 3 orang, Os anak pertama
Keterangan :
: laki – laki
: perempuan : pasien
6
7. Riwayat Pribadi
Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir setelah dikandung selama 9 bulan, merupakan kehamilan
yang diharapkan dan direncanakan, lahir spontan dibantu oleh dukun dan
tidak ada penyulit dalam proses kehamilan atau persalinan. Pasien lahir
dengan berat badan cukup dan tidak memiliki kelainan fisik.
Masa kanak-kanak awal ( kelahiran sampai usia 3 tahun )
a. Kebiasaan makan dan minum
Tidak diketahui dengan pasti oleh pasien karena kedua orangtuanya sudah
meninggal. Sepengetahuan pasien, ibunya tetap memberikan ASI disela
kesibukannya.
b. Perkembangan awal
Sepengetahuan pasien, secara umum kesehatan pasien baik, pertumbuhan
dan perkembangan tampak normal seperti anak lainnya.
c. Toilet training
Tidak diketahui bagaimana toilet traning diajarkan oleh ibunya.
d. Gejala-gejala dari gangguan perilaku
Tidak ada.
e. Kepribadian dan temperamen
Os termasuk anak yang aktif dan tidak rewel.
Masa kanak-kanak menengah ( usia 3 – 11 tahun )
Pertumbuhan dan perkembangan Os sama seperti anak seusianya. Os
merupakan anak yang aktif, mudah bergaul dan sedikit pemalu, Os memiliki
banyak teman dan bisa bergaul dengan baik dengan teman sebaya di
lingkungan sekitar rumahnya.
Os mulai masuk Sekolah Dasar umur 7 tahun, pertama sekali pergi
sekolah bersama dengan teman-teman dan diantar oleh ibu. Pulang sendiri
7
dari sekolah bersama teman-teman tetangga sebelah rumahnya. Tidak ada
tanda-tanda kecemasan pada hari-hari pertama masuk sekolah ataupun pada
hari-hari berikutnya. Prestasi akademik Os biasa saja, tidak pernah tinggal
kelas dan tidak pernah ada masalah selama sekolah baik dengan guru maupun
dengan teman-temannya.
Masa kanak-kanak akhir (pre-pubertas hingga remaja)
a. Hubungan sosial
Os merupakan anak yang aktif dan sedikit pemalu, os memiliki banyak
teman dan bisa bergaul dengan teman sebayanya di lingkungan sekitar
rumahnya. Os tidak pernah bermasalah dalam menjalin hubungan
pertemanan.
b. Riwayat sekolah
Os mulai masuk Sekolah Dasar umur 7 tahun, prestasi akademik Os biasa
saja, tidak pernah tinggal kelas dan tidak pernah ada masalah selama
sekolah baik dengan guru maupun dengan teman-teman. Setelah tamat SD
os berhenti sekolah karna masalah ekonomi.
c. Perkembangan kognitif dan motorik
Sesuai dengan anak seusianya
d. Masalah emosi dan fisik masa remaja
Sesuai dengan anak seusianya, tidak ada masalah dengan emosi dan fisik.
e. Riwayat Psikoseksual
i. Ketertarikan awal pada lawan jenis
Pasien mulai merasakan ketertarikan pada lawan jenis sekitar umur 14-
15 tahun.
ii. Pasien mengetahui masalah seksual dari teman-temannya.
iii.Kegiatan seksual pranikah tidak ada.
8
Masa Dewasa
Pekerjaan : Os bekerja sebabagai seorang buruh pemanen sawit dan
tidak pernah memiliki pekerjaan lain.
Pernikahan : Os menikah dan memiliki dua orang anak, hubungan Os
dan suaminya baik semenjak awal pernikahan hingga sekarang, tidak
pernah ada permasalahan serius.
Kepribadian orang serumah
Riwayat pendidikan : Os hanya menempuh pendidikan sekolah dasar.
Agama : Os termasuk muslim yang taat. Kehidupan beragama pasien
cukup baik, dalam kehidupannya menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
taat beribadah.
Aktivitas Sosial : Os bersosialisasi dengan baik dengan orang-orang
disekitar, aktif dalam bermasyarakat, selalu mengikuti kegiatan gotong
royong, arisan dasawisma, majelis taklim.
Situasi sosial saat ini :
1. Tempat tinggal : tinggal bersama suami dan 2 orang anak yang
berusia 15 th dan 10 th (rumah sendiri)
2. Polusi lingkungan : bising (-), ramai (-)
Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami os. :
9
No. Status Kepribadian Hubungan
1. Suami Baik (+), perhatian (+), penyabar (+)
Akrab
2. Anak perempuanAnak laki-laki
Baik(+),penurut (+)Baik(+),penurut(+)
AkrabAkrab
Rumah tempat
tinggal
Keadaan Rumah
Tenang Cocok Nyaman
Rumah orang
tua os.
√ √ √
Rumah Os
bersama suami
√ √ √
Riwayat pelanggaran hukum : Os tidak pernah melakukan pelanggaran
hukum ataupun berurusan dengan kepolisian dan tidak ada pengalaman
militer
Riwayat Seksual
Selama perkawinan kegiatan seksual dengan suami berlangsung normal.
Persepsi dan tanggapan pasien mengenai diri dan kehidupan
Os merasa dirinya saat ini sedang mengalami gangguan, dan os ingin sembuh.
Oleh Karen itu os segera mencari pengobatan.
II. Status Mental
10
1. Deskripsi Umum
1) Penampilan
Sikap tubuh : Roman muka tampak gelisah dan cemas
Cara berpakaian : Rapi dan kebersihan diri baik
Kesehatan fisik : Tampak sehat, perawakan agak gemuk
2) Perilaku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan : Normoaktif
Sikap terhadap pemeriksa : Ramah, kooperatif, kontak mata (+)
Aktivitas psikomotor : Cukup tenang dan rileks.
3) Pembicaraan
Cara berbicara : Spontan, suara jelas.
Produktifitas : Menjawab semua pertanyaan dengan
kemampuan berbahasa yang baik.
4) Afek, mood dan emosi lainnya
Afek : Sempit
Mood : Cemas
Kesesuaian afek : Sesuai
5) Pikiran
Bentuk pikir : Realistik
Proses berpikir : Koheren
Isi pikiran : Preokupasi akan kematian
6) Persepsi
Ilusi : tidak ada
Halusinasi : tidak ada
Depersonalisasi : tidak ada
Derealisasi : tidak ada
7) Sensorium
11
Kesadaran : Kompos mentis
Orientasi W/T/O : Baik
Konsentrasi dan kalkulasi : Baik
Memori : Baik
Konsentrasi-perhatian : Baik
Pengetahuan umum : Baik
8) Pengendalian impuls : Baik
9) Daya nilai
Normal sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian realitas : Baik
Tilikan : 4
10) Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
11) Pemeriksaan psikiatrik khusus lainnya :
HARS 29 (Kecemasan berat)
III. Status Interna :
Tekanan Darah :120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,8OC
RR : 20x/menit
IV. Status Neurologi :
GCS 15
Nyeri kepala (+)
Kejang (-)
V. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Khusus Lainnya
12
Tidak ada
VI. Pemeriksaan Oleh Psikolog/ Petugas Sosial dan lain-lain
Tidak ada
VII. Ikhtisar Penamuan Bermakna
Telah diperiksa seorang perempuan, 40 tahun, suku Jawa, beragama Islam,
pendidikan terakhir SD, ibu rumah tangga, anak pertama dari tiga bersaudara,
menikah satu kali, datang ke Poli Psikiatri RSJ dengan keluhan utama cemas dan
sulit tidur yang dirasakan sejak satu bulan yang lalu pada saat mengetahui sahabat
dekatnya meninggal. Kondisi ini semakin sering dialami Os bahkan hampir setiap
hari walaupun dirinya sedang tidak beraktifitas apapun. Bila serangan datang,
jantung Os langsung berdebar-debar sangat kuat, timbul cemas, gelisah,
berkeringat, sakit kepala dan timbul ketakutan akan kematian dan pada saat
serangan datang.
Hal ini membuat Os merasa khawatir dan ketakutan akan penyakitnya
sehingga Os menceritakan kondisinya ini kepada keluarganya, kemudian
langsung memeriksakan kesehatannya ke salah satu RS Swasta di Jambi. Os
tidak dirawat dan hanya diberikan beberapa obat, termasuk obat tidur. Os dapat
tidur dengan mengkonsumsi obat tidur, dan jika tidak maka Os tidak bisa tidur
sama sekali sampai pagi.
Os adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Os dibesarkan dalam
lingkungan sosiokultural Jawa dengan kondisi status ekonomi yang cukup dan
menerapkan nilai-nilai agama dengan baik. Dalam cara pengasuhan anak, ayah
dan ibunya tidak mengekang.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan seorang perempuan tampak
sehat, perawakan agak gemuk dengan roman wajah cemas dan gelisah, tampak
rapi dan kebersihan. Mood pasien cemas dan terdapat preokupasi terhadap
13
kematian. Os menyadari dirinya mengalami gangguan jiwa oleh karena itu Os
ingin mendapatkan pengobatan.
VIII. Evaluasi Diagnostik
Pada Os ini ditemukan adanya tanda dan gejala yang secara klinis bermakna
dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya dalam berbagai fungsi
pekerjaan dan psikososial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Os
mengalami suatu gangguan jiwa.
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, Os tidak pernah menderita
penyakit yang secara fisiologis menimbulkan disfungsi otak. Dari pemeriksaan
fisik dan neurologis juga tidak ditemukan kelainan yang secara fisiologis
menimbulkan disfungsi otak sehingga gangguan mental organik dapat
disingkirkan. Pada Os ini tidak didapatkan adanya hendaya dalam menilai realita
seperti waham dan halusinasi sehingga tidak digolongkan ke dalam gangguan
psikotik.
Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental, pada Os ini ditemukan
gejala utama jantung berdebar-debar dan sulit tidur, bahkan tidak bisa tidur sama
sekali. Os ini menunjukkan kecemasan sebagai gejala utama yang berlangsung
hampir setiap hari selama satu bulan terakhir yang tidak terbatas pada situasi
khusus tertentu saja (bersifat free floating atau mengambang). Gejala-gejala
tersebut mencakup kecemasan dirinya akan kematian karena sebab yang tidak
jelas, entah itu sakit atau lainnya. Ditemukan pula perasaan cemas yang tiba-tiba
muncul disertai palpitasi, keringat dingin dan mual. Pada Os ini tidak ditemukan
adanya kelainan fisik (kondisi medis umum) maupun penyalahgunaan zat yang
dapat menyebabkan gangguan cemas. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka
untuk diagnosis aksis I sesuai dengan PPDGJ III pada Os ini adalah Gangguan
Cemas Menyeluruh.
Berdasarkan riwayat premorbid, hubungan interpersonal dan cara Os
menghadapi masalahnya, Os sering menggunakan mental mekanisme represi dan
rasionalisasi. Pada aksis III tidak ada diagnosis. Pada aksis IV ditemukan
14
adanya stresor psikososial yaitu kematian sahabat dekat dan untuk aksis V
dilakukan penilaian kemampuan penyesuaian diri dengan menggunakan skala
Global Assessment of Functioning (GAF). GAF Scale saat pemeriksaan 70 – 61
(beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik) GAF Scale 1 tahun terakhir 90-81 (gejala minimal, berfungsi
baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa).
IX. Diagnosis Multiaksial
Aksis I : Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)
Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi (F41.2)
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
AksisIV : Masalah dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF Scale 1 tahun terakhir 90-81 (gejala minimal, berfungsi baik,
cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa)
GAF Scale saat pemeriksaan 70 – 61 (beberapa gejala ringan &
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)
X. Daftar Masalah
1. Organobiologik : tidak ditemukan adanya kelainan
2. Psikologis :
- Adanya gejala cemas yang dirasakan pasien hampir sepanjang hari
- Preokupasi terhadap kematian
- Adanya gejala depresi
3. Psikososial :
Masalah kematian sahabat dekat
XI. Terapi
15
Farmakoterapi :
Setralin 5mg ½ -0-0
Alprazolam 0,5mg 0-0-1
Non farmakologi :
1. Psikoterapi suportif individu
2. Terapi kognitif perilaku
XII. Prognosis Pasien
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Faktor-faktor yang meringankan :
- Mempunyai motivasi yang kuat untuk sembuh
- Kooperatif dengan program terapi dan minum obat teratur
- Faktor pencetus jelas
- Tilikan cukup baik
- Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga
Faktor-faktor yang memberatkan :
- Adanya gejala depresi
- Riwayat kematian sahabat dekat.
XIII. Pembahasan
Pada pasien ini diberikan gabungan farmakoterapi dan psikoterapi. Obat
utama yang dipertimbangkan untuk pengobatan Gangguan Cemas Menyeluruh
adalah Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), SNRI,Pregabalin,
buspiron, dan Benzodiazepin. Meskipun pemberian obat kadangkala mencapai 6
hingga 12 bulan, beberapa bukti menunjukkan bahwa pengobatan harus diberikan
dalam jangka panjang bahkan sampai seumur hidup. SSRI menjadi first line
16
terapi untuk Gangguan Cemas Menyeluruh. Pengobatan biasanya berlangsung
selama 18 bulan.
SSRI dapat digunakan bersama-sama dengan Benzodiazepin untuk
mengatasi gangguan cemas, tapi sebaiknya pengobatan dilakukan dengan
monoterapi. Pada dasarnya, semua SSRI efektif untuk gangguan cemas. Pasien ini
diberikan setralin 5mg dosis sekali sehari ½ tablet pada pagi hari untuk
menghindari efek insomnia yang justru merupakan salah satu keluhan pasien ini.
Sedangkan efek samping pada sistem gastrointestinal diantisipasi dengan
mengkonsumsinya setelah makan.
Psikoterapi yang efektif dalam penatalaksanaan Gangguan Cemas
Menyeluruh maupun Gangguan Panik adalah cognitive behaviour therapy,
tujuannya untuk membantu pasien mengenali dan mengubah pola pemikiran
menyimpang dan perilaku disfungsional, melalui proses ini untuk meringankan
penderitaan dan hendaya yang ditimbulkan oleh gangguan cemas ini.
CBT adalah suatu model terapi kognitif, yang intinya adalah kerjasama
antara terapis dan pasien untuk mencari penyelesaian masalah. Terapi ini
dilaksanakan dengan waktu yang singkat (15-25 pertemuan), terstruktur dan
terarah. Pasien bisa belajar untuk mengatasi masalah sendiri di kemudian hari.
Terapi ini difokuskan pada masalah saat ini dan juga pada pencegahan relaps.
Tujuan CBT ini mengubah keyakinan tersebut untuk mengurangi respon
yang bermasalah dan meningkatkan respon yang fungsional. CBT dapat diberikan
dengan model A-B-C-D. Pada model ini:
“A” adalah Activating Event (kejadian yang mencetuskan terbentuknya keyakinan
atau kepercayaan yang salah). Pada pasien ini adalah kematian sahabat dekatnya
“B” adalah Beliefs (keyakinan atau kepercayaan seseorang berdasarkan kejadian
yang mencetuskan. Bukan kejadiaan itu sendiri yang menghasilkan gangguan
perasaan, tetapi interpretasi dan keyakinan atau kepercayaan pasien tersebut
tentang kejadiaan itu). Adanya activating event membuat pasien berkeyakinan
bahwa dirinya akan mati.
17
“C” adalah Consequence (konsekuensi emosional dari kejadian tersebut).
Konsekuensi emosional pada pasien ini adalah pasien merasa cemas, jantungnya
berdebar-debar, sakit kepala, gelisah, sulit tidur, merasa lemah, susah makan.
“D” adalah Dispute (penggoyahan terhadap keyakinan yang tidak rasional,
tidak realistik, tidak tepat dan tidak benar kemudian menggantinya dengan
keyakinan yang rasional, realistik, tepat dan benar). Pasien diajarkan untuk
mengenali respon emosi dan perilaku yang timbul akibat pikiran tersebut dan
menilai bukti-bukti yang mendukung atau menyangkal pikirannya tersebut.
Selanjutnya pasien diminta untuk mencari penjelasan alternatif untuk pikirannya
tersebut dan diajarkan mengenai berbagai tipe kesalahan pemikiran yang umum.
Pasien kemudian diminta untuk membentuk pikiran baru berdasarkan bukti-bukti
yang ada.
Pasien juga diberikan psikoterapi suportif individu. Tahap awal dari
psikoterapi suportif individu meliputi menentukan tujuan dan menetapkan
pengaturan terapi. Terapis bekerjasama dengan pasien untuk menetapkan tujuan
pengobatan, yang biasanya fokus pada pengentasan gejala dan membangun
hubungan terapeutik.
Pada psikoterapi ini, terapis juga menjelaskan proses pengobatan atau cara
kerja pengobatan, memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai
penyakitnya, membantu pasien mengembangkan pemahaman mereka terhadap
masalahnya sehingga dapat menemukan solusi dari permasalahan mereka
daripada mengatakan pada pasien apa yang harus mereka lakukan, membantu
mengidentifikasi faktor-faktor presipitasi, mengurangi pertahanan yang
maladaptif dan memperkuat pertahanan yang adaptif, modifikasi harapan pasien
yang tidak mungkin tercapai.
XIV. Follow Up
- Tanggal 8 Desember 2015
18
S : Os merasa senang karena kondisinya sudah membaik. Perasaan cemas dan
keluhan lainnya sudah jarang dirasakan lagi. Os beraktivitas seperti
biasanya.
Hari ini Os diantar ke RSJ oleh suaminya.
O : Penampilan : seorang wanita, sesuai usia, penampilan rapi, roman wajah
ceria.
Pikiran : Preokupasi akan kematian.
TL : Pasien duduk tenang, relaks.
Emosi : Mood eutimik, afek sesuai.
D : Gangguan Cemas Menyeluruh
T : setralin 5mg 1/2-0-0
Alprazolam 0,5 mg 0-0-1
Psikoterapi suportif dan CBT.
Wawancara singkat dengan pasien
Dilakukan pada tanggal 8 desember 2015, pada pukul 10.00 WIB
19
DM = Pemeriksa
Ny. B = Pasien
DM = Selamat siang, perkenalkan saya dokter muda Ranty, maaf bu saya mau menanyakan tentang kondisi anda, boleh tidak bu?
Ny. B = Boleh dok
DM = Baiklah,.Namanya siapa bu? (berjabat tangan)
Ny.B = Nama ibu Bainik dokter (tersenyum ramah)
DM = Bu Bainik lahirnya tanggal berapa? Sekarang umurnya berapa?
Ny.B = Tanggal 7, bulan 9, tahun 1.975, sekarang umurnya 40 th dok (memori)
DM = Bu saya ada tugas presentasi kasus, kebetulan kasus yang mau saya presentasikan itu sama seperti penyakit yang sedang ibu alami sekarang, bersediakah ibu menjadi narasumber saya? Ibu tidak keberatan kan kalau saya menanyakan tentang keluhan ibu saat pertama kali berkunjung ke sini ?
Ny.B = oo boleh-boleh dok (tersenyum),
DM = Bu Bainik tinggalnya dimana?
Ny.B = di Muara sebu, muaro jambi dok
DM = kesini diantar siapa ?
Ny.B = diantar sama suami (senyum).
DM = Ibu kemaren pas dating kesini keluhannya apa ya bu? Bisa ibu ceritakan kembali ga ?
Ny.B = ya itu dokter, ibu sebulan belakang ini cemas terus, dari pagi sampe malem bawaannya cemas terus. jantung berdebar-debar, sakit kepala, ngga bisa tidur. Pokoknya fikiran bawaannya tidak bisa fokus dok. (serius)
DM = cemasnya gimana bu? Ada yang ibu fikirin ?
Ny. B = ya cemas dok, pokoknya perasaan ga bisa tenang, ga bisa fokus, rasanya ada yang aneh aja. Cemasnya sepanjang hari dok, padahal ga ada sesuatu yang aneh dengan rumah ataupun orang-orang disekitar.
20
DM = cemasnya itu ada waktu-waktunya gab u? misalnya ibu makin merasa cemas pas abis makan atau pas sendiri dirumah?
Ny.B = cemas nya it uterus-terusan dok, tapi ibu ngerasanya makin terasa aja pas malam dok, pas mau tidur. Jadinya ibu ga bisa tidur dok. biasanya malam lebih terasa sampai tidak bisa tidur.
DM = susah tidurnya gimana bu? Susah mau tidur atau sering terbangun? Biasanya ibu tidur jam berapa?
Ny.B = ya susah buat tidur dokter, biasanya ibu tidurnya jam 9 nah kemaren itu ibu awalnya ga bisa tidur jam sembilan meskipun ibu udah matikan lampu dan memejamkan mata. Itu ibu baring-baringnya jam 9 bisa tidurnya jam 12san, kadang jam setengah dua.
DM = Itu kenapa bu? Ada yang difikirin?
Ny.B = ibu itu bawaannya mikirin temen ibu yang meninggal mendadak sebulan yang lalu. Cuma sakit panas malamnya, terus besok paginya ga bangun lagi. Padahal sehari sebelumnya kita masi ngobrol di kebun sambil manensawit.
DM = itu teman dekat ibu ya? Pernah sakit sebelumnya?
Ny. B = iya dokter, sejak ibu pindah dari jawa kesini, ibu sering main dan kerja sama –sama dia terus, rumah juga berdekatan. Ibu kepikiran terus dok, jadinya ya ibu kaya gini.
DM = Ada masalah lain mungkin bu yang ibu fikirin ? masalah keluarga mungkin? boleh cerita kesaya bu (senyum)
Ny.B = Ga ada lah dok, ya namanya rumah tangga pasti ada lah masalah biasalah, ga ada yang begitu berat yang harus difikirin. (senyum)
DM = Hubungan sama suami, anak, keluarga, tetangga baik bu?
Ny.B = baik-baik aja dok, insyaallah ga ada masalah lah sama itu. Suami sama anak juga baik-baik aja. Keluarga tetangga juga baik-baik aja.
DM = ibu kemaren pas lahirnya cukup bulan? Lahir di mana bu?
Ny.B = kata ibunya ibu lahinya 9 bulan, lahirnya di dukun beranak dokter, dulu masih susah kalau mau lahiran di bidan, bidannya ga sebanyak sekarang (senyum)
21
DM = Perkembangannya gimana bu? Normal kaya anak lainnya? Pernah sakit parah gab u?
Ny.B = Normal-normal saja lah dok, Cuma pas kecil sempat ga bisa jalan gara-gara demam, hamper 6 bulanan lah. Ibu dibawa berobat ke orang pinter, abis itu bisa jalan lah, Alhamdulillah ga ada masalah sampai sekarang.
DM = pernah kejang/jatuh yang kepalanya kebentur gab u? atau ada penyakit lain?
Ny.B = ga pernah dok
DM = kalau pas masih muda ibu orangnya gimana? Temannya banyak gab u?
Ny.B = Ibu orangnya suka main lah, ga susah kalau ketemu orang. Cuma ya agak malu kalau disuruh tampil-tampil didepan umum (tertawa). Temannya banyak, karna ibu suka bergurau
DM = baiklah bu, kayanya informasinya sudah cukup. Terimakasih ya bu sudah mau jadi narasumber saya (senyum) ibu jangan lupa minum obatnya dan dating lagi untuk control.
Ny.B = iya dok, sama-sama. Dok, berapa lama ya kira-kira ibu bisa sembuh ?
DM = insyallah ibu bisa cepat sembuh, karna ibu cepat mecari pengobatan. Obatnya jangan lupa diminum ya bu, dan ibu jangan sering mikirin itu lagi, cari kesibukan lainnya yang bisa bikin ibu ketawa, dan jangan lupa kontrol ulang lagi ya bu ya, biar cepet sembuh.
Ny. B = Iya dok. Terimakasih ya dok (berjabat tangan)
DM = Sama-sama bu, hati-hati dijalan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
22
3.1. Definisi
Ansietas (kecemasan) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung
oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas.
Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan
gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan yang berlebihan. Kecemasan merupakan
gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering merupakan suatu fungsi emosi.
Ansietas merupakan pengalaman individu yang bersifat subyektif yang sering
bermanifestasi sebagai perilaku yang disfungsional yang diartikan sebagai perasaan
“kesulitan” dan kesusahan tehadap kejadian yang tidak diketahui dengan pasti.
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif
dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut,
yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah
respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan
untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.
Gangguan anxietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan
kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan
dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan
sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan
dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur dan
kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna
dalam fungsi sosial dan pekerjaan.
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang berlebihan
tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk
khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan timbulnya
stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan sosial. Pasien
23
dengan GAD biasanya mempunyai rasa risau dan cemas yang berlanjut dengan
ketegangan motorik, kegiatan autonomik yang berlebihan, dan selalu dalam keadaan
siaga. Beberapa pasien mengalami serangan panik dan depresi.
3.2. Epidemiologi
Gangguan ansietas merupakan kelompok gangguan psikiatri yang paling sering
ditemukan. Nasional comorbidity study melaporkan bahwa satu diantara empat orang
memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan ansietas dan terdapat angka prevalensi
12 bulan sebesar 17,7 persen. Perempuan lebih cenderung mengalami gangguan ansietas
dibandingkan laki-laki (3;2), dan prevalensi ansietas menurun dengan meningkatnya
status sosioekonomi.
Angka prevalensi untuk gangguan anxietas menyeluruh 3-8% , dengan prevalensi
pada wanita > 40 tahun sekitar 10%. Rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1.
Onset penyakit biasanya muncul pada usia pertengahan hingga dewasa akhir, dengan
insidens yang cukup tinggi pada usia 35-45 tahun. GAD merupakan gangguan
kecemasan yang paling sering ditemukan pada usia tua.
3.3. Etiopatogenesis
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan faktor yang diduga menyebabkan
terjadinya gangguan anxietas menyeluruh. Teori-teori tersebut antara lain :
1. Teori Biologi
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus oksipitalis yang
mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di otak. Basal ganglia, sistem limbik, dan
korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada pasien
GAD juga ditemukan sistem serotonergik yang abnormal. Neurotransmiter yang
berkaitan dengan GAD adalah GABA, serotonin, norepinefrin, glutamate, dan
kolesistokinin. Pemeriksaan PET (Positron Emision Tomography) pada pasien GAD
ditemukan penurunan metabolisme di ganglia basal dan massa putih otak.
24
2. Teori Genetik
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien GAD dan
gangguan Depresi Mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama
penderita GAD juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan penelitian pada
pasangan kembar didapatkan angka 50% pada kembar monozigotik dan 15% pada
kembar dizigotik.
3. Teori Psikoanalitik
Teori ini menghipotesiskan bahwa anxietas adalah gejala dari konflik bawah sadar
yang tidak terselesaikan. Pada tingkat yang paling primitif, anxietas dihubungkan dengan
perpisahan dengan objek cinta. Pada tingkat yang lebih matang lagi, anxietas
dihubungkan dengan kehilangan cinta dari objek yang penting. Anxietas kastrasi
berhubungan dengan fase oedipal, sedangkan anxietas superego merupakan ketakutan
seseorang untuk mengecewakan nilai dan pandangannya sendiri (merupakan anxietas
yang paling matang).
4. Teori kognitif-perilaku
Penderita GAD berespon secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman, disebabkan
oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal yang negative pada lingkungan, adanya
distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negative terhadap
kemampuan diri untuk menghadapi ancaman.
3.4. Gejala dan diagnosis
3.4.1. Gejala
Gejala-gejala Gangguan Cemas Menyeluruh
25
Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar
2. Otot tegang/kaku/pegal
3. Tidak bisa diam
4. Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik 5. Nafas pendek/terasa berat
6. Jantung berdebar-debar
7. Telapak tangan basah/dingin
8. Mulut kering
9. Kepala pusing/rasa melayang
10. Mual, mencret, perut tak enak
11. Muka panas/ badan menggigil
12. Buang air kecil lebih sering
Kewaspadaan berlebihan dan
Penangkapan berkurang
13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu
14. Mudah terkejut/kaget
15. Sulit konsentrasi pikiran
16. Sukar tidur
17. Mudah tersinggung
Beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk
ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering
dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi
sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of
persecution (delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak
berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
26
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan
jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
Gejala-gejala kecemasan dibagi dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :
a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar,
banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa
lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.
b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar,
terguncang, melekat dan dependen
c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan
akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa
bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi
Gejala utama dari ganguan anxietas adalah rasa cemas, ketegangan
motorik, hiperaktivitas otonomik, dan kewaspadaan kognitif. Kecemasan
berlebihan dan mengganggu aspek lain kehidupan pasien Gejala klinis Gangguan
Cemas Menyeluruh meliputi:
Penderita menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai bulan, yang tidak terbatas
atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (free floating
atau mengambang)
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
Kecemasan (khawatir akan nasib buruk seperti berada di ujung tanduk, sulit
berkonsentrasi, dll)
Ketegangan motorik (gelisah, gemetaran, sakit kepala, tidak dapat santai, dsb)
27
Overaktivitas otonomik (terasa ringan, berkeringat, takikardi, takipnea, jantung
berdebar-debar, sesak napas, epigastrik, pusing kepala, mulut kering, dan
gangguan lainnya)
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
serta keluhan somatik berulang yang menonjol
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membetalkan diagnosis utama Gangguan anxietas
menyeluruh, selema hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresi, gangguan anxietas fobik, gangguan panik atau gangguan obsesif
kompulsif.
3.4.2. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart (2006), ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh
individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
1. Kecemasan Ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari, individu masih
waspada serta lapang presepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat
memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara
efektif dan menghasilkan pertumbuhan.
2. Kecemasan Sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang presepsi
individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang
selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
3. Kecemasan Berat
Lapangan presepsi individu sangat sempit. Individu cenderung berfokus
pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain.
28
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
4. Panik
Berhubungan dengan ketakutan, dan terror. Hal yang rinci terpecah dari
proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.
Panic mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan
aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan
orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika
berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan
kematian.
3.4.2. Diagnosis
Kriteria diagnostik gangguan anxietas menyeluruh menurut DSM IV-TR :
a. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap
hari, sepanjang hari, terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah
aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah)
b. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya
c. Kecemasan atau kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala
berikut ini (dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi
dibandingkan tidak terjadi selama enam bulan terakhir). Catatan : hanya satu
nomor yang diperlukan pada anak:
1. Kegelisahan
2. Merasa mudah lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. Iritabilitas
5. Ketegangan otot
29
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah, dan
tidak puas)
d. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I,
misalnya kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita suatu
serangan panik (seperti pada gangguan panik), merasa malu pada situasi
umum (seperti pada fobia sosial), terkontaminasi (seperti pada gangguan
obsesif kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat (seperti
gangguan anxietas perpisahan), penambahan berat badan (seperti pada
anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan
somatisasi), atau menderita penyakit serius (seperti pada hipokondriasis)
serta kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi semata-mata selama
gangguan stres pasca trauma.
e. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau
fungsi penting lain.
f. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari
suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum
(misalnya hipertiroidisme), dan tidak terjadi semata-mata selama suatu
gangguan mood, gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif.
Penegakan diagnosis gangguan anxietas menyeluruh berdasarkan PPDGJ-III
sebagai berikut :
a. Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang
tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja
(sifatnya “free floating” atau “mengambang”)
b. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,
sulit konsentrasi, dan sebagainya);
30
2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan
3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, seska napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering dan sebagainya).
c. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic berulang yang
menonjol.
d. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas
Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari
episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik
(F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).
3.5. Diagnosis Banding
Gangguan anxietas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat kondisi
medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat. Diperlukan
pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid.
Klinisi harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia,
kondisi putus zat atau obat seperti alkohol, hipnotik-sedatif dan anxiolitik.
Kelainan neurologis, endokrin, metabolik dan efek samping pengobatan pada
gangguan panik harus dapat dibedakan dengan kelainan yang terjadi pada gangguan
anxietas menyeluruh. Selain itu, gangguan anxietas menyeluruh juga dapat didiagnosis
banding dengan fobia, gangguan obsesif-kompulsif, hipokondriasis, gangguan somatisasi,
dan gangguan stres post-trauma.
a. Fobia
Pada fobia, kecemasan terjadi terhadap objek/hal tertentu sehingga pasien berusaha
untuk menghindarinya, sedangkan pada GAD, tidak terdapat objek tertentu yang
menimbulkan kecemasan.
31
b. Gangguan obsesif kompulsif
Pada gangguan obsesif kompulsif, pasien melakukan tindakan berulang-ulang
(kompulsi) untuk menghilangkan kecemasannya, sedangkan pada GAD, pasien sulit
untuk menghilangkan kecemasannya, kecuali pada saat tidur.
c. Hipokondriasis
Pada hipokondriasis maupun somatisasi, pasien merasa cemas terhadap penyakit
serius ataupun gejala-gejala fisik yang menurut pasien dirasakannya dan berusaha datang
ke dokter untuk mengobatinya, sedangkan pada GAD, pasien merasakan gejala-gejala
hiperaktivitas otonomik sebagai akibat dari kecemasan yang dirasakannya.
d. Gangguan stres pasca trauma
Pada gangguan stres pasca trauma, kecemasan berhubungan dengan sutau peristiwa
ataupun trauma yang sebelumnya dialami oleh pasien, sedangkan pada GAD kecemasan
berlebihan berhubungan dengan aktivitas sehari-hari.
3.6. Terapi
1. Farmakoterapi
a. Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine dimulai dengan dosis
terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Pengguanaan sediaan dengan
waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak
diinginkan. Lama pengobatan rata-rata 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off
selama 1-2 minggu. Spektrum klinis Benzodiazepin meliputi efek anti-anxietas,
antikonvulsan, anti-insomnia, dan premedikasi tindakan operatif. Adapun obat-obat yang
termasuk dalam golongan Benzodiazepin antara lain :
a) Diazepam, dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari; injeksi = 5-10 mg 9im/iv),
broadspectrum
b) Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3x 5-10 mg/hari, broadspectrum
32
c) Lorazepam, dosis anjuran 2-3x 1 mg/hari, dosis anti-anxietas dan anti-insomnia
berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas, untuk pasien-pasien
dengan kelainan hati dan ginjal
d) Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari, , dosis anti-anxietas dan anti-insomnia
berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas, psychomotor
performance paling kurang terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang
masih ingin tetap aktif
e) Bromazepam, dosis anjuran 3x 1,5 mg/hari, , dosis anti-anxietas dan anti-insomnia
berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas.
f) Alprazolam, dosis anjuran 3 x 0,25 – 0,5 mg/hari, efektif untuk anxietas tipe
antisipatorik, “onset of action” lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti-
depresi
b. Non-benzodoazepin (Buspiron)
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih efektif dalam
memperbaiki gejala kognitif disbanding gejala somatik. Tidak menyebabkan withdrawal.
Dosis anjuran 2-3x 10 mg/hari. Kekurangannya adalah, efek klinisnya baru terasa setelah
2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah menggunakan
Benzodiazepin tidak akan memberikan respon yang baik dengan Buspiron. Dapat
dilakukan penggunaan bersama antara Benzodiazepin dengan Buspiron kemudian
dilakukan tapering Benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi Buspiron sudah
mencapai maksimal.
Tabel 2. Sediaan Obat Anti-Anxietas dan Dosis Anjuran (menurut IiMS Vol. 30-
2001)
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1. Diazepam Diazepin Tab. 2-5 mg 10-30 mg/h
33
Lovium
Stesolid
Tab. 2-5 mg
Tab. 2-5 mg
Amp. 10mg/2cc
2. Chlordiazepoxide Cetabrium
Arsitran
Tensinyl
Drg. 5-10 mg
Tab. 5 mg
Cap. 5 mg
15-30 mg/h
3. Lorazepam Ativan
Renaquil
Tab. 0,5-1-2 mg
Tab. 1 mg
2-3 x 1 mg/h
4. Clobazam Frisium Tab. 10 mg 2-3 x 1m mg/h
5. Alprazolam Xanax
Alganax
Tab. 0,25-0,5 mg
Tab. 0,25-0,5 mg
0,75-1,50 mg/h
6. Sulpiride Dogmatil Cap. 50 mg 100-200 mg/h
7. Buspirone Buspar Tab. 10 mg 15-30 mg/h
8. Hydroxyzine Iterax Caplet 25 mg 3x25 mg/h
2. Psikoterapi
a. Terapi kognitif perilaku
Teori Cognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran
manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus-kognisi-respon, dimana proses
kognisi akan menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir,
merasa dan bertindak. Terapi kognitif perilaku diarahkan kepada modifikasi fungsi
berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan peran otak dalam menganalisa,
memutuskan, bertanya, berbuat dan memutuskan kembali. Dengan mengubah arus
pikiran dan perasaan, klien diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya, dari negatif
menjadi positif. Tujuan terapi kognitif perilaku ini adalah untuk mengajak pasien
menentang pikiran (dan emosi) yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang
bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah yang dihadapi. Pendekatan
kognitif mengajak pasien secara kangsung mengenali distorsi kognitif dan pendekatan
34
perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung. Teknik utama yang digunakan
pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.
b. Terapi suportif
Pasien diberikan re-assurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada
dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi
sosial dan pekerjaannya.
c. Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Terapi ini mengajak pasien ini untuk mencapai penyingkapan konflik bawah
sadar, menilik egostrength, relasi objek, serta keutuhan self pasien. Dari pemahaman
akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh
mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur, bila tidak tercapai, minimal kita
memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
3.7. Prognosis
Gangguan anxietas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang
mungkin berlangsung seumur hidup. Prognosis dipengaruhi oleh usia, onset, durasi
gejala dan perkembangan komorbiditas gangguan cemas dan depresi. Karena
tingginya insidensi gangguan mental komorbid pada pasien dengan gangguan
kecemasan menyeluruh, perjalanan klinis dan prognosis gangguan cemas menyeluruh
sukar untuk ditentukan. Prognosis semakin buruk pada orang yang memiliki lebih
dari satu jenis gangguan kecemasan.
Dalam menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh, perlu diingat
bahwa banyak segi yang harus dipertimbangkan. Hal ini berhubung dengan dinamika
terjadinya gangguan cemas serta terapinya yang begitu kompleks. Keadaan penderita,
lingkungan penderita, dan dokter yang mengobatinya ikut mengambil peran dalam
menentukan prognosis gangguan cemas menyeluruh.
Ditinjau dari kepribadian premorbid, jika penderita sebelumnya telah
menunjukkan kepribadian yang baik di sekolah, di tempat kerja atau dalam interaksi
35
sosialnya, maka prognosisnya lebih baik daripada penderita yang sebelumnya banyak
menemui kesulitan dalam pergaulan, kurang percaya diri, dan mempunyai sifat
tergantung pada orang lain. Kematangan kepribadian juga dapat dilihat dari
kemampuan seseorang dalam menanggapi kenyataan-kenyataan, keseimbangan
dalam memadukan keinginan-keinginan pribadi dengan tuntutan-tuntutan masyarakat,
integrasi perasaan dengan perbuatan, kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan lain sebagainya. Semakin matang kepribadian premorbidnya, maka
prognosis gangguan cemas menyeluruh juga semakin baik. Akan tetapi, sebagian
besar pasien menunjukkan perbaikan dengan kombinasi terapi medikasi dan terapi
kognitif perilaku (cognitive behavioural therapy). Statistik menunjukkan dengan
terapi yang adekuat, sekitar 50% pasien membaik keadannya dalam 3 minggu
semenjak terapi dimulai.
BAB IV
ANALISIS KASUS
36
Dari alloanamnesis dan pemeriksaan psikiatrik yang di lakukan terhadap
Pasien Ny.B, 40 tahun yang datang ke Poli Kejiwaan RSJ Jambi tanggal 8
Desemberber 2015, os datang ditemani oleh suaminya. Os berpakaian rapi dan
tampak sehat.
Os mengeluh sejak sebulan yang lalu merasa cemas, gelisah, jantung
berdebar-debar, sakit kepala dan takut mati. Perasaan cemas dirasakan setiap saat
dan meningkat saat mau tidur. Os susah tidur. Selama 2 minggu pertama os susah
memulai tidur dan sehari tidur, sehari tidak. 1 minggu terakhir os tidak bisa tidur
sama sekali sampai pagi. Os susah berkonsentrasi dan fokus, tetapi os masih tetap
bekerja memanen kelapa sawit di kebun dan melakukan aktifitas rumah tangga.
Nafsu makan dan berat badan menurun selama sakit.
Os sempat berobat ke poli syaraf di salah satu rumah sakit swasta dan
diberikan obat tidur. Keluhan dirasakan semakin lama semakin memburuk, sehingga
os datang ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan pengobatan. Os tidak pernah
mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
Pada pemeriksaan status mental Pasien wanita, berpenampilan rapi,
penampilan sesuai usia, saat wawancara didampingi oleh suami. Selama wawancara,
sikap os terhadap pemeriksa kooperatif, kontak mata dengan pemeriksa ada, pasien
menjawab pertanyaan pemeriksa, motorik tidak terganggu, kesadaran (Compos
mentis), orientasi baik. Mood dan afek baik. Penatalaksaan yang di berikan adalah
diazepam 2x2mg sehari, clorpromazid 1x100mg (po) malam.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan tersebut pasien didiagnosa sebagai
gangguan cemas menyeluruh karena didapatkan tanda dan gejala yang memenuhi
kriteria umum gangguan cemas menyeluruh. Dari penjelasan diatas, prognosis Ny. D
adalah baik karena cepat mendapatkan pengobatan.
BAB V
PENUTUP
37
Ansietas merupakan suatu fenomena kompleks yang menandakan adanya
dinamika kehidupan dan bagian dari proses psikis yang memberikan isyarat fisik dan
mental bahwa terdapat perubahan internal dan eksternal. Ansietas dapat terjadi pada
keadaan normal bila secara tiba-tiba berhadapan dengan keadaan bahaya, menghadapi
ujian / tantangan dan kadang-kadang terjadi bila bertemu dengan orang yang kita takuti.
Gangguan ansietas ditandai dengan gejala fisik seperti kecemasan (khawatir akan
nasib buruk), sulit konsentrasi, ketegangan motorik, gelisah, gemetar, renjatan, rasa
goyah, sakit perut, punggung dan kepala, ketegangan otot, mudah lelah, berkeringat,
tangan terasa dingin, dan sebagainya.
Gangguan anxietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan
kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan
dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan
sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan
dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan
kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna
dalam fungsi sosial dan pekerjaan.
Penatalaksanaan GAD meliputi farmakoterapi, golongan Benzodiazepin
merupakan drug of choice sebab mempunyai efek anti-anxietas, spesifitas, potensi dan
keamanan yang paling baik. Selain itu, pasien juga diberikan psikoterapi, berupa terapi
kognitif-perilaku (CBT), terapi suportif dan psikoterapi berorientasi tilikan.
Dalam menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh, perlu diingat
bahwa banyak segi yang harus dipertimbangkan. Hal ini berhubung dengan dinamika
terjadinya gangguan cemas serta terapinya yang begitu kompleks. Keadaan penderita,
lingkungan penderita, dan dokter yang mengobatinya ikut mengambil peran dalam
menentukan prognosis gangguan cemas menyeluruh.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Maria, Josetta. Cemas Normal atau Tidak Normal. Program Studi Psikologi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
39
2. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis
Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta:
Bina Rupa Aksara. Hal. 1-15
3. Kaplan, Harold. I. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika.
Hal. 145-54
4. Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-110
5. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya.
Hal. 72-75
6. Adiwena, Nuklear. 2007. Anxietas. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Indonesia.
7. Eldido. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan Penanganannya. 20 Oktober 2008.
8. Yates, W. R. 2008. Anxiety Disorders. Update Desember 9, 2015
www.emedicine.com
9. Anonim. Kecemasan atau Ansietas. Update 2 Desember 2015
www.mitrariset.blogspot.com
10. Ashadi. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi. Updates 30 november 2015.
www.sidenreng.com
11. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 12
12. David S Baldwi, Ian M Anderson dkk. Evidence-based pharmacological
treatment of anxiety disorders, post-traumatic stress disorder and obsessive-
compulsive disorder: A revision of the 2005 guidelines from the British
Association for Psychopharmacology. Journal of Psychopharmacology. 2014
13. Borwin Bandelow, Leo Sher dkk. Guidelines for the pharmacological treatment
of anxiety disorders, obsessive – compulsive disorder and posttraumatic stress
disorder in primary care. International Journal of Psychiatry in Clinical Practice,
2012
40
41