bab iii

16
KEUANGAN PUBLIK & KEBIJAKAN FISKAL BAB III

Upload: claire

Post on 07-Feb-2016

86 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB III. KEUANGAN PUBLIK & KEBIJAKAN FISKAL. Pengertian APBN & APBD. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III

KEUANGAN PUBLIK & KEBIJAKAN FISKAL

BAB III

Page 2: BAB III

Pengertian APBN & APBD

APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Negara merupakan sebuah daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun untuk membiayai kegiatan-kegiatan pemerintah yang bersangkutan.

APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah merupakan sebuah daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran daerah selama satu tahun.

Page 3: BAB III

Fungsi APBN & APBD

1. Fungsi Otorisasi 2. Fungsi Perencanaan3. Fungsi Pengawasan4. Fungsi Alokasi5. Fungsi Distribusi6. Fungsi Stabilisasi

Page 4: BAB III

Penyusunan APBN

Pada saat APBN disusun setidaknya terdapat enam sumber ketidakpastian yang berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN baik sisi pendapatan maupun belanja. Sumber ketidakpastian itu antara lain harga minyak bumi di pasar internasional, kuota produksi minyak mentah yang ditentukan oleh OPEC, pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku buinga, nilai tukar rupiah terhadap Dollar.

Pemerintah lalu menetapkan angka-angka asumsi atas sumber ketidakpastian tersebut sebagai dasar penyusunan RAPBN.

Page 5: BAB III

Tujuan Perubahan Format & Fomat Baru APBN

Sejak tahun 2003 Indonesia tidak menggunakan konsep anggaran berimbang tetapi menggunakan konsep anggaran surplus/defisit. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan belanja negara melalui minimalisasi duplikasi rencana kerja dan penganggaran dalam belanja negara, dan meningkatkan keterkaitan antara keluaran dan hasil. Selain itu perubahan format anggaran juga untuk klasifiikasi yang digunakan secara internasional.

Page 6: BAB III

Lanjutan…

Sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2003 format APBN yang baru mengalami perubahan dari T-account menjadi I-account. Sistem penganggaran belanja negara secara implisit menggunakan sistem unified budget dimana tidak ada pemisahan antara pengeluaran rutin dan pembangunan, sehingga klasifikasi menurut ekonomi akan berbeda dari klasifikasi sebelumnya.

Page 7: BAB III

Komposisi APBN

1. Pendapatan negara dan hibah: • Penerimaan Dalan Negeri• Penerimaan Hibah

2. Belanja Negara :• Belanja Pemerintah Pusat• Belanja untuk Daerah

3. Surplus/Defisit Anggaran 4. Pembiayaan:

• Sisa lebih perhitungan anggaran daerah• Penerimaan pinjaman daerah• Dana cadangan daerah• Hasil penjualan kekayaan daerah ang dipisahkan

Page 8: BAB III

Perubahan Format APBD

Format lama :• Penerimaan berasal dari PAD, bantuan dari

pemerintah yang lebih tinggi, pinjaman• Pos belanja dibagi kedalam belanja rutin &

pembangunan sehingga biaya keseluruhan suatu unit tidak terlihat

• Kriteria belanja rutin dan belanja pembangunan tidak jelas sehingga mudah dimanipulasi

• Berbasis input yaitu sulit dihubungkan dengan tujuan unit terkait

Page 9: BAB III

Komposisi APBD

1. Sumber Penerimaan Daerah :• Pendapatan Daerah• Pembiayaan

2. Pos Belanja :• Belanja Aparatur Daerah• Belanja Pelayanan Publik • Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan• Belanja Tidak Tersangka

Page 10: BAB III

Format baru :• Pendapatan terdiri dari PAD dan penerimaan dirinci

menurut objeknya• Pos belanja dibagi atas dasar aktivitas dan jenis

biaya di masing-masing dinas dan sumber dananya• Belanja rutin berulang setiap tahun, sementara

belanja pembangunan adalah belanja barang modal• Pembiayaan terdiri dari Penerimaan Daerah dan

Pengeluaran Daerah• Berbasis output yaitu sesuai sasaran dan standar

pelayanan yang diharapkan

Page 11: BAB III

Hubungan Antara Keuangan Pusat & Daerah

Hubungan antara pusat dan daerah sejak UU No 5 Tahun 1974 sebenarnya sudah berpijak pada 3 asas yaitu :• Desentralisasi : penyerahan wewenang pemerintahan

oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI

• Dekonsentrasi : pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah

• Tugas pembantuan : penugasan dari pemerintah kepada Daerah dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan

Page 12: BAB III

Lanjutan …

Hubungan antara pusat dan daerah pada akhirnya tercermin dalam pembagian kewenangan, tugas dan tanggung jawab yang jelas antar tingkat pemerintahan.

Page 13: BAB III

Kebijakan Fiskal Nasional

Kebikajan fiskal merupakan langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam pembelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapiBerdasarkan kepada jenisnya kebijakan fiskal dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Penstabil Otomatik2. Kebijakan Fiskal Diskresioner

Page 14: BAB III

Penstabil Otomatik1. Tarif pajak :

• Tarif pajak proporsional : tarif pemungutan pajak dengan menggunakan npresentase yang tetap berapapun jumlah yang digunakan sebagai dasar pemungutan pajak. Makin besar jumlah yang kena pajak, maka makin besar pula pajak yang dibebankan

• Tarif pajak progresif : tarif pemungutan pajak dengan presentase yang meningkat. Semakiin besar jumlah yang kena pajak maka semakin besar juga presentase tarif pajaknya

• Tarif pajak regresif : tarif pemungutan pajak yang semakin menurun. Semakin jumlah yang kena pajak maka semakin kecil presentase tarif pajaknya

• Tarif pajak tetap : tarif pemungutan pajak yang tidak berdasarkan presentase tetapi berdasarkan nilai rupiah tertentu yang tidak berubah-ubah berapapun jumlah kena pajaknya

2. Asuransi pengangguran 3. Kebijakan harga minimun

Page 15: BAB III

Kebijakan Fiskal Diskresioner

Kebijakan fiskal diskresioner dapat diartikan sebagai langkah-langkah pemerintah untuk mengubah pengeluarannya dengan tujuan untuk :

1. Mengurangi gerak naik turun tingkat kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu

2. Menciptakan suatu tingkat kegiatan ekonomi yang mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja yang tinggi, tidak menghadapi masalah inflasi dan selalu mengalami pertumbuhan yang memuaskan.

Page 16: BAB III

Peranan Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal memegang perana yang sangat penting dalam menstabilkan tingkat kegiatan ekonomi dan menciptakan tingkat kegiatan ekonomi ke arah yang dikehendakiTerdapat 3 jenis sistem anggaran yang dapat diterapkan dalam kebijakan fiskal, antara lain :

1. Anggaran Surplus2. Anggaran Defisit3. Anggaran Berimbang