bab iii
DESCRIPTION
csdvsdvTRANSCRIPT
![Page 1: BAB III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d4331a28ab9b02a0a5ec/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB III
METODOLOGI
Pada tanggal 26 September 2015 dilakukan praktikum lapangan
sedimentologi dan stratigrafi ke daerah sungai jabungan. Pada praktikum lapangan
ini terdapat dua lokasi pengamatan yaitu pada bagian hulu dan hilir. Perjalanan
menuju tempat tersebut kurang lebih satu jam dari kampus teknik geologi UNDIP,
Gedung Pertamina Sukowati. Perjalanan dibagi dua untuk pengamatan hulu dan
hilir. Adapun deskripsi lapangan, diagram alir, data pengayakan serta
perhitungannya adalah sebagai berikut.
2.1. Deskripsi Lapangan, Lokasi Pengambilan Sampel dan Penampang
Sungai
Pada daerah hulu arus sungai cenderung kuat, hal tersebut menyebabkan
material yang berukuran kasar lebih dominan daripada material berukuran halus.
Hal tersebut dapat dilihat di lokasi channel bar pada bagian hulu. Pada daerah
hulu juga terdapat daerah endapan yang berada dibagian pinggir sungai dan
umumnya memiliki kedalaman yang lebih besar dibanding channel bar yang
dikenal dengan thalweg. Proses pembentukan thalweg diakibatkan adanya arus
turbulensi yang bergerak pada bagian pinggir sungai, sehingga arus tersebut
menggerus pinggir sungai tersebut. Akibatnya dasar bagian tepi sungai lebih
dalam. Arus tersebut juga membawa material yang kemudian akan terendapkan
pada dasar tepi sungai tersebut. Endapan material tersebutlah yang disebut
thalweg. Proses pembentukan thalweg apabila berlanjut maka akan membentuk
morfologi sungai meander.
Pada sungai bagian hilir memiliki panjang sekitar 10 meter, ukuran
channel bar sekitar 20 meter. Pengambilan sampel pada daerah hulu berada pada
thalweg 1, channel bar dan thalweg 2. Jarak lokasi pengambilan sampel 1 ke
lokasi 2 sekitar 5 meter dan jarak lokasi 2 ke lokasi 3 adalah sekitar 5 meter.
Pada daerah hilir arus sungai cenderung lemah, hal tersebut menyebabkan
material yang berukuran halus lebih dominan daripada material berukuran kasar.
Pada daerah hilir juga terdapat daerah endapan yang berada dibagian pinggir
![Page 2: BAB III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d4331a28ab9b02a0a5ec/html5/thumbnails/2.jpg)
sungai dan umumnya memiliki kedalaman yang lebih besar dibanding channel
bar yang dikenal dengan thalweg. Proses pembentukan thalweg diakibatkan
adanya arus turbulensi yang bergerak pada bagian pinggir sungai, sehingga arus
tersebut menggerus pinggir sungai tersebut. Akibatnya dasar bagian tepi sungai
lebih dalam. Arus tersebut juga membawa material yang kemudian akan
terendapkan pada dasar tepi sungai tersebut. Endapan material tersebutlah yang
disebut thalweg. Proses pembentukan thalweg apabila berlanjut maka akan
membentuk morfologi sungai meander.
Pada sungai bagian hulu memiliki panjang sekitar 20 meter, ukuran
channel bar sekitar 20 meter. Pengambilan sampel pada daerah hulu berada pada
thalweg 1, channel bar dan thalweg 2. Jarak lokasi pengambilan sampel 1 ke
lokasi 2 sekitar 10 meter dan jarak lokasi 2 ke lokasi 3 adalah sekitar 22 meter.
Penampang sungai jabungan terdapat morfologi meander. Berdasarkan
lebar sungai yang lebih besar daripada kedalaman sungai dapat diinterpretasikan
bahwa erosi lateral lebih dominan. Hal tersebut mencirikan sungai tersebut
berstadia dewasa hingga tua.
![Page 3: BAB III](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082614/5695d4331a28ab9b02a0a5ec/html5/thumbnails/3.jpg)
2.2. Diagram Alir
Mulai
Pengambilan Data di Lapangan Sebanyak 1Kg Material berupa Pasir di 3 Tempat yang berbeda
di Point Bar. 2 di Canel dan 1 di Talwek. (Pengambilan di lakukan di Hulu dan di Hilir)
Pengayakan dengan mengggunakan ayakan ukuran sievesize
1020100200500
Penimbangan tiap material yang tidak lolos ayakan di setiap sievesize
Analisis data yang telah didapatkan
Selesai
Pengeringan Sampel (material) yang telah diambil