bab iii

Upload: romel-ciptoadi-wijaya

Post on 14-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Penjelasan BAB 3 lapsus

TRANSCRIPT

15

BAB IIISTATUS PASIEN

3.1. Identitas PasienLaporan kasus ini dibuat berdasarkan pasien laki-laki dengan nama Tuan Jariyanto yang berusia 34 tahun. Pasien beralamat di Plosorejo RT3 RW1 Blitar. Pasien beragama Islam, sudah menikah dan bekerja sebagai seorang pegawai di sebuah perusahaan swasta.

3.2. Anamnesis Penyakit Pasien datang dengan keluhan sudah satu bulan ini mata kiri mengalami kelilipan atau terpajan benda asing, yaitu genangan air bercampur lumpur di jalanan. Semenjak pajanan tersebut pasien mengaku mata menjadi merah dan kabur saat melihat. Satu minggu setelah kejadian tersebut, pasien mengaku melakukan penanganan dengan membasuh dan merendam kedua matanya di air dengan harapan kotoran dapat terbasuh dengan air, tetapi mata kiri pasien justru menjadi semakin nyeri dan memerah. Kabur dirasa perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat hingga mengganggu aktivitas pasien. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga mengeluh silau dan nyeri apabila melihat objek dengan cahaya matahari yang terang. Selama ini pasien menggunakan kacamata untuk membantu penglihatan. Pasien sebelumnya sudah mengunjungi PUSKESMAS untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik. Oleh Dokter di PUSKESMAS, pasien diberi obat minum dan salep mata yang digunakan untuk 5 hari sehingga gejala yang pasien sebutkan sebelumnya menghilang. Akan tetapi, 3 hari sejak obat habis pasien mengaku gejala yang sama muncul kembali. Riwayat alergi, diabetes mellitus dan penyakit sistemik lain disangkal oleh pasien.Pasien sehari-hari makan tiga kali sehari dengan jumlah cukup dan lauk bervariasi. Pasien tidak merokok, tidak mengonsumsi kopi dan alkohol.

3.3. Pemeriksaan FisikPemeriksaan oftalmologis pada pasien yaitu pemeriksaan visus dengan snellen chart, pengukuran tekanan intraokular dan pemeriksaan menggunakan slit lamp. Status oftalmologis pasien dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Status Oftalmologis Pasien

Pemeriksaan Oculli DextraOculli Sinistra

Visus0.1 f0,2f

Tekanan intraokular--

Palpebra Dalam batas normalmerah

KonjungtivaDalam batas normalInjeksi konjungtiva

SkleraDalam batas normalDalam batas normal

KorneaJernih Infiltrat interstitial dan marginal, putih keabu-abuan.

Camera occuli anteriorSedang Sedang

PupilBundarSentral Reflek cahaya (+)2-3 mmBundarSentral Reflek cahaya menurun2-3 mm

IrisCoklat Coklat

LensaDalam batas normalDalam batas normal

Corpus vitreumTidak dilakukan pemeriksaanTidak dilakukan pemeriksaan

Fundus OculliTidak dilakukan pemeriksaanTidak dilakukan pemeriksaan

Gambaran klinis pasien dapat dilihat pada Gambar 3.1. dan Gambar 3.2.

Gambar 3.1. Perbandingan Mata Kanan dan kiri

Gambar 3.2. Mata Kiri

3.4. Diagnosis Diagnosis pasien adalah Keratitis Interstitial dan Marginal Okuli Sinistra.

3.5. Rencana TerapiBerdasarkan data empiris, keratitis interstitial dan marginal terjadi pada keratitis akibat infeksi bakteri. Infeksi bakteri dengan gambaran seperti pada pasien tersebut paling sering adalah Staphylococcus. Oleh karena itu, terapi Fluorokuinolon (Ciprofloxacin, Amoxicilin) merupakan terapi yang tepat dan dapat diberikan secara oral. Sedangkan antibiotik topikal juga diperlukan agar fokus infeksi pada kornea dapat tereradikasi lebih optimal, yaitu Gentamisin. Karena pasien mengalami nyeri yang cukup mengganggu, maka dapat diberikan analgesik untuk meringankan gejala nyeri pada pasien. Analgesik yang dapat digunakan adalah Asam Mefenamat atau Natrium diclofenac. Spasme siliar pada keratitis dapat meningkatkan resiko terjadinya sinekia posterior. Pencegahan sinekia posterior dapat dilakukan dengan memberikan obat Atropin topikal yang dapat melebarkan pupil (mydriasis) dan berefek sikloplegik (melumpuhkan badan siliar).

3.6. PrognosisPrognosis Keratitis interstitial dan marginal pada pasien ini secara ad vitam baik, ad sanam baik dengan kontrol rutin apabila obat telah habis dan patuh terhadap pengobatan. Sementara secara ad visam ragu-ragu, karena infiltrat yang terdapat pada stroma (interstitial) sangat mungkin meninggalkan jaringan parut pada proses penyembuhannya dan ad cosmeticam baik.