bab iii

52
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Tahapan Kegiatan Operasional Penambangan Tahapan kegiatan proses produksi di PT. Nusantara Inti Pratama (NIP) adalah sebagai berikut : 3.1.1Pembersihan Lahan (Land Clearing) Merupakan proses awal suatu kegiatan penambangan yaitu pembersihan lahan dari semak belukar dan pepohonan pada lokasi yang akan diambil bahan galiannya. Alat yang digunakan pada kegiatan ini yaitu bulldozer D 85E - SS dan excavator PC 300. Gambar 3.1 Kegiatan Pembersihan Lahan (Land Clearing) 3.1.2 Pengupasan Tanah Pucuk Pada bagian ini tanah bagian atas atau tanah pucuk (top soil) dipisahkan dengan lapisan tanah di 12

Upload: devry-putrapandawa-titisanearjuno

Post on 29-Dec-2015

191 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Tahapan Kegiatan Operasional Penambangan

Tahapan kegiatan proses produksi di PT. Nusantara Inti Pratama (NIP)

adalah sebagai berikut :

3.1.1 Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Merupakan proses awal suatu kegiatan penambangan yaitu

pembersihan lahan dari semak belukar dan pepohonan pada lokasi yang

akan diambil bahan galiannya. Alat yang digunakan pada kegiatan ini yaitu

bulldozer D 85E - SS dan excavator PC 300.

Gambar 3.1 Kegiatan Pembersihan Lahan (Land Clearing)

3.1.2 Pengupasan Tanah Pucuk

Pada bagian ini tanah bagian atas atau tanah pucuk (top soil)

dipisahkan dengan lapisan tanah di bawahnya (overburden). Hal ini

dilakukan karena tanah pucuk memiliki humus yang tinggi dan subur

sehingga sangat membantu nantinya dalam proses reklamasi.

12

13

Gambar 3.2 Kegiatan Pengupasan Tanah Pucuk

3.1.3 Pengupasan Overburden

Overburden merupakan lapisan tanah yang tidak mengandung humus

dan harus dipisahkan dari top soil yang biasanya berupa clay. Material

penutup ini disimpan dalam suatu tempat tersendiri yang disebut pula

dengan overburden disposal. Pemisahan ini bertujuan agar memudahkan

pada saat reklamasi lahan bekas tambang sesuai dengan lapisan atau

susunan tanahnya. Alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah dump truck

dan excavator Hyundai 450 LC.

Gambar 3.3 Kegiatan Pengupasan Overburden

14

3.1.4 Pembersihan Lapisan Pengotor Batubara (Cleaning Coal)

Merupakan pembersihan roof batubara dari pengotornya yang berupa

lempung (clay) kehitaman dan juga pembersihan pengotor antar seam

batubara yang biasanya juga terdiri dari clay. Kegiatan ini biasanya

menggunakan excavator Komatsu PC 200 atau Komatsu PC 300.

Gambar 3.4

Kegiatan Cleaning Coal

Gambar 3.4 Kegiatan Cleaning Coal

3.1.5 Stok dan Pembongkaran Batubara (Coal Getting)

Proses selanjutnya setelah dilakukan cleaning coal yaitu proses

pembongkaran batubara ( coal getting ). Batubara yang telah dibongkar

akan di stock terlebih dahulu dilokasi yang dekat dengan area

pembongkaran yang disebut juga dengan pit room sebelum dilakukan

pengangkutan batubara (hauling coal). Alat yang digunakan pada kegiatan

ini adalah excavator Komatsu PC 200 dan Komatsu PC 300.

Gambar 3.5 Kegiatan

Pembongkaran Batubara (Coal Getting)

15

3.1.6 Pengangkutan Batubara (Hauling Coal)

Setelah dilakukan proses coal getting, selanjutnya dilakukan kegiatan

pengangkutan batubara (hauling coal). Batubara yang telah di stock tersebut

kemudian diangkut menuju ke stock pile.

Gambar 3.6 Kegiatan Hauling Coal Gambar 3.7 Truck Saat di Stock Pile

3.2 Peralatan Mekanis Yang di Gunakan

Alat mekanis produksi pada PT. NIP berdasarkan cara penggunaannya

dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

3.2.1 Alat gali – muat ( diging - loading )

- Excavator

Excavator merupakan alat mekanis yang bisa digunakan untuk

melakukan penggalian dan pemuatan secara sekaligus. Excavator yang

digunakan di PT. Nusantara Inti Pratama adalah jenis back hoe. Back

hoe melakukan penggalian dengan arah mendekati badan alat. Idealnya

16

back hoe melakukan penggalian dengan penempatan badan alat di atas

jenjang (bench).

Gambar 3.8 Excavator Hitachi R450LC

3.2.2 Alat angkut ( hauling )

- Dump truck

Alat angkut yang digunakan PT. NIP untuk mengangkut material

top soil dan overburden adalah menggunakan Dump Truck tipe Hino

FM260 Ti dan Mitsubishi Fuso 220 PS. Alat ini mempunyai kelincahan

gerak berkecepatan tinggi dan digunakan sebagai alat pengangkut

material tanah penutup. Alat ini juga mempunyai kapasitas

pengangkutan ± 7 BCM. Sedangkan alat angkut untuk mengangkut

batubara menggunakan jasa sub-kontraktor, yaitu menggunakan Truck

PS yang berkapasitas 8 s/d 12 ton.

17

Gambar 3.9 DT Mitsubishi Fuso PS 220 Gambar 3.10 Truck PS

3.2.2 Alat bantu ( support )

a. Bulldozer

Bulldozer adalah alat mekanis yang digunakan untuk mendorong,

menimbun dan menggusur suatu material atau yang lainnya. Fungsi

bulldozer yaitu :

1. Kegiatan land clearing, yaitu pembersihan tumbuh-tumbuhan

(vegetasi) dengan diameter pohon yang kurang dari 30cm.

2. Membantu pengupasan overburden, dan mendorong overburden

pada saat di disposal.

3. Membersihkan front kerja pada saat kegiatan pemindahan top soil

dan overburden.

Gambar 3.11 Bulldozer D 85E - SS

b. Motor Grader

Motor grader merupakan alat mekanis yang berfungsi sebagai alat

untuk menyelesaikan pekerjaan (finishing), pembuatan jalan maupun

18

perawatan jalan (maintenance). Motor grader bekerja menggunakan

blade yang terletak di bagian bawah alat tersebut.

Gambar 3.12 Motor Grader XG 31651

c. Compactor

Compactor merupakan alat bantu yang berfungsi untuk memadatkan

material seperti pemadatan jalan dan front. Compactor bekerja dengan

cara menggunakan beban yang ada pada roda depan dengan beban

sebesar ± 12 ton, selain itu juga dilengkapi dengan sistem getar (vibra)

dengan penambahan beban hingga mencapai 17 ton.

Gambar 3.13

19

Compactor Sakai SV 512 E

Tabel 3.1 Peralatan Mekanis yang Digunakan di PT. Nusantara Inti

Pratama

20

3.3 Rencana Penambangan

Gambar 3.14 Peta Layout Penambangan

a. Block Squence Week I February :

- Bany_17_15

- Bany_17_16

- Bany_18_15

- Bany_18_16

b. Block Squence Week II February :

- Bany_17_15

- Bany_17_16

21

- Bany_18_15 (Mine Out)

- Bany_18_16

c. Block Squence Week III February :

- Bany_17_16

- Bany_17_17

- Bany_16_15

- Bany_16_16

d. Block Squence Week IV February :

- Bany_17_16

- Bany_17_17

- Bany_16_15

- Bany_16_16

3.4 Perhitungan Kegiatan Produksi Penambangan

3.4.1 Produksi Actual Bulan Februari 2012

Perolehan actual merupakan hasil produksi nyata dari kegiatan

penambangan. Adapun untuk mengetahui hasil produksi actual pengupasan

tanah pucuk dan overburden dapat dilihat dari catatan harian unit yang di

catat oleh cheker. Dari catatan harian unit tersebut dapat dilihat hasil ritase

unit alat angkut yang bekerja pada kegiatan pengupasan tanah pucuk dan

overburden, untuk selanjutnya hasil ritase tersebut dikalikan dengan 7 BCM

yang diperoleh dari perhitungan hasil uji petik.

Sedangkan untuk produksi batubara dapat diketahui dari data cheker

dan timbangan pada saat kegiatan hauling coal dilakukan. Dimana dari data

tersebut dapat diketahui jumlah tonase batubara yang dibawa oleh alat

angkut pada saat kegiatan hauling coal. Adapun kegiatan hauling coal di

PT. Nusantara Inti Pratama menggunakan jasa para sub-kontraktor dengan

alat angkut berupa truck PS yang memiliki kapasitas muatan kurang lebih

8 s/d 12 ton.

22

Tabel 3.2 Produksi Actual Kegiatan Penambangan Bulan Februari

Catatan : Rekap pruduksi actuel builan Februari terlampir pada lampiran 1 dan 2

3.4.2 Plan, Actual dan Stripping Ratio Kegiatan Penambangan

Rencana penambangan (plan) dapat disebut juga sebagai target

kegiatan penambangan dalam satu bulan. Plan tersebut dihitung oleh

departemen engineering berdasarkan kemampuan produksi alat mekanis dan

keadaan di lokasi penambangan.

Berdasarkan hasil perhitungan actual kegiatan produksi, maka dapat

diketahui stripping ratio (SR). SR merupakan hasil perbandingan antara

jumlah produksi tanah penutup (BCM) dengan produksi batubara (tonase).

Tabel 3.3 Rencana Penambangan dan Produksi Actual serta Hasil

Perhitungan Stripping Ratio

3.4.3 Perhitungan Fuel ratio

23

Perbandingan pamakaian solar dengan jumlah volume produksi

kegiatan penambangan bertujuan untuk mengetahui banyaknya pemakaian

solar/BCM produksi overburden maupun batubara. Perbandingan

pemakaian solar dengan volume produksi disebut dengan fuel ratio.

Tabel 3.4 Perbandingan Pemakaian Solar dan Volume Produksi

Catatan : Rekap pemakaian solar terlampir pada lampiran 3

3.4.4 Ketersediaan Unit (Availability Unit)

Pekerja atau mesin tidak mungkin selamanya bisa bekerja sesuai

dengan jam kerja yang telah dijadwalkan karena hambatan-hambatan kecil

akan selalu terjadi misalnya hujan, menunggu alat lain, tidak ada pekerjaan,

tidak ada operator, pemeliharaan, pelumasan mesin-mesin (service &

adjustment) dan lain-lain. Ini perlu dibedakan dari hambatan-hambatan

karena kerusakan alat-alat atau pengaruh iklim.

Tabel 3.5 Parameter Pengukur Availability Unit

Untuk mengetahui aktifitas alat mekanis di lapangan dapat diketahui

dari catatan time sheet yang dibuat dan diketahui oleh foreman operasional.

Beberapa pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat mekanis dan

efektivitas penggunaannya, antara lain :

24

a. Ketersediaan Mekanik (Mechanical Availability)

Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang

sesungguhnya dari alat yang sedang dipergunakan. Persamaannya

adalah :

MA = W

W +M X 100 %

b. Ketersediaan Kegunaan (Utility Availability)

Menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu

alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan

(available), Angka utility availability biasanya dapat memperlihatkan

seberapa efektif suatu alat yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan.

Hal ini dapat menjadi ukuran seberapa baik pengelolaan (management)

peralatan yang dipergunakan. Persamaan yang digunakan adalah :

UA = WO X 100 %

c. Ketersediaan Fisik (Physical Availability)

Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang

dipergunakan. Physical Availability pada umumnya selalu lebih besar

dari pada Mechanical Availability. Tingkat efisiensi dari sebuah alat

mekanis naik jika angka Mechanical Availability mendekati angka

Physical Availability. Persamaanya adalah:

PA = OA X 100 %

25

d. Efektifitas Pemanfaatan (Effective Utilization)

Menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang

tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif. Effective Utilization

sebenarnya sama dengan pengertian efisiensi kerja. Adapun

persamaannya adalah :

EA = WA X 100 %

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Availability Unit

26

3.4.5 Produktifitas Actual Alat pada Kegiatan Pengupasan Tanah Penutup

27

Produktifitas nyata (actual) suatu alat dapat diketahui dari hasil

perbandingan antara perolehan hasil produksi dengan jumlah jam kerja alat

tersebut.

Tabel 3.7 Produktifitas Actual Alat

UnitJam

Kerja

Volume

OB (BCM)

Produktifitas

(BCM/Jam)

Dump Truck 2.272,9086.802

38,19

Excavator 820,40 105,80

3.4.6 Produktifitas Teoritis Alat pada Kegiatan Pengupasan Tanah Penutup

Produktifitas teoritis alat merupakan hasil terbaik secara perhitungan

yang dapat dicapai suatu hubungan kerja alat selama waktu operasi tersedia

dengan memperhitungkan faktor koreksi yang ada.

a. Waktu Edar Alat

Waktu edar adalah waktu yang diperlukan oleh alat mekanis untuk

menyelesaikan sekali putaran kerja, dari mulai kerja sampai dengan

selesai dan bersiap-siap memulainya kembali.

- Waktu edar alat gali-muat (Excavator Hyundai 450 LC)

28

Gambar 3.15 Siklus Waktu Edar Ideal Alat Gali-Muat

Waktu edar alat gali-muat dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ctm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4 + Tm5

Keterangan :

Ctm = Waktu edar alat muat, (menit)

Tm1 = Waktu menggaru material, (detik)

Tm2 = Waktu putar dengan bucket terisi, (detik)

Tm3 = Waktu menumpahkan material, (detik)

Tm4 = Waktu putar dengan bucket kosong, (detik)

Tm4 = Waktu delay, (detik)

29

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan (Lampiran 4)

diperoleh rata-rata waktu edar alat gali-muat sebagai berikut

berikut :

Tm1 = 6,55 detik

Tm2 = 6,60 detik

Tm3 = 4,41 detik

Tm4 = 5,23 detik

Ctm = 6,55 + 6,60 + 4,41 + 5,23 + 16,52

= 39,31 detik

= 0,66 menit

- Waktu edar alat angkut (Hino FM 260 Ti)

Gambar 3.16 Siklus Waktu Edar Ideal Alat Angkut

30

Waktu edar alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut :

Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6

Keterangan :

Cta = Waktu edar alat angkut, (menit)

Ta1 = Waktu mengambil posisi untuk dimuati, (detik)

Ta2 = Waktu diisi muatan, (detik)

Ta3 = Waktu mengangkut muatan, (detik)

Ta4 = Waktu mengambil posisi untuk penumpahan, (detik)

Ta5 = Waktu pengosongan muatan, (detik)

Ta6 = Waktu kembali kosong, (detik)

Ta7 = Waktu delay, (detik)

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan (Lampiran 5) diperoleh

data waktu edar alat angkut sebagai berikut berikut :

Ta1 = 26,05 dteik

Ta2 = 46,64 detik

Ta3 = 178,44 detik

Ta4 = 25,25 detik

Ta5 = 23,71 detik

Ta6 = 176,52 detik

Cta = 26,05 + 46,64 + 178,44 + 25,25 + 23,71 + 176,52 +43,75

= 520,15 detik

= 8,67 menit

b. Keserasian Kerja

Jika ingin mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat

gali-muat dan alat angkut, maka produksi alat gali-muat harus sesuai

dengan produksi alat angkut. Faktor keserasian alat gali-muat dan alat

angkut didasarkan pada produksi alat gali-muat dan produksi alat

angkut, yang dinyatakan dalam Match Factor (MF).

31

Keterangan :

MF = Match Factor atau faktor keserasian

Na = Jumlah alat angkut dalam kombinasi kerja, (unit)

Nm = Jumlah alat gali-muat dalam kombinasi kerja, (unit)

n = Banyaknya pengisian tiap satu alat angkut

Cta = Waktu edar alat angkut, (menit)

Ctm = Waktu edar alat gali-muat, (menit)

CTM = n x Ctm (Lamanya pemuatan ke alat angkut, yang

besarnya adalah jumlah pemuatan dikalikan dengan waktu edar alat

gali-muat)

Bila hasil perhitungan diperoleh :

MF < 1

- Produksi alat angkut lebih kecil dari produksi alat gali-muat

- Waktu tunggu alat angkut (Wta) = 0

- Waktu tunggu alat gali-muat (Wtm)

- Faktor kerja alat angkut (Fka) = 100%

- Faktor kerja alat gali-muat

Fkm = MF x 100%

Wtm = Cta x NmNa

− CTM

MF =

CTM x NaCta x Nm

32

MF > 1

- Produksi alat angkut lebih besar dari produksi alat gali-muat

- Waktu tunggu alat gali-muat (Wtm) = 0

- Waktu tunggu alat angkut (Wta)

………

- Faktor kerja alat gali-muat (Fkm) = 100%

- Faktor kerja alat angkut yaitu :

Fka = ( 1

MF) x 100%

MF = 1

- Produksi alat angkut sama dengan produksi alat gali-muat

- Waktu tunggu alat gali-muat (Wtm) = 0

- Waktu tunggu alat angkut (Wta) = 0

- Faktor kerja alat gali-muat sama dengan faktor kerja alat angkut

(Fkm = Fka)

Keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut berpengaruh

terhadap faktor kerja dimana hubungan yang tidak serasi tersebut akan

menurunkan faktor kerja itu sendiri.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diperoleh data

sebagai berikut :

Na = 8 unit

Nm = 2 unit

N = 3 kali

Cta = 7,72 menit (lampiran 5)

Ctm = 0,38 menit (lampiran 4)

CTM = 0,66 x 3 = 1,98 menit

Wta =CTM x Na

N m

− Cta

33

MF =

CTM x NaCta x Nm

MF =

1,98 x 88,82 x 2

= 0,90

Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh hasil bahwa

match factor <1 yang artinya produksi alat gali-muat lebih besar dari

produksi alat angkut. Sehingga diperoleh perhitungan waktu tunggu alat

gali-muat adalah sebagai berikut :

Wtm = 8,82 x 2

8−1 ,98

= 0,23 menit 13,50 detik

Faktor kerja alat gali – muat :

Fkm = MF X 100 %

= 0,90 X 100%

= 90 %

Artinya alat gali – muat hanya bekerja maksimal sebesar 90 % dari

kemampuan maksimal alat gali-muat tersebut.

c. Efektifitas Kerja

Kinerja alat gali-muat maupun alat angkut tidak mungkin

selamanya bekerja selama 60 menit dalam sejam, karena hambatan-

hambatan kecil akan selalu terjadi, misalnya terhentinya alat angkut

karena kondisi jalan yang rusak, berhenti saat bersimpangan, alat muat

menggali material, dan alat muat membantu mendorong alat angkut.

EK =

Cycle Time - Waktu DelayCycle Time X 100%

34

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa :

Cycle time alat gali – muat = 0,66 menit (lampiran 4)

Cycle time alat angkut = 8,82 menit (lampiran 5)

Waktu delay alat gali – muat = 0,28 menit (lampiran 4)

Waktu delay alat angkut = 0,88 menit (lampiran 5)

- Efektifitas kerja alat gali – muat (Excavator Hyundai 450 LC)

= 58 %

= 57,58 %

- Efektifitas kerja alat angkut (DT Hino FM 260 Ti)

= 90,02 %

d. Faktor Isi Mangkuk (Bucket Fill Factor)

Faktor isi mangkuk (Bf) adalah perbandingan antara kapasitas

nyata mangkuk alat gali-muat dengan kapasitas baku mangkuk (sesuai

spesifikasi) alat gali-muat.

Gambar 3.17 Bucket Kosong Gambar 3.18 Kapasitas Nyata Bucket

EK =

0,66-0,280,66 X 100%

EK =

8,82-0,888,82 X 100%

35

Keterangan :

Bf = Faktor isian mangkuk (bucket factor)

Vn = Kapasitas nyata bucket alat gali-muat, m3

Vs = Kapasitas baku bucket alat gali-muat (sesuai spesifikasi), m3

Berdasarkan data hasil uji petik diperoleh hasil rata-rata muatan

unit dump truck yang kemudian dapat diketahui volume nyata dari

bucket alat gali-muat yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.8 Hasil Uji Petik dan Perhitungan Faktor Isi Alat

Gali-Muat

No

Jumlah Isian

(Bucket)

Volume Kapasitas Baku Alat Gali-Muat

(Mᶟ)

Fator Isi (%)

Alat Angkut

Mᶟ

Alat Gali-

Muat Mᶟ1 3 6,76 2,25 2,1 107,302 3 7,28 2,43 2,1 115,563 3 6,91 2,30 2,1 109,684 3 6,82 2,27 2,1 108,255 3 7,14 2,38 2,1 113,33

Rata-rata6,98

2,33 2,10 110,957,00

Diketahui :

Vn = 2,33 m3

Vs = 2,1 m3

Maka Bucket factor-nya adalah :

Bf =

2,332,1

X 100

Bf = 110,95 %

Bf = VnVs X 100 %

36

e. Produktifitas Alat

- Produktifitas alat gali – muat Excavator Hyundai 450 LC

Kemampuan produksi alat gali-muat dapat dihitung dengan

mengguanakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Pm = Produktifitas alat gali-muat, (bcm/jam)

Ctm = Cycle time alat gali muat, (menit)

CnB = Kapasitas bucket alat gali-muat, (m3)

FfB = Faktor isian mangkuk (Bucket Factor), (%)

Ek = Efektifitas kerja, (%)

Fk = Faktor Kerja, (%)

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan perhitungan

didapat data sebagai berikut :

Ctm = 0,66 menit

CnB = 2,1 m3

FfB = 110,95 %

EK = 57,58 %

FK = 90 %

Maka produktifitas excavator Hyundai 450 LC dalam satu jam

adalah :

Pm =

600,66

× 2,1 m3× 110,95 % × 57,58 % ×90 %

Pm = 109,77 BCM/Jam

Pm =

60Ctm

× Cn B × F f B × EK ׿ ¿ FK

37

- Produktifitas alat angkut (DT Hino FM 260 Ti)

Kemampuan produksi alat angkut dapat dihitung dengan

mengguanakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Pa = Produktifitas alat angkut, (bcm/jam)

Cta = Cycle time alat angkut, (menit)

CnB = Kapasitas bucket alat gali-muat, (m3)

FfB = Faktor isian mangkuk (Bucket Factor), (%)

Ek = Effisiensi kerja, (%)

n = Jumlah pengisian alat gali-muat

Fk = Faktor Kerja

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan perhitungan

didapat data sebagai berikut :

Cta = 8,82 menit

CnB = 2,1 m3

FfB = 110,95 %

EK = 90,06 %

n = 3

FK = 100 %

Maka Produktifitas DT Hino FM 260 Ti dalam satu jam adalah :

Pa =

608,82

× 2,1 m3× 110,95 % × 90,02 % ×3×100 %

Pa = 42,80 BCM/Jam

Pa =

60Cta

× Cn B × Ff B × EK ׿ ¿ n ¿ FK

38

3.5 Kegiatan Topografi

Kegiatan Topografi merupakan suatu kegiatan pengambilan data titik

koordinat dan elevasi suatu area, dengan tujuan untuk mengetahui bentuk

area tersebut.

3.5.1 Jenis Kegiatan Topografi

a. Topografi Original

Pengukuran original wilayah merupakan pengambilan data titik

koordinat dan elevasi yang dilakukan setelah kegiatan Land Clearing.

Kegiatan ini bertujuan untuk megetahui bentuk dan luasan area tersebut.

Selain itu juga sebagai acuan untuk menghitung volume tanah penutup

pada areal tersebut.

b. Topografi Rona Tambang

Pengukuran rona tambang merupakan pengambilan data koordinat

dan elevasi yang dilakukan satu kali dalam seminggu. Tujuan dari

kegiatan ini yaitu untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi

pada area penambangan selama kegiatan penambangan berlangsung.

Selain itu juga untuk mengetahui besarnya volume tanah penutup yang

telah diambil.

c. Topografi Roof dan Floor

Pengukuran Roof merupakan pengambilan data koordinat dan

elevasi setelah cleaning coal . Sedangkan untuk pengukuran Floor

dilakukan setelah coal getting dan lapisan batubara tersebut telah habis.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui volume batubara

yang telah diambil.

39

3.5.2 Peralatan yang Digunakan pada Kegiatan Topografi

Kegiatan topografi di PT. NIP menggunakan alat total station Nikon

DTM 352.

Gambar 3.19 Total Station Nikon DTM 352

Total Station Nikon DTM 352 dilengkapi dengan beberapa instrumen

yaitu :

a. Prisma Duduk

Prisma duduk merupakan sebuah alat bantu yang digunakan untuk

metode backsight. Backsight merupakan suatu metode yang digunakan

untuk mencari pengikat arah acuan total station yang berupa azimut

sebelum kegiatan pengambilan titik koordinat dimulai.

b. Prisma Pole

Prisma pole merupakan alat yang digunakan untuk pengambilan

data titik koordinat dan elevasi melalui total station. Tinggi prisma pole

minimal adalah 1,5 m dan tinggi maksimalnya adalah 2,5 m.

Cara penggunaannya yaitu prisma ditancapkan/diletakkan pada

tempat yang akan diambil titik koordinatnya kemudian diambil datanya

oleh total station.

40

41

42

Gambar 3.20 Prisma Duduk Gambar 3.21 Prisma Pole

3.5.3 Tahap Penggunaan Total Station Nikon DTM 352

a. Centering Alat

Lakukan centering (nivo tabung dan nivo kotak berada di tengah

dan centering optis sudah berada tepat di atas titik yang dimaksud)

sehingga alat siap untuk digunakan baik total station maupun prisma duduk.

b. Membuat Job

Langkah membuat Job pengukuran yaitu dengan cara menekan

tombol MENU pilih JOB kemudian tekan ENTER. Kemudian pilih

CREATE atau tekan tombol MSR1, masukkan nama JOB (maksimal 8

karakter). Untuk menghapus job pilih DEL atau tekan tombol MSR2.

Berikut adalah ilustrasi pembuatan job:

43

Gambar 3.22 Langkah Membuat Job

c. Memasukkan Koordinat Tempat Berdiri Alat

Langkah untuk memulai pengukuran, masukkan tinggi alat dan

koordinat tempat berdiri alat. Untuk memasukkan koordinat tempat berdiri

alat yaitu: tekan tombol STN , untuk memasukan koordinat tempat berdiri

alat kita pilih KNOWN Maka untuk selanjutnya kita diminta untuk

memasukkan nomor titik, tinggi alat dan koordinat (X,Y,Z) tempat

berdiri alat serta kodenya kemudian tekan ENTER. Kode dapat berupa

BM, patok, dll. Berikut adalah ilustrasi cara memasukkan koordinat

tempat berdiri alat :

44

Gambar 3.23 Cara Memasukkan Koordinat Tempat Berdiri Alat

d. Memasukkan Backsight

Setelah koordinat tempat berdiri alat dimasukkan, maka

secara otomatis dari alat akan meminta untuk memasukkan

informasi backsight ( BS ). Informasi ini dapat berupa Informasi

Koordinat backsight. Cara memasukkan backsight yaitu :

- Pilih COORD

- Kmudian masukkan nomor titik backsight (BS), tekan ENTER

- Masukkan tinggi target (HT), tekan ENTER

- Masukkan kode (CD), tekan ENTER

- Masukkan nomor titik tempat berdiri alat (PT), tekan ENTER

- Masukkan koordinat (X,Y,Z) backsight kemudian tekan ENTER.

- Kemudian arahkan teropong ke BS dan bidik (tekan tombol

MSR1), untuk merekam tekan ENTER.

45

Gambar 3.24 Cara Memasukkan Backsight

e. Pengukuran Detail

Setelah memasukkan koordinat tempat berdiri alat dan informasi

backsight selesai dilakukan, maka selanjutnya dapat dilakukan pengukuran titik

detail yang diinginkan. Caranya :

- Arahkan teropong ke posisi prisma detail, kemudian tekan tombol MSR1

- Untuk menyimpan datanya tekan ENTER, kemudian akan muncul :

-

Gambar 3.25 Tampilan Monitor Saat Pengukuran Detail

- Masukkan nomor titik pengukuran (PT)

- Masukkan tinggi target (HT)

- Masukkan kodenya CD)

- Kemudian tekan ENTER, sehingga data akan tersimpan dalam alat.

- Setelah tersimpan otomatis nomor titik akan bertambah/naik satu.

- Lakukan pengukuran dan perekaman untuk titik-titik detil yang

selanjutnya seperti prosedur di atas

-

3.5.4 Download Data

46

Proses download data hasil pengukuran total station Nikon DTM 352

menggunakan software bawaan dari Nikon, yaitu Software Transit. Software

ini digunakan untuk proses download data dari alat survey Nikon Total Station ke

komputer. Untuk melakukan proses download data dari alat ke

komputer, langkah yang dilakukan yaitu :

a. Koneksikan antara komputer dengan alat menggunakan kabel koneksi.

b. Jalankan program Transit dengan cara double klik ikon atau dari start

program Transit, maka akan muncul tampilan seperti berikut :

Gambar 3.26 Tampilan Awal Software Transit

c. Untuk download data klik Transfer  pilih Data Recorder To PC

Gambar 3.27

Tampilan- Menu Transfer Pada Software Transit

47

d. kemudian akan muncul :

Gambar 3.28 Tampilan Menu Data Recorder To PC

- Data recorder : Pilih tipe Nikon Total Station (DTM 352, dan

sebagainya)

- Job name : masukkan nama job / file yang akan di download ke

komputer.

- Data Format : Pilih tipe format data ( Raw Data atau Koordinat Data )

- Directories : Pilih directori./folder tempat penyimpanan data di

computer. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses

download data yaitu:

1. Unit: pilih angle - degrees dan distance – meters.

2. Settings: Pilih vertical angle – zenith, coordinat order – meters, horizontal

angle – azimuth dan azimuth – north.

3. Comm: Comport – sesuaikan dengan port di komputer, baud rate –

samakan dengan di alat.

48

Setelah semua setting sudah sesuai tekan OK. Dengan demikian komputer sudah

siap menerima data. Langkah selanjutnya adalah langkah-langkah di alat total station

Nikon DTM 352 dengan langkah yaitu :

a. Nyalakan alat dengan menekan tombol power.

b. Buka job yang akan di download datanya dengan cara tekan MENU, pilih JOB

(pilih job yang akan di download), kemudian tekan OPEN.

c. Tekan tombol MENU, pilih COMM, pilih DOWNLOAD, kemudian tentukan

FORMAT pilih NIKON dan DATA pilih RAW / KOORDINAT dan kemudian

tekan ENTER untuk memulai download data.

d. Pilih COMM untuk memastikan bahwaPORT Communicationnya sama

dengandi komputer. Kemudian Pilih GO atau tekan tombol ANG untuk memulai

download data Setelah selesai proses download data kita dapat menghapus file / job yang

ada di alat dengan cara tekan tombol ANG dan apabila tidak dihapus pilih MSR1 atau

abort.

Gambar 3.29 Langkah Pada Alat Saat Download Data

3.5.5 Pengolahan Data Hasil Topografi

Pengolahan data hasil topografi pada PT. Nusantara Inti pratama

Menggunakan software Auto CAD Land Desktop 2009. Tujuan dari

pengolahan data tersebut adalah untuk mengetahui volume tanah penutup

maupun batubara dari hasil pengambilan data topografi.

Data yang telah di download dari alat berada dalam format text (tab

delimeted) dan dapat juga dibuka melalui microsoft excel dalam extension

csv (coma delimeted).

49

Berikut ini adalah contoh data hasil pengukuran topografi di pit

Anyelir pada tanggal 27 Februari 2012 yang diperoleh 132 titik pada

topografi roof seam 1, dan 76 titik pada topografi floor seam 3 setelah

ditransfer ke komputer dalam bentuk excel (contoh lengkap di lampiran 6

dan 7) :

Gambar 3.30 Data Pengukuran Gambar 3.31 Data Pengukuran

Roof Seam 1 Floor Seam 3

Berdasarkan data tersebut kemudian diolah menggunakan software

Auto CAD Land Desktop 2009 dengan hasil seperti ditampilkan pada

gambar berikut :

50

Gambar 3.32 Hasil Perhitungan Volume Menggunakan Software Auto CAD

Land Desktop 2009

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil volume batubara

yang diambil pada tanggal 27 Februari 2012 sebagai berikut :

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Volume Coal Tanggal 27 Februari

Method Cut Fill Nett Volume MT

Grid 395,55 0,00 395,55

Composite 461,00 0,01 460,99

Prismoidal 576,62 0,01 576,61

End area 580,40 0,01 580,39

Average 503,39 0,01 503,39 654,40

Jadi, dari hasil perhiungan tersebut dapat diperoleh volume batubara

yang diambil pada tanggal 27 Februari 2012 adalah 654,40 ton.

3.5.6 Hasil Perhitungan Produksi Berdasarkan Data Topogafi Bulan

Februari

Berdasarkan hasil pengambilan data topografi rona tambang maupun

roof dan floor serta perhitungan volume dengan software Auto CAD Land

Desktop 2009 selama bulan Februari, diperoleh hasil produksi kegiatan

penambangan sebagai berikut :

Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Produksi Berdasarkan Data Topografi

MingguVolume

OB (Bcm)Volume

Coal (Bcm)Volume

Coal (MT)Volume OB + Coal (Bcm)

51

Minggu I 35.614,24 7.335,14 9.535,68 42.949,37 Minggu II 10.261,38 152,88 198,75 10.414,27 Minggu III 16.225,40 3.716,91 4.831,99 19.942,31 Minggu IV 27.420,17 4.614,08 5.998,30 32.034,25

TOTAL 89.521, 19 15.819,01 20.564,71 105.340,20

3.5.7 Deviasi Perhitungan Produksi Berdasarkan Data Topografi dengan

Produksi Actual

Deviasi merupakan nominal selisih antara perhitungan yang

berdasarkan data topografi dengan produksi actual. Perhitungan deviasi ini

bertujuan untuk koreksi suatu kegiatan produksi penambangan antara

perhitungan yang berdasarkan data dan kondisi di lapangan dengan

perhitungan hasil produksi nyata.

Tabel 3.11 Deviasi Perhitungan Berdasarkan Data Topografi dengan

Produksi Actual

CategoryPerhitungan

Survey

Actual

ProduksiDeviasi

Tanah Penutup /Overburden (BCM) 89.521,19 86.802,00 2.719,19

Batubara /Coal (MT) 20.564,71 25.215,65 -4.650,94