bab iii

25
BAB III TINJAUAN PUSTAKA I. Definisi Cervical Root Syndrome (CRS) adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh iritasi atau penekanan radiks saraf cervical ditandai dengan adanya rasa nyeri pada leher yang dijalarkan ke bahu dan lengan sesuai dengan radiks yang terganggu. Dapat dikatakan bahwa Cervical root syndrome merupakan suatu kumpulan gejala yang diakibatkan karena adanya pergeseran patologik dari radiks saraf spinal Penyebab dari CRS bervariasi dan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu adanya penyempitan foramen intervertebra atau tidak. Terjadinya penyempitan foramen ini biasanya disebabkan oleh adanya spondilosis dan disertai oleh proses degerasi yang sering terjadi pada usia lanjut. Spondilosis merupakan kondisi dimana terjadi perubahan degeneratif pada sendi intervertebralis antar corpus dan diskus vertebra. Yang ditandai dengan pertumbuhan osteofit pada corpus vertebra tepatnya pada tepi inferior dan superior. Spondilosis Cervical adalah diagnosa radiologik untuk suatu kondisi dimana terdapat degenerasi yang progresif dari sendi-sendi intervertebral bagian cervical (Sidharta,1999). 10

Upload: hammam-fariz

Post on 15-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB III

TRANSCRIPT

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Cervical Root Syndrome (CRS) adalah suatu keadaan yang disebabkan

oleh iritasi atau penekanan radiks saraf cervical ditandai dengan adanya rasa nyeri

pada leher yang dijalarkan ke bahu dan lengan sesuai dengan radiks yang

terganggu. Dapat dikatakan bahwa Cervical root syndrome merupakan suatu

kumpulan gejala yang diakibatkan karena adanya pergeseran patologik dari radiks

saraf spinal

Penyebab dari CRS bervariasi dan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu

adanya penyempitan foramen intervertebra atau tidak. Terjadinya penyempitan

foramen ini biasanya disebabkan oleh adanya spondilosis dan disertai oleh proses

degerasi yang sering terjadi pada usia lanjut.

Spondilosis merupakan kondisi dimana terjadi perubahan degeneratif

pada sendi intervertebralis antar corpus dan diskus vertebra. Yang ditandai dengan

pertumbuhan osteofit pada corpus vertebra tepatnya pada tepi inferior dan

superior. Spondilosis Cervical adalah diagnosa radiologik untuk suatu kondisi

dimana terdapat degenerasi yang progresif dari sendi-sendi intervertebral bagian

cervical (Sidharta,1999).

Secara radiologik spondylosis dapat menimbulkan cervical root syndrome

dengan memperlihatkan kelainan berupa osteofit yang menonjol kedalam foramen

intervertebralis (penyempitan pada bagian posterior diskus vertebralis),

berdegenerasi dan rata, sehingga timbul rasa nyeri radikuler (Hudaya,2009).

Hal ini akan menyebabkan terjadinya kompresi/penekanan pada isi

foramen intervertebral ketika gerakan ekstensi, sehingga timbul nyeri yang pada

akhirnya akan menyebabkan penurunan mobilitas/toleransi jaringan terhadap

suatu regangan yang diterima menurun.

II. Anatomi Fungsional

2.1 Osteologi

10

Osteologi adalah ilmu pengetahuan tentang tulang. Tulang adalah jaringan

ikat yang paling keras pada tubuh dengan spesifikasi khusus dan bereaksi secara

terbatas terhadap suatu keadaan yang abnormal. Tulang terdiri dari beberapa lain

yang di bedakan menjadi : periosteum (lapisan terluar pada tulang keras),

perichondrium (lapisan terluar pada tulang rawan), endosteum / periosteum

internum (lapisan pada tulang yang meliputi rongga yang terletak di dalam tulang)

Pearce, 1990).

Dalam hal ini sistem skeletal yang akan dibahas adalah tulang vertebra

cervical.

1) Os Vertebra

Tulang vertebra mempunyai suatu bentuk tertentu tapi bukan merupakan

suatu tiang yang lurus melainkan membentuk suatu lengkungan yang cembung

kebelakang dan cembung kedepan pada bidang sagital. Yaitu kyposis thoracalis

dan sacralis serta lordosis cervicalis dan lumbalis. Selain itu juga ada scoliosis

yang melenkung ke samping dalam bidang frontal.

Columna vertebralis membentuk struktur dasar batang badan yang terdiri

dari 32-33 ruas vertebra dan terbagi menjadi : 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra

thoracalis, 5 vertebra lumbalis , 5 vertebra sacralis, 3-4 vertebra coccygealis.

Keterangan gambar:

1. Vertebra Cervical 1-7

2. Vertebra Thoracic 1-12

3. Vertebra Lumbalis 1-5

4. Os sacrum

5. Os coccygeus

6. Atlas

7. Axis

8. Vertebra promineus

9. Foramen intervertebralis

10. Promontorium

11

Vertebra umumnya terdiri dari sebuah badan (corpus) dan sebuah

lengkungan (arcus). Lengkungan terdiri dari dua bagian yaitu lengkungan radik

dan procesus spinosus.

2) Os Cervical

Columna vertebralis di bentuk oleh tujuh tulang vertebra dan di bagi

menjadi dua yaitu upper atau posterior segment (C1-C2) terdiri dari vertebra

pertama (atlas) dan vertebra kedua (axis). Lower atau inferior segment (C3-C7)

mulai dari permukaan superior vertebra thorakal 1 (Th1). Secara fungsional ke

dua segment tersebut saling bekerja sama dalam membentuk sedikit pergerakan

rotasi, lateral flexi, flexi dan extensi dari kepala.

Corpus vertebra terletak tepat di belakang arcus vertebra, pada vertebra

cervical ke tiga sampai ke enam (C3-C6) ujungnya bercabang. Antara corpus dan

arcus cervical terdapat foramen vertebra yang relatif besar, procesus tranversus

tebentang ke lateral.

Pada vertebra C5 procesus spinosus bifida (bercabang dua) foramen

transvesarium membagi procesus membagi procesus tansversus menjadi

tuberculum anterius dan tuberculum posterius, diantara tuberculum tersebut

terdapat sulcus nervi spinalis yang dilalui oleh n.spinalis.

Pada vertebra C6 tuberculum anterior membesar yang disebut juga

tuberculum caroticum yang berdekatan dengan arteri carotis. Dan pada vertebra

C7 procesus spinosus tak bercabang dan sangat menonjol disebut juga prominens.

Tuberculum anterior mengecil/menghilang, tetapi jika tumbuh disebut tuberculum

costarius.

12

Keterangan gambar:

1. Axis

2. Atlas

3. Axis

4. Vertebra promineus

5. Processus Spinosus

3) Myologi

Myologi adalah ilmu yang mempelajari tentang otot. Otot adalah jaringan

yang mempunyai kemampuan khusus untuk berkontraksi. (Evelyn C, Pierce,

1990). Penulis akan membahas otot dari gerak yang dipersyarafi oleh n. cervicalis

adalah terdiri dari otot-otot cervical.

1) Otot-otot Cervical

(1) M. Rectus capitis posterior major

Berorigo di procesus spinosus axis, insertionya di linea nuchealis inferior

dan inervasinya dari N. suboccipotalis.

(2) M. Rectus capitis posterior minor

Berorigo di tuberculum posterius dari arcus posterior (atlas), insertionya di

linea nuchealis inferior dan inervasinya dari N. suboccipotalis.

(3) M. Obliqus capitis superior

Berorigo di tuberculum posterius dari arcus tranversus (atlas), insertionya

di linea nuchealis inferior dan inervasinya dari N. suboccipotalis.

(4) M. Obliqus capitis inferior

Berorigo di procesus spinosus axis, insertionya di procesus tranversus dan

inervasinya di N. suboccipotalis.

(5) M. Rectus capitis lateralis

13

Berorigo di procesus tranversus bagian depan, insertio di procesus

jugularis os accipitale dan inervasinya dari N. Cervicalis. Kelima otot tersebut

berfungsi menyelaraskan posisi dan kinematik sendi kepala.

(6) M. Sternocleidomastoideus

Berorigo di caput longum dari permukaan ventral sternum, caput breve

dari 1/3 sternal clavicula. Insertio di lingkar belakang procesus mastoideus dan ½

bagian lateral linea nuchalis superior. Inervasi dari N. accesorius pleksus

cervicalis dan fungsinya menegakkan kepala, fleksi leher, rotasi leher ke sisi

berlawanan.

(7) M. Scalenus anterior

Berorigo di tubercula anterior dari procesus tranversi VC 3-6, insertio di

tuberculum musculi scaleni anterior costa I, inervasi dari cabang pleksus

cervicalis dan pleksus brachialis dan fungsinya thorax mengangkat 2 tulang rusuk

sebelah cranial (otot-otot inspirasi), tulang belakang flexi lateral tulang belakang

leher.

(8) M. Scalenus medius

Berorigo di tubercula anterior dari procesus tranversi semua VC, insertio

caput breve pada costa I, lateral dari M. Scalenus anterior, belakang sulkus arteria

subclavia, inervasi dari cabang pleksus cervicalis dan pleksus brachialis dan

fungsinya thorax mengangkat 2 tukang rusuk sebelah cranial (otot-otot inspirasi),

tulang belakang flexi lateral tulang belakang leher.

(9) M. Scalenus anterior

Berorigo di tubercula posterior dari procesus tranversi semua VC 5-6,

insertio bertendon pendek dan pipih pada tepi atas costa II dan III, inervasi dari

cabang pleksus cervicalis dan pleksus brachialis dan fungsinya thorax mengangkat

2 tukang rusuk sebelah cranial (otot-otot inspirasi), tulang belakang flexi lateral

tulang belakang leher.

(10) M. longus capitis

Berorigo di tubercula anterior dari procesus tranversi semua C3-6, insertio

di permukaan luar pars basilaris ossis occipitalis, inervasi dari cabang pleksus

cervicalis dan pleksus brachialis dan fungsinya flexi leher.

14

Pada kasus ini, spasme terjadi disekitar otot leher bagian posterior.

Terutama pada otot upper trapezius.

Keterangan gambar :

1. M. Sternocleidomastoideus

2. M. Semispinalis

3. M. Splenius Capitis

4. M. Levator Scapulae

5. M. Scaleneus Anterior

6. M. Scaleneus Medius

7. M. Scaleneus Posterior

8. M. Trapezius

4) Ligamen

Ligamen merupakan jaringan ikat yang berbentuk seperti tali atau pita

yang berfungsi sebagai penghubung tulang-tulang dan menstabilkan sendi.

Ligament yang memperkuat cervical, antara lain:

1) Ligamentum longitudinal anterior

Dimulai dari tulang occipital atau tuberkulum anterius atlas berjalan turun

kebawah anterior terhadap permukaan corpus vetebra sampai ke sacrum. Ligamen

tersebut semakin melebar kekaudal dan selalu terikat erat dengan corpus vertebra,

tetapi tidak pada discus intervertebralis. Ligamen longitudinal anterior anterior

yang kuat menghubungkan bagian depan corpus.

2) Ligamentum longitudinal posterior

Berasal dari tulang occipital dan berjalan kebawah sepanjang permukaan

belakang corpus vertebra dan berakhir di sacrum. Ligamen ini terikat erat pada

discus intervetebralis dan merupakan ligamen yang lebih lemah tapi sensitif

15

terutama terhadap rangsang nyeri dan berfungsi untuk membatasi gerakan utama

pada gerakan flexi-ekstensi dan melindungi discus intervertebralis.

3) Ligamentum flavum

Merupakan ligamen vertebralis yang paling lentur yang terbentang luas

secara segmental antara arcus vertebra. Ligamentum flavum membatasi sebelah

medial dan sisi dorsal foramen intervertebralis. Walapun dalam keadaan istirahat

ini tetap tegang. Sewaktu flexi columna vertebra, ligamen ini menjadi lebih

terenggang dan membantu columna vertebralis kembali dalam sikap tegak.

4) Ligamentum nuchea

Terbentang dari crista occypitalis externa sampai processus spinosus

vertebra cervicalis. Pada posisi sagital memungkinkan tempat melekatnya otot-

otot dan terus ke bawah pada daerah cervical sebagai ligamentum interspinal dan

ligamentum supraspinal.

5) Ligamentum intertransversum dan interspinale

Merupakan jaringan ikat yang pendek diantara processus tranversus.

6) Ligamentum interspinale

Merupakan ligamen vertebralis yang paling kuat dan dimulai dari

processus spinosus vertebra cervicalis ketujuh dan terbentang sampai sejauh

sacrum dan menghubungkan vertebra dan sacrum.

5) Diskus Vertebra Cervical

Diskus intervetebralis adalah lempengan kartilago yang berbentuk sebuah

bantalan di antara dua tulang belakang. Material yang keras dari fibrosa

digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola di bagian tengah diskus

dinamakan Nukleus Pulposus. (1) Discus pada vertebrae cervical lebih kecil

disbanding dari toracal dan lumbal. (2) Terdiri dari nucleus pulposus, annulus

fibrosus, dan 2 cartilaginous end plate. (3) Lebih tertutup tulang bila dibandingkan

dengan vertebra yang lain.

6) Inervasi

System syaraf terdiri dari 12 pasang syaraf cranial yang meninggalkan

otak dan melintasi foramina cranium dan 31 pasang syaraf spinalis yang

meninggalkan otak dan melintasi foramina intervertebralis columna vertebralis.

Dalam makalah ini penulis hanya membatasi persyarafan yang keluar dari C5-C6

16

yaitu Nervus Axilaris dan Nervus Musculocutaneus. Nervus Axilaris berasal dari

fasikulus anterior pleksus brachialis dan terdiri atas serabut - serabut yang berasal

dari segment C5-C6. Cabang- cabang motorik mempersyarafi : (1) M. Deltoid, (2)

M. Teres minor. Nervus Musculocutaneus timbul dari fasiculus lateralis pleksus

brachialis dan terdiri dari serabut-serabut yang berasal dari segmen cervical 5-6.

Cabang-cabang motorik mempersyarafi : (1) M. Biceps brachii, (2) M. Brachialis.

Keterangan gambar Nervus Axilaris : 1. Suprascapular

2. Axilary

3. Radial

4. Deep Branch of Radial

17

Keterangan gambar : 1. Lateral Anterior Thoracic

2. Medial Anterior Thoracic

3. Musculocutaneus

4. Median

5. Radial

6. Ulnar

7. Volar Interosseous

III. Patologi

Adanya degenerasi diskus intervertebralis secara progresif kemudian

mengarah terjadinya perubahan pada daerah perbatasan tulang-tulang vertebra dan

diskus. Kemudian degenerasi diskus terjadi dan elastisitas serabut-serabut dari

annulus menurun dan berubah menjadi jaringan fibrous sehingga menyebabkan

fleksibilitas dan gerakan daerah cervical menjadi kaku. Ligamen-ligamen yang

menambat pada posterior vertebra menjadi lemah sehingga setiap tekanan

terhadap ligamen memungkinkan terlepasnya periosteal yang menyebabkan

material diskus dari tonjolan annulus diskus antara vertebra dan mendorong

ligamen menonjol keluar kemudian menghasilkan reaksi nyeri. Reaksi iritasi

dapat menyebabkan perubahan jaringan fibrous yang diikuti terjadinya

pengapuran.

18

Degenerasi akan diikuti oleh timbulnya penebalan subchondral yang

kemudian terjadi osteofit yang dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan pada

foramen intervertebralis. Hal ini akan menyebabkan terjadinya

kompresi/penekanan pada isi foramen intervertebral ketika gerakan ekstensi,

sehingga timbul nyeri yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan

mobilitas/toleransi jaringan terhadap suatu regangan yang diterima menurun.

IV. Etiologi

Rangsangan pada akar syaraf cervical dapat disebabkan oleh reaksi

radang, trauma, ligamen dan capsul sendi yang tidak stabil, pembentukan osteofit,

frakture dan dislokasi kelainan congenital serta penekanan pada arteria vertebralis.

Spondilosis terjadi karena adanya kelainan degeneratif pada diskus

intervertebralis secara progresif. Radiologis tampak perubahan discus

intervertebralis, pembentukan osteofit paravertebral dan facet joint serta

perubahan arcus laminalis posterior. Osteofit yang terbentuk seringkali menonjol

ke dalam foramen intervertebrale dan mengadakan iritasi atau menekan akar saraf.

Ekstensi servikal dapat meningkatkan intensitas rasa nyeri yang menyebabkan

timbulnya gejala kaku (stiffness) pada cervical spine bawah dan tidak jarang

menimbulkan hipermobilitas cervical spine atas. Sehingga tubuh mengalami suatu

reaksi iritasi (defance mechanism) dengan penggantian jaringan disekitar vertebra

dan diikuti proses pengapuran dan akhirnya menjadi osteofit yang dapat dilihat

dengan foto rontgen (Cailliet, 1991).

V. Manifestasi Klinik

Seperti yang telah diketahui bahwa saraf cervical yang berperan dalam

persarafan bahu, lengan, sampai jari adalah saraf cervical yang berasal dari

segmen medula spinalis C5, C6, C7, dan C8 maka radiks-radiks dari segmen

inilah yang memegang peranan dalam masalah cervical root syndrome ini. Pada

anamnesa biasanya dijumpai pasien dengan keluhan nyeri tengkuk serta kaku

pada otot leher dan kadang disertai dengan sakit daerah belakang kepala. Rasa

nyeri biasanya timbul pada pergerakan kepala dan leher disertai adanya penjalaran

ke lengan sesuai dengan persarafan radiks yang terkena, ini yang dinamakan nyeri

radikuler.

19

Pada pemeriksaan tidak jarang leher mengalami keterbatasan dalam

lingkup geraknya dan biasanya pasien juga merasakan hal itu dengan atau tidak

disertai nyeri leher. Kelainan neurologiknya, terhadap radiks saraf spinal akan

menimbulkan gangguan sensibilitas dan motorik. Untuk ganguan sensibilitas

pengenalan klinisnya ditentukan oleh terdapatnya nyeri saraf daerah kulit yang

dipersarafi oleh radiks dorsalis yang terangsang. Hal tersebut yang dinamakan

dengan dermatom. Sedangkan kelaianan motorik ditandai dengan adanya

kelemahan pada daerah lengan dan tangan. Pemeriksaan lebih lanjut dinilai refleks

tendonnya yang terkadang menurun pada otot yang dipersarafinya.

Radiks Nyeri dijalarkan dari leher ke:

Kelemahan otot

Gangguan sensibilitas

Refleks tendon

C5 Bahu bagian bawah dan lengan atas bagian lateral

Supraspinatus Deltoideus Infraspinatus Biceps

Permukaan ventral lengan atas dan bawah Tidak ada gangguan sensibilitas pada jari-jari

Refleks biceps tidak terganggu atau menurun

C6 Bagian lateral (radial) lengan bawah

Biceps Brachioradialis

Permukaan ibu jari dan tepi radial dari lengan

Refleks biceps, menurun / menghilang

C7 Bagian dorsal lengan bawah

Triceps Permukaan jari telunjuk, jari tangan dan dorsum manus

Refleks triceps menurun atau menghilang

C8 Bagian medial (ulnar) lengan bawah

Otot-otot tangan: interossei

Jari kelingking dan jari manis

Refleks biceps dan triceps tidak terganggu

VI. Penegakan Diagnosis

a. Anamnesis

Anamnesis memegang peranan penting mengingat banyaknya kausa yang

dapat menyebabkan cervical root syndrome ini, terutama mengenai identitas, serta

riwayat hidup seperti umur, riwayat trauma sebelumnya, riwayat pekerjaan.

20

b. Inspeksi

Perhatikan sikap tubuh pasien saat menanyakan riwayat penyakit.

Bagaimana posisi kepala dan leher selama wawancara. Biasanya pasien

menekukkan kepala menjauhi sisi yang cedera dan leher terlihat kaku. Gerak leher

ke segala arah menjadi terbatas, baik yang mendekati maupun menjauhi sisi

cedera

c. Palpasi

- Nyeri kaku pada leher

- Rasa nyeri dan tebal dirambatkan ke ibu jari dan sisi radial tangan

- Dijumpai kelemahan pada biceps atau triceps. Berkurangnya reflex biceps

- Dijumpai nyeri alih (referred pain) di bahu yang samar, dimana “nyeri bahu”

hanya dirasa bertahan di daerah deltoideus bagian lateral dan infrascapula atas.

d. Pemeriksaan fungsi motorik

Pemeriksaan motorik sangatlah penting untuk menentukan tingkat radiks

servikal yang terkena sesuai dengan distribusi myotomal. Sebagai contoh:

Kelemahan pada abduksi pundak menunjukkan radikulopati C5. Kelemahan pada

fleksi siku dan ekstensi pergelangan tangan menunjukkan radikulopati C6.

Kelemahan pada ekstensi siku dan fleksi pergelangan tangan menunjukkan

radikulopati C7 dan kelemahan pada ekstensi ibu jari dan deviasi ulnar dari

pergelangan tangan menunjukkan radikulopati C8. Pemeriksaan refleks tendon

sangat membantu menentukan tingkat radiks yang terkena. Seperti : Refleks

biseps mewakili tingkat radiks C5-6, Refleks triseps mewakili tingkat radiks C7-8.

e. Pemeriksaan fungsi sensorik

Pemeriksaan fungsi sensorik dilakukan bila ada gangguan sensorik.

Namun seringkali gangguan sensorik tidak sesuai dermatomal atlas anatomik. Hal

ini disebabkan oleh adanya daerah persarafan yang bertumpang tindih satu sama

lain . Pemeriksaan ini juga menunjukkan tingkat subyektivitas yang tinggi.

f. Tes Provokasi

- Tes Spurling

Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan dengan cara posisi leher

diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan tekanan

ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila terdapat nyeri radikuler ke arah

21

ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik

namun tidak sensitif guna mendeteksi adanya radikulopati servikal. Pada pasien

yang datang ketika dalam keadaan nyeri, dapat dilakukan distraksi servikal secara

manual dengan cara pasien dalam posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi

leher secara perlahan. Hasil dinyatakan positif apabila nyeri servikal berkurang.

- Tes Lhermitte

Penderita disuruh duduk kemudian oleh pemeriksa dilakukan kompresi pada

kepalanya dalam berbagai posisi (miring kanan, miring kiri, tengadah,

menunduk). Hasil tes ini dinyatakan positif bila pada penekanan dirasakan adanya

rasa nyeri yang dijalarkan.

- Tes Distraksi Kepala Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh kompresi

terhadap radiks syaraf. Hal ini dapat diperlihatkan bila kecurigaan iritasi radiks

syaraf lebih memberikan gejala dengan tes kompresi kepala walaupun penyebab

lain belum dapat disingkirkan.

22

- Tes Valsava

Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat proses desak ruang di

kanalis vertebralis bagian cervical, maka dengan di naikkannya tekanan intratekal

akan membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri syaraf ini sesuai dengan tingkat

proses patologis di kanalis vertebralis bagian cervical. Cara meningkatkan tekanan

intratekal menurut Valsava ini adalah pasien disuruh mengejan sewaktu ia

menahan nafasnya. Hasil positif bila timbul nyeri radikuler yang berpangkal di

leher menjalar ke lengan.

- Tes Naffziger

Dilakukan pada posisi berbaring atau berdiri dengan menekan vena

jugulare dengan kedua tangan pemeriksa sementara pasien mengejan. Akan terjadi

peningkatan intrakranial yang akan diteruskan sepanjang rongga arachnoidal

medula spinalis. Adanya proses desak ruang kanalis vertebralis akan

menimbulkan nyeri radikuler.

g. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan radiografi cervical

Foto polos servical ini biasanya rutin dilakukan pada pasien dengan cervical root

syndrome dengan kecurigaan spondilosis servikalis. Untuk keperluan tersebut

maka foto dibuat dengan berbagai proyeksi anterior-posterior, lateral, oblik

kanan-kiri. Pada pemeriksaan ini dinilai keadaan tulang, foramen, diskus, adanya

spur sehingga dapat ditentukan tingkat dari spondilosis.

2) CT Scan dengan myelografi

Digunakan untuk menilai spinal dan stenosis foraminal. Tetapi jarang digunakan

karena sifatnya invasif dan biasanya diagnosis dapat ditegakkan cukup dengan

pemeriksaan fisik dan foto polos rutin.

3) MRI

Salah satu prosedur untuk mendiagnosis cervical spondylosis. Keuntungannya

dapat memberikan gambaran dalam bermacam potongan, tidak invasif, dan dapat

mengidentifikasi kompresi radiks spinal.

4) EMG

Berguna untuk menilai lokasi radiks yang terlibat.

23

VII. Penatalaksanaan

a. Medikamentosa :

Obat penghilang nyeri atau relaksan otot dapat diberikan pada fase akut.

Obat-obatan ini biasanya diberikan selama 7-10 hari. Jenis obat-obatan yang

banyak digunakan biasanya dari golongan salisilat atau NSAID. Bila keadaan

nyeri dirasakan begitu berat, kadang-kadang diperlukan juga analgetik golongan

narkotik seperti codein, meperidin, bahkan bisa juga diberikan morfin. Ansiolitik

dapat diberikan pada mereka yang mengalami ketegangan mental. Pada kondisi

tertentu seperti nyeri yang diakibatkan oleh tarikan, tindakan latihan ringan yang

diberikan lebih awal dapat mempercepat proses perbaikan. Kepala sebaiknya

diletakan pada bantal servikal sedemikian rupa yaitu sedikit dalam posisi flexi

sehingga pasien merasa nyaman dan tidak mengakibatkan gerakan kearah lateral.

Istirahat diperlukan pada fase akut nyeri,terutama pada spondilosis servikalis atau

kelompok nyeri non spesifik.

Obat-obatan yang banyak digunakan adalah:

Ibuprofen 400 mg, tiap 4-6 jam (PO)

Naproksen 200-500 mg, tiap 12 jam (PO)

Fenoprofen 200 mg, tiap 4-6 jam (PO)

Indometacin 25-50 mg, tiap 8 jam (PO)

Kodein 30-60 mg, tiap jam (PO/Parentral)

Vit. B1, B6, B12

b. Non medikamentosa

Untuk mencapai kondisi pemulihan pasien sehingga bisa secepatnya

kembali bekerja adalah kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan lingkungan

kerja yang baik. Saran yang dapat diberikan antara lain:

- Sikap tubuh yang baik dimana tubuh tegak, dada terangkat, bahu santai, dagu

masuk, leher merasa kuat, longgar dan santai

- Tidur dengan bantal

- Penggunaan telepon dengan posisi leher menekuk dapat dikurangi dengan

menggunakan headset, menghindari penggunaan kacamata bifokal dengan

ekstensi leher yang berlebihan, posisi tidur yang salah.

24

- Saat menonton pertandingan pada lapangan terbuka, maupun layar lebar

sebaiknya menghindari tempat duduk yang menyebabkan kepala menoleh/berotasi

ke sisi lesi.

- Memelihara sendi otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan yang benar.

- Pencegahan nyeri cervical ulangan yaitu dengan memperhatikan posisi saat

duduk, mengendarai kendaraan, dan posisi leher yang berkaitan dengan berbagai

pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.

VIII. Rehabilitasi Medik

a. Traksi

Tindakan ini dilakukan apabila dengan istirahat keluhan nyeri tidak berkurang

atau pada pasien dengan gejala yang berat dan mencerminkan adanya kompresi

radiks saraf. Traksi dapat dilakukan 3 kali sehari selama 15 menit, dan dapat

dilakukan dengan frekuensi yang lebih sedikit selama 4 sampai 6 minggu. Setelah

keluhan nyeri hilang pun traksi masih dapat dianjurkan. Traksi

dikontraindikasikan pada pasien dengan spondilosis berat dengan mielopati dan

adanya arthritis dengan subluksasi atlanto-aksial.

b. Cervical Collar

Pemakaian cervical collar lebih ditujukan untuk proses imobilisasi serta

mengurangi kompresi pada radiks saraf, walaupun belum terdapat satu jenis collar

yang benar-benar mencegah mobilisasi leher. Salah satu jenis collar yang banyak

digunakan adalah SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular Immobilizer).

Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan malam

dan diubah secara intermiten pada minggu II atau bila mengendarai kendaraan.

Harus diingat bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat sementara dan harus dihindari

akibatnya yaitu diantaranya berupa atrofi otot serta kontraktur. Jangka waktu 1-2

minggu ini biasanya cukup untuk mengatasi nyeri pada nyeri servikal non

spesifik. Apabila disertai dengan iritasi radiks saraf, adakalanya diperlukan waktu

2-3 bulan. Hilangnya nyeri, hilangnya tanda spurling dan perbaikan defisit

motorik dapat dijadikan indikasi pelepasan collar.

c. Thermotherapy

25

Thermoterapi dapat juga digunakan untuk membantu menghilangkan

nyeri. Modalitas terapi ini dapat digunakan sebelum atau pada saat traksi servikal

untuk relaksasi otot. Kompres dingin dapat diberikan sebanyak 1-4 kali sehari

selama 15-30 menit, atau kompres panas/pemanasan selama 30 menit 2-3 kali

sehari jika dengan kompres dingin tidak dicapai hasil yang memuaskan. Pilihan

antara modalitas panas atau dingin sangatlah pragmatik tergantung persepsi pasien

terhadap pengurangan nyeri.

d. Latihan

Berbagai modalitas dapat diberikan pada penanganan nyeri leher. Latihan

bisa dimulai pada akhir minggu I. Latihan mobilisasi leher kearah anterior, latihan

mengangkat bahu atau penguatan otot banyak membantu proses penyembuhan

nyeri. Hindari gerakan ekstensi maupun flexi. Pengurangan nyeri dapat

diakibatkan oleh spasme otot dapat ditanggulangi dengan melakukan pijatan

e. Operasi

Tindakan operatif lebih banyak ditujukan pada keadaan yang disebabkan

kompresi terhadap radiks saraf atau pada penyakit medula spinalis yang

berkembang lambat serta melibatkan tungkai dan lengan. Pada penanggulangan

kompresi tentunya harus dibuktikan dengan adanya keterlibatan neurologis serta

tidak memberikan respon dengan terapi medikamentosa biasa.

26