bab iii
DESCRIPTION
Jurnal TLTGTRANSCRIPT
BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN
4.1 Sumber Air Baku
Menurut Wahyu (2008) air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan
memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air bersih dan air minum.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengolahan untuk meningkatkan kualitas air baku
sehingga bias dimanfaatkan untuk air bersih. Pada Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman, sumber air baku yang kemudian digunakan sebagai air bersih adalah
kolam yang berada di depan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.
4.2 Karakteristik Air Baku
Secara umum air yang berada pada badan air memiliki karakteristik yang berbeda antara
badan air yang satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan pada
lingkungan sekitar dan pemanfaatan badan air yang berbeda-beda. Sehingga perlakuan
yang dilakukan untuk pengolahan air baku juga berbeda-beda tergantung karakteristik
air baku dan peruntukannya.
Air yang digunakan sebagai sumber air baku yaitu air kolam yang berada di depan
Fakultas Teknik ini memiliki kulaitas air yang masih kuran baik bila dibandingkan
dengan peraturan yang terkait dengan standar kualitas air bersih. Peraturan yang
digunakan sebagai standar untuk air bersih agar aman digunakan oleh manusia adalah
PERMENKES No. 416 tahun 1990 tentang syarat-syarat dna pengawasan kualitas air
dan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur No. 02 Tahun 2011 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
Berdasarkan hasil uji kualitas air sebelum dilakukan pengolahan dapat diihat pada table
4.1 yang tersaji di bawah ini:
Table 4.1 Kualitas Air kolam di depan Fakultas Teknik
Parameter Unit HasilKadar
Maksimum*
Kadar
Maksimum**
pH - 6.86 6.5 – 9.0 6 - 9
Total Suspended
Solidmg/L 50 - 50
Biological Oxygen
Demandmg/L 51.75 - 3
Kekeruhan NTU 59 5 -
Besi Total (Fe) mg/L 0,10 1.0 -
Mangan Total(Mn) mg/L 0,20 0.5 -
Bakteri E. coli MPN/100 mL 130 0 -
* Standar Baku Mutu PERMENKES No. 416 Tahun 1990
** Standar Baku Mutu Perda. Prov. Kalimantan Timur No. 2 Tahun 2011
4.3 Unit Pengolahan Air
Berdasarkan SNI 6773-2008 tentang unit paket instalasi pengolahan air, maka paket
instalasi pengolahan air sesuai dengan diagram berikut:
Dari gambar tersebut bisa dilihat bahwa ada umumnya, standar unit yang digunakan
pada instalasi air terdiri dari unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi, desinfeksi, filter, dan
akhirnya dikumpulkan di reservoir sebelum didistribusikan ke pengguna air bersih. Pada
penelitian ini dilakukan sedikit modifikasi terkait desain unit pada instalasi, hal ini
dilakukan selain menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan, selain itu juga karena
dpat dilakukan minimalisasi baik dari segi tempat maupun biaya.
Gambaran pengolahan yang akan dilkukan oleh instalasi pengolahan air pada penelitian
ini dapat dilihat pada diagram air sebagai berikut:
Gambar 4.2 Diagram Alir Instalasi Pengoalah Air
4.4 Perhitungan Instalasi Pengolahan Air
4.4.1 Penelitian Pendahuluan
Pada penelitian pendahuluan ini dilakukan beberapa perlakuan terhadap air baku untuk
mengetahui efisiensi pengolahan, dari beberapa unit yang ada pada instalasi dilakukan
penelitian pendahuluan pada proses sedimentasi dan koagulasi-flokulasi.
A. Penentuan dosis koagulan (Al2SO4)
Tahapan yang dilakukan untuk menentukan dosis koagulan adalah dengan
melakukan jartest, adapun tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Diambil 1000 mL sampel dan dimasukkan ke gelas ukur
2. Ditambahkan larutan Al2SO4 sebagai koagulan dengan dosis yang bervariasi
3. Dilakukan pengadukan sampel dengan stritter
4. Lama pengadukan mengikuti standar yang telah dibuat di laboratorium
lingkungan yaitu :
a. Pengadukan cepat yaitu 100 rpm selama 1 menit
b. Pengadukan sedang yaitu 40-80 rpm selama 10 menit
c. Pengadukan lambat yaitu 20 rpm selama 1 menit
5. Dimasukkan air sampel ke dalam kerucut imhoff
6. Diendapkan selama 15 menit
7. Diamati air pada kerucut imhoff dan diukur tinggi timbulan flok yang terbentuk
8. Diukur kembali tingkat kekeruhan air sampel
9. Diambil dosis terbaik koagulan berdasarkan jumlah flok yang terbentuk, tingkat
keasaman pH yang masih dalam nilai ambang batas dan tingkat kekeruhan
terrendah.
B. Penentuan dosis penetral (CaO)
Tahapan yang dilakukan dalam penentuan dosis penetral adalah sebagai berikut :
1. Dicek nilai pH awal air sampel
2. Sampel air yang telah dihomogenkan dengan larutan tawas diambil sebanyak
100 mL dan dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer sebanyak empat sampel.
3. Ditambahkan larutan CaO sebagai penetral dengan variasi dosis pemakaian yang
berbeda-beda pada masing-masing erlenmeyer.
4. Diaduk sampel hingga benar-benar tercampur
5. Dicek kembali nilai pH air sampel
6. Dipilih dosis dengan hasil yang mendekati netral.
C. Penentuan Debit Aliran
Penentuan debit aliran adalah perhitungan dasar yang dilakukan dalam suatu
perencanaan, penentuan debit ini sangat berpengaruh pada penentuan dimensi dari
unit pengolahan yang akan dilakukan. Dari perhitungan debit secara manual yang
dilakukan dilapangan maka didapat debit yang mengalir menuju reservoir adalah
sebesar 190,6 mL/s.
4.4.2 Unit Koagulasi-Flokulasi
Koagulasi adalah proses pemberian bahan koagulan untuk membentuk flok-flok kecil
yang kemudian akan bereaksi membentuk flok yang lebih besar yang disebut flokulasi.
Proses koagulasi dan flokulasi ini pada dasarnya merupakan suatu proses yang prinsip
kerjanya memanfaatkan reaksi bahan kimia untuk mendestabilisasi partikel padatan
pada air, sehingga terjadi ikatan antar partikel padatan. Agar reaksi pada koagulan
semakin efektif dilakukan pengadukan sehingga mempercepat proses pembentukan flok
pada unit koagulasi-flokulasi.
Proses pembentukan flok pada unit koagulasi-flokulasi bervariasi dari pengadukan
cepat, pengadukan lambat. Pengadukan cepat berfungsi agar koagulan yang dibubuhkan
dpat tercampur secara merata, pada pengadukan sedang dan lambat sendiri terjadi
pembentukan flok yang berukuran besar sehingga mudah diendapkan pada unit
sedimentasi.
Unit koagulasi-flokulasi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan prinsip
terjunan hidrolis dengan memanfaatkan aliran turbulen pada air untuk mendapatkan
proses pengadukan yang sesuai dengan kriteria desain.
Unit koagulasi-flokulasi-sedimentasi pada penelitian ini dilakukan modifikasi untuk
menyesuaikan dengan kondisi di lapangan dan efisiensi tempat dengan hanya
memanfaatkan jalur pipa. Bahan kimia yang digunakan sebagai koagulan dalam proses
ini adalah tawas (Al2SO4) sebagai pembentuk flok, kapur (CaO) sebagai penetral derajat
keasaman (pH) dan kaporit (CaCOCl) sebagai desinfektan. Jalur pipa untuk proses
koagulasi-flokulasi pada pipa dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3 Proses Pengolahan Koagulasi-Flokulasi
Proses koagulasi terjadi karena adanya terjunan pada pipa yang akan menghomogenkan
koagulan dengan air baku. Kemudian pada lintasan selanjutnya terjadi proses aliran ke
atas dimana akan terjadi pembentukan flok karena adanya pengadukan lambat kemudian
air yang telah diberi bahan koagulan ditampung di dalam tangki air sebelum dialirkan
menuju unit pengolahan selanjutnya.
4.4.2.1 Perhitungan Unit Koagulasi
Perhitungan desain pada unit koagulasi dilakukan dengan membandingkan kriteria
desain yang ada dengan kebutuhan debit yang digunakan. Kriteria desain adalah standar
yang digunakan untuk menghitung spesifikasi yang digunakan untuk unit pengolahan
pada suatu instalasi.
Jumlah unit, n = 1
Waktu Detensi, td = 40 detik
Percepatan gravitasi, g = 9,81 m/s2
Massa jenis air, ⍴ = 996 kg/m3
Viskositas absolut, µ = 8,2 x 10-4 kg/m . dtk
Debit, Q = 0,1906 L/s = 1,906 x 10-4 m3/s
Diameter pipa, ɸ = 2 inch = 0,0508 m
Tinggi pipa, t = 0,86 m
a. Kecepatan aliran :
v = √2gh
v = √2 × 9,81 m/ s2 ×0,86 m
v = 4,1 m/s
b. Angka Reynold :
NRe = ρvdμ
NRe = 996 kg/m 3 × 4,1 m/s × 0,0508 m
8,2 x10−4 kg/m . dtk
NRe = 252984
c. Faktor friksi
F = 0,316
ℜ0,25
F = 0,316
2529840,25
F = 0,014
d. Headloss :
Hfmayor = f l v2
d 2 g
Hfmayor = 0,014 0,86(4,1 m /s)2
0,0508 m× 2× 9,81 m /s2
Hfmayor = 0,2 m
Hfminor = KL v2
2 g
Hfminor = 0,3 ¿¿
Hfminor = 0,257 m
Hftotal = Hfmayor + Hfminor
Hftotal = 0,2 m + 0,257 m
Hftotal = 0,457 m
e. Gradien Kecepatan:
G = √ 996kgm3 × 9,81
ms2 × 0,457 m
8,2× 10−4 kgm
. dtk × 40 dtk
G = 368,96/detik
4.4.2.2 Kebutuhan Koagulan
Unit koagulasi membutuhkan koagulan sebagai bahan untuk menguraikan bahan
pencemar pada air baku, pada unit koagulasi ini dihitung kebutuhan dosis koagulan
yang tepat dengan menggunakan metode jar test, dari hasil jar test ini kemudian akan
digunakan untuk memperhitungkan dosis koagulan yang akan digunakan untuk
kebutuhan nyata di lapangan. Berikut ini merupakan hasil dari uji jar test yang
dilakukan dengan larutan tawas (5 : 100)
Tabel Hasil Jar Test Dosis Tawas (Al2SO4)
Volume Tawas (ml) pH Tinggi Endapan
1 6.99 24
2 5.65 35
3 5.33 59
4 3.69 50
Dari data tersebut kemudian dihitung kebutuhan koagulan dengan dosis yang telah
diketahui, dosis yang digunakan adalah sebesar 2 mL dilihat dari efisiensi penurunan
terhadap kekeruhan. Perhitungan dosis koagulan dan dimensi bak pembubuh dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Diketahui:
Q air baku = 190,6 mL/s
Dosis optimal = 2 ml Al2SO4 dalam 1000 ml air baku
Maka,
Keb Al2SO4 per detik = 190,6 ml/ s
1000 ml×2 ml Al2 SO 4
= 0,3812 ml Al2SO4/s
Keb Al2SO4 per hari = keb. Al2SO4 / s x td
= 0,3812 ml Al2SO4 /s x 24 jam/hari
= 32.935,68 ml Al2SO4/hari
= 32,9356 liter/hari
Keb. Al2SO4 dalam bentuk padat = 32,9356 liter Al2SO4/hari x 5 gr
0 ,1 liter
= 1844,4 gram Al2SO4/hari
= 1,844 kg Al2SO4/hari
Catatan: perbandingan pengenceran Al2SO4 dengan air adalah 5:100, dimana Al2SO4
padat sebanyak 5 gr dilarutkan dengan air sebanyak 100 mL.
Penambahan koagulan (tawas) dalam air baku akan menurunkan pH air, untuk
meningkatkan nilai pH maka ditambahkanlah kapur. Untuk menentukan jumlah kapur
yang digunakan maka dilakukanlah uji jar test. Berikut ini hasil uji jar test pada kapur
yang telah dilakukan dengan larutan kapur (3 : 100)
Table Hasil Jar Test Dosis Kapur (CaO)
Volume Kapur (ml) pH
2 7.04
3 6.94
4 6.92
5 6.93
Dari tabel terlihat bahwa volume kapur yang mampu meningkatkan pH secara efektif
adalah sebesar 2 ml, kemudian dibuatlah perhitungan kebutuhan larutan kapur untuk
pengolahan sebagai berikut:
Perhitungan Dosis Kapur:
Q air baku = 190,6 mL/s
Dosis optimal = 2 ml CaO dalam 1000 ml air baku
Maka,
Keb CaO per detik = 190,6 ml/ s
1000 ml×2 mlCaO
= 0,3812 ml CaO /s
Keb CaO per hari = keb. CaO / s x td
= 0,3812 ml CaO /s x 24 jam/hari
= 32.935,68 ml Al2SO4/hari
= 32,9356 liter/hari
Keb. CaO dalam bentuk padat = 32,9356 liter CaO /hari x 3 gr
0 ,1 liter
= 988,068 gram CaO /hari
= 0,99 kg CaO /hari
Catatan: perbandingan pengenceran CaO dengan air adalah 3:100, dimana CaO padat
sebanyak 3 gr dilarutkan dengan air sebanyak 100 mL.
4.4.3 Unit Flokulasi
Unit flokulasi masih berhubungan dengan unit koagulasi sehingga masih digunakan
pipa 2 inch sebagai unit flokulasi. Unit flokulasi bertujuan untuk pembentukan flok
setelah terjadi reaksi antara koagulan dengan air. Kriteria desain dari unit flokulasi ini
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.7 kriteria desain flokulator hidrolis
Gambar Pipa Unit Flokulasi
0,7 m0,7 m
0,7 m
Perencanaan:
Percepatan gravitasi, g = 9,81 m/s2
Massa jenis air, ⍴ = 996 kg/m3
Viskositas absolut, µ = 8,2 x 10-4 kg/m . dtk
Debit, Q = 0,1906 L/s = 1,906 x 10-4 m3/s
Diameter pipa, ɸ = 2 inch = 0,0508 m
Panjang pipa, t = 2,1 m
Waktu detensi, td = 10 menit
a. Kecepatan aliran :
v = QA
v = 1,906 x 10−4 m 3/s
0,25 × π×(0,0508 m)2
v = 0,094 m/s
b. Angka Reynold :
NRe = ρvdμ
NRe = 996 kg/m 3 × 0,094 m/s × 0,0508 m
8,2 x10−4 kg /m .dtk
NRe = 5800,12
c. Faktor friksi :
F = 0,316
ℜ0,25
F = 0,316
5800,120,25
F = 0,0362
d. Headloss :
Hfmayor = f l v2
d 2 g
Hfmayor = 0,0362 2,1(0,094 m /s)2
0,0508 m× 2× 9,81 m /s2
Hfmayor = 6,74 x 10-4 m
Hfminor = KL v2
2 g
Hfminor = 0,3 x 4 ¿¿
Hfminor = 5,4 x 10-4 m
Hftotal = Hfmayor + Hfminor
Hftotal = 6,74 x 10-4 m 5,4 x 10-4 m
Hftotal = 12,14 x 10-4 m
e. Gradien Kecepatan:
G = √ ρ. g . hμ . td
G = √ 996kgm3 × 9,81
ms2 × 12,14 x10−4 m
8,2 ×10−4 kgm
. dtk × 600 dtk
G = 5/dtk
4.4.4 Unit Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan benda padat dari air karena perbedaan berat jenis.
Untuk terjadinya proses sedimentasi, prinsip kerjanya adalah dengan membuat padatan
memiliki berat jenis lebih besar daripada air. Hal ini dapat terjadi secara alami maupun
dengan menambahkan bahan kimia untuk meningkatkan efektifitasnya.
a. Kriteria Perencanaan
Q = 1,906 x 10-4 m3/s
T = 27oC
= 0,996 gr/cm3 = 996 kg/m3
µ = 8,2 x 10-4 kg/m.det
Td = 1 jam
b. Volume :
V = Q × td
V = 1,906 x 10-4 m3/s × 3600 detik
V = 0,686 m3
c. Kecepatan aliran :
v = QA
v = 1,906 x10−4 m3/ s
0,25 × π × (1.25 m)2
v = 1.55 × 10-4 m/s
d. Kedalaman :
H = VA
H = 0,686m3
1.227m2
H = 0.56 m
e. Weir Loading :
Weir Loading = Qπ D
= 1,906 x 10 -4 m3 /s π × 1.25 m❑ ×
86400 s1 hari
= 4,193 m3/m.hari
f. Kecepatan Horizontal :
Vh = Qπ D H
= 1,906 x 10 -4 m3 /s π × 1,25 m × 0,56 m
= 8,667 × 10-5 m/s
g. Scour Velocity :
SV = [ 8 K (S−1)gdF ]
12
= [ 8 × 0.05 ×(2.5−1)× 9.81m /s2×0.0070.02 ]
12
= 1,435 m/s
Perhitungan zona lumpur
Pada unit sedimentasi, harus diketahui berapa volume lumpur yang akan terbentuk dari
proses pengendapan. Jumlah lumpur ini terlebih dahulu telah dilakukan percobaan
dengan skala lab untuk mengetahui jumlah lumpur yang terbentuk pada dosis koagulan
yang tepat. Percobaan dilakukan dengan mengendapkan sampel yang telah direaksikan
dengan koagulan pada kerucut imhoff untuk kemudian dijadikan standar pada
pengolahan secara nyata.
Pada perencanaan sedimentasi diketahui data perencanaan sebagai berikut :
Volume air yang dihasilkan selama 24 jam yaitu 0,2 L/s x 86400 s = 17280 L
Dimensi unit sedimentasi :
k = 340 cm = 3,4 m
Volume lumpur yang terbentuk pada uji lab = 35 mL
Dari data perencaan tersebut dihitung tinggi endapan yang terbentuk untuk kapasitas air
yang direncanakan, langkah perhitungan tinggi endapan lumpur yang terbentuk adlah
sebagai berikut :
Hitung jari-jari unit sedimentasi :
k = 2πr
3,4 m = 2πr
r = 3,4 m
2 x 3,14 = 0,54 m = 54 cm
Hitung volume lumpur yang terbentuk untuk 17280 L air :
VL.aktual = 17280 L
1 L x 35 mL
VL.aktual = 604800 mL
= 60,5 x 10-2 m3
Tinggi endapan yang terbentuk pada unit sedimentasi :
VL.aktual = π r2 x t
60,5 x 10-2 m3 = 3,14 x (0,54)2 x t
t = 60,5 x10−2
3,14 x0,2916
t = 0,66 m = 66 cm
Sehingga tinggi lumpur yang terbentuk pada unit sedimentasi dalam 24 jam adalah 66
cm
4.4.5 Unit Filtrasi
Proses filtrasi adalah proses pemisahan padatan dari air karena perbedaan ukuran
partikel. Ada berbagai macam jenis filter yang ada, pemilihan jenis filter tergantung
pada karakteristik air baku dan peruntukkan hasil olahan. Pada unit ini digunakan filter
saringan cepat karena air baku yang diolah termasuk memiliki debit yang kecil
sementara kebutuhan pemakaian air cukup tinggi.
Unit filter yang digunakan, terdiri dari bak kapasitas 80 L sebagai unit filter dan
digunakan ijuk dan batu kerikil sebagai media penyaring. Filter berjumlah dua buah
yang diposisikan setelah proses sedimentasi di tangki air. Air hasil olahan dari unit
sedimentasi yang masih memiliki padatan terlarut yang tidak terendapkan, kemudian
akan disaring pada unit filtrasi ini sebelum disimpan di dalam bak penampung.
Gambaran unit filtrasi dapat dilihat pada gambar 4.11 sebagai berikut:
Gambar 4.11 Unit Filtrasi
4.4.5.1 Perhitungan Unit Filtrasi
a. Kriteria Desain Bak Filtrasi
Tabel 4.14 Kriteria Desain Unit Filtrasi
Uraian Nilai Satuan
Kecepatan Filtrasi (Vf) 8-12 m/jamTebal media pasir (Lp) 60-80 CmTebal media kerikil (Lk) 10-30 CmWaktu backwash (tbw) 5-15 Menit
Tinggi air diatas media (ha) 0,9-1,2 MDiameter media (Фm) 0,6-1,2 mmEkspansi backwash 30-50 %A orifice (Aor):A (0,0015-
0,005):1-
A lateral (Al):Aor (2-4):1 -A manifold (Am):Al (1,5-3):1 -Jarak orifice (Wor) 6-20 CmPorositas 0,36-0,45
Diameter orifice (Фo) 0,6-2 CmKecepatan backwash (Vbw) 15-25 m/jamSurface Loading 7-12 m/jam
Desain Perancangan
a. Kriteria Perencanaan
1. Q = 1,906 x 10-4 m3/s
2. Kecepatan filtrasi Vf = 8 m/jam = 2,22 x 10-3 m/det
Ijuk
Kerikil
3. Temperatur air baku = 27 0C
4. Viskositas kinematis v = 0,8581 x 10-6 m2/det
5. Densitas ρ = 0,99654 gr/cm3 = 966,54 kg/m3
6. Viskositas Dinamis μ = 0,8551 x 10 -3 kg/m3
7. Laju filtrasi secara umum = 1,35 L/s per m2 – 6,77 L/s per m2
8. Unit Filter Run Volume (UFRV) = 203.225,8 L/m2 – 4.064.516,13 L/m2
9. Tinggi unit Filtrasi, H = 0.75 m
b. Jumlah Bak Saringan (n)
N = 12 . (Q)0.5
= 12 x (1,906 x 10-4)0,5
= 0,16 ≈ 1 buah
Ditambah dengan 1 bak cadangan sehingga berjumlah 2 unit
c. Debit pada filter
Qf = Qn
Qf = 1.906 x10−4 m3/det2
Qf = 9,53 x 10-5 m3/det = 0,343 m3/jam/filter
d. Luas permukaan filter (A)
A = Qf
Kecepatan Filtrasi
A = 0,343 m3/ jam8 m / jam
A = 0,043 m2
e. Dimensi Filter
A = πr2
0.043 m2 = 3,14 x r2
r = √ 0,0433,14
r = 0,117 m
r = 11,7 cm
d = 22,14 cm = 8,72 inch
pembulatan d = 10 inch
f. Laju filtrasi
= Laju Aliran
Luas Permukaan Filter
= 0,0953 L/s0,043 m2
= 2.216 L/s.m2
g. Unit filter run volume (UFRV)
UFRV = Total Volume Filter , L
Luas Permukaan Filter ,m2
UFRV = Q× td
A
UFRV = 0,1906 L/s×(24 jam ×3600
sjam
)
0,043 m2
UFRV = 382.973 L/m2
h. Debit backwash
Untuk debit backwash, diasumsikan kecepatan backwash sebesar 15 m/jam,
maka:
Q backwash = v backwash x luas permukaan filter
Q backwash = 15 m/jam x 0,043 m2
Q backwash = 0,645 m3/jam = 0,18 L/s
i. Laju backwash = Laju Aliran Backwash , L/ s
Luas Permukaan Filter ,m2
= 0,18 L/s0,043 m2
= 4,186 L/s/m2
j. Volume kebutuhan air untuk backwash
Volume air yang dibutuhkan untuk proses backwash dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Vol. keb. Air backwash = (Q backwash) (durasi backwash)
= (0,18 L/s) (10 menit x 60 s
1menit)
=108 L
k. Volume unit backwash
Volume unit backwash = Total Volume Fil ter , L
Luas Permukaan Filter ,m2
= Q× td
A
= 0,1906
Ls
×(10 menit x60 s
1menit)
0,043 m2
= 2.659,5 L/m2
l. Efisiensi Filter
E = ℜRo =
Unit filter run volume−volumeunit backwashunit filter runvolume
x 100%
E = 382.973
Lm 2
−2.659,5
382.973L
m2
x 100%
E = 99,3 %
m. Menentukan sistem pengumpul filtrasi
Luas Orifice Total
A orifice total : A media=0,0015:1
A orifice total=0,3 x 0,0015
¿4,5 x 10−4 m2
¿4,5 cm2
Luas Orifice Satuan, (D = 0,5 inch = 1,27 cm)
A orifice=14
π D2
¿14
x3,14 x ¿
¿1,27 cm2
Jumlah Orifice
n= A orificetotalA orifice
¿ 4,5 cm2
1,27 cm2
¿3,54=4 buah
Luas Lateral Total
A lateral total : A orifice total= (2 ) :1
A LateralTotal=2 x 4,5 cm2
¿9 cm2
Luas Lateral Satuan, (D = 1,25 inch = 3,175 cm)
A Lateral=14
x3,14 x 3,175 cm2
¿7,91 cm2
Jumlah Lateral
n= A lateral totalA lateral
= 9 cm2
7,91cm2 =1 ,14 buah
Jumlah Lateral per sisi Manifold
n=1,142
=0,57 buah
Luas Manifold
A manifold : A lateral total = (1,5) : 1
A manifold = 1,5 x 9 cm2
= 13,5 cm2
P manifold = P bak = 0,3 m
Jumlah orifice per lateral , n= jml orificejml lateral
= 40,57
=7 buah
Manifold diletakkan di tengah : P lateral= Lbak−D manifold2
¿0,3 m−0,02m
2=0,14m
Ditentukan jarak tepi orifice = 0,02
Jarak orifice=P lateral−(n orifice per lateral × D orifice )+(2× jarak tepiorifice)
norifice perlateral
¿0,14 m−(7 × 0,0127 m )+ (2× 0,02 m)
7=0,013 m
Ditentukan jarak tepi lateral = 0,05
Jarak lateral=P manifold−(n lateral persisi manifold × Dlateral )+(2× jarak tepi lateral)
n lateral persisi manifold
¿0,3 m−(0,57 × 0,03175 m)+(2×0,05m )
0,57=0,67 m
4.4.6 Unit Desinfeksi
Desinfeksi air bersih bertujuan membunuh bakteri patogen yang ada di dalam air,
desinfektan air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: pemanasan dan penyinaran
antara lain dengan sinar (UV), ion-ion logam antara lain dengan copper dan silver, asam
atau basa, senyawa-senyawa kimia dan klorinasi.
Unit desinfeksi yang digunakan pada instalasi pengolahan ini adalah dengan klorinasi
menggunakan sistem gravitasi. Unit desinfeksi ditempatkan setelah unit filter sebelum
menuju bak penampung. Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan desibfeksi yaitu
kaporit (CaOCl).
4.4.6.1 Perhitungan Unit Desinfeksi
Desain perancangan
Perancangan
1. Q = 1,906 x 10-4 m3/s
2. Konsentrasi = 1%/250 mL
Dosis optimum 0,0218 ml sisa khlor yang diinginkan 0,02 mg/l.
Kadar khlor dalam kaporit 60%
Menghitung DPC
DPC={[ 1000250
× V × C]−D} DPC={[ 1000
250× 0.0218 ×60 % ]−0,02 mg / l}
DPC=0.032 mg / l
Dosis Khlor
Dosis Khlor=Khlor DPC+sisa khlor diinginkan
Dosis Khlor=0.032 mg / l+0.02 mg /l
Dosis Khlor=0.052 mg / l
Kecepatan pembubuhan
d=Q ×C × Rs
K
d=1,906 x10−4 m3 /s×
60100
× 0.052 mg / l
10 mg / l=6 ml/ detik
Kebutuhan khlor
w=Q ×C × Rs
w=1,906 x10−4m3 /s×10060
× 0.052 mg / l
w=0,0165 mg /det=1,427 kg /hari