bab iii

29

Click here to load reader

Upload: ira-ajah

Post on 30-Nov-2015

77 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III

BAB III

PEMBAHASAN

Kasus Pemicu

Puskesmas X di kecamatan Y kota Depok adalah puskesmas non DTP memiliki wilayah

binaan sebanyak dua kelurahan, yaitu Kelurahan Mekar dan Kelurahan Sari. Puskesmas X tidak

memiliki pustu. Di puskesmas X memiliki tiga orang perawat lulusan Ners dan 9 perawat lulusan

D3 dengan masa kerja lebih dari lima tahun. Program perkesmas di puskesmas X telah berjalan

dan koordinatornya adalah seorang ners. Kegiatan perkesmas yang dilakukan meliputi dalam dan

luar gedung. Jam kerja di puskesmas adalah jam 07.30 – 12.00 di gedung puskesmas selanjutnya

di luar gedung dari jam 13.00 – 16.00 dan fleksibel sesuai kebutuhan. Kelurahan mekar terdiri

dari 35.550 penduduk dengan jumlah balita 4560 yang tersebar dalam 8 RW dan memiliki 10

UKBM posyandu dan 6 UKBM posbindu lansia. Kelurahan Mekar memiliki 11 sekolah dasar, 2

SMP dan 1 pondok pesantren. Kelurahan ini memiliki 21 penderita TB aktif. Kelurahan Sari

memiliki 25.450 penduduk. Balita 3510 yang tersebar di lima RW, memiliki 7 UKBM posbindu

lansia. Kelurahan sari memiliki 12 SD, 1 SMP dan 1 SMA. Kelurahan ini memiliki 17 penderita

TB.

Pembahasan

Puskesmas X di kecamatan Y kota Depok adalah Puskesmas non DTP dan merupakan

UPT dari Dinkes Kota Depok. DPT adalah singkatan dari Dengan Tempat Perawatan dan UPT

adalah singkatan dari Unit Pelayanan Teknis. Jadi, Puskesmas X merupakan Unit Pelaksana

Teknis (UPT) dinas kesehatan kota Depok dan memiliki wilayah kerja kecamatan Y. Sebagai

UPT, Puskesmas X berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas

kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama, walaupun puskesmas

X tidak menyediakan tempat perawatan yang pada umumnya (di sebagian puskesmas)

menyediakan tempat perawatan untuk rawat inap.

Page 2: BAB III

Berdasarkan kepmenkes no. 128, dalam acuan pola struktur organisasi puskesmas,

jaringan pelayanan puskesmas salah satunya meliputi unit puskesmas pembantu (pustu). Namun,

Puskesmas X tidak memiliki Pustu. Seharusnya sebagai UPT, Puskesmas X perlu memiliki Pustu

yang seharusnya ada di 2-3 desa dengan warga 1000 jiwa. Sebuah Puskesmas bisa saja tidak

memiliki Pustu jika daerahnya jauh dari sarana pelayanan rujukan dan puskesmas tersebut harus

dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. Namun, Puskesmas X ini tidak memiliki Pustu dan tidak

dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. Hal ini membuktikan puskesmas X tidak berjalan dengan

seharusnya. Padahal, dengan adanya cukup banyak masalah kesehatan di wilayah ini, mungkin

perlu untuk membangun puskesmas pembantu, mengingat di wilayah ini belum terdapat

puskesmas pembantu dan juga puskesmas X memiliki dua wilayah binaan.

Pada kasus puskesmas X, tercatat beberapa data yang perlu menjadi perhatian puskesmas

X dalam melaksanakan program upaya kesehatan di wilayah kerjanya. Kelurahan Mekar terdiri

dari 35.550 penduduk, dengan jumlah balita 4.560 yang tersebar dalam 8 RW, memiliki 10

UKBM Posyandu dan 6 UKBM Posbindu Lansia, memiliki 11 Sekolah Dasar, 2 SMP,

dan 1 Pondok Pesantren, serta memiliki 21 penderita TB Aktif dan 5 balita mengalami BGM.

Kelurahan Sari terdiri dari 25.450 penduduk, dengan jumlah balita 3.610 yang tersebar dalam 5

RW, memiliki 7 UKBM Posyandu dan 3 UKBM Posbindu Lansia, memiliki 12 Sekolah Dasar, 1

SMP, dan 1 SMA, serta memiliki 17 penderita TB Aktif dan 7 balita mengalami BGM.

Berdasarkan kepmenkes no. 128 di atas, puskesmas berkedudukan sebagai pembina UKBM

(Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) seperti Posyandu dan Posbindu pada kasus. UKBM

merupakan perwujudan dari fungsi puskesmas sebagai pusat pemberdayaan masyarakat dalam

hal kesehatan. Dalam Trihono (2002), pada wilayah dengan 60-100 balita, harus terdapat 1

posyandu, maka dapat dikatakan kurangnya posyandu pada wilayah kerja puskesmas X dan

mungkin perlu untuk ditambah.

Pada kasus sama-sama memperlihatkan data-data adanya penderita TB (Tuberkulosis)

aktif dan balita BGM (Bawah Garis Merah). Selain itu, terdapat sejumlah UKBM dan sekolah.

Maka itu, harus dilihat mengenai upaya kesehatan yang wajib dilakukan puskesmas, yaitu (1)

Promosi Kesehatan, (2) Kesehatan Lingkungan, (3) Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga

Berencana (KIA/KB), (4) Perbaikan Gizi Masyarakat, (5) Pencegahan dan Pemberantasan

Penyakit Menular (P2M), serta (6) Pengobatan. Oleh karena itu, puskesmas X perlu melakukan

upaya kesehatan KIA untuk mengatasi masalah kesehatan balita yang mengalami BGM serta KB

Page 3: BAB III

untuk mengurangi angka kelahiran, mengingat cukup banyak balita pada wilayah tersebut.

Puskesmas X juga perlu melakukan upaya kesehatan P2M dan pengobatan untuk mengatasi

masalah TB aktif. Selain itu, promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, dan perbaikan gizi

masyarakat sudah menjadi upaya kesehatan yang wajib dilakukan juga oleh puskesmas X.

Upaya kesehatan sekolah dan lanjut usia juga perlu dilakukan dalam upaya kesehatan

pengembangan, mengingat terdapat juga data-data yang menunjukkan cukup banyaknya usia

sekolah dan lanjut usia di wilayah tersebut. Upaya kesehatan sekolah yang dapat dilakukan

seperti dibentuknya dokter kecil, pos Kesehatan Pesantren, palang merah remaja, dsb, sedangkan

upaya kesehatan usia lanjut pada kasus sudah ada Posbindu. Selain itu, dapat juga dilakukan

keterpaduan lintas program atau lintas sektor untuk mengupayakan pelayanan kesehatan. Lintas

program dapat dilakukan pada MTBS (misal, keterpaduan KIA dengan gizi, promosi kesehatan,

dan pengobatan) dan upaya kesehatan sekolah (misal, keterpaduan kesehatan lingkungan dengan

promosi kesehatan dan pengobatan). Lintas sektor dapat dilakukan pada upaya kesehatan sekolah

(misal, keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah, dan pendidikan), kesehatan ibu dan

anak (misal, keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah, organisasi masyarakat, dan

PKK), atau promosi kesehatan (misal, keterpaduan sektor kesehatan dengan camat atau lurah).

Berdasarkan kasus di atas, Puskesmas X seharusnya memakai metode keperawatan tim

untuk menyelesaikan masalahnya. Metode keperawatan tim ini merupakan metode yang cocok

bagi Puskesmas X ini karena dalam metode keperawatan tim ini perawat harus mampu

menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Sebagaimana diketahui bahwa Puskesmas X

tersebut memiliki banyak masalah yang harus diselesaikan, sedangkan jumlah perawat atau SDM

nya tidak memadai untuk wilayah sebesar puskesmas X tersebut.

Dua belas orang perawat di Puskesmas X akan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, dengan

pembagian sebagai berikut:

1. 1 perawat ners + 4 perawat D3= stay di Puskesmas selama jam kerja Puskesmas (07.00-12.00

wib.), setelah itu mereka mengunjungi masyarakat dengan masalah khusus, seperti

penanganan TB aktif (3 perawat ke Kelurahan Mekar, dan 2 perawat ke Kelurahan Sari).

2. 1 Perawat ners + 3 perawat D3= mengunjungi Posbindu dan Posyandu yang tersebar di kedua

kelurahan. Posbindu dan Posyandu tersebut dipegang oleh sekumpulan masyarakat, tentunya

Page 4: BAB III

mereka tetap membutuhkan bantuan dukungan dari para petugas kesehatan di Puskesmas.

Kunjungan rutin di tiap UKBM tersebut sangatlah dibutuhkan.

3. 1 Perawat ners + 2 Perawat D3= melakukan penyuluhan / promosi kesehatan ke sekolah

sekolah (SD, SMP, SMA dan pondok pesantren) yang ada di kedua Kelurahan X. Pelaksanaan

penyuluhan ini agar mulai dari anak-anak sampai orang dewasa mengetahui betapa

pentingnya kesehatan itu.

Pembagian tugas ini bersifat rolling (secara bergantian perminggunya). Diharapkan dari

pembagian ini, asuhan keperawatan yang dibutuhkan masyarakat dapat terpenuhi sehingga

masalah masalah kesehatan dapat teratasi dengan baik, serta seluruh upaya pokok kegiatan

Puskesmas dapat dijalankan.

Tujuan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan kemandirian

masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan kesehatan masyarakat yang optimal.

Pelayanan diberikan secara langsung kepada seluruh masyarakat, mempertimbangkan masalah

kesehatan di masyarakat mempengaruhi individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu adanya pengelolaan dalam upaya tersebut. Terdapat

rangkaian yang saling berhubungan dalam upaya pengelolaan upaya keperawatan di puskesmas

yaitu, kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan

pertanggungjawaban yang terintegrasi dengan upaya kesehatan Puskesmas.

Peran perawat dijalankan harus sesuai dengan lingkup kewenangan perawat. Sebagai

pelaksana keperawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas, perawat minimal mempunyai peran

dan fungsi. Peran dan fungsinya antara lain:

1. Pemberi Pelayanan (Care Giver):

Perawat memberikan layanan berupa asuhan keperawatan secara langsung kepada

klien (individu, keluarga, maupun komunitas). Asuhan keperawatan diberikan kepada klien di

semua tatanan layanan kesehatan dengan proses keperawatan, berpedoman pada standar

keperawatan, menggunakan metodologi proses keperawatan, dilandasi oleh etik dan etika

keperawatan, serta berada dalam lingkup wewenang dan tanggung jawab keperawatan.

Sebagai care giver, perawat bertugas untuk:

Page 5: BAB III

a. Memberi kenyamanan dan rasa aman bagi klien.

b. Melindungi hak dan kewajiban klien agar tetap terlaksana dengan seimbang.

c. Memfasilitasi klien dengan anggota tim kesehatan lainnya.

d. Berusaha mengembalikan kesehatan klien. (Asmadi, 2008).

Baik atau tidaknya kualitas layanan profesi keperawatan dirasakan langsung oleh klien

berdasarkan peran perawat sebagai care give/care provider. Dimanapun ia berada, perawat

selalu memberikan layanan asuhan keperawatan, seperti di Puskesmas. Berbeda dengan

perawat yang bertugas di rumah sakit, perawat yang bertugas di Puskesmas memberikan

layanan secara langsung kepada klien, baik individu, keluarga, maupun masyarakat. Perawat

Puskesmas mempunyai tugas rutin, yaitu kunjungan langsung ke rumah klien yang

membutuhkan perawatan, seperti klien dengan TB.

2. Pendidik atau Educator:

Perawat sebagai pendidik tidak hanya mendidik klien yang sakit, namun perawat

mendidik keluarga, masyarakat, tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan yang lain. Tujuan

dari pendidikan kesehatan ini diharapkan dapat membangun perilaku kesehatan individu/

masyarakat ke arah yang lebih baik, yang selanjutnya diharapkan diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Syarat utama yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan peran sebagai educator

dengan baik, antara lain: berwawasan luas, memiliki kemampuan komunikasi, pemahaman

psikologis yang baik, dan kemampuan menjadi model dalam perilaku profesional (Asmadi,

2008).

Begitu pula seorang perawat sebagai pendidik di Puskesmas. Perawat harus

berwawasan luas karena nantinya perawat akan memberikan atau transfer ilmu kepada

kliennya. Perawat juga memerlukan kemampuan komunikasi yang baik, yang nantinya akan

digunakan untuk berinteraksi dengan kliennya, sehingga perawat bisa mengkaji masalahnya

kemudian memberikan asuhan yang sesuai. Sasaran pelayanan asuhan keperawatan adalah

klien yang merupakan manusia dan memiliki sisi psikologis yang berbeda-beda, juga harus

mendapat perhatian. Saat mempengaruhi klien, terutama di Puskesmas, perawat tidak hanya

mampu menjangkau logika klien tetapi juga “hati” klien. Dengan begitu, pemikiran dan ide

perawat dapat diterima oleh klien sehingga tujuan pendidikan kesehatan dapat tercapai.

Page 6: BAB III

3. Koordinator dan Kolaborator:

Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola dan mengatur

perencanaan program layanan keperawatan pada tatanan layanan kesehatan. Intervensi yang

diberikan kepada klien dapat berupa intervensi mandiri (fungsi independen) atau kolaborasi

(fungsi dependen). Oleh karena itu, perlu perencanaan yang baik agar klien secara tepat dan

cepat memperoleh rujukan kepada tim kesehatan lain demi keselamatan klien. Di Puskesmas,

perawat dituntut memiliki insting dan intuisi yang tajam dalam mengkaji setiap klien yang

datang. Keterbatasan fasilitas di Puskesmas menuntut ketepatan dan kecepatan tim medis

termasuk perawat dalam mendiagnosis kondisi klien, terutama klien yang memerlukan

penanganan segera. Dengan merujuk klien secara segera ke pusat pelayanan kesehatan yang

lebih lengkap fasilitasnya, maka perawat telah melindungi dan memfasilitasi klien agar

memperoleh penanganan yang komprehensif karena dilakukan tindakan kolaborasi oleh tim

medis lain.

4. Pemberi Nasihat atau Counseling:

Dalam memberikan asuhan keperawatan dapat juga memberikan layanan counseling

kepada kiennya. Apalagi perawat yang berkerja di Puskesmas memiliki kesempatan lebih

besar dalam memberikan counseling kepada klien karena klien Puskesmas dapat sebagai

individu, keluarga, maupun masyarakat. Pemberian counseling kepada klien memiliki sifat

yang lebih personal. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi secara personal dengan

memperhatikan kondisi psikologis klien harus lebih mendapat perhatian.

5. Role Model:

Seorang perawat tidak hanya pintar dalam memberikan pendidikan kepada klien,

seorang perawat juga mengaplikasikan edukasi tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

Apalagi seorang perawat yang bekerja di puskesmas. Seperti yang diketahui, perawat yang

bekerja di puskesmas akan dekat dengan masyarakat Perawat yang bekerja di puskesmas

sebagai role model harus dijalankan dengan baik karena tingkah laku dan kebiasaan perawat

dalam bertugas selalu diperhatikan dan dinilai langsung oleh masyarakat saat itu. Semakin

baiknya tingkah laku dan kebiasaan perawat di mata masyarakat, semakin mudah pula

Page 7: BAB III

mempengaruhi klien untuk mengubah kebiasaan klien sehingga sadar dan peka terhadap

kesehatan.

A. Perencanaan Keperawatan Berdasarkan Konsep Perawatan Team pada Puskesmas X.

Salah satu upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan tidak bisa lepas dari upaya

peningkatan mutu keperawatan. Oleh sebab itu, perawat sebagai tim pelayanan kesehatan

yang terbesar dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Mutu pelayanan

puskesmas ditinjau dari sisi keperawatan meliputi aspek jumlah dan kemampuan tenaga

profesi, motivasi, kinerja, dana, sarana, perlengkapan penunjang, serta manajemen

puskesmas yang perlu disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Adapun tugas pokok perawat puskesmas adalah memberikan pelayanan keperawatan

dalam bentuk asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, dalam

upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan

kesehatan serta pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang

keperawatan/kesehatan, baik di sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan

puskesmas (kepmenpan No 94, 2001). Selain tugas pokok, perawat juga harus memiliki

beberapa elemen perawat profesional untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan,

antara lain: care giver, clien advocate, counselor, educator, collaborator, coordinator

changes agent, consultant, dan interpersonal proses.

Puskesmas perawatan adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan

pusat pengembangan masyarakat yang memberikan pelayanan rawat inap kepada pasien.

Selain itu juga membina peran serta masyarakat, memberikan pelayanan secara menyeluruh

dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan

kata lain, Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan

kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.

Pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas perawatan meliputi pelayanan

kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan), dan rehabilitatif

(pemulihan). Adapun kegiatan pokok di Puskesmas perawatan umumnya hampir sama

dengan Puskesmas non perawatan, yakni KIA, KB, untuk peningkatan gizi, kesehatan

Page 8: BAB III

lingkungan dan penyediaan air bersih, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,

pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, penyuluhan kesehatan

masyarakat, usaha kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, perawatan kesehatan masyarakat.

Tugas ketua tim dalam melakukan perencanaan terhadap kinerja dalam mengelola

puskesmas meliputi hal berikut ini:

1. Meningkatkan saling pengertian antara tim tentang persyaratan kinerja.

2. Mencatat dan mengakui hasil kerja tim, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang

lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

3. Memberikan peluang kepada tim untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan

meningkatkan kepedulian terhadap karier atau terhadap pekerjaan yang diembannya

sekarang.

4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan

termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.

5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan

pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-

hal yang perlu diubah.

Adapun tanggungjawab anggota tim adalah sebagai berikut:

1. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di bawah tanggung jawabnya.

2. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.

3. Memberikan laporan.

Selain itu, berikut ini adalah tanggung jawab ketua tim, yaitu:

1. Membuat perencanaan.

2. Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi.

3. Mengenal/mengetahui kondisi klien dan dapat menilai tingkat kebutuhan klien.

4. Mengembangan kemampuan anggota.

5. Menyelenggarakan konferensi.

Berikut ini sistematika perencanaan menggunakan metode perawatan tim dalam

mengelola Puskesmas X:

1. Perencanaan

Page 9: BAB III

a. Menunjukkan tim akan bertugas di lingkup pelayanan masing-masing, meliputi

pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan), dan

rehabilitatif (pemulihan).

b. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien dalam semua lingkup pelayanan

kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan), dan

rehabilitatif (pemulihan): gawat, transisi, dan persiapan pulang bersama.

c. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan

kebutuhan klien, mengatur penugasan/penjadwalan.

d. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.

e. Mengikuti visite pelayanan untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis

yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang

tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien saat perawatan di Puskesmas.

f. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan:

1) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.

2) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan.

3) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.

4) Memberikan informasi pada pasien atau keluarga.

g. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.

h. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.

i. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan Puskesmas.

B. Pengorganisasian

Berdasarkan kasus, pengorganisasian yang tepat adalah pengorganisasian berupa

penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap

satuan wilayah kerja. Hal ini dilakukan karena pada kasus jumlah SDM perawat sangat

sedikit, sedangkan tugas dan peran perawat yang dijalankan sangat banyak. Pada

pengorganisasian jenis pertama, Peran perawat dijalankan sesuai dengan lingkup

kewenangan perawat. Sebagai pelaksana keperawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas,

perawat minimal mempunyai peran dan fungsi. Maupun pembagian tugas berdasarkan tim

dan sesuai dengan wilayah kerjanya tetapi pembagian tugas ini bersifat rolling (secara

bergantian perminggunya). Diharapkan dari pembagian ini, asuhan keperawatan yang

Page 10: BAB III

dibutuhkan masyarakat dapat terpenuhi sehingga masalah masalah kesehatan dapat teratasi

dengan baik, serta seluruh upaya pokok kegiatan Puskesmas dapat dijalankan. Tidak dapat

dipungkiri, pengorganisasian tipe dua pun tetap harus di jalankan ialah pengorganisasian

berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral yaitu penggalangan kerjasama

antar sektor yang terkait. Pada kasus, penggalangan kerjasama harus dilakukan pada sektor

pendidikan, sektor agama, sektor kecamatan. Hal ini dilakukan agar penyelenggaraan upaya

kesehatan sekolah tetap dapat terpenuhi.

Struktur organisasi puskesmas secara umum, yaitu

1. Kepala puskesmas

2. Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala puskesmas dalam pengelolaan

seperti data dan informasi, perencanaan dan penilaian, keuangan, umum dan

kepegawaian.

3. Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perorangan.

4. Jaringan pelayanan puskesmas seperti: unit puskesmas pembantu, unit puskesmas keliling

dan unit bidan di desa atau komunitas.

Berdasarkan peran dan fungsinya, SDM di Puskesmas dapat dikelompokkan menjadi:

1. Kelompok manajemen: kepala puskesmas, kepala sub.bag TU, koordinator program,

kepala unit perawatan

2. Kelompok medis profesi: dokter, dokter gigi, dokter spesialis, apoteker, nurse

3. Kelompok tenaga kesehatan lainnya: perawat, bidan, nutrisionis, sanitarian, dan

asisten apoteker

4. Kelompok administrasi: bendahara, staf TU, petugas pendaftaran dan pekarya

5. Kelompok penunjang: supir, satpam dan pramuhusada/cleaning service serta tenaga

lain yang bertugas sebagai tenaga penunjang pelayanan kesehatan.

Tugas masing-masing jabatan struktural:

Page 11: BAB III

Kepala Puskesmas:

1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, bimbingan dan supervisi.

2. Mengadakan koordinasi di tingkat kecamatan.

3. Sebagai penggerak pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan.

4. Sebagai tenaga ahli pendamping camat.

5. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di Puskesmas.

Koordinator Unit Tata Usaha:

1. Merencanakan dan mengevaluasi kegiatan di unit TU.

2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unit TU.

3. Menggantikan tugas Kepala Puskesmas bila Kepala Puskesmas berhalangan hadir.

Umum:

1. Registrasi Surat Masuk dan Keluar.

2. Melanjutkan disposisi Pimpinan.

3. Membuat konsep surat.

4. Mengkoordinir kegiatan petugas bagian pengiriman semua laporan puskesmas.

5. Mengkoordinir kegiatan petugas bagian perbaikan sarana puskesmas.

6. Mengarsipkan surat.

7. Melakukan kegiatan yang bersifat umum.

8. Mengkoordinir pembuatan spanduk yang bersifat umum.

Data dan Informasi :

1. Sebagai pusat data dan informasi puskesmas.

2. Mengumpulkan dan mengecek laporan puskesmas sebelum dikirim ke dinas kesehatan.

3. Menyajikan laporan dalam bentuk visualisasi data (tabel,grafik,dll).

Page 12: BAB III

4. Mengidentifikasi masalah program dari hasil visualisasi data dan menyerahkan hasilnya

kepada koordinator perencanaan dan penilaian.

5. Bersama-sama tim data dan informasi menyusun semua laporan Puskesmas (PTP,

minilok, Lap. Tahunan,Stratifikasi, dsb.).

6. Pencatatan dan pelaporan.

Kepegawaian:

1. Membuat laporan kepegawaian (Absensi, laporan triwulan, tahunan ,dsb.).

2. Mengetik DP3 yang sudah di isi nilai oleh atasan langsung.

3. Mendata dan mengarsipkan file pegawai.

4. Mengusulkan cuti dan kenaikan pangkat.

5. Mengusulkan tunjangan pegawai (Penyesuaian Fungsional, baju, sepatu, dll.).

6. Membuat Model C.

7. Merekap Absensi ( Ijin, Cuti, Sakit ).

8. Membuat absensi mahasiswa/siswa yang praktik di Puskesmas.

9. Membuat perencanaan untuk pengembangan kualitas SDM staf Puskesmas.

10. Menyusun daftar pembagian tugas untuk staf Puskesmas dengan persetujuan kepala

Puskesmas.

Keuangan:

1. Melakukan perencanaan keuangan.

2. Merealisasikan keuangan.

3. Membuat pembukuan/penutupan kas.

4. Mengambil gaji dan dana operasional serta yang berkaitan dengan kesejahteraan

pegawai.

5. Pencatatan dan pelaporan.

6. Membuat petikan daftar gaji.

7. Menerima setoran dari masing-masing unit pelayanan.

8. Mengkoordinir bendahara-bendahara di Puskesmas.

Page 13: BAB III

9. Melakukan setoran perda ke kas daerah.

Pemegang Program Logistik:

1. Menyusun perencanaan dan evaluasi.

2. Penerimaan dan pengeluaran logistik.

3. Pengecekan terhadap keadaan logistik (registrasi barang, KIR, dll).

4. Pencatatan dan pelaporan.

Koordinator Upaya Kesehatan Masyarakat:

1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab dalam penyusunan perencanaan dan evaluasi

kegiatan di unit P2M, promkes, KIA/KB, gizi, dan kesling.

2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya.

Koordinator Unit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2M):

1. Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit P2M.

2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya.

3. Ikut secara aktif mencegah dan mengawasi terjadinya peningkatan kasus penyakit

menular serta menindaklanjuti terjadinya KLB.

Pemegang Program Surveilans:

1. Berperan aktif secara dini melakukan pengamatan terhadap penderita, kesling, perilaku

masyarakat dan perubahan kondisi.

2. Analisis tentang KLB.

3. Penyuluhan kesehatan secara intensif.

4. Pencatatan dan pelaporan.

Page 14: BAB III

Pemegang Program P2 Imunisasi/ KIA, Posyandu:

Bertanggung jawab dan mengkoordinir kegiatan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Imunisasi Polio, Campak, HB, BCG, DPT pada bayi ditempat pelayanan

kesehatan ( Puskesmas,Posyandu dan Pustu ).

2. Pelaksanaan Imunisasi TT pada BUMIL & WUS ditempat pelayanan kesehatan.

3. Penyuluhan imunisasi dan sweeping ke rumah target yang tidak datang ke tempat

pelayanan kesehatan.

4. Pelaksanaan BIAS di tiap SD oleh tim Puskesmas dan kader.

5. Pengambilan vaksin ke Dinkes Kabupaten/Kota 2 kali sebulan.

6. Sterilisasi alat dan pemeliharaan di Puskesmas atau Pustu.

7. Merencanakan persediaan dan kebutuhan vaksin secara teratur.

8. Monitoring / evaluasi PWS.

Pemegang Program P2 TBC:

1. Penyuluhan tentang TBC serta kunjungan dan follow up ke rumah pasien.

2. Pencatatan dan pelaporan kasus.

3. Penemuan secara dini penderita TBC.

4. Pengobatan penderita secara lengkap.

5. Koordinasi dengan petugas laboratorium terhadap penderita/tersangka TBC untuk

mencari BTA +.

Pemegang Program Promosi Kesehatan:

1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan promosi kesehatan di

wilayah kerja puskesmas.

2. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan promosi dilakukan bersama-sama

dengan koordinator program yang terkait.

3. Kegiatan dalam gedung:

Page 15: BAB III

a. Penyuluhan langsung kepada perorangan maupun kelompok penderita di Puskesmas /

Pustu.

b. Penyuluhan tidak langsung melalui media poster/pamflet.

4. Kegiatan di luar gedung:

a. Penyuluhan melalui media masa, pemutaran film, siaran keliling, maupun media

tradisional.

b. Penyuluhan kelompok melalui posyandu dan sekolah.

5.  Koordinator pelaksanaan PHBS

6. Pencatatan dan pelaporan

Koordinator Unit KIA,KB, Gizi:

1. Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit KIA,KB, gizi, kesehatan anak, dan

kesehatan remaja.

2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya.

3. Ikut secara aktif mencegah dan mengawasi terjadinya masalah dan memecahkan masalah

yang ada di unitnya.

Pemegang Program Kesehatan Ibu:

1. Pemeliharaan kesehatan ibu dari hamil, melahirkan, dan menyusui, serta bayi, anak

balita, dan anak prasekolah sampai usia lanjut.

2. Imunisasi TT 2 kali pada bumil dan imunisasi pada bayi berupa BCG, DPT, polio dan Hb

sebanyak 3 kali serta campak sebanyak 1 kali.

3. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA, gizi

dan perkembangan anak.

4. Pelayanan KB kepada semua PUS, dengan perhatian khusus kepada mereka yang

melahirkan anak berkali-kali karena termasuk golongan ibu berisiko tinggi (risti).

5. Pengobatan bagi ibu untuk jenis penyakit ringan.

6. Kunjungan rumah untuk Perkesmas, bagi yang memerlukan pemeliharaan, memberi

penerangan dan pendidikan kesehatan, dan untuk mengadakan pemantauan pada mereka

Page 16: BAB III

yang lalai mengunjungi Puskesmas, serta meminta agar mereka datang ke Puskesmas

lagi.

Pemegang Program Kesehatan Anak:

1. Pengawasan dan bimbingan kepada Taman Kanak-Kanak.

2. Pengobatan bagi bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk jenis penyakit ringan.

3. Pemantauan/pelaksanaan DDTKA pada bayi, anak balita dan anak pra sekolah.

4. Membuat laporan MTBS.

Pemegang Program KB:

1. Komunikasi informasi dan edukasi (KIE).

2. Pelayanan kontrasepsi.

3. Pembinaan dan pengayoman medis kontrasepsi peserta KB.

4. Pelayanan rujukan KB.

5. Pencatatan dan pelaporan.

Pemegang Program Gizi:

1. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK).

a. Penimbangan bayi dan menginventaris jumlah dan  sarana posyandu.

2. Pemetaan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).

3. Penggunaan ASI Ekslusif.

4. Penyuluhan

5. Pengadaan Bahan dan Obat Fe.

6. Monitoring Garan Beryodium.

7. Pemetaan Kecamatan Rawan Pangan.

8. Intervensi kasus gizi buruk atau pemberian PMT.

9. Pembinaan dan Evaluasi.

Page 17: BAB III

Pemegang Program Kesehatan Lingkungan:

1. Menyusun perencanaan dan evaluasi di unit kesling.

2.  Mengurangi bahkan menghilangkan semua unsur fisik dan lingkungan yang memberi

pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat melalui penyuluhan kesling.

3. Penyehatan air bersih.

4. Penyehatan pembuangan sampah.

5. Penyehatan lingkungan dan pemukiman.

6. Penyehatan pembuangan air limbah.

7. Penyehatan makanan dan minuman.

8. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.

9. Pengawasan tempat pengelolaan pestisida.

10. Pelaksana perundangan di bidang kesehatan lingkungan.

11. Pembakaran sampah medis.

12. Pencatatan dan pelaporan.

Koordinator Upaya Kesehatan Perorangan:

1. Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit dan ASKES.

2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya.

Pemegang Program Pengobatan:

1. Menentukan target sasaran serta merencanakan kebutuhan obat dengan gudang farmasi.

2. Melakukan tindakan pengobatan sesuai standar Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan

tingkat pertama.

3. Merujuk pasien ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

4. Penemuan dan pencatatan kasus.

5. Menentukan kasus tertinggi di wilayah kerja (rekap kasus penyakit terbanyak).

6. Pencatatan dan pelaporan

Page 18: BAB III

Koordinator Pelayanan Puskesmas:

1. Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit P3K, Pusling, dan Pustu.

2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya.

Pemegang Program Usia lanjut:

1. Pendataan usila.

2. Kegiatan promotif dengan penyuluhan gizi, kesehatan di masa tua, agama,dll., ke

masyarakat dan kelompok usila.

3. Senam kesegaran jasmani.

4. Meningkatkan PSM dengan cara mengikutsertakan masyarakat dalam perencanaan dan

pelaksanaan.

5. Kegiatan preventif dengan pemeriksaan berkala.

6. Kegiatan pengobatan melalui pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.

7. Kegiatan pemulihan untuk mengembalikan fungsi organ yang telah menurun.

8. Pencatatan dan pelaporan.

Page 19: BAB III

Daftar Pustaka

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Depkes RI. (2006). Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat di

Puskesmas. Depkes RI: BUK Dasar.

Kelly, Patricia. (2009). Essential of Nursing Leadership & Management, 2nd ed. USA: Cengage

Learning, Inc.

Kementerian Kesehatan RI. Kepmenkes no. 128. Diperoleh dari

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20128%20ttg

%20Kebijakan%20Dasar%20Pusat%20Kesehatan%20Masyarakat.pdf

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 297/MENKES/SK/IV/2006 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik

Ed.4. Jakarta :EGC.

Rakhmawati, Windy. (2007). Jurnal: Metode Penugasan Tim dalam Asuhan Keperawatan.

Disampaikan pada Lokakarya Metode Penugasan Tim Bagi Perawat.

repository.unpad.ac.id

Supari, S.F. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.279/Menkes/SK/IV/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan

Kesehatan Masyarakat di Puskesmas. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Page 20: BAB III

Supari, S.F. (2009). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.857/Menkes/SK/IV/2009 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Sumber Daya Manusia

Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Swanburg, Rusfel. (2000). Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan untuk

Perawat Klinis. Jakarta: EGC.

Trihono. (2002). Arrime pedoman manajemen puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan.