bab iii

2
BAB III PEMBAHASAN 3.1. Dasar Hukum a) Pasal 55 UU No.05/ 1997 tentang Psikotropika. menentukan bahwa diperbolehkan melakukan penyadapan terhadap, pembicaraan melalui telepon dan/atau alat telekomunikasi elektronika lainnya yang dilakukan oleh orang yang dicurigai atau diduga keras membicarakan masalah yang berhubungan dengan tindak pidana psikotropika. Jangka waktu penyadapan berlangsung untuk paling lama 30 (tiga puluh) hari. Pelaksanaan teknis penyadapan hanya dapat dilakukan atas perintah tertulis Kapolri atau pejabat yang ditunjuknya. b) Pasal 66 ayat (2) UU No.22/1997 tentang Narkotika menentukan bahwa, Penyidik Pejabat Polisi Negara RI yang diberi tugas melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika, berwenang untuk menyadap melalui telepon atau alat telekomunikasi lain, pembicaraan yang dilakukan oleh orang yang diduga keras membicarakan masalah yang berhubungan dengan tindak pidana narkotika. UU No.22/ 1997 mulai berlaku tanggal 01 September 1997. c) Perpu Nomor 1 Tahun 2002 tentang Anti Terorisme. memperkenankan penyidik untuk melakukan penyadapan. Bunyinya adalah sebagai berikut: berdasarkan bukti permulaan yang cukup, penyidik berhak menyadap pembicaraan melalui telepon atau alat komunikasi lain yang diduga digunakan untuk mempersiapkan, merencanakan, dan melakukan tindak pidana terorisme d) Pasal 30 UU No.31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menentukan bahwa, Penyidik berhak membuka, memeriksa, dan menyita surat dan kiriman melalui pos, telekomunikasi, atau alat lainnya yang dicurigai mempunyai hubungan

Upload: maharaniayulestari

Post on 27-Sep-2015

3 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

for electrical engineering

TRANSCRIPT

BAB IIIPEMBAHASAN3.1. Dasar Hukuma) Pasal 55 UU No.05/ 1997 tentang Psikotropika.menentukan bahwa diperbolehkan melakukan penyadapan terhadap, pembicaraan melalui telepon dan/atau alat telekomunikasi elektronika lainnya yang dilakukan oleh orang yang dicurigai atau diduga keras membicarakan masalah yang berhubungan dengan tindak pidana psikotropika. Jangka waktu penyadapan berlangsung untuk paling lama 30 (tiga puluh) hari. Pelaksanaan teknis penyadapan hanya dapat dilakukan atas perintah tertulis Kapolri atau pejabat yang ditunjuknya.b) Pasal 66 ayat (2) UU No.22/1997 tentang Narkotikamenentukan bahwa, Penyidik Pejabat Polisi Negara RI yang diberi tugas melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika, berwenang untuk menyadap melalui telepon atau alat telekomunikasi lain, pembicaraan yang dilakukan oleh orang yang diduga keras membicarakan masalah yang berhubungan dengan tindak pidana narkotika. UU No.22/ 1997 mulai berlaku tanggal 01 September 1997.c) Perpu Nomor 1 Tahun 2002 tentang Anti Terorisme.memperkenankan penyidik untuk melakukan penyadapan. Bunyinya adalah sebagai berikut:berdasarkan bukti permulaan yang cukup, penyidik berhak menyadap pembicaraan melalui telepon atau alat komunikasi lain yang diduga digunakan untuk mempersiapkan, merencanakan, dan melakukan tindak pidana terorismed) Pasal 30 UU No.31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsimenentukan bahwa, Penyidik berhak membuka, memeriksa, dan menyita surat dan kiriman melalui pos, telekomunikasi, atau alat lainnya yang dicurigai mempunyai hubungan dengan perkara tindak pidana korupsi yang sedang diperiksa. Aktivitas tersebut dapat dilakukan setelah mendapat ijin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat. UU No.31/1999 mulai berlaku tanggal 16 Agustus 1999.e) Pasal 5 ayat(1) UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi danTrasnsaksi Elektronik.Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.f) Pasal 42 ayat (2) UU No.36/1999 tentang Telekomunikasi.menentukan bahwa, untuk keperluan proses peradilan pidana, penyelenggara jasa telekomunikasi dapat merekam informasi yang dikirim dan atau diterima oleh penyelenggara jasa telekomunikasi serta dapat memberikan informasi yang diperlukan atas: a) Permintaan tertulis Jaksa Agung dan atau Kepala Kepolisian Republik Indonesia untuk tindak pidana tertentu.b) Permintaan penyidik untuk tindak pidana tertentu sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. UU No.36/1999 diundangkan tanggal 08 September 1999, dan dinyatakan mulai berlaku tanggal 8 September 2000.