bab iii

17
BAB III LAPORAN KASUS 3.1 Identitas Penderita Nama : DDHP Umur : 13 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMP Suku Bangsa : Indonesia Agama : Hindu Status Perkawinan : Belum Menikah Alamat : Banjar Sekar, Petang Diagnosa : Otitis Media Akut Tanggal Ke Poliklinik : 30 Juni 2015 Tanggal Kunjungan : 30 Juni 2015 3.2 Anamnesis Keluhan Utama : Nyeri pada telinga kanan Riwayat Penyakit Sekarang : 10

Upload: yoga-prabawa

Post on 07-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Lalalalalalalal

TRANSCRIPT

I

BAB IIILAPORAN KASUS

3.1 Identitas PenderitaNama

: DDHPUmur

: 13 tahunJenis Kelamin

: Laki-lakiPendidikan

: SMPSuku Bangsa

: Indonesia Agama

: HinduStatus Perkawinan

: Belum MenikahAlamat: Banjar Sekar, PetangDiagnosa: Otitis Media Akut Tanggal Ke Poliklinik: 30 Juni 2015Tanggal Kunjungan: 30 Juni 2015

3.2 AnamnesisKeluhan Utama

: Nyeri pada telinga kananRiwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Poliklinik THT-KL RSUD Badung bersama orang tuanya dalam keadaan sadar dan mengeluh nyeri pada telinga kanan sejak 1 hari sebelum datang ke rumah sakit. Nyeri seperti terasa penuh. Nyeri dirasakan menetap. Sebelumnya pasien sering gelisah dan suka memegangi telinganya yang sakit. Pasien juga mengeluh sukar tidur. Tiga hari sebelum datang ke rumah sakit pasien mengalami batuk pilek yang saat ini sudah sembuh. Demam juga dirasakan naik turun. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala dan pendengarannya menurun. Pasien mengatakan nyeri membaik setelah istirahat, namun pasien masih tetap merasakan nyeri.Riwayat Penyakit Terdahulu : Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya. Pasien juga menyangkal adanya riwayat mengorek telinga.Riwayat Pengobatan: Pasien mengatakan tidak pernah meminum obat sebelumnya.Riwayat Alergi : Pasien menyatakan pasien tidak memiliki alergi terhadap obat maupun makanan tertentu.Riwayat Penyakit Keluarga: Orang tua pasien menyatakan bahwa tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami keluhan serupa. Riwayat Pribadi dan Sosial : Pasien merupakan siswa SMP dan senang bermain di lapangan bola.3.3 Pemeriksaan FisikTanda VitalKeadaan umum: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan darah: 110/60 mmHg

Nadi

: 88 x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

Temperatur: 38 C

Berat badan: 42 kgStatus General :

Kepala

: Normocephali

Muka

: Simetris, parese nervus fasialis (-/)Mata

: Anemis (-/-), ikterus (-/-), reflek pupil (+/+) isokor

THT

: Sesuai status lokalis

Leher

: Kaku kuduk (-)

Pembesaran kelenjar limfe (-/-)

Pembesaran kelenjar parotis (-/-)

Kelenjar tiroid (-)Thorak

: Cor

: S1S2 tunggal, reguler, murmur ()Pulmo

: Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)Abdomen

: Distensi (-), BU (+) N, hepar/lien tidak terabaEkstremitas: Akral hangat , Edema Status lokalis THT :a. HidungPEMERIKSAANKANANKIRI

Cavum nasiLapangLapang

Discharge Tidak adaTidak ada

Chonca inferiorEutrophiaEutrophia

Chonca mediusEutrophiaEutrophia

Septum nasiDeviasiNormal

Nyeri sinusTidak adaTidak ada

b. Telinga

PEMERIKSAANKANANKIRI

Daun telingaNormotiaNormotia

Canalis auricularisSempit, hiperemisSerumen

Membran timpaniHiperemisIntak

Tragus painNyeri Tidak nyeri

Hearing Lossbelum dievaluasibelum dievaluasi

DischargeMinimal Tidak ada

c. Tes Pendengaran

PEMERIKSAANKANANKIRI

Rinne belum dievaluasibelum dievaluasi

Weberbelum dievaluasibelum dievaluasi

Scwabachbelum dievaluasibelum dievaluasi

d. Mulut

Bibir

: dalam batas normal

Ginggiva

: dalam batas normal

Gigi

: dalam batas normal

Lidah

: dalam batas normal

e. Tenggorok

Tonsil

: T1-T1 Faring

: tenang

Adenoid

: tenang3.4 ResumePasien laki-laki berusia 13 tahun datang bersama orang tuanya dalam keadaan sadar dan mengeluh nyeri pada telinga kanan sejak 1 hari sebelum datang ke rumah sakit. Nyeri seperti terasa penuh. Nyeri dirasakan menetap. Sebelumnya pasien sering gelisah dan suka memegangi telinganya yang sakit. Pasien juga mengeluh sukar tidur. Tiga hari sebelum datang ke rumah sakit pasien mengalami batuk pilek yang saat ini sudah sembuh. Demam juga dirasakan naik turun. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala dan pendengarannya menurun. Pasien mengatakan nyeri membaik setelah istirahat, namun pasien masih tetap merasakan nyeri.Pasien tidak pernah mengalami hal yang serupa sebelumnya. Pada keluarga tidak didapatkan keluhan serupa. Orang tua pasien menyangkal bahwa pasien memiliki alergi terhadap obat maupun makanan tertentu. Pada pemeriksaan fisik pada telinga ditemukan canalis auricularis kanan sempit dan hiperemis, membran timpani kanan hiperemis, serta terdapat nyeri tragus dan discharge yang minimal pada telinga kanan. Telinga kiri dalam batas normal. Pada pemeriksaan hidung didapatkan deviasi septum nasi hidung kanan. Pada pemeriksaan tenggorokan didapatkan tonsil T1-T1.3.5 Diagnosis kerja Otitis Media Akut Stadium Hiperemis Auricula Dextra3.6 PenatalaksanaanTerapi :

Ambroksol 3x30 mg Parasetamol 3x500 mg Trifedrin 3x1 tab Amoksisilin 3x500 mg selama 7 hariNon-Medikamentosa :

Pasien diberikan penjelasan mengenai gambaran umum penyakit, perjalanan penyakit dan komplikasi yang mungkin terjadi.

Pasien disarankan beristirahat dengan cukup untuk mempercepat proses penyembuhan.

3.7 Prognosis

Ad vitam

: Bonam

Ad functionam: Dubius ad bonam

Ad sanationam : Dubius ad bonam

BAB IVPEMBAHASAN

Pada kasus ini didapatkan pasien laki-laki berusia 13 tahun dengan diagnosis otitis media akut stadium hiperemis aurikula dextra. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik. mengeluh nyeri pada telinga kanan sejak 1 hari sebelum datang ke rumah sakit. Nyeri seperti terasa penuh. Nyeri dirasakan menetap. Sebelumnya pasien sering gelisah dan suka memegangi telinganya yang sakit. Pasien juga mengeluh sukar tidur. Tiga hari sebelum datang ke rumah sakit pasien mengalami batuk pilek yang saat ini sudah sembuh. Demam juga dirasakan naik turun. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala dan pendengarannya menurun. Pasien mengatakan nyeri membaik setelah istirahat, namun pasien masih tetap merasakan nyeri.

Pasien tidak pernah mengalami hal yang serupa sebelumnya. Pada keluarga tidak didapatkan keluhan serupa. Orang tua pasien menyangkal bahwa pasien memiliki alergi terhadap obat maupun makanan tertentu. Pada pemeriksaan fisik pada telinga ditemukan canalis auricularis kanan sempit dan hiperemis, membran timpani kanan hiperemis, serta terdapat nyeri tragus dan discharge yang minimal pada telinga kanan. Telinga kiri dalam batas normal. Pada pemeriksaan hidung didapatkan deviasi septum nasi hidung kanan. Pada pemeriksaan tenggorokan didapatkan tonsil T1-T1.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami otitis media akut dengan berbagai faktor predisposisi seperti pengaruh cuaca, kelelahan fisik, batuk demam dan flu ataupun rangsangan makanan. Pasien mengaku memiliki gejala seperti common cold, demam rasa lesu, rasa nyeri telinga, sehingga otitis media akut ditegakkan. Terapi yang direncanakan untuk penderita OMA stadium hiperemis ini adalah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetik. Antibiotik yang dianjurkan adalah dari golongan penisilin atau ampisilin. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal 7 hari per oral. Bila pasien alergi terhadap penisilin maka diberikan eritromisin. Dosis amoksisilin 40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Untuk planning terapi akan dilakukan kultur bakteri.

Penanganan non-medikamentosa yang diberikan adalah pasien diberikan penjelasan mengenai gambaran umum penyakit, perjalanan penyakit dan komplikasi yang mungkin terjadi. Pasien disarankan beristirahat dengan cukup untuk mempercepat proses penyembuhan.BAB VKESIMPULANOtitis media akut adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid kurang dari 3 minggu. Etiologi dari penyakit ini adalah infeksi bakteri piogenik seperti Streptococcus hemolitikus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus, dan H. Influenza. Sumber infeksi bisa dari nasofaringitis, adenitis, tonsilitis, rhinitis, sinusitis, atau morbili yang mengalami infeksi sekunder. penyebaran penyakit dapat secara Rhinogenik. faktor predisposisi lebih sering dijumpai pada anak-anak, sering terjadi pada seseorang dengan riwayat batuk, pilek lama. Patofisiologi OMA terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga tengah. Faktor penyebab utama adalah sumbatan tuba eustachius sehingga pencegahan invasi kuman terganggu. Pencetusanya adalah infeksi saluran nafas atas. Infeksi saluran nafas bagian atas menyebabkan penyumbatan pada tuba eustachius sehingga terjadi gangguan ventilasi tuba yang menyebabkan terjadinya tekanan negatif pada telinga tengah akibat absorpsi udara oleh mukosa telinga tengah, yang menyebabkan retraksi dari membran timpani lalu terjadi pula respon inflamasi yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah di membran timpani, protein plasma keluar dan terkumpulnya cairan yang menyebabkan efusi serta edema dan selanjutnya bila fungsi tuba tetap terganggu dan adanya infiltrasi kuman patogen dari nasofaring dan rongga hidung akan menimbulkan supurasi. Akumulasi cairan yang terus menerus menyebabkan membran timpani menonjol sehingga dapat menyebabkan perforasi membran timpani.Pada kasus ini pasien datang ke Poliklinik THT-KL RSUD Badung bersama orang tuanya dalam keadaan sadar dan mengeluh nyeri pada telinga kanan sejak 1 hari sebelum datang ke rumah sakit. Nyeri seperti terasa penuh. Nyeri dirasakan menetap. Sebelumnya pasien sering gelisah dan suka memegangi telinganya yang sakit. Pasien juga mengeluh sukar tidur. Tiga hari sebelum datang ke rumah sakit pasien mengalami batuk pilek yang saat ini sudah sembuh. Demam juga dirasakan naik turun. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala dan pendengarannya menurun. Pasien mengatakan nyeri membaik setelah istirahat, namun pasien masih tetap merasakan nyeri. faktor predisposisi yang dimiliki oleh pasien adalah riwayat batuk pilek yang berulang serta usia masih tergolong anak-anak.Untuk rencana terapi pada pasien ini diberikan obat antibiotik (amoksisilin) untuk mengeradikasi bakteri penyebab infeksi. Seharusnya diberikan secara parenteral untuk menaikan dosis dan efektifitas obat dilanjutkan dengan pemberian secara oral selama 7 hari. Selain antibiotik diberikan juga paracetamol sebagai agen anti nyeri (analgetik) karena pasien mengeluhkan rasa nyeri yang mengganggu. pemberian ambroksol (mukolitik) diberikan dengan indikasi pasien mengalami batuk dan flu digunakan agar sputum/dahak dapat keluar. selain itu diberikan pula trifedrin (decongestan) sebagai agen vasokonstriktor dimana diharapkan dapat menyusutkan selaput hidung yang membengkak akibat reaksi inflamasi dengan harapan napas pasien melalui hidung dapat lancar.

DAFTAR PUSTAKA1. Prof. dr. Soepardi E. A, dkk. 2010. Buku ajar ilmu kesehatan THT. Edisi VI. Fakultas kedokteran UI. Jakarta2. Adam, George L, Lawrence R.Boies, dan Peter A.Higler. Embriologi Anatomi dan Fisiologi Telinga dan Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid.BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC.19973. Titisari, hanekung. 2005. Prevalensi dan sensitivitas haemophillus influenza pada otitis media akut di RSCM dan RSAB Harapan Kita. Jakarta. Balai penerbit FKUI

4. Kerschner, J.E., 2007. Otitis Media. In: Kliegman, R.M., ed. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. USA: Saunders Elsevier.

5. Berman, S., 1995. Otitis Media in Children. N Engl J Med 332 (23): 1560-1565. 6. Bluestone, C.D., Klein, J.O., 1996. Otitis Media, Atelektasis, and Eustachian Tube Dysfunction. In Bluestone, Stool, Kenna eds. Pediatric Otolaryngology. 3rd ed. London: WB Saunders, Philadelphia, 388-582.7. Alho, O., Laara, E., Oja, H., 1996. Public Health Impact of Various Risk Factors for Acute Otitis Media in Northern Finland. Am. J. Epidemiol 143 (11).8. Revai, K., Dobbs, L.A., Nair, S., Patel, J.A., Grady, J.J., Chonmaitree, T., 2007. Incidence of Acute Otitis Media and Sinusitis Complicating Upper Respiratory Tract Infection: The Effect of Age. Pediatrics 119 (6).9. Vernacchio, L., Lesko, S.M., Vezina, R.M., Corwin, M.J., Hunt, C.E., Hoffman, H.J., Mitchell, A.A., 2004. Racial/Ethnic Disparities in the Diagnosis of Otitis Media in Infancy. Int. J. Pediatr. Otorhinolaryngol. 68: 795-804.10. Dhingra PL. 2007. Disease of Ear Nose and Throat. 4th Ed.New Delhi, India : Elsevier11. Rubin, M.A., Gonzales, R., Sande, M.A., 2008. Pharyngitis, Sinusitis, Otitis, and Other Upper Respiratory Tract Infections. In: Fauci, A.S., ed. Harrysonss Principles of Internal Medicine. 17th ed. USA: McGraw-Hill Companies, Inc., 205-214.

_

_

_

_

+

+

+

+

10PAGE 20