bab iii

56
Bab III Tinjauan Pustaka BAB III TINJAUAN PUSTAKA III.1 MASTER CONTROL III.1.1 Pendahuluan Secara umum, untuk menampilkan acara di televisi terdapat 3 bagian utama yang saling berhubungan yaitu : Studio, Ruang Editor dan Master Control. Studio merupakan tempat dimana penyiaran berlangsung. Ruang editor adalah tempat untuk pengeditan rekaman, squize, lead, bumper acara sebelum ditayangkan di televisi. Master Control atau biasa dikenal kendali siar merupakan tempat pengaturan tayang televisi. Sumber catuan semua perangkat-perangkat master control adalah PLN dan UPS, perangkat-perangkat terpenting di master control secara otomatis akan dicatu langsung oleh UPS ketika catuan PLN terputus. III.1.2 Perangkat – Perangkat Master Control Master control terdiri atas perangkat-perangkat yang saling berhubungan satu sama lain. Secara umum, Page 7 Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas Hasanuddin

Upload: naza-writero

Post on 05-Jul-2015

491 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III

Bab III Tinjauan Pustaka

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 MASTER CONTROL

III.1.1 Pendahuluan

Secara umum, untuk menampilkan acara di televisi terdapat 3 bagian

utama yang saling berhubungan yaitu : Studio, Ruang Editor dan Master Control.

Studio merupakan tempat dimana penyiaran berlangsung.

Ruang editor adalah tempat untuk pengeditan rekaman, squize, lead,

bumper acara sebelum ditayangkan di televisi.

Master Control atau biasa dikenal kendali siar merupakan tempat

pengaturan tayang televisi.

Sumber catuan semua perangkat-perangkat master control adalah PLN dan

UPS, perangkat-perangkat terpenting di master control secara otomatis akan

dicatu langsung oleh UPS ketika catuan PLN terputus.

III.1.2 Perangkat – Perangkat Master Control

Master control terdiri atas perangkat-perangkat yang saling berhubungan

satu sama lain. Secara umum, perangkat-perangkat master control terbagi atas :

perangkat input dan perangkat operasi sistem.

Perangkat input adalah perangkat yang dapat menghasilkan input pada

sistem operasi sistem di master control yang bisa berupa speech (sinyal wicara),

audio, gambar, dan video. Perangkat yang digunakan antara lain : computer,

kamera, telepon, dan microfon.

Perangkat operasi sistem adalah perangkat yang mendukung system

penayangan acara televisi baik itu live maupun record, seperti : converter, mixer

audio, mixer controller, tv control, chroma key, overlay, video audio distribution

amplifier, video audio line transmission, equalizer dan microwave link.

Agar lebih jelas mengenai perangkat-perangkat master control, perhatikan

blok diagram master control di bawah ini :

Page 7 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin

Page 2: BAB III

Bab III Tinjauan Pustaka

Page 8 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin

Page 3: BAB III

Bab III Tinjauan Pustaka

Gambar III.1.2.b Perangkat – Perangkat Master Control

MIXER AUDIO

Perangkat mixer audio yang digunakan adalah mixer audio bermerk

Peavey UnityTM Series 2002 Made in USA. Mixer audio berfungsi sebagai share

audio dari microfon atau clip on pada saat live, baik live studio mini, live studio

besar, maupun live studio luar. Pada mixer audio ini terdapat headset untuk

mengecek suara dari microfon. Outputnya masuk ke Mixer Audio Master.

Perangkat ini terhubung pada clip on mic dengan menggunakan snake cable yang

berdimensi cukup besar dan sangat panjang dengan port output yang banyak.

Gambar III.1.2.c Mixer Audio

Peavey UnityTM Series 2002

Page 9 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin

Page 4: BAB III

Bab III Tinjauan Pustaka

MIXER AUDIO MASTER

Perangkat mixer audio master yang digunakan bermerk Behringer

Eurorack UB2442FX-PRO ultra low noise design 24-input, 4-bus mic/line mixer

with premium mic preamplifiers and digital 24-bit multi effects processor. Mixer

audio master ini merupakan mixer audio utama, semua output mixer audio masuk

ke mixer audio master ini, input lainnya adalah telephone interaktif rakitan.

Telephone ini dipergunakan pada saat acara live yang membutuhkan line

interaktif.

Gambar III.1.2.d Mixer Audio Master

Behringer Eurorack UB2442FX-PRO

MIXER CONTROLLER

Perangkat mixer controller yang digunakan bernama mixer AG-MX70

tahun 2003/2004/2005 Panasonic ASTVA 0060 dari Global Tech Surabaya.

Mixer Controller merupakan perangkat utama sebagai pengendali siaran.

Perangkat inilah yang berfungsi sebagai switcher atau pengalih. Dengan kata lain,

secara tidak langsung mixer controller yang mengatur input video dan audio.

Gambar III.1.2.e Mixer Controller AG-MX70

Panasonic ASTVA 0060

Page 10 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin

Page 5: BAB III

Bab III Tinjauan Pustaka

CONVERTER

Converter yang digunakan adalah DAC atau digital to analog converter

yang bermerk ADS Tech PYRO A/V Link. DAC ini berfungsi untuk

mengkonversi sinyal yang berasal dari PC (Personal Computer) yakni sinyal

digital ke sinyal analog yakni dapat berupa sinyal video. Perangkat converter ini

sangat berguna untuk memasukkan file dengan extensi .avi dan .mpeg dari

Personal Computer ke perangkat pengolah sinyal video.

Gambar III.1.2.f Digital to Analog Converter

ADS Tech PYRO A/V Link

EQUALIZER

Perangkat equalizer yang digunakan bermerk ADS Tech EQ-235.

Equalizer merupakan perangkat yang digunakan agar audio yang digunakan dapat

stabil, sehingga tidak terdapat gangguan teknis pada audio. Gangguannya berupa

fluktuasi sinyal audio sehingga tidak bisa terdengar dengan jelas.

Gambar III.1.2.g Equalizer ADS Tech EQ-235

VIDEO AUDIO DISTRIBUTION AMPLIFIER (VADA)

Perangkat Video Audio Distribution Amplifier yang digunakan bermerek

Kramer Tools VM-5ARII. Video Audio Distribution Amplifier atau biasa

disingkat VADA adalah komponen yang mempunyai masukan berupa video dan

audio. Video Audio Distribution Amplifier berfungsi sebagai pembagi saluran

audio Video. Selain itu VADA juga berfungsi sebagai penguat audio dan video.

Page 11 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin

Page 6: BAB III

Bab III Tinjauan Pustaka

Gambar III.1.2.h Video Audio Distribution Amplifier

Kramer Tools VM-5ARII

OVERLAY

Perangkat overlay yang digunakan merupakan perangkat yang satu paket

dengan VADA merk Kramer Tools VM-5ARII. Overlay merupakan perangkat

untuk menampilkan logo, running text, superimpose, dan squize pada layar TV.

Gambar III.1.2.i Overlay Kramer Tools VM-5ARII

CHROMA KEY

Perangkat chroma key yang digunakan bermerk Data Video Chroma Key

DVK-100. Chroma key berfungsi mengatur cahaya warna pada tampilan televisi.

Apabila menggunakan 2 (dua) kamera, chroma key ini dapat berfungsi sebagai

switcher antarkamera.

Gambar III.1.2.j Data Video Chroma Key DVK-100

VIDEO AUDIO LINE TRANSMISSION

Perangkat video audio line transmission yang digunakan bermerk Kramer

Tools 711N. Video Audio Line Transmission atau biasa disingkat VALT

merupakan perangkat yang berfungsi mengontrol Video dan Audio pada televisi

yang berada di rumah pelanggan.

Page 12 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin

Page 7: BAB III

Bab III Tinjauan Pustaka

Gambar III.1.2.k Video Audio Line Transmission

Kramer Tools 711N

DIGITAL SATELLITE RECEIVER

Perangkat digital satellite receiver yang digunakan adalah perangkat

bermerk Matrix Pro Link. Digital satellite receiver ini disambungkan pada USB

TV Box dan Personal Computer (PC) yang memiliki software GADMEI TV Plus.

Fungsi dari perangkat ini untuk me-record (merekam) program acara dari TV lain

misalnya Jambi TV, Balikpapan TV, Radar Cirebon, PAL TV, PJTV, Padang TV,

dll. yang tergabung dalam PT. Jawa Pos Media Televisi melalui line satellite.

Gambar III.1.2.l Digital Satelliter Receiver

Matrix Pro Link

USB TV BOX

Perangkat USB TV Box yang digunakan adalah perangkat bermerk

Gadmei. Perangkat ini berfungsi untuk menyambungkan siaran dari TV lain

melalui line satellite pada baik port-port televisi maupun pada PC yang dilengkapi

software GADMEI TV Plus.

Gambar III.1.2.m USB TV Box Gadmei

Page 13 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin

Page 8: BAB III

Bab III Tinjauan Pustaka

III.2 20KW UHF TV TRANSMITTER STUL-42

III.2.1 Konfigurasi 20 KW UHF TV Transmitter STUL-42

Teknik transmisi adalah suatu cara yg digunakan untuk menyalurkan suatu

besaran listrik dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam teknik komunikasi, teknik

transmisi lebih difokuskan pada penyaluran informasi, sehingga lebih berorientasi

pada tingkat pemahaman dalam mengutamakan bentuk sinyalnya.

Sudah menjadi suatu harga mati bahwa di dalam sistem transmisi terdapat

gangguan-gangguan yang dapat menyebabkan bentuk sinyal menjadi rusak atau

bahkan tidak sampai pada sistem penerima. Salah satu gangguan itu adalah

redaman atau attenuation.

Redaman adalah suatu sifat transmisi saluran yang menyebabkan

menurunnya amplituda sinyal atau informasi yg merambat melalui media tersebut.

Penurunan ini sebanding dengan panjang saluran / jarak tempuh dari sinyal.

Loss/kehilangan ini tidak dapat dihindari, sehingga dalam bidang telekomunikasi

yang diusahakan adalah meminimalkan pengaruhnya terhadap informasi.

Redaman saluran pada transmisi jarak jauh akan semakin besar, sehingga

untuk memungkinkan transmisi tetap berlangsung dengan baik perlu adanya

tambahan amplifier / penguat. Dengan adanya penguat, maka redaman yang

timbul akan dikompensasi oleh penguatan.

Gambar III.2.1.a Simbol dari Suatu Penguatan

Perangkat penguatan yang digunakan pada sistem transmisi stasiun televisi

Fajar TV adalah power amplifier of Technosystem S.p.A. Exciter. Perangkat

tersebut memiliki kemampuan yang tinggi dalam mencapai pelanggan yang

menginginkan siaran televisi dalam jarak jangkauan yang cukup luas dengan daya

sebesar 20 KW tanpa kompromi dalam masalah kualitas ketahanan perangkat.

Page 14 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin

Page 9: BAB III

Bab III Tinjauan Pustaka

Perangkat 20 KW UHF TV Transmitter STUL-42 terdiri atas beberapa

komponen, antara lain: AC/DC power supplies, control display panel (plug-in),

high stability card, output RF 5 W IF/CH Converter (Up Converter) modul

disertai directional coupler dan heat sink.

Komponen plug-in yang digunakan adalah ALC Precorrector, Up

Converter, dan Local Oscillator yang terpasang pada panel sisi depan.

Gambar III.2.1.b Power Amplifier of Technosystem S.p.A Exciter

20 KW UHF TV Transmitter STUL-42

Konfigurasi dari IF/CH Converter (Up Converter) modul yakni:

- Band pass filter.

- 3 point Linearity Precorrector yang digunakan baik untuk

mengkombinasikan sinyal carrier maupun untuk mendistribusikan power

amplifier.

- Komponen konfigurasi breakdown manual yang mendukung.

Komponen IF/RF 5 W Converter terdiri dari:

- ALC Precorrector

- IF/CH Converter

- Local Oscillator

Page 15 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin

Page 10: BAB III

Bab III Tinjauan Pustaka

- RF 5 W Amplifier

- Ouput Directional Coupler

- Auxiliary Voltage Regulator Card

- 32 Volt Power Supply

- High Stability Card

- Display Unit

Konfigurasi transmitter yang tersusun atas IF/CH Converter, video

modulator, dan mono atau stereo audio modulator.

Berikut adalah gambar konfigurasi 20 KW UHF TV Transmitter STUL-42

yang terdiri atas komponen-komponen yang telah dijelaskan sebelumnya:

Gambar III.2.1.c Konfigurasi 20 KW UHF TV Transmitter STUL-42

Technical Specification of 20 KW UHF Transmitter STUL-42

RF 470 to 862 MHz

Frequency range 20 kW peak sync

Vision/Sound power ratio 10/1 single sound

20/1/0.2 dual sound

Out stage technology solid state LD-MOS

Vision – Sound amplification COMMON

Standards B, G, D, K, I, M, N

Modulation class C3F, F3E

Sound Transmission FM single-sound

Dual – sound coding IRT

NICAM 728

Page 16 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin

Page 11: BAB III

Bab III Tinjauan Pustaka

Harmonics emission ≤ -60 dB

Spurious emission ≤ -60 dB

Intermodulation products from vision and sound ≤ -60 dB

Frequency stability ± 200 Hz / 6 months

± 2 Hz / month (option)

External drive frequency 5 MHz, 1V / 50Ω

Offset capability 25 Hz step up to ± 24 KHz

VISION

Video input 2 x BNC 75 Ω with automatic

Switchover (Exciter)

Nominal input level 1 Vpp ± 3 dB

Return Loss ≥ 30 dB

DC restoration clamped to the blanking level

without affecting the burst

White limiter at 90% picture signal without

affecting the chrominance

Transmission Characteristics

Sideband spectrum response according to the standard

Amplitude-frequency response according to the standard

Group delay variation without

Receiver precorrection and without

Sound trap inTV demodulator ≤ ± 35 ns

Non linearity distortion (10 to 75% mod.) ≤ 5%

Differential gain (10 to 75% mod.) ≤ 5%

Differential phase(10 to 75% mod) ≤ ± 3º

Signal to hum ratio (f ≤ 1KHz) ≥ 48 dB

Signal to random noise ratio

(unweighted 0.2 to 5 Mhz) ≥ 56 dB

Blanking level variation ≤ 2 %

2T k factor ≤ 2 %

Page 17 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin

Page 12: BAB III

Bab III Tinjauan Pustaka

ICPM (picture range) ≤ ± 3º

Intercarrier S/N ratio

(referred to ± 50 KHz deviation) ≥ 46 dB

SOUND

Nominal input level (± 50 KHz dev) -10 to +dBµ

Input impedance 600 Ω balanced

Pre-emphasis 50 µs (75 µs on request)

Transmission characteristics

Amplitude-frequency response 40 to 15000 Hz ± 0.5 dB

Total harmonic distortion ≤ 0.5%

FM signal to noise ratio

(referred to ± 50KHz dev.f=400 Hz) ≥ 60 dB (unweighted)

AM signal to noise ratio ≥ 50 dB (referred to 100%)

AM synchronous modulation ≤ 40 dB (referred to 100%)

REMOTE CONTROL

Parallel Interface start, stop, alarms,

status, interlock

Serial Interface RS 232

GENERAL

Voltage power supply 3 x (380 VAC) ± 10%

3 x (400 VAC) ± 10%

(other on request)

Frequency 50 – 60 Hz ± 5%

Temperature operating range 0 to 45 ºC

Altitude up to 2500 meters

Power consumption ≤ 40 kW (black level)

≤ 30 kW (50% APL)

Power factor ≥ 0.9

Page 18 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin

Page 13: BAB III

Bab III Tinjauan Pustaka

Cooling forced liquid

Dimensions (Transmitter) 1200 x 2000 H x 1200 mm

Weight 1500 kg approx.

Dimensions (Cooling unit) 600 x 2000 H x 1200 mm

Weight 400 kg approx.

Gambar III.2.1.d Tampak Depan dari STUL-42

Keterangan gambar:

Page 19 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin

Page 14: BAB III

1. Power Section 1 (Rack 1)

2. Power Section 2 (Rack 2)

3. Check Panel

4. Control Unit

5. Exciter A

6. Exciter Change-Over Unit

7. Audio-Vision Distributor Amplifier

8. Exciter B

9. AC/DC Power Distribution 1

10. AC/DC Power Distribution 2

11. Cooling Rack 1

12. Cooling Rack 2

STUL-42 adalah solid state 20 KW transmitter untuk TV broadcasting dengan

penguatan secara umum pada band IV/V UHF dari 470 – 860 MHz. Perangkatnya

dilengkapi dengan kebutuhan pengamanan yang telah dianjurkan oleh IEC 215.

Desain frame raknya sangat sesuai dengan kondisi pemeliharaan dan layanan

terutama dengan desain yang seperti terlihat pada gambar, sangat memudahkan

dalam hal pemindahan dan pengecekan.

Page 15: BAB III

Struktur exciter memberikan kemampuan yang tinggi dan fleksibel dalam

pengaksesan karena desain modular plug-in pada konfigurasi transmitter

menyediakan proses modulasi dan penguatan pada video/sound sebaik mungkin

sehingga mampu beradaptasi dengan beragam TV standar.

Power Amplifier dibuat dari penginstallan 10 RF modul pada 2 (dua) rak

daya dengan output daya tiap modulnya 2,5 KW dan penguatannya sebesar 40 dB.

Power Amplifier menggunakan teknologi solid state LD-MOS supaya bisa

mendapatkan band yang lebar, ketahanan yang tinggi, dan efisiensi yang

maksimum.

Combining System dilakukan oleh beberapa splitter dan coupler yang

sepenuhnya dilengkapi dengan peredam daya resistor yang tidak stabil sehingga

memungkinkan untuk mendapatkan ketahanan yang tinggi.

Main distribution unit diinstal pada tiap rak daya. MDU menyediakan

daya ke subunit dengan menggunakan cadangan DC power supply. Perlindungan

dari ketidaksengajaan cetusan saluran dilakukan oleh insulation transformer.

Control unit menyediakan manajemen yang lengkap dari transmitter tanpa

perlu adanya operator karena sistemnya menggunakan central controller dan

beberapa peripheral unit pada tiap-tiap RF modul dan rak daya. Komunikasi

protokolnya menggunakan software yang dapat menanggapi hanya dalam waktu

200 milliseconds.

Cooling system dilakukan oleh forced liquid dengan high reliability pumps

yang diinstal pada rak. Sistem ini menyediakan cadangan dengan 2 (dua) pumps

bebas yang didedikasi oleh unit control.

Liquid cooling terdiri dari 2 (dua) rangkaian pendingin. Terkhusus untuk

rak pendingin dapat diinstal baik di dekat perangkat transmitter maupun di

ruangan yang berbeda tetapi dengan remote control.

Sedangkan untuk heat exchanger sebaiknya diinstal secara eksternal pada

lokasi transmitter, tingginya tidak kurang dari 2 meter dari level permukaan tanah

(untuk mencegah debu yang berasal dari permukaan tanah).

Untuk memperbaiki heat exchanger, sangat dibutuhkan memberikan

beberapa spasi atau jarak di antara bagian belakang dari heat exchanger dan

dinding.

Page 16: BAB III

Liquid cooled transmitter berorientasi dari kuantitas panas yang diproduksi

oleh beberapa perangkat (umumnya transistor sebagai MOS-FET atau LD-MOS)

yang bekerja khususnya pada peningkatan daya. Untuk memelihara ketahanan

perangkat, sangat diperlukan menggunakan liquid cooling systems.

Connection of the antenna feeder menggunakan transmitter RF output

interface jenis EIA 1-5/8 ataupun jenis lainnya yang dapat disiapkan untuk me-

match-kan antara antenna feeder dengan RF output. Sebelum memulai proses

penghubungannya, terlebih dahulu mengecek return loss dari sistem antena yang

harus seharga ≥ 26 dB pada kanalnya.

Audio and Video Connection menggunakan audio dan video splitter

AVS01 yang berada di sisi bawah drive rack cabinet. Input dari video harus 75 Ω

BNC termination. Sedangkan kabel twisted pair sangat direkomendasikan untuk

input audio sehingga 75 Ω coaxial cable harus dicapai untuk audio input.

III.2.2 Liquid Cooled Rack

Seluruh rangkaian dan bagian dari liquid cooling dapat mendinginkan

secara sempurna transmitter dengan maximum extension dari 5 power amplifiers.

Sedangkan heat exchanger berada terpisah dari pumping unit, berlokasi di luar

dari lokasi transmitter dan terhubung secara seri dengan main cooling circuit.

Gambar III.2.2.a Tampak Depan Liquid Cooled Rack

Page 17: BAB III

Pumping unit menyimpan 2 (dua) pumps yang berbeda tapi bekerja secara

paralel supaya bisa mendapatkan ketahanan yang terbaik. Dengan adanya sistem

cadangan pada pumps, apabila salah satu pumps mengalami kegagalan atau

kesalahan maka pumps yang lain dapat mengambil alih fungsi pendinginan.

Liquid yang berasal dari 2 (dua) pumps dihubungkan seri dengan

unidirectional valve (untuk mencegah terjadinya back path akibat kesalahan dari

salah satu pump) dan dijumlahkan dengan combiner yang sesuai untuk mencegah

over pressure dan menjaga kestabilan tekanan operasi di dalam cooling circuits.

Selain itu juga untuk pendistribusian beberapa power amplifier pada

transmitter. Sebuah manometer dan pressure sensor ditempatkan pada tiap-tiap

pumps circuit untuk menunjukkan dan mengontrol status dari tiap-tiap pumps.

Gambar III.2.2.b Pumping Unit Hydraulic Schematic

Technical Specifications

Liquid cooling circuit type : close

Tank capacity : around 20 liters

Used liquid : water + glycol (the percentage is according

to the minimum temperature needed for the

operation in winter time)

Nominal pressure in the circuit : 4,5 bars

Liquid flow : nominal 120 liters per minutes

Over pressure protection : over pressure by-passvalve

Page 18: BAB III

Power supply : 380V + 10, -15% 3 phases 50-60 Hz

5,5 KVA

III.2.3 Check Panel P/N A0014680004

Perangkat check panel termasuk semua rangkaian untuk mengecek output

RF power dan general status dari transmitter, khususnya sound/vision detectors

dan check panel display.

Gambar III.2.3.a Check Panel

Pemasangan S/V detector difungsikan untuk mendeteksi RF signal yang

datang dari probe yang dipasang menjulang pada output directional coupler pada

transmitter. Rangkaian tersebut digunakan untuk mendeteksi setiap TV channel

berdasarkan frequency band berikut ini:

Band 1 – frequency 47 to 88 MHz

Band 3 – frequency 174 to 240 MHz

Band 4 – frequency 470 to 600 MHz

Band 5 – frequency 600 to 860 MHz

Page 19: BAB III

RF signal dikontrol oleh analogmeter yang terinstal pada front panel dari

monitoring. Parameter-parameter pengukuran antara lain: peak power vision

carrier, reflected power, power sound 1, dan power sound 2.

S/V detector menghasilkan sinyal ALC (Automatic Level Control) yang

digunakan pada driver section untuk mendapatkan feedback control dari daya

keluaran. Check panel display termasuk rangkaian untuk analog driving meter dan

3 (tiga) lampu untuk general transmitter status yaitu local, regular, dan alarm.

Check panel dihubungkan dengan control unit melalui kabel yang

menyuplai +12 VDC dan mengumpulkan RF parameters untuk pengawasan

transmitter.

Gambar III.2.3.b Tampak Depan Panel Control pada Check Panel

Technical specifications

Frequency range : 470 to 900 MHz

Channel selection : by rotary switch; 0.5 MHz step

Vision carrier RF input level : 10 dBm ± 1 dB (full scale / 0.707)

Reflected input level : 0 dBm ± 1 dB (full scale / 0.707)

Sound carrier 1 RF input level : 0 dBm ± 1 dB (full scale / 0.707)

Sound intercarrier 1 frequency : 4.2 to 6.5 MHz adjustable

Sound carrier 2 RF input level : - 10 dBm ± 1 dB (full scale / 0.707)

(for stereo transmitter)

Page 20: BAB III

Sound intercarrier 2 frequency : 4.2 to 6.5 MHz adjustable

(for stereo transmitter)

Spare RF input level : 10 dBm ± 1 dB (5V / 0.707)

ALC output (no feedback control) : 1 Vpp (75 Ω)

Power supply : + 12 V ; 0.35 A

Gambar III.2.3.c Check Panel Functional Block Diagram

Keterangan gambar:

1. Local : LED yellow, when blinking the equipment is

prepared for local operation

2. Regular : LED green indicates regular function of the

equipment

3. Alarm : LED red indicates no regular working of the

equipment

4. Scale : Push button for scale selection read out

5. Refl. : LED indicator for scale selection

6. FWD : LED indicator for scale selection

7. Vision RF Power : Analog meter for vision carrier 1 RF power

measurement

8. Sound 1 RF Power : Analog meter for sound carrier 1 RF power

measurement

9. Sound 2 RF Power : Analog meter for sound carrier 2 RF power

measurement

Page 21: BAB III

Sound/Vision Detector

RF signal yang biasanya sebesar 10 dBm disalurkan melalui RF IN

connector yang diredam dan dikonversi oleh balanced mixer MX1 pada baseband

frequency 10.75 MHz vision carrier. Local oscillator dihasilkan oleh VCO

(Voltage Control Oscillator) yang dituning dengan menggunakan rangkaian PLL.

Baseband didapatkan dari:

BB = LO – RF dimana BB = 10.75 MHz

LO = Local Oscillator Frequency

RF = Vision Carrier Frequency

Alokasi frekuensi Base-Band dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar III.2.3.d Alokasi Frekuensi Base-Band

Sound/Vision Detector Tuning

Unit sound/vision detector tuning didesain untuk menerima RF signal pada

output directional coupler pada transmitter. Untuk tujuan inilah maka rangkaian

harus dituning berdasarkan operasi pada RF channel.

Teknik RF tuning hanya meliputi 2 (dua) hal yaitu: mengetahui vision

carrier frequency dan mengatur PLL frequency.

Berikut adalah PLL setting rotary switch untuk menentukan besar PLL

Frequency yang diberikan dalam satuan MHz yang nilainya diatur dari S1 + S2 +

S3 yang posisinya diatur-atur sedemikian rupa.

Page 22: BAB III

Tabel III.2.3.a PLL Setting Rotary Switch

PLL Setting Rotary Switch

POSITION S 1 S 2 S 3

0 0 0 0.0

1 128 8 0.5

2 256 16 1.0

3 384 24 1.5

4 512 32 2.0

5 640 40 2.5

6 768 48 3.0

7 896 56 3.5

8 64 4.0

9 72 4.5

A 80 5.0

B 88 5.5

C 96 6.0

D 104 6.5

E 112 7.0

F 120 7.5

III.2.4 Control Unit P/N A0014670104

Control unit berkomunikasi dengan unit lain pada transmitter supaya

mendapatkan informasi tentang status nilai dari parameter signifikan untuk

pengoperasian pada amplifier utama melalui sensor utama.

User Interface pada control unit mengizinkan operator untuk mengontrol

start-up sequence, mematikan amplifier dan memilih mode pengontrolan (local

atau remote).

Dalam hal ini control unit menyediakan manajemen yang komplit pada

transmitter bahkan pada fungsi operator itu sendiri.

Position S # ValueS1 = 4 512S2 = E 112S3 = C 6 Jadi PLL = 630

PLL Frequency yang diberikan dalam satuan MHz yang nilainya diatur dari S1 + S2 + S3

Ex.

PLL = 630 MHz

Page 23: BAB III

Gambar III.2.4.a Control Unit

Komponen-komponen control unit yaitu:

Sentral unit yang terdiri dari : Celeron 586 Personal computer, I/O interface

card dengan 16 input dan 16 output, dan VGA controller. Semua informasi

yang menyangkut transmitter disimpan pada NOVRAM (Non-Volatile

RAM), khususnya bila terdapat interupsi, status transmitter dapat disimpan

dan dipulihkan ketika power telah dinyalakan kembali. Sentral unit memiliki

catu daya sendiri tetapi tetap terdapat satu external UPS yang disediakan

untuk menyuplai PC ketika saluran utama mengalami interupsi.

Control BITE Board yaitu microprocessor-controlled unit yang berfungsi

sebagai interface antara sentral unit dan transmitter unit. Control BITE Board

dihubungkan pada amplifier unit dan sentral unit melalui RS-485 data link

User Interface yang terdiri dari 3 kontrol yang berbeda yakni : control

keyboard, mode keyboard dan mini joystick. Operatornya dapat berinteraksi

dengan perangkat melalui high resolusi LCD graphic display.

Control Keyboard memiliki fungsi utama yaitu memberikan komando pada

transmitter. Control keyboard terdiri dari pilot lamp dan 2 push button yang

berfungsi sebagai On dan OFF pada transmitter.

Page 24: BAB III

Gambar III.2.4.b Control Unit Functional Block Diagram

Gambar III.2.4.c Tampak Depan Control Unit

Keterangan Gambar:

1. MAINS : Green lamp which indicates the

control unit powered

ON : Push-button which activates the

transmitter switch-on

OFF : Push-button which activates the

transmitter switch-off

2. --------- : High Resolution Graphic LCD display

Page 25: BAB III

3. LOCAL : Push-button which prepared the transmitter

for local control

REMOTE : Push-button which prepared the transmitter for

remote control

4. MINI JOYSTICK : mouse with push-button, to operate in window

environment

5. RESET : push button, to permit one hard reset ON “CPU”

6. LCD : To regulate right contrast in the display

Gambar III.2.4.d Tampak Belakang Control Unit

Keterangan Gambar :

1. I/O TX : Cable coming from TX Cabinet

2. WATER PUMP ; Cable coming from Cooling Cabinet

3. PARALLEL I/O : Cable coming from “Remote Control”

4. FROM CHECK

PANEL : Cable coming from “check Measure Panel”

5. COM 1 UPS : Cable coming from “UPS”

6. COM 3 MODEM : Cable for remote Control by a dedicated Modem

7. COM 4 : Cable available for “Future” applications

III.2.5 SAU -225W RF Amplifier Module P/N A0011560104

SAU – 225 didesain untuk proses penguatan daya pada band IV/V

Televisi, modul ini bekerja pada solid state LD MOS-FET (Lateral Diffused

Page 26: BAB III

MOS-FET) technology supaya mendapatkan penguatan yang tinggi, band yang

lebar, ketahanan yang tinggi, efisien dan linearitas yang tinggi.

Gambar III.2.5.a SAU -225W RF Amplifier Module

Amplifier disusun pada laci secara vertical, termasuk semua peralatan

penguatan dan monitoring, dua internal DC-DC converter menghasilkan daya

yang sesuai untuk blok RF dan sirkit tambahan.

Gambar III.2.5.b RF Amplifier Functional Block Diagram

Technical Specification

Frequency range : 470 to 862 MHz

Class operation : AB liniear

Page 27: BAB III

Input – output impedance : 50 Ω

Input return loss : ≥ 15 dB

Input power : 0.15 W nominal

Output power : 2500W peak sync

Power gain : 40 ± 2 dB (adjustable)

Power supply requirement : 2 x 120 VDC ± 15%;20A

Protections : RF reflected power (≥400W)

overdrive

overcurrent

overtemperature

Cooling : liquid forced

Weight : 35 Kg approx.

RF Control

Gambar III.2.5.c SAU-225W Front Panel

Page 28: BAB III

Sinyal RF datang dari exciter dipergunakan untuk sirkit input di port RF

IN. sinyal carriers out mengikuti proses sinyal sebelum penguatan. Parameter-

parameter pengontrolannya yaitu :

RF input monitoring

Power input detection

Overdrive protection

Power gain adjustment

Phase adjustment

RF switch-off

RF out splitter

Unit ini juga mencakup sirkit tambahan untuk mendeteksi puncak dari

input RF power (FWD DETEC).

Gambar III.2.5.d SAU-225W Rear Panel

Keterangan Gambar :

Page 29: BAB III

1. STATUS

ON LINE : Green lamp indicating the auxiliary DC voltage presence

ON AIR : Green lamp indicating the RF output present

ENABLE : Yellow lamp indicating the RF modules enabled

VSWR : Red lamp indicating the max. RF reflected output power

FAILURE : Red lamp indicating the partial or total failure

in the module

BLOCK : Red lamp indicating the RF module block

ALARM RESET : Push-button resetting the stored alarms (press using a

pencil in the hole)

2. RF

GAIN : Command adjusting the amplitude RF power (use only

when unbalanced procedure restoring is required)

PHASE : Command adjusting the phase RF power (use only when

unbalanced procedure restoring is required)

3. MEASURES

FDW : test point to measure the RF output power level

RFL : test point to measure the RF reflected power level

IDC PS1 : test point to measure the total current absorbed

(0.1 V per A) from side “A”

IDC PS2 : test point to measure the total current absorbed

(0.1 V per A) from side “B”

TEMP 1 : test point to measure the heatsick temperature (0.01 V per

ºC; 0º = 2.73V) from side “A”

TEMP 2 : test point to measure the heatsick temperature (0.01 V per

ºC; 0º = 2.73V) from side “B”

GND : Test point common wire

Selain itu, unit ini juga yang menyuplai semua sirkit pada modul 32 VDC

stabilized dan menjaga tegangan dan arus yang berlebihan. SWITCH-MODE

technology yang digunakan pada sirkit ini memungkinkan untuk mendapatkan

efisiensi dan ketahanan yang tinggi.

III.2.6 AUDIO & VIDEO SPLITTER AVS-01

Page 30: BAB III

Gambar III.2.6.a Audio & Video Splitter AVS-01

Configuration :

A/V SPLITTER & RF SWITCH UHF V.305326.01.DW

A/V SPLITTER & RF SWITCH VHF V.305326.03.DW

A/V SPLITTER V.305326.02.DW

AVS 01 adalah Audio and Video distribusi amplifier, bersama dengan RF

switch, merancang secara khusus untuk pengguna TV Transmitter with dual Drive

option, faktanya di tempatkan di 3 unit yang berbeda :

Audio & Video distribution amplifier

RF switch

RF switch control unit

Dengan cara ini, semua fungsi di dalam beberapa laci dalam rangka

menyuplai dengan baik sinyal audio dan video di 2 distinct exciter, untuk switch

apabila terjadi kerusakan pada main exciter.

Technical Specification

COMMON SPECIFICATIONS

POWER SUPPLY VOLTAGE : 230 V ± 15% 50 Hz ± 15 Hz

DIMENSIONS DEPTH : 1 U, 19” RACK MOUNT, 250 mm

TEMPERATURE OPERATING RANGE : 0 ± 50º C

HUMIDITY : 90% WITHOUT

CONDENSATING

AUDIO DISTRIBUTOR (R & L)

I/O IMPEDANCE : 600 Ω

INPUT CONNECTOR : CANON XLR FEMALE

OUTPUT CONNECTOR : CANON XLR MALE

Page 31: BAB III

NOMINAL INPUT SENSIBILITY : 0 dBm (0,777 mV)

NOMINAL OUTPUT LEVEL : 0 dBm ± 6 dB

S/N : ≥ 70 dB

A/F RESPONSE : 20 ÷ 20.000Hz @±0.5 dB

VIDEO DISTRIBUTOR

I/O IMPEDANCE : 75 Ω

INPUT / OUTPUT CONNECTOR : BNC

NOMINAL INPUT SENSIBILITY ; 1 Vpp

NOMINAL OUTPUT LEVEL : 1 Vpp ± 6 dB

S/N : ≥ 56 dB

INPUT RETURN LOSS : ≥ 34 dB UP TO 6 MHz

RF SWITCH

POWER SECTION

INPUT/OUTPUT CONNECTORS : BNC

INPUT/OUTPUT IMPEDANCE : 50 Ω

FREQUENCY RESPONSE : UP TO 860 MHz

INSERTION LOSS : 0.5 dB max @ 860 MHz

MAX INPUT POWER : 10 W CW @ 860 MHz

INPUT RETURN LOSS : ≥ 20 dB @ 860 MHz

MONITORING SECTION

INPUT/OUTPUT CONNECTORS : BNC

INPUT/OUTPUT IMPEDANCE : 50 Ω

FREQUENCY RESPONSE : UP TO 860 MHz

NOMINAL COUPLING : 26 dB ± 1 dB typical

III.2.7 BAND PASS FILTER 10KW UHF P/N C5401240001

Band Pass Filter atau biasa disingkat BPF adalah suatu jenis filter yang

digunakan untuk melewatkan band frekuensi tertentu dengan terdapat 2 (dua)

Page 32: BAB III

frekuensi cut off. BPF yang digunakan di sini sangat cocok pada solid state A-AB

kelas transmitter pada penguatan.

Konektor tersebut dihubungkan dengan posisi paralel. Konektor yang bisa

digunakan yaitu :

EIA 1 5/8’’

RIGID LINE 1 5/8’’

EIA 3 1/8’’

Gambar III.2.7.a Band Pass Filter 10KW UHF Layout

Technical Specification

Configuration 4 cavities

Max power output 10 KW (cw)

Frequency range 470 – 860 MHz

Insertion Loss (Video c.) < 0.2 dB

Return Loss > 30 dB

Temperature Range -10ºC / +50ºC

Temperature shift 2 KHz / ºK

Weight 20 kg

Working position Any

Dimension 395x380x347 mm

Page 33: BAB III

III.3 ANTENA PEMANCAR TV

Gambar III.3.a Antena Pemancar UHF DTV/NTSC

24 Panel Element Radiation

Antena pemancar TV yang digunakan pada stasiun Fajar TV adalah antena

UHF DTV/NTSC atau Ultra High Frequency Digital TV/National Television

System Committee. Dengan kata lain antenanya dipakai sebagai broadcast NTSC

dan DTV channel. Karakteristik utama dari antenna tersebut adalah broadband,

low VSWR, Low Non-Ionized Radiation, Horizontal Polarization,

Omnidirectional Pattern.

Antena tersebut memiliki panel sebanyak 24 (dua puluh empat), dengan

perincian di sudut 0º terdapat 7 (tujuh) panel, sudut 90º terdapat pula 7 (tujuh)

panel, sedangkan sudut 180º terdapat 3 (tiga) panel, dan sudut 270º kembali

terdapat 7 (tujuh) panel.

Antena yang disusun dengan 7 (tujuh) panel karena arah pancaran sinyalnya

ke arah kota yang banyak terdapat penduduk. Sedangkan antenna yang hanya

Page 34: BAB III

disusun dengan 3 (tiga) panel karena arah pancaran sinyalnya ke arah laut yang

jarang penduduk. Selain itu, antena ini bila diperhatikan dengan seksama

desainnya hampir menyerupai bentuk pena.

Gambar III.3.b Antena Pemancar UHF DTV/NTSC

24 Panel Element Radiation dari Sudut 180º

UHF TV antenna ini bekerja pada frekuensi 470 – 860 MHz yang dapat

digunakan dalam penyiaran UHF NTSC TV dan DTV channel. Band yang lebar

dan power yang tinggi membuat antenna tersebut cocok digunakan untuk aplikasi

multichannel.

Nilai VSWR atau Voltage Standing Wave Ratio adalah perbandingan antara

tegangan maksimum dan minimum suatu gelombang berdiri karena adanya

pantulan yang disebabkan “mismatch” antara impedansi masukan dan saluran

feeder.

Nilai VSWR yang didapatkan kurang dari 1.1 dari channel 14 – 69. Dengan

menggunakan teknik offset yang optimal, low ripple omnidirectional pattern bisa

diperoleh.

Page 35: BAB III

Gambar III.3.c Grafik Perbandingan antara VSWR dan Frequency

Antenanya didesain double pair untuk meminimalisir penurunan daya

pancar (downward radiation). Terlebih lagi perangkat pada antenanya merupakan

baja yang tak mudah berkarat dan terdapat fiberglass radome yang mengkover

antenna secara keseluruhan.

Gambar III.3.d Pemasangan Antena

dengan Menggunakan Katrol

Page 36: BAB III

Antena ini mempunyai struktur ground yang sempurna, dapat melindungi

antenna dari kilatan petir. Sebagai alternatif, cylindrical radome bisa juga

digunakan untuk mengkover seluruh system antena.

Antena pemancar Fajar TV beroperasi pada frekuensi 470 – 860 MHz

sehingga termasuk pada channel 49 UHF. Untuk lebih jelasnya di bawah ini

ditampilkan tabel frekuensi untuk kanal TV:

Tabel III.3.a General Television Frequencies

VHF TELEVISION FREQUENCIES

BAND CH # FREQUENCY BAND CH # FREQUENCY

VHF LOW 02 54-60 Mhz VHF HIGH 07 174-180 Mhz

VHF LOW 03 60-66 Mhz VHF HIGH 08 180-186 Mhz

VHF LOW 04 66-72 Mhz VHF HIGH 09 186-192 Mhz

VHF LOW 05 76-82 Mhz VHF HIGH 10 192-198 Mhz

VHF LOW 06 82-88 Mhz VHF HIGH 11 198-204 Mhz

VHF HIGH 12 204-210 Mhz

VHF HIGH 13 210-216 Mhz

Page 37: BAB III

UHF TELEVISION FREQUENCIES

CH # FREQUENCY CH # FREQUENCY CH # FREQUENCY

14 470-476 Mhz 38 614-620 Mhz 62 758-764 Mhz

15 476-482 Mhz 39 620-626 Mhz 63 764-770 Mhz

16 482-488 Mhz 40 626-632 Mhz 64 770-776 Mhz

17 488-494 Mhz 41 632-638 Mhz 65 776-782 Mhz

18 494-500 Mhz 42 638-644 Mhz 66 782-788 Mhz

19 500-506 Mhz 43 644-650 Mhz 67 788-794 Mhz

20 506-512 Mhz 44 650-656 Mhz 68 794-800 Mhz

21 512-518 Mhz 45 656-662 Mhz 69 800-806 Mhz

22 518-524 Mhz 46 662-668 Mhz 70 806-812 Mhz

23 524-530 Mhz 47 668-674 Mhz 71 812-818 Mhz

24 530-536 Mhz 48 674-680 Mhz 72 818-824 Mhz

25 536-542 Mhz 49 680-686 Mhz 73 824-830 Mhz

26 542-548 Mhz 50 686-692 Mhz 74 830-836 Mhz

27 548-554 Mhz 51 692-698 Mhz 75 836-842 Mhz

28 554-560 Mhz 52 698-704 Mhz 76 842-848 Mhz

29 560-566 Mhz 53 704-710 Mhz 77 848-854 Mhz

30 566-572 Mhz 54 710-716 Mhz 78 854-860 Mhz

31 572-578 Mhz 55 716-722 Mhz 79 860-866 Mhz

32 578-584 Mhz 56 722-728 Mhz 80 866-872 Mhz

33 584-590 Mhz 57 728-734 Mhz 81 872-878 Mhz

34 590-596 Mhz 58 734-740 Mhz 82 878-884 Mhz

35 596-602 Mhz 59 740-746 Mhz 83 884-890 Mhz

36 602-608 Mhz 60 746-752 Mhz

37 608-614 Mhz 61 752-758 Mhz

UHF DTV/NTSC ANTENNA

Page 38: BAB III

PANEL SPECIFICATION

Channel: 14 – 69 Gain: 12 dB (15.8 X) @ 650 MHz

VSWR: 1.1 from 470-800 MHz Size: 3.25x1.5x0.75 ft. (1x0.45x0.23 m.)

Impedance: 50 ohms Weight: 30 lbs. (13.6 kg.)

Power: 5 kW (average) Wind Area: 4.8 ft. 2 (0.45 m.2)

Polarization: Horizontal Wind Load: 140 lbs. (63.5 kg.)

1/2 Power Beamwidth: ± 32° Connectors: 7/8 EIA

Tabel III.3.b Panel Specification per Bay

All specifications are subject to change without notice.

Page 39: BAB III

(1) Referred to half wave dipole. Attenuation of connecting cables not taken into

account.(2) Gains calculated @ 650 MHz and may vary across the UHF band.(3) CaAc factors are calculated without panel offset.(4) Allow 20 Lbs (9kg) per panel, if ordered with mounting brackets.

Gambar III.3.e Pola Radiasi Antena Sesuai Spesifikasi Panel