bab iii
TRANSCRIPT
Bab III Tinjauan Pustaka
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 MASTER CONTROL
III.1.1 Pendahuluan
Secara umum, untuk menampilkan acara di televisi terdapat 3 bagian
utama yang saling berhubungan yaitu : Studio, Ruang Editor dan Master Control.
Studio merupakan tempat dimana penyiaran berlangsung.
Ruang editor adalah tempat untuk pengeditan rekaman, squize, lead,
bumper acara sebelum ditayangkan di televisi.
Master Control atau biasa dikenal kendali siar merupakan tempat
pengaturan tayang televisi.
Sumber catuan semua perangkat-perangkat master control adalah PLN dan
UPS, perangkat-perangkat terpenting di master control secara otomatis akan
dicatu langsung oleh UPS ketika catuan PLN terputus.
III.1.2 Perangkat – Perangkat Master Control
Master control terdiri atas perangkat-perangkat yang saling berhubungan
satu sama lain. Secara umum, perangkat-perangkat master control terbagi atas :
perangkat input dan perangkat operasi sistem.
Perangkat input adalah perangkat yang dapat menghasilkan input pada
sistem operasi sistem di master control yang bisa berupa speech (sinyal wicara),
audio, gambar, dan video. Perangkat yang digunakan antara lain : computer,
kamera, telepon, dan microfon.
Perangkat operasi sistem adalah perangkat yang mendukung system
penayangan acara televisi baik itu live maupun record, seperti : converter, mixer
audio, mixer controller, tv control, chroma key, overlay, video audio distribution
amplifier, video audio line transmission, equalizer dan microwave link.
Agar lebih jelas mengenai perangkat-perangkat master control, perhatikan
blok diagram master control di bawah ini :
Page 7 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin
Bab III Tinjauan Pustaka
Page 8 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin
Bab III Tinjauan Pustaka
Gambar III.1.2.b Perangkat – Perangkat Master Control
MIXER AUDIO
Perangkat mixer audio yang digunakan adalah mixer audio bermerk
Peavey UnityTM Series 2002 Made in USA. Mixer audio berfungsi sebagai share
audio dari microfon atau clip on pada saat live, baik live studio mini, live studio
besar, maupun live studio luar. Pada mixer audio ini terdapat headset untuk
mengecek suara dari microfon. Outputnya masuk ke Mixer Audio Master.
Perangkat ini terhubung pada clip on mic dengan menggunakan snake cable yang
berdimensi cukup besar dan sangat panjang dengan port output yang banyak.
Gambar III.1.2.c Mixer Audio
Peavey UnityTM Series 2002
Page 9 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin
Bab III Tinjauan Pustaka
MIXER AUDIO MASTER
Perangkat mixer audio master yang digunakan bermerk Behringer
Eurorack UB2442FX-PRO ultra low noise design 24-input, 4-bus mic/line mixer
with premium mic preamplifiers and digital 24-bit multi effects processor. Mixer
audio master ini merupakan mixer audio utama, semua output mixer audio masuk
ke mixer audio master ini, input lainnya adalah telephone interaktif rakitan.
Telephone ini dipergunakan pada saat acara live yang membutuhkan line
interaktif.
Gambar III.1.2.d Mixer Audio Master
Behringer Eurorack UB2442FX-PRO
MIXER CONTROLLER
Perangkat mixer controller yang digunakan bernama mixer AG-MX70
tahun 2003/2004/2005 Panasonic ASTVA 0060 dari Global Tech Surabaya.
Mixer Controller merupakan perangkat utama sebagai pengendali siaran.
Perangkat inilah yang berfungsi sebagai switcher atau pengalih. Dengan kata lain,
secara tidak langsung mixer controller yang mengatur input video dan audio.
Gambar III.1.2.e Mixer Controller AG-MX70
Panasonic ASTVA 0060
Page 10 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin
Bab III Tinjauan Pustaka
CONVERTER
Converter yang digunakan adalah DAC atau digital to analog converter
yang bermerk ADS Tech PYRO A/V Link. DAC ini berfungsi untuk
mengkonversi sinyal yang berasal dari PC (Personal Computer) yakni sinyal
digital ke sinyal analog yakni dapat berupa sinyal video. Perangkat converter ini
sangat berguna untuk memasukkan file dengan extensi .avi dan .mpeg dari
Personal Computer ke perangkat pengolah sinyal video.
Gambar III.1.2.f Digital to Analog Converter
ADS Tech PYRO A/V Link
EQUALIZER
Perangkat equalizer yang digunakan bermerk ADS Tech EQ-235.
Equalizer merupakan perangkat yang digunakan agar audio yang digunakan dapat
stabil, sehingga tidak terdapat gangguan teknis pada audio. Gangguannya berupa
fluktuasi sinyal audio sehingga tidak bisa terdengar dengan jelas.
Gambar III.1.2.g Equalizer ADS Tech EQ-235
VIDEO AUDIO DISTRIBUTION AMPLIFIER (VADA)
Perangkat Video Audio Distribution Amplifier yang digunakan bermerek
Kramer Tools VM-5ARII. Video Audio Distribution Amplifier atau biasa
disingkat VADA adalah komponen yang mempunyai masukan berupa video dan
audio. Video Audio Distribution Amplifier berfungsi sebagai pembagi saluran
audio Video. Selain itu VADA juga berfungsi sebagai penguat audio dan video.
Page 11 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin
Bab III Tinjauan Pustaka
Gambar III.1.2.h Video Audio Distribution Amplifier
Kramer Tools VM-5ARII
OVERLAY
Perangkat overlay yang digunakan merupakan perangkat yang satu paket
dengan VADA merk Kramer Tools VM-5ARII. Overlay merupakan perangkat
untuk menampilkan logo, running text, superimpose, dan squize pada layar TV.
Gambar III.1.2.i Overlay Kramer Tools VM-5ARII
CHROMA KEY
Perangkat chroma key yang digunakan bermerk Data Video Chroma Key
DVK-100. Chroma key berfungsi mengatur cahaya warna pada tampilan televisi.
Apabila menggunakan 2 (dua) kamera, chroma key ini dapat berfungsi sebagai
switcher antarkamera.
Gambar III.1.2.j Data Video Chroma Key DVK-100
VIDEO AUDIO LINE TRANSMISSION
Perangkat video audio line transmission yang digunakan bermerk Kramer
Tools 711N. Video Audio Line Transmission atau biasa disingkat VALT
merupakan perangkat yang berfungsi mengontrol Video dan Audio pada televisi
yang berada di rumah pelanggan.
Page 12 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin
Bab III Tinjauan Pustaka
Gambar III.1.2.k Video Audio Line Transmission
Kramer Tools 711N
DIGITAL SATELLITE RECEIVER
Perangkat digital satellite receiver yang digunakan adalah perangkat
bermerk Matrix Pro Link. Digital satellite receiver ini disambungkan pada USB
TV Box dan Personal Computer (PC) yang memiliki software GADMEI TV Plus.
Fungsi dari perangkat ini untuk me-record (merekam) program acara dari TV lain
misalnya Jambi TV, Balikpapan TV, Radar Cirebon, PAL TV, PJTV, Padang TV,
dll. yang tergabung dalam PT. Jawa Pos Media Televisi melalui line satellite.
Gambar III.1.2.l Digital Satelliter Receiver
Matrix Pro Link
USB TV BOX
Perangkat USB TV Box yang digunakan adalah perangkat bermerk
Gadmei. Perangkat ini berfungsi untuk menyambungkan siaran dari TV lain
melalui line satellite pada baik port-port televisi maupun pada PC yang dilengkapi
software GADMEI TV Plus.
Gambar III.1.2.m USB TV Box Gadmei
Page 13 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin
Bab III Tinjauan Pustaka
III.2 20KW UHF TV TRANSMITTER STUL-42
III.2.1 Konfigurasi 20 KW UHF TV Transmitter STUL-42
Teknik transmisi adalah suatu cara yg digunakan untuk menyalurkan suatu
besaran listrik dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam teknik komunikasi, teknik
transmisi lebih difokuskan pada penyaluran informasi, sehingga lebih berorientasi
pada tingkat pemahaman dalam mengutamakan bentuk sinyalnya.
Sudah menjadi suatu harga mati bahwa di dalam sistem transmisi terdapat
gangguan-gangguan yang dapat menyebabkan bentuk sinyal menjadi rusak atau
bahkan tidak sampai pada sistem penerima. Salah satu gangguan itu adalah
redaman atau attenuation.
Redaman adalah suatu sifat transmisi saluran yang menyebabkan
menurunnya amplituda sinyal atau informasi yg merambat melalui media tersebut.
Penurunan ini sebanding dengan panjang saluran / jarak tempuh dari sinyal.
Loss/kehilangan ini tidak dapat dihindari, sehingga dalam bidang telekomunikasi
yang diusahakan adalah meminimalkan pengaruhnya terhadap informasi.
Redaman saluran pada transmisi jarak jauh akan semakin besar, sehingga
untuk memungkinkan transmisi tetap berlangsung dengan baik perlu adanya
tambahan amplifier / penguat. Dengan adanya penguat, maka redaman yang
timbul akan dikompensasi oleh penguatan.
Gambar III.2.1.a Simbol dari Suatu Penguatan
Perangkat penguatan yang digunakan pada sistem transmisi stasiun televisi
Fajar TV adalah power amplifier of Technosystem S.p.A. Exciter. Perangkat
tersebut memiliki kemampuan yang tinggi dalam mencapai pelanggan yang
menginginkan siaran televisi dalam jarak jangkauan yang cukup luas dengan daya
sebesar 20 KW tanpa kompromi dalam masalah kualitas ketahanan perangkat.
Page 14 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin
Bab III Tinjauan Pustaka
Perangkat 20 KW UHF TV Transmitter STUL-42 terdiri atas beberapa
komponen, antara lain: AC/DC power supplies, control display panel (plug-in),
high stability card, output RF 5 W IF/CH Converter (Up Converter) modul
disertai directional coupler dan heat sink.
Komponen plug-in yang digunakan adalah ALC Precorrector, Up
Converter, dan Local Oscillator yang terpasang pada panel sisi depan.
Gambar III.2.1.b Power Amplifier of Technosystem S.p.A Exciter
20 KW UHF TV Transmitter STUL-42
Konfigurasi dari IF/CH Converter (Up Converter) modul yakni:
- Band pass filter.
- 3 point Linearity Precorrector yang digunakan baik untuk
mengkombinasikan sinyal carrier maupun untuk mendistribusikan power
amplifier.
- Komponen konfigurasi breakdown manual yang mendukung.
Komponen IF/RF 5 W Converter terdiri dari:
- ALC Precorrector
- IF/CH Converter
- Local Oscillator
Page 15 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin
Bab III Tinjauan Pustaka
- RF 5 W Amplifier
- Ouput Directional Coupler
- Auxiliary Voltage Regulator Card
- 32 Volt Power Supply
- High Stability Card
- Display Unit
Konfigurasi transmitter yang tersusun atas IF/CH Converter, video
modulator, dan mono atau stereo audio modulator.
Berikut adalah gambar konfigurasi 20 KW UHF TV Transmitter STUL-42
yang terdiri atas komponen-komponen yang telah dijelaskan sebelumnya:
Gambar III.2.1.c Konfigurasi 20 KW UHF TV Transmitter STUL-42
Technical Specification of 20 KW UHF Transmitter STUL-42
RF 470 to 862 MHz
Frequency range 20 kW peak sync
Vision/Sound power ratio 10/1 single sound
20/1/0.2 dual sound
Out stage technology solid state LD-MOS
Vision – Sound amplification COMMON
Standards B, G, D, K, I, M, N
Modulation class C3F, F3E
Sound Transmission FM single-sound
Dual – sound coding IRT
NICAM 728
Page 16 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin
Bab III Tinjauan Pustaka
Harmonics emission ≤ -60 dB
Spurious emission ≤ -60 dB
Intermodulation products from vision and sound ≤ -60 dB
Frequency stability ± 200 Hz / 6 months
± 2 Hz / month (option)
External drive frequency 5 MHz, 1V / 50Ω
Offset capability 25 Hz step up to ± 24 KHz
VISION
Video input 2 x BNC 75 Ω with automatic
Switchover (Exciter)
Nominal input level 1 Vpp ± 3 dB
Return Loss ≥ 30 dB
DC restoration clamped to the blanking level
without affecting the burst
White limiter at 90% picture signal without
affecting the chrominance
Transmission Characteristics
Sideband spectrum response according to the standard
Amplitude-frequency response according to the standard
Group delay variation without
Receiver precorrection and without
Sound trap inTV demodulator ≤ ± 35 ns
Non linearity distortion (10 to 75% mod.) ≤ 5%
Differential gain (10 to 75% mod.) ≤ 5%
Differential phase(10 to 75% mod) ≤ ± 3º
Signal to hum ratio (f ≤ 1KHz) ≥ 48 dB
Signal to random noise ratio
(unweighted 0.2 to 5 Mhz) ≥ 56 dB
Blanking level variation ≤ 2 %
2T k factor ≤ 2 %
Page 17 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin
Bab III Tinjauan Pustaka
ICPM (picture range) ≤ ± 3º
Intercarrier S/N ratio
(referred to ± 50 KHz deviation) ≥ 46 dB
SOUND
Nominal input level (± 50 KHz dev) -10 to +dBµ
Input impedance 600 Ω balanced
Pre-emphasis 50 µs (75 µs on request)
Transmission characteristics
Amplitude-frequency response 40 to 15000 Hz ± 0.5 dB
Total harmonic distortion ≤ 0.5%
FM signal to noise ratio
(referred to ± 50KHz dev.f=400 Hz) ≥ 60 dB (unweighted)
AM signal to noise ratio ≥ 50 dB (referred to 100%)
AM synchronous modulation ≤ 40 dB (referred to 100%)
REMOTE CONTROL
Parallel Interface start, stop, alarms,
status, interlock
Serial Interface RS 232
GENERAL
Voltage power supply 3 x (380 VAC) ± 10%
3 x (400 VAC) ± 10%
(other on request)
Frequency 50 – 60 Hz ± 5%
Temperature operating range 0 to 45 ºC
Altitude up to 2500 meters
Power consumption ≤ 40 kW (black level)
≤ 30 kW (50% APL)
Power factor ≥ 0.9
Page 18 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin
Bab III Tinjauan Pustaka
Cooling forced liquid
Dimensions (Transmitter) 1200 x 2000 H x 1200 mm
Weight 1500 kg approx.
Dimensions (Cooling unit) 600 x 2000 H x 1200 mm
Weight 400 kg approx.
Gambar III.2.1.d Tampak Depan dari STUL-42
Keterangan gambar:
Page 19 Mahasiswa Jurusan Teknik ElektroUniversitas Hasanuddin
1. Power Section 1 (Rack 1)
2. Power Section 2 (Rack 2)
3. Check Panel
4. Control Unit
5. Exciter A
6. Exciter Change-Over Unit
7. Audio-Vision Distributor Amplifier
8. Exciter B
9. AC/DC Power Distribution 1
10. AC/DC Power Distribution 2
11. Cooling Rack 1
12. Cooling Rack 2
STUL-42 adalah solid state 20 KW transmitter untuk TV broadcasting dengan
penguatan secara umum pada band IV/V UHF dari 470 – 860 MHz. Perangkatnya
dilengkapi dengan kebutuhan pengamanan yang telah dianjurkan oleh IEC 215.
Desain frame raknya sangat sesuai dengan kondisi pemeliharaan dan layanan
terutama dengan desain yang seperti terlihat pada gambar, sangat memudahkan
dalam hal pemindahan dan pengecekan.
Struktur exciter memberikan kemampuan yang tinggi dan fleksibel dalam
pengaksesan karena desain modular plug-in pada konfigurasi transmitter
menyediakan proses modulasi dan penguatan pada video/sound sebaik mungkin
sehingga mampu beradaptasi dengan beragam TV standar.
Power Amplifier dibuat dari penginstallan 10 RF modul pada 2 (dua) rak
daya dengan output daya tiap modulnya 2,5 KW dan penguatannya sebesar 40 dB.
Power Amplifier menggunakan teknologi solid state LD-MOS supaya bisa
mendapatkan band yang lebar, ketahanan yang tinggi, dan efisiensi yang
maksimum.
Combining System dilakukan oleh beberapa splitter dan coupler yang
sepenuhnya dilengkapi dengan peredam daya resistor yang tidak stabil sehingga
memungkinkan untuk mendapatkan ketahanan yang tinggi.
Main distribution unit diinstal pada tiap rak daya. MDU menyediakan
daya ke subunit dengan menggunakan cadangan DC power supply. Perlindungan
dari ketidaksengajaan cetusan saluran dilakukan oleh insulation transformer.
Control unit menyediakan manajemen yang lengkap dari transmitter tanpa
perlu adanya operator karena sistemnya menggunakan central controller dan
beberapa peripheral unit pada tiap-tiap RF modul dan rak daya. Komunikasi
protokolnya menggunakan software yang dapat menanggapi hanya dalam waktu
200 milliseconds.
Cooling system dilakukan oleh forced liquid dengan high reliability pumps
yang diinstal pada rak. Sistem ini menyediakan cadangan dengan 2 (dua) pumps
bebas yang didedikasi oleh unit control.
Liquid cooling terdiri dari 2 (dua) rangkaian pendingin. Terkhusus untuk
rak pendingin dapat diinstal baik di dekat perangkat transmitter maupun di
ruangan yang berbeda tetapi dengan remote control.
Sedangkan untuk heat exchanger sebaiknya diinstal secara eksternal pada
lokasi transmitter, tingginya tidak kurang dari 2 meter dari level permukaan tanah
(untuk mencegah debu yang berasal dari permukaan tanah).
Untuk memperbaiki heat exchanger, sangat dibutuhkan memberikan
beberapa spasi atau jarak di antara bagian belakang dari heat exchanger dan
dinding.
Liquid cooled transmitter berorientasi dari kuantitas panas yang diproduksi
oleh beberapa perangkat (umumnya transistor sebagai MOS-FET atau LD-MOS)
yang bekerja khususnya pada peningkatan daya. Untuk memelihara ketahanan
perangkat, sangat diperlukan menggunakan liquid cooling systems.
Connection of the antenna feeder menggunakan transmitter RF output
interface jenis EIA 1-5/8 ataupun jenis lainnya yang dapat disiapkan untuk me-
match-kan antara antenna feeder dengan RF output. Sebelum memulai proses
penghubungannya, terlebih dahulu mengecek return loss dari sistem antena yang
harus seharga ≥ 26 dB pada kanalnya.
Audio and Video Connection menggunakan audio dan video splitter
AVS01 yang berada di sisi bawah drive rack cabinet. Input dari video harus 75 Ω
BNC termination. Sedangkan kabel twisted pair sangat direkomendasikan untuk
input audio sehingga 75 Ω coaxial cable harus dicapai untuk audio input.
III.2.2 Liquid Cooled Rack
Seluruh rangkaian dan bagian dari liquid cooling dapat mendinginkan
secara sempurna transmitter dengan maximum extension dari 5 power amplifiers.
Sedangkan heat exchanger berada terpisah dari pumping unit, berlokasi di luar
dari lokasi transmitter dan terhubung secara seri dengan main cooling circuit.
Gambar III.2.2.a Tampak Depan Liquid Cooled Rack
Pumping unit menyimpan 2 (dua) pumps yang berbeda tapi bekerja secara
paralel supaya bisa mendapatkan ketahanan yang terbaik. Dengan adanya sistem
cadangan pada pumps, apabila salah satu pumps mengalami kegagalan atau
kesalahan maka pumps yang lain dapat mengambil alih fungsi pendinginan.
Liquid yang berasal dari 2 (dua) pumps dihubungkan seri dengan
unidirectional valve (untuk mencegah terjadinya back path akibat kesalahan dari
salah satu pump) dan dijumlahkan dengan combiner yang sesuai untuk mencegah
over pressure dan menjaga kestabilan tekanan operasi di dalam cooling circuits.
Selain itu juga untuk pendistribusian beberapa power amplifier pada
transmitter. Sebuah manometer dan pressure sensor ditempatkan pada tiap-tiap
pumps circuit untuk menunjukkan dan mengontrol status dari tiap-tiap pumps.
Gambar III.2.2.b Pumping Unit Hydraulic Schematic
Technical Specifications
Liquid cooling circuit type : close
Tank capacity : around 20 liters
Used liquid : water + glycol (the percentage is according
to the minimum temperature needed for the
operation in winter time)
Nominal pressure in the circuit : 4,5 bars
Liquid flow : nominal 120 liters per minutes
Over pressure protection : over pressure by-passvalve
Power supply : 380V + 10, -15% 3 phases 50-60 Hz
5,5 KVA
III.2.3 Check Panel P/N A0014680004
Perangkat check panel termasuk semua rangkaian untuk mengecek output
RF power dan general status dari transmitter, khususnya sound/vision detectors
dan check panel display.
Gambar III.2.3.a Check Panel
Pemasangan S/V detector difungsikan untuk mendeteksi RF signal yang
datang dari probe yang dipasang menjulang pada output directional coupler pada
transmitter. Rangkaian tersebut digunakan untuk mendeteksi setiap TV channel
berdasarkan frequency band berikut ini:
Band 1 – frequency 47 to 88 MHz
Band 3 – frequency 174 to 240 MHz
Band 4 – frequency 470 to 600 MHz
Band 5 – frequency 600 to 860 MHz
RF signal dikontrol oleh analogmeter yang terinstal pada front panel dari
monitoring. Parameter-parameter pengukuran antara lain: peak power vision
carrier, reflected power, power sound 1, dan power sound 2.
S/V detector menghasilkan sinyal ALC (Automatic Level Control) yang
digunakan pada driver section untuk mendapatkan feedback control dari daya
keluaran. Check panel display termasuk rangkaian untuk analog driving meter dan
3 (tiga) lampu untuk general transmitter status yaitu local, regular, dan alarm.
Check panel dihubungkan dengan control unit melalui kabel yang
menyuplai +12 VDC dan mengumpulkan RF parameters untuk pengawasan
transmitter.
Gambar III.2.3.b Tampak Depan Panel Control pada Check Panel
Technical specifications
Frequency range : 470 to 900 MHz
Channel selection : by rotary switch; 0.5 MHz step
Vision carrier RF input level : 10 dBm ± 1 dB (full scale / 0.707)
Reflected input level : 0 dBm ± 1 dB (full scale / 0.707)
Sound carrier 1 RF input level : 0 dBm ± 1 dB (full scale / 0.707)
Sound intercarrier 1 frequency : 4.2 to 6.5 MHz adjustable
Sound carrier 2 RF input level : - 10 dBm ± 1 dB (full scale / 0.707)
(for stereo transmitter)
Sound intercarrier 2 frequency : 4.2 to 6.5 MHz adjustable
(for stereo transmitter)
Spare RF input level : 10 dBm ± 1 dB (5V / 0.707)
ALC output (no feedback control) : 1 Vpp (75 Ω)
Power supply : + 12 V ; 0.35 A
Gambar III.2.3.c Check Panel Functional Block Diagram
Keterangan gambar:
1. Local : LED yellow, when blinking the equipment is
prepared for local operation
2. Regular : LED green indicates regular function of the
equipment
3. Alarm : LED red indicates no regular working of the
equipment
4. Scale : Push button for scale selection read out
5. Refl. : LED indicator for scale selection
6. FWD : LED indicator for scale selection
7. Vision RF Power : Analog meter for vision carrier 1 RF power
measurement
8. Sound 1 RF Power : Analog meter for sound carrier 1 RF power
measurement
9. Sound 2 RF Power : Analog meter for sound carrier 2 RF power
measurement
Sound/Vision Detector
RF signal yang biasanya sebesar 10 dBm disalurkan melalui RF IN
connector yang diredam dan dikonversi oleh balanced mixer MX1 pada baseband
frequency 10.75 MHz vision carrier. Local oscillator dihasilkan oleh VCO
(Voltage Control Oscillator) yang dituning dengan menggunakan rangkaian PLL.
Baseband didapatkan dari:
BB = LO – RF dimana BB = 10.75 MHz
LO = Local Oscillator Frequency
RF = Vision Carrier Frequency
Alokasi frekuensi Base-Band dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar III.2.3.d Alokasi Frekuensi Base-Band
Sound/Vision Detector Tuning
Unit sound/vision detector tuning didesain untuk menerima RF signal pada
output directional coupler pada transmitter. Untuk tujuan inilah maka rangkaian
harus dituning berdasarkan operasi pada RF channel.
Teknik RF tuning hanya meliputi 2 (dua) hal yaitu: mengetahui vision
carrier frequency dan mengatur PLL frequency.
Berikut adalah PLL setting rotary switch untuk menentukan besar PLL
Frequency yang diberikan dalam satuan MHz yang nilainya diatur dari S1 + S2 +
S3 yang posisinya diatur-atur sedemikian rupa.
Tabel III.2.3.a PLL Setting Rotary Switch
PLL Setting Rotary Switch
POSITION S 1 S 2 S 3
0 0 0 0.0
1 128 8 0.5
2 256 16 1.0
3 384 24 1.5
4 512 32 2.0
5 640 40 2.5
6 768 48 3.0
7 896 56 3.5
8 64 4.0
9 72 4.5
A 80 5.0
B 88 5.5
C 96 6.0
D 104 6.5
E 112 7.0
F 120 7.5
III.2.4 Control Unit P/N A0014670104
Control unit berkomunikasi dengan unit lain pada transmitter supaya
mendapatkan informasi tentang status nilai dari parameter signifikan untuk
pengoperasian pada amplifier utama melalui sensor utama.
User Interface pada control unit mengizinkan operator untuk mengontrol
start-up sequence, mematikan amplifier dan memilih mode pengontrolan (local
atau remote).
Dalam hal ini control unit menyediakan manajemen yang komplit pada
transmitter bahkan pada fungsi operator itu sendiri.
Position S # ValueS1 = 4 512S2 = E 112S3 = C 6 Jadi PLL = 630
PLL Frequency yang diberikan dalam satuan MHz yang nilainya diatur dari S1 + S2 + S3
Ex.
PLL = 630 MHz
Gambar III.2.4.a Control Unit
Komponen-komponen control unit yaitu:
Sentral unit yang terdiri dari : Celeron 586 Personal computer, I/O interface
card dengan 16 input dan 16 output, dan VGA controller. Semua informasi
yang menyangkut transmitter disimpan pada NOVRAM (Non-Volatile
RAM), khususnya bila terdapat interupsi, status transmitter dapat disimpan
dan dipulihkan ketika power telah dinyalakan kembali. Sentral unit memiliki
catu daya sendiri tetapi tetap terdapat satu external UPS yang disediakan
untuk menyuplai PC ketika saluran utama mengalami interupsi.
Control BITE Board yaitu microprocessor-controlled unit yang berfungsi
sebagai interface antara sentral unit dan transmitter unit. Control BITE Board
dihubungkan pada amplifier unit dan sentral unit melalui RS-485 data link
User Interface yang terdiri dari 3 kontrol yang berbeda yakni : control
keyboard, mode keyboard dan mini joystick. Operatornya dapat berinteraksi
dengan perangkat melalui high resolusi LCD graphic display.
Control Keyboard memiliki fungsi utama yaitu memberikan komando pada
transmitter. Control keyboard terdiri dari pilot lamp dan 2 push button yang
berfungsi sebagai On dan OFF pada transmitter.
Gambar III.2.4.b Control Unit Functional Block Diagram
Gambar III.2.4.c Tampak Depan Control Unit
Keterangan Gambar:
1. MAINS : Green lamp which indicates the
control unit powered
ON : Push-button which activates the
transmitter switch-on
OFF : Push-button which activates the
transmitter switch-off
2. --------- : High Resolution Graphic LCD display
3. LOCAL : Push-button which prepared the transmitter
for local control
REMOTE : Push-button which prepared the transmitter for
remote control
4. MINI JOYSTICK : mouse with push-button, to operate in window
environment
5. RESET : push button, to permit one hard reset ON “CPU”
6. LCD : To regulate right contrast in the display
Gambar III.2.4.d Tampak Belakang Control Unit
Keterangan Gambar :
1. I/O TX : Cable coming from TX Cabinet
2. WATER PUMP ; Cable coming from Cooling Cabinet
3. PARALLEL I/O : Cable coming from “Remote Control”
4. FROM CHECK
PANEL : Cable coming from “check Measure Panel”
5. COM 1 UPS : Cable coming from “UPS”
6. COM 3 MODEM : Cable for remote Control by a dedicated Modem
7. COM 4 : Cable available for “Future” applications
III.2.5 SAU -225W RF Amplifier Module P/N A0011560104
SAU – 225 didesain untuk proses penguatan daya pada band IV/V
Televisi, modul ini bekerja pada solid state LD MOS-FET (Lateral Diffused
MOS-FET) technology supaya mendapatkan penguatan yang tinggi, band yang
lebar, ketahanan yang tinggi, efisien dan linearitas yang tinggi.
Gambar III.2.5.a SAU -225W RF Amplifier Module
Amplifier disusun pada laci secara vertical, termasuk semua peralatan
penguatan dan monitoring, dua internal DC-DC converter menghasilkan daya
yang sesuai untuk blok RF dan sirkit tambahan.
Gambar III.2.5.b RF Amplifier Functional Block Diagram
Technical Specification
Frequency range : 470 to 862 MHz
Class operation : AB liniear
Input – output impedance : 50 Ω
Input return loss : ≥ 15 dB
Input power : 0.15 W nominal
Output power : 2500W peak sync
Power gain : 40 ± 2 dB (adjustable)
Power supply requirement : 2 x 120 VDC ± 15%;20A
Protections : RF reflected power (≥400W)
overdrive
overcurrent
overtemperature
Cooling : liquid forced
Weight : 35 Kg approx.
RF Control
Gambar III.2.5.c SAU-225W Front Panel
Sinyal RF datang dari exciter dipergunakan untuk sirkit input di port RF
IN. sinyal carriers out mengikuti proses sinyal sebelum penguatan. Parameter-
parameter pengontrolannya yaitu :
RF input monitoring
Power input detection
Overdrive protection
Power gain adjustment
Phase adjustment
RF switch-off
RF out splitter
Unit ini juga mencakup sirkit tambahan untuk mendeteksi puncak dari
input RF power (FWD DETEC).
Gambar III.2.5.d SAU-225W Rear Panel
Keterangan Gambar :
1. STATUS
ON LINE : Green lamp indicating the auxiliary DC voltage presence
ON AIR : Green lamp indicating the RF output present
ENABLE : Yellow lamp indicating the RF modules enabled
VSWR : Red lamp indicating the max. RF reflected output power
FAILURE : Red lamp indicating the partial or total failure
in the module
BLOCK : Red lamp indicating the RF module block
ALARM RESET : Push-button resetting the stored alarms (press using a
pencil in the hole)
2. RF
GAIN : Command adjusting the amplitude RF power (use only
when unbalanced procedure restoring is required)
PHASE : Command adjusting the phase RF power (use only when
unbalanced procedure restoring is required)
3. MEASURES
FDW : test point to measure the RF output power level
RFL : test point to measure the RF reflected power level
IDC PS1 : test point to measure the total current absorbed
(0.1 V per A) from side “A”
IDC PS2 : test point to measure the total current absorbed
(0.1 V per A) from side “B”
TEMP 1 : test point to measure the heatsick temperature (0.01 V per
ºC; 0º = 2.73V) from side “A”
TEMP 2 : test point to measure the heatsick temperature (0.01 V per
ºC; 0º = 2.73V) from side “B”
GND : Test point common wire
Selain itu, unit ini juga yang menyuplai semua sirkit pada modul 32 VDC
stabilized dan menjaga tegangan dan arus yang berlebihan. SWITCH-MODE
technology yang digunakan pada sirkit ini memungkinkan untuk mendapatkan
efisiensi dan ketahanan yang tinggi.
III.2.6 AUDIO & VIDEO SPLITTER AVS-01
Gambar III.2.6.a Audio & Video Splitter AVS-01
Configuration :
A/V SPLITTER & RF SWITCH UHF V.305326.01.DW
A/V SPLITTER & RF SWITCH VHF V.305326.03.DW
A/V SPLITTER V.305326.02.DW
AVS 01 adalah Audio and Video distribusi amplifier, bersama dengan RF
switch, merancang secara khusus untuk pengguna TV Transmitter with dual Drive
option, faktanya di tempatkan di 3 unit yang berbeda :
Audio & Video distribution amplifier
RF switch
RF switch control unit
Dengan cara ini, semua fungsi di dalam beberapa laci dalam rangka
menyuplai dengan baik sinyal audio dan video di 2 distinct exciter, untuk switch
apabila terjadi kerusakan pada main exciter.
Technical Specification
COMMON SPECIFICATIONS
POWER SUPPLY VOLTAGE : 230 V ± 15% 50 Hz ± 15 Hz
DIMENSIONS DEPTH : 1 U, 19” RACK MOUNT, 250 mm
TEMPERATURE OPERATING RANGE : 0 ± 50º C
HUMIDITY : 90% WITHOUT
CONDENSATING
AUDIO DISTRIBUTOR (R & L)
I/O IMPEDANCE : 600 Ω
INPUT CONNECTOR : CANON XLR FEMALE
OUTPUT CONNECTOR : CANON XLR MALE
NOMINAL INPUT SENSIBILITY : 0 dBm (0,777 mV)
NOMINAL OUTPUT LEVEL : 0 dBm ± 6 dB
S/N : ≥ 70 dB
A/F RESPONSE : 20 ÷ 20.000Hz @±0.5 dB
VIDEO DISTRIBUTOR
I/O IMPEDANCE : 75 Ω
INPUT / OUTPUT CONNECTOR : BNC
NOMINAL INPUT SENSIBILITY ; 1 Vpp
NOMINAL OUTPUT LEVEL : 1 Vpp ± 6 dB
S/N : ≥ 56 dB
INPUT RETURN LOSS : ≥ 34 dB UP TO 6 MHz
RF SWITCH
POWER SECTION
INPUT/OUTPUT CONNECTORS : BNC
INPUT/OUTPUT IMPEDANCE : 50 Ω
FREQUENCY RESPONSE : UP TO 860 MHz
INSERTION LOSS : 0.5 dB max @ 860 MHz
MAX INPUT POWER : 10 W CW @ 860 MHz
INPUT RETURN LOSS : ≥ 20 dB @ 860 MHz
MONITORING SECTION
INPUT/OUTPUT CONNECTORS : BNC
INPUT/OUTPUT IMPEDANCE : 50 Ω
FREQUENCY RESPONSE : UP TO 860 MHz
NOMINAL COUPLING : 26 dB ± 1 dB typical
III.2.7 BAND PASS FILTER 10KW UHF P/N C5401240001
Band Pass Filter atau biasa disingkat BPF adalah suatu jenis filter yang
digunakan untuk melewatkan band frekuensi tertentu dengan terdapat 2 (dua)
frekuensi cut off. BPF yang digunakan di sini sangat cocok pada solid state A-AB
kelas transmitter pada penguatan.
Konektor tersebut dihubungkan dengan posisi paralel. Konektor yang bisa
digunakan yaitu :
EIA 1 5/8’’
RIGID LINE 1 5/8’’
EIA 3 1/8’’
Gambar III.2.7.a Band Pass Filter 10KW UHF Layout
Technical Specification
Configuration 4 cavities
Max power output 10 KW (cw)
Frequency range 470 – 860 MHz
Insertion Loss (Video c.) < 0.2 dB
Return Loss > 30 dB
Temperature Range -10ºC / +50ºC
Temperature shift 2 KHz / ºK
Weight 20 kg
Working position Any
Dimension 395x380x347 mm
III.3 ANTENA PEMANCAR TV
Gambar III.3.a Antena Pemancar UHF DTV/NTSC
24 Panel Element Radiation
Antena pemancar TV yang digunakan pada stasiun Fajar TV adalah antena
UHF DTV/NTSC atau Ultra High Frequency Digital TV/National Television
System Committee. Dengan kata lain antenanya dipakai sebagai broadcast NTSC
dan DTV channel. Karakteristik utama dari antenna tersebut adalah broadband,
low VSWR, Low Non-Ionized Radiation, Horizontal Polarization,
Omnidirectional Pattern.
Antena tersebut memiliki panel sebanyak 24 (dua puluh empat), dengan
perincian di sudut 0º terdapat 7 (tujuh) panel, sudut 90º terdapat pula 7 (tujuh)
panel, sedangkan sudut 180º terdapat 3 (tiga) panel, dan sudut 270º kembali
terdapat 7 (tujuh) panel.
Antena yang disusun dengan 7 (tujuh) panel karena arah pancaran sinyalnya
ke arah kota yang banyak terdapat penduduk. Sedangkan antenna yang hanya
disusun dengan 3 (tiga) panel karena arah pancaran sinyalnya ke arah laut yang
jarang penduduk. Selain itu, antena ini bila diperhatikan dengan seksama
desainnya hampir menyerupai bentuk pena.
Gambar III.3.b Antena Pemancar UHF DTV/NTSC
24 Panel Element Radiation dari Sudut 180º
UHF TV antenna ini bekerja pada frekuensi 470 – 860 MHz yang dapat
digunakan dalam penyiaran UHF NTSC TV dan DTV channel. Band yang lebar
dan power yang tinggi membuat antenna tersebut cocok digunakan untuk aplikasi
multichannel.
Nilai VSWR atau Voltage Standing Wave Ratio adalah perbandingan antara
tegangan maksimum dan minimum suatu gelombang berdiri karena adanya
pantulan yang disebabkan “mismatch” antara impedansi masukan dan saluran
feeder.
Nilai VSWR yang didapatkan kurang dari 1.1 dari channel 14 – 69. Dengan
menggunakan teknik offset yang optimal, low ripple omnidirectional pattern bisa
diperoleh.
Gambar III.3.c Grafik Perbandingan antara VSWR dan Frequency
Antenanya didesain double pair untuk meminimalisir penurunan daya
pancar (downward radiation). Terlebih lagi perangkat pada antenanya merupakan
baja yang tak mudah berkarat dan terdapat fiberglass radome yang mengkover
antenna secara keseluruhan.
Gambar III.3.d Pemasangan Antena
dengan Menggunakan Katrol
Antena ini mempunyai struktur ground yang sempurna, dapat melindungi
antenna dari kilatan petir. Sebagai alternatif, cylindrical radome bisa juga
digunakan untuk mengkover seluruh system antena.
Antena pemancar Fajar TV beroperasi pada frekuensi 470 – 860 MHz
sehingga termasuk pada channel 49 UHF. Untuk lebih jelasnya di bawah ini
ditampilkan tabel frekuensi untuk kanal TV:
Tabel III.3.a General Television Frequencies
VHF TELEVISION FREQUENCIES
BAND CH # FREQUENCY BAND CH # FREQUENCY
VHF LOW 02 54-60 Mhz VHF HIGH 07 174-180 Mhz
VHF LOW 03 60-66 Mhz VHF HIGH 08 180-186 Mhz
VHF LOW 04 66-72 Mhz VHF HIGH 09 186-192 Mhz
VHF LOW 05 76-82 Mhz VHF HIGH 10 192-198 Mhz
VHF LOW 06 82-88 Mhz VHF HIGH 11 198-204 Mhz
VHF HIGH 12 204-210 Mhz
VHF HIGH 13 210-216 Mhz
UHF TELEVISION FREQUENCIES
CH # FREQUENCY CH # FREQUENCY CH # FREQUENCY
14 470-476 Mhz 38 614-620 Mhz 62 758-764 Mhz
15 476-482 Mhz 39 620-626 Mhz 63 764-770 Mhz
16 482-488 Mhz 40 626-632 Mhz 64 770-776 Mhz
17 488-494 Mhz 41 632-638 Mhz 65 776-782 Mhz
18 494-500 Mhz 42 638-644 Mhz 66 782-788 Mhz
19 500-506 Mhz 43 644-650 Mhz 67 788-794 Mhz
20 506-512 Mhz 44 650-656 Mhz 68 794-800 Mhz
21 512-518 Mhz 45 656-662 Mhz 69 800-806 Mhz
22 518-524 Mhz 46 662-668 Mhz 70 806-812 Mhz
23 524-530 Mhz 47 668-674 Mhz 71 812-818 Mhz
24 530-536 Mhz 48 674-680 Mhz 72 818-824 Mhz
25 536-542 Mhz 49 680-686 Mhz 73 824-830 Mhz
26 542-548 Mhz 50 686-692 Mhz 74 830-836 Mhz
27 548-554 Mhz 51 692-698 Mhz 75 836-842 Mhz
28 554-560 Mhz 52 698-704 Mhz 76 842-848 Mhz
29 560-566 Mhz 53 704-710 Mhz 77 848-854 Mhz
30 566-572 Mhz 54 710-716 Mhz 78 854-860 Mhz
31 572-578 Mhz 55 716-722 Mhz 79 860-866 Mhz
32 578-584 Mhz 56 722-728 Mhz 80 866-872 Mhz
33 584-590 Mhz 57 728-734 Mhz 81 872-878 Mhz
34 590-596 Mhz 58 734-740 Mhz 82 878-884 Mhz
35 596-602 Mhz 59 740-746 Mhz 83 884-890 Mhz
36 602-608 Mhz 60 746-752 Mhz
37 608-614 Mhz 61 752-758 Mhz
UHF DTV/NTSC ANTENNA
PANEL SPECIFICATION
Channel: 14 – 69 Gain: 12 dB (15.8 X) @ 650 MHz
VSWR: 1.1 from 470-800 MHz Size: 3.25x1.5x0.75 ft. (1x0.45x0.23 m.)
Impedance: 50 ohms Weight: 30 lbs. (13.6 kg.)
Power: 5 kW (average) Wind Area: 4.8 ft. 2 (0.45 m.2)
Polarization: Horizontal Wind Load: 140 lbs. (63.5 kg.)
1/2 Power Beamwidth: ± 32° Connectors: 7/8 EIA
Tabel III.3.b Panel Specification per Bay
All specifications are subject to change without notice.
(1) Referred to half wave dipole. Attenuation of connecting cables not taken into
account.(2) Gains calculated @ 650 MHz and may vary across the UHF band.(3) CaAc factors are calculated without panel offset.(4) Allow 20 Lbs (9kg) per panel, if ordered with mounting brackets.
Gambar III.3.e Pola Radiasi Antena Sesuai Spesifikasi Panel