bab iii
TRANSCRIPT
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kegiatan Lapangan
Kegiatan lapangan dilakukan secara langsung di puskesmas Kuta Alam
dan pemukiman penduduk yang merupakan wilayah cakupan puskesmas Kuta
Alam. Aspek yang ditinjau dari kegiatan adalah penyediaan air minum dan air
besih, pengelolaan air buangan, pengelolaan sampah medis dan non medis,
pengendalian vektor penyakit, hygiene lingkungan, pengendalian pencemaran
udara, program kesehatan dan keselamatan kerja, pengendalian kebisingan
perumahan dan pemukiman, serta tindakakn sanitasi yang berhubungan dengan
keadaan epidemiologi wabah dan bencana alam penduduk. Kegiatan ini dilakukan
secara rinci pada:
Lokasi : Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
Tempat : Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh
Waktu : Selasa, 12 Februari 2013
Pukul : 10.00 WIB
3.2 Analisis dan Pembahasan
3.2.1 Puskesmas
3.2.1.1 Bangunan dan Tata Ruang
Bangunan puskesmas Kuta Alam saat ini sedang mengalami renovasi sehingga
kegiatan pelayanan masyarakat dipindahkan di rumah – rumah dinas dokter dan
perawat yang ada di sekitar puskesmas. Kondisi Puskesmas Kuta Alam saat ini
memiliki 2 bangunan yang terpisah dari sentral pelayanan puskesmas.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada puskesmas Kuta Alam terhadap
struktur bangunan yaitu:
1. Luas area puskesmas pertama berupa rumah toko dengan luas ± 7 m x 20
m dari terdiri dua lantai
2. Luas area puskesmas kedua terdiri dari ±15 m x 30 m yang merupakan
rumah dinas yang digunakan sebagai pelayanan kesehatan.
3. Kedua Bangunan puskesmas dikelilingi oleh pagar dengan jarak 2 meter
dari jalan
4. Puskesmas pertama terdiri dari 2 lantai dimana lantai pertama terdiri dari 4
ruangan, yaitu: poli wanita, poli anak, poli gigi dan kamar mandi. Pada
lantai dua puskesmas Kuta Alam terdiri dari 6 ruangan, yaitu : KIA, KB,
Imunisasi, gizi , ruang kepala puskesmas dan kamar mandi.
5. Setiap ruangan rata – rata memiliki luas 4 x 5 meter , terdapat 4 buah
jendela dengan ukuran 150 cm x 200cm dan jumlah ventilasi disesuaikan
dengan jumlah jendela .
6. Luas area puskesmas kedua terdiri dari 4 ruangan , yaitu ruang periksa pria
dan IGD, ruang kartu, apotik dan laboratorium . setiap ruangan memiliki
luas rata - rata 4 x 4 meter kecuali pada ruangan laboratorium yang
memiliki luas 6 x 6 meter.
Keadaan penerangan pada puskesmas Kuta Alam saat ini dinilai sangat
kurang, karena tidak masuknya sinar matahari yang dapat membantu penerangan
di siang hari, hal ini diakibatkan jumlah jendela yang tidak sesuai dengan
bangunan yang ada.
Saat ini fasilitas di luar puskesmas yang ada sudah cukup memadai, adapun
tempat duduk yang disediakan di depan ruangan masing–masing cukup
menampung jumlah kunjungan pasien yang berobat ke puskesmas kuta alam.
Fasilitas parkir di puskesmas Kuta Alam saat ini sangat tidak memadai , terlihat
dari banyaknya mobil parkir sembarangan di depan puskesmas Kuta Alam yang
dapat menganggu kelancaran berkendara serta membahayakan pengemudi lainya .
Berdasarkan pengamatan tersebut bahwa sarana dan bangunan puskesmas
Kuta Alamsaat ini dinyatakan tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan,
terlihat dari bangunan-bangunan yang ada, jumlah ventilasi untuk sirkulasi udara
yang kurang baik serta memungkinkan terjadinya kecelakaan yang disebabkan
tidak tertatarapinya lokasi parkir untuk kendaraan bermotor.
Pada dasarnya penyelenggaraan sarana dan bangunan umum berada di luar
kewenangan Kementrian Kesehatan, namun sarana dan bangunan umum tersebut
harus memenuhi persyaratan kesehatan. Terlihat dari undang-undang No. 23
tahun 1992 tentang kesehatan. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan pada
sarana dan bangunan umum merupakan pengelolaan faktor resiko lingkungan
sebagai tindak lanjut hasil surveillensi epidemiologi. Untuk itu diperlukan
pedoman penyehatan sarana dan bangunan umum yang merupakan arah dan
penjabaran teknis dari penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan merupakan
bagian tak terpisahkan dengan keputusan menteri kesehatan tentang persyaratan
kesehatan lingkungan yang sudah ada.
3.2.1.2 Penyediaan air bersih dan air minum
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap penyediaan air bersih dan
air minum di Puskesmas Kuta Alam diperoleh hasil:
Ditemukan pipa-pipa yang mengalirkan air PDAM ke lingkungan
puskesmas.
Ditemukan tempat penampungan air bersih di dalam kawasan puskesmas
Ditemukan sumur di dalam kawasan puskesmas
Ditemukan air galon isi ulang yang digunakan untuk kebutuhan air minum
di puskesmas
Dari hasil wawancara dengan bagian kesehatan lingkungan (ibu Fitria) di
puskesmas dijelaskan bahwa untuk penyediaan air bersih di puskesmas digunakan
air PDAM dan air sumur hanya digunakan untuk menyiram tanaman dan
keperluan lain di puskesmas, sedangkan untuk keperluan air minum menggunakan
air isi ulang.
Menurut Slamet (2007), air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan
manusia. Dengan demikian semakin naik jumlah penduduk dan laju
pertumbuhannya semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air. Untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang semakin meningkat
diperlukan industrialisasi yang dengan sendirinya akan meningkatkan lagi
aktivitas penduduk serta beban penggunaan sumber daya air. Beban pengotoran
air juga akan bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan. Sebagai
akibatnya saat ini sumber air minum dan air bersih semakin langka.
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air
bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih
yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit dimasyarakat. Volume rata-rata
kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 1500-2000 liter. Kebutuhan
air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan dan
kebiasaan masyarakat.
Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia
pada saat memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air minum/bersih
bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit bawaan air. Dengan demikian
diharapkan, bahwa semakin banyak liputan masyarakat dengan air bersih, semakin
turun morbiditas penyakit bawaan air ini (Slamet, 2007).
Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air
disebut sebagai waterborne disease atau water-related disease. Berdasarkan cara
penularannya, mekanisme penularan penyakit terbagi menjadi empat, yaitu :
a. Waterborne mechanism, didalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air
yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada
manusia melalui mulut atau sistem pencernaan.
b. Waterwashed mechanism, mekanisme penularan semacam ini berkaitan
dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat
tiga cara penularan, yaitu : (a) infeksi melalui alat pencernaan, (b) infeksi
melalui kulit dan mata dan (c) penularan melalui binatang pengerat.
c. Water-based mechanism, penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini
memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya didalam
tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup didalam air.
d. Water-related insect vector mechanism, agen penyakit ditularkan melalui
gigitan serangga yang berkembang biak didalam air.
Menurut Permenkes RI Nomor 492/MENKES/IV/2010 tentang
persyaratan kualitas air minum terdapat dua parameter penilaian yaitu parameter
wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib, terbagi menjadi parameter yang
berhubungan langsung dengan kesehatan yang berkaitan dengan bakteriologi serta
kimia anorganik yang terdapat pada air minum, dimana terdapat batas jumlah
yang diperbolehkan untuk suatu air minum dan parameter yang tidak
berhubungan langsung dengan kesehatan berkaitan dengan kualitas fisik air dan
kimiawi.
Tabel parameter wajib kualitas air minum menurut permenkes :
No. Jenis Parameter SatuanJumlah yang
Diperbolehkan
1 Parameter yang
berhubungan langsung
dengan kesehatan
Parameter Mikrobiologi
E. Coli Jumlah per 100 ml
sampel
0
Bakteri koliform Jumlah per 100 ml
sampel
0
Kimia anorganik
Arsen mg/l 0,01
Fulorida mg/l 1,5
Total kromium mg/l 0,05
Kadmium mg/l 0,003
Nitrit mg/l 3
Nitrat mg/l 50
Sianida mg/l 0,07
Selenium mg/l 0,01
2 Parameter yang tidak
berhubungan langsung
dengan kesehatan
a.Parameter fisik
Bau Tidak berbau
Warna TCU 15
Total zat padat terlarut mg/l 500
Kekeruhan NTU 5
Rasa Tidak berasa
Suhu C Suhu udara+3
b. Parameter kimiawi
Aluminium mg/l 0,2
Besi mg/l 0,3
Kesadahan mg/l 500
Klorida mg/l 250
Mangan mg/l 0,4
pH 6,5-8,5
Seg mg/l 3
Sulfat mg/l 250
Tembaga mg/l 2
Amonia mg/l 1,5
Persyaratan tambahan untuk kualitas air minum dinilai berdasarkan dua
kriteria penilaian yaitu secara kimiawi dan radioaktifitas tidak boleh melalui
batas-batas tertentu yang telah ditetapkan dalam Permenkes No.
492/MENKES/PER/IV/2010.
Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya
diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidak-tidaknya
diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai
persyaratan sebagai berikut:
1. Syarat Fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah tidak berwarna, tidak
berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya. Cara mengenal air yang
memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.
2. Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri,
terutama bakteri patogen. Cara ini untuk mengetahui apakah air minum
terkontaminasi oleh bakteri patogen, adalah dengan memeriksa sampel air
tersebut.
3. Syarat Kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah
yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam
air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. (Slamet, 2007).
3.2.1.3 Pengelolaan Sampah dan Limbah Puskesmas
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pengelolaan sampah pada
Puskesmas Kuta Alam dilakukan melalui dua cara, yang pertama sampah medis
dikelola dengan bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
(RSUD Meuraxa). Awalnya sampah dikumpulkan di puskesmas kemudian setiap
3 bulan sampah medis dibawa ke RSUD Meuraxa untuk dimusnahkan. Sedangkan
untuk sampah non medis dikumpulkan di tong sampah setiap unit-unit fungsional
kemudian dibuang ke tempat pembuangan sementara berupa keranjang sampah
yang diletakkan di depan puskesmas dan setiap pagi diangkut oleh truk
pembuangan sampah dari Dinas Kebersihan Kota Banda Aceh.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pengelolaan sampah pada
Puskesmas Kuta Alam dilakukan melalui dua cara, yang pertama sampah medis
dikelola dengan bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
(RSUD Meuraxa). Awalnya sampah dikumpulkan di puskesmas kemudian setiap
3 bulan sampah medis dibawa ke RSUD Meuraxa untuk dimusnahkan. Sedangkan
untuk sampah non medis dikumpulkan di tong sampah setiap unit pelayanan
kemudian dibuang ke tempat pembuangan sementara berupa keranjang sampah
yang diletakkan di depan puskesmas dan setiap pagi diangkut oleh mobil
pembuangan sampah dari Dinas Kebersihan Kota Banda Aceh. Dari hasil
wawancara juga didapatkan penjelasan bahwa untuk kebersihan setiap harinya
petugas kebersihan di puskesmas bekerja mulai sejak pukul 07.00 hingga 14.00
WIB. Petugas melakukan tugas pembersihan rutin dan setiap kali ruangan terlihat
kotor, petugas akan langsung membersihkan ruangan tersebut.
Dari hasil pengamatan di puskesmas didapatkan bahwa pada setiap unit
pelayanan di puskesmas terdapat masing-masing tong sampah yang telah
dipisahkan antara sampah medis dan non medis. Sampah medis dibedakan lagi
menjadi 2 bagian, yaitu untuk sampah medis berupa benda tajam dan satu lagi
untuk sampah non benda tajam. Namun pengelolaannya belum begitu baik, karena
masih banyak terlihat sampah nonmedis yang dibuang ke tempat sampah medis.
Sedangkan tempat sampah non medis terlihat kosong. Untuk pengumpulan
sampah non medis juga masih belum baik karena hanya dikumpulkan dalam
keranjang yang berlubang bukan dalam sebuah bak tertutup, sehingga terlihat
tidak bersih dan mengganggu lingkungan puskesmas. Dari hasil pengamatan juga
didapatkan Masih terdapat beberapa sampah yang berserakan dipekarangan
puskesmas.
Menurut Notoatmodjo (2007), sampah merupakan suatu bahan atau benda
padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah
digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan
masyarakat membuat batasan sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal
dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Agar dapat mempermudah pengelolaannya, sampah dapat dibedakan atas
dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sebagai berikut (Soemirat, 2006):
Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah
kebun, pertanian dan lainnya.
Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam
dan lainnya.
Sampah yang berupa debu atau abu.
Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah
berasal dari industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis
berbahaya.
Sampah yang mudah membusuk (garbage) dapat terjadi karena aktivitas
mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik
dalam pengumpulan maupun dalam pembuangannya. Bagi lingkungan sampah
jenis ini relatif kurang berbahaya karena dapat terurai dengan sempurna menjadi
zat-zat organik yang berguna bagi fotosintesis tumbuh-tumbuhan.
Sampah yang tidak membusuk (refuse) apabila memungkinkan sebaiknya
didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui suatu proses
ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan
proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran.
Sampah berupa debu atau abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan
bakar ataupun sampah tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk
mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang beracun,
maka abu ini pun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan masyarakat.
Sampah berbahaya (B3) merupakan sampah yang karena jumlahnya, atau
konsentrasinya, atau karena sifat kimiawi, fisika dan mikrobiologinya dapat (a)
meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara bermakna atau menyebabkan
penyakit yang tidak reversible, (b) berpotensi menimbulkan bahaya sekarang
maupun di masa yang akan datang terhadap kesehatan ataupun lingkungan apabila
tidak diolah, ditransport, disimpan dan dibuang dengan baik.
Sampah, baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh
berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting
antara lain adalah:
- Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak
penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun
berpacu dengan laju pertambahan penduduk.
- Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi
masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang.
Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk.
Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia,
peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan
persampahan.
- Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun
kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam.
Untuk dapat mengatasi dan mengurangi produksi sampah kita dapat
melakukan teknik pembuangan sampah. Teknik pembuangan sampah dapat dilihat
mulai dari sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir sampah. Baik
dari segi kualitas maupun kuantitas dengan cara meningkatkan pemeliharaan dan
kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi sampah, meningkatkan efisiensi
penggunaan bahan baku, dan meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai
secara alamiah. Semua usaha ini memerlukan kesadaran masyarakat serta peran
sertanya pemerintah (Slamet, 2007).
Selanjutnya pengelolaan ditujukan pada pengumpulan sampah mulai dari
produsen sampai pada tempat pembuangan akhir (TPA) dengan membuat tempat
penampungan sampah sementara (TPS), transportasi yang sesuai lingkungan dan
pengelolaan pada TPA. Sebelum dimusnahkan, sampah dapat pula diolah dahulu
baik untuk memperkecil volume, untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali.
Pengelolaan air limbah dan sisa buangan dilakukan melalui pembuangan ke
saluran air yang nantinya mengalir ke got-got kecil menuju ke dalam parit yang
ada di luar puskesmas. Sedangkan untuk pembuangan kotoran manusia dilakukan
melalui pipa yang disalurkan ke dalam tempat penampungan limbah yang ada di
puskesmas.
Dari hasil pengamatan juga terlihat got-got kecil di dalam kawasan
puskesmas yang menampung sisa-sisa buangan air yang dialirkan melalui pipa
yang berasal dari toilet,westafel, dan tempat-tempat lain.Kemudian air yang
masuk ke dalam got tersebut akanmengalir ke dalam parit di luar puskesmas.
Tidak terlihat sampah atau benda lainnya dalam aliran parit sehingga tidak akan
mengganggu kelancaran pembuangan limbah.
Menurut Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004, limbah
puskesmas adalah semua limbah baik yang berbentuk padat, cair maupun gas
yang berasal dari kegiatan puskesmas baik kegiatan medis maupun non medis
yang kemungkinan besar mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif. Apabila tidak ditangani dengan baik, limbah puskesmas dapat
menimbulkan masalah baik dari aspek pelayanan maupun estetika. Selain dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan dan menjadi sumber penularan penyakit.
Oleh karena itu, pengelolaan limbah puskesmas perlu mendapat perhatian yang
serius dan memadai agar dampak negative yang terjadi dapat dihindari atau
dikurangi.
Menurut Candra (2007), limbah yang dihasilkan dari puskesmas dapat
dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
a. Limbah Medis, terdiri dari :
1) Limbah Padat Medis
Limbah padat medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan
diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan
tersebut juga kegiatan medis di ruang poliklinik, perawatan, bedah,
kebidanan, otopsi, farmasi danruang laboratorium.
2) Limbah Cair Medis
Limbah cair medis adalah limbah cair yang mengandung zatberacun,
seperti bahan-bahan kimia anorganik. Zat-zat organik yang berasal dari air
bilasan ruang bedah dan autopsi apabila tidak dikelola dengan baik atau
langsung dibuang ke saluran pembuangan umum akan sangat berbahaya
dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta mencemari
lingkungan.
b. Limbah Non Medis, terdiri dari :
1) Limbah Padat Non Medis
Limbah padat non medis adalah semua limbah padat diluarlimbah padat
medis, berupa kertas, karton, kaleng, botol, sisa makanan, sisa kemasan,
kayu, logam, daun, serta ranting, dan sebagainya, yang dihasilkan dari
berbagai kegiatan, yaitu :
a. Kantor atau administrasi
b. Unit perlengkapan
c. Ruang tunggu
d. Ruang inap
e. Unit gizi atau dapur
f. Halaman parkir dan taman
g. Unit pelayanan
2) Limbah Cair Non Medis
Limbah cair non medis merupakan limbah puskesmas yangberupa :
a. Kotoran manusia seperti tinja dan air kemih yang berasal dari kloset dan
peturasan di dalam toilet atau kamar mandi.
b. Air bekas cucian yang berasal dari lavatory atau drain lantai dari ruangan-
ruangan di puskesmas.
Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Klasifikasi limbah B3 yang berasal dari puskesmas adalah :
a. Limbah Infeksius
Limbah infeksius adalah limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri,
virus, parasit, atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk
menyebabkan penyakit pada penjamu yang rentan. Limbah yang termasuk
dalam kategori ini meliputi :
1) Kultur dan stok agen infeksius dari aktivitas laboratorium.
2) Limbah buangan hasil operasi dan otopsi pasien yang menderita penyakit
menular, misalnya : jaringan dan materi atau peralatan yang terkena darah
atau cairan tubuh lain.
3) Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bangsal isolasi
misalnya : ekskreta, pembalut luka bedah, luka yang terinfeksi, pakaian
yang terkena darah pasien, atau cairan tubuh yang lain.
b. Limbah Patologis
Limbah patologis terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh, janin manusia
dan bangkai hewan, darah dan cairan tubuh.
c. Limbah Benda Tajam
Benda tajam merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau
luka tusuk antara lain jarum, jarum suntik, skalpel dan jenis belati lain, pisau,
peralatan infus, gergaji, pecahan kaca, dan paku.Baik terkontaminasi maupun
tidak, benda semacam itu biasanya dipandang sebagai limbah yang sangat
berbahaya
d. Limbah Farmasi
Limbah farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin, dan serum
yang sudah kadaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang
tidak diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat. Limbah ini juga
mencakup barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk menangani
produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan,
masker, slang penghubung, dan ampul obat.
e. Limbah Genotoksik
Limbah genotoksik sangat berbahaya dan bersifat mutagenik, teratogenik,
atau karsinogenik. Limbah genotoksik mencakup obat-obatan sitotoksik
tertentu, muntahan, urine atau tinja pasien yang diterapi dengan obat-obatan
sitotoksik (sering dipakai dalam terapi kanker), zat kimia, maupun radioaktif.
f. Limbah Kimia
Limbah kimia mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair maupun
gas yang berasal, misalnya dari aktivitas diagnostik dan eksperimen serta dari
pemeliharaan kebersihan, aktivitas keseharian, dan prosedur pemberian
desinfektan dan limbah laboratorium.Limbah ini dikatakan berbahaya jika
memilki sedikitnya satu dari beberapa sifat berikut :
- Toksik;
- Korosif (yaitu asam dengan PH <2 dan basa dengan PH>12);
- Mudah terbakar;
Pengelolaan limbah B3 puskesmas secara efektif adalah meliputi pemilahan,
pengumpulan, penampungan, pangangkutan, pemusnahan dan pembuangan akhir.
a. Tahap Pemilahan :
- Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan
limbah.
- Di setiap sumber penghasil limbah harus tersedia tempat pewadahan yang
terpisah antara limbah medis dengan limbah non medis.
b. Tahap Pengumpulan
- Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan kontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya.
- Pewadahan limbah harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan
wadah dan label seperti tabel 2.1 berikut ini :
- Limbah jangan menumpuk pada satu titik pengumpulan yang telah dipilah.
- Limbah dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi yang ditetapkan)
c. Tahap Pengangkutan
- Limbah harus diangkut di dalam puskesmas atau ke fasilitas lain dengan
menggunakan troli, container atau gerobak khusus yang tidak digunakan
untuk tujuan lain.
- Kendaraan pengangkut limbah harus dibersihkan dan didesinfeksi dengan
desinfektan yang tepat.
d. Tahap Penampungan
- Lokasi penampungan harus dirancang agar berada di dalamwilayah
Puskesmas yang ditempatkan secara khusus.
- Limbah baik dalam kantong maupun container, harus ditampung di area,
ruangan, atau bangunan yang terpisah yang ukurannya sesuai dengan
kuantitas limbah yang dihasilkan dan frekuensi pengumpulannya.
e. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir
Limbah medis tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan, maka
dilakukan pengolahan atau pemusnahan disesuaikan dengan kemampuan
puskesmas dan jenis limbah yang dihasilkan.
3.2.1.4 Pengendalian Vektor Penyakit
Program pengendalian vektor penyakit telah menjadi bagian kegiatan
pencegahan penyakit di puskesmas Kuta Alam. Dari wawancara dijelaskan untuk
pengendalian vektor penyakit setiap 3 bulan dilakukan beberapa kegiatan
pencegahan seperti pemberian bubuk ABT kepada warga untuk pencegahan
penyakit demam berdarah, fogging yang dilakukan di pemukiman masyarakat,
home visit dan penyuluhan ke rumah–rumah penduduk. Kegiatan ini dilakukan
dengan kerjasama dokter, perawat, dan petugas kesling yang bekerja di puskesmas
tersebut.Materi penyuluhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan informasi
mengenai pengetahuan penyakit yang sering terjadi dalam masyarakat.Dari data
penyakit menular di atas penyakit yang paling banyak ditemukan adalah penyakit
diare yaitu sebesar 997 orang kemudian disusul penyakit DHF sebanyak 52 orang.
Tabel. Daftar penyakit menular terbanyak di Puskesmas Kuta Alam tahun 2011
No. BulanJenis Penyakit
DHF Malaria diare Rabies Scabies TB Kusta
1 Januari 9 0 124 0 1 0 2
2 Februari 8 0 155 1 0 0 1
3 Maret 2 0 128 1 1 0 1
4 April 4 0 75 2 1 0 0
5 Mei 4 0 51 0 0 1 0
6 Juni 3 0 70 2 0 0 2
7 Juli 2 0 49 1 0 0 2
8 Agustus 0 0 52 3 1 0 1
9 September 0 0 75 1 0 0 1
10 Oktober 4 0 59 0 0 0 1
11 November 5 0 71 2 1 0 1
12 Desember 11 0 88 3 0 0 3
Jumlah 52 0 997 16 5 1 15
Sedangkan untuk wilayah puskesmas sendiri juga dilakukan pembersihan
rutin untuk tetap menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan puskesmas. Untuk
mencegah terjadinya masalah kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan
lingkungan.
Dari hasil pengamatan di puskesmas Kuta Alam untuk pengendalian
vektor didapatkan hasil:
Tidak terdapat adanya tempat-tempat genangan air disekitar puskesmas
Saluran air yang lancar sehingga tidak ada air yang tergenang di dalam got
karena tersalurkan ke dalam parit dengan lancar
Terdapat parit yang cenderung kotor karena adanya sampah-sampah dan
lumut yang belum dibersihkan
Pada tempat-tempat penampungan air terlihat bersih dan tidak ada jentik-
jentik nyamuk didalamnya
Ruangan unit pelayanan juga terlihat bersih dengan sirkulasi udara dan
pencahayaan baik
Toilet bersih dan penerangan baik, tetapi sirkulasi udara kurang bagus
karena tidak memiliki ventilasi,
Menurut Permenkes RI No 374/MENKES/PER/III/2010 bahwa penyakit
yang ditularkan melalui vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat
menimnbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan gangguan
kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas
penyebaran vektor. Vektor merupakan artropoda yang dapat menularkan,
memindahkan atau menjadi sumber penular penyakit terhadap manusia.
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak
lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah
atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehinggga penularan penyakit
dapat dicegah.
Beberapa metode pengendalian vektor sebagai berikut:
a. Metode pengendalian fisik dan mekanis adalah upaya-upaya untuk
mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat perkembangbiakan dan
populasi vektor secara fisik dan mekanik.
Contohnya:
- Modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M,
pembersihan lumut, penanaman bakau, pengeringan,
pengaliran/drainase, dan lain-lain).
- Pemasangan kelambu
- Pemakaian baju lengan panjang
- Pemakaian hewan sebagai umpan nyamuk (cattle barrier)
b. Metode pengendalian dengan menggunakan agen antibiotik
c. Predator pemakan jentik (ikan, mina padi, dll)
d. Bakteri, virus, fungi
e. Metode pengendalian secara kimia
f. Space spray (pengkabutan panas/fogging dan dingin/ULV)
3.2.1.5 Pengendalian Pencemaran Udara dan Pengendalian Kebisingan
Dari hasil observasi pengendalian pencemaran udara dipuskesmas Kuta
Alam Banda Aceh tergolong masih memerlukan perhatian. Dalam hal ini kami
melakukan observasi untuk melihat pencemaran udara dipuskesmas tersebut. Dari
hasil observasi kami menemukan suasana tidak nyaman pada pasien dan keluarga
pasien, hal ini disebabkan oleh adanya pembangunan gedung puskesmas dimana
terdapat banyak debu yang berterbangan saat proses pembangunan yang waktu
pembangunannya sejalan dengan waktu pasien datang berobat. Keadaan tersebut
bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup pasal 6, disebutkan bahwa setiap orang berkewajiban
memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menangani
pencemaran dan pengrusakan lingkungan. Namun hal ini terjadi juga didasari
berhubung puskesmas dalam masa pembangunan gedung baru dan oleh karena itu
untuk sementara waktu selama masa pembangunan puskesmas dipindahkan
kebelakang gedung puskesmas.
Pencemaran udara merupakan salah satu dari berbagai permasalahan yang
dihadapi oleh perkotaan. Laju urbanisasi yang tinggi, motorisasi, industrialisasi
telah menyebabkan permasalahan pencemaran udara yang serius di kota-kota
besar, sehingga menyebabkan pencemaran udara menjadi salah satu ancaman
yang serius terhadap kesehatan masyarakat, masyarakat miskin perkotaan, dan
produktivitas nasional. Substansi pencemaran yang terdapat di udara dapat masuk
ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemaran
kedalam tubuh bergantung kepada jenis pencemaran. Particular berukuran besar
dapat tertahan disaluran pernapasan bagian atas, sedangkan pertikular berukuran
kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemaran diserap
oleh sistem peredaran darah dan menyebar keseluruh tubuh.
Berdasarkan peraturan pemerintah republik Indonesia no. 41 tahun 1999
tentang pengendalian pencemaran udara pasal 1 yaitu pencemaran udara adalah
masuknya atau dimasukkannya zat, energy dan atau komponen lain kedalam udara
oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara tidak dapat memenuhi fungsinya. Pengendalian udara adalah
upaya pencegahan dan atau penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan
mutu udara.
Pada pengendalian kebisingan juga menggagu aktifitas, hal ini disebabkan
aktifitas para petugas puskesmas dan pasien yang lalu-lalang dengan
berkendaraan. Namun hal ini tidak memberikan dampak yang sangat buruk karena
masih dapat teratasi, dikarenakan kebisingan tersebut terjadi tidak terus menerus.
3.2.1.6 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu upaya untuk menekan
atau menurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pelaksanaan
Kesehatan dan keselamatan kerja di Fasilitas kesehatan mencakup upaya
Kesehatan dan Keselamatan kerja di berbagai tempat kerja Fasilitas Kesehatan,
seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Poli-Klinik Rumah Bersalin, Balai Kesehatan,
Laboratorium dan Klinik Perusahan. Pemeliharan Kesehatan dan Keselamatan
kerja di Fasilitas Kesehatan sangatlah penting untuk mendukung baik bagi
masyarakat pekerja, manajemen maupun pengunjung agar dapat hidup dan
bekerja secara aman, sehat serta nyaman.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.128/Menkes/SK/II/2004 disebutkan bahwa program kesehatan kerja
merupakan upaya pengembangan puskesmas mengandung arti bahwa upaya
kesehatan yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan
di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas (Depkes, 2010).
Tujuan kesehatan kerja adalah memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan ketingkat yang
setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun kesehatan social. Mencegah
timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
tindakan/kondisi lingkungan kerjanya. Memberikan perlindungan bagi pekerja
dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor
yang membahayakan kesehatan. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu
lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan
lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain:
metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat
menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang.
Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari dinamika, akibat dan
problematika yang ditimbulkan.
Mengenai hasil observasi kesehatan dan keselamatan kerja puskesmas
Kuta Alam Banda Aceh tergolong masih memerlukan perhatian. Dalam hal ini
kami melakukan observasi dan wawancara dengan petugas laboratorium
dipuskesmas tersebut. Petugas puskesmas tidak mendapat jaminan keselamatan
kerja dari puskesmas setempat hal ini perlu dikoreksi kembali untuk
terselenggaranya system kesehatan yang memadai. Hal ini sesuai dengan Undang-
Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 pasal 23, disebutkan bahwa upaya
kesehatan kerja diselenggaran agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh
produktifitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga
kerja dimana setiap kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja (Depkes,
2004).
Berdasarkan wawancara, petugas melakukan tindakan aseptic, namun
belum memenuhi standarisasi yang telah ditentukan. Sebelum melakukan
pengambilan darah untuk dilakukan pemeriksaan, petugas laboratorium
menggunakan jas dan sarung tangan.
3.2.1.7 Hygine Lingkungan
Mengenai hasil observasi kamar mandi di Puskesmas Kuta Alam, terdapat
2 kamar mandi di poliklinik wanita dan 1 kamar mandi diruang laboratorium.
Kamar mandi dengan ukuran 2x3, dengan fasilitas bak mandi dan wc duduk. Jarak
antara wc duduk dengan bak mandi yaitu 30 cm. Kamar mandi terlihat cukup
bersih, pembersihan kamar mandi dilakukan setiap seminggu sekali dan mendapat
penerangan yang cukup baik. Namun tidak terdapat ventilasi disetiap kamar
mandi.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam toilet yang
sehat. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat
tersebut :
1. Bebas dari serangga
1. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya
dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah
bersarangnya nyamuk demam berdarah.
2. Ruangan dalam kamar mandi harus terang. Bangunan yang gelap
dapat menjadi sarang nyamuk.
3. Lantai kamar mandi diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah
yang bias menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.
4. Lantai kamar mandi harus selalu bersih dan kering.
5. Lubang kamar mandi harus tertutup.
2. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
1. Jika menggunakan kloset, lubang kloset harus ditutup setiap selesai
digunakan.
2. Jika menggunakan kloset leher angsa, permukaan leher angsa harus
tertutup rapat oleh air.
3. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa
ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran.
4. Lantai kloset harus kedap air dan permukaan bowl licin.
Pembersihan harus dilakukan secara periodik.
3. Aman digunakan oleh pemakainya
1. Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding
lubang kotoran dengan pemasangan batu bata atau bahan penguat
lain yang terdapat di daerah setempat.
4. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
1. Lantai kamar mandi rata dan miring ke arah saluran lubang
kotoran.
2. Jangan membuang plastik, punting rokok, atau benda lain
kesaluran kotoran karena dapat menyumbat saluran.
3. Jangan mengalirkan air cucian kesaluran atau lubang kotoran
karena kloset akan cepat penuh.
4. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan
pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan
minimal 2:100.
5. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
1. Kamar mandi harus berdinding dan berpintu.
2. Dianjurkan agar bangunan kamar mandi beratap sehingga
pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.
Puskesmas Kuta Alam memiliki parit yang terdapat didepan
puskesmas, lebar parit 60 cm, kedalaman 50 cm, parit ini menampung air
hujan yang berasal dari atap bangunan, air pembuangan kamar mandi, juga
sebagai pembuangan limbah medis. Aliran dari sisa-sisa tersebut dibuang
menuju selokan utama di tepi jalan raya.
Septictank puskesmas Kuta Alam terletak didepan puskesmas
dengan panjang 2 meter, lebar 2 meter dan kedalaman 5 meter. Jarak dari
sumber air tanah ke septictank kurang lebih 15 meter. Parit terlihat tidak
begitu bersih dan terdapat beberapa sisa sampah, namun air mengalir
dengan baik.
3.2.2 Pemukiman
Gampong Keuramat merupakan salah satu daerah pemukiman yang
terdapat pada Kecamatan Kuta Alam, mempunyai luas wilayah 32,00 Ha dan
jumlah penduduk 4.513 jiwa. Gampong Keuramat berbatasan dengan :
a. sebelah utara berbatasan dengan Gampong Mulia dan Jalan Pelangi;
b. sebelah timur berbatasan dengan Gampong Bandar baru dan Jalan Syiah
Kuala;
c. sebelah selatan berbatasan dengan Gampong Kuta Alam dan Jalan Tgk.
Daud Beureuh; dan
d. sebelah barat berbatasan dengan Gampong Laksana dan Gampong Mulia.
Dari hasil pengamatan di lingkungan Gampong Keuramat didapatkan hasil
sebagai berikut:
1. Tata Letak
Kawasan Gampong Keuramat merupakan salah satu daerah pemukiman yang
usianya sudah cukup tua di Banda Aceh, menurut pengakuan Tn. A seorang
warga Gampong Keuramat. Hal ini juga tampak dari beberapa bangunan yang
sudah tua dan keadaannya lebih rendah dari badan jalan. Kawasan Gampong
Keuramat sudah memenuhi syarat untuk lokasi lingkungan perumahan dan
pemukiman seperti tercantum di Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
829/MENKES/SK/VII/1999tentang Persyaratan Kesehatan Perumahanyaitu:
1. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,
aliran lahar, gelombang tsunami, longsor, dan sebagainya.
2. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah dan
bekas lokasi pertambangan.
3. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti
jalur pendaratan penerbangan.
Selain itu lingkungan Gampong Keuramat juga relatif tenang dimana keadaan
lingkungan tidak terlalu berisik. Hal ini juga diakui oleh Tn. A dan Tn. M saat
wawancara dan juga terlihat tidak banyak kendaraan yang lalu lalang di sekitar
lingkungan perumahan. Hal ini sesuai juga dengan persyaratan mengenai
tingkat kebisingan di daerah perumahan yang tercantum pada Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999tentang Persyaratan
Kesehatan Perumahan dimana tingkat kebisingan di lokasi tidak melebihi 45-
55 dbA.
Daerah Gampong Keuramat juga memiliki jalanan yang cukup baikdan
strukturnya tidak membahayakan kesehatan namun belum memiliki trotoar.
Terlihat juga adanya beberapa lampu penerang jalan yang terpasang di kiri dan
kanan jalanan di Gampong Keuramat namun tidak diketahui apakah dapat
berfungsi dengan baik. Hal ini juga masih sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan dimana kedua hal yang telah disebutkan diatas menjadi syarat yang
termasuk dalam lingkungan perumahan yang sehat namun perlu
dipertimbangkan adanya pembangunan trotoar di lingkungan ini mengingat
adanya tempat aktivitas anak kecil di lingkungan tersebut.
2. Sumber air bersih
Sumber air bersih di dapatkan warga dari perusahaan air ledeng lokal (PDAM).
Menurut pengakuan warga, Tuan M, bahwa masyarakat gampong keuramat
sudah menggunakan jasa layanan perusahaan air ledeng untuk air minum dan
air mandi, namun tetap ada yang menggunakan air dari sumur bor untuk
keperluan lain seperti mencuci. Kualitas air yang dihasilkan oleh sumur bor di
daerah gampong keuramat sendiri kurang bagus karena bercampur dengan air
sisa pembuangan. Hal ini dikarenakan oleh topologi daerah gampong keramat
yang dahulunya merupakan daerah rawa yang lebih mudah menyerap air.
Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RINo.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air minum yang secara garis besar sebagai berikut :
a. Syarat fisik :
Air harus bersih dan tidak keruh
Tidak berwarna apapun
Tidak berasa apapun
Tidak berbau apapun
Suhu antara 10-25°C
Tidak meninggalkan endapan
b. Syarat kimiawi :
Tidak mengandung bahan kimiawi yang beracun
Tidak mengandung zat kimiawi yang berlebihan
Cukup yodium
pH air antara 6,5-9,2
c. Syarat Mikrobiologi :
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri,
tipes, cholera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.
3. Sistem Sanitasi dan Drainase
Daerah Gampong Keuramat memiliki sistem sanitasi dan drainase yang sudah
terancang dengan baik. Hal ini terlihat dari adanya saluran pengaliran air
limbah berupa parit-parit yang telah dibuat di kedua pinggir jalan. Hal ini jelas
untuk mengalirkan pembuangan air limbah dari kedua sisi jalan. Namun,
disayangkan saluran ini tidak berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dimana air
buangan yang tertampung di saluran tidak mengalir dengan lancer. Hal ini
diperparah dimana terlihat adanya timbunan sampah di parit yang semakin
menghambat aliran air limbah. Hal ini tidak sesuai dengan UU No.4 Tahun
1992 dimana saluran drainase yang seharusnya berfungsi sebagai salah satu
upaya pencegahan banjir setempat. Hal ini juga disampaikan oleh Tn. A, warga
setempat, yang mengatakan bila hujan datang maka air di saluran drainase akan
naik dan akan menggenangi jalan. Bahkan buat yang halaman rumahnya lebih
rendah dari badan jalan maka halamannya akan digenangi oleh air. Menurut
Tn. A, akibat hal tersebut banyak warga di Gampong Keuramat menaikkan
tinggi lantai bangunan rumah mereka untuk mencegah air masuk ke dalam
rumah. Hal ini tidak diikuti dengan ikut menaikkan tinggi langit-langit rumah.
Sehingga jarak antara langit-langit rumah dengan lantai menjadi lebih pendek.
4. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah di daerah pemukiman gampong keramat terbilang sudah
cukup baik. Hampir setiap rumah memiliki tong sampah di depan rumahnya
dan di tengah-tengah pemukiman ada tong sampah umum yang yang dibedakan
antara sampah organik dan non-organik. Tetapi masih terlihat beberapa titik
lokasi penumpukan sampah di pinggir jalan. Petugas kebersihan datang setiap
dua hari sekali untuk mengutip sampah yang akan di bawa ke tempat
pembuangan akhir dan warga dikenakan retribusi sampah. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 tahun 2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah dimana adanya proses pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Namun, sepertinya
pihak Keuchik Gampong Keuramat dan dinas terkait harus lebih meningkatkan
kegiatan gotong royong di lingkungan agar tumpukan sampah yang terlihat
masih menumpuk dapat dibersihkan.
3.2.3 Pasar
Pasar Peunayong merupakan salah satu pasar utama kebutuhan primer
warga Banda Aceh. Secara administratif pasar ini masuk dalam Kelurahan
Peunayong, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Dari Mesjid Baiturrahman berjarak sekitar 2 km ke arah utara. Secara
geografis keletakannya cukup strategis karena berada tidak jauh dari tepi Krueng
(sungai) Aceh di sebelah barat dan sekitar 4 kilometer ke arah utaranya berbatasan
dengan laut (Selat Malaka).
Menurut menteri perdagangan (2008), pasar adalah sutu area tepat jual beli
barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat
perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun
sebutan lainnya.
Dari hasil pengamatan dilingkungan pasar peunayong didapatkan :
a) Tata Letak
Pasar Tradisional yang berada di kawasan Peunayong terletak di pusat
kota Banda Aceh. Terdiri dari pasar ayam, ikan, daging, bumbu, sayur dan
buah. Toko-toko dilingkungan pasar terlihat memiliki jarak yang sangat
dekat antara satu toko dengan toko lainnya. Begitupula jarak antara satu
penjual dengan penjual lainnya sangat berdekatan.
Menurut menteri perdagangan (2008) terdapat beberapa syarat kesehatan
lingkungan pasar, yaitu:
1. Lokasi
Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang setempat
(RUTR)
Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran
sungai, aliran lahar, rawan longsor, banjir, dan sebagainya
Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur
pendaratan penerbangan terasuk sempadan jalan
Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah
atau bekas lokasi pertambangan
Mempunyai batas wilayah yang jelas antara pasar dan
lingkungannya
2. Bangunan
Umum
Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
Penataan ruang dagang
a. Pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan
sifat dan klasifikasinya seperti: basah, kering, penjualan unggas
hidup, pemotongan unggas
b. Pembagian zoning diberi identitas yang jelas
c. Tempat penjualan daging, karkas unggas, dan ikan ditenpatkan
di tempat yang khusus
d. Setiap los (area berdasarkan zoning) memiliki lorong yang
lebarnya minimal 1,5 meter
e. Setiap los/ kios memiliki papan identitas yaitu nomor, nama
pemiliki, dan mudah dilihat
f. Jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan
bangunan pasar utama minimal 10 meter atau dibatasi tembok
dengan ketinggian minimal 1,5 meter. Khusus untuk jenis
pestisida, bahan berbahaya dan beracun (B3) dan berbahaya
lainnya ditempatkan terpisah dan tidak berdampingan dengan
zona makanan dan bahan pangan.
b) Sumber Air bersih
Sumber air bersih yang didapatkan oleh para penjual beberapanya didapat
dari air sumur bor, namun karena jumlah air dari sumber tersebut tidak
mencukupi, maka sebagian penjual mengaku mendapatkan sumber air dari
sungai. Hal ini sebenarnya tidak sesuai dengan kaidah kesehatan
lingkungan, yang menyebutkan bahwa syarat air bersih adalah :
d. Syarat fisik :
Air harus bersih dan tidak keruh
Tidak berwarna apapun
Tidak berasa apapun
Tidak berbau apapun
Suhu antara 10-25°C
Tidak meninggalkan endapan
e. Syarat kimiawi :
Tidak mengandung bahan kimiawi yang beracun
Tidak mengandung zat kimiawi yang berlebihan
Cukup yodium
pH air antara 6,5-9,2
f. Syarat Mikrobiologi :
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri,
thypus, cholera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.
Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh
manusia sepanjang masa. Sumber air yang banyak dipergunakan oleh
masyarakat adalah berasal dari :
1. Air Permukaan, yaitu air yang mengalir di permukaan bumi akan
membentuk air permukaan. Air ini umumnya mendapat pengotoran
selama pengalirannya.
2. Air Tanah, secara umum terbagi menjadi : air tanah dangkal yaitu
terjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah, sedangkan
air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama.
3. Air Atmosfer/meteriologi/air hujan, dalam keadaan murni sangat
bersih tetapi sering terjadi pengotoran karena industri, debu dan lain
sebagainya. (Waluyo, 2005).
Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak
diperhatikan, maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu
kesehatan manusia. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan
standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah
banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan
manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan
industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa
sumber air secara umum berasal dari sungai yang terletak di bagian
belakang pasar dan sumur bor/ gali.
Air sumur merupakan sumber air yang paling banyak dipergunakan
masyarakat Indonesia. Sumur gali yang dipandang memenuhi syarat
kesehatan ialah (Sanropie, 1986) :
1. Lokasi
Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran misalnya jamban,
tempat pembuangan air kotor, lubang resapan, tempat pembuangan
sampah, kandang ternak dan tempat-tempat pembuangan kotoran
lainnya.
Pada tempat-tempat yang miring misalnya pada lereng-lereng
pegunungan, letak sumur gali diatas sumber pencemaran.
Lokasi sumur gali harus terletak pada daerah yang lapisan tanahnya
mengandung air sepanjang musim.
Lokasi sumur gali supaya diusahakan pada daerah yang bebas
banjir.
2. Konstruksi
Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter dari permukaan
tanah untuk mencegah rembesan dari air permukaan.
Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 meter dari
permukaan tanah untuk mencegah rembesan air bekas pemakaian
ke dalam sumur.
Cara pengambilan air dari dalam sumur sedemikian rupa sehingga
dapat mencegah masuknya kotoran kembali melalui alat yang
dipergunakan misalnya pompa tangan, timba dengan kerekan dan
sebagainya.
Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi lantai dengan tepi
luar dinding sumur minimal 1 meter dengan kemiringan ke arah
tepi lantai.
Saluran pembuangan air kotor atau bekas harus kedap air sepanjang
minimal 10 meter dihitung dari tepi sungai.
Dilengkapi dengan sumur atau lubang resapan air limbah bagi
daerah yang tidak mempunyai saluran penerimaan air limbah.
c) Pengelolaan Air buangan dan pencemaran
Sanitasi lingkungan disekitar pasar peunayong terlihat kotor, tidak
terperhatikan seperti keberadaan parit – parit disekitar pasar yang kurang
dalam dan tidak bersih sehingga menyebabkan aliran air tidak lancar. Hal
ini dapat menyebabkan genangan air dimana-mana di lantai pasar.
Pada pasar ikan, ayam, daging, parit dibuat di antara deretan penjual dan
dialirkan kesungai peunayong yang berada dibelakang pasar. Air buangan
dialirkan ke parit-parit yang telah dibuat namun aliran ini tidak lancar
akibat masih adanya sampah padat yang berada dalam parit pembuangan
air buangan tidak dilakukan diparit namun dilantai sehingga
penyerapannya lama. Menurut pengakuan beberapa penjual sampah padat
dalam parit akan dibersihkan oleh dinas kebersihan pada saat malam hari.
d) Pengelolaan sampah
Sampah dari pasar peunayong dikumpulkan di kontainer di depan pasar
yang tersedia sejumlah tiga sampai lima buah. Masing-masing pedagang
bertanggung jawab terhadap sampah padat yang dihasilkan dalam proses
jual beli. Sampah padat yang berada di lingkungan pasar dan parit akan
dikumpulkan oleh petugas dinas kebersihan yang nanti akhirnya akan
dibawa ketempat pembuangan akhir.
Hal ini telah sesuai dengan kriteria pengelolaan sampah yang berdasarkan
kesehatan lingkungan dimana pengelolaan sampah haruslah:
Setiap kios/ los/ lorong tersedia tempat sampah basah dan kering
Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuta, tertutup, dan
mudah dibersihkan
Tersedia alat angkut sampah yang kuat, mudah dibersihkan, dan
mudah dipindahkan
Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kedap air atau
kontainer, kuat, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau petugas
pengangkut sampah
TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor) penular
penyakit
Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10
meter dari bangunan pasar
Sampah diangkut minimal 1x24 jam