bab iii

48
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kegiatan Lapangan Kegiatan lapangan dilakukan secara langsung di puskesmas Kuta Alam dan pemukiman penduduk yang merupakan wilayah cakupan puskesmas Kuta Alam. Aspek yang ditinjau dari kegiatan adalah penyediaan air minum dan air besih, pengelolaan air buangan, pengelolaan sampah medis dan non medis, pengendalian vektor penyakit, hygiene lingkungan, pengendalian pencemaran udara, program kesehatan dan keselamatan kerja, pengendalian kebisingan perumahan dan pemukiman, serta tindakakn sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemiologi wabah dan bencana alam penduduk. Kegiatan ini dilakukan secara rinci pada: Lokasi : Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tempat : Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh Waktu : Selasa, 12 Februari 2013 Pukul : 10.00 WIB 3.2 Analisis dan Pembahasan 3.2.1 Puskesmas 3.2.1.1 Bangunan dan Tata Ruang Bangunan puskesmas Kuta Alam saat ini sedang mengalami renovasi sehingga kegiatan pelayanan masyarakat dipindahkan di rumah – rumah dinas dokter dan perawat yang ada di sekitar puskesmas. Kondisi Puskesmas Kuta

Upload: chuck55

Post on 12-Dec-2014

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kegiatan Lapangan

Kegiatan lapangan dilakukan secara langsung di puskesmas Kuta Alam

dan pemukiman penduduk yang merupakan wilayah cakupan puskesmas Kuta

Alam. Aspek yang ditinjau dari kegiatan adalah penyediaan air minum dan air

besih, pengelolaan air buangan, pengelolaan sampah medis dan non medis,

pengendalian vektor penyakit, hygiene lingkungan, pengendalian pencemaran

udara, program kesehatan dan keselamatan kerja, pengendalian kebisingan

perumahan dan pemukiman, serta tindakakn sanitasi yang berhubungan dengan

keadaan epidemiologi wabah dan bencana alam penduduk. Kegiatan ini dilakukan

secara rinci pada:

Lokasi : Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh

Tempat : Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh

Waktu : Selasa, 12 Februari 2013

Pukul : 10.00 WIB

3.2 Analisis dan Pembahasan

3.2.1 Puskesmas

3.2.1.1 Bangunan dan Tata Ruang

Bangunan puskesmas Kuta Alam saat ini sedang mengalami renovasi sehingga

kegiatan pelayanan masyarakat dipindahkan di rumah – rumah dinas dokter dan

perawat yang ada di sekitar puskesmas. Kondisi Puskesmas Kuta Alam saat ini

memiliki 2 bangunan yang terpisah dari sentral pelayanan puskesmas.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada puskesmas Kuta Alam terhadap

struktur bangunan yaitu:

1. Luas area puskesmas pertama berupa rumah toko dengan luas ± 7 m x 20

m dari terdiri dua lantai

2. Luas area puskesmas kedua terdiri dari ±15 m x 30 m yang merupakan

rumah dinas yang digunakan sebagai pelayanan kesehatan.

Page 2: BAB III

3. Kedua Bangunan puskesmas dikelilingi oleh pagar dengan jarak 2 meter

dari jalan

4. Puskesmas pertama terdiri dari 2 lantai dimana lantai pertama terdiri dari 4

ruangan, yaitu: poli wanita, poli anak, poli gigi dan kamar mandi. Pada

lantai dua puskesmas Kuta Alam terdiri dari 6 ruangan, yaitu : KIA, KB,

Imunisasi, gizi , ruang kepala puskesmas dan kamar mandi.

5. Setiap ruangan rata – rata memiliki luas 4 x 5 meter , terdapat 4 buah

jendela dengan ukuran 150 cm x 200cm dan jumlah ventilasi disesuaikan

dengan jumlah jendela .

6. Luas area puskesmas kedua terdiri dari 4 ruangan , yaitu ruang periksa pria

dan IGD, ruang kartu, apotik dan laboratorium . setiap ruangan memiliki

luas rata - rata 4 x 4 meter kecuali pada ruangan laboratorium yang

memiliki luas 6 x 6 meter.

Keadaan penerangan pada puskesmas Kuta Alam saat ini dinilai sangat

kurang, karena tidak masuknya sinar matahari yang dapat membantu penerangan

di siang hari, hal ini diakibatkan jumlah jendela yang tidak sesuai dengan

bangunan yang ada.

Saat ini fasilitas di luar puskesmas yang ada sudah cukup memadai, adapun

tempat duduk yang disediakan di depan ruangan masing–masing cukup

menampung jumlah kunjungan pasien yang berobat ke puskesmas kuta alam.

Fasilitas parkir di puskesmas Kuta Alam saat ini sangat tidak memadai , terlihat

dari banyaknya mobil parkir sembarangan di depan puskesmas Kuta Alam yang

dapat menganggu kelancaran berkendara serta membahayakan pengemudi lainya .

Berdasarkan pengamatan tersebut bahwa sarana dan bangunan puskesmas

Kuta Alamsaat ini dinyatakan tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan,

terlihat dari bangunan-bangunan yang ada, jumlah ventilasi untuk sirkulasi udara

yang kurang baik serta memungkinkan terjadinya kecelakaan yang disebabkan

tidak tertatarapinya lokasi parkir untuk kendaraan bermotor.

Pada dasarnya penyelenggaraan sarana dan bangunan umum berada di luar

kewenangan Kementrian Kesehatan, namun sarana dan bangunan umum tersebut

Page 3: BAB III

harus memenuhi persyaratan kesehatan. Terlihat dari undang-undang No. 23

tahun 1992 tentang kesehatan. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan pada

sarana dan bangunan umum merupakan pengelolaan faktor resiko lingkungan

sebagai tindak lanjut hasil surveillensi epidemiologi. Untuk itu diperlukan

pedoman penyehatan sarana dan bangunan umum yang merupakan arah dan

penjabaran teknis dari penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan merupakan

bagian tak terpisahkan dengan keputusan menteri kesehatan tentang persyaratan

kesehatan lingkungan yang sudah ada.

3.2.1.2 Penyediaan air bersih dan air minum

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap penyediaan air bersih dan

air minum di Puskesmas Kuta Alam diperoleh hasil:

Ditemukan pipa-pipa yang mengalirkan air PDAM ke lingkungan

puskesmas.

Ditemukan tempat penampungan air bersih di dalam kawasan puskesmas

Ditemukan sumur di dalam kawasan puskesmas

Ditemukan air galon isi ulang yang digunakan untuk kebutuhan air minum

di puskesmas

Dari hasil wawancara dengan bagian kesehatan lingkungan (ibu Fitria) di

puskesmas dijelaskan bahwa untuk penyediaan air bersih di puskesmas digunakan

air PDAM dan air sumur hanya digunakan untuk menyiram tanaman dan

keperluan lain di puskesmas, sedangkan untuk keperluan air minum menggunakan

air isi ulang.

Menurut Slamet (2007), air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan

manusia. Dengan demikian semakin naik jumlah penduduk dan laju

pertumbuhannya semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air. Untuk

dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang semakin meningkat

diperlukan industrialisasi yang dengan sendirinya akan meningkatkan lagi

aktivitas penduduk serta beban penggunaan sumber daya air. Beban pengotoran

air juga akan bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan. Sebagai

akibatnya saat ini sumber air minum dan air bersih semakin langka.

Page 4: BAB III

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air

bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih

yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit dimasyarakat. Volume rata-rata

kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 1500-2000 liter. Kebutuhan

air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan dan

kebiasaan masyarakat.

Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia

pada saat memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air minum/bersih

bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit bawaan air. Dengan demikian

diharapkan, bahwa semakin banyak liputan masyarakat dengan air bersih, semakin

turun morbiditas penyakit bawaan air ini (Slamet, 2007).

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara

langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air

disebut sebagai waterborne disease atau water-related disease. Berdasarkan cara

penularannya, mekanisme penularan penyakit terbagi menjadi empat, yaitu :

a. Waterborne mechanism, didalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air

yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada

manusia melalui mulut atau sistem pencernaan.

b. Waterwashed mechanism, mekanisme penularan semacam ini berkaitan

dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat

tiga cara penularan, yaitu : (a) infeksi melalui alat pencernaan, (b) infeksi

melalui kulit dan mata dan (c) penularan melalui binatang pengerat.

c. Water-based mechanism, penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini

memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya didalam

tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup didalam air.

d. Water-related insect vector mechanism, agen penyakit ditularkan melalui

gigitan serangga yang berkembang biak didalam air.

Menurut Permenkes RI Nomor 492/MENKES/IV/2010 tentang

persyaratan kualitas air minum terdapat dua parameter penilaian yaitu parameter

wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib, terbagi menjadi parameter yang

berhubungan langsung dengan kesehatan yang berkaitan dengan bakteriologi serta

Page 5: BAB III

kimia anorganik yang terdapat pada air minum, dimana terdapat batas jumlah

yang diperbolehkan untuk suatu air minum dan parameter yang tidak

berhubungan langsung dengan kesehatan berkaitan dengan kualitas fisik air dan

kimiawi.

Tabel parameter wajib kualitas air minum menurut permenkes :

No. Jenis Parameter SatuanJumlah yang

Diperbolehkan

1 Parameter yang

berhubungan langsung

dengan kesehatan

Parameter Mikrobiologi

E. Coli Jumlah per 100 ml

sampel

0

Bakteri koliform Jumlah per 100 ml

sampel

0

Kimia anorganik

Arsen mg/l 0,01

Fulorida mg/l 1,5

Total kromium mg/l 0,05

Kadmium mg/l 0,003

Nitrit mg/l 3

Nitrat mg/l 50

Sianida mg/l 0,07

Selenium mg/l 0,01

2 Parameter yang tidak

berhubungan langsung

dengan kesehatan

a.Parameter fisik

Bau Tidak berbau

Page 6: BAB III

Warna TCU 15

Total zat padat terlarut mg/l 500

Kekeruhan NTU 5

Rasa Tidak berasa

Suhu C Suhu udara+3

b. Parameter kimiawi

Aluminium mg/l 0,2

Besi mg/l 0,3

Kesadahan mg/l 500

Klorida mg/l 250

Mangan mg/l 0,4

pH 6,5-8,5

Seg mg/l 3

Sulfat mg/l 250

Tembaga mg/l 2

Amonia mg/l 1,5

Persyaratan tambahan untuk kualitas air minum dinilai berdasarkan dua

kriteria penilaian yaitu secara kimiawi dan radioaktifitas tidak boleh melalui

batas-batas tertentu yang telah ditetapkan dalam Permenkes No.

492/MENKES/PER/IV/2010.

Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya

diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidak-tidaknya

diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai

persyaratan sebagai berikut:

1. Syarat Fisik

Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah tidak berwarna, tidak

berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya. Cara mengenal air yang

memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.

2. Syarat Bakteriologis

Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri,

terutama bakteri patogen. Cara ini untuk mengetahui apakah air minum

Page 7: BAB III

terkontaminasi oleh bakteri patogen, adalah dengan memeriksa sampel air

tersebut.

3. Syarat Kimia

Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah

yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam

air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. (Slamet, 2007).

3.2.1.3 Pengelolaan Sampah dan Limbah Puskesmas

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pengelolaan sampah pada

Puskesmas Kuta Alam dilakukan melalui dua cara, yang pertama sampah medis

dikelola dengan bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa

(RSUD Meuraxa). Awalnya sampah dikumpulkan di puskesmas kemudian setiap

3 bulan sampah medis dibawa ke RSUD Meuraxa untuk dimusnahkan. Sedangkan

untuk sampah non medis dikumpulkan di tong sampah setiap unit-unit fungsional

kemudian dibuang ke tempat pembuangan sementara berupa keranjang sampah

yang diletakkan di depan puskesmas dan setiap pagi diangkut oleh truk

pembuangan sampah dari Dinas Kebersihan Kota Banda Aceh.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pengelolaan sampah pada

Puskesmas Kuta Alam dilakukan melalui dua cara, yang pertama sampah medis

dikelola dengan bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa

(RSUD Meuraxa). Awalnya sampah dikumpulkan di puskesmas kemudian setiap

3 bulan sampah medis dibawa ke RSUD Meuraxa untuk dimusnahkan. Sedangkan

untuk sampah non medis dikumpulkan di tong sampah setiap unit pelayanan

kemudian dibuang ke tempat pembuangan sementara berupa keranjang sampah

yang diletakkan di depan puskesmas dan setiap pagi diangkut oleh mobil

pembuangan sampah dari Dinas Kebersihan Kota Banda Aceh. Dari hasil

wawancara juga didapatkan penjelasan bahwa untuk kebersihan setiap harinya

petugas kebersihan di puskesmas bekerja mulai sejak pukul 07.00 hingga 14.00

WIB. Petugas melakukan tugas pembersihan rutin dan setiap kali ruangan terlihat

kotor, petugas akan langsung membersihkan ruangan tersebut.

Dari hasil pengamatan di puskesmas didapatkan bahwa pada setiap unit

pelayanan di puskesmas terdapat masing-masing tong sampah yang telah

Page 8: BAB III

dipisahkan antara sampah medis dan non medis. Sampah medis dibedakan lagi

menjadi 2 bagian, yaitu untuk sampah medis berupa benda tajam dan satu lagi

untuk sampah non benda tajam. Namun pengelolaannya belum begitu baik, karena

masih banyak terlihat sampah nonmedis yang dibuang ke tempat sampah medis.

Sedangkan tempat sampah non medis terlihat kosong. Untuk pengumpulan

sampah non medis juga masih belum baik karena hanya dikumpulkan dalam

keranjang yang berlubang bukan dalam sebuah bak tertutup, sehingga terlihat

tidak bersih dan mengganggu lingkungan puskesmas. Dari hasil pengamatan juga

didapatkan Masih terdapat beberapa sampah yang berserakan dipekarangan

puskesmas.

Menurut Notoatmodjo (2007), sampah merupakan suatu bahan atau benda

padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah

digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan

masyarakat membuat batasan sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak

digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal

dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Agar dapat mempermudah pengelolaannya, sampah dapat dibedakan atas

dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sebagai berikut (Soemirat, 2006):

Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah

kebun, pertanian dan lainnya.

Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam

dan lainnya.

Sampah yang berupa debu atau abu.

Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah

berasal dari industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis

berbahaya.

Sampah yang mudah membusuk (garbage) dapat terjadi karena aktivitas

mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik

dalam pengumpulan maupun dalam pembuangannya. Bagi lingkungan sampah

jenis ini relatif kurang berbahaya karena dapat terurai dengan sempurna menjadi

zat-zat organik yang berguna bagi fotosintesis tumbuh-tumbuhan.

Page 9: BAB III

Sampah yang tidak membusuk (refuse) apabila memungkinkan sebaiknya

didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui suatu proses

ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan

proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran.

Sampah berupa debu atau abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan

bakar ataupun sampah tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk

mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang beracun,

maka abu ini pun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan masyarakat.

Sampah berbahaya (B3) merupakan sampah yang karena jumlahnya, atau

konsentrasinya, atau karena sifat kimiawi, fisika dan mikrobiologinya dapat (a)

meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara bermakna atau menyebabkan

penyakit yang tidak reversible, (b) berpotensi menimbulkan bahaya sekarang

maupun di masa yang akan datang terhadap kesehatan ataupun lingkungan apabila

tidak diolah, ditransport, disimpan dan dibuang dengan baik.

Sampah, baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh

berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting

antara lain adalah:

- Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak

penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun

berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

- Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi

masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang.

Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk.

Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia,

peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan

persampahan.

- Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun

kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam.

Untuk dapat mengatasi dan mengurangi produksi sampah kita dapat

melakukan teknik pembuangan sampah. Teknik pembuangan sampah dapat dilihat

mulai dari sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir sampah. Baik

Page 10: BAB III

dari segi kualitas maupun kuantitas dengan cara meningkatkan pemeliharaan dan

kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi sampah, meningkatkan efisiensi

penggunaan bahan baku, dan meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai

secara alamiah. Semua usaha ini memerlukan kesadaran masyarakat serta peran

sertanya pemerintah (Slamet, 2007).

Selanjutnya pengelolaan ditujukan pada pengumpulan sampah mulai dari

produsen sampai pada tempat pembuangan akhir (TPA) dengan membuat tempat

penampungan sampah sementara (TPS), transportasi yang sesuai lingkungan dan

pengelolaan pada TPA. Sebelum dimusnahkan, sampah dapat pula diolah dahulu

baik untuk memperkecil volume, untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali.

Pengelolaan air limbah dan sisa buangan dilakukan melalui pembuangan ke

saluran air yang nantinya mengalir ke got-got kecil menuju ke dalam parit yang

ada di luar puskesmas. Sedangkan untuk pembuangan kotoran manusia dilakukan

melalui pipa yang disalurkan ke dalam tempat penampungan limbah yang ada di

puskesmas.

Dari hasil pengamatan juga terlihat got-got kecil di dalam kawasan

puskesmas yang menampung sisa-sisa buangan air yang dialirkan melalui pipa

yang berasal dari toilet,westafel, dan tempat-tempat lain.Kemudian air yang

masuk ke dalam got tersebut akanmengalir ke dalam parit di luar puskesmas.

Tidak terlihat sampah atau benda lainnya dalam aliran parit sehingga tidak akan

mengganggu kelancaran pembuangan limbah.

Menurut Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004, limbah

puskesmas adalah semua limbah baik yang berbentuk padat, cair maupun gas

yang berasal dari kegiatan puskesmas baik kegiatan medis maupun non medis

yang kemungkinan besar mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan

radioaktif. Apabila tidak ditangani dengan baik, limbah puskesmas dapat

menimbulkan masalah baik dari aspek pelayanan maupun estetika. Selain dapat

menyebabkan pencemaran lingkungan dan menjadi sumber penularan penyakit.

Oleh karena itu, pengelolaan limbah puskesmas perlu mendapat perhatian yang

serius dan memadai agar dampak negative yang terjadi dapat dihindari atau

dikurangi.

Page 11: BAB III

Menurut Candra (2007), limbah yang dihasilkan dari puskesmas dapat

dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

a. Limbah Medis, terdiri dari :

1) Limbah Padat Medis

Limbah padat medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan

diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan

tersebut juga kegiatan medis di ruang poliklinik, perawatan, bedah,

kebidanan, otopsi, farmasi danruang laboratorium.

2) Limbah Cair Medis

Limbah cair medis adalah limbah cair yang mengandung zatberacun,

seperti bahan-bahan kimia anorganik. Zat-zat organik yang berasal dari air

bilasan ruang bedah dan autopsi apabila tidak dikelola dengan baik atau

langsung dibuang ke saluran pembuangan umum akan sangat berbahaya

dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta mencemari

lingkungan.

b. Limbah Non Medis, terdiri dari :

1) Limbah Padat Non Medis

Limbah padat non medis adalah semua limbah padat diluarlimbah padat

medis, berupa kertas, karton, kaleng, botol, sisa makanan, sisa kemasan,

kayu, logam, daun, serta ranting, dan sebagainya, yang dihasilkan dari

berbagai kegiatan, yaitu :

a. Kantor atau administrasi

b. Unit perlengkapan

c. Ruang tunggu

d. Ruang inap

e. Unit gizi atau dapur

f. Halaman parkir dan taman

g. Unit pelayanan

2) Limbah Cair Non Medis

Limbah cair non medis merupakan limbah puskesmas yangberupa :

Page 12: BAB III

a. Kotoran manusia seperti tinja dan air kemih yang berasal dari kloset dan

peturasan di dalam toilet atau kamar mandi.

b. Air bekas cucian yang berasal dari lavatory atau drain lantai dari ruangan-

ruangan di puskesmas.

Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa

suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau

beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik

secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau

merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,

kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Klasifikasi limbah B3 yang berasal dari puskesmas adalah :

a. Limbah Infeksius

Limbah infeksius adalah limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri,

virus, parasit, atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk

menyebabkan penyakit pada penjamu yang rentan. Limbah yang termasuk

dalam kategori ini meliputi :

1) Kultur dan stok agen infeksius dari aktivitas laboratorium.

2) Limbah buangan hasil operasi dan otopsi pasien yang menderita penyakit

menular, misalnya : jaringan dan materi atau peralatan yang terkena darah

atau cairan tubuh lain.

3) Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bangsal isolasi

misalnya : ekskreta, pembalut luka bedah, luka yang terinfeksi, pakaian

yang terkena darah pasien, atau cairan tubuh yang lain.

b. Limbah Patologis

Limbah patologis terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh, janin manusia

dan bangkai hewan, darah dan cairan tubuh.

c. Limbah Benda Tajam

Benda tajam merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau

luka tusuk antara lain jarum, jarum suntik, skalpel dan jenis belati lain, pisau,

peralatan infus, gergaji, pecahan kaca, dan paku.Baik terkontaminasi maupun

Page 13: BAB III

tidak, benda semacam itu biasanya dipandang sebagai limbah yang sangat

berbahaya

d. Limbah Farmasi

Limbah farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin, dan serum

yang sudah kadaluwarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang

tidak diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat. Limbah ini juga

mencakup barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk menangani

produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan,

masker, slang penghubung, dan ampul obat.

e. Limbah Genotoksik

Limbah genotoksik sangat berbahaya dan bersifat mutagenik, teratogenik,

atau karsinogenik. Limbah genotoksik mencakup obat-obatan sitotoksik

tertentu, muntahan, urine atau tinja pasien yang diterapi dengan obat-obatan

sitotoksik (sering dipakai dalam terapi kanker), zat kimia, maupun radioaktif.

f. Limbah Kimia

Limbah kimia mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair maupun

gas yang berasal, misalnya dari aktivitas diagnostik dan eksperimen serta dari

pemeliharaan kebersihan, aktivitas keseharian, dan prosedur pemberian

desinfektan dan limbah laboratorium.Limbah ini dikatakan berbahaya jika

memilki sedikitnya satu dari beberapa sifat berikut :

- Toksik;

- Korosif (yaitu asam dengan PH <2 dan basa dengan PH>12);

- Mudah terbakar;

Pengelolaan limbah B3 puskesmas secara efektif adalah meliputi pemilahan,

pengumpulan, penampungan, pangangkutan, pemusnahan dan pembuangan akhir.

a. Tahap Pemilahan :

- Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan

limbah.

- Di setiap sumber penghasil limbah harus tersedia tempat pewadahan yang

terpisah antara limbah medis dengan limbah non medis.

b. Tahap Pengumpulan

Page 14: BAB III

- Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa

memperhatikan kontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti

bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak

berkepentingan tidak dapat membukanya.

- Pewadahan limbah harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan

wadah dan label seperti tabel 2.1 berikut ini :

- Limbah jangan menumpuk pada satu titik pengumpulan yang telah dipilah.

- Limbah dikumpulkan setiap hari (atau sesuai frekuensi yang ditetapkan)

c. Tahap Pengangkutan

- Limbah harus diangkut di dalam puskesmas atau ke fasilitas lain dengan

menggunakan troli, container atau gerobak khusus yang tidak digunakan

untuk tujuan lain.

- Kendaraan pengangkut limbah harus dibersihkan dan didesinfeksi dengan

desinfektan yang tepat.

d. Tahap Penampungan

- Lokasi penampungan harus dirancang agar berada di dalamwilayah

Puskesmas yang ditempatkan secara khusus.

- Limbah baik dalam kantong maupun container, harus ditampung di area,

ruangan, atau bangunan yang terpisah yang ukurannya sesuai dengan

kuantitas limbah yang dihasilkan dan frekuensi pengumpulannya.

e. Pemusnahan dan Pembuangan Akhir

Limbah medis tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat

pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan, maka

dilakukan pengolahan atau pemusnahan disesuaikan dengan kemampuan

puskesmas dan jenis limbah yang dihasilkan.

3.2.1.4 Pengendalian Vektor Penyakit

Program pengendalian vektor penyakit telah menjadi bagian kegiatan

pencegahan penyakit di puskesmas Kuta Alam. Dari wawancara dijelaskan untuk

pengendalian vektor penyakit setiap 3 bulan dilakukan beberapa kegiatan

pencegahan seperti pemberian bubuk ABT kepada warga untuk pencegahan

penyakit demam berdarah, fogging yang dilakukan di pemukiman masyarakat,

home visit dan penyuluhan ke rumah–rumah penduduk. Kegiatan ini dilakukan

Page 15: BAB III

dengan kerjasama dokter, perawat, dan petugas kesling yang bekerja di puskesmas

tersebut.Materi penyuluhan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan informasi

mengenai pengetahuan penyakit yang sering terjadi dalam masyarakat.Dari data

penyakit menular di atas penyakit yang paling banyak ditemukan adalah penyakit

diare yaitu sebesar 997 orang kemudian disusul penyakit DHF sebanyak 52 orang.

Tabel. Daftar penyakit menular terbanyak di Puskesmas Kuta Alam tahun 2011

No. BulanJenis Penyakit

DHF Malaria diare Rabies Scabies TB Kusta

1 Januari 9 0 124 0 1 0 2

2 Februari 8 0 155 1 0 0 1

3 Maret 2 0 128 1 1 0 1

4 April 4 0 75 2 1 0 0

5 Mei 4 0 51 0 0 1 0

6 Juni 3 0 70 2 0 0 2

7 Juli 2 0 49 1 0 0 2

8 Agustus 0 0 52 3 1 0 1

9 September 0 0 75 1 0 0 1

10 Oktober 4 0 59 0 0 0 1

11 November 5 0 71 2 1 0 1

12 Desember 11 0 88 3 0 0 3

Jumlah 52 0 997 16 5 1 15

Sedangkan untuk wilayah puskesmas sendiri juga dilakukan pembersihan

rutin untuk tetap menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan puskesmas. Untuk

mencegah terjadinya masalah kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan

lingkungan.

Dari hasil pengamatan di puskesmas Kuta Alam untuk pengendalian

vektor didapatkan hasil:

Tidak terdapat adanya tempat-tempat genangan air disekitar puskesmas

Page 16: BAB III

Saluran air yang lancar sehingga tidak ada air yang tergenang di dalam got

karena tersalurkan ke dalam parit dengan lancar

Terdapat parit yang cenderung kotor karena adanya sampah-sampah dan

lumut yang belum dibersihkan

Pada tempat-tempat penampungan air terlihat bersih dan tidak ada jentik-

jentik nyamuk didalamnya

Ruangan unit pelayanan juga terlihat bersih dengan sirkulasi udara dan

pencahayaan baik

Toilet bersih dan penerangan baik, tetapi sirkulasi udara kurang bagus

karena tidak memiliki ventilasi,

Menurut Permenkes RI No 374/MENKES/PER/III/2010 bahwa penyakit

yang ditularkan melalui vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat

menimnbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan gangguan

kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas

penyebaran vektor. Vektor merupakan artropoda yang dapat menularkan,

memindahkan atau menjadi sumber penular penyakit terhadap manusia.

Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk

menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak

lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah

atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehinggga penularan penyakit

dapat dicegah.

Beberapa metode pengendalian vektor sebagai berikut:

a. Metode pengendalian fisik dan mekanis adalah upaya-upaya untuk

mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat perkembangbiakan dan

populasi vektor secara fisik dan mekanik.

Contohnya:

- Modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M,

pembersihan lumut, penanaman bakau, pengeringan,

pengaliran/drainase, dan lain-lain).

- Pemasangan kelambu

- Pemakaian baju lengan panjang

Page 17: BAB III

- Pemakaian hewan sebagai umpan nyamuk (cattle barrier)

b. Metode pengendalian dengan menggunakan agen antibiotik

c. Predator pemakan jentik (ikan, mina padi, dll)

d. Bakteri, virus, fungi

e. Metode pengendalian secara kimia

f. Space spray (pengkabutan panas/fogging dan dingin/ULV)

3.2.1.5 Pengendalian Pencemaran Udara dan Pengendalian Kebisingan

Dari hasil observasi pengendalian pencemaran udara dipuskesmas Kuta

Alam Banda Aceh tergolong masih memerlukan perhatian. Dalam hal ini kami

melakukan observasi untuk melihat pencemaran udara dipuskesmas tersebut. Dari

hasil observasi kami menemukan suasana tidak nyaman pada pasien dan keluarga

pasien, hal ini disebabkan oleh adanya pembangunan gedung puskesmas dimana

terdapat banyak debu yang berterbangan saat proses pembangunan yang waktu

pembangunannya sejalan dengan waktu pasien datang berobat. Keadaan tersebut

bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan

lingkungan hidup pasal 6, disebutkan bahwa setiap orang berkewajiban

memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menangani

pencemaran dan pengrusakan lingkungan. Namun hal ini terjadi juga didasari

berhubung puskesmas dalam masa pembangunan gedung baru dan oleh karena itu

untuk sementara waktu selama masa pembangunan puskesmas dipindahkan

kebelakang gedung puskesmas.

Pencemaran udara merupakan salah satu dari berbagai permasalahan yang

dihadapi oleh perkotaan. Laju urbanisasi yang tinggi, motorisasi, industrialisasi

telah menyebabkan permasalahan pencemaran udara yang serius di kota-kota

besar, sehingga menyebabkan pencemaran udara menjadi salah satu ancaman

yang serius terhadap kesehatan masyarakat, masyarakat miskin perkotaan, dan

produktivitas nasional. Substansi pencemaran yang terdapat di udara dapat masuk

ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemaran

kedalam tubuh bergantung kepada jenis pencemaran. Particular berukuran besar

dapat tertahan disaluran pernapasan bagian atas, sedangkan pertikular berukuran

Page 18: BAB III

kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemaran diserap

oleh sistem peredaran darah dan menyebar keseluruh tubuh.

Berdasarkan peraturan pemerintah republik Indonesia no. 41 tahun 1999

tentang pengendalian pencemaran udara pasal 1 yaitu pencemaran udara adalah

masuknya atau dimasukkannya zat, energy dan atau komponen lain kedalam udara

oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan udara tidak dapat memenuhi fungsinya. Pengendalian udara adalah

upaya pencegahan dan atau penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan

mutu udara.

Pada pengendalian kebisingan juga menggagu aktifitas, hal ini disebabkan

aktifitas para petugas puskesmas dan pasien yang lalu-lalang dengan

berkendaraan. Namun hal ini tidak memberikan dampak yang sangat buruk karena

masih dapat teratasi, dikarenakan kebisingan tersebut terjadi tidak terus menerus.

3.2.1.6 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu upaya untuk menekan

atau menurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pelaksanaan

Kesehatan dan keselamatan kerja di Fasilitas kesehatan mencakup upaya

Kesehatan dan Keselamatan kerja di berbagai tempat kerja Fasilitas Kesehatan,

seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Poli-Klinik Rumah Bersalin, Balai Kesehatan,

Laboratorium dan Klinik Perusahan. Pemeliharan Kesehatan dan Keselamatan

kerja di Fasilitas Kesehatan sangatlah penting untuk mendukung baik bagi

masyarakat pekerja, manajemen maupun pengunjung agar dapat hidup dan

bekerja secara aman, sehat serta nyaman.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.128/Menkes/SK/II/2004 disebutkan bahwa program kesehatan kerja

merupakan upaya pengembangan puskesmas mengandung arti bahwa upaya

kesehatan yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan

di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas (Depkes, 2010).

Page 19: BAB III

Tujuan kesehatan kerja adalah memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan ketingkat yang

setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun kesehatan social. Mencegah

timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh

tindakan/kondisi lingkungan kerjanya. Memberikan perlindungan bagi pekerja

dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor

yang membahayakan kesehatan. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu

lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan

lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain:

metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat

menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang.

Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari dinamika, akibat dan

problematika yang ditimbulkan.

Mengenai hasil observasi kesehatan dan keselamatan kerja puskesmas

Kuta Alam Banda Aceh tergolong masih memerlukan perhatian. Dalam hal ini

kami melakukan observasi dan wawancara dengan petugas laboratorium

dipuskesmas tersebut. Petugas puskesmas tidak mendapat jaminan keselamatan

kerja dari puskesmas setempat hal ini perlu dikoreksi kembali untuk

terselenggaranya system kesehatan yang memadai. Hal ini sesuai dengan Undang-

Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 pasal 23, disebutkan bahwa upaya

kesehatan kerja diselenggaran agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa

membahayakan dirinya sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh

produktifitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga

kerja dimana setiap kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja (Depkes,

2004).

Berdasarkan wawancara, petugas melakukan tindakan aseptic, namun

belum memenuhi standarisasi yang telah ditentukan. Sebelum melakukan

pengambilan darah untuk dilakukan pemeriksaan, petugas laboratorium

menggunakan jas dan sarung tangan.

Page 20: BAB III

3.2.1.7 Hygine Lingkungan

Mengenai hasil observasi kamar mandi di Puskesmas Kuta Alam, terdapat

2 kamar mandi di poliklinik wanita dan 1 kamar mandi diruang laboratorium.

Kamar mandi dengan ukuran 2x3, dengan fasilitas bak mandi dan wc duduk. Jarak

antara wc duduk dengan bak mandi yaitu 30 cm. Kamar mandi terlihat cukup

bersih, pembersihan kamar mandi dilakukan setiap seminggu sekali dan mendapat

penerangan yang cukup baik. Namun tidak terdapat ventilasi disetiap kamar

mandi.

Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam toilet yang

sehat. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat

tersebut :

1. Bebas dari serangga

1. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya

dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah

bersarangnya nyamuk demam berdarah.

2. Ruangan dalam kamar mandi harus terang. Bangunan yang gelap

dapat menjadi sarang nyamuk.

3. Lantai kamar mandi diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah

yang bias menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.

4. Lantai kamar mandi harus selalu bersih dan kering.

5. Lubang kamar mandi harus tertutup.

2. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

1. Jika menggunakan kloset, lubang kloset harus ditutup setiap selesai

digunakan.

Page 21: BAB III

2. Jika menggunakan kloset leher angsa, permukaan leher angsa harus

tertutup rapat oleh air.

3. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa

ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran.

4. Lantai kloset harus kedap air dan permukaan bowl licin.

Pembersihan harus dilakukan secara periodik.

3. Aman digunakan oleh pemakainya

1. Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding

lubang kotoran dengan pemasangan batu bata atau bahan penguat

lain yang terdapat di daerah setempat.

4. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya

1. Lantai kamar mandi rata dan miring ke arah saluran lubang

kotoran.

2. Jangan membuang plastik, punting rokok, atau benda lain

kesaluran kotoran karena dapat menyumbat saluran.

3. Jangan mengalirkan air cucian kesaluran atau lubang kotoran

karena kloset akan cepat penuh.

4. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan

pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan

minimal 2:100.

5. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

1. Kamar mandi harus berdinding dan berpintu.

2. Dianjurkan agar bangunan kamar mandi beratap sehingga

pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.

Page 22: BAB III

Puskesmas Kuta Alam memiliki parit yang terdapat didepan

puskesmas, lebar parit 60 cm, kedalaman 50 cm, parit ini menampung air

hujan yang berasal dari atap bangunan, air pembuangan kamar mandi, juga

sebagai pembuangan limbah medis. Aliran dari sisa-sisa tersebut dibuang

menuju selokan utama di tepi jalan raya.

Septictank puskesmas Kuta Alam terletak didepan puskesmas

dengan panjang 2 meter, lebar 2 meter dan kedalaman 5 meter. Jarak dari

sumber air tanah ke septictank kurang lebih 15 meter. Parit terlihat tidak

begitu bersih dan terdapat beberapa sisa sampah, namun air mengalir

dengan baik.

3.2.2 Pemukiman

Gampong Keuramat merupakan salah satu daerah pemukiman yang

terdapat pada Kecamatan Kuta Alam, mempunyai luas wilayah 32,00 Ha dan

jumlah penduduk 4.513 jiwa. Gampong Keuramat berbatasan dengan :

a. sebelah utara berbatasan dengan Gampong Mulia dan Jalan Pelangi;

b. sebelah timur berbatasan dengan Gampong Bandar baru dan Jalan Syiah

Kuala;

c. sebelah selatan berbatasan dengan Gampong Kuta Alam dan Jalan Tgk.

Daud Beureuh; dan

d. sebelah barat berbatasan dengan Gampong Laksana dan Gampong Mulia.

Dari hasil pengamatan di lingkungan Gampong Keuramat didapatkan hasil

sebagai berikut:

1. Tata Letak

Kawasan Gampong Keuramat merupakan salah satu daerah pemukiman yang

usianya sudah cukup tua di Banda Aceh, menurut pengakuan Tn. A seorang

warga Gampong Keuramat. Hal ini juga tampak dari beberapa bangunan yang

sudah tua dan keadaannya lebih rendah dari badan jalan. Kawasan Gampong

Keuramat sudah memenuhi syarat untuk lokasi lingkungan perumahan dan

Page 23: BAB III

pemukiman seperti tercantum di Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

829/MENKES/SK/VII/1999tentang Persyaratan Kesehatan Perumahanyaitu:

1. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,

aliran lahar, gelombang tsunami, longsor, dan sebagainya.

2. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah dan

bekas lokasi pertambangan.

3. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti

jalur pendaratan penerbangan.

Selain itu lingkungan Gampong Keuramat juga relatif tenang dimana keadaan

lingkungan tidak terlalu berisik. Hal ini juga diakui oleh Tn. A dan Tn. M saat

wawancara dan juga terlihat tidak banyak kendaraan yang lalu lalang di sekitar

lingkungan perumahan. Hal ini sesuai juga dengan persyaratan mengenai

tingkat kebisingan di daerah perumahan yang tercantum pada Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999tentang Persyaratan

Kesehatan Perumahan dimana tingkat kebisingan di lokasi tidak melebihi 45-

55 dbA.

Daerah Gampong Keuramat juga memiliki jalanan yang cukup baikdan

strukturnya tidak membahayakan kesehatan namun belum memiliki trotoar.

Terlihat juga adanya beberapa lampu penerang jalan yang terpasang di kiri dan

kanan jalanan di Gampong Keuramat namun tidak diketahui apakah dapat

berfungsi dengan baik. Hal ini juga masih sesuai dengan Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan dimana kedua hal yang telah disebutkan diatas menjadi syarat yang

termasuk dalam lingkungan perumahan yang sehat namun perlu

dipertimbangkan adanya pembangunan trotoar di lingkungan ini mengingat

adanya tempat aktivitas anak kecil di lingkungan tersebut.

2. Sumber air bersih

Sumber air bersih di dapatkan warga dari perusahaan air ledeng lokal (PDAM).

Menurut pengakuan warga, Tuan M, bahwa masyarakat gampong keuramat

sudah menggunakan jasa layanan perusahaan air ledeng untuk air minum dan

Page 24: BAB III

air mandi, namun tetap ada yang menggunakan air dari sumur bor untuk

keperluan lain seperti mencuci. Kualitas air yang dihasilkan oleh sumur bor di

daerah gampong keuramat sendiri kurang bagus karena bercampur dengan air

sisa pembuangan. Hal ini dikarenakan oleh topologi daerah gampong keramat

yang dahulunya merupakan daerah rawa yang lebih mudah menyerap air.

Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat sesuai dengan Keputusan Menteri

Kesehatan RINo.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan

pengawasan kualitas air minum yang secara garis besar sebagai berikut :

a. Syarat fisik :

Air harus bersih dan tidak keruh

Tidak berwarna apapun

Tidak berasa apapun

Tidak berbau apapun

Suhu antara 10-25°C

Tidak meninggalkan endapan

b. Syarat kimiawi :

Tidak mengandung bahan kimiawi yang beracun

Tidak mengandung zat kimiawi yang berlebihan

Cukup yodium

pH air antara 6,5-9,2

c. Syarat Mikrobiologi :

Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri,

tipes, cholera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.

3. Sistem Sanitasi dan Drainase

Daerah Gampong Keuramat memiliki sistem sanitasi dan drainase yang sudah

terancang dengan baik. Hal ini terlihat dari adanya saluran pengaliran air

limbah berupa parit-parit yang telah dibuat di kedua pinggir jalan. Hal ini jelas

untuk mengalirkan pembuangan air limbah dari kedua sisi jalan. Namun,

disayangkan saluran ini tidak berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dimana air

buangan yang tertampung di saluran tidak mengalir dengan lancer. Hal ini

Page 25: BAB III

diperparah dimana terlihat adanya timbunan sampah di parit yang semakin

menghambat aliran air limbah. Hal ini tidak sesuai dengan UU No.4 Tahun

1992 dimana saluran drainase yang seharusnya berfungsi sebagai salah satu

upaya pencegahan banjir setempat. Hal ini juga disampaikan oleh Tn. A, warga

setempat, yang mengatakan bila hujan datang maka air di saluran drainase akan

naik dan akan menggenangi jalan. Bahkan buat yang halaman rumahnya lebih

rendah dari badan jalan maka halamannya akan digenangi oleh air. Menurut

Tn. A, akibat hal tersebut banyak warga di Gampong Keuramat menaikkan

tinggi lantai bangunan rumah mereka untuk mencegah air masuk ke dalam

rumah. Hal ini tidak diikuti dengan ikut menaikkan tinggi langit-langit rumah.

Sehingga jarak antara langit-langit rumah dengan lantai menjadi lebih pendek.

4. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah di daerah pemukiman gampong keramat terbilang sudah

cukup baik. Hampir setiap rumah memiliki tong sampah di depan rumahnya

dan di tengah-tengah pemukiman ada tong sampah umum yang yang dibedakan

antara sampah organik dan non-organik. Tetapi masih terlihat beberapa titik

lokasi penumpukan sampah di pinggir jalan. Petugas kebersihan datang setiap

dua hari sekali untuk mengutip sampah yang akan di bawa ke tempat

pembuangan akhir dan warga dikenakan retribusi sampah. Hal ini sesuai

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 tahun 2010 tentang Pedoman

Pengelolaan Sampah dimana adanya proses pemilahan, pengumpulan,

pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Namun, sepertinya

pihak Keuchik Gampong Keuramat dan dinas terkait harus lebih meningkatkan

kegiatan gotong royong di lingkungan agar tumpukan sampah yang terlihat

masih menumpuk dapat dibersihkan.

3.2.3 Pasar

Pasar Peunayong merupakan salah satu pasar utama kebutuhan primer

warga Banda Aceh. Secara administratif pasar ini masuk dalam Kelurahan

Peunayong, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam. Dari Mesjid Baiturrahman berjarak sekitar 2 km ke arah utara. Secara

geografis keletakannya cukup strategis karena berada tidak jauh dari tepi Krueng

Page 26: BAB III

(sungai) Aceh di sebelah barat dan sekitar 4 kilometer ke arah utaranya berbatasan

dengan laut (Selat Malaka).

Menurut menteri perdagangan (2008), pasar adalah sutu area tepat jual beli

barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat

perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun

sebutan lainnya.

Dari hasil pengamatan dilingkungan pasar peunayong didapatkan :

a) Tata Letak

Pasar Tradisional yang berada di kawasan Peunayong terletak di pusat

kota Banda Aceh. Terdiri dari pasar ayam, ikan, daging, bumbu, sayur dan

buah. Toko-toko dilingkungan pasar terlihat memiliki jarak yang sangat

dekat antara satu toko dengan toko lainnya. Begitupula jarak antara satu

penjual dengan penjual lainnya sangat berdekatan.

Menurut menteri perdagangan (2008) terdapat beberapa syarat kesehatan

lingkungan pasar, yaitu:

1. Lokasi

Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang setempat

(RUTR)

Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran

sungai, aliran lahar, rawan longsor, banjir, dan sebagainya

Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur

pendaratan penerbangan terasuk sempadan jalan

Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah

atau bekas lokasi pertambangan

Mempunyai batas wilayah yang jelas antara pasar dan

lingkungannya

2. Bangunan

Umum

Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku

Page 27: BAB III

Penataan ruang dagang

a. Pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan

sifat dan klasifikasinya seperti: basah, kering, penjualan unggas

hidup, pemotongan unggas

b. Pembagian zoning diberi identitas yang jelas

c. Tempat penjualan daging, karkas unggas, dan ikan ditenpatkan

di tempat yang khusus

d. Setiap los (area berdasarkan zoning) memiliki lorong yang

lebarnya minimal 1,5 meter

e. Setiap los/ kios memiliki papan identitas yaitu nomor, nama

pemiliki, dan mudah dilihat

f. Jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan

bangunan pasar utama minimal 10 meter atau dibatasi tembok

dengan ketinggian minimal 1,5 meter. Khusus untuk jenis

pestisida, bahan berbahaya dan beracun (B3) dan berbahaya

lainnya ditempatkan terpisah dan tidak berdampingan dengan

zona makanan dan bahan pangan.

b) Sumber Air bersih

Sumber air bersih yang didapatkan oleh para penjual beberapanya didapat

dari air sumur bor, namun karena jumlah air dari sumber tersebut tidak

mencukupi, maka sebagian penjual mengaku mendapatkan sumber air dari

sungai. Hal ini sebenarnya tidak sesuai dengan kaidah kesehatan

lingkungan, yang menyebutkan bahwa syarat air bersih adalah :

d. Syarat fisik :

Air harus bersih dan tidak keruh

Tidak berwarna apapun

Tidak berasa apapun

Tidak berbau apapun

Suhu antara 10-25°C

Tidak meninggalkan endapan

Page 28: BAB III

e. Syarat kimiawi :

Tidak mengandung bahan kimiawi yang beracun

Tidak mengandung zat kimiawi yang berlebihan

Cukup yodium

pH air antara 6,5-9,2

f. Syarat Mikrobiologi :

Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri,

thypus, cholera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.

Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh

manusia sepanjang masa. Sumber air yang banyak dipergunakan oleh

masyarakat adalah berasal dari :

1. Air Permukaan, yaitu air yang mengalir di permukaan bumi akan

membentuk air permukaan. Air ini umumnya mendapat pengotoran

selama pengalirannya.

2. Air Tanah, secara umum terbagi menjadi : air tanah dangkal yaitu

terjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah, sedangkan

air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama.

3. Air Atmosfer/meteriologi/air hujan, dalam keadaan murni sangat

bersih tetapi sering terjadi pengotoran karena industri, debu dan lain

sebagainya. (Waluyo, 2005).

Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak

diperhatikan, maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu

kesehatan manusia. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan

standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah

banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan

manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan

industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).

Page 29: BAB III

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa

sumber air secara umum berasal dari sungai yang terletak di bagian

belakang pasar dan sumur bor/ gali.

Air sumur merupakan sumber air yang paling banyak dipergunakan

masyarakat Indonesia. Sumur gali yang dipandang memenuhi syarat

kesehatan ialah (Sanropie, 1986) :

1. Lokasi

Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran misalnya jamban,

tempat pembuangan air kotor, lubang resapan, tempat pembuangan

sampah, kandang ternak dan tempat-tempat pembuangan kotoran

lainnya.

Pada tempat-tempat yang miring misalnya pada lereng-lereng

pegunungan, letak sumur gali diatas sumber pencemaran.

Lokasi sumur gali harus terletak pada daerah yang lapisan tanahnya

mengandung air sepanjang musim.

Lokasi sumur gali supaya diusahakan pada daerah yang bebas

banjir.

2. Konstruksi

Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter dari permukaan

tanah untuk mencegah rembesan dari air permukaan.

Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 meter dari

permukaan tanah untuk mencegah rembesan air bekas pemakaian

ke dalam sumur.

Cara pengambilan air dari dalam sumur sedemikian rupa sehingga

dapat mencegah masuknya kotoran kembali melalui alat yang

dipergunakan misalnya pompa tangan, timba dengan kerekan dan

sebagainya.

Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi lantai dengan tepi

luar dinding sumur minimal 1 meter dengan kemiringan ke arah

tepi lantai.

Page 30: BAB III

Saluran pembuangan air kotor atau bekas harus kedap air sepanjang

minimal 10 meter dihitung dari tepi sungai.

Dilengkapi dengan sumur atau lubang resapan air limbah bagi

daerah yang tidak mempunyai saluran penerimaan air limbah.

c) Pengelolaan Air buangan dan pencemaran

Sanitasi lingkungan disekitar pasar peunayong terlihat kotor, tidak

terperhatikan seperti keberadaan parit – parit disekitar pasar yang kurang

dalam dan tidak bersih sehingga menyebabkan aliran air tidak lancar. Hal

ini dapat menyebabkan genangan air dimana-mana di lantai pasar.

Pada pasar ikan, ayam, daging, parit dibuat di antara deretan penjual dan

dialirkan kesungai peunayong yang berada dibelakang pasar. Air buangan

dialirkan ke parit-parit yang telah dibuat namun aliran ini tidak lancar

akibat masih adanya sampah padat yang berada dalam parit pembuangan

air buangan tidak dilakukan diparit namun dilantai sehingga

penyerapannya lama. Menurut pengakuan beberapa penjual sampah padat

dalam parit akan dibersihkan oleh dinas kebersihan pada saat malam hari.

d) Pengelolaan sampah

Sampah dari pasar peunayong dikumpulkan di kontainer di depan pasar

yang tersedia sejumlah tiga sampai lima buah. Masing-masing pedagang

bertanggung jawab terhadap sampah padat yang dihasilkan dalam proses

jual beli. Sampah padat yang berada di lingkungan pasar dan parit akan

dikumpulkan oleh petugas dinas kebersihan yang nanti akhirnya akan

dibawa ketempat pembuangan akhir.

Hal ini telah sesuai dengan kriteria pengelolaan sampah yang berdasarkan

kesehatan lingkungan dimana pengelolaan sampah haruslah:

Setiap kios/ los/ lorong tersedia tempat sampah basah dan kering

Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuta, tertutup, dan

mudah dibersihkan

Tersedia alat angkut sampah yang kuat, mudah dibersihkan, dan

mudah dipindahkan

Page 31: BAB III

Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kedap air atau

kontainer, kuat, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau petugas

pengangkut sampah

TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor) penular

penyakit

Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10

meter dari bangunan pasar

Sampah diangkut minimal 1x24 jam