bab ii - eryprasetyo.files.wordpress.com file · web viewmenurut perkiraan para ahli, setiap tahun...

37
BAB II TANGGUNG JAWAB MORAL PELESTARIAN LINGKUNGAN Masalah pemeliharaan atau pelestarian lingkungan hidup bukanlah hanya sekedar masalah sosial, seperti masalah ekonomi, masalah politik, masalah estetika, dan lain sebagainya. Jauh lebih dari itu, masalah lingkungan hidup merupakan masalah moral, sehingga menuntut suatu pertanggungjawaban moral. Kalau disebut sebagai masalah moral berarti mengandung suatu kewajiban dasar dan mengikat bagi manusia, untuk memperlakukan alam secara baik dan penuh tanggung jawag. Namun fakta menunjukkan bahwa lingkungan, yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia, sudah diambang kepunahan. Kepunahan alam terjadi karena ulah manusia sendiri, yang dengan rakusnya melakukan tindakan eksploitasi tak terkendali terhadap alam. Alam telah diperlakukan secara sewenang-wenang demi tujuan pribadi atau kelompok, yang umumnya berjangka pendek saja, yaitu tujuan ekonomis semata. Kerusakan lingkungan hidup telah membawa banyak bencana bagi manusia diberbagai belahan dunia, dan hal itu akan berlangsung terus manakala 16

Upload: phungkhue

Post on 23-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TANGGUNG JAWAB MORAL PELESTARIAN LINGKUNGAN

Masalah pemeliharaan atau pelestarian lingkungan hidup bukanlah hanya sekedar

masalah sosial, seperti masalah ekonomi, masalah politik, masalah estetika, dan lain

sebagainya. Jauh lebih dari itu, masalah lingkungan hidup merupakan masalah moral,

sehingga menuntut suatu pertanggungjawaban moral. Kalau disebut sebagai masalah

moral berarti mengandung suatu kewajiban dasar dan mengikat bagi manusia, untuk

memperlakukan alam secara baik dan penuh tanggung jawag. Namun fakta menunjukkan

bahwa lingkungan, yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia, sudah diambang

kepunahan. Kepunahan alam terjadi karena ulah manusia sendiri, yang dengan rakusnya

melakukan tindakan eksploitasi tak terkendali terhadap alam. Alam telah diperlakukan

secara sewenang-wenang demi tujuan pribadi atau kelompok, yang umumnya berjangka

pendek saja, yaitu tujuan ekonomis semata. Kerusakan lingkungan hidup telah membawa

banyak bencana bagi manusia diberbagai belahan dunia, dan hal itu akan berlangsung

terus manakala manusia tidak segera merubah sikapnya terhadap alam. Maka untuk itu

demi kelestarian alam manusia harus bisa menumbuhkan perasaan mendalam bahwa

melukai alam bagaikan melukai diri kita sendiri.

A. Alam diambang kepunahan

Dari berbagai data yang ada dapat terlihat bahwa alam memang sedang menuju pada

tahap-tahap yang semakin kritis dalam proses kepunahan. Ada banyak masalah serius

16

yang menunjukkan dimensi global pencemaran lingkungan hidup, beberapa diantaranya

dapat disebutkan dibawah ini2.

1. Akumulasi bahan beracun

Industri kimia telah membuang limbahnya kedalam sungai atau laut. Hal itu telah

membawa akibat antara lain, ikan sudah semakin tidak layak untuk dikonsumsi karena

kadar merkuri atau bahan kimia yang dibuang telah merembes kedalamnya. Pestisida

yang digunakan untuk meningkatkan produksi pangan, telah masuk dalam rantai

makanan manusia sampai ke air susu ibu(ASI) yang diminum oleh bayi. Beberapa

herbisida seperti Silver, diketahui mengandung dioksin, yang merupakan racun kuat dan

dapat mengakibatkan kanker. Fosfat dari deterjen cuci membuat alga dalam air

bertambah banyak dan oksigen berkurang, sehingga memusnahkan bentuk kehidupan

didalam air. Jenis plastik polstyrene, sulit hancur secara alami, sehingga akan membebani

lingkungan. Adanya berita-berita tentang negara-negara industri maju yang mengekspor

limbahnya yang berupa bahan beracun berbahaya ke negara-negara miskin, dengan

imbalan pembayaran yang menggiurkan bagi negara-negara miskin. Risiko besar untuk

lingkungan terjadi oleh penggunaan tenaga nuklir, yang tetap terbuka kemungkinan

untuk terjadinya kecelakaan, dan limbah nuklir seperti plutonium yang mengandung

radioaktif selama ribuan tahun dan sangat membahayakan kesehatan manusia.

2. Efek rumah kaca

Salah satu hal yang sangat mengkhawatirkan sekarang ini adalah naiknya suhu

permukaan bumi akibat efek rumah kaca (greenhouse effect). Menurut perkiraan para

ahli, setiap tahun dilemparkan lima milyar ton karbondioksida kedalam atmosfer. Seperti

halnya kaca di rumah kaca, gas-gas yang disebut gas rumah kaca itu memerangkap

2 Data sebagian besar diambil dari K. Bartens, pengantar etika Bisnis (Jogyakarta, Penerbit Kanisius,2000),hal 309-316

17

gelombang panas, sehingga terjadilah peningkatan suhu secara global. Akibat yang tidak

dapat dihindarkan dari pemanasan ini, es dan salju di kutub utara dan selatan mencair,

yang menyebabkan permukaan air laut akan naik. Diperkirakan dalam tahun 2100

permukaan air laut akan naik antara 1,4 sampAI 2,2 meter3. Dan kalau hal ini

berlangsung terus dalam keadaan yang lebih buruk, maka akan terjadi bencana serius

bagi umat manusia, seperti: kota-kota atau pemukiman yang dibangun di pinggir laut

akan tergenang, seperti Jakarta Utara, dan negara-negara yang terletak di tempat-tempat

rendah seperti Negeri Belanda dan Bangladesh, akan hilang dari muka bumi.

3. Perusakan lapisan ozon

Bumi dikelilingi oleh lapisan ozon (O3) dalam atmosfir yang konsentrasinya paling besar

berada pada ketinggian kira-kira 20-30 kilometer di atas permukaan bumi. Lapisan ozon

sangat penting untuk melindungi kehidupan terhadap sinar ultraviolet matahari, dimana

80% penyinaran ultraviolet dari matahari disaring olehnya. Dari hasil pengukuran

melalui satelit tampak semakin menipisnya lapisan ozon. Sejak tahun 1970-an terbentuk

”lubang” ozon di atas Antartika (kutub selatan). Tahun 1997 Ilmuwan Selandia Baru

melaporkan lubang ozon itu sudah mencapai luasan 25 juta kilometer persegi, 60 persen

lebih besar dari hasil pengukuran tahun 1980. Kerusakan lapisan ozon itu diakibatkan

oleh beberapa sebab yang berbeda. Tapi menurut para ahli, penyebab paling berpengaruh

adalah pelepasan bahan CFC (klorofluorokarbon) ke dalam udara. CFC adalah bahan

kimia yang banyak dipakai dalam kaleng penyemprotan aerosol, lemari es, dan alat AC,

dan juga dalam ”karet” busa. Kerusakan lapisan ozon mengakibatkan radiasi ultrviolet

dari matahari bisa mencapai permukaan bumi, yang akan membawa pengaruh negatif

bagi kesehatan manusia dan kehidupan pada umumnya di bumi. Beberapa masalah yang

3 Dr. Franz Magnis-Suseno, SJ, dkk, etika Sosial, buku Panduan Mahasiswa, PB I- PB VI, diterbitkan bekerjasama dengan Aptik (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1993)hal. 157-159

18

ditimbulkan oleh radiasi itu, antara lain: penyakit kanker kulit, penyakit mata katarak,

penurunan sistem kekebalan tubuh, kerusakan bentuk-bentuk hidup dalam laut dan

tanaman di darat.

4. Hujan asam

Pada kawasan industri padat, seperti Kanada dan bagian utara Amerika Serikat, Jerman,

Belanda, Swedia dan Finlandia, sejak beberapa dekade terakhir ini terjadi hujan asam

(acid rain). Asam dalam emisi industri bergabung dengan air hujan dan mencemari

daerah yang luas, merusak hutan dan pohon-pohon lain, mencemari air danau, merusak

gedung-gedung dan sebagainya. Bagi manusia, hujan asam bisa mengakibatkan

gangguan saluran pernafasan dan paru-paru.

5. Deforestasi dan penggurunan

Penggunaan kayu untuk berbagai keperluan telah mendorong penebangan hutan secara

tak terkendali, yang menyebabkan hutan semakin cepat berkurang. Juga untuk membuka

lahan pertanian yang baru terjadi pembabatan hutan yang semakin meluas. Ini dilakukan

oleh penduduk setempat yang jumlahnya semakin bertambah, maupun oleh perusahaan

nasional dan internasional yang ingin membuka lahan baru untuk lahan peternakan atau

perkebunan. Penebangan hutan (deforestation) secara besar-besaran mempunyai dampak

penting atas lingkungan hidup, karena dengan demikian maka salah satu fungsi hutan,

yakni meresap karbondioksida yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil pada

industri ataupun kendaraan bermotor, sutu penyebab penting terjadinya efek rumah kaca.

Selain itu tingkatan air tanah menurun terus karena berkurangnya hutan yang

berkedudukan untuk menjaga kadar air dalam tanah.

19

6. Punahnya keanekaan hayati.

Kekayaan alam ini sebagian besar ditentukan oleh banyaknya spesies yang hidup di

dalamnya. Keanekaan hayati (biodiversity) adalah jenis-jenis kehidupan (spesies) yang

memiliki makna sangat penting untuk segalam aspek kehidupan manusia, seperti

makanan, obat-obatan, dan sebagainya. Swalah satu akibat besar dari kerusakan

lingkungan hidup adalah kepunahan spesies yang semakin bertambah setiap waktu. Dan

spesies hidup yang punah sekarang akan hilang lenyap dari muka bumi untuk selamanya.

Yang memiliki andil besar terhadap kemusnahan spesies hidup ini adalah penggunaan

peptisida dan herbisida yang semakin intens. Menurut perkiraan para ahli, kira-kira 7

persen dari jumlah spesies di daerah non tropis kini telah punah dan di daerah tropis 1

persen. Dengan adanya penebangan yang semakin banyak di hutan tropis, maka angka

kepunahan ini akan bisa cepat berubah ke arah yang lebih buruk lagi.

B. Manusia sebagai Agen Perubahan

1. Manusia mempengaruhi lingkungan

Sebenarnya, perubahan-perubahan alami yang merupakan proses dinamis yang dialami

bumi dari semula telah terjadi dengan sendirinya. Bumi sejak semula sudah mengenal

kenaikan dan penurunan muka air laut yang disebabkan oleh perubahan suhu secara

global. Di berbagai tempat juga terjadi erosi, banjir, kekeringan, perubahan total di suatu

kawasan, dan sebagainya. Semua peristiwa alami itu terjadi dengan sendirinya, tanpa

dirasa sebagai suatu hal yang merugikan. Akan tetapi, dengan kehadiran manusia,

berbagai perubahan yang terjadi di bumi tidak lagi hanya berlangsung secara proses

alami. Manusia telah turut memperkaya bahkan telah berperan sebagai agen perubahan,

yang menyebabkan proses alami di bumi tidak lagi berlangsung sebagaimana adanya.

20

2. Melestarikan keseimbangan lingkungan

Bahwa terjadinya perubahan di lingkungan sebenarnya tidak menjadi masalah, asalkan

perubahan yang dilakukan membawa suatu keseibangan baru yang semakin berkualitas.

Pembangunan bagaimanapun juga selalu membawa perubahan, termasuk juga

menganggu keseimbangan lingkunagan. Maka pembangunan sebenarnya merupakan

”gangguan” pada keseimbangan lingkungan, untuk membawanya pada keseimbangan

baru yang semakin berkualitas. Oleh karena itu kita perlu hati-hati dengan kata

”melestarikan lingkungan”. Menurut kamus Poerwadarminta (1976) kata lestari berarti

tetap selama-lamanya, kekal, tidak berubah seperti sediakala; melestarikan berarti

membiarkan tetap tidak berubah. Dalam usaha pembangunan, kita tidak dapat

melestarikan lingkungan dalam pengertian itu. Yang harus kita lestarikan bukanlah

lingkungan itu sendiri atau keseimbangan lingkungan agar tetap seperti itu. Yang harus

kita lestarikan adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan dan

tingkat hidup yang lebih tinggi4.

C. Penyebab Terjadinya Kerusakan Alam

Kalau diamati lebih dalam, maka dapat disebutkan beberapa hal penting yang dapat

dianggap sebagai kondisi pemicu terjadinya berbagai kerusakan lingkungan.

1. Pola pendekatan yang merusak

Kehidupan manusia yang mengageni perubahan yang berlangsung di bumi ini

sebenarnya tidak harus berwujud pengrusakan bagi lingkungan, melainkan dapat juga

berwujud engolahan, yang menjadikan bumi sebagai hunian yang semakin baik dan

4 Otto Soemarwoto, analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Jogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2003) hal. 25-26

21

indah bagi kehidupan. Akan tetapi, manusia tidak secara konsisten memainkan peran

seperti itu. Pola pendekatan manusia modern terhadap alam merupakan pendekatan

teknokratis (dari kata Yunani tekne = keterampilan dan krattein = menguasai).

Pendekatan ini mengedepankan penggunaan teknologi yang semakin canggih untuk

menguras isi bumi dan menguasainya. Pendekatan teknokratis berangkat dari sikap yang

hanya memandang alam sebagai sekadar sarana untuk memnuhi kebutuhan manusia.

Alam dipandang sebagai tumpukan kekayaan dan energi, yang dapat dimanfaatkan oleh

manusia seberapa dia sanggup mengalinya. Dengan kemampuan teknologi yang dia

rancan semakin canggih, manusia dapat membongkar alam ini untuk mengambil apa saja

yang dia perlukan, sedangkan yang tidak dia perlukan dibuang atau dibiarkan begitu saja.

2. Terkait bidang perekonomian modern

Berbagai masalah lingkungan yang didorong oleh penguasaan ilmu dan teknologi sangat

terkait dengan bidang perekonomian modern yang berpolakan kapitalistik, dengan tujuan

utama produksi untuk perolehan laba perusahaan. Hanya perusahaan yang memperoleh

laba besar yang dapat bertahan dalam persaingan yang semakin bebas dan ketat. Dalam

persaingan demikian biasanya perusahaan meningkatkan labanya dengan cara menekan

biaya produksi serendah mungkin. Itu jugalah yang dilakukan oleh pengusaha ketika

mengeksploitasi kekayaan alam. Dengan biaya serendah mungkin – yang dicurahkan

hanya untuk bisa menggali kekayaan alam – maka usaha perbaikan dan pemulihan

kembali keadaan alam, menjadi terabaikan. Yang dilakukan adalah sekedar mengambil

apa yang perlu, lalu sesudah itu meninggalkannya begitu saja. Kerusakan lingkungan

yang diakibatkan oleh banjir, misalnya, sering kali disebabkan oleh penebangan hutan

seperti di lereng-lereng gunung, untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian atau

pemukiman baru. Akibat penebangan yang dilakukan secara liar, air tidak bisa meresap

22

ke dalam tanah, yang berubah menjadi banjir. Begitu juga dengan polusi udara yang

diakibatkan oleh asap pdari berbagai pabrik raksasa dan berbagai substansi kimiawi

beracun, dan segala bentuk sampah lain yang dibuang begitu saja atau dialirkan ke dalam

sungai, dan dihembuskan melalui cerobong-cerobong pembuangan ke dalam atmosfer.

Demi biaya serendah-rendahnya maka pengolahan sampah dan berbagai limbah pabrik

dan industri tidak lagi diperhatikan.

3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam ilmu pengetahuan dan

teknologi, manusia bukan lagi hanya mengalami kemajuan di bidang pertanian, tetapi

juga di berbagai bidang kehidupan lainnya. Dengan kemajuan yang dicapainya manusia

mulai mengembangkan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam, sebagai alternatif di

luar bidang pertania. Abad ke delapan belas dan sembilan belas merupakan awal

terbentuknya masyarakat industri yang telah merintis suatu gerakan raksasa dalam

penggunaan energi dengan penemuan cara menguraikan bahan bakar fosil seperti batu

bara, minyak dan gas bumi. Dari penemuan-penemuan itu telah dihasilkan berbagai jenis

produksi yang dimanfaatkan produksi yang dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan

hidup dan peningkatan taraf hidup manusia. Akan tetatpi, bersamaan dengan berbagai

manfaat yang diperoleh dari kemajuan tersebut, telah terjadi serangkaian krisis

lingkungan hidup, mulai dari yang berskala kecil hingga yang berskala besar. Sebagai

contoh, Kebocoran Pabrik Pestisida milik Union Carbide d kota Bhpal, India, dan

musibah reaktor nuklir di Chernobyl, Uni Soviet. Kasus Bhopal terjadi 20 tahun silam,

tepatnya pada malam hari 3 Desember 1984. Kebocoran besar terjadi pada sebuah tangki

penyimpanan bahan gas di pabrik pestisida milik perusahaan Amerika Serikat, Union

23

Carbide. Tangki yang bocor itu memuntahkan 40 ton gas beracun, yang kemudian

terbang bersama angin keluar dari lokasi pabrik. Menurut catatan resmi, gas beracun

yang bergerak liar itu langsung menewaskan 1.750 orang penghuni pemukiman padat di

sekitar pabrik. Mereka tewas akibat menghirup gas panas yang membakar paru-paru.

Sekitar 2.500 orang tewas pada hari berikutnya. Dan menurut beberapa kelompok

korban, setidaknya ada 8.000-an warga yang tewas dalam beberapa hari setelah kejadian

itu, serta ribuan lainnya tewas kemudian akibat berbagai penyakit yang timbul akibat

racun itu. Bisa diyakini bahwa ada ribuan orang yang menderita buta dan ratusan ribu

orang yang mengalami gangguan kesehatan lainnya. Yang jelas, hingga hari ini puluhan

warga dikabarkan masih dalam kondisi sakit yang kronis akibat kejadian itu. Dampak

dari peristiwa tersebut masih terasa hingga sekarang, sebagaimana dilaporkan oleh

seorang penulis Perancis, Dominique Lapierre5, yang hadir secara langsung di India

dalam rangka memperingati tragedi pabrik paling buruk di dunia itu. Dilaporkan bahwa

lokasi di sekitar lokasi di sekitar tragedi Bhopal, yang menewaskan ribuan orang 20

tahun silam itu, sampai hari ini masih tercemar racun. Warga yang tinggal di daerah

pemukiman padat di sekitar lokasi tragedi itu masih juga ’dihukum’, karena terpaksa

minum air yang sangat beracun. Sebuah penelitian telah dilakukan atas sponsor BBC dan

menemukan bahwa tingkat kontaminasi pada sampel air yang berasal dari sekitar lokasi

pabrik adalah 500 kali lebih tinggi dari batas maksimum yang direkomendasikan oleh

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO (World Health Organization).

Ledakan reaktor nuklir di Chernobyl, Ukraina (dulu masuk Uni Soviet) terjadi tanggal 26

April 1986. Ledakan yang terjadi di reaktor nomor 4 melepaskan radioaktif yang

diperkirakan tiga kali lebih besar dari pemboman atom di Hiroshima. Sekitar 50 ton

bahan bakar nuklir dilepaskan ke dalam atmosfer dalam bentuk uap dan partikel-partikel

24

halus, dan 70 ton lagi dilemparkan ke sekitar kompleks dalam bentuk bongkahan. Segera

sesudah kejadian itu korban berjatuhan, termasuk 300-an lebih kematian dalam operasi

pembersihan. Berapa persis jumlah kematian dan gangguan kesehatan lainnya akibat

bencana itu sulit diketahui. Menurut perkiraan beberapa ahli, dalam 50 tahun sesudah

kecelakaan itu antara 50.000 dan 250.000 orang di bekas Uni Soviet dan seluruh Eropa

akan meniggal akibat kanker dan penyakit lain yang disebabkan oleh musibah di

Chernobyl. Kecelakaan Chernobyl dikelilingi oleh suasana ketertutupan yang menandai

rezim komunis, sehingga angka kematian sebagai akibat dari kecelakaan tersebut tidak

akan pernah diketahui. Dampak buruk dari musibah nuklir di Chernobyl dirasakan bukan

saja di Ukraina dan republik-repulik Uni Soviet lain, melainkan juga di seluruh Eropa.

Kira-kira 130.000 penduduk di sekitar lokasi kecelakaan harus dipindahkan secara

permanen. Di sekitar lokasi, tanah tercemar oleh radiasi nuklir sehingga kesehatan

penduduk terancam untuk jangka waktu lama (terutama kemungkinan mendapat penyakit

kanker atau kelainan pada keturunan). Lebih kurang 400 hektar hutan pinus hancur

seketika karena radiasi. Tiga sungai di kawasan itu tercemar radioaktif. Hasil bumi,

daging ternak, susu sapi, dan lain-lain ikut terkontaminasi. Diketahui juga kemudian

bahwa antara 1966 dan 1985 di Uni Soviet sudah terjadi 10 kecelakaan serius reaktor

nuklir, tapi dampak negatif dari semuanya itu, terutama data tentang kematian, tidak

boleh diumumkan.

4. Pertambahan penduduk yang semakin pesat

Jumlah penduduk dunia masih terus bertambah denga laju rata-rata sekitar 1,6 persen/

tahun atau sekitar 80 juta orang/ tahun. Mereka ini semua memerlukan tambahan

produksi pangan , energi, rumah, dan kebutuhan hidup lain. Ironisnya sebagian besar

25

pertambahan penduduk terjadi di negara-negara sedang berkembang dan negara miskin,

yang tidak mampu unuk mendukung kehidupan mereka sendiri. Sebagai akibatnya,

terjadilah kerusakan lingkungan yang semakin parah di negara miskin itu. Di banyak

negara miskin, eksploitasi sumber daya alam semaksimal mungkin dikarenakan untuk

menutup utang luar negerinya, misalnya hutan. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan

daging yang murah di amerika Serikat, beribu hektar hutan tropis di amerika latin di ubah

menjadi daerah peternakan tanpa memperhatikan pencagaran tanah. Maka erosi beratpun

terjadi7.

5. Paham antroposentrime

Hal yang juga dapat dianggap sebagai penyebab kerusakan lingkungan akibat eksploitasi

tak terkendali oleh ulah manusia adalah paham manusia sendiri tentang dirinya dalam

berhadapan dengan alam.Paham antroposentrisme masih dipegang manusia. Demikian

juga pemikiran dan moral lingkungan hidup tetap terpusatkan pada manusia (human

centered ethic). Manusia menjadi jantung perhatian dalam pembahasan tentang

lingkungan hidup. Hal yang menjadi pertimbangan utama adalah peningkatan

kesejahteraan dan kebahagiaan manusia di dalam alam semesta.

6. Pudarnya nilai-nilai tradisional

Cntoh kasus di Indonesia: Meskipun sering dikatakan bahwa masyarakat merusak

linkungan, akan tetapi kesuburan sawah-sawah dan kelestarian hutan-hutan di Nusantara

selama ribuan tahun pengolahan membuktikan bahwa nenek moyang kita menguasai seni

menggunakan sambil memelihara. Masyarakat Dayak membakar hutan untuk membuka

lahan baru, namun demikian mereka masih menggunakan cara-cara mencegah terjadinya

musibah kebakaran hutan (memperhitungkan arah angin, memilih lokasi areal untuk

26

dibakar dan sebagainya). Bencana terjadi karena nilai-nilai tradisional itu tidak terlihat

pada para transmigran asal daerah lain yang membakar sebagian hutan tanpa perhitungan

yang baik, sehingga kebakaran hutan tidak bisa dikuasai lagi. Pada musim kemarau

panjang tahun 1982-1983 terjadi kebakaran besar-besaran di Kalimantan Timur antara

oktober 1982 dan April 1983 yang menghanguskan sekitar 3,6 hektar hutan. Ini dianggap

kebakaran hutan terbesar dalam sejarah umat manusia. Majalah Tempo, 19 september

1987 melukiskan kerugian materi yang ditimbulkan api selama delapan bulan itu sebagai

sungguh memilukan. Kerugian total ditaksir sekitar 122 juta m3, belum terhitung

kerugian akibat menyusutnya peran ekologisnya,. Ketika hujan deras turun, Juli 1984,

desa-desa sepanjang sungai Mahakam tergenang. Tak ada lagi pepohonan besar yang

”menangkap” air.

7. Keterbatasan kemampuan bumi Akibat dari semua kebijakan yang berpedoman pada

kemajuan tekhnologi, ekonomi, dan produktivitas adalah terganggunya keseimbangan

lingkungan hidup. Daya regenaerasi alam tidak dapat berkembang sewajarnya karena

tidak mampu mengimbangi laju eksploitasi yang dilakukan oleh manusia. Demikian juga

daya dukung bumi mengalami kejenuhan (ecological over stress) akibat terus menerus

dikuras diluar batas kewajaran. Penggunaan sumber-sumber daya alam secara tak

terkendali oleh negara-negara kaya dan adikuasa, yang mengandalkan teknologi nuklir,

dan kimia, telah memberikan gambaran yang negatif terhadap masa depan manusia dan

lingkungan hidup.

8. Desakan tuntutan kebutuhan hidup

Hal lain yang menyebabkan tindakan eksploitasi terhadap lingkungan yang tak

terhindarkan adalah apabila manusia dihadapkan pada tuntutan untuk memenuhi

27

kebutuhan hidup yang utama, untuk memenuhinya manusia akan memilih cara yang

lebih mudah untuk dilakukan. Tuntutan hidup telah mengharuskan, misalnya membuka

lahan tanpa harus mengedepankan pertimbangan lingkungan.

D. Munculnya Kesadaran Lingkungan

Adanya kesadaran yang mendalam pada manusia bahwa manusia dan lingkungan

berkaitan sangat erat, dan sangat bergantung pada alam. Hal ini mendorong tumbuhnya

kemauan manusia untuk mengetahui lebih banyak tentang alam, hingga akhirnya

memunculkan suatu disiplin ilmu yang disebut ecology, yang diartikan sebagai ilmu

yang mempelajari hubungan timbakl balik antara manusia dan lingkungannya5. Beberapa

peristiwa penting kesadaran dan komitmen manusia terhadap lingkungan hidup dapat

disebutkan sebagai berikut ini:

1. World Environmental Movement (1972)

Perhatian atas krisis lingkungan hidup tidak lagi hanya menjadi urusan masing-masing

negara atau perorangan. melainkan sudah menjadi keprihatian masyarakat dunia secara

bersama. Gerakan kesadaran ekologi secara internasional diprakarsai oleh PBB dengan

mengadakan konferensi Gerakan Lingkungan Hidup Sedunia (World Environmental

Movement) di Stocholm , Swedia pada 5-16 Juni 1972, yang kemudian setiap tahun

diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia6. PP juga membentuk badan khusus

yang menangani masalah lingkungan hidup yaitu United Nations Environmental

Programme (UNEP). Sejak saat itu, gerakan ekologi telah melibatkan berbagai negara di

dunia dan juga lembaga-lembaga non-pemerintah (LSM).

3. Konferensi Rio de Janerio (1992)

5 Fredy Buntaran, OFM, Saudari Bumi Saudara Matahari, (Jogyakarta, Penerbit Kanisius, 1996). Hal. 21

6 Ibid, hal. 22

28

Konferensi Rio de Janerio (yang sering disebut juga KTT Bumi) dapat dianggap sebuah

tonggak sejarah dalam penanganan masalah-masalah lingkungan. Ini adalah sebuah

babak baru perjuangan manusia menghadapi masalah-masalah lingkungan dalam

memasuki abad ke-21, yang dibangun berdasarkan kesadaran akan pentingnya pengaitan

strategi-strategi penanganan masalah-masalah lingkungan ke dalam kebijak

pengembangan ekonomi suatu negara, bahkan pengembangan ekonomi dunia7.

KTT Bumi (Earth Summit) tentang lingkungan dan Pembangunan yang dikenal dengan

nama United Nations Conference of Environmental and Development (UNCED)

mengambil tema ”Think globally, act locally”, yang menekankan perlunya semangat

kebersamaan untuk mengatasi berbagai masalah yang ditibulkan oleh benturan mantara

upaya-upaya melaksanakan pembangunan di satu pihak dan melestarikan sumber daya

alam dipihak lain. Kesepakatan yang dicapai dalam KTT tersebut tertuang dalam

beberapa dokumen penting, yakni: Agenda 21, Prinsip-prinsip Kehutanan, Konvensi

Perubahan Iklim, dan konvensi Keanekaragaman hayati. Denagan demikian secara politis

telah diletakkan dasar bagi kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan8. Dari

serangkaian kesepakatan yang dicapai dalam KTT terdapat tiga masalah global paling

mendesak dalam memasuki abad 21, yang menuntut penanganan bersama seacara serius,

yakni: perubahan iklim akibat kecerobohan manusia, menghilangnya keragaman hayati,

dan perlunya pembatasan jumlah penduduk serta perubahan pola konsumsi masyarakat

modern. Efektifitas dari penanganan ketiga masalah pokok tersebut sedang dikaji terus

menerus mmelalui kebijakan dan tindakan konkrit yang diambil kemudian di masing-

masing negara9.

7 Budi Widinarko, Ekologi dan keadilan social (Jogyakarta, Penerbit Kanisius, 1998), hal. 7-8.8 Ir. Valentinus Darsono, Ms, Pengantar Ilmu Lingkungan, (Jogyakarta, Penerbit Universitas

Atma Jaya, 1995), hal.2.9 Budi Widianarko, ekologi dan Keadilan Sosial, (Jogyakarta, Penerbit kanisius, 1998), hal.8.

29

4. Protokol Kyoto (1977)

Protokol Kyoto, yang merupakan hasil perundingan yang berjalan selama empat tahun,

dan diadopsi tahun 1997, dapat dilihat sebagai tonggak lanjutan keseriusan berbagai

negara untuk menyelamatkan bumi dari kehancuran totalnya. Elemen-elemen utama

protokol Kyoto adalah target kuantitatif dan waktu penurunan emisi gas serta mekanisme

pencapaian target tersebut protokol kyoto merupakan dasar bagi negara-negara industri

untuk mengurangi emisi gas rumah kaca gabungan mereka paling sedikit 5 persen dari

tingkat emisi 1990 menjelang periode 2008-2001, diperkirakan, jika pola konsumsi, gaya

hidup, dan pertambahan penduduk tidak berubah, 100 tahun yang akan datang

konsentrasi CO2 akan meningkat menjadi 580 ppmv atau dua kali lipat dari zaman pra

industri, akibatnya maka dalam kurun waktu 100 tahun mendatang suhu rata-rata bumi

akan meningkat hingga 4,5 derajat Celcius10.

5. Implementasinya di Indonesia

Kesadaran ekologi di Indonesia sudah muncul pada dekade 1960-1n, mengikuti apa yang

berkembang di dunia internasional dan sekaligus sebagai reaksi wajar atas pembangunan

yang sedang giat dilaksanankan di dalam negeri. Kesadaran ekologi di negeri ini tidak

hanya melibatkan pemerintah, melainkan juga bebagai kalangan swasta, seperti LSM-

LSM bahkan lembaga-lembaga keagamaan. Dari pihak pemerintah, kesadaran ekologi

terutama dikembangkan oleh Departemen Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan

memberlakukan Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH).Di dalam UULH itu dapat

ditemukan salah satu upaya pemerintah mengatasi masalah lingkungan hidup, yaitu

melali AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)11. Ketika Indonesia

10 Daniel Murdiyarso, Protokol Kyoto, implikasinya bagi Negara Berkembang, (Jakarta, Penerbit Buku Kompas,2004),hal.1-4.

11 Freddy Buntaran, Saudari Bumi Saudara Matahari, Op. Cit.,hal.22.

30

meratifikasi protokol Kyoto, maka secara legal protokol ini menjadi bagian sistem hukum

nasional yang harus diimplementasikan dalam berbagai kebijaksanaan dan pedoman

pelaksanaannya. Merupakan tanggung jawab pemerintah bahwa Protokol Kyoto

diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pembangunan nasional12.

BAB. IV

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

A. Paradigma Pembangunan berkelanjutan

12 Daniel Murdiyarso, Protokol Kyoto,Op Cit., hal xv.

31

Sejak tahun 1980-an dapat dikatakan agenda politik lingkungan hidup mulai dipusatkan

pada paradigma pembangunan berkelanjutan. Istilah ini muncul pertama kalinya dalam

World Conservation of Nature (1980), yang lalu dipakai oleh Lester R. Brown dalam

buku Building a suistainable Society (1981). Sebuah langkah penting dalam refleksi

tentang konsekuensi masalah lingkungan hidup untuk ekonomi adalah laporan dari

World Commision on enironmental and Development (WCED), yang diberi judul Our

Common Future, ”Masa Depan Kita Bersama” (1987), pengertian sustainable

developmen, ”pembangunan berkelanjutan” , menjadi populer.

1. Pengertian pembangunan berkelanjutan

Oleh WCED pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai ”pembangunan yang

memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari generasi sekarang, tanpa membahayakan

kesanggupan generasi-generai mendatang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhanmereka

sendiri”1. Maksud yang ingin disampaikan dalam pengertian ini adalah bahwa

pembangunan ekonomi, yang selalu harus memanfaatkan sumber daya alam, dijadikan

sedemikian rupa, sehingga generasi mendatang dapat melanjutakan pembangunan yang

kita jalankan sekarang. Dengan istilah pembangunan berkelanjutan dengan segalla

pengertian dan semangat dasar yang terkandung di dalamnya , maka pertentangan antara

mereka yang menomorsatukan lingkungan (the environmentalist) dan mereka yang

menomorsatukan ekonomi berdasarkan teknoligi maju (the industrialist) dapat

diperdamaikan. Artinya, dengan istilah itu maka yang satu tidak perlu didikorbankan

demi yang lain. Dengan pembangunan berkelanjutan maka pertumbuhan dimungkinkan,

sekaligus tetap memberi peluang di masa depan untuk pertumbuhan yang sama, karena

jaminan utama untuk itu, yakni ketersediaan sumber daya alam yang memadai, tetap 1 K. bartens, Pengantar Etika Bisnis (Jogyakarta, Penerbit Kanisius,2000), hal.320-321.

32

terpelihara. Semangat yang terkandung dalam pembangunan berkelanjutan semakin

diperkuat dengan tercapainya konsensus secara internasional untuk bersama-sama

melestarikan lingkungan hidup demi masa depan bumi manusia. Di United Nations

Conference on Environment and Development di Rio de Janeiro(1992) konsensus

tentang pengertian suistanable development ini telah diwujudkan, yang kemudian

dilengkapi dengan beberapa dokumen penting yang juga mnedapat persetujuan

internasional pada tahun-tahun berikutnya. Dengan pencapaian konsensus internasional

tersebut yang telah dilengkapi dengan penjabaran lebih kongkrit dalam beberapa

dokumen-maka pembangunan berkelanjutan sudah tidak merupakan suatu konsepsi

teoritis saja2.

2. Pembangunan berwawasan lingkungan

KTT Bumi di Rio de Janeiro Brazil(1992) dapat dianggap sebagai puncak dari proses

politik dimana paradigma pembangunan berkelanjutan diterima sebagai salah satu agenda

politik pembangunan untuk semua negara di dunia. Kesepakatan penting yang dicapai

dalam KTT tersebut telah meletakkan dasar politis bagi kebijakan pembangunan yang

berwawasan lingkungan. Isinya dengan tegas memperlihatkan bahwa pembangunan tidak

bertentangan dengan pelestarian lingkungan. Yang terjadi adalah: pembangunan semakin

maju akan membuat lingkungan semakin terpelihara dengan baik; dan dengan

lingkungan yang semakin berkualitas, pembangunan menjadi lebih mudah ditingkatkan.

Ringkasnya, kesepakatan KTT Bumi berkaitan dengan pemaduan antara pembangunan

dan pelestarian lingkunan (pembangunan berwawasan lingkungan) merupakan penegasan

kembali, sekaligus upaya pelurusan paradigma dari pembangunan berkelanjutan.

3. Tinjauan atas paradigma pembangunan berkelanjutan2 Ibid, hal. 321-322

33

Walau sudah sedemikian gencarnya ajakan dan desakan untuk mengimplementasikan

paradigma pembangunan berkelanjutan, namun hingga kini hasilnya masih sangat minim

sekali, baik di Indonesia sendiri maupun di tingkat global yang lebih luas. Banyak pihak

yang belum memahami dengan baik prinsip-prinsip pokok yang menentukan dan

menjiwai seluruh proses pembangunan itu sendiri sebagaimana tertuang dalam pardigma

tersebut. Paradigma pembangunan berkelanjutan gagal dipahami sebagai sebuah etika

politik pembangunan, berupa komitmen moral tentang bagaimana seharusnya

pembangunan itu diorganisir dan dilaksanakan. Penyebab lain mengapa paradigma

pembangunan berkelanjutan tidak dapat terwujud sebagaimana seharusnya adalah adanya

perhatian utama pada kata ”pembangunan” itu sendiri, dengan fokus utama berupa

pertumbuhan ekonomi. Itulah sebabnya, dalam rangka meningkatkan pertumbuhan

ekonominya, di banyak negara tetap saja terjadi pengrusakan dan eksploitasi sumber daya

alam dengan segala dampak negatifnya bagi kerusakan lingkungan hidup.

Paradigma pembangunan berkelanjutan dalam implementasinya ternyata memiliki

kelemahan-kelemahan yang serius. Kelemahan-kelemahan utama yang dimaksud antara

lain:

Pertama, tidak ada sebuah titik kurun waktu yang jelas dan terukur, yang menjadi

sasaran pembangunan berkelanjutan, tetapi hanya sebuah komitmen yang sulit

diukur kapan tercapainya. Evaluasi, dengan berbagai kriteria, tidak ada, dan sulit

untuk dilakukan. Karena ketiadaan agenda waktu yang jelas, maka dengan mudah

agenda yang besar ini diabaikan.

Kedua, asumsi paradigma pembangunan berkelanjutan didasarkan pada cara

pandang yang sang antroposentris, yang menempatkan manusia sebagai yang

utama dalam alam semesta.

34

Ketiga, asumsi yang ada dibalik paradigma pembangunan berkelanjutan bahwa

manusia mampu menentukan daya dukung ekosistem lokal dan regional. Seakan

manusia mampu menentukan dengan pasti batas-batas daya dukung alam yang

dianggap aman untuk sebuah tindakan eksploitasi. Padahal tidak mudah bagi ilmu

pengetahuan dan teknologi manusia untuk mengetahui dan menentukan dengan

pasti tentang daya dukung dan ambang batas toleransi alam.

Keempat, paradigma pembangunan berkelanjutan bertumpu pada ideologi

materialisme yang tak diuji secara kritis, tetapi diterima begitu saja sebagai benar.

B. Aspek Penting Pembangunan

Sehubungandengan gerakan pembangunan nasional, yang dijalankan dengan semangat

pembanguna berkelanjutan dan berwawasan linkungan, terdapat tiga aspek yang saling

terkait dan saling mendukung satu sama lain. Ketiga aspek yang dimaksud adalah: aspek

ekonomi, aspek sosial-budaya dan aspek lingkungan hidup3. Ketiga aspek ini saling

mendukung satui sama lain dan tidak boleh diperlakukan secara berat sebelah, apalagi

dipertentangkan antara satu dengan yang lainnya.

1. Bukan hanya kemajuan ekonomi

Pembangunan yang hanya mengutamakan kemajuan dalam bidang ekonomi, telah

mengakibatkan kerusakan dan kehancuran kekayaan sosial-budaya dan kekayaan sumber

daya alam dan lingkungan hidup. Telah terjadi kemiskinan yang mendalam di negara

berkmbang, karena sumber daya alamnya terkuras habis untuk membayar utang kluar

3 Ibid.hal. 168

35

negerinya. Dengan merosotnya sumber daya alam membuat peningkatan kualitas hidup

tidak bisa dilakukan lagi, termasuk untuk meningkatkan pendidikan dan kesehatan di

negara-negara berkembang pada umunya. Hal lainnya adalah pengaruh langsung bagi

kehancuran budaya masyarakat sekitarnya, yang sangat mengantungkan hidup pada

keberadaan sumber daya alamnya. Kondisi ini mengakibatkan cara berpikir dan cara hidup

orang dengan segala kekayaan budayanya juga terancam, bersama terancamnya eksistensi

mereka oleh punahnya keanekaragaman hayati itu. Sehingga timbulm konflik-konflik

sosial-budaya di berbagai tempat yang merupakan resiko yang harus dibayar mahal oleh

diabaikannya pembangunan sosial-budaya. Ada perasaan diperlakukan secara tidak adil,

termarginalisasi, dan terabaikan secara budaya, yang membuat identitas dan keunikan

berbagai kelompok budaya yang ada menjadi tidak terpelihara dan akhirnya menjadi

punah. Untuk itu diperlukan perubahan kebijakan dalam pembangunan nasional. Tidak

boleh hanya menitikberatkan pada pembangunan ekonomi semata, melainkan juga

pembangunan sosial-budaya dan lingkungan hidup sekaligus.

2. Bukan hanya mengatasi kemiskinan material

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan, tentu saja

pembangunan ekonomi merupakan suatu keharusan. Kemiskinan mempunyai dimensi yang

lebih luas dari sekedar kemiskinan material ekonomis., tetapi juga menyangkut dimensi-

dimensi lain seperti: sosial-budaya, spiritual, dan kualitas lingkungan hidup. Jadi,

mengatasi kemiskinan tidak hanya dengan mengeksploitasi sumber daya alam dengan

tujuan jangka pendek dan parsial saja. Dikarenakan ada banyak faktor yang ikut

menentukan keberhasilan sebuah negara dalam mengatasi kemiskinan. Faktor itu antara

lain adalah kemampuan manusia dalam menghasilkan barang dan jasa dengan nilai tambah

36

yang tinggi. Maka peningkatan sumber daya manusia perlu di agendakan dan dilaksanakan

agar tekanan pad apengandalan sumber daya alam dalam mengatasi kemiskinan , bisa

diperkecil. Dengan demikian maka paradigma pembanguna berkelanjutan perlu dijadikan

teori normatif, yang medesak kita untuk meninggalkan sikapkan sikap menjadikan

pembangunan ekonomi sebagai satu-satunya tujuan pembangunan nasional. Dengan

intregasi ketiga aspek (ekonomi, sosial-bidaya, lingkungan hidup) , kemajuan dan prestasi

ekonomi yang kita capai akan lebih tepat sasaran, karena kita meletakkan dalam kerangka

lingkungan hidup, dan sosial-budaya. Inilah pembangunan yang lebih menjamin

peningkatan kualitas hidup manusia dalam segala dimensinya, dan sekaligus bis lebih

berkelanjutan4.

C. Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Selain mendalami tiga aspek penting pembangunan, perlu juga melihat secara khusus,

ketiga prinsip yang penting ditegakkan dalam pembangunan berkelanjutan.

1. Prinsip demokrasi

Menjamin agar pembangunan dilaksanakan sebagai perwujudan kehendak bersama seluruh

rakyat, demi kepentingan bersama seluruh rakyat. Pembangunan bukan dilaksanakan

beradasarkan kehendak pemerintah atau partsi politik, demi kepentingan rezim atau partai

yang sedang berkuasa.

Prinsip demokrasi mempunyai beberapa aspek penting yang harus diperhatikan sebagai

perwujudan dari prinsip ini:

1. Agenda utama pembangunan haruslah agenda rakyat, demi kepentingan rakyat

banyak. Pembangunan harus merupakan ilplementasi aspirasi dan kehendak

masyarakat, demi kepentingan masyarakat banyak. Pemerintah harus menjamin 4 A. Sonny Keraf. Etika Lingkungan, Op. Cit., hal. 173-174.

37

bahwa agenda dan kebijakan pembangunan yang dilakasanakan benar-benar berasal

daridan untuk kepentingan seluruh rakyat. Dengan cara ini maka pergantian rezim

tidak akan menjadi ancaman bagi pembangunan yang sedang berjalan.

2. Dalam kaitan dengan aspek pertama, partisipasi masyarakat dalammerumuskan dan

meng implementasikan kebijakan pembangunan merupkan sebuah keharusan moral

politik. Ini berarti sejak awal proses pembangunan, masyarakat harus dilibatkan,

baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan juga.

3. Harus ada akses informal yang jujur dan terbuka tentang agenda pembangunan dan

proses perumusan agenda pembangunan. Transparasi ini haruslah sebuah keharusan

publik, karena hak untuk mendapatkan informasi yang akurat dan benar merupakan

sebuah tuntutan moral dari demokrasi dan pembangunan itu sendiri.

4. Adanya akuntabilitas publik tentang agenda pembangunan, proses perumusan

kebijakan dan implementasi pembangunan tersebut. Karena agenda pembangunan

berasal dari rakyat dan demi kepentingan rakyat banyak,maka harus ada

pertanggungjawaban publik tentang sejauh mana aspirasi rakyat telah di dengar dan

dijalankan dengan komitmen yang serius dan berdaya guna.

5. Rakyat mempunyai komitmen untuk mengimplementasikannya, karena mereka

terlibat dalm proses perumusannya.

38