bab ii typhus abdominal is

10
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Typhus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada salu pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (T.H. Rampengan da I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini hampir selalu ter makanan dan minuman yang terkontaminasi. Typhus abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh kuman SalmonellaTyphosa, Salmonella ParatyphiA, B dan C . yang menyerang usus haluskhususnya daerahilleum. Penyakit initermasuk penyakittropikyang sangat berhubungan erat dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Dapat dengan mudah berpindah ke orang lai melalui Fecal Oral , artinya kuman Salmonella yang ada pada pada feses penderita atau karier mengkontaminasi makanan atau minuman orang sehat 2.2 Etiologi Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa , basil gram negatif, berflagel, anaerob, dan tidak menghasilkan spora. Kuman dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yan lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 700C maupun oleh antiseptik Salmonella Typhosa memiliki 3 macam antigen, yaitu: a. antigen O ( Ohhne Hauch ): merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar. b. antigen H: terdapat pada flagella dan bersifat termolabil. c. antigen Vi : merupakan kapsulyang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.

Upload: hary-arya

Post on 21-Jul-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Typhus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Typhus abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh kuman SalmonellaTyphosa, Salmonella Paratyphi A, B dan C. yang menyerang usus halus khususnya daerah illeum. Penyakit ini termasuk penyakit tropik yang sangat berhubungan erat dengan kebersihan

perseorangan dan lingkungan. Dapat dengan mudah berpindah ke orang lain melalui Fecal Oral, artinya kuman Salmonella yang ada pada pada feses penderita atau karier mengkontaminasi makanan atau minuman orang sehat.

2.2 Etiologi Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil gram negatif, berflagel, anaerob, dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yanng lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 700C maupun oleh antiseptik. Salmonella Typhosa memiliki 3 macam antigen, yaitu: a. antigen O (Ohhne Hauch): merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar. b. c. antigen H : terdapat pada flagella dan bersifat termolabil.

antigen Vi : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.

2.3 Tanda dan Gejala Masa inkubasi rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodroma, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat. Kemudian gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu: a. Demam lebih dari 7 hari. Pada kasus-kasus tertentu, demam berlangsung selama 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak seberapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga, suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga. b. Gangguan saluran pencernaan. Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue, lidah tifoid), ujung dan tepinya kemerehan, jarang disertai tremor. Pada abdomen terjadi splenomegali dan hepatomegali dengan disertai nyeri tekan. Biasanya didapatkan kondisi konstipasi, kadang diare, mual, muntah, tapi kembung jarang. c. Gangguan kesadaran. Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah. d. Pada punggung terdapat roseola (bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan pada minggu pertama demam). e. Epitaksis

2.4 Patofisiologi

Salmonella thyposa Foods, fingers, fomitus, fly, feses Saluran Pencernaan Lambung sebagian mati oleh NCL Mual, Muntah, Diare Usus halus Konstipasi Nutrisi kurang Volume cairan Peredaran darah (Bateriemia primer) Retikulo Endotelial dari kebutuhan Mual, Muntah Melena Perubahan status tubuh berkurang Usus Tukak Empedu Peredaran darah (Bateriemia primer) Hati Hipotamegali Nyeri Inflamasi Oksidasi meningkat Limfoid Endogen pirogen Hipertermi

Splenomegali

kesehatan Kurang Informasi

Periforasi-Perdarahan

Kelebihan O2 otot meningkat Otot kurang O2

Perabaan Kurang Pengetahuan Lemah Gangguan ADL

2.5 Komplikasi Dapat terjadi pada: a. usus halus umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu: 1) Perdarahan usus. Diagnosis dapat ditegakkan dengan: Penurunan TD dan suhu tubuh Denyut nadi bertambah cepat dan kecil Kulit pucat

Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel 2) Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal ileum. 3) Peritonitis. Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan: Nyeri perut hebat Kembung Dinding abdomen tegang (defense musulair) Nyeri tekan TD menurun Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu singkat. b. Komplikasi diluar usus halus Bronkitis. Terjadi pada akhir minggu pertama. Bronkopneumonia. Kasus yang berat bilamana disertai infeksi sekunder. Kolesistitis. Tifoid ensefalopati. Gejala: kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah, demam tinggi. Meningitis. Gejala: bayi tidak mau menetek, kejang, letargi, sianosis, panas, diare, kelainan neurologis. Miokarditis Karier kronik

2.6 Pemeriksaan Penunjang Untuk membuat diagnosa pasti perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium : a. Pemeriksaan darah tepi untuk mendapatkan gambaran mengenai: Leukopenia Limfositosis relative Eosinopilia Trombositopenia

b. Pemeriksaan sumsum tulang untuk mengetahui RES hiperaktif ditandai dengan adanya sel makrofag, sel hemopoetik, granulopoetik,eritropoetik dan trombopoetik berkurang. c. Biakan empedu Untuk mengetahui Salmonella typhosa dalam darah penderita terutama pada minggu pertama. Selanjutnya ditemukan dalam faeces / urine dan mungkin tetap positif dalam waktu lama. d. Pemeriksaan widal Dasar pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur dengan suspensi antigen salmonella typhosa. Pemeriksaan dinyatakan positif bila terjadi reaksi aglutinasi. Untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O yang bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukan kenaikan yang progresif. Titer O dipakai untuk menentukan diagnosis karena mencapai puncaknya bersamaan dengan penyembuhan penderita.

Sedangkan titer H tidak diperlukan untuk diagnosis karena dapat tetap tinggi setelah penderita lama sembuh.

2.7 Penatalaksanaan a. Perawatan Penderita perlu dirawat di RS untuk diisolasi, observasi, dan pengobatan. Harus istirahat Mobilisasi bertahap, sesuai kondisi. Bila kesadran menurun harus diobservasi agar tidak terjadi aspirasi dan komplikasi yang lain. b. Diet makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein (TKTP). Bahan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang, dan menimbulkan gas. Susu 2 kali sehari perlu diberikan.

Bila anak sadar dan nafsu makan baik, dapat diberikan makanan lunak. c. Obat-obatan Kloramfenikol: 75 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 atau 4 dosis, dengan dosis maksimum 2 g/hari, diberikan sampai 3 hari bebas panas, minimal diberikan 7 hari. Clotrimoxazol:(pilihan lain kloramfenikol) 6 mg Trimetoprim, 30 mg Sulfometoksazol/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis, diberikan sampai 3 hari bebas panas. Ampisilin dan amoksisilin:merupakan derivat penisilin untuk pasien yang resistan terhadap kloramfenikol. Antipiretik seperlunya Vitamin B kompleks dan vitamin C

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. STUDY KASUS III Ny. N (48 thn) adalah seorang ibu rumah tangga, lulusan dari stikes disalah satu kota medan dengan jurusan sarjana keperawatan mempunyai anak 3 orang anak. Suami Ny.N adalah seorang pengusaha dengan penghasilan lebih dari cukup. Ny. N tinggal di Jl. Sudarsono No 67 Rt 05

Rw 10 Kota Cirebon. Ny. N merupakan keturunan batak dan seorang muslim yang rajin melaksanakan ibadah solat. Ny N gemar dengan makanan yang pedas dan asam, tetapi pada suatu malam Ny. K merasakan suhu tubuhnya tinggi, badan lemas, dan mulutnya pahit. Ny N juga merasakan kepala pusing, serta badan terasa lemas. Setiap mengalamai keluhan / sakit, Ny. N tidak pernah mengkonsumsi obat warung. Ny. N juga pernah dirawat di rumah sakit 1 kali dengan diagnosa typhus abdominalis. Karena sudah 2 hari keluhan yang dirasakan tidak berkurang/sembuh, maka pada tanggal 3 Januari 2012 jam 23.45 WIB, akhirnya Ny. N dibawa oleh suaminya ke RSUD Gunung Jati Cirebon. Pada saat di Ruang UGD didapatkan tanda-tanda vital sbb : T = 40C, P = 100 x/mnt, R = 24 x/mnt dan S = 150/90 mmHg. Setelah Ny. N berada di ruang VI seorang mahasiswa STIKMA bernama G yang sedang melaksanakan praktek profesi melakukan pengkajian dengan hasil : nyeri abdomen bagian tengah, fatique, nausea, anoreksia, bibir kering, porsi makan hanya , minum hanya 2000 cc, urine hanya 1800 cc, warna kuning, istirahat dan tidur hanya 4-5 jam, dan tampak lemah serta aktivitas dibantu sama keluarga. Mahasiswa G juga tidak mendapatkan data dari Ny. N bahwa dalam keluarganya tidak mempunyai penyakit keturunan spt DM, HT dll. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik oleh mahasiswa G didapatkan sebagai berikut : keadaan umum klien tampak lemah dan kesadaran compos mentis. Tanda-tanda vital : T = 41C, P = 110 x/mnt, R = 260 x/mnt dan S = 150/100 mmHg. Pada sistem pengindraan didapat : kelopak mata sayu, mata kemerahan, pasage hidung lemah, terdapat rinne (+). Sistem respirasi

didapatkan data : pergerakan dada seimbang, suara napas vesikuler, ronchi (), wheezing (-). Pada sistem cardiovasculer tidak terdapat palpitasi, ictus cordis (-), pols irreguler, terdapata suara BJ III. Pada sistem gastro intestinal didapat : bibir lembab, lidah kotor, tidak terdapat lesi, terdapat nyeri tekan pada kuadran tengah, BU (+) 6 x/mnt. Sistem perkemihan : pada saat diperkusi tidak terdapat nyeri, kuanitas 1500 cc, urine pekat, dan anuria. Ekstrimitas : tidak didapat kelainan. Dengan keadaan sekarang ini, klien merasakan takut penyakitnya tidak sembuh dan klien selalu memikirkan fungsinya sebagai ibu rumah tangga. Selama dirawat di ruang VI klien selalu berusaha untuk berkomunikasi dengan pasien yang lainnya dan klien merasa terganggu dalam melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

B. Wawancara 1. Identitas Klien Nama Umur Agama Suku bangsa Tanggal masuk RS Tanggal Pengkajian Diagnosa Medis Alamat : : : : : : : : Ny.N 48 tahun Islam batak 03 Januari 2012 03 Januari 2012 Typhus Abdominalis Jl. Sudharsosno no. 67 Rt 05 Rw 10 Kota Cirebon 2. Keluhan Utama Demam sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit. 3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang Typhus Abdominalis. Klien merasakan demam, lemas, lidah pahit, pusing sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit. b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Typhus Abdominalis C. Hasil Pengkajian Objektif Nyeri tekan pada abdomen kuadran tengah Fatique Nausea Anoreksia Bibir kering Porsi makan hanya porsi Intake cairan 2000cc Urine 1800cc Istirahat dan tidur 4-5 jam Tampak lemah Aktifitas dibantu keluarga Tekanan darah: 150/100 mmHg Suhu: 41oC Respirasi: 26 X/mnt Nadi: 110X/mnit Kelopak mata sayu Mata Kemerahan Pasase hidung lemah Terdapat BJ III BU 6X/mnt Lidah kotor

D. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan invasi kuman ke dalam usus halus 2. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan mukosa usus 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia 4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot E. Analisa Data No.