bab ii tinjaun pustaka a. dismenorea 1. pengertian...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Dismenorea
1. Pengertian Dismenorea
Disminorea adalah nyeri saat haid,biasanya dengan rasa kram dan berpusat
di bagian bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang
ringan sampai terjadi keparahan dismenorea berhubungan langsung dengan lama
dan jumlah darah haid. Seperti di ketahui haid hampir selalu diikuti dengan rasa
mulas/nyeri. Namun, yang di maksud dengan dismenorea pada topik ini adalah
nyeri haid berat sampai perempuan tersebut datang berobat ke dokter atau
mengobati diri nya sendiri dengan obat anti nyeri (Sarwono,2011).
Disminorea atau rasa nyeri menstruasi yang menimbulkan nyeri
merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari
berbagai tingkat usia(Bobak,2004). Hampir semua wanita mengalami rasa tidak
enak pada perut bagian bawah saat menstuasi. Dismenorea hanya di pakai apabila
nyeri begitu hebat sehingga menggangu aktivitas dan memerlukan obat. Uterus
atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan relaksasi. Pada umumnya,
kontaksi otort uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat dan sering
menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul rasa
nyeri(Icemi,2013). Dismenorea adalah nyeri nyeri haid demikian hebatnya,
sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan nya atau
hidupnya sehari hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari (Varney,2006).
9
2. Klasifikasi Dismenorea
Secara klinis, disemenorea dibagi menjadi dua, yaitu dismenoreaa primer
(esensial, intrinsik, idiopatik) dan dismenoreaa sekunder (ekstrinsik, yang
diperoleh, acuired)
a. Dismenorea primer
Dismnorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tampa kelainan pada
alat-alat ginetal yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah
menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih,oleh karna siklus-siklus haid pada
bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis onovulatoar atau
bersama sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam,
walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat ras nyeri
kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat
menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan pada rasa nyeri dapat
dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya
(Icemi, 2013).
b. Dismnorea sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri saat menstruasi yang disebabkan oleh
kelainan ginekologi atau kandungan pada umumnya terjadi pada wanita yang
berusia 25tahun. Tipe nyeri dapat menyerupai nyeri mentruasi dismenorea primer,
namun lama nyeri dirasakan melebihi priode menstuasi dan dapat pula terjadi
bukan pada saat menstuasi. Pengertian yang lain menyebutkan definisi
dismenorea sekunder sebagai nyeri yang muncul saat menstuasi namun
disebabkan oleh adanya penyakit lain. Penyakit lain yang sering menyebabkan
dismenorea sekunder antara lain endometriosis, febroid uterin, adenomyosis uterin
dan inflamasi pelvis kronis (Icemi, 2013).
10
Tanda dan gejala pada dismenorea sekunder dapat beragam dan banyak.
Umumnya gejala tersebut sesuai dengan penyebabnya. Keluhan yang biasanya
muncul adalah gejala pada gastrointestinal, sulit berkemih, dan masalah pada
punggung. Keluhan menstruasi berat yang disertai nyeri menandakan adanya
perubahan kondisi uterus seperti adenomyosis, myomas, atau polip. Keluhan nyeri
pelvis yang berat atau perubahan kontur abdomen meningkatkan neoplas intra-
abdominal. Beberapa kondisi abnormal yang mendasarinya (biasanya melibatkan
sistim reproduksi seorang wanita) menyumbang pada nyeri menstruasi.
Dismenorea sekunder mungkin adalah jelas pada menarche namun, lebih sering
kondisi nya berkembang kemudian (Icemi, 2013)
3. Etiologi dismenorea
Penyebab dismenorea bermacam-macam, bisa karena penyakit penyakit
(radang panggul), endrometriosis, tumor atau kelainan uterus selaput dara atau
vagina tidak berlubang, stres atau cemas yang berlebihan. Penyebab lain dari
dismenorea diduga terjadinya ketidak seimbangan hormonal dan tidak ada
hubungan dengan organ reproduksi (Judha, 2012)
Selama menstruasi, sel-sel endrometrium yang terkelupas melepaskan
prostaglandin, prostaglandin merangsang otot uterus berkontraksi dan
mempengaruhi pembuluh darah yang menyebabkan iskemia uterus (penurunan
suplai darah ke rahim) melalui kontraksi mymetrium (otot dinding rahim) dan
yasoconstrictium (penyempitan pembuluh darah) (Anurogo,2011). Setelah
bertahun-tahun normal dengan siklus menstruasi tanpa nyeri,peningkatan
prostaglandin dapat menyebabkan dismenorea sekunder pada perempuan usia 20-
30 tahun. Namun penyebabnya yang umum, diantranya endometritis,
11
adenomyosis, polip endometrium, chonic pelvis inflamatory dan penggunaan alat
kontrasepsi dalam rahim (Anurogo, 2011).
4. Faktor yang Mempengaruhi Dismenorea
Berikut ini adalah faktor yang mempengaruhi nyeri menstruasi
berdasarkan klasifikasinya :
a. Faktor dismenorea primer
1) Faktor kejiwaan
Gadis remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika meraka tidak
mendapatkan penerangan yang baik tentang proses menstuasi,mudah mengalami
dismenorea primer. Fokus bersama dismenorea merupakan kandidad terbesar
penyebab gangguan insomnia (Judha, 2012).
2) Faktor kosntitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor kejiwaan yang dapat juga
menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor-faktor ini adalah anemia, penyakit
menurun,dan sebagainya (Judha, 2012).
3) Faktor obstruksi kanalis servikalis (leher rahim)
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan dimenore primer
adalah stenosis kanalis servikalis. Sekarang hal tersebut tidak lagi dianggap
sebagai faktor penting sebagai penyebab dismenorea primer, karna banyak
peremuan menderita dismenorea primer tampa stenosis sevikalis, begitu juga
sebaliknya. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat
menyebabkan dismenorea karna otot otot uterus berkontraksi kuat untuk
mengeluarkan kelainan tersebut (Judha, 2012).
12
4) Faktor endokrin
Umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea
primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Hal ini disebabkan
karna endometrium dalam fase sekresi (fase pramenstuasi) memproduksi
prostraglandin F2 alfa yang menyebabkan kontraksi otot polos. Jika jumlah
prostraglandin F2 alfa berlebih dilepaskan dalam peredaran darah,maka selain
dismenorea, dijumpai pula efek umum seperti diare, mual, dan muntah (Judha,
2012).
b. Faktor dismenorea sekunder
1) Intrauterine contracaptive devices (alat kontrasepsi dalam rahim)
2) Adenomyosis (adanya endometrium selain di rahim)
3) Uterine myoma (tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot)
4) Uterin polyps (tumor jinak di rahim)
5) Adhesons (perlekatan)
6) Striktur serviks, striktur kanalis servikalis, dan varikosis pelviks
7) Kista ovarium
8) Ovarium torsion (sel telur terpelintir)
9) Pelvic congestion syndrome (gangguan pada pangul)
10) Uterine lelomyoma (tumor jinak rahim)
11) Psychogenic pain (nyeri psikogenik)
12) Endometriosis pelvis (jaringan endometrium yang berada di panggul)
13) Penyakit radang panggul kronis
14) Tumor ovarium, polipnendometrium
15) Kelainan letak uterus, seperti retrofleksi hiperentefleksi dan retrofleksi
13
terfiksasi
16) Faktor psikis, seperti takut tidak punya anak dan konflik dengan pasangan
17) Allen-masters syndrome (kerusakan lapisan otot panggul) (Anurogo,
2011).
5. Patofisiologi
Pada akhir fase corpus luteum, hormon progresteron berada pada kadar
yang rendah. Hormon progresteron menghambat atau mencegah kontraktilitas
uterus sedangkan hormon esterogen merangsang kontraktilitas uterus. Disisi
lain,endometrium dalam fase sekresi memproduksi F2α sehingga menyebabkan
kontraksi otot-otot polos (Anurogo, 2011).
Prostaglandin F2α (PGF2α), yang dihasilkan endometrium. PGF2α
merupakan hormon yang diperlukan untuk menstimulasi kontraksi uterus selama
menstruasi. Pada remaja yang mengalami disminorea, jumlah produksi PGF2α
lebih tinggi di atas nilai normal. Jika kadar prostaglandin yang berlebihan
memasuki peredaran darah maka selain dismenorea juga dijumapi efek lain yaitu
mual,muntah,dan diare (Anurogo, 2011).
6. Penatalaksanaan Dismenorea
Penanganan yang dapat diberikan pada remaja putri yang mengalami
dismenorea sebgai berikut:
14
a. Imaginery
Metode ini menggunakan memori tentang peristiwa-peristiwa yang
menyenangkan bagi anda atau mengembangkan pemikiran-pemikiran anda untuk
mengurangi nyeri (Judha, 2012).
b. Teknik relaksasi
Ketegangan otot, kecemasan, dan nyeri adalah permasalahanyang tidak
nyaman. Masing-masing perasaan secara individu dapat memperhebat perasaan
yang lain dan menciptakan suatu siklus hebat. Teknik relaksasi dapat membantu
memutuskan siklus ini. Teknik ini meliputi meditasi, yoga, musik, dan ritual
keagamaan. Penggunaan teknik relaksasi tidak menyiratkan bahwa nyeri itu tidak
nyata, tetapi hanya membantu menurunkan ketakutan atau kecemasan
berhubungan dengan nyeri sedemikian rupa sehingga tidak bertambah buruk
(Judha, 2012).
c. Distraksi
Metode ini berfokus pada perhatian seseorang atas sesuatu selain dari
nyeri. Teknik ini paling efektif untuk nyeri yang dirasakan sesaat saja, sebagai
contoh, injeksi dan pengambilan darah (Judha, 2012).
d. Transcutaneous electrical never stimulation (TENS)
e. Alat ini bekerja seperti menggunakan tempelan dikulit. Tempelan ini akan
memancarkan implus yang akan memblok nyeri pada nevernya. Metode
penghilang rasa sait menggunkan mesin Transcutaneous electrical never
stimulation (TENS)diipilih jika rasa sakit ingin hilang tampa menggunakan
obat. Mesin ini merupakan suatu sensor elektronik yang membantu tubuh
menahan rasa sakit dengan mengirim pulsa arus listrik ke punggung. Beberapa
15
elektroda ditempelkan diatas saraf punggung menuju rahim dan dihubungkan
dengan panel kontrol yang di pegang untuk menambah atau mengurangi arus
listrik. Alat ini mudah digunakan dan tidak berbahaya (Judha, 2012).
f. Analgesik
Penggunaan obat-obatan sebagi cara untuk mereduksi nyeri merupakan
alternatif terakhir apabila nyeri yang dirasa menjadi semakin berat, penderita tidak
tahan lagi menghadapi nyeri ataupun nyeri berlangsung lama. Interathecal labour
analgesia (ILA) adalah suatu teknik baru untuk menghilangkan nyeri yang hampir
mirip dengan anastesinya. Pada ILA, obat anastesi disuntikan intratekal,suatu
daerah sedikit diatas epidural dan dosis obat yang diberikan lebih sedikit
dibandingkan epidural, keuntungan dari teknik ILA dibandingkan epidural adalah
lebih aman karna dosis obat lebih sedikit, lebih mudah melakukan, dan biayanya
relatif lebih mudah (Judha, 2012).
g. Massage effleurage
Mengurangi rasa nyeri pada dismenorea dengan terknik sentuhan dengan
menggunakan kedua jari-jari tangan pada daerah abdomen yaitu mengikuti dua
pola gerakan melingkar dari simpisis pubis hingga titik di atas umbilikus (Varney,
2008).
h. Aromaterapi melati
Aromaterapi juga dapat menurunkan tingkat nyeri pada seseorang yang
mengalami dismenorea menghilangkan rasa sakit saat menstruasi, sebab
aromaterapi juga dapat memberikan efek stimulasi, memberikan sensasi yang
menenangkan diri, otak, keseimbangan, stress yang dirasakan, relaksasi pada
pikiran dan fisik pada tubuh sehingga efek inilah yang dapat menurunkan nyeri
16
pada seseorang. Jika pikiran terasa tenang dan rileks maka akan tercipta suasana
yang nyaman, dan nyeri haid pun dapat berkurang (Najmi, 2011).
7. Pengertian Nyeri
International Association for the study oh pain (IASP) mendefinisikan
nyeri sebagai suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau
yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Poter&Perry,
2005 didalam Judha 2012).
Caffery sebagai di kutip oleh potter & perry (2005), menyatakan nyeri
adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi
kapan saja ketika seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri. Nyeri merupakan
sensasi tidak menyengkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh. Nyeri
seringkali dijelaskan dalam istilah proses distruktif jaringan seperti ditusuk-tusuk,
panas terbakar, melilit, mual ,emosi, perasaan takut. Setiap perasaan nyeri dan
intesitas sedang sampai kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan untuk
melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu.
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbulnya bila ada
jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan
memindahkan stimulus nyeri. Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
dan potensial yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh. Seringkali dijelaskan
dalam istilah prosesdistruktig, jaringan seperti ditusuk-tusuk,panas terbakar,
melilit, seperti emosi, perasaan takut, mual dan takut.
17
8. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi 2, yaitu nyeri akut dan nyeri
kronik.
a. Nyeri akut
Sebagian terbesar, diakibatkan oleh penyakit, radang, atau injuri jaringan.
Nyeri jenis ini biasanya datang tiba tiba, sebagai contoh, setelah trauma atau
pengembangan dan mungkin menyertai kecemasan atau distres emosional. Nyeri
akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera sudah terjadi. Nyeri akut
biasanya berkurang sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri ini umumnya
terjadi kurang dari 6 bulan penyebab nyeri yang paing sering adalah tindakan
diagnosa dan pengobatan. Dalam beberapa kejadian jarang menjadi kronis.
b. Nyeri kronik
Secara luas dipercaya menggambarkan penyakitnya. Nyeri ini konstan dan
intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik sulit untuk
menentukan awitannya. Nyeri ini dapat menjadi lebih berat yang dipengaruhi pleh
lingkungan dan fokus kejiwaan. Nyeri kronis dapat berlangsung lebih lama (lebih
dari enam bulan) dibandingkan dengan nyeri akut dan resisten terhadap
pengobatan. Nyeri ini dapat dan sering menyebabkan masalah yang berat bagi
pasien.
9. Faktor yang mempengaruhi nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya adalah:
18
a. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya
pada anak dam lansia. Perbedaan perkembangan yang ditemukan diantara
kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan lansia beraksi
terhadap nyeri.
b. Jenis kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam respon
terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu
faktor dalam mengekspresikan nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi
subyek penelitian yang melibatkan pria dan wanita, akan tetapi toleransi terhadap
nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada
setiap individu tanpa memperhatikan jenis kelamin.
c. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi secara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang
diterima oleh kebudayaan mereka. Menurut Clancy dan Vicar (Cit perry & Potter,
2005), menyatakan bahwa sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis
seseorang. Dengan demikian, hal ini dapat mempengaruhi pengeluarann fisiologis
opiat endogen dan sehingga terjadi lah persepsi nyeri.
d. Makna nyeri
Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini
juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut.
Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda apabila nyeri
tersebut memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan tantangan.
19
Misalnya seorang wanita yang melahirkan akan mempresepsikan nyeri, akibat
cedera karena pukulan pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersiapkan
nyeri klien berhubungan dengan makna nyeri.
e. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.
Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain,
maka perawat menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer. Biasanya hal ini
menyebabkan toleransi nyeri individu meningkatkan, khususnya terhadap nyeri
yang berlangsung hanya selama waktu pengalihan.
f. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan
ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dengan nyeri dan ansietas. Price (Cit
perry & Potter, 2005), melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri
mengaktifkan bagian sistim limbik dapat memproses reaksi emosi seseorang,
khususnya ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi seseorang
terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilang nyeri.
g. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan
sensori nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Hal ini dapat
menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita penyakit dalam
jangka lama. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri terasa
lebih berat dan jika mengalami suatu proses periode tidur yang baik maka nyeri
berkurang.
20
h. Pengalaman sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu akan
menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila
individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah
sembuh maka rasa takut akan muncul, dan juga sebaliknya. Akibatnya klien akan
lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
menghilangkan nyeri.
i. Gaya koping
Pengalam nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat merasa
kesepian,gaya koping mempengaruhi mengatasi nyeri.
j. Dukungan keluarga dan sosial
Fakttor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran
orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. Walaupun
nyeri dirasakan, kehadiran orang yang bermakna bagi pasien akan meminimalkan
kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga dan teman, seringkali
pengalaman nyeri membuat klien semakin tertekan, sebaliknya tersedianya
seseorang yang memberi dukungan sangatlah berguna karna akan membuat
seseorang merasa lebih nyaman. Kehadiran orang tua sangat penting bagi anak-
anak yang mengalami nyeri.
10. Skala intensitas nyeri
a. Numerocal Rating Scale (NRSs)
Metoda ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkan range dari
intensitas nyeri. Umumnya pasien akan menggambarkan intensitas nyeri yang
dirasakan dari angka 0-10. “0” menggambarkan tidak ada nyeri, sedangkan “10”
21
menggambarkan nyeri yang hebat. Klasifikasi skala nyeri tersebut terbagi dalam 4
kategori, yaitu:
0 : Tidak ada keluhan nyeri haid/kram bagian bawah.
1-3 : Terasa kram perut bagian bawah yang masih dapat ditahan, masih bisa
beraktifitas, tidak mengganggu konsentrasi belajar.
4-6 : Terasa kram pada perut bagian bawah yang menjalar ke pinggang,
sebagian aktivitas dapat terganggu, sulit konsentrasi belajar.
7-9 : Terasa kram berat pada perut bagian bawah, yang menyebar tidak hanya
ke pinggang, namun juga ke punggung, tidak nafsu makan, mual, badan
lemas, tidak kuat beraktivitas dan tidak dapat konsentrasi belajar.
10 : Terasa kram yang berat sekali pada perut pagian bawah, yang menyebar
ke pinggang, kaki dan punggung, tidak mau makan, mual, muntah, sakit
kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa berdiri atau bangun dari tempat
tidur, tidak kuat beraktivitas dan terkadang sampaipingsan (Potter,Perry ,
2006)
Gambar 1.
Skala Pengukuran Nyeri Numeric Rating Scale
b. Comparative Pain Scale
Skala ini menggunakan angka 0-10 untuk menggambarkan range dari
intensitas nyeri dan merupakan penjabaran dari numerc rating scale. Klasifikasi
skala nyeri tersebut, yaitu:
22
0 : tidak ada rasa nyeri/normal
1 : nyeri hampir tidak terasa (sangat ringan) seperti gigitan nyamuk
2 : tidak menyenangkan (nyeri ringan) seperti dicubit
3 : bisa ditoleransi (nyeri sangat terasa) seperti ditonjok bagian bawah atau
disuntik.
4 : menyedihkan (kuat, nyeri yang dalam) seperti sakit gigi dan nyeri
disengat tawon.
5 : sangat menyedihkan (kuat, dalam, nyeri yang menusuk) seperti terkilir
keseleo.
6 : intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampaknya
mempengaruhi salah satu dari panca indra) menyebabkan tidak fokus dan
komunikasi terganggu.
7 : sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat) dan
merasakan nyeri yang sangat mendominasiindra sipenderita yang
menyebabkan tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu
melakukan perawatan sendiri.
8 : benar-benar mengerikan (nyeri yang begitu kuat) sehingga menyebabkan
sipenderita tidak dapat berfikir jernih, dan sering mengalami perubahan
kepribadian yang parah jika nyeri datang dan berlangsung lama.
9 : menyiksa tak tertahankan (nyeri yang begitu kuat) sehingga sipenderita
tidak bisa mentoleransi dan ingin segera menghilangkan nyerinya
bagaimanapun caranya tanpa peduli dengan efek sampinh atau resikonya.
10 : sakit yang tidak terbayangkan tidak dapat diuangkapkan (nyeri bagitu
kuat tidak sadarkan diri) biasanya pada skala ini sipenderita tidak lagi
23
merasakan nyeri karena sudah tidak sadarkan diri akibat rasa nyeri yang
snagat luar biasa seperti pada kasus kecelakaan parah, multi fraktur
B. Massage Effleurage
1. Pengertian massage effleurage
Effleurage berasal dari bahasa perancis effleurage yang berartinya adalah
sentuhan dengan ringan, namun ada yang mengartikannya effleurage yang artinya
adalah menggelinding / meluncur, effleurage merupakan manipulasi pada jaringan
luar dimana tangan meluncur pada permukaan jaringan. Effleurage adalah suatu
gerakan dengan mempergunakan seluruh permukaan telapak tanagn dan jari-jari
selaluu menyesuaikan dengan bagian tubuh yang di gosok. Tangan menggosok
secara supel menuju ke arah jantung (sentipetal) dengan dorongan dan tekanan.
Tetapi boleh juga menuju menyamping (sentipetal) misalnya gosokan didaerah
dada, perut dan sebagainya. Teknik effleurage dilakukan pada permulaan massage
dosis 5 kali dan menutup massage dosis 3 kali baik sebagian maupun untuk
seluruh tubuh. Effleurage yang dilakukan pada daerah anggota gerak (extremitas)
selalu dengan dorongan dan tekanan yang baik dan setiap gosokam harus berakhir
pada pada kelenjar limfe (pada ketiak untuk anggota gerak atas dan lipat paha
untuk anggota gerak bawah (Bambang, 2012).
Effleurage merupakan usapan yang dilakukan menggunakan telapak
tangan dan jari-jari secara bersamaan. Effleurage dapat dilakukan dengan satu
atau kedua tangan atau lengan di beberapa area tubuh. Sementara sebagian besar
stroke Effleurage adalah salah satu perjalanan mengalir panjang di sepanjang
bagian tubuh (Stone, 2010).
24
2. Manfaat Massage Effleurage
Manfaat dari massage effleurage menurut (Bambang,2012)
a. Membantu melancarkan peredaran darah vena dan peredaran getah
bening atau cairan limfe.
b. Membantu memperbaiki proses metabolisme
c. Menyempurnakan proses pembuangan sisa pembakaran atau
mengurangi kelebihan
d. Membantu penyerapan (absorpsi) ada peradangan
e. Relaksasi dan mengurangi rasa nyeri
3. Peranan Massage Effleurage
Mekanisme penghambatan nyeri dengan teknik effleurage, stumulasi
serabut kulit dapat menghambat sinyal nyeri dari area tubuh yang sama atau area
lainya, stimulasi serabut kulit dapat dilakukan dengan beberapa teknik masase,
usapan, rubbing dan fibris. Effleurage memfasilitasi dan disktraksi dan
menurunkan transmisi sensorik stimulasi dinding abdomen sehingga mengurangi
rasa ketidak nyamanan pada area nyeri. Sebagai teknik relaksasi effleurage
mengurasi ketegangan otot dan meningkatkan sirkulasi di area nyeri (Indrayani,
2016).
4. Prosedur Tindakan Massage Effleurage
Prosedur effleurage pada perut dan punggung bagian bawah adalah
sebagai berikut:
a. Posisikan klien tidur dengan posisi terlungkup
b. Usapkan punggung bagian bawah klien dengan gerakan berawalan dari tengah
25
area lumbal pada titik terendah nya menuju kearah perut. Gunakan kedua
tangan secara bilateral. Lakungan tiga usapan dengan setiap usapan semakin
melengkung ke atas hingga mencakup seluruh area lumbal. Jangan biarkan
tangan terangkat dari kulit klien. Lanjutakan pola gerakan selama 3-5 menit.
c. Posisikan klien untuk tidur dengan posisi terlentang
d. Usapkan abdomen klien dengan gerakan berawalan dari sisi bokong baian atas
melengkung ke bawah dan berakhir pada akhir midline di atas pubis. Ulangi
dua kali gerakan dengan awal gerakan semakin ke atas sehingga pada gerakan
ketiga pijat dimulai dari area bawah rusuk. Ulangi gerakan selama 3-5 menit.
e. Lakukan usapan melintasi abdomen dari arah kiri ke kanan pasien dengan pola
dari atas ke bawah hingga mencakup semua bagian abdomen. Ulangi gerakan
selama 3-5 menit.
f. Gunakan tangan kanan untuk melakukan gerakan melingkar mengelilingi
umbilikus. Ulangi gerakan selama 3-5 menit.
5. Pengaruh Massage Effleurage Terhadap Penurunan Dismenorea
Effleurage dapat mengurangi nyeri dengan menutupi mekanisme
pertahanan di sistem saraf, yang dikenal dengan teori gate control. Teori gate
control mengemukakan stimulasi serabut saraf yang mentranmisikan sansasi
tidak nyeri dapat menghambat atau mengurangi transmisi implus nyeri. Sentuhan
tidak menstimulasi reseptor non nyeri di area reseptor yang sama dengan reseptor
nyeri secara khusus, tetapi dapat memberikan efek melalui sistem kontrol
desenden. Input stimulasi dari effleurage yang ditransisikan oleh serabut saraf
berdiameter kecil, menutup gerbang (gate) nyeri, dan mencegah transmisi nyeri
26
lebih lanjut ke pusat nyeri (Smeltzer& Bare, 2003).
Mekanisme penghambatan nyeri dengan massage effleurage berdasarkan
konse gate control theory. Serabut taktil kulit dapat menghambat sinyal nyeri dari
area lainnya. Stimulasi serabut taktil kulit dapat dilakukan dapat dilakukan dengan
beberapa teknik massage, rubbing, usapan, fibrasi, dan obat olesan analgesic
(Indrayani, 2016).
Selama nyeri terasa dari uterus sepanjang serabut saraf C untuk
ditransmisikan ke Substansia Gelatinosa di Spina Cord untuk selanjutnya akan
disampaikan ke cortex cerebri untuk diterjemahkan sebagai nyeri. Stimulasi taktil
dengan teknike effleurage menghasilkan pesan yang sebaliknya dikirim lewat
serabut saraf yang lebih besar (serabut A delta). Serabut A delta akan menutup
gerbang sehingga cortex Cerebri tidak menerima pesan nyeri karna sudah diblokir
oleh Counter stimulasi dengan teknik effleurage sehingga persepsi nyeri berubah,
karna serabut di permukaan kulit sebagian besar adalah serabut saraf yang
berdiameter luas. Teknik effleurage juga mengurangi ketegangan otot ,
meningkatkan sirkulasi area yang sakit dan mencegah terjadinya hioksia
(Indrayani, 2016).
C. Aromaterapi Melati
1. Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi merupakan metode menggunakan minyak essensial untuk
meningkatkan kesehatan fisik, emosi spiritual, menurunkan nyeri (Monahan,
Sand, Neighbors, Marek, Green, Koensoermardiyah, 2009 dalam Solehati 2015).
Aromaterapi adalah suatu metode dalam relaksasi yang menggunakan
27
minyak essensial dalam pelaksanaannya berguna untuk meningkatkan kesehatan
fisik, emosi, dan spirit seseorang (Monahan, Sand, Neighbors, Marek, Green,
Koensoermardiyah, 2009 dalam Solehati 2015).
Mekanisme Inggris, Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
Universitas Warwick, dengan menemukan bahwa bau yang dihasilkan dari
aromaterapi berikan gugus steroid di dalam kelenjar keringat yang disebut osom
yang mempunyai potensi sebagai penenang kimia alami yang akan merangsang
neurokimua otak. Bau yang menyengat akan menstimulasi thalamus untuk
mengeluarkan enkefalin. Enkefalin memiliki fungsi sebagaipenghilang rasa sakit
alami. Enkafalin seperti halnya endorfin merupakan zat kimiawi endogen (zat
yang diproduksi oleh tubuh) yang bersruktur serupa dengan opioid (Smeltzer &
Bare dalam Andini 2018).
Beberapa penelitian terlah membuktikan, bahwa aromaterapi efektif dalam
menurunkan intensitas nyeri yang di rasakan pasien. Menunjukan bahwa
aromaterapi efektif menurunkan nyeri pada pasien yang mengalami arthritis.
2. Cara Kerja Aromaterapi Melati
Aromaterapi melati dengan kandungan kimia dari jasmine yaitu minyak
esteris, indole, benzelic, alcoholbenzilic, livalylacetaat, linalcohol ,asetat dan
jasmin merupakan salah satu minyak aromaterapi yang banyak digunakan saat ini.
Aromaterapi yang digunakan secara inhalasi atau dihirupakan masuk kesistem
llimbic dimana nanti nya aroma akan diproses sehingga kita dapat mencium
baunya. Pada saat menghirup suatu aroma, komponen kimia nya akan masuk ke
bulbus olfactory, kemudian ke limbic sistem pada otak, menghasilkan seluruh
respon naluri kita, emosi, dorongan seks memori kita dan berkaitan erat dengan
28
otak yang mencermati indera pencium. Limbic adalah struktur bagian dalam dari
otak yang berbentuk cincin yang terletak di bawah cortex cerebral. Sistem limbic
sebagai pusat nyeri, senang, marah, takut, depresi, dan berbagaiemosilainnya.
Sistem limbic menerima semua informasi dari sistem pendengaran, sistem
penglihatan, dan sistem penciuman (Dewi, 2013).
3. Pengaruh Aromaterapi Melati Terhadap Nyeri Dismenorea
Aromaterapi merupakan teknik penyembuhan meggunakan konsentrasi
minyak esensial dari tumbuhan, sekalipun metode yang digunakan tergolong
sederhana, namun terapi ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan
metode penyembuhan yang lain seperti biaya yang dikeluarkan cukup murah,
bisa dilakukan diberbagai tempat dan keadaan, cara pemakaian tergolong praktis
dan efesien, efek zat yang ditimbulkan tergolong cukup aman bagi tubuh dan
khasiatnya pun terbukti cukup manjur dan tidak kalah dengan metode terapi lain
(Jaelani, 2009). Efek dari kandungan dari aromaterapi jasmine yaitu minyak
esteris, indole, benzelic, alcoholbenzelic, linalylacetaat, linalool, asetatdan
jasmine.
Kandungan utama dari aromaterapi adalah linalyl asetat dan linalool.
Diteliti efek dari tiap kandungan aromaterpi untuk mencari tahu zat mana yang
memiliki efek anti-anxiety (efek anti cemas) menggunakan Geller conflict dan
Vogel conflict test. Linalyl asetat sebagai salah satu kandungan utama pada
aromaterapi tidak menghasilkan efek anti cemas yang signifikan pada kedua tes.
Linalool, yang juga merupakan kandungan utama pada melati, memberikan hasil
yang signifikan pada kedua tes. Dapat dikatakan, linalool adalah kandungan aktif
utama yang berperan pada efek anti cemas (Dewi, 2013).
29
Menurut Indah (2013) terdapatkandungan linalool yang menimbulkan
perasaan rileks dan kandungan linalool juga dapat meningkatkan sirkulasi dan
menghantarkan pesan elektro kimia kesusunan saraf pusat. Selanjutnya linalool
akan menyebabkan spasmolitik serta menurunkan aliran impuls saraf yang
mentrasmisikan nyeri.
D. Kerangka Teori
Tinjauan teori berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, variabel-
variabel yang akan diteliti. Dasar membuat kerangka konsep adalah kerangka
teori. Maka kerangka teori pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sumber : Prawirohardjo (2010), Judha (20I2)
Gambar 2 Kerangka Teori
1. Farmakologis
a. Aspirin asetaminofen
b. Ibu profen
c. Terapi hormonal
2. Non farmakologi
a. Imaginery
b. Relaksasi
c. Istirahat yang cukup
d. Olahraga yang teratur
e. Aroma terapi
f. Massage Effleurage
Perubahan nyeri
dismenorea
30
E. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian diatas peneliti membuat kerangka konsep penelitian
perbedaan efektifitas jamu hangat dan kunyit asam dalam mengatasi dismenorea.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3 Kerangka Konsep
F. Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.
Misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan,
pengetahuan, penyakit, dan sebagainya. Variabel bebas atau independen yaitu
variabel yang mempengaruhi variabel terikat (dependen). Variabel bebas atau
independen pada penelitian ini adalah aroma terapi melati dan Massage
effleurage. Variabel terikat atau dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas atau independen. Variabel terikat atau dependen pada penelitian ini
adalah dismenorea.
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan
duga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut. Hipotesis berperan mengarahkan dalam mengidentifikasi variabel-
Aromaterapi melati
Penurunan nyeri
Dismenoreaa
Massage effleurage
31
variabel yang akan diteliti (diamati) (Notoatmodjo, 2012). Hipotesis dalam
penelitian ini adalah : Massage Effleurage lebih efektif menurunkan nyeri
dismenorea dibandingkan dengan aromaterapi melati.
H. Definisi Operasional
Menurut (Notoatmodjo, 2012) definisi operasional adalah batasan pada
variabel-variabel yang diteliti agar variabel tersebut dapat diukur dengan
menggunakan instrumen atau alat ukur.
Tabel 1
Definisi Operasional
N
o Variabel
Definisi
Operasional Cara Ukur
Alat
Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
1 Penurunan
desminore
Perubahan
nyeri ke
tingkat nyeri
lebih rendah
yang
dirasakan
saat
menstruasi
dengan rasa
kram dan
berpusat di
abdomen
bawah yang
di ukur
dengan
comparative
pain scale.
Wawancara
dan
Observasi
Check
list
Tingkat
penurunan nyeri
dengan nilai atau
skor penurunan
nyeri antara
0-10
Rasio
2 Intervensi Tindakan
untuk
mengurangi
nyeri
dismenorea
Observasi Check
list
a. Massage
effleurage
b. Aromaterapi
melati
Nominal