bab ii tinjauan umum tentang koperasi, kredit, dan … 2.pdfhukum koperasi indonesia, pt...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN JAMINAN
2.1 Koperasi
2.1.1 Pengertian koperasi
Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata
latinCum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari kedua
kata ini, dalam bahasa Inggris dikenal istilah Co dan Coperation,dalam
bahasa Belanda disebut dengan istilah Cooperative Verenenging yang berarti
bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan
teretentu.18Berdasarkan UUPerkoperasian, pada Bab 1 Ketentuan Umum
Pasal 1 bagian kesatu, dinyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
CoOperation kemudian diangkat menjadi istilah Kooperasi yang
dibakukan menjadi bahasa ekonomi yang dikenal dengan istilah Koperasi,
yang berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya
sukarela.19
Menurut R.M. Margono Djojohadikoesoemo dalam bukunya yang
berjudul Sepuluh Tahun Koperasi: Penerangan tentang Koperasi oleh
Pemerintah Tahun 1930-1940, menyatakan bahwa koperasi adalah
18R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, 2005, Hukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1.
19Ibid.
24
25
perkumpulan manusiaseorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak
bekerja sama untuk memajukan ekonominya. Selain itu, menurut
Soeriaatmaja memberikan definisi koperasi sebagai suatu perkumpulan dari
orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusi dengan tidak
memandang haluan agama dan politik secara sukarela masuk untuk sekedar
memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan
bersama.20
Arifin Chaniago dalam bukunya yang berjudul Koperasi Indonesia,
1979 memberikandefinisi Koperasi sebagai berikut: Koperasi adalah “suatu
perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang
memberikan kebebasan dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama
secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan
jasmaniah para anggotanya”. Definisi tersebut mengandung unsur-unsur
bahwa:21
1. Perkumpulan koperasi bukan merupakan perkumpulan modal (bukan
akumulasi modal), akan tetapi persekutuan sosial;
2. Sukarela untuk menjadi anggota, netral terhadap aliran dan agama;
3. Tujuannya mempertinggi kesejahteraan jasmaniah anggota-anggota
dengan kerjasama secara kekeluargaan.
Dari beberapa pendapat sarjana di atas dapat diketahui unsur-unsur
koperasi sebagai berikut:
20Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar, dan Nadia Maulisa Benemay, op.cit. h. 19. 21Arifin Chaniago, 2001, Koperasi Indonesia, Angkasa, Bandung, (selanjutnya disebut
Arifin Chaniago I),h.1.
26
1. Koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang
memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka.
2. Bentuk kerjasama dalam Koperasi berbentuk sukarela.
3. Masing-masing anggita Koperasi mempunyai hak dan kewajiban yang
sama.
4. Masing-masing anggota Koperasi berkewajiban untuk mengembangkan
serta mengawasi jalannya usaha Koperasi.
5. Risiko dan keuntungan usaha Koperasi ditanggung dan dibagi secara adil.
2.1.2 Asas-asas koperasi dan prinsip koperasi
Asas koperasi atau dalam bahasa Inggrisnya disebut
CooperativePrinciples ini berasal dari bahasa Latin: Prinncipium yang berarti
basis atau landasan dan inipun bisa mempunyai beberapa pengertian yaitu
sebagai: Cita-cita utama atau kekuatan/peraturan dari organisasi.22
Asas koperasi berdasarkan asas kekeluargaan, sebagaimana yang
tercantum dalam Pasal 33 UUDNRI 1945, disebutkan bahwa:
1. perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang tergantung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Selanjutnya dalam Pasal 2 UUPerkopersian, dinyatakan bahwa koperasi
berlandaskan Pancasila dan UUDNRI 1945 serta berdasarkan atas asas
kekeluargaaan.
22Hendrojogi, op.cit, h. 30.
27
Asas koperasi di Indonesia berasaskan kekeuargaan dn kegotong
royongan. Sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia tata kehidupan
berasaskan kekeluargaan dan bekerja sama saling bantu membantu.
Bergotong royong dengan koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan
bersama koperasi Indonesia hendaknya menyadari bahwa dalam dirinya
terdapat kepribdian sebagai pencerminan kehidupan yang dipengaruhi
keadaan dan tempat lingkungan yang berasaskan kekeluargaan dan gotong
royong dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.Asas koperasi meliputi:
a. Kekeluargaan, mencerminkan adanya kesadaran dari budi, hati nurani
manusia bekerja sama dalam koperasi oleh semua untuk semua.
b. Kegotong royongan, bahwa pada koperasi terdapat keinsyafatan dan
semangat bekerja sama rata bertanggung jawab bersama tanpa memikirkan
diri sendiri melainkan selalu untuk kesejahteraan bersama.23
Koperasijuga memiliki lima prinsip yang tercantum di dalam Pasal 5
ayat (1) UU Perkoperasian yang menyebutkan bahwa:
1. Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut: a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; b. Pengelolaan dilkukan secara demokratis; c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota; d. Pemberian balas jasa sesuai dengan besarnya modal; e. Kemandrian.
Prinsip koperasi merupakan ciri khas dan jati diri koperasi yang
membedakannya dari badan usaha lainnya. Dalam penjelasan Pasal 5
UUPerkoperasian, dijelaskan makna dari masing-masing prinsip, antara lain:
23Arifin Chaniago, dkk, 2000, Pendidikan Perkoperasian Indonesia, Angkasa, Bandung,,(selanjutnya disebut Arifin Chaniago II), h.18.
28
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. Sifat suakrela dalam keanggotaan Koperasi mengandung makna bahwa menjadi anggota Koperasi tidak boleh dipaksakan siapa pun. Sifat sukarela juga mengandung makna bawa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari Koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.
2. Prinsip demokrasi menunjukkan bahwa pengelolaan Koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota itulah yang memegang dan pelaksana tertinggi dalam Koperasi.
3. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam Koperasi tetapi juga berdasarkan pertimbangan jasa usaha anggota terhadap Koperasi. Ketentuan yang demikian ini merupakan perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan.
4. Modal dalam Koperasi pada dasarnya di[ergunakan untuk kemanfaatan anggota dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para angota juga terbatas, dam tidak didasarkan semata-mata besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar.
5. Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa tergantung pada pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha sendiri. Dalam kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggung jawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri, dan kehendak untuk mengelola diri sendri.
2.1.3 Jenis-jenis koperasi
Dalam Pasal 16 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992dinyatakan
bahwa “jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan
ekonomi anggotanya”. Sedangkan di dalam penjelasan Pasal 16 diuraikan
mengenai jenis-jenis koperasi antara lain: koperasi simpan pinjam, koperasi
konsumen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa. Untuk koperasi-koperasi
yang dibentuk oleh golongan fingsional seperti pegawai negeri, anggota
ABRI, maupun karyawan dan sebagainya, bukan merupakan suatu jenis
koperasi tersendiri.
29
Koperasi digolongkan menjadi 4 jenis yaitu sebagai berikut:24
1. Koperasi Produksi
Koperasi dalam bidang produksi menjalankan tugasnya dengan berpegang
kepada asas integrasi atau asas keseluruhan yang membulat, dimana
produksi oleh koperasi sendiri. Maka koperasi produksi akan menjalankan
usaha-usaha sebagai berikut:
- Produksi
- Pergudangan dan pengangkutan
- Perdagangan hasilnya sendiri,
Koperasi produksi dalam masyarakat dapat dibagi-bagi sebagai
sebagai berikut:
a. Koperasi Pertanian
Yaitu koperasi yang para anggotanya:
- Menjalankan usaha-usaha yang ada sangkut pautnya secara langsung
dengan usaha pertanian yang bersangkutan, mulai dari produksi,
pengolahan samapai pada pembelian, penjualan bersama hasil usaha
pertanian yang bersangkutan.
- Anggota-anggotanya terdiri dari petani pemilik tanah, dan buruh tani
yang berkepentingan serta mata pencahariannya langsung berhubungan
dengan usaha pertanian yang bersangkutan.
24Wardoyo, dkk, 2000, IPS Ekonomi dan Koperasi, CV Aneka Ilmu, Semarang, h.96.
30
b. Koperasi Peternakan
Yaitu koperasi:
- Anggota-anggotany terdiri dari pengusaha-pengusaha serta buruh
peternakan yang kepentingan serta mata pencahariannya langsung
berhubungan dengan peternakan yang bersangkutan.
- Menjalankan usaha-usaha yang ada hubungannya dengan usaha
peternakan mulai dari pemeliharaan sampai pada pembelian atau
penjualan bersama ternakatau hasil peternakan.
c. Koperasi Perikanan
- Yang anggota-anggotanya terdiri dari pengusaha-pengusaha
pemilik alat perikanan, buruh atau nelayan yang kepentingan
serta mata pencahariannya langsung berhubungan dengan usaha
perikanan yang bersangkutan.
- Menjalankan usaha-usaha yang ada sangkut pautnya dengan
usaha perikanan misalnya produksi, pengolahan, pembelian,
penjualan hasil-hasil perikanan.
d. Koperasi Kerajinan/Industri
Yaitu Koperasi:
Yang anggota-anggotany terdiri dari pengusaha-pengusaha pemilik alat
produksi dan buruh kerajinan atau industri yang berkepentingan serta
pencahariannya langsung berhubungan dengan usaha kerajinan atau
industri yang bersangkutan.
31
2. Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi kredit atau koperasi simpan pinnjam yaitu koperasi:
a. Yang anggota-anggotanya terdiri dari setiap orang yang mempunyai
kepentingan langsung dalam lapangan perkreditan.
b. Menjalankan usaha khusus dalam lapangan perkreditan yang
menggiatkan anggota-anggotany serta masyarakat untuk menyimpan
secara teratur dan memberi pinjaman kepada anggota-anggotanya untuk
tujuan yang bermanfaatan dengan pemungutan uang jasa serendah itu.
Adapum lapangan usaha koperasi kredit yaitu:
a. Menyalurkan kredit.
b. Memberikan pinjaman untuk keperluan yang bermanfaat.
c. Memupuk simpanan.
3. Koperasi Konsumsi
Yaitu Koperasi yang :
a. Menjalankan usaha-usaha yang berhubungan dengan kesejahteraan
anggota-anggotanya.
b. Anggota-anggotanya terdiri dari setiap orang yang mempunyai
kepentingan yang langsung dalam lapangan koperasi.
4. Koperasi Desa atau Koperasi Serba Usaha
Yaitu koperasi yang:
a. Pada dasarnya menjalankan aneka usaha (multi purpose), baik dalam
lapangan produksi, kredit maupun konsumsi.
32
b. Anggota-anggotanya terdiri dari penduduk desa yang mempunyai
kepentingan-kepentingan yang satu sama lain ada sangkut pautnya
secara langsung.
2.1.4 Fungsi dan tujuan koperasi
Pasal 4 UU Perkoperasian menyebutkan bahwa fungsi dan peran
Koperasi adalah sama dan tidak dibedakan. Fungsi dan peran Koperasi
tersebut adalah:
a. membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
b. berperan secara aktik dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat;
c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perkonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya;
d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
Pada Pasal 3 UUPerkoperasian, disebutkan bahwa tujuan koperasi
adalah memajukan kesejateraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
33
Gambaran dari tujuan, fungsi dan peran koperasi Indonesia ini dapat
diuraikan seperti berikut:25
a. Koperasi Indonesia berusaha ikut membantu para anggotanya untuk dapat
meningkatkan penghasilannya.
b. Koperasi Indonesia dapat mengurangi tingkat penganguran. Dengan
semakin meningkatnya pertambahan penduduk, membawa dampak
menungkatnya pula pengangguran, karena berkurangnya atau semakin
sulitnya lapangan pekerjaan.
c. Koperasi Indonesia dapat mengembangkan kegiatan usaha masyarakat.
Sebagai badan usaha yang mengutamakan usaha bersama dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup para anggotanya, maka dalam kegiatan
usahanyakoperasi berusaha mempersatukan usaha bersama tersebut
dengan baik.
d. Koperasi Indonesia dapat berperan serta meningkatkan taraf hidup rakyat.
Tujuan utama koperasi adalah meningkatkan taraf hidup para anggotanya,
kemudian setelah kebutuhan para anggota tercukupi, koperasi berusaha
untuk ikut meningkatkan taraf hidup masyarakat pada umumnya.
e. Koperasi Indonesia dapat berperan ikut meningkatkan pendidikan rakyat.
Koperasi dapat memberikan pendidikan kepada rakyat dengan jalan
mendidik anggota koperasi terlebih dahulu, dan kemudian secara berantai
para anggota koperasi dapat mengamalkan pengetahuannya tersebut
25R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, op.cit, h.40.
34
kepada masyarakat sekitarnya. Dengan cara seperti tersebut, koperasi
dapat ikut berperan meningkatkan pendidikan rakyat.
2.1.5 Hak dan kewajiban anggota
Hak dan kewajiban anggota timbul secara langsung dari kenyataan
sebagai anggota koperasi dan ditetapkan untuk semua anggota yang ada
sekarang dan yang akan datang secara umum dan objektif dalam Undang-
Undang Koperasi, dalam peraturan pelaksanaannya, atau dalam anggaran
dasar daripada penghimpunan masing-masing. Dalam Pasal Pasal 20
UUPerkoperasian, menyebutkan bahwa:
1Setiap Anggota mempunyai kewajiban: a. Mematuhi anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan
yang telah disepakati dalam Rapat Anggota; b. Berpartisipasi dalam kegiatan usahs yang diselenggarakan oleh Koperasi; c. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas
kekeluargaan. 2 Setiap Anggota mempunyai hak: a. menghadiri ,menyatakan pendapat ,dan memberikan suara dalam Rapat
Anggota; b. memilihdan/atau dipilih menjadi aggota Pengurus atau Pengawas; c. meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam Anggaran
Dasar; d. mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus diluar Rapat
Anggota baik diminta maupun tidak diminta. e. memanfaatkan Koperasi dan mendapat pelayanan yang antara sesama
aggota; f. mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi menurut
ketentuan d
Hak dan kewajiban keanggotaan dapat diklasifikasikan sebagai hak
dan kewajiban pribadi dan hak dan kewajiban keuangan (financial). Hak dan
kewajiban pribadi (personal) adalah hak dan kewajiban dalam kehidupan dan
kegiatan koperasi. Hak dan kewajiban ini sama bagi semua anggota
(kesamaaa mutlak) dan tidak dapat dihilangkan dari seorang anggota selama
35
keanggotaannya. Sedangkan hak dan kewajiban keuangan (financial) adalah
hak dan kewajiban yang berhubungan dengan keikutsertaan keuangan para
anggota dalam harta kekayaan dan dana koperasibiasanya kontribusi
minimum atas modal saham ditetapkan jumla yang sama bagi semua anggota.
Tetapi hak dan kewajiban keuangan dikuasai oleh asas kesamaan relatif, yaitu
setiap anggota berhak menerima keuntungan atas jumlah saham, jumlah
keuntungan adalah sama bagi setiap anggota, namun demikian para anggota
menerima jumlah yang berbeda tergantung pada jumlah modal saham yang
mereka bayar.26
1. Hak-hak perorangan anggota koperasi adalah sebagai berikut:
a. hak untuk menghadiri rapat;
b. hak untuk memberi suara;
c. hak untuk memilih pengurus dan untuk dipilih;
d. hak untuk memanfaatkan fasilitas koperasi;
e. hak untuk diberi tahu mengenai sesuatu hal yang berkenaan dengan
koperasi.
2. Hak keuangan sebagai berikut:27
a. hak untuk menggunakandan menarik keuntungan keuangan dari fasilitas
badan usaha koperasi.
b. hak untuk menerima kembali uang keanggotaan, keuntungan, bonus
dan/atau bunga atas modal saham yang disetor.
26Abdulkadir Muhammad, 2001, Hukum Koperasi, Penerbit Alumni, Bandung, (selanjutnya disebut Abdulkadir Muhammad II), h. 64.
27Ibid, h.66-67.
36
c. hak untuk menuntut pembayaran kembali kontribusi modal saham dari
dana koperasi karena pengunduran diri dari keanggotaannya.
Kewajiban dari anggota koperasi ialah:
a. Kewajiban perorangan yang utama daripada anggota ialah kewajiban ikut
serta secara peroangan dalam usaha bersama supaya tercapai tujuan
bersama. Ketaatan terhadap kewajiban ini adalah yang terpenting bagi
berfungsinya koperasi sebagai perhimpunan-perhimpunan orang-orang.
b. Kewajiban keuangan yang pokok ialah kewajiban untuk membayar
kontribusi keuangan yang ditentukan dalam anggaran dasar. Biasannya
kontribusi modal saham minimum ditetapkan dalam anggaran dasar yang
jumlahnya sama bagi semua anggota dan biasanya berupa sejumlah uang
secara relatif kecil, ditetapkan sesuai dengan situasi keuangan anggota
yang terlemah daripada koperasi itu.
2.2 Kredit
2.2.1 Pengertian kredit
Dalam bahasa sehari-hari kata kredit diartikan memperoleh barang
dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh
pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di kemudan hari dengan
cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. Artinya kredit dapat
berbentuk barang maupun kredit berbentuk uang dalam hal pembayarannya
dengan menggunakan metode angsuran atau cicilan tertentu.28
28Djoni S. Gazali, dan Rachnadi Usman, 2012, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, h.263.
37
Secara terminologi kata kredit berasal dari bahasa latin “credere”
yang mempunyai makna kepercayaan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Suharno, kepercayaan dilihat dari sudut pandang bank berarti adanya suatu
keyakinan bahwa dana yang akan diberilam kepada debitor akan
dikembalikan tepat pada waktunya sesuai dengan kesepakatan kedua belah
pihak yang akan dituangkan dalam perjanjian tertulis.29
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengrtian kredit
adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur
atau pinjaman hingga batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau
badan lain.30
Dalam Pasal 1 butir 11 UU Perbankan menyebutkan bahwa kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Selain pengertian kredit menurut UU Perbankan tersebut, ada juga
pengertian menurut pandangan sarjana sebagai berikut:
1. O.P. Simorangkir
Kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas
prestasi (kontra prestasi) akan terjadi pada waktu mendatang. Singkatnya
29Sentosa Sembiring, 2012, Hukum Perbankan , CV. Mandar Maju, Bandung, h.148. 30Hermansyah, 2005, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, kencana Prenada Media
Group, Jakarta, h. 57
38
kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen-komponen kepercayaan,
risiko, dan pertukaran ekonomi pada masa-masa mendatang.31
2. M. Jakile
Kredit adalah suatu ukuran kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan
sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari janjinya untuk
membayar kembali utangnya pada tanggal tertentu.32
2.2.2 Unsur-unsur kredit
Dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Perkreditan, Drs. Thomas
Suyatno, mengemukakan bahwa unsur-unsur kredit terdiri atas:
1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredi bahwa prestasi yang
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan
datang.
2. Tenggang Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan
datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang
yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan
diterima di masa mendatang.
3. Degree of risk, tingkat risiko yang akan dihadapi sebaga akibat dari adanya
jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit
diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya, karena sejauh-jauh
31HR. Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit dan Bank Garansi, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 123.
32Marian Daruz Badrulzaman, 2000, Perjanjian Kredit Bank, Alumni Bandung, h. 21.
39
kemampuan manusia untuk menerobos masa depan itu, maka masih selalu
terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang
menyebabkan timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah,
maka timbulah jaminan dala pemberian kredit.
4. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
juga berbentuk barang atau jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi
modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksitransaksi
kredit yang menyangkut uanglah yang setiap kali kita jumpai dalam
praktik perkreditan.33
Hasanuddin Rahman mengemukakan empat unsur kredit sebagai
berikut:34
1. Kepercayaan, bahwa setiap pemberian kredit dilandasi oleh keyakinan
bank bahwa kredit tersebut akan dibayar kembali oleh debitur sesuai
dengan jangka waktu yang sudah diperjanjikan.
2. Waktu, bahwa antara pemberian kredit oleh bank dengan pembayaran
kembali oleh debitur tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan,
melainkan dipisahkan oleh tenggang waktu.
3. Risiko, bahwa setiap pemberian kredit jenis apapun akan terkandung
risiko dalam jangka waktu antara pemberian kredit dan pembayaran
kembali. Ini berarti makin panjang jangka waktu kredit, makin tinggi
risiko kredit tersebut.
33Hermansyah, op.cit, h. 59. 34Hassanudin Rahman, 2000, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di
Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.25.
40
4. Prestasi, bahwa setiap kesepakatan yang terjadi antara bank dan debitur
mengenai pemberian kredit, maka pada saat itu pula akan terjadi suatu
prestasi dan kontra prestasi.
2.2.3 Prinsip kredit
Untuk meminimalisasi risiko kredit yang mungkin terjadi, pada
umumnya menggunakan metode analisis 5C atau The Five C’s analysis dalam
memutuskan, apakah kredit yang diajukan oleh pemohon diterima atau
ditolak yakni :
a. Character (Sifat). Dalam hal ini, para analisis kredit pada umumnya
mencoba melihat dari data pemohon kredit yang telah disediakan oleh
bank. Bila dirasakan perlu diadakan wawancara, untuk mengetahui lebih
rinci, bagaimana karakter yang sesungguhnya dari calon debitor tersebut.
b. Capacity (Kemampuan). Bank mencoba menganalisis apakah
permohonan dana yang diajukan rasional atau tidak dengan kemampuan
yang ada pada debitor sendiri. Bank melihat sumber pendapatan dari
pemohon dikaitkan dengan kebutuhan hidup sehari-hari.
c. Capital (Modal) hal ini cukup penting bagi bank, khususnya untuk kredit
yang cukup besar apakah dengan modal yang ada, mungkin pengembalian
kredit yang diberikan. Untuk itu perlu dikaji ulang potensi dari modal yang
ada.
d. Collateral (Jaminan). Apakah jaminan yang diberikan oleh debitor
sebanding dengan kredit yang diminta. Hal ini penting agar bila debitor
tidak mampu melunasi kreditnya jaminan dapat dijual.
41
e. Condition Of economy. Dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi
ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha pemohon kredit perlu
memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil risiko yang mungkin
terjadi yang diakobatkan oleh kondisi ekonomi tersebut.35
Selain menggunakan prinsip yang di atas, dalam memberikan kredit
juga menggunakan prinsip 3R, yaitu:
1. Returns (Hasil yang Diperoleh)
Returns yakni hasil yang diperoleh oleh debitur, dalam hal ini ketika kredit
telah dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh calon kreditur.
2. Repayment (Pembayaran Kembali)
Kemampuan bayar dari pihak debutur tentu saja juga mesti
dipertimbangkan, yaitu apakah kemampuan bayar tersebut macht dengan
schedule pembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan bank. Ini
juga merupakan hal yang tidak boleh diabaikan.
3. Risk Bearing Ability ( Kemampuan Menanggung Risiko)
Hal lain yang perlu diperhitungkan juga sejauh mana terdapatnya
kemampuan debitur untuk menanggung risiko. Misalnya dalam hal terjadi
hal-hal di luar antisipasi kedua belah pihak. Terutama jika dapat
menyebabkan timbulnya kredit macet.36
2.2.4 Jenis-jenis kredit
Bahwa berdasarkan jangka waktu dan penggunaannya kredit dapat
digolongkan mejadi tiga jenis yaiu:
35Sentosa Sembiring, op.cit, h.200. 36Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, op.cit, h. 278.
42
1. Kredit investasi, yaitu kredit jangka menengah atau panjang yang
diberikan kepada debitur untuk membiayai barang-barang modal dalam
rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan atau pun pendirian proyek baru,
misalnya pembelian tanah dan bangunan untuk perluasan pabrik, yang
pelunasannya dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang dibiayai
tersebut.
2. Kredit Modal Kerja, yaitu kredit modal kerja yang diberikan baik dalam
rupiah maupun valuta asing untuk memenuhi modal kerja yang habis
dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal satu tahun dan
dapat diperpanjang sesuai kesepakatan antara pihak yang bersangkutan.
Dapat juga dikatakan bahwa kredit ini diberikan untuk membiayai modal
kerja, dan modal kerja adalah jenis pembiayaan yang diperlukan oleh
perusahaan untuk operasi perusahaan sehari-hari.
3. Kredit konsumsi, yaitu kredit jangka pendek atau panjang yang diberikan
kepada debitur untuk membiayai barang-barang kebutuhan atau konsumsi
dalam skala kebutuha rumah tangga yang pelunasannya dari penghasilan
bulanan nasabah debitur yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, kredit
konsumsi merupakan kredit perorangan untuk tujuan nonbisnis, termasuk
kredit pemilikan rumah. Kredit konsumsi biasanya digunakan untuk
membiayai pembelian mobil atau barang konsumsi barang tahan lama
lainnya.37
37Hermansyah, op.cit, h. 61.
43
2.2.5 Kredit macet
Kredit macet adalah kredit yang angsuran pokok dan bunganya tidak
dapatdilunasi selama lebih dari 2 (dua) masa angsuran ditambah 21 (duapuluh
satu) bulan atau penyelesaian kredit telah diserahkan kepada pengadilan
/BUPLN atau telah diajukan ganti rugi kepada Perusahaan Asuransi Kredit .
dengan demikian, kredit macet merupakan kredit bermasalah, tetapi kredit
bermasalah belum/tidak seluruhnya merupakan kredit macet.38
Adapun faktor-faktor terjadinya kredit macet, yaitu:39
A. Faktor-Faktor Ekstern
Ketidaklancaran debitur di dalam memenuhi kewajibannya kepada
bank disebabkan oleh berbagai faktor pada umumnya menyangkut kondisi
ekonomi, industri, pasar dan kebijakan pemerintah maupun kondisi
manajemen perusahaan debitur.
1. Kondisi Ekonomi
Faktor kondisi ekonomi dalam kaitannya dengan kredit bermasalah
merupakan mata rantai sebab akibat. Kondisi ini bagi perusahaan-
perusahaan yang terpengaruh akan mengurangi kapasitas produksinya,
yang pada akhirnya akan mengurangi pendapatan perusahaan.
2. Kebijakan Pemerintah
38 HR. Daeng Naja, op.cit, h. 329. 39core.ac.uk/download/pdf/18605788.pdf, diakses tanggal 14 Oktober 2015.
44
Kebijakan pemerintah yang tercermin dalam ketentuan dan peraturan atas
suatu produk atau sektor ekonomi/industri dapat berdampak positif
maupun negatif bagi perusahaan yang berkaitan dengan industri tersebut.
3. Kondisi Manajemen Debitur
Faktor eksternal lainnya yang dapat menimbulkan kredit bermasalah
adalah yang menyangkut kemampuan manajemen dan karakter debitur
yang bersangkutan. Debitur dapat memenuhi kewajibannya kepada bank
sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan serta itikad baik debitur.
Faktor pengalaman dan kesungguhan debitur dalam bidang usahanya serta
karakter debitur sangat menentukan kualitas hubungannya dengan bank.
4. Kegagalan Usaha Debitur
Banyak faktor yang menyebabkan usaha debitur mengalami kegagalan,
antara lain yaitu :
a.debitur belum berpengalaman dalam bidang usahanya;
b.debitur kurang peka terhadap perubahan permintaan pasar produk kalah
bersaing;
c.struktur permodalan yang high leveraged (debt/equity ratio) sangat tinggi
sehingga kewajibannya sangat berat;
d.bidang usaha debitur telah jenuh (sunset industry)
B.Faktor-faktor Intern
45
Selain faktor-faktor ekstern yang dapat mengakibatkan suatu kredit
menjadi non performing, juga dapat diakibatkan karena faktor intern bank
antara lain :
1. Pertumbuhan Kredit yang Berlebihan
Parameter yang dapat dipakai sebagai tolok ukur pertumbuhan kredit yang
“berlebihan” adalah faktor ekstern dan intern bank. Faktor ekstern yaitu
pemberian kredit melebihi kebutuhan debitur sehingga terbuka peluang
penggunaan dananya tidak sesuai tujuan semula atau adanya rasa
optimistis yang berlebihan dari debitur sehingga proyeksi
usahanya menjadi tidak realistis.
Faktor intern bank berdasarkan kekuatan bank itu sendiri baik diukur dari
kecukupan modal maupun kekuatan dukungan sumber dana dan jangka
waktu.
2. Menyimpang dari Prosedur Baku
Hal ini disebabkan karena bank terdorong oleh rasa yang terlalu agresif
dan motivasi untuk mengejar pertumbuhan yang cepat sehingga dalam
proses pemberian kredit menjadi “lengah” dan mengabaikan tata cara dan
prosedur pemberian kredit yang sehat yang lazim dikategorikan
berdasarkan 5C (character, capacity, capital, collateral, dan condition).
3. Terjadinya “Erosi” Mental
46
Kondisi ini sebagai pengaruh timbal balik antara debitur dan pejabat bank
sehingga mengakibatkan proses pemberian kredit tidak didasarkan pada
praktek-praktek perbankan yang sehat.
4. Sistem Pengawasan Intern Bank Lemah
Peranan fungsi pengawasan intern bank yang tidak memadai juga
mempunyai andil terjadinya kredit non performing
2.3 Jaminan
2.3.1 Pengertian jaminan
Istilah jaminan merupakan terjemahan dari istilah zekerheid atau
cautie yaitu kemampuan debitur untuk memenuhi atau melunasi
perutangannya kepada kreditor, yang dilakukan dengan cara menahan benda
tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang
yang diterima debitur terhadap kreditornya.
Dalam perspektif hukum perbankan, istilah “jaminan” ini dibedakan
dengan istilah agunan. Dibawah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967
tentang Pokok-Pokok Perbankan, tidak dikenal istilah istilah “agunan”, yang
ada istilah “jaminan”. Sementara dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998, memberikan pengertian yang tidak sama dengan
jaminan menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967.
Arti jaminan menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967. Diberi
istilah :agunan” atau “tanggungan”, sedangkan jaminan menurut Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
47
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, diberi arti lain yaitu: “
keyakinan atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur
untunk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai
dengan diperjanjikan”. 40
KUH Perdata maupun peraturan perundang-undangan lain yang
menjadi sumber hukum jaminan tidak memberikan perumusan pengertian
istilah jaminan. Dalam Keputusan Seminar Hukum Jaminan, yang
diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional yang bekerja sama
dengan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dsri tsnggsl 9 sampai 11
Oktober 1978 di Yogyakarta, mengartikan yang dinamakan “jaminan” adalah
“menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai denga uang yang
timbul dari suatu perikatan hukum”.
Senada dengan itu, Mariam Darus Badrulzaman merumuskan jaminan
sebagai suatu tanggungan yang diberikan oleh seorang debitur dan/atau pihak
ketiga kepada kreditor untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan.
Hal yang sama dikemukakan oleh Hartono Hadisaputra yang menyatakan
jaminan adalah sesuatu yang diberikan debitur kepada kreditor untuk
menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang
dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.41
2.3.2 Jenis-jenis jaminan
40Rachmadi Usman II, op.cit, h.60. 41Rachmadi Usman II, op.cit, h.69.
48
Suatu jaminan dapat pula dibedakan ke dalam jaminan kebendaan
(zakelijk) dan jaminan nokebendaan (jaminan perorangan).Yang dimaksud
dengan jaminan kebendaan adalah jaminan yang mempunyai hubungan
langsung dengan benda tertentu, selalu mengikuti benda tersebut kemana pun
benda tersebut beralihatau dialihkan, dapat dialihkan dan dapat dipertahankan
oleh siapa pun. Misalnya, gadai, hipotek, hak tanggungan atas tanah , fidusia
dan sebagainya. Sementara itu yang dimaksud dengan jaminan perorangan
adalah jaminan yang hanya mempunyai hubungan langsung dengan pihak
pemberi jaminan, bukan terhadap benda tertentu.Jaminan perorangan ini
hanya dapat dipertahankan terhadap orang-orang tertentu.Yang bahwa
nantinya lewat jaminan perorangan, seorang kreditor dapat saja mengambil
harta debitur yang wanprestasi lewat atau tanpa pranata hukum yang disebut
“Sita Jaminan”.Karena bagaimanapun yang terikat sebagai jaminan disini
bukanlah barangnya, melainkan orangnya.42
Jaminan perorangan dapat diklasifikasikan lagi kedalam tiga
golongan, yaitu:
a. Jaminan Pribadi (Personal Guarantee)
b. Jaminan Perusahaan (Corporate Guarantee)
c. Garansi Bank (Bank Guarantee)
Yang membedakan diantara ketiga jenis jaminan perorangan tersebut
adalah tentang siapa yang menjadi subje pemberi garansi tersebut.Terhadap
jaminan pribadi, yang menjadi subjek pemberi jaminannya adalah seorang
42Munir Fuady, op.cit, h.56.
49
secara pribadi, terhadap jaminan perusahaan (yang berbentuk badan
hukum).Sementara jaminan dalam bank garansi diberikan oleh suatu bank,
yang biasanya tidak dimaksudkan sebagai jaminan kredit, tetapi hanya
jaminan atas pembayaran sejumlah uang teretntu atau jaminan atas
pelaksanaan suatu pekerjaan tertentu (Performance Guanrantee).
Sedangkan yang tergolong ke dalam hak jaminan kebendaan yang
berlaku saat ini adalah sebagai berikut:
a. Hipotek, dengan dasar hukumnya adalah Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (buku kedua), saat ini berlaku hanya untuk hipotek kapal laut
(berdasarkan KUH Perdata). Sedangkan Hipotek untuk pesawat udara,
yang semula berlaku berdasarkan Undang-Undang Penerbangan Nomor 15
Tahun 1992, kemudian undang-undang tersebut dicabut degan Undang-
Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009, yang tidak menyebutkan lagi
tentang hipotek atas pesawat terbang tersebut, sehingga hipotek kembali
hanya dapat diikatkan kapal laut saja.
b. Hak Tanggungan, dengan dasar hukumnya Undang-Undang Hak
Tanggungan, dengan berobjekan hak tanah serta benda-benda yang
berkaitan dengan tanah.
c. Gadai dengan dasar hukum Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
berobjekan benda-beda bergerak.
d. Gadai tanah yang berobjekan tanah, dengan dasar hukumnya adalah
hukum adat, dikuatkan oleh Undang-Undang Pokok Agraria.
50
e. Fidusia, dengan dasar hukumnya adalah Undang-Undang Fidusiadengan
objeknya adalah benda bergerak (berwujud maupun tidak
berwujud)danbeban tidak bergerak khususnya tidak dapat dibebani dengan
hak tanggungan.43
2.3.3 Prinsip-prinsip pemberian jaminan
Ada beberapa prinsip yuridis yang berlaku terhadap suatu jaminan
utang, prinsip mana bervariasi, bergantung kepada jenis jaminan utang atau
kredit itu sendri. Diantara prinsip-prinsip yuridis dari suatu jaminan kredit
dapat disebutkan sebagai berikut:44
1. Prinsip Territtorial. Prinsip territtoril menentukan bahwa barang jaminan
yang ada di Indonesia hanya dapat dijadikan jaminan utang sejauh
perjanjian utang maupun pengikatan hipotek tersebut di buat di
Indonesia.Prinsip ini hanya berlaku terhadap jenis jaminan hipotek saja.
2. Prinsip Accessoir. Prinsip lain dari jaminan utang adalah apa yang disebut
dengan prinsip “accessoir” (buntutan). Maksudnya adalah bahwa setiap
perjanjian jaminan utang merupakan buntut (ikutan) dari perjanjian
pokok, yaitu perjanjian kredit itu sendiri
3. Prinsip Preferensi ini mengajarkan bahwa pihak-pihak kreditor kepada
siapa debitur telah menjamin kreditnya pada umumnya mempunai hak
jaminan tersebut untuk pelunasan utangnya yang mesti didahulukan dri
pihak kreditor lain-lain.
43Munir Fuady, op.cit, h. 57-58. 44Munir Fuady, op.cit, h. 68.
51
4. Prinsip Nondistribusi. Suatu prinsip yang berlaku atas seluruh hak
tanggungan adalah “prinsip nondistribusi”. Maksudnya adalah bahwa 1
(satu) hak tanggungan tidak dapat dipecah-pecah kepada beberapa
kreditor atau kepada beberapa utang. Demikian juga jika utang dibayar
sebagian tidak berarti jaminannya pun akan tinggal atas tinggal sebagian
benda yang dijaminkan.
5. Prinsip Disclosure. Dengan prinsip disclosure atau publisitas ini, berarti
adanya keharusan agar suatu jaminan utang dipublikasi sehingga
diketahui oleh umum. Ketentuan perundang-undangan hanya
mengharuskan beberapa saja dari jaminan utang untuk dipublikasi seperti
itu. Maka kreditor tersebut tentu harus mengetahui apakah atas benda
objek jaminan utang tersebut telah terlebih dahulu diikat dengan suatu
jaminan utang tertentu atau tidak. Sehingga dia mengetahui dengan persis
sejauh mana benda tersebut dapat mem-back up piutangnya.
6. Prinsip Eksistensi Benda. Salah satu prinsip yang diletakkan oleh
perndag-undangan atas suatu hipotek adalah Prinsip Eksistensi Benda.
Maksudnya adala bahwa suatu hipotek hanya dapat diletakkan di atas
benda yang sudah nyata-nyata ada. Ketentua seperti ini ditemukan dalam
Pasal 1175 KUH Perdata (tentang Hipotek).
7. Prinsip Eksistensi Kontrak Pokok. Prinsip ini mengajarkan bahwa suatu
jaminan utang hanya dapat diikat setelah adanya oerjanjian pokok, seperti
perjanjian utang piutang misalnya. Sebenarnya, hal ini sebaga
konsekuensi dari berlaku prinsip accssoir. Dalam Pasal 3 Undang-Undang
52
Hak Tanggungan Nomor 4 Tahu 1996 dengan tegas ditentukan bahwa hak
tanggungan dapat saja diberikan sungguh pun utangnya belum ada, tetapi
minimal sudah ada perjanjian yang menimbulkan utang tersebut.
8. Prinsip Larangan Eksekusi Untuk Diri Sendiri. Suatu prinsip lain yang
berlku untu suatu jaminan utang adalah prinsip larangan eksekus untuk diri
sendiri, dalam hal ini eksekusi suatu jaminan mempunya prosedur
tersendiri, yang berbeda-beda dari masing-masing jenis jaminan utang
tersebut. Akan tetapi, secara umum berlaku prinsip bahwa pihak kreditor
tidak dapat mengeksekusi benda jaminan dengan langsung memiliki benda
tersebut.
9. Prinsip Formalisme. Prinsip lain yang berlaku atas suatu jamnan utang
adalah prinsip formalisme. Maksudnya ada beberapa tindakan formalisme
yang diharuskan oleh perundang-undang untuk dilakukan oleh para pihak
yang terkait dengan suatu jaminan utang. Prinsip formalisme tersebut
terlihat dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Keharusan Pembuatan Akta.
b. Keharusan Pencatatan.
c. Pelaksanaan di Depan Pejabat Tertentu
d. Penggunaan Instrumen Tertentu.
e. Penggunaan Kata-Kata Tertentu.
10. Prinsip Ikutan Objek. Prinsip lain yang berlaku terhadap suatu jaminan
utang adalah prinsip jaminan yang mengikuti objeknya. Maksudnya
53
adalah bahwa jaminan tetap mengikuti objeknya, kemanapun objek
tersebut dibawa atau kepada siapa pun objek tersebut beralih.
11. Prinsip Ikutan Piutang. Prinsip ikutan piuatang yang juga merupaka
konsekuensi dari sifat accessoir jaminan utang, dimaksudkan sebagai
suatu prinsip dimasa hak jaminan itu selalu melekat dengan piutangnya.
Jadi, kalau karena sesuatu sebab piutang tersebut beralih, maka demi
hukum, jaminan pun ikut beralih.
2.3.4 Manfaat jaminan
Jaminan mempunyai kedudukan dan manfaat yang sangat penting
dalam menunjang pembangunan ekonomi.Karena keberadaan lembaga ini
dapat memberikan manfaat bagi kreditur dan debitur. Manfaat bagi kreditor
adalah:
a. Terwujudnya keamanan terhadap transaksi dagang yang ditutup.
b. Memberikan kepastian hukum bagi kreditor.
Bagi debitur dengan adanya benda jaminan itu dapat memperoleh
fasilitas kredit dari bank dan tidak khawatir dala mengembangkan
usahanya.Keamanan modal adalah dimaksudkan bahwa kredit atau modal
yang diserahkan oleh kreditor kepada debitur tidak merasa takut atau
khawatir tidak dikembalikannya modal tersebut.
Memberikan kepastian hukum adalah memberikan kepastian bagi
pihak kreditur dan debitur. Kepastian bagi kreditur adalah kepastian untuk
menerima pengembalian pokok kredit dan bunga dari debitur. Sedangkan
bagi debitur adalah kepastian untuk mengembalikan pokok kredit dan bungan
54
yang ditentukan. Disamping itu, bagi debitur adalah adanya kepastian dalam
berusaha. Karena dengan modal yang dimilikinya dapat mengembangkan
bisnisnya lebih lanjut. Apabila debitur tidak mampu dalam mengembalikan
pokok kredit dan bunga, bank atau pemilik modal dapat melakukan eksekusi
terhadap benda jaminan. Nilai benda jaminan itu biasanya pada saat
melakukan taksiran nilainya lebih tinggi jika dibandingkan pokok dan bunga
yang tertunggak. Namun, dalam kenyataannya seringkali nilai jaminan lebih
rendah dari hutang pokok dan bunga. Sehingga untuk melakukan eksekusi
oleh pejabat lelang mengalami kesulitan, karena nilai jual benda jaminan di
bawah nilai hutang poko dan bunga.45
Ketentuan jaminan kebendaan ini, secara implisit pembentuk undang-
undang berpesan kepa para pelaku ekonomi, bahwa kalau memberikan kredit
janganlah hanya didasarkan pada kepercayaan belaka. Secara faltual untuk
mengetahui jumlah harta benda debitur itu tidak segampang, begitu pula
teramat sulit untuk melacak fluktuasi harta debiitur pada masa-masa
mendatang. Di dorong alasan itu, para pelaku ekonomi di sarankan untuk
mendayagunakan ketentuan-ketentuan jaminan kebendaan yang disediakan,
demi menangka risiko yang muncul di kemudian hari pada saat sedini
mungkin.46
45H. Salim HS, 2012, Perkembangan Hukum Jaminan, Rajawali Pers, Jakarta, h. 28-29. 46Djoni S. Gazali, dan Rachnadi Usman, op.cit, h.289.