bab ii tinjauan umum tentang koperasi, kredit, dan … 2.pdfhukum koperasi indonesia, pt...

31
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN JAMINAN 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian koperasi Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latinCum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari kedua kata ini, dalam bahasa Inggris dikenal istilah Co dan Coperation,dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah Cooperative Verenenging yang berarti bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan teretentu. 18 Berdasarkan UUPerkoperasian, pada Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 bagian kesatu, dinyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. CoOperation kemudian diangkat menjadi istilah Kooperasi yang dibakukan menjadi bahasa ekonomi yang dikenal dengan istilah Koperasi, yang berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya sukarela. 19 Menurut R.M. Margono Djojohadikoesoemo dalam bukunya yang berjudul Sepuluh Tahun Koperasi: Penerangan tentang Koperasi oleh Pemerintah Tahun 1930-1940, menyatakan bahwa koperasi adalah 18 R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, 2005, Hukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19 Ibid. 24

Upload: trinhminh

Post on 09-Aug-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN JAMINAN

2.1 Koperasi

2.1.1 Pengertian koperasi

Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata

latinCum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari kedua

kata ini, dalam bahasa Inggris dikenal istilah Co dan Coperation,dalam

bahasa Belanda disebut dengan istilah Cooperative Verenenging yang berarti

bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan

teretentu.18Berdasarkan UUPerkoperasian, pada Bab 1 Ketentuan Umum

Pasal 1 bagian kesatu, dinyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang

beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan

melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai

gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

CoOperation kemudian diangkat menjadi istilah Kooperasi yang

dibakukan menjadi bahasa ekonomi yang dikenal dengan istilah Koperasi,

yang berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya

sukarela.19

Menurut R.M. Margono Djojohadikoesoemo dalam bukunya yang

berjudul Sepuluh Tahun Koperasi: Penerangan tentang Koperasi oleh

Pemerintah Tahun 1930-1940, menyatakan bahwa koperasi adalah

18R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, 2005, Hukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1.

19Ibid.

24

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

25

perkumpulan manusiaseorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak

bekerja sama untuk memajukan ekonominya. Selain itu, menurut

Soeriaatmaja memberikan definisi koperasi sebagai suatu perkumpulan dari

orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusi dengan tidak

memandang haluan agama dan politik secara sukarela masuk untuk sekedar

memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan

bersama.20

Arifin Chaniago dalam bukunya yang berjudul Koperasi Indonesia,

1979 memberikandefinisi Koperasi sebagai berikut: Koperasi adalah “suatu

perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang

memberikan kebebasan dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama

secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan

jasmaniah para anggotanya”. Definisi tersebut mengandung unsur-unsur

bahwa:21

1. Perkumpulan koperasi bukan merupakan perkumpulan modal (bukan

akumulasi modal), akan tetapi persekutuan sosial;

2. Sukarela untuk menjadi anggota, netral terhadap aliran dan agama;

3. Tujuannya mempertinggi kesejahteraan jasmaniah anggota-anggota

dengan kerjasama secara kekeluargaan.

Dari beberapa pendapat sarjana di atas dapat diketahui unsur-unsur

koperasi sebagai berikut:

20Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar, dan Nadia Maulisa Benemay, op.cit. h. 19. 21Arifin Chaniago, 2001, Koperasi Indonesia, Angkasa, Bandung, (selanjutnya disebut

Arifin Chaniago I),h.1.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

26

1. Koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang

memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk

memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka.

2. Bentuk kerjasama dalam Koperasi berbentuk sukarela.

3. Masing-masing anggita Koperasi mempunyai hak dan kewajiban yang

sama.

4. Masing-masing anggota Koperasi berkewajiban untuk mengembangkan

serta mengawasi jalannya usaha Koperasi.

5. Risiko dan keuntungan usaha Koperasi ditanggung dan dibagi secara adil.

2.1.2 Asas-asas koperasi dan prinsip koperasi

Asas koperasi atau dalam bahasa Inggrisnya disebut

CooperativePrinciples ini berasal dari bahasa Latin: Prinncipium yang berarti

basis atau landasan dan inipun bisa mempunyai beberapa pengertian yaitu

sebagai: Cita-cita utama atau kekuatan/peraturan dari organisasi.22

Asas koperasi berdasarkan asas kekeluargaan, sebagaimana yang

tercantum dalam Pasal 33 UUDNRI 1945, disebutkan bahwa:

1. perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang tergantung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Selanjutnya dalam Pasal 2 UUPerkopersian, dinyatakan bahwa koperasi

berlandaskan Pancasila dan UUDNRI 1945 serta berdasarkan atas asas

kekeluargaaan.

22Hendrojogi, op.cit, h. 30.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

27

Asas koperasi di Indonesia berasaskan kekeuargaan dn kegotong

royongan. Sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia tata kehidupan

berasaskan kekeluargaan dan bekerja sama saling bantu membantu.

Bergotong royong dengan koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan

bersama koperasi Indonesia hendaknya menyadari bahwa dalam dirinya

terdapat kepribdian sebagai pencerminan kehidupan yang dipengaruhi

keadaan dan tempat lingkungan yang berasaskan kekeluargaan dan gotong

royong dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.Asas koperasi meliputi:

a. Kekeluargaan, mencerminkan adanya kesadaran dari budi, hati nurani

manusia bekerja sama dalam koperasi oleh semua untuk semua.

b. Kegotong royongan, bahwa pada koperasi terdapat keinsyafatan dan

semangat bekerja sama rata bertanggung jawab bersama tanpa memikirkan

diri sendiri melainkan selalu untuk kesejahteraan bersama.23

Koperasijuga memiliki lima prinsip yang tercantum di dalam Pasal 5

ayat (1) UU Perkoperasian yang menyebutkan bahwa:

1. Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut: a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; b. Pengelolaan dilkukan secara demokratis; c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan

besarnya jasa usaha masing-masing anggota; d. Pemberian balas jasa sesuai dengan besarnya modal; e. Kemandrian.

Prinsip koperasi merupakan ciri khas dan jati diri koperasi yang

membedakannya dari badan usaha lainnya. Dalam penjelasan Pasal 5

UUPerkoperasian, dijelaskan makna dari masing-masing prinsip, antara lain:

23Arifin Chaniago, dkk, 2000, Pendidikan Perkoperasian Indonesia, Angkasa, Bandung,,(selanjutnya disebut Arifin Chaniago II), h.18.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

28

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. Sifat suakrela dalam keanggotaan Koperasi mengandung makna bahwa menjadi anggota Koperasi tidak boleh dipaksakan siapa pun. Sifat sukarela juga mengandung makna bawa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari Koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.

2. Prinsip demokrasi menunjukkan bahwa pengelolaan Koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota itulah yang memegang dan pelaksana tertinggi dalam Koperasi.

3. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam Koperasi tetapi juga berdasarkan pertimbangan jasa usaha anggota terhadap Koperasi. Ketentuan yang demikian ini merupakan perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan.

4. Modal dalam Koperasi pada dasarnya di[ergunakan untuk kemanfaatan anggota dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para angota juga terbatas, dam tidak didasarkan semata-mata besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar.

5. Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa tergantung pada pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha sendiri. Dalam kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggung jawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri, dan kehendak untuk mengelola diri sendri.

2.1.3 Jenis-jenis koperasi

Dalam Pasal 16 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992dinyatakan

bahwa “jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan

ekonomi anggotanya”. Sedangkan di dalam penjelasan Pasal 16 diuraikan

mengenai jenis-jenis koperasi antara lain: koperasi simpan pinjam, koperasi

konsumen, koperasi pemasaran, dan koperasi jasa. Untuk koperasi-koperasi

yang dibentuk oleh golongan fingsional seperti pegawai negeri, anggota

ABRI, maupun karyawan dan sebagainya, bukan merupakan suatu jenis

koperasi tersendiri.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

29

Koperasi digolongkan menjadi 4 jenis yaitu sebagai berikut:24

1. Koperasi Produksi

Koperasi dalam bidang produksi menjalankan tugasnya dengan berpegang

kepada asas integrasi atau asas keseluruhan yang membulat, dimana

produksi oleh koperasi sendiri. Maka koperasi produksi akan menjalankan

usaha-usaha sebagai berikut:

- Produksi

- Pergudangan dan pengangkutan

- Perdagangan hasilnya sendiri,

Koperasi produksi dalam masyarakat dapat dibagi-bagi sebagai

sebagai berikut:

a. Koperasi Pertanian

Yaitu koperasi yang para anggotanya:

- Menjalankan usaha-usaha yang ada sangkut pautnya secara langsung

dengan usaha pertanian yang bersangkutan, mulai dari produksi,

pengolahan samapai pada pembelian, penjualan bersama hasil usaha

pertanian yang bersangkutan.

- Anggota-anggotanya terdiri dari petani pemilik tanah, dan buruh tani

yang berkepentingan serta mata pencahariannya langsung berhubungan

dengan usaha pertanian yang bersangkutan.

24Wardoyo, dkk, 2000, IPS Ekonomi dan Koperasi, CV Aneka Ilmu, Semarang, h.96.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

30

b. Koperasi Peternakan

Yaitu koperasi:

- Anggota-anggotany terdiri dari pengusaha-pengusaha serta buruh

peternakan yang kepentingan serta mata pencahariannya langsung

berhubungan dengan peternakan yang bersangkutan.

- Menjalankan usaha-usaha yang ada hubungannya dengan usaha

peternakan mulai dari pemeliharaan sampai pada pembelian atau

penjualan bersama ternakatau hasil peternakan.

c. Koperasi Perikanan

- Yang anggota-anggotanya terdiri dari pengusaha-pengusaha

pemilik alat perikanan, buruh atau nelayan yang kepentingan

serta mata pencahariannya langsung berhubungan dengan usaha

perikanan yang bersangkutan.

- Menjalankan usaha-usaha yang ada sangkut pautnya dengan

usaha perikanan misalnya produksi, pengolahan, pembelian,

penjualan hasil-hasil perikanan.

d. Koperasi Kerajinan/Industri

Yaitu Koperasi:

Yang anggota-anggotany terdiri dari pengusaha-pengusaha pemilik alat

produksi dan buruh kerajinan atau industri yang berkepentingan serta

pencahariannya langsung berhubungan dengan usaha kerajinan atau

industri yang bersangkutan.

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

31

2. Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi kredit atau koperasi simpan pinnjam yaitu koperasi:

a. Yang anggota-anggotanya terdiri dari setiap orang yang mempunyai

kepentingan langsung dalam lapangan perkreditan.

b. Menjalankan usaha khusus dalam lapangan perkreditan yang

menggiatkan anggota-anggotany serta masyarakat untuk menyimpan

secara teratur dan memberi pinjaman kepada anggota-anggotanya untuk

tujuan yang bermanfaatan dengan pemungutan uang jasa serendah itu.

Adapum lapangan usaha koperasi kredit yaitu:

a. Menyalurkan kredit.

b. Memberikan pinjaman untuk keperluan yang bermanfaat.

c. Memupuk simpanan.

3. Koperasi Konsumsi

Yaitu Koperasi yang :

a. Menjalankan usaha-usaha yang berhubungan dengan kesejahteraan

anggota-anggotanya.

b. Anggota-anggotanya terdiri dari setiap orang yang mempunyai

kepentingan yang langsung dalam lapangan koperasi.

4. Koperasi Desa atau Koperasi Serba Usaha

Yaitu koperasi yang:

a. Pada dasarnya menjalankan aneka usaha (multi purpose), baik dalam

lapangan produksi, kredit maupun konsumsi.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

32

b. Anggota-anggotanya terdiri dari penduduk desa yang mempunyai

kepentingan-kepentingan yang satu sama lain ada sangkut pautnya

secara langsung.

2.1.4 Fungsi dan tujuan koperasi

Pasal 4 UU Perkoperasian menyebutkan bahwa fungsi dan peran

Koperasi adalah sama dan tidak dibedakan. Fungsi dan peran Koperasi

tersebut adalah:

a. membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;

b. berperan secara aktik dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat;

c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perkonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya;

d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi.

Pada Pasal 3 UUPerkoperasian, disebutkan bahwa tujuan koperasi

adalah memajukan kesejateraan anggota pada khususnya dan masyarakat

pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam

rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

33

Gambaran dari tujuan, fungsi dan peran koperasi Indonesia ini dapat

diuraikan seperti berikut:25

a. Koperasi Indonesia berusaha ikut membantu para anggotanya untuk dapat

meningkatkan penghasilannya.

b. Koperasi Indonesia dapat mengurangi tingkat penganguran. Dengan

semakin meningkatnya pertambahan penduduk, membawa dampak

menungkatnya pula pengangguran, karena berkurangnya atau semakin

sulitnya lapangan pekerjaan.

c. Koperasi Indonesia dapat mengembangkan kegiatan usaha masyarakat.

Sebagai badan usaha yang mengutamakan usaha bersama dalam

meningkatkan kesejahteraan hidup para anggotanya, maka dalam kegiatan

usahanyakoperasi berusaha mempersatukan usaha bersama tersebut

dengan baik.

d. Koperasi Indonesia dapat berperan serta meningkatkan taraf hidup rakyat.

Tujuan utama koperasi adalah meningkatkan taraf hidup para anggotanya,

kemudian setelah kebutuhan para anggota tercukupi, koperasi berusaha

untuk ikut meningkatkan taraf hidup masyarakat pada umumnya.

e. Koperasi Indonesia dapat berperan ikut meningkatkan pendidikan rakyat.

Koperasi dapat memberikan pendidikan kepada rakyat dengan jalan

mendidik anggota koperasi terlebih dahulu, dan kemudian secara berantai

para anggota koperasi dapat mengamalkan pengetahuannya tersebut

25R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, op.cit, h.40.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

34

kepada masyarakat sekitarnya. Dengan cara seperti tersebut, koperasi

dapat ikut berperan meningkatkan pendidikan rakyat.

2.1.5 Hak dan kewajiban anggota

Hak dan kewajiban anggota timbul secara langsung dari kenyataan

sebagai anggota koperasi dan ditetapkan untuk semua anggota yang ada

sekarang dan yang akan datang secara umum dan objektif dalam Undang-

Undang Koperasi, dalam peraturan pelaksanaannya, atau dalam anggaran

dasar daripada penghimpunan masing-masing. Dalam Pasal Pasal 20

UUPerkoperasian, menyebutkan bahwa:

1Setiap Anggota mempunyai kewajiban: a. Mematuhi anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan

yang telah disepakati dalam Rapat Anggota; b. Berpartisipasi dalam kegiatan usahs yang diselenggarakan oleh Koperasi; c. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas

kekeluargaan. 2 Setiap Anggota mempunyai hak: a. menghadiri ,menyatakan pendapat ,dan memberikan suara dalam Rapat

Anggota; b. memilihdan/atau dipilih menjadi aggota Pengurus atau Pengawas; c. meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam Anggaran

Dasar; d. mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus diluar Rapat

Anggota baik diminta maupun tidak diminta. e. memanfaatkan Koperasi dan mendapat pelayanan yang antara sesama

aggota; f. mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi menurut

ketentuan d

Hak dan kewajiban keanggotaan dapat diklasifikasikan sebagai hak

dan kewajiban pribadi dan hak dan kewajiban keuangan (financial). Hak dan

kewajiban pribadi (personal) adalah hak dan kewajiban dalam kehidupan dan

kegiatan koperasi. Hak dan kewajiban ini sama bagi semua anggota

(kesamaaa mutlak) dan tidak dapat dihilangkan dari seorang anggota selama

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

35

keanggotaannya. Sedangkan hak dan kewajiban keuangan (financial) adalah

hak dan kewajiban yang berhubungan dengan keikutsertaan keuangan para

anggota dalam harta kekayaan dan dana koperasibiasanya kontribusi

minimum atas modal saham ditetapkan jumla yang sama bagi semua anggota.

Tetapi hak dan kewajiban keuangan dikuasai oleh asas kesamaan relatif, yaitu

setiap anggota berhak menerima keuntungan atas jumlah saham, jumlah

keuntungan adalah sama bagi setiap anggota, namun demikian para anggota

menerima jumlah yang berbeda tergantung pada jumlah modal saham yang

mereka bayar.26

1. Hak-hak perorangan anggota koperasi adalah sebagai berikut:

a. hak untuk menghadiri rapat;

b. hak untuk memberi suara;

c. hak untuk memilih pengurus dan untuk dipilih;

d. hak untuk memanfaatkan fasilitas koperasi;

e. hak untuk diberi tahu mengenai sesuatu hal yang berkenaan dengan

koperasi.

2. Hak keuangan sebagai berikut:27

a. hak untuk menggunakandan menarik keuntungan keuangan dari fasilitas

badan usaha koperasi.

b. hak untuk menerima kembali uang keanggotaan, keuntungan, bonus

dan/atau bunga atas modal saham yang disetor.

26Abdulkadir Muhammad, 2001, Hukum Koperasi, Penerbit Alumni, Bandung, (selanjutnya disebut Abdulkadir Muhammad II), h. 64.

27Ibid, h.66-67.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

36

c. hak untuk menuntut pembayaran kembali kontribusi modal saham dari

dana koperasi karena pengunduran diri dari keanggotaannya.

Kewajiban dari anggota koperasi ialah:

a. Kewajiban perorangan yang utama daripada anggota ialah kewajiban ikut

serta secara peroangan dalam usaha bersama supaya tercapai tujuan

bersama. Ketaatan terhadap kewajiban ini adalah yang terpenting bagi

berfungsinya koperasi sebagai perhimpunan-perhimpunan orang-orang.

b. Kewajiban keuangan yang pokok ialah kewajiban untuk membayar

kontribusi keuangan yang ditentukan dalam anggaran dasar. Biasannya

kontribusi modal saham minimum ditetapkan dalam anggaran dasar yang

jumlahnya sama bagi semua anggota dan biasanya berupa sejumlah uang

secara relatif kecil, ditetapkan sesuai dengan situasi keuangan anggota

yang terlemah daripada koperasi itu.

2.2 Kredit

2.2.1 Pengertian kredit

Dalam bahasa sehari-hari kata kredit diartikan memperoleh barang

dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh

pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di kemudan hari dengan

cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. Artinya kredit dapat

berbentuk barang maupun kredit berbentuk uang dalam hal pembayarannya

dengan menggunakan metode angsuran atau cicilan tertentu.28

28Djoni S. Gazali, dan Rachnadi Usman, 2012, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, h.263.

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

37

Secara terminologi kata kredit berasal dari bahasa latin “credere”

yang mempunyai makna kepercayaan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Suharno, kepercayaan dilihat dari sudut pandang bank berarti adanya suatu

keyakinan bahwa dana yang akan diberilam kepada debitor akan

dikembalikan tepat pada waktunya sesuai dengan kesepakatan kedua belah

pihak yang akan dituangkan dalam perjanjian tertulis.29

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengrtian kredit

adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur

atau pinjaman hingga batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau

badan lain.30

Dalam Pasal 1 butir 11 UU Perbankan menyebutkan bahwa kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Selain pengertian kredit menurut UU Perbankan tersebut, ada juga

pengertian menurut pandangan sarjana sebagai berikut:

1. O.P. Simorangkir

Kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas

prestasi (kontra prestasi) akan terjadi pada waktu mendatang. Singkatnya

29Sentosa Sembiring, 2012, Hukum Perbankan , CV. Mandar Maju, Bandung, h.148. 30Hermansyah, 2005, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, kencana Prenada Media

Group, Jakarta, h. 57

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

38

kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen-komponen kepercayaan,

risiko, dan pertukaran ekonomi pada masa-masa mendatang.31

2. M. Jakile

Kredit adalah suatu ukuran kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan

sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari janjinya untuk

membayar kembali utangnya pada tanggal tertentu.32

2.2.2 Unsur-unsur kredit

Dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Perkreditan, Drs. Thomas

Suyatno, mengemukakan bahwa unsur-unsur kredit terdiri atas:

1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredi bahwa prestasi yang

diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar

diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan

datang.

2. Tenggang Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian

prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan

datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang

yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan

diterima di masa mendatang.

3. Degree of risk, tingkat risiko yang akan dihadapi sebaga akibat dari adanya

jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan

kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit

diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya, karena sejauh-jauh

31HR. Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit dan Bank Garansi, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 123.

32Marian Daruz Badrulzaman, 2000, Perjanjian Kredit Bank, Alumni Bandung, h. 21.

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

39

kemampuan manusia untuk menerobos masa depan itu, maka masih selalu

terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang

menyebabkan timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah,

maka timbulah jaminan dala pemberian kredit.

4. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi

juga berbentuk barang atau jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi

modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksitransaksi

kredit yang menyangkut uanglah yang setiap kali kita jumpai dalam

praktik perkreditan.33

Hasanuddin Rahman mengemukakan empat unsur kredit sebagai

berikut:34

1. Kepercayaan, bahwa setiap pemberian kredit dilandasi oleh keyakinan

bank bahwa kredit tersebut akan dibayar kembali oleh debitur sesuai

dengan jangka waktu yang sudah diperjanjikan.

2. Waktu, bahwa antara pemberian kredit oleh bank dengan pembayaran

kembali oleh debitur tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan,

melainkan dipisahkan oleh tenggang waktu.

3. Risiko, bahwa setiap pemberian kredit jenis apapun akan terkandung

risiko dalam jangka waktu antara pemberian kredit dan pembayaran

kembali. Ini berarti makin panjang jangka waktu kredit, makin tinggi

risiko kredit tersebut.

33Hermansyah, op.cit, h. 59. 34Hassanudin Rahman, 2000, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di

Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.25.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

40

4. Prestasi, bahwa setiap kesepakatan yang terjadi antara bank dan debitur

mengenai pemberian kredit, maka pada saat itu pula akan terjadi suatu

prestasi dan kontra prestasi.

2.2.3 Prinsip kredit

Untuk meminimalisasi risiko kredit yang mungkin terjadi, pada

umumnya menggunakan metode analisis 5C atau The Five C’s analysis dalam

memutuskan, apakah kredit yang diajukan oleh pemohon diterima atau

ditolak yakni :

a. Character (Sifat). Dalam hal ini, para analisis kredit pada umumnya

mencoba melihat dari data pemohon kredit yang telah disediakan oleh

bank. Bila dirasakan perlu diadakan wawancara, untuk mengetahui lebih

rinci, bagaimana karakter yang sesungguhnya dari calon debitor tersebut.

b. Capacity (Kemampuan). Bank mencoba menganalisis apakah

permohonan dana yang diajukan rasional atau tidak dengan kemampuan

yang ada pada debitor sendiri. Bank melihat sumber pendapatan dari

pemohon dikaitkan dengan kebutuhan hidup sehari-hari.

c. Capital (Modal) hal ini cukup penting bagi bank, khususnya untuk kredit

yang cukup besar apakah dengan modal yang ada, mungkin pengembalian

kredit yang diberikan. Untuk itu perlu dikaji ulang potensi dari modal yang

ada.

d. Collateral (Jaminan). Apakah jaminan yang diberikan oleh debitor

sebanding dengan kredit yang diminta. Hal ini penting agar bila debitor

tidak mampu melunasi kreditnya jaminan dapat dijual.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

41

e. Condition Of economy. Dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi

ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha pemohon kredit perlu

memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil risiko yang mungkin

terjadi yang diakobatkan oleh kondisi ekonomi tersebut.35

Selain menggunakan prinsip yang di atas, dalam memberikan kredit

juga menggunakan prinsip 3R, yaitu:

1. Returns (Hasil yang Diperoleh)

Returns yakni hasil yang diperoleh oleh debitur, dalam hal ini ketika kredit

telah dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh calon kreditur.

2. Repayment (Pembayaran Kembali)

Kemampuan bayar dari pihak debutur tentu saja juga mesti

dipertimbangkan, yaitu apakah kemampuan bayar tersebut macht dengan

schedule pembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan bank. Ini

juga merupakan hal yang tidak boleh diabaikan.

3. Risk Bearing Ability ( Kemampuan Menanggung Risiko)

Hal lain yang perlu diperhitungkan juga sejauh mana terdapatnya

kemampuan debitur untuk menanggung risiko. Misalnya dalam hal terjadi

hal-hal di luar antisipasi kedua belah pihak. Terutama jika dapat

menyebabkan timbulnya kredit macet.36

2.2.4 Jenis-jenis kredit

Bahwa berdasarkan jangka waktu dan penggunaannya kredit dapat

digolongkan mejadi tiga jenis yaiu:

35Sentosa Sembiring, op.cit, h.200. 36Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, op.cit, h. 278.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

42

1. Kredit investasi, yaitu kredit jangka menengah atau panjang yang

diberikan kepada debitur untuk membiayai barang-barang modal dalam

rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan atau pun pendirian proyek baru,

misalnya pembelian tanah dan bangunan untuk perluasan pabrik, yang

pelunasannya dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang dibiayai

tersebut.

2. Kredit Modal Kerja, yaitu kredit modal kerja yang diberikan baik dalam

rupiah maupun valuta asing untuk memenuhi modal kerja yang habis

dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal satu tahun dan

dapat diperpanjang sesuai kesepakatan antara pihak yang bersangkutan.

Dapat juga dikatakan bahwa kredit ini diberikan untuk membiayai modal

kerja, dan modal kerja adalah jenis pembiayaan yang diperlukan oleh

perusahaan untuk operasi perusahaan sehari-hari.

3. Kredit konsumsi, yaitu kredit jangka pendek atau panjang yang diberikan

kepada debitur untuk membiayai barang-barang kebutuhan atau konsumsi

dalam skala kebutuha rumah tangga yang pelunasannya dari penghasilan

bulanan nasabah debitur yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, kredit

konsumsi merupakan kredit perorangan untuk tujuan nonbisnis, termasuk

kredit pemilikan rumah. Kredit konsumsi biasanya digunakan untuk

membiayai pembelian mobil atau barang konsumsi barang tahan lama

lainnya.37

37Hermansyah, op.cit, h. 61.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

43

2.2.5 Kredit macet

Kredit macet adalah kredit yang angsuran pokok dan bunganya tidak

dapatdilunasi selama lebih dari 2 (dua) masa angsuran ditambah 21 (duapuluh

satu) bulan atau penyelesaian kredit telah diserahkan kepada pengadilan

/BUPLN atau telah diajukan ganti rugi kepada Perusahaan Asuransi Kredit .

dengan demikian, kredit macet merupakan kredit bermasalah, tetapi kredit

bermasalah belum/tidak seluruhnya merupakan kredit macet.38

Adapun faktor-faktor terjadinya kredit macet, yaitu:39

A. Faktor-Faktor Ekstern

Ketidaklancaran debitur di dalam memenuhi kewajibannya kepada

bank disebabkan oleh berbagai faktor pada umumnya menyangkut kondisi

ekonomi, industri, pasar dan kebijakan pemerintah maupun kondisi

manajemen perusahaan debitur.

1. Kondisi Ekonomi

Faktor kondisi ekonomi dalam kaitannya dengan kredit bermasalah

merupakan mata rantai sebab akibat. Kondisi ini bagi perusahaan-

perusahaan yang terpengaruh akan mengurangi kapasitas produksinya,

yang pada akhirnya akan mengurangi pendapatan perusahaan.

2. Kebijakan Pemerintah

38 HR. Daeng Naja, op.cit, h. 329. 39core.ac.uk/download/pdf/18605788.pdf, diakses tanggal 14 Oktober 2015.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

44

Kebijakan pemerintah yang tercermin dalam ketentuan dan peraturan atas

suatu produk atau sektor ekonomi/industri dapat berdampak positif

maupun negatif bagi perusahaan yang berkaitan dengan industri tersebut.

3. Kondisi Manajemen Debitur

Faktor eksternal lainnya yang dapat menimbulkan kredit bermasalah

adalah yang menyangkut kemampuan manajemen dan karakter debitur

yang bersangkutan. Debitur dapat memenuhi kewajibannya kepada bank

sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan serta itikad baik debitur.

Faktor pengalaman dan kesungguhan debitur dalam bidang usahanya serta

karakter debitur sangat menentukan kualitas hubungannya dengan bank.

4. Kegagalan Usaha Debitur

Banyak faktor yang menyebabkan usaha debitur mengalami kegagalan,

antara lain yaitu :

a.debitur belum berpengalaman dalam bidang usahanya;

b.debitur kurang peka terhadap perubahan permintaan pasar produk kalah

bersaing;

c.struktur permodalan yang high leveraged (debt/equity ratio) sangat tinggi

sehingga kewajibannya sangat berat;

d.bidang usaha debitur telah jenuh (sunset industry)

B.Faktor-faktor Intern

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

45

Selain faktor-faktor ekstern yang dapat mengakibatkan suatu kredit

menjadi non performing, juga dapat diakibatkan karena faktor intern bank

antara lain :

1. Pertumbuhan Kredit yang Berlebihan

Parameter yang dapat dipakai sebagai tolok ukur pertumbuhan kredit yang

“berlebihan” adalah faktor ekstern dan intern bank. Faktor ekstern yaitu

pemberian kredit melebihi kebutuhan debitur sehingga terbuka peluang

penggunaan dananya tidak sesuai tujuan semula atau adanya rasa

optimistis yang berlebihan dari debitur sehingga proyeksi

usahanya menjadi tidak realistis.

Faktor intern bank berdasarkan kekuatan bank itu sendiri baik diukur dari

kecukupan modal maupun kekuatan dukungan sumber dana dan jangka

waktu.

2. Menyimpang dari Prosedur Baku

Hal ini disebabkan karena bank terdorong oleh rasa yang terlalu agresif

dan motivasi untuk mengejar pertumbuhan yang cepat sehingga dalam

proses pemberian kredit menjadi “lengah” dan mengabaikan tata cara dan

prosedur pemberian kredit yang sehat yang lazim dikategorikan

berdasarkan 5C (character, capacity, capital, collateral, dan condition).

3. Terjadinya “Erosi” Mental

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

46

Kondisi ini sebagai pengaruh timbal balik antara debitur dan pejabat bank

sehingga mengakibatkan proses pemberian kredit tidak didasarkan pada

praktek-praktek perbankan yang sehat.

4. Sistem Pengawasan Intern Bank Lemah

Peranan fungsi pengawasan intern bank yang tidak memadai juga

mempunyai andil terjadinya kredit non performing

2.3 Jaminan

2.3.1 Pengertian jaminan

Istilah jaminan merupakan terjemahan dari istilah zekerheid atau

cautie yaitu kemampuan debitur untuk memenuhi atau melunasi

perutangannya kepada kreditor, yang dilakukan dengan cara menahan benda

tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang

yang diterima debitur terhadap kreditornya.

Dalam perspektif hukum perbankan, istilah “jaminan” ini dibedakan

dengan istilah agunan. Dibawah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967

tentang Pokok-Pokok Perbankan, tidak dikenal istilah istilah “agunan”, yang

ada istilah “jaminan”. Sementara dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998, memberikan pengertian yang tidak sama dengan

jaminan menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967.

Arti jaminan menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967. Diberi

istilah :agunan” atau “tanggungan”, sedangkan jaminan menurut Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

47

dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, diberi arti lain yaitu: “

keyakinan atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur

untunk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai

dengan diperjanjikan”. 40

KUH Perdata maupun peraturan perundang-undangan lain yang

menjadi sumber hukum jaminan tidak memberikan perumusan pengertian

istilah jaminan. Dalam Keputusan Seminar Hukum Jaminan, yang

diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional yang bekerja sama

dengan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dsri tsnggsl 9 sampai 11

Oktober 1978 di Yogyakarta, mengartikan yang dinamakan “jaminan” adalah

“menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai denga uang yang

timbul dari suatu perikatan hukum”.

Senada dengan itu, Mariam Darus Badrulzaman merumuskan jaminan

sebagai suatu tanggungan yang diberikan oleh seorang debitur dan/atau pihak

ketiga kepada kreditor untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan.

Hal yang sama dikemukakan oleh Hartono Hadisaputra yang menyatakan

jaminan adalah sesuatu yang diberikan debitur kepada kreditor untuk

menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang

dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.41

2.3.2 Jenis-jenis jaminan

40Rachmadi Usman II, op.cit, h.60. 41Rachmadi Usman II, op.cit, h.69.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

48

Suatu jaminan dapat pula dibedakan ke dalam jaminan kebendaan

(zakelijk) dan jaminan nokebendaan (jaminan perorangan).Yang dimaksud

dengan jaminan kebendaan adalah jaminan yang mempunyai hubungan

langsung dengan benda tertentu, selalu mengikuti benda tersebut kemana pun

benda tersebut beralihatau dialihkan, dapat dialihkan dan dapat dipertahankan

oleh siapa pun. Misalnya, gadai, hipotek, hak tanggungan atas tanah , fidusia

dan sebagainya. Sementara itu yang dimaksud dengan jaminan perorangan

adalah jaminan yang hanya mempunyai hubungan langsung dengan pihak

pemberi jaminan, bukan terhadap benda tertentu.Jaminan perorangan ini

hanya dapat dipertahankan terhadap orang-orang tertentu.Yang bahwa

nantinya lewat jaminan perorangan, seorang kreditor dapat saja mengambil

harta debitur yang wanprestasi lewat atau tanpa pranata hukum yang disebut

“Sita Jaminan”.Karena bagaimanapun yang terikat sebagai jaminan disini

bukanlah barangnya, melainkan orangnya.42

Jaminan perorangan dapat diklasifikasikan lagi kedalam tiga

golongan, yaitu:

a. Jaminan Pribadi (Personal Guarantee)

b. Jaminan Perusahaan (Corporate Guarantee)

c. Garansi Bank (Bank Guarantee)

Yang membedakan diantara ketiga jenis jaminan perorangan tersebut

adalah tentang siapa yang menjadi subje pemberi garansi tersebut.Terhadap

jaminan pribadi, yang menjadi subjek pemberi jaminannya adalah seorang

42Munir Fuady, op.cit, h.56.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

49

secara pribadi, terhadap jaminan perusahaan (yang berbentuk badan

hukum).Sementara jaminan dalam bank garansi diberikan oleh suatu bank,

yang biasanya tidak dimaksudkan sebagai jaminan kredit, tetapi hanya

jaminan atas pembayaran sejumlah uang teretntu atau jaminan atas

pelaksanaan suatu pekerjaan tertentu (Performance Guanrantee).

Sedangkan yang tergolong ke dalam hak jaminan kebendaan yang

berlaku saat ini adalah sebagai berikut:

a. Hipotek, dengan dasar hukumnya adalah Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (buku kedua), saat ini berlaku hanya untuk hipotek kapal laut

(berdasarkan KUH Perdata). Sedangkan Hipotek untuk pesawat udara,

yang semula berlaku berdasarkan Undang-Undang Penerbangan Nomor 15

Tahun 1992, kemudian undang-undang tersebut dicabut degan Undang-

Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009, yang tidak menyebutkan lagi

tentang hipotek atas pesawat terbang tersebut, sehingga hipotek kembali

hanya dapat diikatkan kapal laut saja.

b. Hak Tanggungan, dengan dasar hukumnya Undang-Undang Hak

Tanggungan, dengan berobjekan hak tanah serta benda-benda yang

berkaitan dengan tanah.

c. Gadai dengan dasar hukum Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

berobjekan benda-beda bergerak.

d. Gadai tanah yang berobjekan tanah, dengan dasar hukumnya adalah

hukum adat, dikuatkan oleh Undang-Undang Pokok Agraria.

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

50

e. Fidusia, dengan dasar hukumnya adalah Undang-Undang Fidusiadengan

objeknya adalah benda bergerak (berwujud maupun tidak

berwujud)danbeban tidak bergerak khususnya tidak dapat dibebani dengan

hak tanggungan.43

2.3.3 Prinsip-prinsip pemberian jaminan

Ada beberapa prinsip yuridis yang berlaku terhadap suatu jaminan

utang, prinsip mana bervariasi, bergantung kepada jenis jaminan utang atau

kredit itu sendri. Diantara prinsip-prinsip yuridis dari suatu jaminan kredit

dapat disebutkan sebagai berikut:44

1. Prinsip Territtorial. Prinsip territtoril menentukan bahwa barang jaminan

yang ada di Indonesia hanya dapat dijadikan jaminan utang sejauh

perjanjian utang maupun pengikatan hipotek tersebut di buat di

Indonesia.Prinsip ini hanya berlaku terhadap jenis jaminan hipotek saja.

2. Prinsip Accessoir. Prinsip lain dari jaminan utang adalah apa yang disebut

dengan prinsip “accessoir” (buntutan). Maksudnya adalah bahwa setiap

perjanjian jaminan utang merupakan buntut (ikutan) dari perjanjian

pokok, yaitu perjanjian kredit itu sendiri

3. Prinsip Preferensi ini mengajarkan bahwa pihak-pihak kreditor kepada

siapa debitur telah menjamin kreditnya pada umumnya mempunai hak

jaminan tersebut untuk pelunasan utangnya yang mesti didahulukan dri

pihak kreditor lain-lain.

43Munir Fuady, op.cit, h. 57-58. 44Munir Fuady, op.cit, h. 68.

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

51

4. Prinsip Nondistribusi. Suatu prinsip yang berlaku atas seluruh hak

tanggungan adalah “prinsip nondistribusi”. Maksudnya adalah bahwa 1

(satu) hak tanggungan tidak dapat dipecah-pecah kepada beberapa

kreditor atau kepada beberapa utang. Demikian juga jika utang dibayar

sebagian tidak berarti jaminannya pun akan tinggal atas tinggal sebagian

benda yang dijaminkan.

5. Prinsip Disclosure. Dengan prinsip disclosure atau publisitas ini, berarti

adanya keharusan agar suatu jaminan utang dipublikasi sehingga

diketahui oleh umum. Ketentuan perundang-undangan hanya

mengharuskan beberapa saja dari jaminan utang untuk dipublikasi seperti

itu. Maka kreditor tersebut tentu harus mengetahui apakah atas benda

objek jaminan utang tersebut telah terlebih dahulu diikat dengan suatu

jaminan utang tertentu atau tidak. Sehingga dia mengetahui dengan persis

sejauh mana benda tersebut dapat mem-back up piutangnya.

6. Prinsip Eksistensi Benda. Salah satu prinsip yang diletakkan oleh

perndag-undangan atas suatu hipotek adalah Prinsip Eksistensi Benda.

Maksudnya adala bahwa suatu hipotek hanya dapat diletakkan di atas

benda yang sudah nyata-nyata ada. Ketentua seperti ini ditemukan dalam

Pasal 1175 KUH Perdata (tentang Hipotek).

7. Prinsip Eksistensi Kontrak Pokok. Prinsip ini mengajarkan bahwa suatu

jaminan utang hanya dapat diikat setelah adanya oerjanjian pokok, seperti

perjanjian utang piutang misalnya. Sebenarnya, hal ini sebaga

konsekuensi dari berlaku prinsip accssoir. Dalam Pasal 3 Undang-Undang

Page 29: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

52

Hak Tanggungan Nomor 4 Tahu 1996 dengan tegas ditentukan bahwa hak

tanggungan dapat saja diberikan sungguh pun utangnya belum ada, tetapi

minimal sudah ada perjanjian yang menimbulkan utang tersebut.

8. Prinsip Larangan Eksekusi Untuk Diri Sendiri. Suatu prinsip lain yang

berlku untu suatu jaminan utang adalah prinsip larangan eksekus untuk diri

sendiri, dalam hal ini eksekusi suatu jaminan mempunya prosedur

tersendiri, yang berbeda-beda dari masing-masing jenis jaminan utang

tersebut. Akan tetapi, secara umum berlaku prinsip bahwa pihak kreditor

tidak dapat mengeksekusi benda jaminan dengan langsung memiliki benda

tersebut.

9. Prinsip Formalisme. Prinsip lain yang berlaku atas suatu jamnan utang

adalah prinsip formalisme. Maksudnya ada beberapa tindakan formalisme

yang diharuskan oleh perundang-undang untuk dilakukan oleh para pihak

yang terkait dengan suatu jaminan utang. Prinsip formalisme tersebut

terlihat dalam hal-hal sebagai berikut:

a. Keharusan Pembuatan Akta.

b. Keharusan Pencatatan.

c. Pelaksanaan di Depan Pejabat Tertentu

d. Penggunaan Instrumen Tertentu.

e. Penggunaan Kata-Kata Tertentu.

10. Prinsip Ikutan Objek. Prinsip lain yang berlaku terhadap suatu jaminan

utang adalah prinsip jaminan yang mengikuti objeknya. Maksudnya

Page 30: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

53

adalah bahwa jaminan tetap mengikuti objeknya, kemanapun objek

tersebut dibawa atau kepada siapa pun objek tersebut beralih.

11. Prinsip Ikutan Piutang. Prinsip ikutan piuatang yang juga merupaka

konsekuensi dari sifat accessoir jaminan utang, dimaksudkan sebagai

suatu prinsip dimasa hak jaminan itu selalu melekat dengan piutangnya.

Jadi, kalau karena sesuatu sebab piutang tersebut beralih, maka demi

hukum, jaminan pun ikut beralih.

2.3.4 Manfaat jaminan

Jaminan mempunyai kedudukan dan manfaat yang sangat penting

dalam menunjang pembangunan ekonomi.Karena keberadaan lembaga ini

dapat memberikan manfaat bagi kreditur dan debitur. Manfaat bagi kreditor

adalah:

a. Terwujudnya keamanan terhadap transaksi dagang yang ditutup.

b. Memberikan kepastian hukum bagi kreditor.

Bagi debitur dengan adanya benda jaminan itu dapat memperoleh

fasilitas kredit dari bank dan tidak khawatir dala mengembangkan

usahanya.Keamanan modal adalah dimaksudkan bahwa kredit atau modal

yang diserahkan oleh kreditor kepada debitur tidak merasa takut atau

khawatir tidak dikembalikannya modal tersebut.

Memberikan kepastian hukum adalah memberikan kepastian bagi

pihak kreditur dan debitur. Kepastian bagi kreditur adalah kepastian untuk

menerima pengembalian pokok kredit dan bunga dari debitur. Sedangkan

bagi debitur adalah kepastian untuk mengembalikan pokok kredit dan bungan

Page 31: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI, KREDIT, DAN … 2.pdfHukum Koperasi Indonesia, PT RahaGrafindo Persada, Jakarta, h.1. 19. Ibid. 24 . 25 . perkumpulan manusiaseorang-seorang

54

yang ditentukan. Disamping itu, bagi debitur adalah adanya kepastian dalam

berusaha. Karena dengan modal yang dimilikinya dapat mengembangkan

bisnisnya lebih lanjut. Apabila debitur tidak mampu dalam mengembalikan

pokok kredit dan bunga, bank atau pemilik modal dapat melakukan eksekusi

terhadap benda jaminan. Nilai benda jaminan itu biasanya pada saat

melakukan taksiran nilainya lebih tinggi jika dibandingkan pokok dan bunga

yang tertunggak. Namun, dalam kenyataannya seringkali nilai jaminan lebih

rendah dari hutang pokok dan bunga. Sehingga untuk melakukan eksekusi

oleh pejabat lelang mengalami kesulitan, karena nilai jual benda jaminan di

bawah nilai hutang poko dan bunga.45

Ketentuan jaminan kebendaan ini, secara implisit pembentuk undang-

undang berpesan kepa para pelaku ekonomi, bahwa kalau memberikan kredit

janganlah hanya didasarkan pada kepercayaan belaka. Secara faltual untuk

mengetahui jumlah harta benda debitur itu tidak segampang, begitu pula

teramat sulit untuk melacak fluktuasi harta debiitur pada masa-masa

mendatang. Di dorong alasan itu, para pelaku ekonomi di sarankan untuk

mendayagunakan ketentuan-ketentuan jaminan kebendaan yang disediakan,

demi menangka risiko yang muncul di kemudian hari pada saat sedini

mungkin.46

45H. Salim HS, 2012, Perkembangan Hukum Jaminan, Rajawali Pers, Jakarta, h. 28-29. 46Djoni S. Gazali, dan Rachnadi Usman, op.cit, h.289.