bab ii tinjauan umum tentang bimbingan penyuluhan...

30
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM, KEPRIBADIAN MUSLIM DAN USIA LANJUT 2.1 Bimbingan Penyuluhan Islam 2.1.1 Pengertian Bimbingan Penyuluhan Islam Dalam memberikan arti Bimbingan Penyuluhan Islam, para ahli sangat beragam. Hal ini disebabkan karena mereka mempunyai pandangan tersendiri. Secara etimologi Bimbingan Penyuluhan Islam adalah merupakan terjemahan dari Guidence, dari bahasa Inggris yang dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan dan tuntunan. Sedang istilah “penyuluhan” mengandung arti “menerangi”, "menasehati" atau "memberi kejelasan" kepada orang lain agar memahami atau mengerti tentang hal yang sedang dialaminya. Arti “penyuluhan” berasal dari kata “Counseling” yang berarti nasehat. (Arifin, 1982 : 1) 1 Pengertian Bimbingan Setelah kita mengenal arti bimbingan dan penyuluhan secara harfiyah, maka perlu juga kita fahami definisi istilahnya yang dikemukakan oleh para ahli antara lain :

Upload: hoangdieu

Post on 06-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM,

KEPRIBADIAN MUSLIM DAN USIA LANJUT

2.1 Bimbingan Penyuluhan Islam

2.1.1 Pengertian Bimbingan Penyuluhan Islam

Dalam memberikan arti Bimbingan Penyuluhan Islam, para

ahli sangat beragam. Hal ini disebabkan karena mereka mempunyai

pandangan tersendiri. Secara etimologi Bimbingan Penyuluhan Islam

adalah merupakan terjemahan dari Guidence, dari bahasa Inggris yang

dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan dan tuntunan.

Sedang istilah “penyuluhan” mengandung arti “menerangi”,

"menasehati" atau "memberi kejelasan" kepada orang lain agar

memahami atau mengerti tentang hal yang sedang dialaminya. Arti

“penyuluhan” berasal dari kata “Counseling” yang berarti nasehat.

(Arifin, 1982 : 1)

1 Pengertian Bimbingan

Setelah kita mengenal arti bimbingan dan penyuluhan secara

harfiyah, maka perlu juga kita fahami definisi istilahnya yang

dikemukakan oleh para ahli antara lain :

18

Menurut Surya bimbingan ialah suatu proses yang terus

menerus dalam membantu perkembangan individu untuk

mencapai kemampuannya secara maksimal dan mengarahkan

manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun

masyarakat. (Surya, 1975 : 12)

Walgito dalam bukunya "Bimbingan dan Penyuluhan

dalam Sekolah", mendefinisikan bimbingan adalah bantuan

pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan

individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-

kesulitan didalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan

individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. (Walgito,

1980 : 4)

Menurut Ahmadi dan Rohani bimbingan adalah bantuan

yang diberikan kepada individu untuk mengatasi kesulitan-

kesulitan dalam kehidupannya, agar supaya individu itu dapat

mencapai kesejahteraan hidupnya, Atau dengan kata lain :

“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang

dalam usaha memecahkan kesukaran-kesukaran yang

dialaminya”. (Ahmadi dan Rohani, 1991 : 3)

Dengan melihat beberapa definisi yang dikemukakan para

ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan adalah

suatu proses bantuan yang terus menerus dan sistematis yang

diberikan kepada individu atau sekelompok individu agar dapat

19

mengatasi berbagai problem kehidupannya, membuat pilihan

yang bijaksana sehingga individu tersebut mampu menerima

dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam

mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik dalam

keluarga, sekolah dan masyarakat.

2 Pengertian Penyuluhan

Adapun pengertian penyuluhan (Counseling) menurut para

ahli adalah sebagai berikut :

Menurut Arifin Penyuluhan mengandung arti “menerangi”,

menasehati atau memberi kejelasan” kepada orang lain agar

memahami atau mengerti tentang hal yang sedang dialaminya.

(Arifin, 1992 :1)

Partowisastro dalam bukunya "Bimbingan dan Penyuluhan

Sekolah-Sekolah", konseling dalam arti luas adalah segala interaksi

pengaruh psikologis yang dapat diadakan sesama manusia. Kemudian

konseling dalam artian sesungguhnya adalah merupakan suatu

hubungan yang sengaja diadakan dengan manusia lain, dengan

maksud agar memakai berbagai cara psikologis, kita dapat

mempengaruhi beberapa fase kepribadiannya sedemikian rupa

sehingga dapat diperoleh suatu effect tertentu. (Partowisastro, 1982 :

15-16)

Sedangkan menurut Natawidjaya Penyuluhan dapat diartikan

sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu dimana

20

yang seseorang (penyuluh) berusaha membantu orang lain (klien)

untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam

hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu

mendatang. (Natawidjaya, 1987 : 32)

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa penyuluhan adalah hubungan timbal balik antara dua individu

dimana seorang penyuluh membantu klien dalam memecahkan

masalah-masalah kehidupan dengan wawancara yang dilakukan

secara tatap muka atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan

klien yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.

Sedangkan menurut Musnamar dalam bukunya "Dasar-dasar

Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami" dijelaskan bahwa

bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu

agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah

sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

(Musnamar, 1992:5)

Adapun pengertian Bimbingan Penyuluhan Islam yang

dimaksud dalam skripsi ini adalah proses pemberian bantuan terhadap

individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk

Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat. (Faqih,2002:4)

21

2.1.2 Dasar dan Tujuan Bimbingan Penyuluhan Islam

1 Dasar Bimbingan Penyuluhan Islam

Setiap kegiatan dan usaha yang dilakukan manusia tentu

memiliki landasan atau dasar dalam berpijak untuk mencapai tujuan

yang ingin dicapai. Demikian pula dasar Bimbingan Penyuluhan

Islam banyak terdapat dalam ayat-ayat al-Qur'an dan hadis. Untuk

mengetahui lebih jauh tentang Bimbingan Penyuluhan Islam akan

diuraikan mengenai dasar-dasar Bimbingan Penyuluhan Islam.

Dasar Bimbingan Penyuluhan Islam itu antara lain

1) Dasar al-Qur'an surat An-Nahl ayat : 125

م بالتي هيادلهجة ونسعظة الحوالمة وبالحكم كببيل رإلى س عاددينتهبالم لمأع وهبيله ون سل عن ضبم لمأع وه كبإن ر نسأح

)125: احنل (Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Depag, 1989 : 421)

2) al-Qur'an surat Asy-Syura ayat 52 yang berbunyi :

وإنك لتهدي إلى صراط مستقيم............

........dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. 17) (Depag, 1989 : 791)

3) Di samping ayat tersebut ada ayat lain yang dapat dijadikan

sebagai dasar Bimbingan Penyuluhan Islan yaitu surat al-Imron

ayat 104.

22

ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر وأولـئك هم المفلحون

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.

Ayat tersebut menunjukkan adanya seruan agar ada satu

golongan dari umat manusia untuk memberikan bimbingan dan

penyuluhan kepada orang atau kelompok lain yakni berupa ajaran

Islam agar berbakti kepada Allah dan berbuat ma'ruf artinya

segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah. Berdasar

ayat tersebut maka memberikan bimbingan kepada orang lain,

wajib hukumnya. Dalam ayat tersebut juga dijelaskan agar

mencegah perbuatan mungkar yaitu berbuat yang melanggar atau

tidak sesuai dengan norma-norma agama. mungkar artinya segala

perbuatan yang dapat menjauhkan diri dari Allah SWT.

Dari ketiga ayat tersebut diatas maka dapat dipahami

bahwa Bimbingan Penyuluhan Islam dibutuhkan dalam upaya

mengantisipasi dan menetralisir problema yang dihadapi

manusia. Bimbingan Penyuluhan Islam merupakan aspek dakwah

Islamiyah, dimana Bimbingan Penyuluhan Islam merupakan

bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada seseorang yang

mempunyai persoalan-persoalan ruhaniah. Hal ini sebagaimana

dijelaskan Hasymy bahwa dakwah Islamiyah adalah usaha untuk

23

mengadakan pembinaan Islam dalam segala seginya, Segi ibadah,

Segi aqidah dan mu'amalah.(Hasymy, 1974:295)

2 Tujuan Bimbingan Penyuluhan Islam

Sesuai dengan pengertian bimbingan dan penyuluhan diatas,

maka Bimbingan Penyuluhan Islampun mempunyai tujuan yang

jelas. Adapun tujuan khusus dari Bimbingan Penyuluhan Islam

merupakan penjabaran tujuan umum yang dikaitkan langsung

dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang

bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu.

(Prayitno dan Anti, 1994 : 115)

Menurut Faqih bahwa tujuan Bimbingan Penyuluhan Islam

itu dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Tujuan umum

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia

seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di

akhirat.

2. Tujuan khusus

a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.

b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang

dihadapinya.

c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan

situasi dan kondisi yang baik atau yang lebih baik agar

tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan

24

menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

(Faqih, 2001 : 36-37)

Dengan demikian Bimbingan Penyuluhan Islam bertujuan

menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan gangguan jiwa

klien sehingga dengan demikian ia akan memperoleh ketenangan

hidup rohaniah yang sewajarnya.

2.1.3 Metode Bimbingan Penyuluhan Islam

Metode Bimbingan Penyuluhan Islam menurut Faqih dalam

bukunya "Bimbingan dan konseling dalam Islam" dapat

diklasifikasikan menjadi :

1. Metode langsung

Adalah metode dimana pembimbing melakukan komunikasi

langsung dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci

lagi menjadi :

1) Metode individual

Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung

secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini

dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik :

(1) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog

langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing.

(2) Kunjungan kerumah (home visit), yakni pembimbing

mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan

25

dirumah klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumaha

klien dan lingkungannnya (Faqih,2001:55)

(3) Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing atau

konseli melakukan percakapan individual sekaligus

mengamati kerja klien dan lingkungannnya.

2) Metode kelompok

Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien

dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik:

(1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan

bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan atau

bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang

sama

(2) Karyawisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan

secara langsung dengan mempergunakan ajang karyawisata

sebagai forumnya.

2. Metode tidak langsung

Metode tersebut merupakan metode bimbingan konseling

yang dilakukan melalui media komunikasi masa. Hal ini dapat

dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal.

1) Metode individual

(1) Melalui surat-menyurat

(2) melalui telepon dan sebagainya

2) Metode kelompok atau massal

26

(1) melalui papan bimbingan

(2) melalui surat kabar atau majalah

(3) melalui brosur

(4) melalui radio

(5) melalui televisi. (Faqih,2001:56)

Pemilihan metode mana nantinya digunakan dalam

melaksanakan bimbingan konseling, tergantung pada :

(1) Masalah atau problem yang sedang dihadapi atau digarap.

(2) Tujuan penggarapan masalah.

(3) Keadaan yang dibimbing atau klien.

(4) Kemampuan pembimbing / konselor mempergunakan metode

/ teknik.

(5) Sarana dan prasarana yang tersedia.

(6) Kondisi dan situasi lingkungan sekitar.

(7) Organisasi dan administrasi layanan bimbingan konseling.

(8) Biaya yang tersedia. (Faqih, 2001: 54-55)

Konseling merupakan suatu aktifitas yang hidup dan

mengharapkan akan lahirnya perubahan-perubahan dan perbaikan-

perbaikan yang sangat didambakan oleh konselor dan klien untuk

mencapai tujuan yang mulia itu, Apabila tidak didukung dengan

metode itu, maka tujuan utama konseling tidak dapat tercapai

dengan baik dan memuaskan bagi kedua pihak konselor maupun

klien.

27

2.2 Kepribadian Muslim

2.2.1 Pengertian Kepribadian Secara Bahasa

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kepribadian muslim

perlu kiranya ada keseragaman pengertian mengenai istilah

kepribadian. Pada dasarnya istilah kepribadian digunakan untuk

pengertian yang ditujukan pada individu atau perorangan. Artinya,

yang mempunyai kepribadian adalah individu, kemudian istilah

kepribadian digunakan pula untuk kelompok individu atau masyarakat.

Hal ini sama dengan penggunaan istilah jiwa yang tadinya melekat

pada individu, tapi akhirnya meluas penggunaannya, sehingga bukan

hanya perorangan yang mempunyai jiwa, tapi masyarakat mempunyai

jiwa seperti jiwa kelompok, jiwa petani, jiwa santri, jiwa bangsa

Indonesia, dan sebagainya. (Suyanto, 1986:12)

Secara historis etimologis, perkataan persona berarti topeng

(mask) yang dipakai dalam sandiwara atau drama Yunani, pendapat

yang terbanyak dari para ahli menyatakan, bahwa perkataan persona

berasal dari bahasa latin yaitu perkataan per-sonare (to sound

through), dan kesimpulan para ahli arti perkataan persona itu ialah

topeng, yang dipakai didalam drama (sandiwara) kemudian perkataan

itu menjadi lebih jelas dalam uraian Cicero (106-43 SM) yang secara

terperinci membedakan empat pengertian perkataan persona, sebagai

berikut :

28

1. Perwujudan lahiriah seseorang (walaupun belum tentu

menggambarkan keadaan yang sebenarnya).

2. Peranan seseorang dalam kehidupannya (misalnya sebagai

seorang filosof).

3. Kesesuaian kemampuan seseorang dengan lapangan

pekerjaannya.

4. Kekhususan dan martabat seseorang (misalnya dalam gaya

tulisan).

Pengertian pertama mempunyai hubungan dengan pengertian

asal kata itu, yakni topeng, pengertian kedua tentang status seseorang

didalam kehidupan, arti yang ketiga terutama menunjukkan kualitas

psykis atau pembawaan yang dimiliki seseorang, dan pengertian

terakhir menunjukkan kekhususan dan martabat seseorang.

Dengan kata lain, kepribadian adalah organisasi dinamis dari

peralatan fisik dan psikis dalam diri individu yang membentuk

karakternya yang unik dalam penyesuaian dalam lingkungannya.

(Najati, 1985:240)

Hal ini dapat dimaklumi sebab pada hakekatnya kepribadian itu

bersifat abstrak yang dapat diketahui adalah penampilannya atau

bekasnya dalam segi dan aspek kehidupan, misalnya dalam

tindakannya, ucapan, cara bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi

setiap persoalan atau masalah baik ringan atau berat.(Daradjat,

1982:16)

29

2.2.2. Pengertian Kepribadian Secara Istilah

Secara terminologi atau istilah arti kepribadian sangat

beragam, hal ini dikarenakan adanya perbedaan para ahli dalam

menafsirkan kepribadian itu sendiri. Berikut ini akan penulis

kemukakan arti kepribadian menurut beberapa tokoh antara lain:

- Menurut Suyanto, dalam bukunya psikologi kepribadian

menyatakan kepribadian adalah suatu totalitas psikophisis yang

kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah

lakunya yang unik. (Ahyadi,2001: 12)

- Adnan Syarif dalam bukunya Psikologi Qur'ani mengemukakan:

Kepribadian adalah kumpulan ciri-ciri perilaku, tindakan,

perasaan yang disadari ataupun tak disadari oleh pemikiran dan

konsepsi akal. Artinya kepribadian merupakan gagasan

komprehensif atau tidak mapan yang dibuat oleh setiap manusia

yang berasal dari dirinya maupun orang lain.(Syarif, 2002:148)

- Carl Gustaf Jung

Berpendapat bahwa manusia di dunia ini pada dasarnya dapat

digolongkan ke dalam beberapa jenis, tergantung pada jenis atau

tipe kepribadiannya. Menurutnya kepribadian dapat dibagi

menjadi dua aspek yaitu berdasarkan fungsinya dan berdasarkan

reaksinya terhadap lingkungan. (Sarwono, 1978 : 171)

30

2.2.3 Pengertian Kepribadian Muslim

Beberapa pendapat diatas tersebut telah menjelaskan konsep

kepribadian secara umum kiranya dapat mengarahkan pada

pemahaman tentang konsep kepribadian muslim. Konsep kepribadian

muslim menurut beberapa ahli mempunyai pengertian atau batasan

yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang mereka masing-

masing. Menurut Arifin mengatakan bahwa kepribadian samawi atau

Islami yaitu suatu perilaku lahiriah dan batiniah manusia yang berbeda

dalam nilai ke Tuhanan yang positif yang berorientasi pada

kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Dengan demikian seseorang dianggap memiliki kepribadian

muslim tidak lain hanyalah yang melahirkan perbuatan-perbuatan,

perkataan-perkataan dan amalan-amalan yang senantiasa mengerjakan

perbuatan baik dan terpuji terhadap sesamanya.

Dalam al-Qur'an terdapat uraian tentang kepribadian manusia

dan berbagai karakteristik umum yang membedakan manusia dari

makhluk-makhluk Allah yang lain. Selain itu terdapat pula uraian

tentang model-model atau pola umum kepribadian manusia yang

diwarnai dengan sifat-sifat utama, yaitu pola umum yang kita temui di

masyarakat. Selain itu dalam al-Qur'an juga terdapat uraian tentang

berbagai faktor yang membentuk kepribadian, baik yang lurus maupun

yang tidak. (Najati, 1985:240) sebagaimana disebutkan dalam firman

Allah SWT :

31

قد أفلح من زكاها) 8 (فألهمها فجورها وتقواها) 7 (ونفس وما سواها )10 (وقد خاب من دساها) 9(

Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa-jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams : 7-10). (Depag, 1989 : 1064)

Berdasarkan ayat diatas, dalam diri manusia terdapat kesiapan

untuk melakukan kejahatan dan kebajikan, mengikuti hawa nafsu

fisiknya, tenggelam dalam kenikmatan indrawinya dan berbagai

kenikmatan dunianya dan kesiapan untuk membumbung tinggi ke

efek keutamaan, ketaqwaan, idealita, manusiawi, amal sholeh, dan

keutamaan psikis dan kebahagiaan spritual yang dibawakan oleh itu

semua. (Najati, 1985 : 250)

Dari beberapa pengertian di atas, maka yang dimaksud

dengan kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-

aspeknya yakni baik tingkah lakunya, kegiatan-kegiatan jiwa maupun

filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada

Tuhan, penyerahan diri kepada-Nya. (Marimba, 1989 : 73)

2.2.4. Aspek-aspek kepribadian Muslim

Sebagian besar para ahli ilmu jiwa menyatakan bahwa dalam

diri manusia (kepribadian manusia) ada dua aspek, yaitu aspek fisik

dan psikis atau aspek materi dan rohani. Namun sebagian lainnya ada

yang berpandangan bahwa, aspek kepribadian manusia itu ada tiga

yakni jiwa, jasmani dan rohani. Sebenarnya dimensi atau aspek-aspek

32

kepribadian manusia itu sangat banyak dan kompleks, walaupun

nampaknya ada dimensi atau variabel dalam kepribadian, tetapi pada

dasarnya hanya ada sejumlah kecil komponen-komponen dasar yang

diharapkan akan menjadi dasar daripada kepribadian yang nampak

itu. (Suyanto, 1999:28)

Hasan Langgulung yang mengutip pendapat Anshari,

mengemukakan bahwa pribadi manusia bersifat 3 dimensi yang

mempunyai 3 komponen yaitu jasmani, psikological dan

transendental. (langgulung, 1988:279)

Sedangkan aspek kepribadian muslim menurut Sukanto dalam

bukunya nafsiologi dijelaskan bahwa kepribadian muslim terdiri dari

empat sistem atau aspek yaitu :

1 Qalb (angan-angan)

2 Fuad (perasaan)

3 Ego (aku sebagai pelaksana kepribadian)

4 Tingkah laku.

Meskipun ke-empat aspek itu masing-masing mempunyai

fungsi sendiri-sendiri namun keempatnya berhubungan dengan erat

dan tidak bisa dipisah-pisahkan. (Sukanto, 1985:148)

Dari aspek-aspek kepribadian muslim diatas sebenarnya

kepribadian itu ada 2 aspek, yaitu fisik dan psikis, ataupun yang

berpendapat bahwa aspek-aspek kepribadian manusia itu ada 3 yaitu

jasmani, jiwa dan rohani. Pada hakekatnya mereka sama sebab

33

pandangan mereka adalah tertuju pada aspek rohaniah yang

merupakan penentu arah serta kualitas kepribadian itu sendiri ia

selalu dipandang sebagai aspek transendental yang selalu

berhubungan dengan sistem nilai yang luhur, suci dan tergolong

sebagai aspek spiritual yang selalu rindu kepada pencipta-Nya

(Allah).

2.2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian

Menurut Marimba dalam bukunya Filsafat pendidikan

dijelaskan bahwa ada berbagai faktor yang membentuk kepribadian

yaitu faktor keturunan dan pembawaan, serta faktor lingkungan.

1 Faktor keturunan dan pembawaan

Faktor tersebut adalah faktor yang timbul dari individu

sendiri, seperti ciri dan sifat yang diwariskan dari bapak, ibu

atau kakek, dan juga fitrah atau potensi yang dimiliki dan

dibawa sejak lahir (faktor fitrah).

Keturunan (hereditas) dan faktor pembawaan (fitrah)

merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi

pertumbuhan kepribadian seseorang. Faktor inilah yang

merupakan modal awal yang perlu dikembangkan dan diarahkan

sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.

2 Faktor lingkungan

Yang dimaksud faktor lingkungan dalam proses

pertumbuhan kepribadian adalah segala sesuatu yang ada diluar

34

manusia (individu) yang mempengaruhi perkembangan dan

pertumbuhan kepribadian seseorang. Ada beberapa unsur yang

termasuk dalam faktor lingkungan ini :

1) Lingkungan keluarga

Dalam pembentukan kepribadian individu, keluarga

merupakan lingkungan yang pertama dan terpenting. Menurut

Zakiyah Daradjat menegaskan bahwa: Orang tua adalah

pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian

orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur

pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan

masuk kedalam pribadi anak yang sedang bertumbuh itu

(Darajat, 1975 : 47)

2) Lingkungan sekolah

Lingkungan kedua setelah keluarga dalam proses

pembentukan kepribadian seorang anak adalah lingkungan

sekolah. (Apa yang ada di sekolah, baik yang bersifat fisik

maupun non fisik). Sekolah bukan sekedar menuangkan ilmu

pengetahuan ke otak murid, tetapi juga harus dapat membina

kepribadian anak. (Daradjat,1975:46-47) Karena itu

kepribadian seorang pendidik adalah lebih penting daripada

ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

35

3) Lingkungan masyarakat

Dalam proses pembentukan dan pertumbuhan

kepribadian seseorang, masyarakat dengan segala aktivitasnya

mempunyai pengaruh yang besar juga, sebab seseorang setelah

keluar dari keluarga dan sekolah (bahkan ketika ia masih

berada dalam keduanya), ia pasti berinteraksi dengan

lingkungannya (masyarakat). Masyarakat dalam hal ini adalah

masyarakat yang mampu membentuk kepribadian muslim

yaitu masyarakat Islam. Masyarakat ini mempunyai ciri-ciri

bebas sekaligus suci, bebas dari nilai palsu, suci tidak

bercampur dengan kebebasan hewani, bebas dari pemujaan

selain Allah. (Quthb, 184 : 395)

Dari uraian di atas terlihat jelas adanya dua faktor

pokok yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan

individu. Dalam mekanismenya, kedua faktor tersebut tidaklah

berpisah secara dichotomis. Bahkan untuk mengetahui dari

faktor mana suatu kepribadian tertentu terbentuk adalah sangat

sulit, sebab kepribadian merupakan ramuan dan capaian atas

dua faktor tersebut. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi

kepribadian individu secara adaptasi, melengkapi untuk

melahirkan satu pola kepribadian yang utuh dan unik.

36

2.3. Lanjut Usia

2.3.1 Pengertian Usia Lanjut

Pada penjelasan Undang-Undang No.4 Tahun 1965

dijelaskan tentang batas usia lanjut yang menjelaskan bahwa usia

lanjut. Bagi pria atau wanita ialah 55 tahun ke atas, sedangkan

menurut dokumen pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa

yang diterbitkan oleh departemen sosial dalam rangka pencanangan

hari lanjut usia nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh presiden RI, batas

umur usia lanjut adalah 60 tahun atau lebih. (Depkes,1999:2)

Sedang yang dimaksud dengan manula dalam pembahasan

skripsi ini adalah manula yang berumur 55 tahun ke atas yang tinggal

di Panti Sosial Harapan Ibu Ngaliyan Kotamadya Semarang sebagai

obyek penelitian.

Manusia usia lanjut dalam penilaian orang adalah manusia

yang sudah tidak produktif lagi. (Jalaluddin, 1997:101). Di negara-

negara maju seperti Amerika, yang dimaksud dengan usia lanjut

adalah mereka yang telah menjalani siklus kehidupan diatas 65 tahun.

Proses penuaan disebut pula dengan nama “senescene” artinya

tumbuh menjadi tua. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang

ditandai dengan tahap-tahap menurunnya berbagai fungsi organ

tubuh, misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah,

pernafasan, pencernaan, dan lain sebagainya. (Hawari,1996:243-244)

37

Proses lanjut usia bagi seseorang adalah merupakan proses

alami dari setiap kehidupan, demikian ini merupakan nikmat Allah

yang harus kita syukuri. Masa tua ini bisa dilihat dari berbagai segi,

yaitu dari segi umur, badaniyah, perubahan kepribadian dan

perubahan jaringan tubuh.

Dalam tata kehidupan masyarakat Indonesia, orang tua usia

lanjut menjadi tanggung jawab keluarganya, mereka dijadikan tempat

curahan hormat dan bakti bagi keluarganya yang lebih muda. Namun

mengingat adanya keluarga yang karena suatu gangguan didalam

kehidupannya, baik gangguan sosial ekonomi maupun sosial

psikologis, mereka tidak mampu mengurus anggota keluarganya yang

telah lanjut usia, sehingga menimbulkan masalah lanjut usia atau

jompo terlantar. Dalam hal ini pemerintah mengambil kebijaksanaan

yaitu :

Pemerintah mengeluarkan peraturan khusus untuk menjaga orang lanjut usia dan mendirikan lembaga khusus untuk mereka, yang akan memperhatikan persoalan yang mereka hadapi, dalam pada itu mengurang kemungkinan terjadinya penyakit jiwa terhadap mereka, yang terpenting diantaranya adalah sakit jiwa pada lanjut usia. (Fahmi, 1977 : 158)

Adapun dasar hukum dalam upaya pengembangan program

pembinaan kesehatan usia lanjut adalah :

(1) UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan

(2) UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia

(3) TAP MPR No.II tahun 1998 tentang GBHN tahun 1998

38

(4) Keppres No.15 tahun 1985 tentang susunan struktur organisasi

departemen.

(5) Kep.Menkes No. 558/84 tentang susunan struktur organisasi

dan tata kerja departemen kesehatan.

(6) Kep Menko Kesra No.05/89 tentang pembentukan kelompok

kerja tetap kesejahteraan lanjut usia.

(7) SK Menkes No.1346/90 tantang pembentukan tim kerja geriatri.

(Depkes,1999:2)

Dari keterangan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa usia

lanjut bila dilihat dari segi umur berkisar 55 tahun ke atas, dan

badaniyah sudah tidak berfungsi banyak, serta dipengaruhi pula oleh

keadaan sosial ekonomi lemah, sehingga tidak dapat menikmati sisa

hari tuanya dengan enak.

Faktor yang terpenting dari semua tujuan adalah

menghilangkan perasaan rendah diri pada para usia lanjut, agar

mereka mampu hidup sebagaimana layaknya manusia lain. Untuk

tetap memelihara rasa harga diri lanjut usia, ada beberapa faktor

penting yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Adanya jaminan sosial-ekonomi yang cukup memadai untuk

hidup diusia lanjut.

39

2. Adanya dukungan dari orang-orang yang melindungi dirinya dari

isolasi sosial dan memperoleh kepuasan dari kebutuhan

ketergantungannya pada pihak lain.

3. Kesehatan jiwa agar mampu beradaptasi dengan perubahan

perkembangan pada tahapan lanjut usia.

4. Kesehatan fisik agar mampu menjalankan berbagai aktivitas

secara produktif dan menyenangkan.

5. Kebutuhan spiritual (keagamaan) agar diperoleh ketenangan

batiniah.(Hawari,1997:246)

Menurut Darmojo dan Martono pelayanan sosial bagi usia lanjut

adalah merupakan layanan yang bisa diberikan kepada :

1) Institusi yang memberikan akomodasi, antara lain panti wredha

(terutama bagi para lanjut usia dengan keterbatasan sosial

ekonomi)

2) Bantuan pengerjaan aspek domestik, misalnya membersihkan

rumah, cuci seterika dan lain-lain.

3) Bantuan penyediaan makan sehari-hari

4) Penjagaan penderita di malam hari.

5) Penyediaan pramu wredha (Depkes 2000: 545)

Bila semua satu atau lebih dari faktor-faktor diatas tidak

terpenuhi, maka lanjut usia tidak mampu memelihara dan

mempertahankan rasa harga dirinya merasa tegang, cemas, takut,

40

murung, sedih, kecewa, marah, putus asa, dan lain sebagainya serta

mereka tidak merasa sejahtera diusia senjanya.

2.3.2. Batasan usia lanjut

Usia kronologis mudah diketahui dan dihitung, seperti

merayakan ulang tahun seseorang. Usia biologis inilah yang

menunjukkan jaringan fisiologis yang sebenarnya. Terlepas dari

berapa usia kronologis seseorang, banyaknya kemunduran jaringan

sehingga menyebabkan meningkatnya usia biologis seseorang, usia

biologis inilah sesungguhnya dapat diupayakan agar tidak terlalu

cepat bertambah karena proses menua erat kaitannya dengan proses

metabolisme yang ada didalam tubuh.

Oleh karena itu tak heran apabila banyak orang yang merasa

dirinya belum tua, walaupun secara kronologis dirinya tua. Hal ini

selaras dengan ucapan psikolog Justin Pikunas :

“ During the years of adulthood, most person consiler themselves midle age and try continue others that they are not old, still capable of doing the same things they did when were young”(pada usia setengah baya orang merasa dan mencoba meyakinkan masyarakat bahwa meraka belum tua, masih mampu melakukan segala sesuatu seperti ketika masih muda) (Sadli,1984:110)

- Dr. Sarlito W Sarwono, memberi batasan usia lanjut dalam

perkembangan manusia, dalam:

1. tahap adolescentia (16-25 tahun)

2. tahap juventus (26-40 tahun)

3. tahap verilitas (50-55 tahun)

41

4. tahap praesenium (55-65 tahun)

5. tahap senectus (diatas 65 tahun)

2.3.3 Gangguan usia lanjut

Sastroamidjoyo, menyimpulkan pembahasan pokok pada masa

tua, adalah :

1 Berbagai jaringan secara teratur sedikit demi sedikit menjadi kering,

karena kepekaan elektronik dalam menyusun sel sangat berkurang.

2 Jalannya pembelahan inti sel imitosis lambat dalam arti sangat

perlahan-lahan.

3 Kecepatan pengoksiden (oxydatio) dalam jaringan sangat berkurang.

4 Antrophia, dan degenerasi disamping pertambahan pigmen dan zat

lemak dalam sel bertambah.

5 Degenerasi jaringan kenyal.

6 Kecepatan dan kekuatan daya bereaksi dengan menggunakan otot

atau urat syaraf, serta daya lawan umumnya sangat berkurang.

7 Daya penglihat, daya pendengar, perhatian (minat), atas segala

ingatan dan sebagainya berkurang.

8 Faktor-faktor yang pada masa mudanya mengalirkan sesuatu yang

berguna untuk menciptakan sebuah “suasana dalam” (millieo

interieur) yang sehat dan kuat, pada masa tua menjadi lemah dan

terbendung (homeostatis)” .(Sastoamidjojo, 1971:117-118).

42

2.3.4 Aspek Psikososial Usia lanjut

Di negara-negara industri, yang menggunakan produktifitas

seseorang, hal ini akan menimbulkan problem psikologis pada masa

tua, pada orang-orang yang berusia lanjut tersebut. Pada masyarakat

yang demikian, usia muda menjadi pujaan, sementara kalau sudah tua

disingkirkan karena tidak produktivitas lagi.

Oleh karena itu pada masyarakat yang demikian, keluhan-

keluhan menopouse pada wanita dan kelainan perilaku-perilaku pada

orang tua baik pria maupun wanita menonjol. Juga orang tua yang

melarikan diri dari pandangan sebagai “mesin bekas” banyak

dijumpai.

Lain halnya dengan kedudukan manula di negara agraris,

sebagaimana kata dari Kartono Muhammad :

“Sebagaimana di negara-negara yang masih agraris, justru menempatkan orang tua pada derajat yang terhormat, problem-problem semacam itu sangat sedikit. Di negara-negara berkembang, wanita yang telah melampaui menopouse justru merasa naik derajatnya, karena kalau semula ia tidak boleh mengunjungi kuil atau masjid pada masa haid, sekarang ia dapat melakukan setiap waktu”. (Sadli, 1983: 22)

2.3.5 Manula dalam pandangan Islam

Ayah dan ibu merupakan pokok keluarga. Kalau anak

dipandang sebagai buah keluarga, atau buah hidup, maka ayah dan

ibu pokok pangkalnya. Karena itu besarlah hak ibu bapak yang harus

dipenuhi oleh seorang anak. ( Husein, 2004:104).

43

Dengan tegas al-Qur’an menerangkan tugas pribadi muslim

terhadap ibu bapaknya:

Firman Allah : اهوا إال إيدبعأال ت كبى رقضو رالكب كعند نلغبا يا إمانسن إحيالدبالوو

قوال كرميا أو كالهما فال تقل لهما أف وال تنهرهما وقل لهما أحدهما

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya/kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. (QS.al-isra’:23). (Depg,1989:427)

Dari ayat di atas yang menyatakan ا أفمقل لهفال ت

menunjukkan bahwa keadaan psikologis orang tua sangat sensitif.

Apabila anak membentak orang tua maka akan berdampak negatif

terhadap psikologis lansia. Dia akan merasa bahwa dirinya sudah

tidak berguna, tidak bisa memberikan manfaat yang akhirnya lansia

akan menarik diri dari lingkungan masyarakat. Maka dari itu dalam

ayat 24 dikatakan bahwa anak harus berbuat kasih sayang terhadap

orang tuanya.

بقل رة ومحالر الذل من احنا جمله فضاخا وا كممهمحاني اريبر صغريا

44

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : Wahai Tuhanku, kasikanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (QS. Al-Isro' : 24) (Depag : 1991, 427)

Surat al-Ahqaaf : 15

لهمحها وكر هتعضوها وكر هأم هلتمانا حسه إحيالدان بوا الإنسنيصوو بة قال رنس عنيبلغ أربو هدلغ أشى إذا بترا حهثلاثون ش الهفصو

كرني أن أشزعل أومأن أعو يالدلى وعو ليع تمعالتي أن كتمنع لمنيسالم ي منإنو كإلي تبي تتي إنيلي في ذر لحأصو اهضرالحا تص

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah. Mengandungnya sampai dengan menyapihnya adalah 3 bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai 40 tahun ia berdoa : "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua ibu bapaku supaya aku dapat berbuat amal sholeh yang Engkau ridhoi, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (QS. Al-Ahqaaf : 15) (Depag : 1991, 822)

Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa betapa besar jasa

seorang ibu dalam membesarkan anaknya, maka apabila seorang anak

tidak hormat kepada orang tuanya tentu hati orang tuanya akan

tersakiti.

Mengenai lanjut usia, Allah sudah menerangkan dalam Al-

Qur'an surat Yassin “ 68 yang berbunyi :

ومن نعمره ننكسه في الخلق أفلا يعقلون

45

Dan barang siapa yang kami panjangkan umurnya (lanjut) niscaya kami baikkan alam kejadiannya. Maka apakah mereka tidak memikirkannya ? (Depag, 1989 : 713) Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa seseorang yang berusia

lanjut dimata Allah kedudukan orang tersebut tetap tidak dipandang

rendah. Bahkan Allah akan memberikan kebaikan apabila dimasa

tuanya dipergunakan untuk beribadah kepada Allah.

2.3.6 Perkembangan keagamaan usia lanjut

Menurut Jalaluddin perkembangan keagamaan seseorang

dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran agama

yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan akal

sehat.

Sikap keberagamaan orang dewasa atau lanjut usia memiliki

perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain

itu sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasi oleh pendalaman

pengertian dan perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang

dianutnya. Beragama bagi orang dewasa atau usia lanjut sudah

merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.

Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap

keberagamaan pada orang dewasa atau usia lanjut antara lain memiliki

ciri-ciri sebagai berikut :

1) Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran

yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.

46

2) Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih

banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.

3) Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan

berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman

keagamaan.

4) Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan

tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan

realisasi dari sikap hidup.

5) Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.

6) Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga

kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran,

juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.

7) Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe

kepribadian masing-masing sehingga terlihat adanya pengaruh

kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan

ajaran agama yang diyakininya.

8) Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan

kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan

organisasi sosial keagamaan sudah berkembang. (Jalaluddin,

2000 : 96)