bab ii tinjauan umum tentang bimbingan penyuluhan...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM,
KEPRIBADIAN MUSLIM DAN USIA LANJUT
2.1 Bimbingan Penyuluhan Islam
2.1.1 Pengertian Bimbingan Penyuluhan Islam
Dalam memberikan arti Bimbingan Penyuluhan Islam, para
ahli sangat beragam. Hal ini disebabkan karena mereka mempunyai
pandangan tersendiri. Secara etimologi Bimbingan Penyuluhan Islam
adalah merupakan terjemahan dari Guidence, dari bahasa Inggris yang
dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan dan tuntunan.
Sedang istilah “penyuluhan” mengandung arti “menerangi”,
"menasehati" atau "memberi kejelasan" kepada orang lain agar
memahami atau mengerti tentang hal yang sedang dialaminya. Arti
“penyuluhan” berasal dari kata “Counseling” yang berarti nasehat.
(Arifin, 1982 : 1)
1 Pengertian Bimbingan
Setelah kita mengenal arti bimbingan dan penyuluhan secara
harfiyah, maka perlu juga kita fahami definisi istilahnya yang
dikemukakan oleh para ahli antara lain :
18
Menurut Surya bimbingan ialah suatu proses yang terus
menerus dalam membantu perkembangan individu untuk
mencapai kemampuannya secara maksimal dan mengarahkan
manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun
masyarakat. (Surya, 1975 : 12)
Walgito dalam bukunya "Bimbingan dan Penyuluhan
dalam Sekolah", mendefinisikan bimbingan adalah bantuan
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan
individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-
kesulitan didalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan
individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. (Walgito,
1980 : 4)
Menurut Ahmadi dan Rohani bimbingan adalah bantuan
yang diberikan kepada individu untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan dalam kehidupannya, agar supaya individu itu dapat
mencapai kesejahteraan hidupnya, Atau dengan kata lain :
“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang
dalam usaha memecahkan kesukaran-kesukaran yang
dialaminya”. (Ahmadi dan Rohani, 1991 : 3)
Dengan melihat beberapa definisi yang dikemukakan para
ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan adalah
suatu proses bantuan yang terus menerus dan sistematis yang
diberikan kepada individu atau sekelompok individu agar dapat
19
mengatasi berbagai problem kehidupannya, membuat pilihan
yang bijaksana sehingga individu tersebut mampu menerima
dirinya sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam
mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik dalam
keluarga, sekolah dan masyarakat.
2 Pengertian Penyuluhan
Adapun pengertian penyuluhan (Counseling) menurut para
ahli adalah sebagai berikut :
Menurut Arifin Penyuluhan mengandung arti “menerangi”,
menasehati atau memberi kejelasan” kepada orang lain agar
memahami atau mengerti tentang hal yang sedang dialaminya.
(Arifin, 1992 :1)
Partowisastro dalam bukunya "Bimbingan dan Penyuluhan
Sekolah-Sekolah", konseling dalam arti luas adalah segala interaksi
pengaruh psikologis yang dapat diadakan sesama manusia. Kemudian
konseling dalam artian sesungguhnya adalah merupakan suatu
hubungan yang sengaja diadakan dengan manusia lain, dengan
maksud agar memakai berbagai cara psikologis, kita dapat
mempengaruhi beberapa fase kepribadiannya sedemikian rupa
sehingga dapat diperoleh suatu effect tertentu. (Partowisastro, 1982 :
15-16)
Sedangkan menurut Natawidjaya Penyuluhan dapat diartikan
sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu dimana
20
yang seseorang (penyuluh) berusaha membantu orang lain (klien)
untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam
hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu
mendatang. (Natawidjaya, 1987 : 32)
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa penyuluhan adalah hubungan timbal balik antara dua individu
dimana seorang penyuluh membantu klien dalam memecahkan
masalah-masalah kehidupan dengan wawancara yang dilakukan
secara tatap muka atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan
klien yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Sedangkan menurut Musnamar dalam bukunya "Dasar-dasar
Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami" dijelaskan bahwa
bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu
agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah
sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
(Musnamar, 1992:5)
Adapun pengertian Bimbingan Penyuluhan Islam yang
dimaksud dalam skripsi ini adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. (Faqih,2002:4)
21
2.1.2 Dasar dan Tujuan Bimbingan Penyuluhan Islam
1 Dasar Bimbingan Penyuluhan Islam
Setiap kegiatan dan usaha yang dilakukan manusia tentu
memiliki landasan atau dasar dalam berpijak untuk mencapai tujuan
yang ingin dicapai. Demikian pula dasar Bimbingan Penyuluhan
Islam banyak terdapat dalam ayat-ayat al-Qur'an dan hadis. Untuk
mengetahui lebih jauh tentang Bimbingan Penyuluhan Islam akan
diuraikan mengenai dasar-dasar Bimbingan Penyuluhan Islam.
Dasar Bimbingan Penyuluhan Islam itu antara lain
1) Dasar al-Qur'an surat An-Nahl ayat : 125
م بالتي هيادلهجة ونسعظة الحوالمة وبالحكم كببيل رإلى س عاددينتهبالم لمأع وهبيله ون سل عن ضبم لمأع وه كبإن ر نسأح
)125: احنل (Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Depag, 1989 : 421)
2) al-Qur'an surat Asy-Syura ayat 52 yang berbunyi :
وإنك لتهدي إلى صراط مستقيم............
........dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. 17) (Depag, 1989 : 791)
3) Di samping ayat tersebut ada ayat lain yang dapat dijadikan
sebagai dasar Bimbingan Penyuluhan Islan yaitu surat al-Imron
ayat 104.
22
ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر وأولـئك هم المفلحون
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.
Ayat tersebut menunjukkan adanya seruan agar ada satu
golongan dari umat manusia untuk memberikan bimbingan dan
penyuluhan kepada orang atau kelompok lain yakni berupa ajaran
Islam agar berbakti kepada Allah dan berbuat ma'ruf artinya
segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah. Berdasar
ayat tersebut maka memberikan bimbingan kepada orang lain,
wajib hukumnya. Dalam ayat tersebut juga dijelaskan agar
mencegah perbuatan mungkar yaitu berbuat yang melanggar atau
tidak sesuai dengan norma-norma agama. mungkar artinya segala
perbuatan yang dapat menjauhkan diri dari Allah SWT.
Dari ketiga ayat tersebut diatas maka dapat dipahami
bahwa Bimbingan Penyuluhan Islam dibutuhkan dalam upaya
mengantisipasi dan menetralisir problema yang dihadapi
manusia. Bimbingan Penyuluhan Islam merupakan aspek dakwah
Islamiyah, dimana Bimbingan Penyuluhan Islam merupakan
bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada seseorang yang
mempunyai persoalan-persoalan ruhaniah. Hal ini sebagaimana
dijelaskan Hasymy bahwa dakwah Islamiyah adalah usaha untuk
23
mengadakan pembinaan Islam dalam segala seginya, Segi ibadah,
Segi aqidah dan mu'amalah.(Hasymy, 1974:295)
2 Tujuan Bimbingan Penyuluhan Islam
Sesuai dengan pengertian bimbingan dan penyuluhan diatas,
maka Bimbingan Penyuluhan Islampun mempunyai tujuan yang
jelas. Adapun tujuan khusus dari Bimbingan Penyuluhan Islam
merupakan penjabaran tujuan umum yang dikaitkan langsung
dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang
bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu.
(Prayitno dan Anti, 1994 : 115)
Menurut Faqih bahwa tujuan Bimbingan Penyuluhan Islam
itu dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
2. Tujuan khusus
a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.
b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya.
c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan
situasi dan kondisi yang baik atau yang lebih baik agar
tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan
24
menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
(Faqih, 2001 : 36-37)
Dengan demikian Bimbingan Penyuluhan Islam bertujuan
menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan gangguan jiwa
klien sehingga dengan demikian ia akan memperoleh ketenangan
hidup rohaniah yang sewajarnya.
2.1.3 Metode Bimbingan Penyuluhan Islam
Metode Bimbingan Penyuluhan Islam menurut Faqih dalam
bukunya "Bimbingan dan konseling dalam Islam" dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Metode langsung
Adalah metode dimana pembimbing melakukan komunikasi
langsung dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci
lagi menjadi :
1) Metode individual
Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung
secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini
dapat dilakukan dengan mempergunakan teknik :
(1) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog
langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbing.
(2) Kunjungan kerumah (home visit), yakni pembimbing
mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan
25
dirumah klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumaha
klien dan lingkungannnya (Faqih,2001:55)
(3) Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing atau
konseli melakukan percakapan individual sekaligus
mengamati kerja klien dan lingkungannnya.
2) Metode kelompok
Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien
dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik:
(1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan
bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan atau
bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang
sama
(2) Karyawisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan
secara langsung dengan mempergunakan ajang karyawisata
sebagai forumnya.
2. Metode tidak langsung
Metode tersebut merupakan metode bimbingan konseling
yang dilakukan melalui media komunikasi masa. Hal ini dapat
dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal.
1) Metode individual
(1) Melalui surat-menyurat
(2) melalui telepon dan sebagainya
2) Metode kelompok atau massal
26
(1) melalui papan bimbingan
(2) melalui surat kabar atau majalah
(3) melalui brosur
(4) melalui radio
(5) melalui televisi. (Faqih,2001:56)
Pemilihan metode mana nantinya digunakan dalam
melaksanakan bimbingan konseling, tergantung pada :
(1) Masalah atau problem yang sedang dihadapi atau digarap.
(2) Tujuan penggarapan masalah.
(3) Keadaan yang dibimbing atau klien.
(4) Kemampuan pembimbing / konselor mempergunakan metode
/ teknik.
(5) Sarana dan prasarana yang tersedia.
(6) Kondisi dan situasi lingkungan sekitar.
(7) Organisasi dan administrasi layanan bimbingan konseling.
(8) Biaya yang tersedia. (Faqih, 2001: 54-55)
Konseling merupakan suatu aktifitas yang hidup dan
mengharapkan akan lahirnya perubahan-perubahan dan perbaikan-
perbaikan yang sangat didambakan oleh konselor dan klien untuk
mencapai tujuan yang mulia itu, Apabila tidak didukung dengan
metode itu, maka tujuan utama konseling tidak dapat tercapai
dengan baik dan memuaskan bagi kedua pihak konselor maupun
klien.
27
2.2 Kepribadian Muslim
2.2.1 Pengertian Kepribadian Secara Bahasa
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kepribadian muslim
perlu kiranya ada keseragaman pengertian mengenai istilah
kepribadian. Pada dasarnya istilah kepribadian digunakan untuk
pengertian yang ditujukan pada individu atau perorangan. Artinya,
yang mempunyai kepribadian adalah individu, kemudian istilah
kepribadian digunakan pula untuk kelompok individu atau masyarakat.
Hal ini sama dengan penggunaan istilah jiwa yang tadinya melekat
pada individu, tapi akhirnya meluas penggunaannya, sehingga bukan
hanya perorangan yang mempunyai jiwa, tapi masyarakat mempunyai
jiwa seperti jiwa kelompok, jiwa petani, jiwa santri, jiwa bangsa
Indonesia, dan sebagainya. (Suyanto, 1986:12)
Secara historis etimologis, perkataan persona berarti topeng
(mask) yang dipakai dalam sandiwara atau drama Yunani, pendapat
yang terbanyak dari para ahli menyatakan, bahwa perkataan persona
berasal dari bahasa latin yaitu perkataan per-sonare (to sound
through), dan kesimpulan para ahli arti perkataan persona itu ialah
topeng, yang dipakai didalam drama (sandiwara) kemudian perkataan
itu menjadi lebih jelas dalam uraian Cicero (106-43 SM) yang secara
terperinci membedakan empat pengertian perkataan persona, sebagai
berikut :
28
1. Perwujudan lahiriah seseorang (walaupun belum tentu
menggambarkan keadaan yang sebenarnya).
2. Peranan seseorang dalam kehidupannya (misalnya sebagai
seorang filosof).
3. Kesesuaian kemampuan seseorang dengan lapangan
pekerjaannya.
4. Kekhususan dan martabat seseorang (misalnya dalam gaya
tulisan).
Pengertian pertama mempunyai hubungan dengan pengertian
asal kata itu, yakni topeng, pengertian kedua tentang status seseorang
didalam kehidupan, arti yang ketiga terutama menunjukkan kualitas
psykis atau pembawaan yang dimiliki seseorang, dan pengertian
terakhir menunjukkan kekhususan dan martabat seseorang.
Dengan kata lain, kepribadian adalah organisasi dinamis dari
peralatan fisik dan psikis dalam diri individu yang membentuk
karakternya yang unik dalam penyesuaian dalam lingkungannya.
(Najati, 1985:240)
Hal ini dapat dimaklumi sebab pada hakekatnya kepribadian itu
bersifat abstrak yang dapat diketahui adalah penampilannya atau
bekasnya dalam segi dan aspek kehidupan, misalnya dalam
tindakannya, ucapan, cara bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi
setiap persoalan atau masalah baik ringan atau berat.(Daradjat,
1982:16)
29
2.2.2. Pengertian Kepribadian Secara Istilah
Secara terminologi atau istilah arti kepribadian sangat
beragam, hal ini dikarenakan adanya perbedaan para ahli dalam
menafsirkan kepribadian itu sendiri. Berikut ini akan penulis
kemukakan arti kepribadian menurut beberapa tokoh antara lain:
- Menurut Suyanto, dalam bukunya psikologi kepribadian
menyatakan kepribadian adalah suatu totalitas psikophisis yang
kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah
lakunya yang unik. (Ahyadi,2001: 12)
- Adnan Syarif dalam bukunya Psikologi Qur'ani mengemukakan:
Kepribadian adalah kumpulan ciri-ciri perilaku, tindakan,
perasaan yang disadari ataupun tak disadari oleh pemikiran dan
konsepsi akal. Artinya kepribadian merupakan gagasan
komprehensif atau tidak mapan yang dibuat oleh setiap manusia
yang berasal dari dirinya maupun orang lain.(Syarif, 2002:148)
- Carl Gustaf Jung
Berpendapat bahwa manusia di dunia ini pada dasarnya dapat
digolongkan ke dalam beberapa jenis, tergantung pada jenis atau
tipe kepribadiannya. Menurutnya kepribadian dapat dibagi
menjadi dua aspek yaitu berdasarkan fungsinya dan berdasarkan
reaksinya terhadap lingkungan. (Sarwono, 1978 : 171)
30
2.2.3 Pengertian Kepribadian Muslim
Beberapa pendapat diatas tersebut telah menjelaskan konsep
kepribadian secara umum kiranya dapat mengarahkan pada
pemahaman tentang konsep kepribadian muslim. Konsep kepribadian
muslim menurut beberapa ahli mempunyai pengertian atau batasan
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang mereka masing-
masing. Menurut Arifin mengatakan bahwa kepribadian samawi atau
Islami yaitu suatu perilaku lahiriah dan batiniah manusia yang berbeda
dalam nilai ke Tuhanan yang positif yang berorientasi pada
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dengan demikian seseorang dianggap memiliki kepribadian
muslim tidak lain hanyalah yang melahirkan perbuatan-perbuatan,
perkataan-perkataan dan amalan-amalan yang senantiasa mengerjakan
perbuatan baik dan terpuji terhadap sesamanya.
Dalam al-Qur'an terdapat uraian tentang kepribadian manusia
dan berbagai karakteristik umum yang membedakan manusia dari
makhluk-makhluk Allah yang lain. Selain itu terdapat pula uraian
tentang model-model atau pola umum kepribadian manusia yang
diwarnai dengan sifat-sifat utama, yaitu pola umum yang kita temui di
masyarakat. Selain itu dalam al-Qur'an juga terdapat uraian tentang
berbagai faktor yang membentuk kepribadian, baik yang lurus maupun
yang tidak. (Najati, 1985:240) sebagaimana disebutkan dalam firman
Allah SWT :
31
قد أفلح من زكاها) 8 (فألهمها فجورها وتقواها) 7 (ونفس وما سواها )10 (وقد خاب من دساها) 9(
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa-jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams : 7-10). (Depag, 1989 : 1064)
Berdasarkan ayat diatas, dalam diri manusia terdapat kesiapan
untuk melakukan kejahatan dan kebajikan, mengikuti hawa nafsu
fisiknya, tenggelam dalam kenikmatan indrawinya dan berbagai
kenikmatan dunianya dan kesiapan untuk membumbung tinggi ke
efek keutamaan, ketaqwaan, idealita, manusiawi, amal sholeh, dan
keutamaan psikis dan kebahagiaan spritual yang dibawakan oleh itu
semua. (Najati, 1985 : 250)
Dari beberapa pengertian di atas, maka yang dimaksud
dengan kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-
aspeknya yakni baik tingkah lakunya, kegiatan-kegiatan jiwa maupun
filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada
Tuhan, penyerahan diri kepada-Nya. (Marimba, 1989 : 73)
2.2.4. Aspek-aspek kepribadian Muslim
Sebagian besar para ahli ilmu jiwa menyatakan bahwa dalam
diri manusia (kepribadian manusia) ada dua aspek, yaitu aspek fisik
dan psikis atau aspek materi dan rohani. Namun sebagian lainnya ada
yang berpandangan bahwa, aspek kepribadian manusia itu ada tiga
yakni jiwa, jasmani dan rohani. Sebenarnya dimensi atau aspek-aspek
32
kepribadian manusia itu sangat banyak dan kompleks, walaupun
nampaknya ada dimensi atau variabel dalam kepribadian, tetapi pada
dasarnya hanya ada sejumlah kecil komponen-komponen dasar yang
diharapkan akan menjadi dasar daripada kepribadian yang nampak
itu. (Suyanto, 1999:28)
Hasan Langgulung yang mengutip pendapat Anshari,
mengemukakan bahwa pribadi manusia bersifat 3 dimensi yang
mempunyai 3 komponen yaitu jasmani, psikological dan
transendental. (langgulung, 1988:279)
Sedangkan aspek kepribadian muslim menurut Sukanto dalam
bukunya nafsiologi dijelaskan bahwa kepribadian muslim terdiri dari
empat sistem atau aspek yaitu :
1 Qalb (angan-angan)
2 Fuad (perasaan)
3 Ego (aku sebagai pelaksana kepribadian)
4 Tingkah laku.
Meskipun ke-empat aspek itu masing-masing mempunyai
fungsi sendiri-sendiri namun keempatnya berhubungan dengan erat
dan tidak bisa dipisah-pisahkan. (Sukanto, 1985:148)
Dari aspek-aspek kepribadian muslim diatas sebenarnya
kepribadian itu ada 2 aspek, yaitu fisik dan psikis, ataupun yang
berpendapat bahwa aspek-aspek kepribadian manusia itu ada 3 yaitu
jasmani, jiwa dan rohani. Pada hakekatnya mereka sama sebab
33
pandangan mereka adalah tertuju pada aspek rohaniah yang
merupakan penentu arah serta kualitas kepribadian itu sendiri ia
selalu dipandang sebagai aspek transendental yang selalu
berhubungan dengan sistem nilai yang luhur, suci dan tergolong
sebagai aspek spiritual yang selalu rindu kepada pencipta-Nya
(Allah).
2.2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Menurut Marimba dalam bukunya Filsafat pendidikan
dijelaskan bahwa ada berbagai faktor yang membentuk kepribadian
yaitu faktor keturunan dan pembawaan, serta faktor lingkungan.
1 Faktor keturunan dan pembawaan
Faktor tersebut adalah faktor yang timbul dari individu
sendiri, seperti ciri dan sifat yang diwariskan dari bapak, ibu
atau kakek, dan juga fitrah atau potensi yang dimiliki dan
dibawa sejak lahir (faktor fitrah).
Keturunan (hereditas) dan faktor pembawaan (fitrah)
merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi
pertumbuhan kepribadian seseorang. Faktor inilah yang
merupakan modal awal yang perlu dikembangkan dan diarahkan
sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam.
2 Faktor lingkungan
Yang dimaksud faktor lingkungan dalam proses
pertumbuhan kepribadian adalah segala sesuatu yang ada diluar
34
manusia (individu) yang mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan kepribadian seseorang. Ada beberapa unsur yang
termasuk dalam faktor lingkungan ini :
1) Lingkungan keluarga
Dalam pembentukan kepribadian individu, keluarga
merupakan lingkungan yang pertama dan terpenting. Menurut
Zakiyah Daradjat menegaskan bahwa: Orang tua adalah
pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian
orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur
pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan
masuk kedalam pribadi anak yang sedang bertumbuh itu
(Darajat, 1975 : 47)
2) Lingkungan sekolah
Lingkungan kedua setelah keluarga dalam proses
pembentukan kepribadian seorang anak adalah lingkungan
sekolah. (Apa yang ada di sekolah, baik yang bersifat fisik
maupun non fisik). Sekolah bukan sekedar menuangkan ilmu
pengetahuan ke otak murid, tetapi juga harus dapat membina
kepribadian anak. (Daradjat,1975:46-47) Karena itu
kepribadian seorang pendidik adalah lebih penting daripada
ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
35
3) Lingkungan masyarakat
Dalam proses pembentukan dan pertumbuhan
kepribadian seseorang, masyarakat dengan segala aktivitasnya
mempunyai pengaruh yang besar juga, sebab seseorang setelah
keluar dari keluarga dan sekolah (bahkan ketika ia masih
berada dalam keduanya), ia pasti berinteraksi dengan
lingkungannya (masyarakat). Masyarakat dalam hal ini adalah
masyarakat yang mampu membentuk kepribadian muslim
yaitu masyarakat Islam. Masyarakat ini mempunyai ciri-ciri
bebas sekaligus suci, bebas dari nilai palsu, suci tidak
bercampur dengan kebebasan hewani, bebas dari pemujaan
selain Allah. (Quthb, 184 : 395)
Dari uraian di atas terlihat jelas adanya dua faktor
pokok yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan
individu. Dalam mekanismenya, kedua faktor tersebut tidaklah
berpisah secara dichotomis. Bahkan untuk mengetahui dari
faktor mana suatu kepribadian tertentu terbentuk adalah sangat
sulit, sebab kepribadian merupakan ramuan dan capaian atas
dua faktor tersebut. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi
kepribadian individu secara adaptasi, melengkapi untuk
melahirkan satu pola kepribadian yang utuh dan unik.
36
2.3. Lanjut Usia
2.3.1 Pengertian Usia Lanjut
Pada penjelasan Undang-Undang No.4 Tahun 1965
dijelaskan tentang batas usia lanjut yang menjelaskan bahwa usia
lanjut. Bagi pria atau wanita ialah 55 tahun ke atas, sedangkan
menurut dokumen pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa
yang diterbitkan oleh departemen sosial dalam rangka pencanangan
hari lanjut usia nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh presiden RI, batas
umur usia lanjut adalah 60 tahun atau lebih. (Depkes,1999:2)
Sedang yang dimaksud dengan manula dalam pembahasan
skripsi ini adalah manula yang berumur 55 tahun ke atas yang tinggal
di Panti Sosial Harapan Ibu Ngaliyan Kotamadya Semarang sebagai
obyek penelitian.
Manusia usia lanjut dalam penilaian orang adalah manusia
yang sudah tidak produktif lagi. (Jalaluddin, 1997:101). Di negara-
negara maju seperti Amerika, yang dimaksud dengan usia lanjut
adalah mereka yang telah menjalani siklus kehidupan diatas 65 tahun.
Proses penuaan disebut pula dengan nama “senescene” artinya
tumbuh menjadi tua. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang
ditandai dengan tahap-tahap menurunnya berbagai fungsi organ
tubuh, misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah,
pernafasan, pencernaan, dan lain sebagainya. (Hawari,1996:243-244)
37
Proses lanjut usia bagi seseorang adalah merupakan proses
alami dari setiap kehidupan, demikian ini merupakan nikmat Allah
yang harus kita syukuri. Masa tua ini bisa dilihat dari berbagai segi,
yaitu dari segi umur, badaniyah, perubahan kepribadian dan
perubahan jaringan tubuh.
Dalam tata kehidupan masyarakat Indonesia, orang tua usia
lanjut menjadi tanggung jawab keluarganya, mereka dijadikan tempat
curahan hormat dan bakti bagi keluarganya yang lebih muda. Namun
mengingat adanya keluarga yang karena suatu gangguan didalam
kehidupannya, baik gangguan sosial ekonomi maupun sosial
psikologis, mereka tidak mampu mengurus anggota keluarganya yang
telah lanjut usia, sehingga menimbulkan masalah lanjut usia atau
jompo terlantar. Dalam hal ini pemerintah mengambil kebijaksanaan
yaitu :
Pemerintah mengeluarkan peraturan khusus untuk menjaga orang lanjut usia dan mendirikan lembaga khusus untuk mereka, yang akan memperhatikan persoalan yang mereka hadapi, dalam pada itu mengurang kemungkinan terjadinya penyakit jiwa terhadap mereka, yang terpenting diantaranya adalah sakit jiwa pada lanjut usia. (Fahmi, 1977 : 158)
Adapun dasar hukum dalam upaya pengembangan program
pembinaan kesehatan usia lanjut adalah :
(1) UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
(2) UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
(3) TAP MPR No.II tahun 1998 tentang GBHN tahun 1998
38
(4) Keppres No.15 tahun 1985 tentang susunan struktur organisasi
departemen.
(5) Kep.Menkes No. 558/84 tentang susunan struktur organisasi
dan tata kerja departemen kesehatan.
(6) Kep Menko Kesra No.05/89 tentang pembentukan kelompok
kerja tetap kesejahteraan lanjut usia.
(7) SK Menkes No.1346/90 tantang pembentukan tim kerja geriatri.
(Depkes,1999:2)
Dari keterangan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa usia
lanjut bila dilihat dari segi umur berkisar 55 tahun ke atas, dan
badaniyah sudah tidak berfungsi banyak, serta dipengaruhi pula oleh
keadaan sosial ekonomi lemah, sehingga tidak dapat menikmati sisa
hari tuanya dengan enak.
Faktor yang terpenting dari semua tujuan adalah
menghilangkan perasaan rendah diri pada para usia lanjut, agar
mereka mampu hidup sebagaimana layaknya manusia lain. Untuk
tetap memelihara rasa harga diri lanjut usia, ada beberapa faktor
penting yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Adanya jaminan sosial-ekonomi yang cukup memadai untuk
hidup diusia lanjut.
39
2. Adanya dukungan dari orang-orang yang melindungi dirinya dari
isolasi sosial dan memperoleh kepuasan dari kebutuhan
ketergantungannya pada pihak lain.
3. Kesehatan jiwa agar mampu beradaptasi dengan perubahan
perkembangan pada tahapan lanjut usia.
4. Kesehatan fisik agar mampu menjalankan berbagai aktivitas
secara produktif dan menyenangkan.
5. Kebutuhan spiritual (keagamaan) agar diperoleh ketenangan
batiniah.(Hawari,1997:246)
Menurut Darmojo dan Martono pelayanan sosial bagi usia lanjut
adalah merupakan layanan yang bisa diberikan kepada :
1) Institusi yang memberikan akomodasi, antara lain panti wredha
(terutama bagi para lanjut usia dengan keterbatasan sosial
ekonomi)
2) Bantuan pengerjaan aspek domestik, misalnya membersihkan
rumah, cuci seterika dan lain-lain.
3) Bantuan penyediaan makan sehari-hari
4) Penjagaan penderita di malam hari.
5) Penyediaan pramu wredha (Depkes 2000: 545)
Bila semua satu atau lebih dari faktor-faktor diatas tidak
terpenuhi, maka lanjut usia tidak mampu memelihara dan
mempertahankan rasa harga dirinya merasa tegang, cemas, takut,
40
murung, sedih, kecewa, marah, putus asa, dan lain sebagainya serta
mereka tidak merasa sejahtera diusia senjanya.
2.3.2. Batasan usia lanjut
Usia kronologis mudah diketahui dan dihitung, seperti
merayakan ulang tahun seseorang. Usia biologis inilah yang
menunjukkan jaringan fisiologis yang sebenarnya. Terlepas dari
berapa usia kronologis seseorang, banyaknya kemunduran jaringan
sehingga menyebabkan meningkatnya usia biologis seseorang, usia
biologis inilah sesungguhnya dapat diupayakan agar tidak terlalu
cepat bertambah karena proses menua erat kaitannya dengan proses
metabolisme yang ada didalam tubuh.
Oleh karena itu tak heran apabila banyak orang yang merasa
dirinya belum tua, walaupun secara kronologis dirinya tua. Hal ini
selaras dengan ucapan psikolog Justin Pikunas :
“ During the years of adulthood, most person consiler themselves midle age and try continue others that they are not old, still capable of doing the same things they did when were young”(pada usia setengah baya orang merasa dan mencoba meyakinkan masyarakat bahwa meraka belum tua, masih mampu melakukan segala sesuatu seperti ketika masih muda) (Sadli,1984:110)
- Dr. Sarlito W Sarwono, memberi batasan usia lanjut dalam
perkembangan manusia, dalam:
1. tahap adolescentia (16-25 tahun)
2. tahap juventus (26-40 tahun)
3. tahap verilitas (50-55 tahun)
41
4. tahap praesenium (55-65 tahun)
5. tahap senectus (diatas 65 tahun)
2.3.3 Gangguan usia lanjut
Sastroamidjoyo, menyimpulkan pembahasan pokok pada masa
tua, adalah :
1 Berbagai jaringan secara teratur sedikit demi sedikit menjadi kering,
karena kepekaan elektronik dalam menyusun sel sangat berkurang.
2 Jalannya pembelahan inti sel imitosis lambat dalam arti sangat
perlahan-lahan.
3 Kecepatan pengoksiden (oxydatio) dalam jaringan sangat berkurang.
4 Antrophia, dan degenerasi disamping pertambahan pigmen dan zat
lemak dalam sel bertambah.
5 Degenerasi jaringan kenyal.
6 Kecepatan dan kekuatan daya bereaksi dengan menggunakan otot
atau urat syaraf, serta daya lawan umumnya sangat berkurang.
7 Daya penglihat, daya pendengar, perhatian (minat), atas segala
ingatan dan sebagainya berkurang.
8 Faktor-faktor yang pada masa mudanya mengalirkan sesuatu yang
berguna untuk menciptakan sebuah “suasana dalam” (millieo
interieur) yang sehat dan kuat, pada masa tua menjadi lemah dan
terbendung (homeostatis)” .(Sastoamidjojo, 1971:117-118).
42
2.3.4 Aspek Psikososial Usia lanjut
Di negara-negara industri, yang menggunakan produktifitas
seseorang, hal ini akan menimbulkan problem psikologis pada masa
tua, pada orang-orang yang berusia lanjut tersebut. Pada masyarakat
yang demikian, usia muda menjadi pujaan, sementara kalau sudah tua
disingkirkan karena tidak produktivitas lagi.
Oleh karena itu pada masyarakat yang demikian, keluhan-
keluhan menopouse pada wanita dan kelainan perilaku-perilaku pada
orang tua baik pria maupun wanita menonjol. Juga orang tua yang
melarikan diri dari pandangan sebagai “mesin bekas” banyak
dijumpai.
Lain halnya dengan kedudukan manula di negara agraris,
sebagaimana kata dari Kartono Muhammad :
“Sebagaimana di negara-negara yang masih agraris, justru menempatkan orang tua pada derajat yang terhormat, problem-problem semacam itu sangat sedikit. Di negara-negara berkembang, wanita yang telah melampaui menopouse justru merasa naik derajatnya, karena kalau semula ia tidak boleh mengunjungi kuil atau masjid pada masa haid, sekarang ia dapat melakukan setiap waktu”. (Sadli, 1983: 22)
2.3.5 Manula dalam pandangan Islam
Ayah dan ibu merupakan pokok keluarga. Kalau anak
dipandang sebagai buah keluarga, atau buah hidup, maka ayah dan
ibu pokok pangkalnya. Karena itu besarlah hak ibu bapak yang harus
dipenuhi oleh seorang anak. ( Husein, 2004:104).
43
Dengan tegas al-Qur’an menerangkan tugas pribadi muslim
terhadap ibu bapaknya:
Firman Allah : اهوا إال إيدبعأال ت كبى رقضو رالكب كعند نلغبا يا إمانسن إحيالدبالوو
قوال كرميا أو كالهما فال تقل لهما أف وال تنهرهما وقل لهما أحدهما
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya/kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. (QS.al-isra’:23). (Depg,1989:427)
Dari ayat di atas yang menyatakan ا أفمقل لهفال ت
menunjukkan bahwa keadaan psikologis orang tua sangat sensitif.
Apabila anak membentak orang tua maka akan berdampak negatif
terhadap psikologis lansia. Dia akan merasa bahwa dirinya sudah
tidak berguna, tidak bisa memberikan manfaat yang akhirnya lansia
akan menarik diri dari lingkungan masyarakat. Maka dari itu dalam
ayat 24 dikatakan bahwa anak harus berbuat kasih sayang terhadap
orang tuanya.
بقل رة ومحالر الذل من احنا جمله فضاخا وا كممهمحاني اريبر صغريا
44
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : Wahai Tuhanku, kasikanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (QS. Al-Isro' : 24) (Depag : 1991, 427)
Surat al-Ahqaaf : 15
لهمحها وكر هتعضوها وكر هأم هلتمانا حسه إحيالدان بوا الإنسنيصوو بة قال رنس عنيبلغ أربو هدلغ أشى إذا بترا حهثلاثون ش الهفصو
كرني أن أشزعل أومأن أعو يالدلى وعو ليع تمعالتي أن كتمنع لمنيسالم ي منإنو كإلي تبي تتي إنيلي في ذر لحأصو اهضرالحا تص
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah. Mengandungnya sampai dengan menyapihnya adalah 3 bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai 40 tahun ia berdoa : "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua ibu bapaku supaya aku dapat berbuat amal sholeh yang Engkau ridhoi, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (QS. Al-Ahqaaf : 15) (Depag : 1991, 822)
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa betapa besar jasa
seorang ibu dalam membesarkan anaknya, maka apabila seorang anak
tidak hormat kepada orang tuanya tentu hati orang tuanya akan
tersakiti.
Mengenai lanjut usia, Allah sudah menerangkan dalam Al-
Qur'an surat Yassin “ 68 yang berbunyi :
ومن نعمره ننكسه في الخلق أفلا يعقلون
45
Dan barang siapa yang kami panjangkan umurnya (lanjut) niscaya kami baikkan alam kejadiannya. Maka apakah mereka tidak memikirkannya ? (Depag, 1989 : 713) Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa seseorang yang berusia
lanjut dimata Allah kedudukan orang tersebut tetap tidak dipandang
rendah. Bahkan Allah akan memberikan kebaikan apabila dimasa
tuanya dipergunakan untuk beribadah kepada Allah.
2.3.6 Perkembangan keagamaan usia lanjut
Menurut Jalaluddin perkembangan keagamaan seseorang
dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran agama
yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan akal
sehat.
Sikap keberagamaan orang dewasa atau lanjut usia memiliki
perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain
itu sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasi oleh pendalaman
pengertian dan perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang
dianutnya. Beragama bagi orang dewasa atau usia lanjut sudah
merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap
keberagamaan pada orang dewasa atau usia lanjut antara lain memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1) Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran
yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
46
2) Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih
banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3) Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan
berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman
keagamaan.
4) Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan
tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan
realisasi dari sikap hidup.
5) Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6) Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga
kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran,
juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
7) Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe
kepribadian masing-masing sehingga terlihat adanya pengaruh
kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan
ajaran agama yang diyakininya.
8) Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan
kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan
organisasi sosial keagamaan sudah berkembang. (Jalaluddin,
2000 : 96)