bab ii tinjauan umum ketenagakerjaan di indonesia … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama,...

25
BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 A. Pengertian Ketenagakerjaan Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja; yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat; pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan dari pembangunan ketenagakerjaan berdasarkan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 adalah bahwa pembangunan ketenagakerjaan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 21 Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materiil maupun spiritual. 20 Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 21 Pasal 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 25

Upload: others

Post on 06-Dec-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

BAB II

TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13

TAHUN 2003

A. Pengertian Ketenagakerjaan

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, ketenagakerjaan

adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja; yaitu setiap orang

yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa,

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat; pada

waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20

B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan

Landasan dari pembangunan ketenagakerjaan berdasarkan Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 adalah bahwa pembangunan ketenagakerjaan

berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.21

Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pembangunan

ketenagakerjaan dilaksanakan untuk mewujudkan manusia dan masyarakat

Indonesia yang sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materiil maupun

spiritual.

20

Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 21

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

25

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

Asas dari pembangunan ketenagakerjaan berdasarkan Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 adalah bahwa pembangunan ketenagakerjaan

diselenggarakan atas asas keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional

lintas sektoral dan daerah.22

Asas pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya

sesuai dengan asas pembangunan nasional, khususnya asas demokrasi

Pancasila serta asas adil dan merata. Pembangunan ketenagakerjaan

mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan dengan berbagai pihak, yaitu

antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja/buruh. Oleh karena itu,

pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan secara terpadu dalam bentuk kerja

sama yang saling mendukung.

Tujuan dari pembangunan ketenagakerjaan berdasarkan Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk memberdayakan dan

mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi.

Pemberdayaan dan pendayagunaan tenaga kerja merupakan suatu

kegiatan yang terpadu untuk dapat memberikan kesempatan kerja

seluas-luasnya bagi tenaga kerja Indonesia. Melalui pemberdayaan

dan pendayagunaan ini diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat

berpartisipasi secara optimal dalam pembangunan nasional, namun

dengan tetap menjunjung nilai-nilai kemanusiaannya.

2. Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk mewujudkan

pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai

22

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

26

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah. Pemerataan

kesempatan kerja harus diupayakan di seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pasar kerja

dengan memberikan kesempatan yang sama untuk memperoleh

pekerjaan bagi seluruh tenaga kerja Indonesia sesuai dengan bakat,

minat, dan kemampuannya. Demikian pula pemerataan penempatan

tenaga kerja perlu diupayakan agar dapat mengisi kebutuhan di

seluruh sektor dan daerah.

3. Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk memberikan

perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan.

4. Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.23

C. Pelatihan Kerja

Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,

meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan

kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. Yang dimaksud dengan

peningkatan kesejahteraan adalah kesejahteraan bagi tenaga kerja yang

diperoleh karena terpenuhinya kompetensi kerja melalui pelatihan kerja.24

Pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar

kerja dan dunia usaha, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja. Pelatihan

kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada

standar kompetensi kerja. Penetapan standar kompetensi kerja dilakukan oleh

23

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 24

Pasal 9 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

27

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

Menteri Ketenagakerjaan dengan mengikutsertakan sektor terkait. Pelatihan

kerja dapat dilakukan secara berjenjang. Jenjang pelatihan kerja pada

umumnya terdiri atas tingkat dasar, terampil, dan ahli.25

Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan

dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan

kemampuannya melalui pelatihan kerja.26

Pengusaha bertanggung jawab atas peningkatan dan/atau pengembangan

kompetensi pekerjanya melalui pelatihan kerja. Pengguna tenaga kerja terampil

adalah pengusaha. Oleh karena itu, pengusaha bertanggung jawab mengadakan

pelatihan kerja untuk meningkatkan kompetensi pekerjanya. Peningkatan

dan/atau pengembangan kompetensi tersebut diwajibkan bagi pengusaha yang

memenuhi persyaratan yang diatur dengan Keputusan Menteri

Ketenagakerjaan. Peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi diwajibkan

bagi pengusaha karena perusahaan yang akan memperoleh manfaat hasil

kompetensi pekerja/buruh. Setiap pekerja/buruh memiliki kesempatan yang

sama untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya.

Pelaksanaan pelatihan kerja disesuaikan dengan kebutuhan serta kesempatan

yang ada di perusahaan agar tidak mengganggu kelancaran kegiatan

perusahaan.27

Pelatihan kerja diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah

dan/atau lembaga pelatihan kerja swasta. Yang dimaksud dengan pelatihan

kerja swasta juga termasuk pelatihan kerja perusahaan. Pelatihan kerja dapat

25

Pasal 10 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 26

Pasal 11 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 27

Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Hlm. 46.

28

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

diselenggarakan di tempat pelatihan atau tempat kerja. Lembaga pelatihan

kerja pemerintah sebagaimana dimaksud di atas dalam menyelenggarakan

pelatihan kerja dapat bekerja sama dengan swasta.28

Penyelenggara pelatihan kerja wajib memenuhi persyaratan:

1. Tersedianya tenaga kepelatihan.

2. Adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat pelatihan.

3. Tersedianya sarana dan prasarana pelatihan kerja.

4. Tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan penyelenggaraan

pelatihan kerja.29

Untuk mendukung peningkatan pelatihan kerja dalam rangka

pembangunan ketenagakerjaan, dikembangkan satu sistem pelatihan kerja

nasional yang merupakan acuan pelaksanaan pelatihan kerja di semua bidang

dan/atau sektor. Sistem pelatihan kerja nasional adalah keterkaitan dan

keterpaduan berbagai unsur pelatihan kerja yang antara lain meliputi peserta,

biaya, sarana dan prasarana, tenaga kepelatihan, program dan metode, serta

lulusan. Dengan adanya sistem pelatihan kerja nasional, semua unsur dan

sumber daya pelatihan kerja nasional yang tersebar di instansi pemerintah,

swasta, dan perusahaan dapat dimanfaatkan secara optimal.30

Pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah melakukan pembinaan

pelatihan kerja dan pemagangan. Pembinaan pelatihan kerja dan pemagangan

ditujukan ke arah peningkatan relevansi, kualitas, serta efisiensi

penyelenggaraan pelatihan kerja dan produktivitas. Peningkatan produktivitas

28

Pasal 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 29

Pasal 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 30

Pasal 20 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

29

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

tersebut dilakukan melalui pengembangan budaya produktif, etos kerja,

teknologi, dan efisiensi kegiatan ekonomi menuju terwujudnya produktivitas

nasional.31

D. Hubungan Kerja

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

menegaskan bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja

antara pengusaha dan pekerja/buruh.32

Segala hal dan/atau biaya yang

diperlukan bagi pelaksanaan pembuatan perjanjian kerja dilaksanakan oleh dan

menjadi tanggung jawab pengusaha.33

Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan. Pada prinsipnya

perjanjian kerja dibuat secara tertulis, namun melihat kondisi masyarakat yang

beragam dimungkinkan perjanjian kerja secara lisan. Perjanjian kerja yang

dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis

harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain

perjanjian kerja waktu tertentu, antar kerja antar daerah, antar kerja antar

negara, dan perjanjian kerja laut.34

Perjanjian kerja dibuat atas dasar:

1. Kesepakatan kedua belah pihak.

2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hokum. Yang

dimaksud dengan kemampuan atau kecakapan adalah para pihak yang

31

Pasal 29 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 32

Pasal 50 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 33

Pasal 53 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 34

Soedarjadi, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia; Panduan bagi Pengusaha, Pekerja,

dan Calon Pekerja, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2008), hlm. 72.

30

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

mampu atau cakap menurut hokum untuk membuat perjanjian. Bagi

tenaga kerja anak, yang menandatangani perjanjian adalah orang tua

atau walinya.

3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.

4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban

umum, kesusilaan, dan peraturan perundang undangan yang berlaku.35

Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang kurangnya memuat:

1. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha.

2. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh.

3. Jabatan atau jenis pekerjaan.

4. Tempat pekerjaan.

5. Besarnya upah dan cara pembayarannya.

6. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan

pekerja/buruh.

7. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja.

8. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat.

9. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.36

Ketentuan dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud di atas dalam

angka 5 dan angka 6 tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan,

perjanjian kerja bersama, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yang dimaksud dengan tidak boleh bertentangan adalah apabila di perusahaan

telah ada peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, maka isi

35

Pasal 52 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 36

Pasal 54 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

31

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

perjanjian kerja, baik kualitas maupun kuantitas, tidak boleh lebih rendah dari

peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama di perusahaan yang

bersangkutan. Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud di atas dibuat sekurang-

kurangnya rangkap 2 (dua), yang mempunyai kekuatan hukum yang sama,

serta pekerja/buruh dan pengusaha masing-masing mendapat 1 (satu) perjanjian

kerja.37

Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali dan/atau diubah, kecuali atas

persetujuan para pihak.38

Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau

untuk waktu tidak tertentu. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tersebut

didasarkan atas jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu.39

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus

menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin. Perjanjian kerja untuk waktu

tertentu yang dibuat tidak tertulis bertentangan dengan ketentuan tersebut

dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu. Dalam hal

perjanjian kerja dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing, apabila

kemudian terdapat perbedaan penafsiran antara keduanya, maka yang berlaku

perjanjian kerja yang dibuat dalam bahasa Indonesia.40

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya

masa percobaan kerja. Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja dalam

perjanjian kerja tersebut, masa percobaan kerja yang disyaratkan batal demi

hukum.

37

Pasal 54 Ayat (2) dan Ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. 38

Pasal 55 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 39

Pasal 56 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 40

Pasal 57 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

32

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan

tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai

dalam waktu tertentu, yaitu:

1. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya.

2. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak

terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun.

3. Pekerjaan yang bersifat musiman.

4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau

produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.41

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk

pekerjaan yang bersifat tetap. Yang dimaksud dengan pekerjaan yang bersifat

tetap adalah pekerjaan yang sifatnya terus-menerus, tidak terputus-putus, tidak

dibatasi waktu, dan merupakan bagian dari suatu proses produksi dalam satu

perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman. Pekerjaan yang bukan

musiman adalah pekerjaan yang tidak tergantung cuaca atau suatu kondisi

tertentu. Apabila pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang terus-menerus, tidak

terputus-putus, tidak dibatasi waktu, dan merupakan bagian dari suatu proses

produksi, tetapi tergantung cuaca atau pekerjaan itu dibutuhkan karena adanya

suatu kondisi tertentu, maka pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan musiman

yang tidak termasuk pekerjaan tetap, sehingga dapat menjadi obyek perjanjian

kerja waktu tertentu.42

41

Pasal 59 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 42

Pasal 59 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

33

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau

diperbaharui. Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka

waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh

diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu

tersebut, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu

berakhir telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada

pekerja/buruh yang bersangkutan. Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu

hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh)

hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama, pembaruan

perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali dan

paling lama 2 (dua) tahun. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak

memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut maka demi hukum menjadi perjanjian

kerja waktu tidak tertentu.43

Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa

percobaan kerja paling lama 3 (tiga) bulan. Syarat masa percobaan kerja harus

dicantumkan dalam perjanjian kerja. Apabila perjanjian kerja dilakukan secara

lisan, maka syarat masa percobaan kerja harus diberitahukan kepada pekerja

yang bersangkutan dan dicantumkan dalam surat pengangkatan. Dalam hal

tidak dicantumkan dalam perjanjian kerja atau dalam surat pengangkatan, maka

ketentuan masa percobaan kerja dianggap tidak ada. Dalam masa percobaan

kerja tersebut, pengusaha dilarang membayar upah di bawah upah minimum.

43

Pasal 59 Ayat (3) sampai dengan Ayat (7) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan.

34

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

Perjanjian kerja berakhir apabila:

1. Pekerja meninggal dunia.

2. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.

3. Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga

penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap.

4. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam

perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama

yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja. Keadaan atau

kejadian tertentu seperti bencana alam, kerusuhan sosial, atau

gangguan keamanan.44

Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya pengusaha atau

beralihnya hak atas perusahaan yang disebabkan penjualan, pewarisan, atau

hibah. Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan, maka hak-hak pekerja/buruh

menjadi tanggung jawab pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam

perjanjian pengalihan yang tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh. Dalam

hal pengusaha, orang perseorangan, meninggal dunia, ahli waris pengusaha

dapat mengakhiri perjanjian kerja setelah merundingkan dengan

pekerja/buruh.45

Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum

berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu

tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena ketentuan sebagaimana

44

Pasal 61 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 45

Pasal 61 Ayat (2) sampai dengan Ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan.

35

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

dimaksud di atas, pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan

membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja/buruh sampai

batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.46

Dalam hal perjanjian kerja waktu tidak tertentu dibuat secara lisan, maka

pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja/buruh yang

bersangkutan. Surat pengangkatan tersebut sekurang-kurangnya memuat

keterangan:

1. Nama dan alamat pekerja/buruh.

2. Tanggal mulai bekerja.

3. Jenis pekerjaan.

4. Besarnya upah.47

Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada

perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan

jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.48

Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain

dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara

tertulis. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain tersebut harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama.

2. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi

pekerjaan.

3. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan.

46

Pasal 62 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 47

Pasal 63 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 48

Pasal 64 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

36

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

4. Tidak menghambat proses produksi secara langsung.49

Perusahaan lain sebagaimana dimaksud di atas berbentuk badan hukum.

Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan

lain tersebut sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-

syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.50

Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud di

atas diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan

pekerja/buruh yang dipekerjakannya. Hubungan kerja tersebut dapat

didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja

waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud di atas.51

Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud di atas tidak terpenuhi,

maka demi hukum status hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan

penerima pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan

perusahaan pemberi pekerjaan. Dalam hal hubungan kerja beralih ke

perusahaan pemberi pekerjaan tersebut, maka hubungan kerja pekerja/buruh

dengan pemberi pekerjaan sesuai dengan hubungan kerja sebagaimana

dimaksud di atas.

Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh

digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau

49

Pasal 65 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. 50

Pasal 65 Ayat (3) dan Ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. 51

Pasal 65 Ayat (6) dan Ayat (7) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan.

37

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk

kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung

dengan proses produksi. Pada pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan

usaha pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses

produksi, pengusaha hanya diperbolehkan mempekerjakan pekerja/buruh

dengan perjanjian kerja waktu tertentu dan/atau perjanjian kerja waktu tidak

tertentu. Yang dimaksud kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak

berhubungan langsung dengan proses produksi adalah kegiatan yang

berhubungan di luar usaha pokok (core business) suatu perusahaan. Kegiatan

tersebut antara lain usaha pelayanan kebersihan (cleaning service), usaha

penyediaan makanan bagi pekerja/buruh (catering), usaha tenaga pengaman

(security/satuan pengamanan), usaha jasa penunjang di pertambangan dan

perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan pekerja/buruh.52

Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan

yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus memenuhi

syarat sebagai berikut:

1. Adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan

penyedia jasa pekerja/buruh.

2. Perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja tersebut adalah

perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud di atas dan/atau perjanjian kerja waktu tidak

tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani.

52

Pasal 66 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

38

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

3. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta

perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan

penyedia jasa pekerja/buruh. Perlindungan upah dan kesejahteraan,

syarat-syarat kerja, maupun penyelesaian perselisihan antara penyedia

jasa tenaga kerja dengan pekerja/buruh harus sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pekerja/buruh yang bekerja pada

perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh memperoleh hak (yang sama)

sesuai dengan perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian

kerja bersama atas perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat

kerja, serta perselisihan yang timbul dengan pekerja/ buruh lainnya di

perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh.

4. Perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan

perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa

pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal-pasal

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan.53

E. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

menegaskan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas:

1. Keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Moral dan kesusilaan.

53

Pasal 66 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

39

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-

nilai agama.54

Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan

produktivitas kerja yang optimal, diselenggarakan upaya keselamatan dan

kesehatan kerja. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk

memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para

pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,

pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan

rehabilitasi.55

Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Yang

dimaksud dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah

bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang meliputi

struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur,

proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,

pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan

kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan

produktif.56

Selain itu, aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah

54

Pasal 86 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 55

Pasal 86 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 56

Pasal 87 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

40

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

mengenai waktu kerja. Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu

kerja, yang meliputi:

1. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu

untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

2. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)

minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.57

Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi adalah suatu pemikiran

dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah

maupun rohaniah, tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya,

menuju masyarakat adil dan makmur. Negara Indonesia dewasa ini akan

memajukan industri yang maju dan mandiri dalam rangka mewujudkan era

industrialisasi. Proses industrialisasi maju ditandai antara lain dengan

mekanisme, elektrifikasi, dan modernisasi. Dengan keadaan yang demikian,

maka penggunaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi modern,

serta bahan berbahaya semakin meningkat. Hal tersebut di samping memberi

kemudahan proses produksi dapat pula menambah jumlah dan ragam sumber

bahaya di tempat kerja. Akan terjadi pula lingkungan kerja yang kurang

memenuhi syarat, proses, dan sifat pekerjaan yang berbahaya, serta

peningkatan intensitas kerja operasional tenaga kerja. Masalah tersebut akan

sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat

keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran

lingkungan, sehingga dianggap sangat perlu untuk meningkatkan kualitas dan

57

Pasal 77 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan.

41

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

kedisiplinan untuk melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.58

Keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan seiring dengan

perkembangan industri yang membawa serta penggunaan berbagai alat, mesin,

instalasi, dan bahan-bahan berbahaya maupun beracun. Penggunaan alat dan

bahan yang awalnya bertujuan untuk memudahkan pekerja/buruh dalam

melakukan pekerjaannya kerap justru menimbulkan peningkatan risiko kerja

dalam proses penggunaan/pengerjaannya. Risiko yang langsung berakibat bagi

pekerja/buruh umumnya adalah risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja, yang pada tingkat tertentu dapat menyebabkan putusnya hubungan kerja

sehingga kelangsungan pekerjaan/penghidupan pekerja/buruh dan keluarganya

tidak lagi dapat dipertahankan. Di sisi lain, terdapat risiko bagi pengusaha

berupa kemungkinan terjadinya berbagai kerusakan di lingkungan kerja dalam

kaitannya dengan kelangsungan aset serta alat dan bahan produksi, serta

timbulnya biaya-biaya kompensasi.59

Hubungan antara perlunya keselamatan dan kesehatan kerja diterapkan

dengan kerugian sebagai konsekuensi dari dampak yang terjadi dibahas dalam

beberapa teori. Teori domino kecelakaan kerja mengulas bahwa setiap

kecelakaan yang menimbulkan cedera mencakup lima faktor berurutan yang

digambarkan sebagai lima domino dalam posisi sejajar, yaitu kebiasaan,

kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi tidak aman, kecelakaan, serta

cedera. Adapun teori manajemen membahas mengenai lima faktor berurutan

58

Indra Afrita, Hukum Ketenagakerjaan dan Penyelesaian Sengketa Hubungan Industrial

di Indonesia, (Yogyakarta: Absolute Media, 2015), Hlm. 145-146. 59

Aloysius Uwiyono, dkk., Asas-asas… Op. Cit., Hlm. 78.

42

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

dalam kecelakaan kerja, yaitu manajemen, sumber penyebab dasar, gejala,

kontak, dan kerugian.60

Biaya kecelakaan dan sakit meliputi biaya pengobatan dan kompensasi,

sedangkan biaya kerusakan properti dan lainnya meliputi biaya kerusakan

bangunan, peralatan, produk/bahan, keterlambatan pengerjaan, pengeluaran

legal, penyewaan peralatan pengganti, waktu penyelidikan, upah lembur, waktu

ekstra pengawasan, biaya rekrutmen serta pendidikan dan pelatihan

pekerja/buruh baru, serta dampak atas hilangnya niat baik. Oleh karena itu,

guna menghindari dampak yang merugikan bagi para pihak, diperlukan

keselamatan dan kesehatan kerja, terutama dalam bentuk pengaturan dan

program-program kerja.61

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu bentuk

upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan/atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.62

Pelaksanaan berbagai pengaturan di bidang keselamatan dan kesehatan

kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sebagai pihak yang secara

ekonomi lebih kuat. Pengusaha dapat dikenai berbagai sanksi, meliputi sanksi

pidana atas tindakan-tindakan yang termasuk dalam kategori tindak pidana

pelanggaran maupun kejahatan dalam peraturan perundang-undangan

60

Ibid., Hlm. 78-79. 61

Ibid., Hlm. 79. 62

Mohd. Syaufii Syamsuddi, Dasar-dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja, (Jakarta:

Sarana Bhakti Persada, 2009), Hlm. 15.

43

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

ketenagakerjaan, sanksi perdata berupa pembayaran ganti kerugian dan

pemenuhan hak, atau sanksi administratif atas pelanggaran maupun kelalaian

dalam pemenuhannya. Namun demikian, untuk mencapai tujuan-tujuan

keselamatan dan kesehatan kerja yang telah diuraikan sebelumnya,

sesungguhnya terdapat tanggung jawab dan/atau kewajiban terkait pelaksanaan

keselamatan dan kesehatan kerja umum yang didistribusikan kepada para pihak

dalam hubungan industrial, meliputi pekerja/buruh, pengusaha, dan

pemerintah.63

Pekerja/buruh mempunyai kewajiban untuk memenuhi dan mematuhi

seluruh syarat dalam peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang

diwajibkan, mengenakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (alat

pelindung diri) yang diwajibkan, serta memberikan informasi yang sebenar-

benarnya apabila diminta oleh pengawas. Adapun kewajiban pemerintah

adalah menyusun peraturan perundang-undangan di bidang keselamatan dan

kesehatan kerja, menyediakan bantuan teknis dan asistensi, mengatur dan

menerapkan pengawasan ketenagakerjaan, melaporkan hasil pengawasan

ketenagakerjaan, serta memberikan sanksi. Pengusaha wajib mematuhi

peraturan keselamatan dan kesehatan kerja, menjelaskan kondisi dan prosedur

kerja yang aman, potensi bahaya, sistem serta peralatan keselamatan dan

kesehatan kerja, melaksanakan dan mengorganisasikan implementasi

keselamatan dan kesehatan kerja, melaporkan kejadian kecelakaan kerja

maupun penyakit akibat kerja dan memasang poster-poster serta menyediakan

63

Aloysius Uwiyono, dkk., Asas-asas… Op. Cit., Hlm. 94-95.

44

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

peralatan keselamatan dan kesehatan kerja secara gratis bagi para

pekerja/buruhnya. Apabila terjadi suatu kecelakaan kerja atau penyakit akibat

kerja, maka pengusaha bertanggung jawab untuk memberikan ganti kerugian

kepada pekerja/buruhnya melalui prinsip tanggung jawab pengusaha.

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu program yang dibuat bagi

pekerja/buruh maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) bagi

timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam

lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif

bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk

mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit

akibat hubungan kerja. Namun, sangat disayangkan tidak semua perusahaan

memahami arti pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dan bagaimana

mengimplementasikannya dalam lingkungan perusahaan.

Dibuatnya aturan penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja pada

hakikatnya adalah pembuatan syarat-syarat keselamatan kerja dalam

perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,

pemakaian, penggunaan, pemeliharaan peralatan dalam bekerja, serta

pengaturan dalam penyimpanan bahan, barang, produk teknis, dan aparat

produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan,

sehingga potensi bahaya kecelakaan kerja tersebut dapat dieliminir.

Terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam

penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu:

45

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

1. Seberapa serius keselamatan dan kesehatan kerja hendak

diimplementasikan dalam perusahaan.

2. Pembentukan konsep budaya malu dari masing-masing pekerja/buruh

bila tidak melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, serta

keterlibatan (dukungan) serikat pekerja/buruh dalam program

keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.

3. Kualitas program pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai

sarana sosialisasi.

Inti dari terlaksananya keselamatan dan kesehatan kerja dalam

perusahaan adalah adanya kebijakan standar berupa kombinasi aturan, sanksi,

dan benefit dilaksanakannya keselamatan dan kesehatan kerja oleh perusahaan

bagi pekerja/buruh dan perusahaan.

Adapun akibat yang muncul atas kecelakaan kerja atau penyakit yang

ditimbulkan oleh hubungan kerja dapat berupa:

1. Pekerja/buruh tidak mampu bekerja untuk sementara.

2. Pekerja/buruh cacat sebagian untuk selama-lamanya.

3. Pekerja/buruh cacat total untuk selama-lamanya.

4. Pekerja/buruh cacat kekurangan fungsi organ.

5. Pekerja/buruh meninggal dunia.

Pekerjaan konstruksi sangat rentan terhadap kecelakaan, sehingga

merupakan hal yang mustahil untuk menyatakan bahwa dalam proyek

konstruksi tidak akan terjadi kecelakaan kerja. Pembangunan yang

dilaksanakan dengan teknologi tingkat tinggi maupun dengan teknologi

46

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

sederhana pasti memiliki risiko yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja dan penyakit kerja yang disebabkan oleh pekerja harus

dicegah, bahkan kalau bisa dihilangkan sama sekali. Dalam mengatasi

masalah-masalah tersebut, pemerintah telah mengeluarkan undang-undang dan

berbagai peraturan menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja. Tetapi,

semua usaha pemerintah tidak akan berhasil tanpa adanya respon dari

perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Untuk mencegah

hal tersebut, dibutuhkan juga respon dari perusahaan untuk mengatasi masalah-

masalah yang terjadi dalam suatu proyek dengan memberikan sanksi kepada

para pekerja yang melanggar peraturan atauun dengan sengaja mengabaikan

prosedur dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, yang dapat

menyebabkan kecelakaan kerja.64

Menerapkan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting

karena bertujuan untuk memberikan suasana lingkungan dan kondisi kerja

yang baik, nyaman, dan aman, serta dapat menghindari kecelakaan dan

penyakit kerja. Dengan adanya peraturan perundang-undangan yang

dikeluarkan pemerintah, maka telah lengkap landasan hukum untuk

melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi.65

Untuk mencegah gangguan kesehatan dan daya kerja, ada beberapa usaha

yang dapat dilakukan agar karyawan tetap produktif dan mendapatkan jaminan

perlindungan kerja, yaitu:

64

Christie Pricilia Pelealu, Penerapan Aspek Hukum terhadap Keselamatan dan Kesehatan

Kerja, Jurnal Sipil Statik, Volume 3 Nomor 5, Mei 2015, hlm. 331. 65

Ibid., hlm. 331-332.

47

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja. Periksa kesehatan calon

karyawan untuk mengetahui apakah calon peserta tersebut serasi

dengan pekerjaan yang akan diberikan kepadanya, baik fisik maupun

mentalnya.

2. Pemeriksaan kesehatan berkala untuk evaluasi faktor-faktor penyebab

itu telah menimbulkan gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan

kepada tubuh karyawan atau tidak.

3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kepada karyawan

secara continue itu penting agar mereka tetap waspada dalam

menjalankan pekerjaanya.

4. Penerangan dan penjelasan sebelum bekerja agar para karyawan

mengetahui dan menaati peraturan-peraturan dan lebih berhati-hati.

5. Pakaian pelindung, misalnya masker, kacamata, sarung tangan, sepatu,

topi, pakaian kerja, dan sebagainya.

6. Isolasi, yaitu mengisolasi operasi atau proses produksi dalam

memperoleh yang membahayakan karyawan, misalnya mengisolasi

mesin yang sangat berisi agar tidak menjadi mengganggu kinerja

pekerja lain.

7. Ventilasi setempat (local exhauster), ialah alat untuk penghisap udara

di suatu tempat kerja tertentu, agar bahan-bahan dari suatu tempat

dihisap dan dialirkan keluar.

8. Substitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih bahaya dengan bahan

yang kurang bahaya atau tidak berbahaya sama sekali.

48

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA … · 2020. 10. 15. · waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.20 B. Landasan, Asas, dan Tujuan Ketenagakerjaan Landasan

9. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut

perhitungan ke dalam ruang kerja. Hal tersebut bertujuan agar kadar

dari bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini bisa lebih

rendah hingga mencapai ambang batas.66

Ruang lingkup upaya kesehatan kerja meliputi berbagai upaya

penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik

fisik maupun psikis, dalam hal cara maupun metode kerja dan kondisi yang

bertujuan untuk:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat

pekerja di semua lapangan kerja.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pekerja yang diakibatkan

oleh keadaan atau kondisi lingkungan pekerjaannya.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari

kemungkinan dari bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang

membahayakan kesehatan.67

Inti dari terlaksananya keselamatan dan kesehatan kerja dalam

perusahaan adalah adanya kebijakan standar berupa kombinasi aturan, sanksi,

dan benefit dilaksanakannya keselamatan dan kesehatan kerja oleh perusahaan

bagi pekerjanya dan perusahaan, atau dengan kata lain, adanya suatu kebijakan

mutu yang dijadikan acuan atau pedoman bagi pekerja dan pengusaha.68

66

Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 112. 67

Ibid., hlm. 115. 68

Dhoni Yusra, Pentingnya Implementasi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dalam

Perusahaan, Jurnal Lex Jurnalica, Volume 1 Nomor 1, Desember 2003, hlm. 16.

49