bab ii tinjauan teroi 5-11
DESCRIPTION
proposal kp ru 3 plajuTRANSCRIPT
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Alkilasi
Alkilasi menggabungkan olefin dengan berat molekul ringan
(komponen utama campuran dari propilen dan butilen) dengan isobutene
menggunakan katalis, baik Asam Sulfur maupun Asam Fluorida. Produk
dari alkilasi disebut Alkilat yang tersusun dari campuran oktana tinggi,
isoparafin. Alkilat adalah komponen utama blending karena memiliki
keistimewaan antiketukan dan pembakaran yang bersih. Angka oktan
Alkilat bergantung pada jenis olefin yang digunakan dan kondisi
operasinya. (MT, Ir. Kardjono SA, 2003:51)
Proses Alkilasi adalah Eksotermis dan hampir sama dengan proses
pada kilang polimerisasi namun terletak perbedaan pada pengisian umpan
tidak boleh jenuh. Hasilnya, produk alkilat tidak mengandung olefin dan
mengandung angka oktan yang tinggi. (Speight, James. 2002:3)
Pada Industri Kilang Migas, Alkilasi adalah gabungan dari olefin
aromatik dengan hidrokarbon paraffin :
CH2=CH2 + (CH3)3CH → (CH3)3CCH2CH3
(Speight, James. 2002:3)
5
6
2.1.1 Proses Alkilasi
Macam - Macam Proses Alkilasi :
Proses alkilasi terbagi atas 2 macam :
Proses Thermal
Proses reaksi alkilasi ini menggunakan temperatur tinggi
serta tekanan tinggi untuk melakukan reaksi. Olefin yang
digunakan adalah ethylene, dan sebagai produk utama adalah
isoheksane (iCs). Reaksi dengan menggunakan thermal sekarang
ini jarang digunakan, karena selain tidak ekonomis, juga
produknya tidak memiliki ON yang tingi dibandingkan dengan
proses menggunakan katalis.
Proses Katalis
Proses reaksi alkilasi dengan menggunakan katalis adalah
dengan maksud mempercepat proses reaksi. Proses reaksi ini dapat
beriangsung pada tekanan dan temperatur rendah. Produk utama
adalah isooctane (iC8) denganangka oktan antara 90 - 95. Ada 2
macam katalis yang dapat digunakan untuk reaksi alkylasi, yaitu :
Dengan menggunakan hydrofluoric acid (HF)
Dengan menggunakan sulfuric acid (H2SO4)
2.1.2 Proses Reaksi Alkilasi Dengan Katalis H2S04
Dalam industri minyak bumi istilah alkilasi adalah
penambahan olefin sebagai gugus alkyl ke dalam isobutene. Olefin
yang digunakan adalah butilen, dengan maksud untuk
7
menghasilkan alkilat dengan angka oktan tinggi serta pemakaian
katalis lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan olefin yang
lain (propylene atau anylene). Katalis yang digunakan adalah asam
sulfat (H2SO4). Pada umumnya feed alkilasi merupakan campuran
butana butilen yang berupa isobutena, isobutilen, butilen, normal
butana, Propana, dan mungkin Propana propilen dalam jumlah
kecil. Maka reaksi keseluruhan sampai mendapatkan hasil adalah
sangat komplek, secara sederhana reaksi antara butilen (C4=)
dengan isobutene (iC4) dapat digambarkan sebagai berikut :
C4= + iC4 iC8
Atau
CH3 CH3 CH3
CH2 =CH — CH2— CH3 + CH3 — CH CH3— C — CH2 — CH - CH3
CH3 CH3
Butylene Isobutene Isoktan
Pada tekanan atmosfir proses alkilasi dapat berlangsung
pada suhu rendah jika menggunakan bantuan katalis. Katalis akan
berperan sebagai pemacu reaksi sehingga kecepatan reaksi menjadi
lebih besar. Dengan Asam Sulfat atau isobutane bereaksi dengan
campuran isobutylene akan menghasilkan campuran isoktan
(C8H18) yang biasanya mempunyai angka oktan berkisar 92 – 94.
8
Komposisi-komposisi dari isomer-isomer yang terdapat dalam
alkilat, tergantung dari komposisi feed dan kondisi operasi alkilasi.
( SA Ir. Kardjono, 1999:10-8, Diktat 139 Proses Pengolahan
Minyak Bumi)
2.2 Peralatan Utama Unit Alkilasi H2SO4
Adapaun peralatan – peralatan utama pada di unit Alkilasi H2S04
secara garis besar terdiri atas 4 bagian, yaitu : (ST, Winarno,
2003:82)
2.2.1 Bagian Reaktor
Pada bagian ini berfungsi sebagai pengolahan awal feed
untuk unit alkilasi secara keseluruhan. Pada bagian ini terdapat
beberapa peralatan yang mempunyai fungsi masing-masing. Secara
intinya bagian reactor berfungsi sebagai tempat bereaksinya antara
molekul-molekul iC4 (isobutene) dengan molekul-molekul C4=
(butylenes) untuk membentuk isobutene (iCg) dengan bantuan
katalisator H2SO4. Katalisator H2SO4 yang digunakan untuk
membantu reaksi, yang disebut Fresh Acid.
2.2.2 Bagian Sistem Pendinginan ( Chilling System )
Untuk mendapatkan temperatur antara 0 - 10°C pada waktu
proses reaksi di dalam reaktor, digunakan propane cair sebagai
media pendingin. Propane cair untuk pendinginan digunakan
dengan sistem sirkulasi tertutup (close circulation).
9
2.2.3 Bagian Treating
Bagian ini berfungsi untuk menetralkan acid yang terdapat
dalam produk. Produk yang dihasilkan terlebih dahulu dinetralkan
dengan caustic soda.
2.2.4 Bagian Distilasi
Bagian ini berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi yang
terdapat dalam Produk reaktor dengan perbedaan trayek didihnya.
Bagian distilasi terdiri dari 4 buah kolom fraksinator, yaitu :
a) Deisobutanizer Column
Berfungsi untuk memisahkan produk reaktor menjadi
campuran-campuran alkilat dan normal butane dengan
campuran-campuran propane dan isobutene berdasarkan trayek
didih.
b) Depropanizer Column
Berfungsi untuk memisahkan propane dari isobutene
(menghilangkan fraksi propane dari isobutene) berdasarkan
trayek didih.
c) Stabilizer Column
Berfungsi untuk memisahkan normal butane dengan
alkilat berdasarkan trayek didih.
d) Rerun Column
Berfungsi untuk memisahkan alkilat menjadi light
alkylate dan heavy alkylate berdasarkan trayek didih.
10
2.3 Alkylation Feedstocks
Olefin dan Isobutene digunakan sebagai umpan pada unit Alkilasi.
Sumber olefin adalah hasil dari catalytic cracking dan coking operations.
Butene dan propene adalah jenis olefin yang sering digunakan. Beberapa
kilang, termasuk pentene pada unit alkilasi umpan untuk mengurangi
tekanan uap gasoline FCC dan juga mengurangi angka bromin pada
gasoline blend akhir. Alkilasi pentene juga dianggap sebagai langkah
untuk mengurangi kandungan olefin pada campuran gasoline akhir dan
mengurangi efek pada ozon berkurang di atmosfir. Olefin dapat diproduksi
dengan dehidrogenasi paraffin dan isobutana direngkah sebagai umpan
pada unit alkilasi. (Gary, James H, 2001:220)
2.4 Reaksi Alkilasi
Pada proses alkilasi menggunakan fluoride atau asam sulfat
sebagai katalis, hanya isoparafin dengan karbon atom tersier, seperi
isobutana atau isopentana, yang dapat bereaksi dengan olefin. Pada
prakteknya, hanya isobutana yang digunakan dikarenakan isopentana
memilikiangka oktan yang cukup tinggi dan tekanan uap rendah yang
memungkinkan agar dapat efektif dicampur langsung menjadi produk
akhir gasoline. Proses menggunakan Asam sulfat sebagai katalis lebih
sensitive terhadap temperatur dibandingkan dengan proses Asam fluoride.
Pada kedua proses, volum asam yang digunakan setimbang dengan cairan
hidrokarbon yang dibutuhkan dan tekanan pada system harus dijaga untuk
menjaga hidrokarbon dan asam tetap pada fasa cair. Rasio isoparafin yang
11
tinggi digunakan untuk meminimalisasi polimerisasi dan meningkaykan
produk oktan. Yield, volatility, dan angka oktan adalah produk yang
dihasilkan dengan mengatur suhu, asam/rasio hidrokarbon, dan
isoparaffin/rasio olefin. Pada kondisi operasi yang sama, produk dari
fluorida dan asam sulfat proses alkilasinya hampir sama. Praktiknya,
bagaimanapun, plant beroperasi pada kondisi berbeda dan produk yang
dihasilkan menjadi. Variabel penting pada kedua proses ialah :
1. Temperatur reaksi
2. Acid strength
3. Konsentrasi Isobutana
4. Kecepatan Olefin
(Gary, James H, 2001:220, Petroleum Refining Technology and Economics 4th
Edition)
2.5 Produk Alkilasi
Sebagai tambahan pada aliran alkilat, produk meninggalkan unit
alkilasi yaitu propana dan normal butana yang masuk dalam keadaan jenuh
dan tidak jenuh ke aliran umpan sebanyak jumlah dari tar yang diproduksi
pada reaksi polimerisasi. (Gary, James H, 2001)
Produk alir yang meninggalkan unit alkilasi adalah :
1. LPG grade propane liquid
2. Butana liquid
3. C5 alkylate
4. Tar