11 bab ii tinjauan pustaka 2.1 pengertian pengaruh

41
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Pengertian pengaruh menurut Badudu, J.S & Sutan (2002 : 849) adalah sebagai berikut : “Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Dari Pengertian di atas dapat di simpulkan, bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. 2.2 Audit 2.2.1 Pengertian Auditing Ada beberapa pengertian mengenai auditing yang dikemukakan oleh beberapa ahli akuntansi dan pemeriksaan. Menurut Mulyadi (2002 : 2) auditing adalah: “Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya.” Menurut Arens, et al. (2010 : 4) pengertian auditing adalah: Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.

Upload: phunghuong

Post on 13-Jan-2017

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengaruh

Pengertian pengaruh menurut Badudu, J.S & Sutan (2002 : 849) adalah

sebagai berikut :

“Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda)

yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

Dari Pengertian di atas dapat di simpulkan, bahwa pengaruh merupakan

suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain.

2.2 Audit

2.2.1 Pengertian Auditing

Ada beberapa pengertian mengenai auditing yang dikemukakan oleh

beberapa ahli akuntansi dan pemeriksaan.

Menurut Mulyadi (2002 : 2) auditing adalah:

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara

objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian

ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara

pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta

penyampaian hasil-hasilnya.”

Menurut Arens, et al. (2010 : 4) pengertian auditing adalah:

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information

to determine and report on the degree of correspondence between the

information and established criteria. Auditing should be done by a

competent, independent person.”

Page 2: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

12

Sedangkan pengertian Auditing menurut Sukrisno Agoes (2012 : 4)

adalah sebagai berikut :

“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis,

oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah

disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan

bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan

pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”

Dari tiga definisi di atas terdapat beberapa istilah penting dalam auditing,

diantaranya:

1. Informasi dan kriteria yang telah ditetapkan

Informasi yang digunakan dalam audit harus tersedia dalam bentuk yang

dapat diverifikasi dengan standar (kriteria) yang dibuat untuk

mengevaluasi informasi tersebut.

2. Bukti audit

Berbagai informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan

apakah informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria yang

telah ditetapkan. Bukti dapat diperoleh dari kesaksian lisan klien,

komunikasi tertulis dengan pihak luar, observasi oleh auditor, dan data

elektronik serta data lain tentang transaksi.

3. Kompetensi dan independensi

Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten maksudnya adalah

orang yang mampu melaksanakan tugasnya sesuai standar teknis profesi.

Artinya, auditor harus memiliki kemampuan untuk memahami kriteria-

kriteria yang digunakan dan memiliki kemampuan untuk mengetahui

Page 3: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

13

dengan pasti jenis dan jumlah fakta yang dibutuhkan, agar pada akhirnya

pemeriksaan dapat menarik kesimpulan yang tepat. Selain itu auditor juga

harus memiliki sikap mental yang independen, sikap ini dibutuhkan dalam

pengambilan keputusan yang memihak. Walaupun kompetensi auditor

tinggi, hasil audit tidak akan berarti apa-apa jika auditor tidak dapat

menjaga independensinya.

4. Pelaporan

Penyususnan laporan audit adalah tahap akhir dalam proses audit yang

merupakan penyampaian hasil temuan-temuan auditor kepada pemakai

laporan tersebut dan memberitahukan tingkatkesesuaian antara informasi

dengan kriteria yang telah ditentukan (Arens et al. 2010 : 4)

2.2.2 Jenis Auditor

Ada beberapa jenis auditor dewasa ini yang berpraktik. Menurut Mulyadi

(2002 : 29) jenis yang paling umum adalah auditor independen, auditor

pemerintah, dan auditor intern.

1. Auditor Independen

Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya

kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan

keuangan yang dibuat oleh kliennya. Profesi auditor independen

memperoleh honorarium dari kliennya dalam menjalankan keahliannya,

namun auditor independen harus independen, tidak memihak kepada

kliennya.

2. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi

pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit pertanggungjawaban

keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah

atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

Auditor yang bekerja di instansi pemerintah pada umumnya di Indonesia

terbagi menjadi dua bagian yaitu auditor yang bekerja di Badan

Pengawasan Keuangan (BPK) sebagai auditor eksternal dan auditor yang

Page 4: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

14

bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

sebagai auditor internal pemerintah.

3. Auditor Intern

Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan

negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah

menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh

manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya

penjagaan terhadap kekayaan organiasai, menentukan efisiensi dan

efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan

informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

2.2.3 Jenis-jenis Audit

Menurut Soekrisno Agoes (2012 : 10) Ditinjau dari luasnya pemeriksaan,

audit bisa dibedakan atas :

1. Pemeriksaan Umum (General Audit)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh

KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan

tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan

Publik atau ISA atau Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil dan

memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia, Kode Etik Profesi Akuntan

Publik serta Standar Pengendalian Mutu.

2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang

dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaan auditor

tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan

secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau

masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan

juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa apakah terdapat

kecurangan terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan.

Menurut Soekrisno Agoes (2012 : 11) Ditinjau dari jenis

pemeriksaannya, audit bisa dibedakan atas :

1. Management Audit (Operational Audit)

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasional suatu perusahaan,

termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang teah

ditentukan oleh manajeen, untuk mengetahui apakah kegiatan tersebut

sudah dilakukan efektif, efisien dan ekonomis.

2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)

Page 5: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

15

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah

mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik

yang ditetapkan oleh pihak internal perusahaan maupun eksternal.

3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik

terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun

ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah di tentukan. Laporan

internal auditor berisi temuan pemeriksaan mengenai penyimpangan dari

kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian internal, beserta

saran-saran perbaikannya.

4. Computer Audit

Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data

akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP)

System. Ada 2 metode yang bisa dilakukan auditor :

a. Audit Around The Computer, hanya memeriksa input dan output dari

EDP system tanpa melakukan tes terhadap proses EDP system

tersebut.

b. Audit Through The Computer, selain memeriksa input dan output,

auditor juga melakukan tes proses EDP-nya, dengan menggunakan

Generalized Audit Software dan memasukan dummy data (data palsu)

untuk mengetahui apakah data tersebut di proses sesuai dengan sistem

yang seharusnya.

2.2.4 Standar Profesional Auditing

Menurut PSA No.01 (SA Seksi 150), Standar auditing beda dengan

prosedur auditing. “Prosedur“ berkaitan dengan tindakan yang harus

dilaksanakan, “ Standar “ berkenaan dengan kriteria atau ukuran hidup kinerja

tindakan dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan

prosedur tersebut. Jadi, berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing

mencakup mutu professional (Professional Qualities) auditor independen dan

pertimbangan (Judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan

penyusunan laporan auditing. Menurut Mulyadi (2002 : 35) terdapat lima macam

standar profesional yang diterbitkan oleh dewan sebagai aturan mutu pekerjaan

akuntan publik, yaitu :

Page 6: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

16

1) Standar Auditing

Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis.

Standar auditing terdiri dari 10 standar dan terinci dalam bentuk Pernyataan

Standar Audit (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama

yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan

audit. Kepatuhan terhadap Pernyataan Standar Auditing yang dikeluarkan

oleh dewan bersifat wajib (mandatory) bagi anggota Ikatan Akuntan

Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik.

2) Standar Astesi

Standar astesi memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi hasa

akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan

dalam jasa audit atas laporan keuangan historis maupun tingkat keyakinan

yang lebih rendah dalam jasa nonaudit. Standar ini terdiri dari sebelas

standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestati (PSAT).

Termasuk di dalamnya adalah Interprestasi Pernyataan Standar Atestasi

(IPSAT), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh dewan

terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh dewan dalam PSAT.

3) Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar ini memberikan kerangka untuk fungsi nonastestasi bagi jasa

akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar jasa

akuntansi dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa

Akuntansi dan Review (PSAR). Termasuk didalamnya adalah Interpretasi

Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR), yang merupakan

interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh dewan terhadap ketentuan-

ketentuan yang diterbitkan oleh dewan dalam PSAR.

4) Standar Jasa Konsultasi

Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi akuntan pubik di dalam

penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada

hakikatnya berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak

ketiga. Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, simpulan,

dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultasi ditentukan

oleh perjanjian antara praktisi dan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa

konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien. Standar jasa konsultasi

dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) dan di

dalamnya termasuk Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi

(IPSJK)

5) Standar Pengendalian Umum

Standar pengendalian umum memberikan panduan bagi kantor akuntan

publik di dalam melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan

oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh

Dewan Standar Professional Akuntan Publik dan Aturan Etika

Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen

Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam Perikatan jasa

professional, kantor akuntan publik bertanggung jawab untuk mematuhi

berbagai standar relevan yang telah diterbitkan oleh dewan dan

Kompartemen Akuntan Publik. Standar pengendalian mutu dirinci dalam

Page 7: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

17

bentuk Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSM) dan termasuk

Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM).

2.2.5 Proses Auditing

Menurut Mulyadi (2002 : 56), tahap-tahap audit atas laporan keuangan

meliputi :

1. Penerimaan Penugasan Audit

Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan

keputusan untuk menerima atau menolak penugasan audit dari klien

berulang. Enam langkah yang perlu ditempuh oleh auditor dalam

mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon kliennya,

yaitu:

a. Mengevaluasi integritas manajemen.

b. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa.

c. Menilai kompetensi untuk melakukan audit.

d. Mengevaluasi independen.

e. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kecermatan dan

keseksamaan.

f. Membuat surat penugasan audit (engagement letter).

2. Perencanaan Audit

Delapan tahap perencanaan audit :

a. Memahami bisnin dan industri klien.

b. Melaksanakan prosedur analitik.

c. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal.

d. Mempertimbangkan risiko bawaan.

e. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo

awal, jika penugasan klien berupa audit tahun pertama.

f. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan.

g. Mereview informasi yang berhubungan dengan kewajiban-kewajiban

legal klien.

h. Memahami struktur pengendalian intern klien.

3. Pelaksanaan Pengujian Audit

Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan. Tujuan utamanya

adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas struktur

pengendalian intern klien dan kewajiban laporan keuangan klien. Secata

garis besar, pengujian audit dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Pengujian analitik (analytcal test).

b. Pengujian pengendalian (test of control).

c. Pengujian substantif (substantive test).

Page 8: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

18

4. Pelaporan Audit

Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah penerbitan

laporan audit. Untuk itu, auditor perlu menyusun laporan keuangan

auditan (audited financial statement), penjelasan laporan keuangan (notes

to financial statement) dan pernyataan pendapat auditor.

Laporan audit penting sekali dalam menginformasikan pemakai informasi

mengenai apa yang telah dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya.

Paragraf terakhir dalam laporan audit menyajikan kesimpulan auditor berdasarkan

hasil dari proses audit yang telah dilakukan. Bagian ini merupakan bagian

terpenting dari keseluruhan laporan audit, sehingga sering kali seluruh laporan

audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat auditor (opini audit). Ada

lima tipe opini auditor Arens, et al. (2010 : 70), antara lain:

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian ( Unqualified Opinion)

Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara

wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi

berterima umum di Indonesia. Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa

pengecualian diterbitkan oleh auditor dalam kondisi:

a. Semua laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi, laporan laba

ditahan, dan laporan arus kas) telah lengkap.

b. Semua aspek dari ketiga standar umum SPAP telah dipatuhi dalam

penugasan audit tersebut.

c. Bukti audit yang cukup telah terkumpul dan auditor telah

melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga membuatnya

mampu menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan

telah dipatuhi.

d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi

berterima umum. Hal tersebut berarti pula bahwa pengungkapan

informatif yang cukup telah tercantum dala catatan atas laporan

keuangan tersebut.

e. Tidak ada situasi yang membuat auditor untuk merasa perlu

menambahkan sebuah paragraph penjelasan atau memodifikasi

kalimat dalam laporan audit.

2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahas Penjelasan

(Unqualified Opinion With Wxplanatory Language)

Pada situasi tertentu, auditor dapat menambahkan bahasa penjelasan pada

pendapat wajar tanpa pengecualian pada laporan auditnya. Tujuan dari

Page 9: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

19

bahasa penjelasan adalah untuk memberi tahu pemakai laporan tentang

satu atau lebih fakta material berkenaan dengan laporan keuangan yang

telah diaudit. Penyebab-penyebab utama ditambahkannya suatu bahasa

penjelasan pada laporan audit. Bentuk baku adalah:

a. Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang

berlaku umum.

b. Ketidakpastian atas kelangsungan hidup suatu perusahaan (going

concern).

c. Penekanan pada suatu hal oleh auditor.

d. Pendapat berdasarkan sebagian dari auditor lain dimana tidak ada

pembatasan ruang lingkup dan ketidaksesuaian dengan prinsip

akuntansi berlaku umum.

3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan

secara keseluruhan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip

akuntansi berlaku umum, kecuali untuk hal-hal tertentu yang telah

diuraikan dalam laporan. Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan

pada situasi:

a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan

terhadap ruang lingkup audit.

b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari

prinsip akuntansi berterima umum, yang berdampak material, dan ia

berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.

4. Pendapat Tidak Wajar Adverse Opinion )

Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan secara

keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum, Auditor menyatakan pendapat ini jika dia yakin

bahwa laporan keuangan secara keseluruhan dapat menyesatkan.

5. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)

Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)

menyatakan bahwa auditor tidak dapat menyatakan pendapat atas laporan

keuangan secara keseluruhan. Pendapat ini juga diberikan apabila auditor

dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

2.3 Profesionalisme Auditor

2.3.1 Pengertian Profesionalime

Menurut Badudu dan Sutan (2002 : 848):

“Profesi adalah pekerjaan dimana dari pekerjaan tersebut diperoleh nafkah

untuk hidup, sedangkan profesionalisme dapat diartikan bersifat profesi

atau memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latihan.”

Page 10: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

20

Menurut Brooks (1995 : 25) :

“Profession is a combination of features, duties, and rights all frame

within a set of common professional values - values that determine how

decisions are made and actions are taken.”

Menurut Tugiman (1997 : 98) mengartikan profesionalisme adalah

sebagai berikut :

“Profesionalisme sebagai sikap dari perilaku seseorang dalam melakukan

profesi tertentu. Seorang yang profesional, disamping mempunyai

kesungguhan dan ketelitian bekerja, mengejar kepuasan orang lain,

keberanian menanggung risiko, ketekunan dan ketabahan hati, integritas

tinggi, konsentrasi dan kepastian pikiran, kata dan perbuatan”.

Dalam penelitian ini konsep profesionalisme yang digunakan adalah

konsep untuk mengukur bagaimana para profesional memandang profesi mereka

yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka. Dengan anggapan bahwa sikap

dan perilaku mempunyai hubungan timbal balik.

Menurut Arens, et al. (2010 : 108) :

“Professional means a responbility for conduct that extend beyond

satisfying individual responsibilities and beyond the requirement of our

society law and regulation.”

Profesional umumnya dinyatakan dalam hal tingkat pendidikan formal dan

non formal yang dimiliki oleh individu. Setiap profesional memiliki nilai-nilai

pribadi yang mencakup kejujuran, integritas, objektivitas, kebijaksanaan,

keberanian dan kekuatan karakter untuk mengikuti keyakinan untuk menolak

peluang yang lebih mengutamakan kepentingan sendiri daripada klien.

Page 11: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

21

2.3.2 Dimensi Profesionalisme

Menurut Hall Richard (1968 : 97) terdapat lima dimensi

profesionalisme, yaitu:

1. Professional community affiliation

This involves both the formal organization and informal colleague

grouping as the major source of ideas and judgements for the

professional in this work.

2. Sosial Obligation

This component includes the idea of dispensibility of the profession and

the view that the work performed benefits both the public and the

practitioner.

3. Belief self regulation

This involves the belief that the person best qualified to judge the work of

a professional is a fellow professional, and the view that such a practice

is desirable and practical. It is a belief in colleague control.

4. Dedication

This reflects the dedication of the professional to his work and the feeling

that he woulld probably want to do the work even if fewer extrinsic

rewards were available.

5. Autonomy

This involves the feeling that the practitioner ought to be able to make his

own decisions without external pressures from clients, those who are not

members of his profession, or fro his employing organization.

Atribut di atas dapat di jelaskan sebagai berikut :

1. Hubungan sesama profesi yang berarti menggunakan ikatan profesi

sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok

kolega sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikata profesi ini para

profesional membangun kesadaran profesinya

2. Kewajiban sosial yaitu suatu pandangan tentang pentingnya peran profesi

serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat ataupun oleh

profesional karena adanya pekerjaan tersebut.

Page 12: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

22

3. Keyakinan terhadap profesi yang melibatkan kepercayaan bahwa yang

berwenang untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama

profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam

bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

4. Pengabdian pada profesi yang mencerminkan dedikasi para profesional

untuk karyanya melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang

dimiliki. Sikap ini bisa disimpulkan sebagai suatu penyerahan diri secara

total terhadap pekerjaan.

5. Kemandirian yang menganggap bahwa seorang profesional harus mampu

membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak yang lain, yaitu

mereka yang bukan anggota profesinya, atau dari organisasinya

mempekerjakan.

2.3.3 Cara Auditor Mewujudkan Perilaku Profesional

Pencapaian kompetensi profesional akan memerlukan standar pendidikan

umum yang tinggi diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan uji profesional

dalam subyek-subyek (tugas) yang relevan dan juga adanya pengalaman kerja.

Oleh karena itu untuk mewujudkan Profesionalisme auditor, dilakukan beberapa

cara antara lain pengendalian mutu auditor, review oleh rekan sejawat, pendidikan

profesi berkelanjutan, meningkatkan ketaatan terhadap hukum yang berlaku dan

taat terhadap kode perilaku profesional (Mulyadi 2002 : 49).

Seorang yang profesional juga harus memiliki standar profesi dalam setiap

menjalankan kegiatan profesionalnya Batasan kemampuan (knowledge, technical

skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seseorang

Page 13: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

23

individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara

mandiri yang aturan-aturannya dibuat oleh organisasi profesi yang bersangkutan.

2.4 Kompleksitas Tugas (Task Complexity)

2.4.1 Pengertian Kompleksitas Tugas

Tugas melakukan audit cenderung merupakan tugas yang banyak

menghadapi persoalan kompleks. Auditor dihadapkan dengan tugas-tugas yang

kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya

Kompleksitas audit didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan suatu

tugas audit. Ada auditor yang mempersepsikan tugas audit sebagai tugas dengan

kompleksitas tinggi dan sulit, sementara auditor lain ada yang mempersepsikan

sebagai tugas yang mudah.

Menurut Kahneman, et al (1973 : 247) mendefinsikan :

“Task complexity is thought to be synonymous with either task difficulty

(amount of attentional capacity or mental processing required) or task

structure (level of specification of what is to be done in the task)”

Iskandar, Zuraidah M.H, (2011 : 33) mendefinisikan :

“Complex tasks are ambiguously defined and difficult to measure

objectively.”

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan kompleksitas tugas pada

penelitian ini didefinisikan sebagai tugas yang kompleks, terdiri atas bagian-

bagian yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain.

Page 14: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

24

2.4.2 Indikator Kompleksitas Tugas

Dalam pelaksanaan tugasnya yang kompleks, auditor sebagai anggota pada

suatu tim audit memerlukan keahlian, kemampuan dan tingkat kesabaran yang

tinggi. Terdapat dua aspek penyusunan dari kompleksitas tugas, yaitu :

1. Tingkat sulitnya tugas, Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan dengan

banyaknya informasi tentang tugas tersebut

2. struktur tugas., sementara struktur adalah terkait dengan kejelasan

informasi (information clarity) (Iskandar, Zuraidah M.H, 2011 : 33).

Menurut Bonner (1994 : 215), proses pengolahan informasi terdiri dari

tiga tahapan, yaitu: input, proses, output. Pada tahap input dan proess,

kompleksitas tugas meningkat seiring bertambahnya faktor petunjuk (cues).

Terdapat perbedaan antara pengertian banyaknya petunjuk yang diadakan

(number of cues available) dengan banyaknya petunjuk yang terolah (number of

cues processed). Banyaknya petunjuk yang ada, seorang pembuat keputusan harus

berusaha melakukan pemilahan terhadap petunjuk-petunjuk tersebut (meliputi

upaya penyeleksian dan pertimbangan-pertimbangan) dan kemudian

mengintegrasikannya ke dalam suatu pendapat (judgement). Keputusan bisa

diberikan segera bila banyak petunjuk yang diamati tidak meninggalkan batas-

batas kemampuan dari seorang pembuat keputusan.

Menurut Iskandar, Zuraidah M.H (2011 : 34) mengemukakan bahwa

kompleksitas tugas dalam pengauditan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a. Banyaknya informasi yang tidak relevan dalam artian informasi

tersebut tidak konsisten dengan kejadian yang akan diprediksikan

Page 15: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

25

b. Adanya ambiguitas yang tinggi, yaitu beragamnya outcome (hasil)

yang diharapkan oleh klien dari kegiatan pengauditan.

Terkait dengan kegiatan pengauditan, tingginya kompleksitas audit ini

dapat menyebabkan akuntan berperilaku disfungsional sehingga menyebabkan

seorang auditor menjadi tidak konsistensi dan tidak akuntanbilitas.

2.5 Pengalaman Auditor (Experience Auditors)

2.5.1 Pengertian Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan

perkembangan potensi bertingkah laku. Pengalaman seseorang dapat diartikan

sebagai suatu proses yang dapat membawa seseorang kepada suatu pola tingkah

laku yang lebih tinggi.

Menurut Badudu dan Sutan (2002 : 26):

“Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dijalani, dirasai,

ditanggung, dan sebagainya”.

Mulyadi (2002 : 24) mendefinisikan bahwa:

“Pengalaman auditor merupakan akumulasi gabungan dari semua yang

diperoleh melalui interaksi”.

Page 16: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

26

Menurut Bedard dan Chi dalam Gaballa dan Zhao Ning (2010 : 169)

menjelaskan :

“The professional experience is the power which can be obtained by the

practice over time from past experiences and direct feedback and the

general knowledge which lead to accomplish the task with high quality”

Di bidang audit, pengalaman auditor merupakan faktor penting yang

dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dari definisi di atas dapat di

jelaskan bahwa engalaman adalah salah satu penentu utama yang mempengaruhi

pada efisiensi kinerja dalam praktek profesional. Tanda-tanda studi perilaku yang

telah difokuskan pada subjek pengalaman bahwa kualitas kinerja dalam bidang

tertentu meningkat dengan pengalaman mereka di bidang itu.

2.5.2 Dimensi Pengalaman Auditor

Jika seorang memasuki karier sebagai akuntan publik, ia harus lebih dulu

mencari pengalaman profesi dibawah pengawasan akuntan senior yang lebih

berpengalaman (Mulyadi 2002 : 25). Di samping itu, pelatihan teknis yang cukup

mempunyai arti pula bahwa akuntan harus mengikuti perkembangan yang terjadi

dalam dunia usaha dan profesinya, agar akuntan yang baru selesai menempuh

pendidikan formalnya dapat segera menjalani pelatihan teknis dalam profesinya,

pemerintah mensyaratkan pengalaman kerja sekurang-kurangnya tiga tahun

sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang audit bagi akuntan yang ingin

memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan publik (SK Menteri Keuangan

No.43/KMK.017/1997 tanggal 27 Januari 1997)”.

Page 17: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

27

Selain itu menyebutkan ada tiga faktor pengalaman auditor diantaranya adalah:

a. Lamanya Menekuni Bidang Audit

Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam

memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai

salah satu persyaratan dalam memperoleh izin menjadi akuntan publik (SK

MenKeu No17/PMK.01/2008) tentang Jasa Akuntan Publik menyebutkan

bahwa:

“Seorang akuntan publik harus memiliki pengalaman praktik di bidang

audit umum atas laporan keuangan paling sedikit 1000 (seribu) jam dalam 5

(lima) tahun terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus) jam diantaranya

memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum yang disahkan

oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP”.

Berdasarkan ketentuan di atas, maka menjadi seorang auditor yang

berpengalaman harus memiliki pengalaman minimal 5 (lima) tahun dan sekurang-

kurangnya 500 jam.

Pengalaman pada umumnya dikaitkan dengan masa kerja. Masa kerja

merupakan hasil penyerapan dari berbagai aktivitas manusia, sehingga mampu

menumbuhkan keterampilan yang muncul dalam tindakan yang dilakukan

karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan. Penelitian di bidang psikologi

menunjukkan bahwa seseorang yang berpengalaman dalam bidang substantif

memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat

mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai suatu peristiwa (Bonner,

et al 1990:40).

Page 18: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

28

b. Frekuensi Melakukan Tugas Audit

Olofsson Marcus, Bobby Puttonen (2011 : 14) mengemukakan bahwa :

“Something new, surprisingly, will be commonplace by the presence

kontuinitas and experience, for example when we study the cycling did

not realize that we are already good at. It is often realized new task

would be a regular with experience.”

Dengan semakin seringnya auditor melaksanakan tugas audit, maka

pengalaman dan pengetahuan akan semakin bertambah, sehingga kepercayaan diri

auditor akan bertambah besar. Artinya pengalaman menghasilkan informasi yang

tersimpan dalam memori. Dengan banyaknya informasi yang dimiliki auditor,

maka auditor dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan percaya diri.

Apabila seorang auditor sering melakukan tugas auditnya maka dia akan

terbiasa dan akan memperoleh lebih banyak pengetahuan. Dengan pengetahuan

yang dimiliki seorang auditor, maka ia akan mampu membuat pertimbangan audit

yang tepat.

c. Pendidikan Berkelanjutan

Dalam standar umum SA seksi 210 tentang pelatihan dan keahlian Auditor

Independen yang terdiri atas paragraph 03-05, menyebutkan secara jelas tentang

keahlian auditor disebutkan dalam paragraf pertama sebagai berikut “Audit harus

dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan yang

cukup sebagai auditor” (SPAP, 2001). Standar Umum pertama tersebut

menegaskan bahwa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan untuk

melaksanakan audit adalah harus memiliki pendidikan serta pengalaman yang

memadai dalam bidang auditing.

Page 19: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

29

Sebagaimana yang telah diatur dalam paragraf ketiga SA seksi 210 tentang

pelatihan dan keahlian independen disebutkan:

“Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyatan

pendapatan, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang yang ahli

dalam bidang akuntan dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut

dimulai dengan pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalaman-

pengalaman selanjutnya dalam praktik audit……..(SPAP, 2001).”

Dalam Peraturan Menteri Keuangan (SK MenKeu No.17/PMK.01/2008)

tentang jasa Akuntan Publik menyebutkan bahwa :

Pasal 5 poin b :

“Seorang akuntan publik harus memiliki Sertifikat Tanda Lulus Ujian

Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) yang diselenggarakan oleh IAPI”.

Pasal 5 poin c :

“Dalam hal tanggal kelulusan USAP sebagaimana dimaksud pada poin b

telah melewati masa 2 (dua) tahun, maka wajib menyerahkan bukti telah

mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60

(enam puluh) Satuan Kredit PPL (SKP) dalam 2 (dua) tahun terakhir”.

Para pemeriksa berkewajiban meneruskan pendidikannya dengan tujuan

meningkatkan keahliannya. Mereka harus berusaha memperoleh informasi tentang

kemajuan dan perkembangan baru dalam standar, prosedur, dan teknik-teknik

audit. Pendidikan lebih lanjut dapat diperoleh melalui keanggotaan dan partisipasi

dalam perkumpulan profesi, kehadiran dalam berbagai konferensi, seminar kursus

yang diadakan oleh suatu universitas, program pelatihan yang dilaksanakan oleh

organisasi (in-house training programs) dan partisipasi dalam proyek penelitian

Tugiman (1997 : 31)

Page 20: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

30

2.6 Pertimbangan Audit (Audit Judgment)

2.6.1 Definisi Pertimbangan Audit ( Audit Judgement)

Pengertian Judgement menurut Bonner, et al (1990 : 13) adalah :

“The term judgement typically refers to forming an idea, opinion, or

estimate about an object, an efent a state or another type of phenomenon.

Judgement tend to take the form of predictions about the future or an

evaluation of a current state of affairs”

Kutipan tersebut menyatakan bahwa judgement mengacu pada

pembentukan ide, pendapat, atau pemikiran tentang objek, peristiwa, keadaan atau

jenis dari fenomena. Judgement cenderung mengambil prediksi tentang peristiwa

masa depan atau evaluasi dari situasi saat ini.

Judgement merupakan suatu kegiatan yang selalu dibutuhkan oleh auditor

dalam melaksanakan audit laporan keuangan dari suatu entitas. Penilaian

profesional mencerminkan pada semua tahap pekerjaan audit, termasuk

perencanaan audit, pengumpulan dan evaluasi bukti audit dan pembentukan opini

audit. Contoh penilaian audit mencakup penentuan materi cut-off point,

identifikasi tujuan audit, dan jenis risiko, dan penentuan pendapat audit yang tepat

(Iskandar, Zuraidah M.H, 2011 : 31)

Menurut Olofsson, Bobby (2011 : 5) audit judgment adalah:

“The application of relevant training, knowledge and experience, within

the context provided by auditing, accounting and ethical standards, in

making informed decisions about the courses of action that are

appropriate in the circumstances of the audit engagement”.

Page 21: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

31

Kutipan diatas menjelaskan bahwa audit judgment merupakan penerapan

pengetahuan dan pengalaman yang relevan, dalam konteks auditing, accounting

dan standard etika, untuk mencapai keputusan yang tepat dalam situasi atau

keadaan selama berlangsungnya penugasan audit.

Judgement merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan

informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilhan untuk

bertindak atau tidak bertindak, penerimaan informasi lebih lanjut. Pertimbangan -

pertimbangan tersebut tidak hanya berpengaruh pada jenis opini yang diberikan

auditor, tetapi juga berpengaruh dalam hal efisiensi pelaksanaan tugas audit

(Hogart, 1992 : 40).

2.6.2 Dimensi Audit Judgement

Berdasarkan tingkatnya, judgement auditor dibedakan menjadi tiga :

1. Judgement auditor mengenai tingkat matrealitas.

Konsep matrealitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual

atau keseluruhan adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan

keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

indonesia, sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak penting.

Matrealitas memberikan suatu pertimbangan penting dalam menentuan

jenis laporan audit mana yang tepat untuk di terbitkan dalam suatu kondisi

tertentu (IAI, 2001 : 312)

Financial Accounting Standart Board (FASB) mendefinisikan

matrealitas sebagai besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi

Page 22: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

32

akuntansi yang dipandang dari keadaan-keadaan yang melingkupinya,

memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang

mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh

penghilangan atau salah saji tersebut. Definisi di atas mengharuskan

auditor untuk mempertimbangkan (1) keadaan-keadaan yang berhubugan

dengan satuan usaha (perusahaan klien), dan (2) informasi yang diperlukan

oleh mereka yang akan mengandalkan pada laporan keuangan yang telah

di audit.

Implementasinya, merupakan suatu judgement yang cukup sulit untuk

memutuskan beberapa matrealitas sebenarnya dalam suatu situasi tertentu.

SPAP SA Seksi 312 menyebutkan bahwa pertimbangan auditor mengenai

tingkat matrealitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi

oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yag memiliki pengetahuan

yang memadai dan yang akan meletakan kepercayaan atas laporan

keuangan.

Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus mempertimbangkan

matrealitas pada dua tingkatan, yaitu laporan keuangan dan tingkat saldo

rekening. Idealnya, menentukan pada awal audit jumlah gabungan dari

salah saji laporan keuangan yang dianggap material. Hal di atas pada

umumnya disebut pertimbangan awal mengenai matrealitas karena

menggunakan unsur judgement profesional dan masih dapat berubah jika

sepanjang audit yang akan dilakukan ditemukan perkembangan baru

2. Judgement auditor mengenai tingkat risiko audit.

Page 23: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

33

Seorang auditor dalam melaksanakan tugas audit, dihadapkan pada resiko

audit yang dihadapinya sehubungan dengan judgement yang

ditetapkannya. Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan

pertimbangannya dalam menentukan tingkat risiko audit yang cukup

rendah dan pertimbangan awal mengenai tingkat matrealitas dengan suatu

cara yang diharapkan, dalam keterbatasan bawaan dalam proses audit,

dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan

memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material (IAI,2001

: 312). Judgement auditor mengenai risiko audit dan matrealitas bersama

dengan hal-hal lain, diperlukan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup

prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.

3. Judgement auditor mengenai going concern.

Kegagalan dalam mendeteksi kemungkinan ketidakmampuan klien untuk

going concern, seperti kasus Enron dan WorldCom, menimbulkan social

cost yang besar bagi auditor karena tingkat kepercayaan masyarakat

menjadi menurun. Statement of audit standars (SAS) no. 59 yang

dikeluarkan oleh American Institute of Certified Public Accountans

(1998), merupakan pernyataan dari badan regulasi audi untuk mereskon

keputusan going concern.

SAS 59 menuntut auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat

keraguan yang substansial pada kemampuan entitas terus berlanjut sebagai

usaha yang going concern untk periode waktu yang layak pada setia

penugasan audit. Secara umum SAS 59 membahas tentang going concern ,

Page 24: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

34

akan tetapi memberikan definisi operasional going concern. Sedangkan

kepuusan going concern merupakan hal yang sulit, sehingga keputusan ini

harus diambil oleh auditor yang memiliki keahlian yang memadai. Dengan

kata lain keputusan audior mengenai going concern membutuhkan

judgmenet auditor yang berpengalaman

SAS 59 menuntut auditor untuk memperhatikan rencana, strategi, dan

kemampuan manajemen klien untuk mengatasi kesulitan keuangan bisnis.

Auditor juga harus menilai keadaan dan kejadian lain dalam organisasi

klien, dan juga berkaitan dengan perusaaan, perusahaan lain dalam sektor

industri yang sama dan keadaan ekonomi secara umum. Auditor harus

memonitor semua kejadian yang mempengaruhi keadaan keuangan klien,

bahkan sebelum terdapat tingkat kesulitan yang signifikan pada keuangan

klien.

Auditor harus memperhatikan semua faktor yang terkait dengan entitas

pada saat akan mengambil keputusan tentang going concern. Evaluasi

kritis ini penting untuk memungkinkan auditor membuat penilaian yang

akurat tentang kemampuan klien mempertahankan operasinya. Jika auditor

mempunyai kesimpulan terhadap keraguan yang substansial tentang

kelangsungan hidup suatu entitas, SAS 59 meminta auditor untuk

mempertimbangkan pengaruhnya terhadap laporan keuangan dan apakah

pengungkapan going concern tersebut sudah mencakupi.

Page 25: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

35

Page 26: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

36

Page 27: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

37

Page 28: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

38

Page 29: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

39

Page 30: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

40

Page 31: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

41

2.8 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Mengaudit suatu laporan keuangan adalah tugas seorang auditor . Dalam hal

ini seorang auditor, dituntut untuk melakukan tugasnya dengan baik untuk

memperoleh kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Pada saat

memberikan penilaian atau judgment, auditor dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor tersebut antara lain adalah profesionalisme, kompleksitas tugas, dan

pengalaman auditor. Auditor tersebut dituntut untuk melaksanakan tugasnya

dengan baik, sesuai dengan standar profesional.

Gambar 2.2

Paradigma Pemikiran

Hipotesis Penelitian

Hubungan Profesionalisme dengan Audit Judgement

Profesionalisme menjadi aspek penting terkait dengan integritas profesi

seseorang. Menurut Ollofson dan Bobby, (2011:4) ,

“Professional judgement is necessary to provide a correct audit process.

Interpretations of ethical requirements and informed decisions must be

made during the audit process. Those interpretations and decisions cannot

be made without relevant knowledge and experience of the facts and

circumstances. Professional judgement is expected from auditors with

high training, knowledge and experience which means that he or she has

the competence to achieve reasonable judgement”.

Profesionalisme

Kompleksitas Tugas

Pengalaman Auditor

Audit Judgement

Page 32: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

42

Dijelaskan bahwa professional judgement diperlukan untuk memberikan

proses audit yang benar. Interpretasi persyaratan etis dan keputusan harus dibuat

selama proses audit. Mereka interpretasi dan keputusan tidak dapat dibuat tanpa

pengetahuan dan pengalaman fakta dan keadaan yang relevan. Pertimbangan

profesional yang diharapkan dari auditor dengan pelatihan yang tinggi,

pengetahuan dan pengalaman yang berarti bahwa ia memiliki kompetensi

sehingga mencapai penilaian yang wajar.

Menurut Kalbers & Timothy J.Fogarty (1995 : 69), menyatakan bahwa

pekerjaan dapat disebut sebagai profesi jika memiliki kriteria:

“(1) giving certain services, (2) It needs certain knowledge, (3) this

knowledge must be gained by a long life education process designed for

the job, (4) has an autonomy to run the job, (5) the employee possess a

professional responsibility, (6) service quality must be more emphasized

then the benefits, (7) there is a control for in and out from its profession,

and (8) having an etical code profession (8). Professions are established

primarily to serve society”.

Dalam kutipan diatas dijelaskan bahwa pekerjaan dapat disebut sebagai

profesi jika memberikan layanan tertentu, memiliki pengetahuan tertentu,

pengetahuan ini harus diperoleh dari proses pendidikan seumur hidup panjang

yang dirancang untuk pekerjaan itu, memiliki otonomi untuk menjalankan

pekerjaan, memiliki tanggung jawab profesional, kualitas pelayanan harus lebih

ditekankan maka manfaat, ada kontrol untuk masuk dan keluar dari profesinya,

memiliki etika kode profesi dan, profesi yang didirikan terutama untuk melayani

masyarakat.

Seorang akuntan publik tentu akan menghadapi banyak situasi selama

keterlibatan dengan klien. Scutellaro (2013 : 14) menyatakan bahwa,

Page 33: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

43

“The judgment becomes a very important thing that will be faced by a

certified public accountant in her professional life as integrity,

professionalism demonstratred explaining the main principles of a

certified public accountant”.

Jadi, judgement menjadi hal yang sangat penting yang akan dihadapi oleh

akuntan publik dalam kehidupan profesional integritasnya, profesionalisme yang

ditunjukkan melalui judgement merupakan unsur utama dari akuntan publik.

profesional judgement merupakan aspek yang semakin penting dari fungsi auditor

dalam melaksanakan tugas dalam memberikan penilaian/pertimbangan.

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (230.1) dalam pelaksanaan

audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran

profesionalnya dengan cermat dan seksama. Pertimbangan dengan menggunakan

kemahiran profesional diperlukan dalam menafsirkan hasil pengujian audit dan

penilaian bukti audit. Meskipun dengan bermaksud baik dan integritas kesalahan

dan kekeliruan dalam pertimbangan dapat terjadi. Auditor menggunakan

pertimbangan profesional nya dalam mengevaluasi kewajaran estimasi akuntansi

berdasarkan informasi yang dapat di harapkan masuk akal yang tersedia sebelum

penyelesaian pekerjaan lapangan.

Dalam penelitian (Ollofson dan Bobby, 2011 : 7) menjelaskan,

“An auditor who experience conflict between organizational values and

professionalism will have a tendency to have a deviant behavior during

the audit assignment. Deviant behavior that would have a tendency to

influence professional judgment to be made to deviate from the standards

also applies”.

Page 34: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

44

Auditor yang mengalami konflik antara nilai-nilai organisasi dan

profesionalisme akan memiliki kecenderungan untuk memiliki perilaku

menyimpang selama penugasan audit. Perilaku menyimpang yang akan

kecenderungan untuk mempengaruhi pertimbangan profesional dan menyimpang

dari standar juga berlaku.

Menurut Beck and wu (2006 : 9) menjelaskan bahwa,

“An auditor must have the ability to apply professional judgment

appropriate to the financial statements made by the client based on the

applicable accounting standards, there is the influence of organizational-

professional conflict and professional judgment (professional judgment).

professional attitude can be reflected by the accuracy of the auditor in

making judgments in the audit assignment”.

Seorang auditor harus memiliki kemampuan untuk menerapkan

pertimbangan profesional yang memadai terhadap laporan keuangan yang dibuat

oleh klien berdasarkan standar akuntansi yang berlaku, terdapat adanya pengaruh

antara konflik organisasi-profesional dan penilaian profesional. Sikap

profesionalisme dapat dicerminkan oleh ketepatan auditor dalam membuat

judgement dalam penugasan auditnya.

Hubungan Kompleksitas Tugas dengan Audit Judgement

Dalam kasus lingkungan audit, penting untuk mempelajari kompleksitas

tugas karena kompleksitas tugas dapat berdampak pada kinerja seorang auditor

dalam melakukan audit judgment.

Page 35: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

45

Secara singkat Chen, G., Casper, W. J. and Cortina, J. M. (2001 : 219)

menjelaskan bahwa,

“Task complexity refers to the number of different attributes in a task and

the relationships among these attributes. Relative to simple tasks, complex

tasks require more personal resources (e.g., attentional resources,

information-processing capacity, effort, and persistence) to be expanded

in performing”.

Kompleksitas tugas mengacu pada jumlah atribut yang berbeda dalam

tugas dan hubungan antara atribut tersebut. Sehubungan dengan tugas-tugas

sederhana, tugas-tugas kompleks membutuhkan banyak sumber daya pribadi

misalnya, sumber daya atensi, kapasitas pengolahan informasi, usaha, dan

ketekunan ntuk diperluas dalam melakukan tugas mereka.

Selain itu dalam penelitian Yeo dan Neal (2004 : 239) menyatakan

bahwa,

“As task complexity increases and exceeds a person's available resources,

performance should declin”.

Ketika kompleksitas tugas meningkat dan melebihi sumber daya seseorang

yang tersedia, kinerja akan menurun.

Dalam Sanusi Iskandar (2007 : 125) menjelaskan bahwa,

“A complex task may trigger apprehensions of failure and lower their

beliefs in their ability to accomplish the task. The lower these selfefficacy

beliefs, the lower the effort and persistence and, hence, performance”.

Page 36: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

46

Tugas yang kompleks dapat memicu kekhawatiran kegagalan dan

keyakinan dalam kemampuan mereka untuk menyelesaikan tugas. Semakin

rendah ini keyakinan dalam menyelesaikan tugas, semakin rendah usaha,

ketekunan dan, kinerjanya.

Audit pekerjaan seorang auditor sering dievaluasi berdasarkan kinerja

penilaiannya. Kinerja penilaian (judgement) auditor dapat bervariasi dalam

kaitannya dengan kompleksitas tugas audit, yang bisa berkisar dari yang

sederhana dan rutin yang ekstrim.

Dalam penelitian Bonner S. E (1994 : 218),

“Task complexity increases, people use easier, non-compensatory

strategies that lead to lower quality judgments and decisions”.

Ketika kompleksitas tugas meningkat, seseorang akan melakukan

penilaian (judgement) dan keputusan pada kualitas yang rendah sehingga

kompleksitas tugas yang tinggi dapat merusak judgment yang dibuat oleh auditor.

Hubungan Pengalaman Auditor dengan Audit Judgement

Kompetensi tekhnis berupa pengalaman auditor merupakan kemampuan

individu dan dianggap menjadi faktor penting dalam mengambil judgment.

Berdasarkan jenis audit, pengetahuan dan pengalaman akan membantu dalam

pengambilan keputusan Pengalaman juga dapat diukur dengan rentang waku yang

telah digunakan terhadap suatu perkerjaan atau tugas.

Libby dan Frederick (1990: 350) menyatakan,

“If the auditor is more experienced then the interpretation produced by

the auditor will variety in determining audit results. The auditor can

Page 37: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

47

produce various kinds of expectations in explaining the findings of the

audit. Someone with more experience stored in memory can easily develop

a good understanding of the events”.

Apabila auditor lebih berpengalaman maka interpretasi yang dihasilkan

oleh auditor akan beragam dalam meneatapkan hasil audit. Auditor dapat

menghasilkan berbagai macam ekspektasi dalam menjelaskan temuan audit.

Seseorang dengan pengalaman lebih yang tersimpan dalam ingatannya dapat

dengan mudah mengembangkan pemahaman yang baik tentang peristiwa yang di

hadapinya.

Dalam sebuah panduan internasional untuk, auditor, regulator dan

pembuat standar yang dibuat oleh Institute of Chartered Accountants of

Scotland (ICAS) (2012 : 4) menyatakan,

“accountants need to be questioning and capable of exercising

professional judgement. Education, culture and experience of principles-

based accounting and of making judgements varies from country to

country and individual to individual”.

Akuntan perlu bertanya dan mampu melakukan penilaian profesional.

Pendidikan, budaya dan pengalaman akuntansi berbasis prinsip dan pertimbangan

dapat bervariasi dari satu negara ke negara dan individu ke individu.

Menurut Gaballa dan zhou Ning (2010 : 169) melihat bahwa,

“Professional experience reflects possession of the auditor to the structure

of developed knowledge includes general knowledge, which is the facts,

theories and definitions which are mentioned in the books, magazines, and

special knowledge and represented in the knowledge related to the

completion of some tasks, these two types of knowledge are the basic

interpreter for the quality of personal rule of the expert auditors , and is

correlated to a large extent with the scope of the efficiency of memory and

the personal attributes and beliefs affect the test and modernize the

knowledge infrastructure, and the pace of increase in building good

attitudes and having prior knowledge about them”.

Page 38: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

48

Pengalaman profesional mencerminkan penguasaan auditor dengan

struktur pengetahuan yang dikembangkan meliputi pengetahuan umum, yang

merupakan fakta, teori dan definisi yang disebutkan dalam buku-buku, majalah,

dan pengetahuan khusus dan diwakili dalam pengetahuan yang berkaitan dengan

penyelesaian beberapa tugas, ada dua jenis pengetahuan yaitu interpreter basic

untuk kualitas aturan pribadi dari auditor ahli, dan berkorelasi untuk sebagian

besar dengan lingkup efisiensi memori dan atribut pribadi dan keyakinan

mempengaruhi pengujian dan memodernisasi infrastruktur pengetahuan, dan laju

peningkatan dalam membangun sikap yang baik dan memiliki pengetahuan

sebelumnya tentang mereka.

Penilaian profesional mencerminkan penilaian kolektif pada semua tahap

pekerjaan audit, termasuk perencanaan audit, pengumpulan dan evaluasi bukti

audit dan pembentukan opini audit. Contoh penilaian audit yang mencakup

penentuan materi poin cut-off, identifikasi tujuan audit, penilaian dari sumber dan

jenis risiko, dan penentuan pendapat audit yang tepat. Penilaian Audit memainkan

peran kunci dalam audit Iskandar, Zuraidah M.H (2011 : 31). Seseorang yang

memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan

dalam pengalaman audit sehingga dapat membantu auditor dalam membuat

penilaian (judgement).

Hubungan Profesionalisme, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor

Dengan Audit Judgement

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi auditor dalam pembuatan

audit judgment, baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Secara teknis, faktor

Page 39: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

49

profesionalisme, kompleksitas tugas serta pengalaman saat melakukan

pemeriksaan dapat mempengaruhi judgment auditor.

Sikap profesionalisme auditor dapat dicerminkan oleh ketepatan auditor

dalam membuat judgement dalam penugasan auditnya. Dalam Standar

Pekerjaan Lapangan No.1 telah disebutkan bahwa pekerjaan harus direncanakan

sebaik baiknya. Dimana pekerjaan audit yang dilaksanakan baik dalam tahap

perencanaan maupun dalam tahap suvervisi harus melibatkan professional

judgement. Ini mengharuskan para auditor untuk senantiasa menggunakan

profesional judgement mereka dalam segala proses audit.

Menurut Pertimbangan profesional adalah proses yang digunakan untuk

mencapai kesimpulan yang beralasan bahwa berdasarkan fakta-fakta yang relevan

dan kondisi yang tersedia pada saat kesimpulan. Sebuah bagian penting dari

proses ini adalah keterlibatan individu dengan pengetahuan dan pengalaman yang

cukup. Pertimbangan profesional melibatkan identifikasi, tanpa bias, alternatif

yang masuk akal, karena itu, pertimbangan cermat dan obyektif informasi yang

mungkin tampak bertentangan dengan kesimpulan adalah kunci untuk

penerapannya (Guy Moore, 2009 : 2).

Hasil penelitian Chung dan Monroe (2001 : 120) bahwa kompleksitas

tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgement yang diambil auditor. Hal

senada juga ditujukkan dalam penelitian yang dilakukan Abdolmohammadi dan

Wright (1986 : 6) mengatakan bahwa terdapat perbedaan judgement yang diambil

auditor pada kompleksitas tinggi dan kompleksitas rendah.

Page 40: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

50

Menurut Bonner S. E, (1994 : 221), menjelaskan bahwa,

“In performing a complex task, an effort can not directly or strong effect on

performance. The auditor also should improve their competence is to

increase skills and experience of the audit. The auditor must have

knowledge auditing, knowledge of auditing and accounting as well as

industry audited entity”.

Dalam melaksanakan suatu tugas yang kompleks, usaha tidak dapat secara

langsung atau kuat berpengaruh pada kinerja. Auditor juga harus meningkatkan

kompetensinya yaitu dengan menambah keahlian dan pengalaman auditnya.

Auditor harus memiliki pengetahuan pengauditan (umum dan khusus),

pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi serta memahami industri

entitas yang diperiksa.

Menurut pandangan Gaballa dan zhou Ning, (2010 : 169) menjelaskan,

“Professional experience is a strength that can be obtained by practice from

time to time from past experience and immediate feedback and the common

knowledge that leads to complete tasks with high quality”.

Pengalaman profesional adalah kekuatan yang dapat diperoleh dengan

praktek dari waktu ke waktu dari pengalaman masa lalu dan umpan balik

langsung dan pengetahuan umum yang mengarah untuk menyelesaikan tugas

dengan kualitas tinggi

Dalam pandangan dari Abdolmohammadi dan Wright, (1987 : 10)

menjelaskan bahwa,

“An experienced auditor the ability to predict an event would be better.

Experienced auditors usually easier smelled a fraud happened. Experience

Page 41: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

51

ever passed by an auditor in performing audit tasks give lessons to the

auditors in making judgment” .

Seorang auditor yang berpengalaman maka kemampuannya untuk

memprediksi suatu kejadian pun akan lebih baik. Auditor yang berpengelaman

biasanya lebih mudah mencium adanya kecurangan terjadi. Pengalaman yang

pernah dilalui oleh seorang auditor dalam melakukan tugas auditnya memberikan

pelajaran kepada auditor tersebut dalam melakukan judgment.

Berdasarkan model penelitian diatas, hipotesis penelitiannya adalah sebagai

berikut :

H1 : Profesionalisme Auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Audit

Judgement

H2 : Kompleksitas Tugas Auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Audit Judgement

H3 : Pengalaman Auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Audit

Judgement

H4:Profesionalisme, Kompleksitas Tugas, Pengalaman Auditor memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Audit Judgement