bab ii tinjauan teori a. tinjauan teori 1....
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Kontrasepsi
a. Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang artinya mencegah
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan dengan cara mengusahakan agar tidak
terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma, (Wikjosastro, 2002).
b. Tujuan Kontrasepsi
1. Untuk menunda kehamilan atau kesuburan
2. Untuk menjarangkan kehamilan
3. Untuk mencegah kehamilan dan kesuburan
c. Syarat Kontrasepsi
Syarat-syarat kontrasepsi menurut Hartanto (2003, p. 36-37)
antara lain adalah aman atau tidak berbahaya, dapat diandalkan,
sederhana, dan dapat diterima oleh banyak orang.
d. Sasaran Kontrasepsi
1. Pasangan usia subur dan ibu yang sudah mempunyai anak
2. Ibu yang mempunyai resiko tinggi terhadap kehamilan
8
e. Macam-macam Kontrasepsi
Menurut Hartanto (2001, p. 42-45) macam kontrasepsi adalah
sebagai berikut :
A. Metode Sederhana
Tanpa Alat
a. KB Alamiah terdiri dari metode kalender (ogino
knaus), metode suhu badan basal (termal), metode
lendir serviks (billings), dan metode Simpto-Termal.
b. Coitus Interuptus
Dengan Alat
a. Mekanis (barrier) yang terdiri dari kondom pria, barrier
intra vaginal (diafragma, kap serviks, spons, kondom
wanita).
b. Kimiawi (spermisida) antara lain vaginal cream dan
vaginal suppositoria.
B. Metode modern
Kontrasepsi hormonal (pil oral, injeksi, implant)
IUD
Kontrasepsi mantap (MOW dan MOP)
9
2. Pil
Perubahan kontrasepsi hormonal pil telah mengalami
penelitian panjang, sehingga sebagian besar wanita dapat menerima tanpa
kesulitan. Berbagai pabrik farmasi telah memasarkan pil KB dengan
kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat memilih sesuai keberadaan
wanita itu. Pada setiap pil terdapat perbandingan kekuatan progesteron
(lebih progeste estrogen) atau progesterogenik (progeste progesterone),
(Manuaba, 1998).
1. Pil Oral Kombinasi
a. Pengertian
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon
sintesis estrogen dan progesteron.
b. Jenis
1. Monofasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin, dalam dosis
yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif ; jumlah dan
porsi hormonnya konstan setiap hari.
2. Bifasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin, dengan dua
dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif ; dosis hormon
bervariasi setiap hari.
10
3. Trifasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin, dengan tiga
dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif ; dosis hormon
bervariasi setiap hari.
c. Cara Kerja
1. Menekan ovulasi
2. Mencegah implantasi.
3. Mengentalkan lendir serviks.
4. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan
terganggu.
d. Efektifitas
Efektifitas tinggi, 1 kehamilan/1000 perempuan dalam tahun
pertama penggunaan.
e. Keuntungan
1. Tidak mengganggu hubungan seksual.
2. Siklus haid menjadi teratur.
3. Dapat digunakan sebagai metode jangka panjang.
4. Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause.
5. Mudah dihentikan setiap saat.
6. Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
7. Membantu mencegah ; kehamilan ektopik, kanker ovarium,
kanker endometrium, kista ovarium.
11
f. Kekurangan
1. Mahal dan membosankan karena digunakan setiap hari.
2. Mual, 3 bulan pertama.
3. Perdarahan bercak atau perdarahan, pada 3 bulan pertama.
4. Pusing.
5. Nyeri payudara.
6. Kenaikan berat badan.
7. Tidak mencegah PMS.
8. Tidak boleh untuk ibu yang menyusui.
9. Dapat meningkatkan tekanan darah sehingga resiko stroke.
g. Indikasi / yang boleh menggunakan pil seperti :
1. Usia reproduksi
2. Telah memilki anak ataupun belum
3. Gemuk atau kurus
4. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
5. Pasca keguguran.
6. Anemia karena haid berlebihan
7. Riwayat kehamilan ektopik.
8. Siklus haid tidak teratur.
9. Kelainan payudara jinak.
10. Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah,
mata, dan syaraf.
12
h. Kontra indikasi / yang tidak boleh menggunakan pil seperti :
1. Absolut
a. Trombophlebitis, serebro vaskuler ( pernah dan sedang ).
b. Jantung iskemik / arteri koroner.
c. Karsinoma payudara.
d. Kehamilan
e. Tumor hepar, ikterus / hepatitis.
f. Perdarahan abnormal dari genetalia tanpa sebab.
g. Neoplasma, hiperlipidemia
2. Relatif kuat
a. Sakit kepala hebat ( migraine ).
b. Hipertensi.
c. Diabetes mellitus.
d. Penyakit kantong empedu yang aktif.
e. Rencana operasi besar elektif dalam 4 minggu yang akan
datang / memerlukan immobilisasi.
f. Umur > 40 tahun disertai riwayat kardiovaskuler.
g. Umur 35 tahun perokok berat ( > 15 batang / hari ).
h. Myoma uteri.
i. Epilepsi.
13
i. Cara Penggunaan
1. Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik dalam waktu
yang sama.
2. Pil pertama dimulai hari pertama siklus haid.
3. Bila paket 28 pil habis mulai minum dari paket yang baru.
Paket 21 pil habis sebaiknya tunggu 1 minggu baru minum pil
dari paket yang baru.
4. Bila muntah dalam waktu 2 jam, minum pil lain. Atau gunakan
kontrasepsi lain.
5. Pil oral bukan barier mekanis terhadap penularan PHS dan
tidak melindungi akseptor terhadap virus HIV.
6. Bila lupa minum 1 pil setelah ingat segera minum pil yang lupa
dan minumlah pil untuk hari ini seperti biasa.
7. Bila lupa 2 pil setelah ingat segera minum 2 pil hari itu dan 2
pil lagi hari berikutnya, dampaknya spotting lebih besar,
gunakan kondom / abstinens sampai terjadi haid.
8. Lupa minum 3 pil berturut-turut / lebih hentikan pemakaian,
gunakan metode lain bila ingin menggunakan pil lagi, tunggu
menstruasi dan gunakan dari kemasan yang baru.
9. Waktu mulai minum pil :
a. Setiap saat asalkan ibu tidak hamil.
b. Hari pertama – hari ke-7 siklus haid.
14
c. Boleh menggunakan pada hari ke-8, perlu menggunakan
metode kontrasepsi yang lain sampai hari ke-14 atau tidak
melakukan hubungan seksual.
d. Setelah melahirkan : setelah 6 bulan pemberian ASI
ekslusif, setelah 3 bulan dan tidak menyusui, pasca
keguguran.
e. Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin
menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera
diberikan tanpa perlu menunggu haid.
j. Efek samping dan Penanganannya
1. Amenorhoe
Penanganan :
Periksa dalam atau tes kehamilan, bila tidak hamil dan
minum pil dengan benar, tenanglah. Berilah konseling bahwa
tidak datang haid kemungkinan besar karena kurang
adekuatnya efek estrogen terhadap endometrium. Tidak perlu
pengobatan khusus, coba berikan pil dengan dosis estrogen 50
ig, atau dosis estrogen tetap, tetapi dosis progestin dikurangi.
Bila klien hamil intra uterin, hentikan pil, dan yakinkan pasien,
bahwa pil yang diminumnya tidak punya efek pada janin.
15
2. Mual, pusing atau muntah
Penanganan :
Lakukan tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologik.
Bila tidak hamil, sarankan minum pil saat makan malam, atau
sebelum tidur.
3. Perdarahan pervaginam
Penanganan :
Tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologik. Sarankan
minum pil pada waktu yang sama. Jelaskan bahwa perdarahan /
spotting hal yang biasa terjadi pada 3 bulan pertama. Bila
perdarahan / spotting tetap terjadi, ganti pil dengan dosis
estrogen lebih tinggi ( 50 ig ) sampai perdarahan teratasi, lalu
kembali ke dosis awal. Bila perdarahan timbul lagi, lanjutkan
lagi dengan dosis 50 ig, atau ganti dengan metode kontrasepsi
yang lain.
2. Pil Progestin
a. Pengertian
Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon
sintesis progesteron.
b. Jenis
Kemasan dengan isi 35 pil : 300 ig levonorgestrel atau 350 ig
noretindron.
16
Kemasan dengan isi 28 pil : 75 ig norgestrel.
c. Cara Kerja
1. Menghambat ovulasi
2. Mencegah implantasi
3. Memperlambat transport gamet / ovum
4. Luteolysis
5. Mengentalkan lendir serviks
d. Efektifitas
Sangat efektif 98,5% pengguna jangan sampai lupa 1 atau 2
pil, jangan sampai muntah, diare, karena kemungkinan terjadinya
kehamilan sangat besar.
e. Keuntungan
1. Keuntungan kontraseptif
a. Sangat efektif bila digunakan secara benar.
b. Tidak mengganggu hubungan seksual.
c. Tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI.
d. Segera bisa kembali ke kondisi kesuburan bila dihentikan.
e. Tidak mengganggu estrogen.
2. Keuntungan non kontraseptif
a. Bisa mengurangi kram haid.
b. Bisa mengurangi perdarahan haid.
c. Bisa memperbaiki kondisi anemia.
17
d. Memberi perlindungan terhadap kanker endometrial.
e. Mengurangi keganasan penyakit payudara.
f. Mengurangi kehamilan ektopik.
g. Memberi perlindungan terhadap beberapa penyebab PID.
f. Kerugian / kekurangan
a. Menyebabkan perdarahan dalam pola perdarahan haid.
b. Sedikit pertambahan atau pengurangan berat badan bisa terjadi.
c. Bergantung pada pemakai (memerlukan motivasi terus menerus
dan pemakaian setiap hari).
d. Harus dimakan pada waktu yang sama setiap hari.
e. Kebiasaan lupa akan menyebabkan kegagalan metoda.
f. Pasokan ulang harus selalu tersedia.
g. Berinteraksi dengan obat lain, contoh : obat-obatan epilepsy dan
tuberculosa.
g. Indikasi
a. Tekanan darah tinggi < 180/110, masalah pembekuan darah atau
penyakit sel silikel.
b. Dengan nyeri haid tingkat sedang sampai berat.
c. Perokok ( semua usia, seberapapun ).
d. Yang lebih menyukai tidak atau tidak boleh menggunakan
estrogen.
18
e. Yang menginginkan kontrasepsi progestin-only, tetapi tidak mau
injeksi atau susuk.
h. Kontra indikasi
a. Hamil diduga hamil.
b. Perdarahan pervaginam.
c. Menggunakan obat tuberculosis dan obat epilepsy.
d. Kanker payudara.
e. Miom uterus.
f. Riwayat stroke.
i. Cara Penggunaan
1. Minumlah pil pertama pada hari yang pertama masa haid.
2. Jika anda memulai minum pil oral progestin setelah hari pertama
masa haid, tetapi sebelum hari ke-7, gunakan metode penunjang
untuk 48 jam berikutnya.
3. Habiskanlah semua pil dalam kemasan tersebut. Mulai dengan
kemasan baru lagi pada hari setelah minum pil terakhir dari
kemasan terdahulu.
4. Apabila muntah dalam waktu 30 menit setelah minum pil,
minumlah satu lagi atau gunakan metode penunjang jika akan
berhubungan seks selama 48 jam berikutnya
19
5. Jika lupa minum 1 pil atau lebih, maka harus segera minum pil
berikutnya bila ingat. Gunakan metode penunjang apabila akan
berhubungan seks selama 48 iam.
6. Apabila tidak mengalami haid sebanyak dua kali atau lebih, maka
harus pergi ke klinik untuk memeriksakan apakah hamil. Jangan
berhenti minum pil kecuali jika sudah tahu bahwa anda sudah
hamil.
7. Waktu minum pil :
a. Setiap saat anda merasa yakin klien tidak sedang hamil.
b. Hari pertama sampai hari ke-5 siklus menstruasi.
c. Bila menggunakan setelah hari ke-5, gunakan metode
kontrasepsi lain untuk 2 hari, atau tidak melakukan hubungan
seksual selama 2 hari.
d. Postpartum : 6 minggu dan 6 bulan.
e. Pasca aborsi
f. Ganti cara
j. Efek samping dan Penanganannya
1. Amenorea
Singkirkan kehamilan jika hamil lakukan konseling-konseling.
Bila tidak hamil, sampaikan bahwa darah tidak berkumpul di
rahim.
20
2. Spotting
Jelaskan bahwa spotting adalah hal yang biasa tapi juga bisa
berlanjut, jika berlanjut maka anjurkan ganti cara.
3. Perubahan berat badan
Informasikan bahwa perubahan berat badan sebanyak 1-2 kg
dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan
mencolok / berlebihan hentikan pemakaian dan anjurkan metode
kontrasepsi yang lain.
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan
Menurut Lawrence Green (1980 dalam Notoatmodjo 2003), perlaku
kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu :
a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah dan
mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah ilmu pengetahuan, sikap, nilai-nilai budaya,
kepercayaan dari orang tersebut tentang dan terhadap perilaku tertentu,
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan status
ekonomi.
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pengetahuan
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu
21
yang berkenaan dengan hal. Sedangkan Notoatmodjo (2003)
mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari tahu setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu
melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan
perabaan. Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan
informasi yang diperbarui yang didapat dari proses belajar selama
hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat
penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri atau lingkungannya.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup
dalam domain mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui,
dan dapat menginteraksi materi tersebut secara benar.
22
Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi
atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lalu.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
suatu materi atau suatu obyek kedalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
23
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan criteria-kriteria yang
telah ada.
c. Fakor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut:
a. Faktor internal
1. Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan
indera seseorang.
2. Rohani
Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan
psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi efektif
serta kognitif individu.
b. Faktor eksternal
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang
24
lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan
berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan
mereka peroleh dari gagasan tersebut.
2. Paparan Media Massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun
elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh
masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering
terpapar media massa (tv, radio, majalah, pamphlet, dan
lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar
informasi media. Hal ini berarti paparan media massa
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki
seseorang.
3. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer)
maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status
ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi
dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih
rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk
kebutuhan sekunder.
25
4. Hubungan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam
kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang
lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu
akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor
hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan
individu sebagai komunikan untuk menerima pesan
menurut model komunikasi media.
5. Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal
dapat diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam
proses perkembangannya, misalnya seseorang
mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti
seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas
pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan
tersebut, informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non
ilmiah) dan cara modern (ilmiah).
26
a. Cara tradisional (non ilmiah)
Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan
sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode
penemuan secara sistematis dan logis. Cara penentuan
pengetahuan secara tradisional antara lain :
1. Coba-coba dan salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya
peradaban. Cara ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba
dengan kemungkinan yang lain.
2. Cara kekuatan (otoritas)
Prinsip dalam cara ini adalah orang lain
menerima pendapat yang diketemukan oleh orang yang
mempunyai aktivitas tanpa menguji atau membuktikan
kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris
atau berdasarkan penalaran sendiri.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan
atau merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
27
memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu.
Pengalaman pribadi dapat menuntun kembali seseorang
untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan
benar diperlukan berpikir kritis dan logis.
4. Melalui jalan pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan,
manusia telah menggunakan jalan pikirannya secara
induksi dan deduksi.
b. Cara Modern (ilmiah)
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan
pada saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam
memperoleh kesimpulan dilakukan dengan jalan
mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan
terhadap semua fakta sebelumnya dengan objek penelitian,
(Notoatmodjo, 2003).
e. Sumber Pengetahuan
Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang
biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya
media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Sumber
pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat
28
baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan, dan sebagainya, (Notoatmodjo, 2005).
f. Pengukuran Pengetahuan
Cara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan
alat bantu kuesioner dengan cara menilainya dengan
dikategorikan baik, cukup, dan kurang. Pengetahuan
dinyatakan baik bila 76-100 % pertanyaan dijawab benar,
cukup bila 56-75 % pertanyaan dijawab benar, dan kurang bila
pertanyaan dijawab benar < 56 %, (Arikunto, 2003).
b. Faktor Pendukung (Enabling Factors)
Faktor pendukung adalah faktor yang mendukung untuk
terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber
daya kesehatan, prioritas dan komitmen pemerintah terhadap
kesehatan dan keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan.
c. Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)
Faktor pendorong atau penguat adalah faktor yang memperkuat
atau kadang memperlunak untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang
termasuk dalam faktor ini adalah pendapat, dukungan suami dan
keluarga. Kritik baik dari teman sekerja, tokoh masyarakat, tokoh
agama dan petugas kesehatan sendiri juga berpengaruh meskipun tidak
sebesar pengaruh dari suami dan keluarga. Menurut Harjanti (1999),
29
orang-orang yang mendapatkan dukungan sosial yang tinggi
mengalami hal-hal positif dalam kehidupannya daripada orang-orang
yang tidak mendapatkan dukungan sosial.
1. Dukungan Suami dan Keluarga
a. Pengertian Dukungan Suami
Dukungan adalah sesuatu yang membantu, mendukung.
Suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang
wanita (istri). Dukungan suami adalah bentuk nyata dari
kepedulian dan tanggung jawab suami dalam penentuan
kontrasepsi istrinya. Persetujuan suami merupakan faktor yang
paling penting dalam menentukan apakah istri akan
menggunakan kontrasepsi pil atau tidak, karena suami
dipandang sebagai pelindung, pencari nafkah rumah tangga
dan pembuat keputusan. Beberapa pria mungkin tidak
menyetujui pasangannya untuk menjadi akseptor pil karena
mereka belum mengetahui dengan jelas cara kerja seperti
menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental
sehingga penetrasi sperma terganggu. Suami mungkin akan
khawatir tentang kesehatan istri. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa suami mempunyai pengaruh besar
terhadap penerimaan kontrasepsi oleh istri. Dalam hal ini
pendapat suami mengenai KB cukup kuat pengaruhnya dalam
30
menentukan penggunaan kontrasepsi untuk istrinya, khususnya
metode kontrasepsi pil. Dukungan suami sangat berpengaruh
terhadap banyak sedikitnya akseptor pil.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan suami
Menurut Bobak (2004, p. 134) faktor-faktor yang
mempengaruhi dukungan suami terhadap penggunaan
kontrasepsi istrinya, yaitu :
1. Pengetahuan tentang kontrasepsi pil
Dengan banyak membaca buku dan tulisan mengenai
kontrasepsi pil, hal-hal yang tidak jelas dan
membingungkan dapat teratasi dan makin mudah bagi
suami untuk turut merasakan yang dialami istri.
Pengetahuan ini juga akan membuat penggunaan
kontrasepsi pil menjadi lebih menarik bagi suami.
Rendahnya partisipasi suami dalam pemilihan
kontrasepsi pil ibu dikarenakan kurang mendapat informasi
yang berkaitan dengan masalah kontrasepsi pil.
2. Pengalaman
Pengalaman seorang suami dari orang lain dalam
penggunaan kontrasepsi pil akan berpengaruh positif
terhadap dukungan yang diberikan kepada istrinya.
31
3. Status perkawinan
Pasangan dengan status perkawinan yang tidak sah
akan berkurang dukungan terhadap pasangannya,
dibanding dengan pasangan yang status perkawinan yang
sah.
4. Status sosial ekonomi
Suami yang mempunyai status sosial ekonomi yang
baik akan lebih mampu berperan dalam memberikan
dukungan pada istrinya.
c. Aspek Dukungan Suami
Dukungan suami sebagai transaksi interpersonal yang
melibatkan satu atau lebih aspek-aspek, berikut ini:
1. Dukungan Informasi
Bantuan informasi dengan membantu individu untuk
menemukan alternatif yang tepat bagi penyelesaian
masalah. Informasi dibutuhkan oleh ibu pengguna alat
kontrasepsi pil mengingat apa yang sedang mereka jalani
adalah hal yang baru dalam hidupnya.
Dukungan informasi dapat berupa saran, nasehat dan
petunjuk dari orang lain, sehingga individu dapat mengatasi
dan memecahkan masalahnya. Disamping itu, dukungan
informasi yang diberikan suami dapat berupa informasi
32
tentang kontrasepsi pil. Suami dapat memberikan bahan
bacaan seperti buku, majalah/tabloid tentang kontrasepsi
pil, (Musbikin, 2008).
2. Dukungan Emosional
Dukungan emosional yaitu sejauh mana individu
merasa orang disekitarnya memberi perhatian, mendorong,
serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi
individu (Bobak, 2004). Perhatian secara emosional yang
berupa kehangatan, kepedulian dan empati yang diberikan
oleh orang lain dapat meyakinkan ibu bahwa dirinya
diperhatikan orang lain.
Perhatian emosional dapat membuat ibu merasa yakin
bahwa dirinya tidak seorang diri melewati masa dalam
penggunaan kontrasepsi.
3. Dukungan Penghargaan
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan
balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah
dan sebagai sumber daya validator identitas anggota.
Dukungan ini berupa penghargaan positif terhadap orang
lain.
Menurut Hartanto (2003), keadaan yang paling ideal
adalah bahwa istri dan suami harus bersama-sama dalam :
33
a. Memilih metode kontrasepsi yang paling baik
b. Saling kerjasama dalam pemakaian kontrasepsi
c. Membiayai pengeluaran untuk kontrasepsi
d. Memperhatikan tanda bahaya pemakaian kontrasepsi
Menurut Victor (Nindra, 2002), manfaat dukungan
keluarga antara lain individu lebih optimis dalam
menghadapi kehidupan saat ini maupun pada masa yang
akan datang, lebih trampil dalam memenuhi kebutuhan
psikologinya, mempunyai sistem yang lebih tinggi serta
tingkat kecemasan yang lebih rendah, mempunyai
kemampuan untuk mengatasi sesuatu, dan mempunyai
semangat hidup sehingga dengan adanya dukungan
keluarga tersebut dapat memberikan semangat bagi ibu-ibu
yang telah menggunakan kontrasepsi.
Dukungan yang dapat diberikan suami antara lain
memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi yang
sesuai dengan keinginan dan kondisi istrinya, membantu
pasangan dalam menggunakan kontrasepsi dengan benar
seperti mengingat istri untuk kontrol, membantu mencari
pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi,
mengantarkan jika akan kontrol atau melakukan rujukan,
34
mencari alternatif lain jika kontrasepsi tersebut tidak
sesuai, (Nurcahya, 2007).
4. Dukungan Instrumental
Bantuan instrumental merupakan bantuan nyata yang
berupa dukungan materi seperti pelayanan, barang-barang
dan finansial. Menurut Musbikin (2008) dukungan suami
dapat berupa dukungan finansial dan menemani saat pergi
untuk mendapatkan pelayanan KB serta membantu
pekerjaan rumah tangga.
Bentuk dukungan ini berupa pemeriksaan kesehatan
secara rutin bagi ibu serta mengurangi atau menghindari
perasaan cemas dan stres.
d. Manfaat Dukungan Suami
Manfaat dukungan suami, yaitu:
1. Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian
diri serta mengurangi stres dan kecemasan selama
menggunakan kontrasepsi pil.
2. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik selama
menggunakan kontrasepsi pil.
35
e. Fungsi Dukungan Suami
Fungsi dukungan suami, yaitu:
1. Dukungan informasi, jika ibu tidak dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi maka dukungan informasi
dilakukan dengan memberi nasehat, saran dan petunjuk-
petunjuk tentang pemecahan masalah yang tiba-tiba
muncul (Bobak, 2004).
2. Dukungan emosional diberikan dengan memberikan
dorongan atau motivasi yang berupa perhatian dan sikap
yang berarti bagi ibu sehingga dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
3. Dukungan penilaian, berupa dukungan harga diri yang
memiliki manfaat memberikan keyakinan kepada ibu.
4. Dukungan instrumental, berupa dukungan nyata yang
bersifat material yang bertujuan untuk meringankan beban
ibu.
4. Karakteristik Responden
Karakteristik adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu
konsep pengertian tertentu.
36
Karakteristik yang dimaksud disini adalah :
a. Faktor Umur / Usia
Usia subur / reproduksi adalah dimana seorang wanita mulai
mendapatkan menstruasi pertama atau sudah terjadi ovulasi sampai
dengan menopause, (PKBI, 2001).
Dalam konsep pemilihan alat kontrasepsi yang rasional pembagian
umurnya adalah :
1. Umur dibawah 20 tahun adalah fase menunda kehamilan.
Kontrasepsi pada fase ini harus mempunyai sifat refersible artinya
bila akseptor lepas dari kontrasepsi, bisa hamil lagi dan efektif
artinya bila sedang dipakai tidak menyebabkan kehamilan.
Prioritas penggunaan alat kontrasepsi ( metode sederhana, KB pil,
suntik KB).
2. Umur 20-30 tahun adalah fase menjarangkan kehamilan.
Syarat kontrasepsi yang diperlukan untuk fase ini adalah :
a. efektifitasnya tinggi
b. reversibilitas juga cukup tinggi yaitu kemampuan
mengembalikan kesuburan juga cukup tinggi.
Prioritas penggunaan alat kontrasepsi :
a. metode kontrasepsi efektif (kecuali kontap)
b. metode sederhana
37
3. Umur lebih dari 30 tahun adalah fase mengakhiri kehamilan.
Syarat kontrasepsi yang diperlukan adalah :
a. metode kontrasepsi efektif (terutama kontap)
b. metode sederhana
Umur reproduksi bagi seorang wanita dimulai sejak 12-45
tahun, sedangkan usia subur pria dimulai antara 12 atau 15 tahuun
hingga tak terbatas, (PKBI, 2001).
b. Paritas
Paritas adalah keadaan kelahiran (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2005). Sedangkan menurut (Siswosudarmo, 2008) paritas adalah
jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau lebih, yang
pernah dilahirkan, hidup, atau mati. Bila berat badan tidak diketahui,
maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan
pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi jenis alat kontrasepsi.
c. Pekerjaan Suami
Pekerjaan adalah suatu yang kegiatan yang dilakukan / dikerjakan
oleh suami untuk mendapatkan nafkah.
38
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Lawrence W. Green, Health Education Planninga Diagnostic
Approach Mayfield Publishing, California, 1980 dalam Notoatmodjo 2003
Keterangan
Cetak Tebal : Diteliti
Tidak Cetak Tebal : Tidak Diteliti
Perilaku Kesehatan
Faktor Predisposisi :
Pengetahuan Sikap
Kepercayaan
Nilai
Faktor Pendukung : Ketersediaan sumber daya
kesehatan
Keterjangkauan sumber daya
kesehatan
Prioritas dan komitmen
pemerintah terhadap kesehatan
Ketrampilan yang berkaitan
dengan kesehatan
Faktor Pendorong :
Dukungan Suami Dukungan Keluarga
Dukungan Tenaga Kesehatan
(Bidan)