bab ii tinjauan teori 2.1 persepsi 2.1.1 definisi persepsi€¦ · 2.1 persepsi . 2.1.1 definisi...

21
15 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi Dalam setiap melakukan suatu tindakan, seorang individu pasti didasari dengan pemikiran. Pemikiran yang dimaksud adalah persepsi seseorang dalam mengamati sesuatu yang di temukan di sekelilingya. Menurut Sunaryo (2004) persepsi adalah suatu proses akhir dari suatu pengamatan yang diawali dengan proses pengindraan, yaitu proses penerimaan stimulus oleh alat indra, setelah itu terdapat perhatian pada individu, lalu diteruskan ke otak, dan kemudian individu tersebut menyadari sesuatu yang dinamakan persepsi. Definisi lain mengatakan persepsi merupakan proses yang kompleks yang dilakukan oleh individu untuk memilih, mengatur serta memberikan makna terhadap suatu kenyataan yang telah dijumpai disekelilingnya (Hardjana, 2003). Walgito (2001) dalam Sunaryo (2004) mendefinisikan persepsi sebagai proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap suatu stimulus yang telah diterima oleh individu sehingga merupakan aktivitas yang sudah integrated dalam diri individu, serta sesuatu yang mempunyai arti bagi individu.

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 15

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    2.1 Persepsi

    2.1.1 Definisi Persepsi

    Dalam setiap melakukan suatu tindakan, seorang

    individu pasti didasari dengan pemikiran. Pemikiran yang

    dimaksud adalah persepsi seseorang dalam mengamati

    sesuatu yang di temukan di sekelilingya. Menurut Sunaryo

    (2004) persepsi adalah suatu proses akhir dari suatu

    pengamatan yang diawali dengan proses pengindraan,

    yaitu proses penerimaan stimulus oleh alat indra, setelah

    itu terdapat perhatian pada individu, lalu diteruskan ke

    otak, dan kemudian individu tersebut menyadari sesuatu

    yang dinamakan persepsi. Definisi lain mengatakan

    persepsi merupakan proses yang kompleks yang

    dilakukan oleh individu untuk memilih, mengatur serta

    memberikan makna terhadap suatu kenyataan yang telah

    dijumpai disekelilingnya (Hardjana, 2003). Walgito (2001)

    dalam Sunaryo (2004) mendefinisikan persepsi sebagai

    proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap

    suatu stimulus yang telah diterima oleh individu sehingga

    merupakan aktivitas yang sudah integrated dalam diri

    individu, serta sesuatu yang mempunyai arti bagi individu.

  • 16

    Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan

    makna dari persepsi yaitu sebagai proses dimana individu

    menerima suatu rangsangan melalui alat indra, kemudian

    rangsangan tersebut memampukan individu untuk

    memilih, mengartikan, memutuskan dan memberi makna

    terhadap apa yang dijumpai di sekelilingnya. Setiap

    manusia tentu mempunyai proses yang sama dalam

    menerima suatu informasi, tetapi persepsi dari setiap

    individu tidak akan selalu sama ketika memaknai sesuatu,

    bisa saja dua individu mempunyai persepsi yang berbeda

    ketika memberi makna terhadap suatu masalah yang

    sama. Perbedaan persepsi yang demikian tentu

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu dari dalam diri

    individu itu sendiri maupun dari luar. Menurut Gunarsa

    (2002) persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor personal

    yaitu pengalaman, motivasi, dan kepribadian.

    Faktor pertama yang mempengaruhi persepsi yaitu

    pengalaman. Pengalaman yang dimasksud yaitu facial

    meaning sensitivity yang mempunyai arti kepekaan

    menafsirkan ungkapan wajah personal stimuli.

    Pengalaman menyebabkan orang dapat menafsirkan

    ekspresi wajah, ungkapan, serta pesan sacara lebih

    cermat. Pengalaman didalam menafsirkan diperoleh

  • 17

    individu dari belajar secara formal dan nonformal. Faktor

    lain yang mengikuti pengalaman yaitu motivasi. Motivasi

    seseorang akan berpengaruh pada latar belakang yang

    menggerakan dan mengerahkan komunikasi

    interpersonal, antara lain motif biologis, hukuman, ciri

    kepribadian, ganjaran, serta perasaan diancam personal

    stimuli. Perasaan yang diancam ini menyebabkan adanya

    perseptual defence. Dengan pembelaan perceptual inilah

    individu yang menghadapi stimuli/pesan yang bersifat

    mengancam akan bereaksi sedemikian rupa, sehingga ia

    tidak menyadari adanya stimuli/pesan tersebut. Dua hal

    pada komunikasi yang bisa menyesatkan yaitu: seseorang

    hanya mendengar apa yang mau didengarnya, dan

    kebutuhan untuk mempercayai dunia yang adil, dunia

    yang diatur secara adil: “Setiap individu akan memperoleh

    apa yang layak diperolehnya.”

    Salain pengalaman dan motivasi, terdapat faktor lain

    yang mempengaruhi persepsi seorang individu yaitu

    kepribadian. Sifat-sifat kepribadian dari individu akan

    berpengaruh dalam komunikasi. Misalnya, individu yang

    mempunyai kepribadian yang bersifat otoriter adalah

    orang yang kepribadiannya ditandai dengan adanya

    keteguhan untuk berpegang pada nilai konvensional,

  • 18

    mempunyai hasrat ingin berkuasa yang tinggi, serta

    kekakuan dalam hubungan interpersonal.

    2.1.2 Proses Terjadinya Persepsi

    Persepsi tidak muncul seketika seseorang melihat

    sesuatu di sekelilingnya, tetapi juga mempunyai proses

    dalam mempersepsikan sesuatu. Menurut Sunaryo (2004)

    persepsi melewati tiga proses, yaitu:

    a. Proses fisik (kealaman) – Objek → stimulus → resptor

    atau alat indra.

    b. Proses fisiologis–Stimulus → saraf sensori → otak.

    c. Proses psikologis–Proses dalam otak sehingga

    membuat individu mampu menyadari stimulus yang

    telah diterima.

    Jadi, syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada

    proses fisik, fisiologis, dan psikolgis. Berikut bagan proses

    terjadinya persepsi:

    Objek Stimulus Reseptor

    Saraf Sensorik Otak

    Saraf Motorik

    Persepsi

  • 19

    Sumber: Sunaryo (2004)

    Jika melihat proses terjadinya persepsi diatas, dapat

    disimpulkan bahwa proses awal terbentuknya persepsi

    yaitu berawal dari penglihatan kita terhadap suatu objek

    kemudian objek tersebut di stimulus ke otak melalaui saraf

    sensorik, lalu kemudian diolah di otak dan menghasilkan

    persepsi.

    2.1.2 Perbedaan Persepsi

    Terjadinya suatu persepsi pada setiap individu akan

    melalui proses yang sama. Tetapi setiap individu tidak

    selalu sama ketika mempersepsikan sesuatu, hal ini

    dipengaruhi oleh berbagai sebab. Menurut Sarwono

    (1976) perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh

    berbagai hal, yaitu:

    a. Perhatian

    Biasanya kita tidak menangkap semua

    stimulus yang berada di sekitar kita secara

    bersamaan, tetapi kita bisa memfokuskan perhatian

    kita terhadap satu objek ataupun dua objek saja.

    Perbedaan fokus yang terjadi antara satu individu

    dengan individu lainnya, membuat adanya

    perbedaan persepsi antara kedua individu tersebut.

  • 20

    b. Set

    Set adalah suatu harapan individu terhadap

    rangsang yang akan timbul. Misalnya, pada seorang

    atlet kri yang sudah siap di garis start terdapat set

    pada individu tersebut bahwa akan ada terdengar

    bunyi pistol di saat ia harus mulai berlari. Perbedaan

    set yang terjadi pada setiap diri individu dapat

    membuat suatu perbedaan persepsi. Misalnya, A

    yang biasanya membeli telur dengan harga Rp. 14,-

    sebutir, sedangkan B biasa membeli dengan Rp. 10,-

    . jika A dan B bersama-sama membeli telur di tempat

    yang sama dan harga telur yang ada di tempat itu

    sebesar Rp. 12,50,- maka bagi A garha telur itu

    murah, sedangkan bagi B harga tersebut terlalu

    mahal.

    c. Kebutuhan

    Kebutuhan-kebutuhan yang sesaat ataupun

    yang menetap pada diri seseorang, akan

    berpengaruh pada persepsi individu tersebut.

    Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang

    berbeda pada setiap orang, dapat menyebabkan

    pula perbedaan persepsi pada setiap orang.

    Misalnya, A dan B yang sedang berjalan-jalan di

  • 21

    pertokoan. A, yang kebutuhannya sedang lapar dan

    ingin makan, akan mempersepsikan pertokoan

    tersebut itu penuh dengan tempat makan yang

    terdapat banyak makanan lezat, sedangkan B yang

    kebutuhannya ingin membeli sebuah jam tangan,

    tentu akan mempersepsikan pertokoan itu sebagai

    toko kelontong.

    d. Sistem nilai

    Sistem nilai yang berlaku di dalam sistem

    masyarakat akan mempunyai pengaruh terhadap

    persepsi. Suatu penelitian di Amerika Serikat (Bruner

    dan Godman 1947, Carter dan Schooler 1949)

    didapatkan bahwa anak-anak yang berasal dari

    keluarga kurang mampu atau miskin

    mempersepsikan sebuah mata uang logam lebih

    besar nilainya dari ukuran yang sebenarnya. Hal

    yang demikian tidak ditemukan pada anak-anak

    yang mempunyai lakeluarga kaya.

    e. Ciri Keperibadian

    Ciri kepribadian seseorang akan mempunyai

    pengaruh pada persepsi seseorang tersebut.

    Misalnya A dan B yang bekerja di kantor yang sama

    yang tentunya mempunyai satu orang atasan yang

  • 22

    sama pula. A yang mempunyai sifat pemalu dan

    penakut, akan mempersepsikan atasannya tersebut

    sebagai orang yang menakutkan dan harus dihindari,

    sedangkan bagi B yang mempunyai kepercayaan diri

    yang tinggi, akan mempersepsikan atasannya

    sebagai orang yang bisa diajak bergaul,

    bekerjasama seperti dengan yang lainya.

    Jadi, dari penjelasan di atas dapat

    disimpulkan bahwa perbedaan perhatian, set,

    kebutuhan, sistem nilai, dan ciri kepribadian pada

    setiap individu akan mempengaruhi bagaimana

    individu tersebut mempersepsikan sesuatu yang

    ditemukan di sekelilingnya.

    2.2 Tinjauan Mengenai Dukun Bayi

    2.2.1 Pengertian Dukun Bayi

    Berbagai konsep masyarakat dan nilai yang ada di

    dalamnya, tidak terlepas pula berbagai lapisan

    masyarakat dengan profesi/pekerjaannya masing-masing,

    seperti perawat, dokter, bidan, guru dan lain sebagainya.

    Sampai saat ini, masih terdapat satu pekerjaan yang

    masih diakui dan dipercaya keberadaannya di antara

    profesi-profesi kesehatan yang sudah banyak tersedia di

  • 23

    masyarakat. Pekerjaan tersebut yaitu dukun bayi, yang

    masih banyak diakui dan dipercaya oleh masyarakat

    Indonesia dan sering kali menjadi pilihan alternatif untuk

    menyelesaikan masalah kehamilan dan persalinan.

    Pengertian dukun bayi itu sendiri menurut Syafrudin dan

    Hamidah (2009) dukun bayi adalah orang yang sudah

    dianggap mempunyai keterampilan dan sudah

    mendapatkan suatu kepercayaan dari masyarakat untuk

    menolong persalinan dan memberikan perawatan untuk

    ibu dan anak sesuai dengan masing-masing kebutuhan

    masyarakat, kepercayan yang sudah ada pada

    masyarakat terhadap berbagai ketrampilan ataupun

    kemampuan dukun bayi ini mempunyai keterkaitan

    dengan sistem nilai budaya yang ada di masyarakat

    tersebut. Syafrudin dan Hamidah juga menambahkan

    bahwa dukun bayi dipercaya sebagai tokoh masyarakat

    setempat sehingga dukun bayi mempunyai potensi dalam

    hal pelayanan kesehatan. Sedangkan menurut

    Wiknjosastro (2007) mendefinisikan dukun bayi sebagai

    seorang wanita yang sudah berusia ± 50 tahun ke atas,

    pekerjaan ini sudah turun temurun di dalam keluarga atau

    karena dukun bayi merasa telah mendapat panggilan

    tugas ini. Definisi lain mengatakan dukun bayi adalah

  • 24

    seorang wanita yang sudah tua yang sudah mempunyai

    banyak pengalaman dalam memberikan pertolongnan

    pesalinan; tetapi seorang pria tua juga dapat melakukan

    pertolongan pada persalinan (Ihromi, 2006).

    Berdasarkan beberapa definisi mengenai dukun

    bayi di atas maka dapat dibuat kesimpulan bahwa dukun

    bayi adalah seseorang dipercayai oleh masyarakat secara

    turun-temurun yang mempunyai kemampuan dalam

    membantu persalinan, kepercayaan masyarakat ini

    berkaitan dengan nilai budaya yang mereka pegang.

    Dengan demikian, peran dan pengaruh dukun bayi juga

    akan beragam sesuai dengan kultur daerah mereka.

    Menurut Syafrudin (2009) dukun terbagi dalam dua

    jenis, yaitu dukun yang terlatih dan dukun tidak terlatih.

    Dukun terlatih adalah dukun yang sudah mendapatkan

    pelatihan dari tenaga kesehatan dan sudah dinyatakan

    lulus dari pelatihan tersebut. Sedangkan dukun yang tidak

    terlatih adalah dukun yang masih belum pernah mendapat

    pelatihan dari tenaga kesehatan atau dukun yang sedang

    mengikuti pelatihan dan belum dinyatakan lulus dari

    pelatihan yang diikuti.

  • 25

    2.2.2 Peran Dukun Bayi

    Kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi

    sudah menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk kita

    hilangkan, karena didalamnya terdapat unsur budaya yang

    kuat sehingga dukun bayi masih dipercaya oleh

    masyarakat. Menurut Prawirohardjo (2005) kepercayaan

    masyarakat terhadap kemampuan dan keterampilan yang

    dimiliki dukun bayi dalam menolong persalinan

    mempunyai keterkaitan dengan sistem nilai budaya yang

    ada di masyarakat setempat.

    Keberadaan dukun di masyarakat tidak hanya

    dipengaruhi oleh nilai budaya saja tetapi peran yang

    dijalankan oleh dukun bayi membuat masyarakat masih

    memilih dukun bayi sebagai pilihan alternatif penolong

    persalian. Berbagai macam peran yang dimainkan dukun

    bayi yang membuat dukun juga tidak kalah dari penolong

    persalinan oleh tenaga kesehatan (dokter/bidan). Berikut

    beberapa peran dukun bayi menurut Chandranita

    Manuaba, dkk (2009):

    1. Peran Sebagai Penasihat Tentang Kewajiban

    Nasihat yang diberikan dukun dalam hal

    kewajiban ibu hamil dan keluarganya meliputi:

  • 26

    1) Suami-istri dinasehati untuk tetap menjaga

    perilaku dalam kehidupan rumah tangganya

    supaya tidak menggoncangkan kejiwaannya

    sehingga pertumbuhandan perkembangan janin

    yang di dalam kandungan ibu berlangsung

    dengan baik.

    2) Ibu hamil disuruh untuk melihat segala suatu

    yang bersifat baik, sehingga tumbuh kembang

    janin dalam kandungan dapat berlangsung

    dengan baik.

    3) Ibu hamil dianjurkan untuk bisa membaca

    sebuah cerita yang mengisahkan tentang

    kepahlawanan, keindahan, sehingga jika bayi

    sudah besar nanti dapat menjadi seseorang yang

    suka membaca.

    4) Tidak diijinkan untuk melihat semua hal yang

    buruk, misalnya memotong ayam.

    5) Bila menjumpai hal-hal yang mengejutkan,

    khususnya bagi ibu-ibu yang berasal dari suku

    Jawa menyebutkan “amit-amit jabang bayi”,

    sambil mengelus perutnya sebanyak tiga kali,

    tindakan ini diharapkan tidak akan berpengaruh

    terhadap tumbuh-kembang janin dalam rahim.

  • 27

    6) Suami diharapkan agar dapat berperilaku baik

    dan menganggap bayinya yang masih dalam

    kandungan sudah bisa diajak bicara, karena bila

    suami pergi dianjurkan untuk berpamitan terlebih

    dahulu atau jika pulang membawa oleh-oleh.

    7) Suami tidak diperbolehkan untuk melakukan

    hubungan seks setelah usia kehamilan istrinya

    berumur sekitar tujuh bulan.

    Semua nasihat yang diberikan dukun bayi

    seperti yang sudah dijelaskan diatas, semua nasihat

    itu mencerminkan bahwa keadaan baik/buruk dapat

    mempengaruhi tumbuh-kembang kejiwaan janin.

    2. Peran Sebagai Penasihat Tentang Makanan Saat

    Hamil.

    Dukun bayi sering mengasosiasikan

    makanan tertentu yang dianggap bisa menganggu

    pertumbuhan maupun perkembangan janin di dalam

    rahim ibu dan pada proses persalinan. Contoh

    makanan yang ditabukan:

    1) Ibu tidak diijinkan untuk makan buah nanas

    terutama buah nanas muda yang dipercayai

    dapat membuat kandungan keguguran

  • 28

    2) Ibu dilarang untuk makan kerak nasi karena

    dianggap dapat menyulitkan proses persalinan

    plasenta.

    3) Ibu tidak diijinkan untuk makan jantung pisang,

    karena dipercayai dapat melahirkan bayi yang

    berwarna hitam.

    4) Ibu tidak diperbolehkan makan buah pisang yang

    berdempetan karena dipahami dapat melahirkan

    bayi yang dempet.

    5) Ibu tidak boleh makan hati ayam karena dapat

    membuat bayinya nanti bodoh dan kerdil

    6) Ibu dilarang untuk makan telur karena dianggap

    bisa membuat bisulan pada bayinya

    7) Ibu dilarang makan ikan darat dan ikan laut

    karena dapat membuat rasa ASI ibu menjadi asin

    dan ASI ibu bisa oleh ditolak bayinya.

    Jika disimak secara keseluruhan, makanan yang

    dianjurkan dukun bayi untuk ibu hamil adalah

    makanan yang mengarah pada jenis makanan

    vegetarian. Dengan makanan vegetarian, maka sifat-

    sifat kebinatangan akan sirna, sehingga dapat

    membuat pertumbuhan kejiwaan bayi bisa lebih

    tenang, tawakal dan berbudi luhur.

  • 29

    2.2.3 Alasan-Alasan Layanan Dukun Bayi Masih Dipercaya

    Oleh Masyarakat

    Banyak alasan-alasan yang diberikan masyarakat

    mengenai kepercayaan mereka terhadap dukun bayi, baik

    itu alasan dari segi kebudayaan, aspek biaya dan aspek

    lain yang terkait dengan alasan masyarakat masih

    mempercayai dukun bayi sebagai penolong persalinan.

    Untuk mengetahui lebih jelas mengenai alasan-alasan

    tersebut, berikut dapat dilihat pada hasil penelitian-

    penelitian sebelumnya.

    Penelitian yang dilakukan oleh Serilaila dan Atik

    Triratnawati pada tahun 2010 di daerah Binuang,

    Kalimantan Selatan didapatkan bahwa alasan masyarakat

    untuk tidak meninggalkan dukun bayi atau yang biasa

    mereka sebut sebagai bidan kampung, mempunyai

    keahlian khusus seperti doa/mantra yang dilantunkan oleh

    dukun bayi dalam bahasa Arab pada upacara-upacara

    tertentu (upacara batapung tawar). Suku daerah Binaung

    tersebut sangat mempercayai doa/mantra berbahasa Arab

    karena dianggap sebagai perbuatan yang baik.

    Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

    Ramli pada tahun 2013 di Kecamatan Balantak Utara,

    didapatkan bahwa alasan ibu lebih memilih ditolong oleh

  • 30

    dukun bayi karena mereka malu bersalin ke tenaga

    kesehatan, selain itu jasa dukun bayi lebih murah. Alasan

    lain juga yaitu karena tenaga kesehatan yang tidak selalu

    berada di tempat sehingga membuat ibu memilih alternatif

    lain (dukun bayi) untuk menolong persalinannya.

    Alasan yang serupa dapat dilihat pada hasil

    penelitian yang dilakukan oleh Rina Anggorodi pada tahun

    2009 di beberapa daerah di Indonesia yaitu di desa

    Tobimiita, desa Inalobu, dan desa Lapulu, Kabupaten

    Kendari (Sulawesi Tenggara), di desa Bode Sari, desa

    Karangasem dan desa Gombong Kabupaten Cirebon

    (Jawa Barat). Pada penelitianya didapat bahwa masih

    banyak masyarakat beranggapan bila persalinan yang

    ditolong oleh bidan biayanya lebih malah dibandingkan

    bila ditolong oleh dukun bayi. Pada penelitianya juga

    ditemukan penyebab lain yang membuat bidan tidak dipilih

    dalam membantu persalinan yaitu bahwa selain usia bidan

    yang masih relatif masih muda, bidan dinilai masih belum

    memiliki pengalaman melahirkan dan juga kebanyakan

    masih belum terlalu dikenal oleh masyarakat. Peranan

    dukun bayi dalam proses kehamilan dan persalinan

    berkaitan erat dengan budaya setempat dan kebiasaan

    setempat.

  • 31

    Perilaku ibu hamil secara umum masih meyakini dan

    mempercayai dukun bayi sebagai penolong persalinan

    karena dianggap aman. Hal ini ditemukan pada hasil

    penelitian yang dilakukan oleh Siti Nuraeni dan Dewi

    Purnamawati pada tahun 2011 di tiga Desa di wilayah

    Puskesmas Kecamatan Pedes, yaitu Desa Karangjaya,

    Desa Puspasari, dan Desa Kertamulya, Kabupaten

    Karawang. Dari hasil penelitian Siti Nuraeni dan Dewi

    Purnamawati didapatkan juga sebagian besar informan

    mengatakan bahwa dukun bayi orang yang terampil,

    mampu dan paham dalam menolong persalinan, selain itu

    juga informan mengatakan bahwa kekuatan spiritual yang

    dimiliki dukun bayi membuat mereka merasa lebih nyaman

    dan aman pada saat persalinannya ditolong oleh dukun

    bayi.

    Berdasarakan dari beberapa hasil penelitian diatas,

    dapat disimpulkan bahwa kelebihan khusus yang dimiliki

    dukun bayi seperti kekuatan spiritual yang mampu

    membuat ibu merasa nyaman dan aman, jasa dukun bayi

    yang lebih murah, serta faktor kebudayaan di masyarakat

    yang membuat dukun bayi masih dipercaya.

  • 32

    2.3 Persalinan

    Kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan dukun bayi

    sering kali dapat menimbulkan berbagai persoalan di lingkup

    kesehatan, khususnya pada kesehatan saat proses

    persalinan/setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena

    ketidakpahaman dukun bayi mengenai konsep-konsep dasar

    persalinan, seperti tanda dan gelaja persalinan, tahap-tahap

    dalam persalian serta proses persalinan yang baik dan benar.

    Berikut dapat dilihat mengenai berbagai konsep dalam

    persalinan.

    2.3.1 Pengertian Persalinan

    Menurut Manuaba (1998) dalam Asrinah dkk (2010)

    mendefinisikan persalinan sebagai proses pengeluaran

    hasil konsepsi (uteri dan janin) yang cukup bulan atau bisa

    hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui

    jalan lahir lain, dengan atau tanpa bantuan (kekuatan

    sendiri). Definisi lain mengatakan persalinan adalah suatu

    proses fisiologi yang dapat memungkinkan terjadinya

    serangkaian perubahan besar pada para calon ibu untuk

    bisa melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Aprilia, 2010).

  • 33

    Dari penjelasan di atas, maka dapat diartikan

    persalinan sebagai proses dalam upaya pengeluran hasil

    konsepsi yang sudah mampu untuk hidup di luar rahim

    melalui alat vital wanita atau melalui jalan lain (section

    caesearia).

    2.3.2 Klasifikasi atau Jenis Persalinan

    Persalinan mempunyai berbagai jenis, baik itu

    berdasarkan cara persalinan, atau berdasarkan usia

    kehamilan dan berat janin. Asrinah, dkk (2010)

    mengklasifikasikan persalinan dalam dua jenis, yaitu

    berdasarkan cara dan usia kehamilan.

    1. Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan.

    a. Persalinan Normal (spontan)

    Persalinan normal adalah suatu proses dimana

    lahirnya bayi pada letak belakang kepala (LBK)

    dengan bantuan tenaga dari ibu sendiri, tanpa

    adanya bantuan alat-alat medis serta tidak melukai

    bayi dan ibu yang pada umumnya bisa

    berlangsung kurang dari 24 jam.

    b. Persalinan Buatan

    Persalinan buatan merupakan suatu proses

    persalinan yang dilakukan dengan adanya bantuan

  • 34

    dari tenaga luar seperti dilakukan tindakan

    pembedahan atau sectio caesaria.

    c. Persalinan Anjuran

    Persalinan anjuran merupakan persalinan yang

    membutuhkan kekuatan dari luar jalan dari jalan

    rangsangan, tindakan ini dilakukan untuk

    mendukung proses terjadinya persalinan.

    2. Persalinan berdasarkan usia kandungan dan berat

    janin yang dilahirkan

    a. Abortus (keguguran)

    Abortus (keguguran) merupakan kehamilan yang

    berakhir sebelum usia kandungan mencapai usia

    22 minggu atau janin yang masih belum mampu

    untuk bisa hidup di luar kandungan.

    b. Persalinan Prematur

    Persalinan prematur merupakan persalinan yang

    terjadi ketika usia kehamilan mencapai 28-36

    minggu dan berat badan janin tidak mencapai

    2.499 gram.

    c. Persalinan Mature (aterm)

    Persalinan mature (aterm) meruapakan persalinan

    yang terjadi ketika usia kandungan mencapai 37-

  • 35

    42 minggu dan berat badan janin lebih dari 2.500

    gram.

    d. Persalinan Serotinus

    Persalinan serotinus merupakan persalinan yang

    terjadi ketika usia kendungan yang lebih dari 42

    minggu atau lebih 2 minggu dari waktu partus yang

    diperkirakan.