bab ii kajian pustaka dan hipotesis penelitian 2.1 ... skripsi... · 2.1 landasan teori 2.1.1 rasio...

14
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Rasio Keuangan Rasio keuangan atau financial ratio sangat penting untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan menengah pada umumnya lebih banya tertarik pada kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang memadai. Informasi tersebut dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan menghitung rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan. Secara jangka panjang, rasio keuangan juga dipakai dan dijadikan sebagai acuan dalam menganalisis kondisi kinerja suatu perusahaan. Adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan, yaitu: 1) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan 2) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan 3) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan 4) Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan

Upload: halien

Post on 20-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Rasio Keuangan

Rasio keuangan atau financial ratio sangat penting untuk melakukan

analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan

menengah pada umumnya lebih banya tertarik pada kondisi keuangan jangka

pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang memadai.

Informasi tersebut dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan

menghitung rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan. Secara jangka

panjang, rasio keuangan juga dipakai dan dijadikan sebagai acuan dalam

menganalisis kondisi kinerja suatu perusahaan.

Adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio

keuangan, yaitu:

1) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat

menilai kinerja dan prestasi perusahaan

2) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen

sebagai rujukan untuk membuat perencanaan

3) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk

mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan

4) Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor untuk

memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan

10

adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian

pokok pinjaman

5) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak

stakeholder organisasi.

Disamping manfaat yang diterima dengan dipakainya analisis rasio

keuangan ini, maka secara umum ada 3 (tiga) kelompok pengguna rasio keuangan.

Ini sebagaimana dikemukakan oleh Brigham dan Houston bahwa “…analisis rasio

keuangan digunakan oleh tiga kelompok utama: (1) manajer, yang menerapkan

rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan

operasi perusahaan; (2) analisis kredit, termasuk petugas peminjaman bank dan

analis peringkat obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu

memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya; (3) analis

saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan proyek pertumbuhan perusahaan.

Dipergunakannya analisis rasio keuangan dalam melihat suatu perusahaan akan

memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan dan dapat dijadikan sebagai

alat prediksi bagi perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Ini dikarenakan

rasio keuangan juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi

kreditor dan investor dalam memperkirakan bagaimana memperoleh kebutuhan

dana, serta seberapa besar dana yang sanggup diperoleh (Fahmi, 2014:51-54).

2.1.2 Rasio Profitabilitas

Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam

mengelola perusahaan. Ukuran profitabilitas perusahaan dapat berbagai macam

seperti: laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian invetasi/aktiva, dan tingkat

11

pengembalian ekuitas pemilik (Kusumajaya, 2011). Seperti yang telah dikutip oleh

Kusumajaya (2011) dalam Robert (1997) mengungkapkan bahwa rasio

profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan. Rasio ini dapat dibagi atas enam jenis yaitu:

1) Gross Profit Margin (GPM)

Gross Profit Margin (GPM) berfungsi untuk mengukur tingkat

pengembalian keuntungan kotor terhadap penjualan bersihnya. GPM

dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut (Robet, 1997).

𝐺𝑃𝑀 =𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡

𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 ..................................................... 1)

Nilai GPM berada diantara 0 dan 1. Nilai GPM semakin mendekati satu,

maka berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan untuk penjualan

dan semakin besar juga tingkat pengembalian keuntungan.

2) Net Profit Margin (NPM)

NPM berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih

terhadap penjualan bersihnya (Robert, 1997).

𝑁𝑃𝑀 =𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥

𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 ........................................ 2)

Nilai NPM ini juga berada diantara 0 dan satu. Nilai NPM semakin besar

mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan,

semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih.

12

3) Operating Return On Assets (OPROA)

OPROA digunakan untuk mengukur tingkat kembalian dari keuntungan

operasional perusahaan terhadap seluruh asset yang digunakan untuk

menghasilkan keuntungan operasional tersebut.

𝑂𝑃𝑅𝑂𝐴 =𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒

𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 ...................................... 3)

Operating income merupakan kentungan operasional atau disebut juga

laba usaha. Average total assets merupakan rata-rata dari total asset

awal tahun dan akhir tahun. Jika total asset awal tahun tidak tersedia,

maka total asset akhir tahun dapat digunakan.

4) Return On Assets (ROA)

ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang

dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio

profitabilitas yang ada. ROA terkadang disebut juga Return on

Investment (ROI).

𝑅𝑂𝐴 =𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑇𝑎𝑥

𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 ....................................... 4)

5) Return on equity (ROE)

Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas

pemilik perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih

perusahaan. Return on equity atau return on net worth mengukur

kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang

saham perusahaan (Sartono, 2001).

13

ROE secara eksplisit memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan return bagi pemegang saham biasa setelah

memperhitungkan bunga (biaya hutang) dan biaya saham preferen.

Seperti diketahui, pemegang saham mempunyai klaim sisa atas

keuntungan yang diperoleh perusahaan pertama akan dipakai untuk

membayar bunga hutang kemudian saham preferen baru kemudian ke

pemegang saham biasa (Helfert, 1996). Return on equity merupakan

rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common

stockholder), karena rasio ini menunjukkan tingkat kembalian yang

dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh pemilik

perusahaan. Dengan kata lain, ROE menunjukkan keuntungan yang

akan dinikmati oleh pemilik saham.

Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang

semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan

yang diperoleh perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai

sinyal positif dari perusahaan sehingga akan meningkatkan

kepercayaan investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan

untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan

permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan

menaikkan harga saham tersebut di pasar modal (Sartono, 2001):

𝑅𝑂𝐸 =𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥

𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠′𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 ......................................... 5)

14

6) Earning Power

Earning Power adalah hasil kali net profit margin dengan perputaran

aktiva. Earning Power merupakan tolak ukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang digunakan. Rasio ini

menunjukkan pula tingkat efisiensi investasi yang nampak pada tingkat

perputaran aktiva. Apabila perputaran aktiva meningkat dan net profit

margin tetap maka earning power juga meningkat. Dua perusahaan

mungkin akan mempunyai earning power yang sama meskipun

perputaran aktiva dan net profit margin keduanya berbeda.

2.1.3 Pasar Modal

Pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual

dengan risiko untung dan rugi. Kebutuhan dana jangka pendek umumnya diperoleh

di pasar uang (misalnya bank komersial). Pasar modal merupakan sarana

perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual

saham atau mengeluarkan obligasi. Untuk menarik pembeli dan penjual untuk

berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal

dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat

berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga daru surat-surat

berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat.

Jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat berharga juga

mencerminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan di masa

mendatang serta kualitas dari manajemennya. Jika calon investor meragukan

kualitas dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin di harga surat berharga yang

15

turun. Dengan demikian, pasar modal dapat digunakan sebagai sarana tidak

langsung pengukur kualitas manajemen (Hartono, 2010:29-30).

2.1.4 Harga Saham

Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan

sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang

dilakukan perusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas aset

perusahaan dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain

dipenuhi jika terjadi likuiditas. Menurut Husnan (2002:303), menyebutkan bahwa:

“Sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.”

Sedangkan pengertian harga saham menurut Jogiyanto (2010) seperti yang

telah dikutip oleh Nugroho (2012), harga saham adalah harga suatu saham yang

terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan

ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar

modal.

Harga saham merupakan salah satu indikator pengelolaan perusahaan.

Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan kepuasan bagi

investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan

keuntungan, yaitu berupa capital gain dan citra yang lebih baik bagi perusahaan

sehingga memudahkan bagi manajemen untuk mendapatkan dana dari luar

perusahaan.

16

2.1.5 Persepsi Investor

Menurut Kotler, persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir stimuli

yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu. Persepsi tidak hanya

tergantung pada sifat-sifat rangsangan fisik, tetapi juga pada pengalaman dan sikap

sekarang dari individu. Pengalaman dapat diperoleh dari semua perbuatannya di

masa lampau atau dapat pula dipelajari, sebab dengan belajar seseorang akan dapat

memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman yang berbeda-beda, akan

membentuk suatu pandangan yang berbeda sehingga menciptakan proses

pengamatan dalam perilaku pembelian yang berbeda pula. Makin sedikit

pengalaman dalam perilaku pembelian, makin terbatas pula luasan interpretasinya.

Dan juga persepsi ini ada hubungannya antara rangsangan dengan medan yang

mengelilingi dan kondisi dalam diri seseorang (Chambali, 2010).

Selama proses memersepsi suatu obyek, individu dipengaruhi oleh faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang ada

dalam diri individu, seperti pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir, kerangka

acuan, dan motivasi. Sedangkan factor eksternal berupa rangsangan itu sendiri dan

faktor lingkungan di mana persepsi itu berlangsung. Beberapa definisi persepsi

menurut para ahli seperti Krech, Hufman, Siegel dan Marconi, serta Hiam dan

Schewe yang dikutip Firman Sulistyowati berpendapat sebagai berikut

(Sulistiyowati, 2007):

1) Menurut Krech, persepsi merupakan integrasi dari individu dan

rangsangan yang diterimanya. Sehingga apa yang dipersepsikan

individu dalam suatu saat tertentu tidak hanya dipengaruhi oleh

17

rangsangan yang diterima, namun dipengaruhi juga oleh apa yang ada

dalam diri individu tersebut, misalnya pengalaman, perasaan,

prasangka, keinginan, sikap dan tujuan.

2) Menurut Hufman, persepsi merupakan proses penyeleksian,

pengorganisasian, dan penyampaian data informasi ke dalam sebuah

gambaran yang dapat dipahami oleh mental.

3) Menurut Siegel dan Marconi, persepsi merupakan suatu proses dari

seseorang dalam menyeleksi, mengorganisir dan menginterpretasikan

rangsangan ke dalam sesuatu yang berarti dan koheren dengan dunia.

Sehingga orang yang berbeda bisa jadi akan melihat sesuatu yang sama

secara berbeda.

4) Menurut Hiam dan Schewe (1994), persepsi adalah proses pemberian

arti oleh seseorang atas berbagai rangsangan atau stimulus yang

diterimanya, dan dari proses tersebut seseorang mempunyai opini

tertentu mengenai apa yang diamatinya.

Informasi yang diperoleh dan diproses investor akan membentuk

preferensi (pilihan) terhadap suatu obyek. Preferensi akan membentuk sikap

investor terhadap suatu obyek, yang pada gilirannya sikap ini seringkali secara

langsung akan mempengaruhi apakah investor akan membeli suatu instrumen

investasi atau tidak (Chambali, 2010).

2.1.6 Investasi dan Keputusan Investasi

Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan sejumlah

dana pada satu atau lebih dari satu aset selama periode tertentu dengan harapan

18

dapat memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi. Tujuan investor

melakukan kegiatan investasi ialah untuk mencari (memperoleh) pendapatan atau

tingkat pengembalian investasi (return) yang akan diterima di masa depan

(Puspitaningtyas dan Kurniawan, 2012).

Pembelian saham merupakan salah satu kegiatan investasi, karena saham

dapat memberikan penghasilan dalam bentuk deviden dan nilainya dapat

diharapkan meningkat di masa depan. Tingkat pengembalian investasi pada saham

dapat berupa capital gain dan dividend yield. Tingkat pengembalian investasi

tersebut menjadi indikator untuk meningkatkan kesejahteraan bagi para investor.

Ekspektasi investor terhadap investasinya adalah memperoleh tingkat pengembalian

yang sebesar-besarnya dengan tingkat risiko tertentu dari waktu ke waktu

(Puspitaningtyas, 2012). Oleh karena itu, investor berkepentingan untuk

mempertimbangkan segala informasi yang diterimanya dalam pengambilan keputusan

investasi.

Keputusan investasi merupakan faktor penting dalam fungsi keuangan,

bahwa nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi.

Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa keputusan investasi adalah penting,

karena untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kemakmuran

(wealth) pemegang saham hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi

perusahaan (Hidayat, 2010).

Seperti telah disebutkan, keuntungan (return) yang diperoleh dari kegiatan

investasi pada umumnya berupa capital gain dan deviden. Deviden yang diperoleh

ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Sedangkan,

19

capital gain dipengaruhi oleh fluktuasi harga saham. Kemampuan perusahaan

dalam memperoleh laba dipengaruhi oleh faktor mikro dan makro yang pada

gilirannya akan berpengaruh terhadap fluktuasi harga saham, serta akan

memunculkan risiko investasi (Rahadjeng, 2011).

Nilai informasi akuntansi yang berguna bagi investor secara empirik

diinvestigasikan melalui hubungan antara data akuntansi yang di-release kepada

publik dan perubahan harga sekuritas suatu perusahaan. Jika hubungannya adalah

signifikan, maka bukti menunjukkan bahwa informasi akuntansi adalah berguna

(useful) dengan respek terhadap penilaian perusahaan. Agar dapat berguna,

penyajian informasi akuntansi harus dapat membantu investor memprediksikan

hasil-hasil pengembalian investasi di masa depan (Puspitaningtyas, 2010).

Diharapkan berdasarkan informasi tersebut, investor yang rasional dapat membuat

suatu keputusan investasi yang optimal. Hipotesis pasar yang efisien (the efficient

market hypothesis) mengemukakan bahwa pengambil keputusan investasi sebagai

individu rasional dan bertujuan memaksimalkan utilitas (Firat dan Fettahoglu,

2011; Singh, 2012).

Keputusan investasi yang optimal hanya dapat dicapai apabila investor

mengambil keputusan yang tepat. Pasar dikatakan mengambil keputusan yang tepat

terhadap efek suatu peristiwa, jika keputusan yang diambilnya adalah tepat.

Keputusan yang tepat adalah keputusan yang sesuai dengan pengaruh peristiwa

terhadap nilai perusahaan. Untuk keputusan yang tepat, pasar seharusnya bereaksi

positif terhadap peristiwa yang mengakibatkan naiknya nilai perusahaan atau

20

bereaksi negatif terhadap peristiwa yang mengakibatkan turunnya nilai perusahaan

(Puspitaningtyas, 2010).

Saad dan Siagian (2011) menyatakan bahwa komponen-komponen nilai

(harga) pasar saham terdiri dari nilai asset in place ditambah nilai growth

opportunity. Selain itu, komponen lain yang juga turut membentuk nilai (harga)

pasar saham adalah sentimen investor, yaitu keyakinan investor terhadap arus kas

harapan perusahaan di masa depan yang tidak didukung oleh informasi akuntansi

(fundamental). Apabila sentimen investor diikuti oleh perubahan permintaan yang

cukup besar terhadap saham perusahaan maka terjadi mispricing.

2.1.7 Zero Growth Model dan Signaling Theory

Zero growth model atau yang lebih banyak disebut investor sebagai model

tidak bertumbuh. Kondisi ini merupakan kondisi yang harus hati-hati untuk

dipahami oleh pihak investor, karena bagi investor naik, turun, dan konstannya

saham di pasar (market) akan memberikan sinyal (signal) positif dan negative

(Fahmi, 2010: 338).

Apapun informasi yang terjadi dari kondisi saham suatu perusahaan adalah

selalu memberi efek bagi keputusan investor sebagai pihak yang menangkap sinyal

tersebut. Konsep signaling theory disini menjadi sangat berperan. Adapun

pengertian signaling theory adalah teori yang membahas tentang naik turunnya

harga di pasar, sehingga akan memberi pengaruh pada keputusan investor.

Tanggapan para investor terhadap sinyal positif dan negatif adalah sangat

mempengaruhi kondisi pasar, mereka akan bereaksi dengan berbagai cara dalam

menanggapi sinyal tersebut, seperti memburu saham yang dijual atau melakukan

21

tindakan dalam bentuk tidak bereaksi seperti “wait and see” perkembangan yang

ada baru kemudian mengambil tindakan. Dan untuk dipahami keputusan wait and

see bukan sesuatu yang tidak baik atau salah namun itu dilihat sebagai reaksi

investor untuk menghindari timbulnya risiko yang lebih besar karena faktor pasar

yang belum memberi keuntungan atau berpihak padanya.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Profitabilitas Pada Respon Pasar

Pelaporan laba yang dihitung dengan menggunakan rasio profitabilitas

suatu perusahaan dapat mempengaruhi bagaimana respon pasar. Hal ini dapat

dilihat dari perubahan harga saham yang terjadi ketika suatu perusahaan

melaporkan laba-rugi pada suatu periode. Pada umumnya, apabila perusahaan

mengumumkan labanya meningkat maka harga sahamnya naik. Begitu pula

seballiknya, apabila perusahaan mengumumkan labanya menurun, maka harga

sahamnya turun.

Namun ditemukannya adanya perbedaan pada pernyataan tersebut, seperti

penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2003) dan Masum (2014) dikatakan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif pada harga saham. Hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiasta (2010) dan Hutapea (2012)

yang menyebutkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif pada harga

saham. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini yaitu:

H1 : Profitabilitas berpengaruh positif pada respon pasar

22

2.2.2 Persepsi Investor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Profitabilitas Pada

Respon Pasar

Adanya hubungan yang tidak pasti antara hubungan profitabilitas dengan

respon pasar diduga dapat dijelaskan oleh variasi persepsi investor. Ketika investor

mempersepsikan informasi laba sebagai good news, investor cenderung membeli

sahamnya. Sebaliknya, jika informasi laba dianggap sebagai bad news, investor

cenderung menjual sahamnya. Secara agregat, jika lebih banyak yang membeli

maka kekuatan permintaan ini akan mendorong harga pasar saham menjadi lebih

tinggi sehingga return-nya positif. Sebaliknya jika banyak yang menjual maka

harga pasar akan turun sehingga return-nya negatif. Oleh karena itu, diajukan

hipotesis:

H2 : Persepsi investor memperkuat pengaruh profitabilitas pada respon

pasar